BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 -...
Transcript of BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3 -...
34 Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pengembangan Multimedia
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan multimedia
diantaranya:
3.1.1 Arsitektur Multimedia
Perancngan multimedia dirancang sedemikian rupa sehingga tidak
memerlukan hardware khusus untuk menjalankan multimedia (Sutopo,
2012:113). Supaya aplikasi dapat berjalan dalam berbagai macam
komponen hardware, maka diperlukan interface standar yaitu device-
independent application programin interfeces (APIs) di mana apabila
sebuah program dirancang menggunakan interface ini, maka akan dapat
dijalankan di berbagai hardware dan sistem operasi yang mendukung API.
3.1.2 Authoriting System
Kompleksitas sebuah sistem bergantung pada seberapa spesifik
peran yang dilakukan sistem itu sendiri. Authoring system dibagi menjadi
enam macam, yaitu dedicated authoring system, timeline-based authoring,
structured multimedia authoring, programable authoring system,
multisource multi-user authoring system, dan telephone authoring system
(Anleigh & Kirain, 1996 dalam Sutopo 2012).Dalam penelitian ini,
multimedia yang dibangun akan menggunakan desain authoring system
jenis structured multimedia authoring. System ini telah mampu
mengakomodasi penyajian presentasi maupun pembelajaran yang kompleks.
Seperti dijelaskan oleh Sutopo (2012:118) pendekatan berbasis struktur
memungkinkan manipulasi dari struktur multimedia, dan melakukan
modular authoring dari komponen objek multimedia.
35
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.1.3 Penggunaan Multimedia
Hampir di seluruh bidang keilmuan dapat memanfaatkan multimedia
bergantung kepada seberapa kreatif seseorang membangun dan
mengembangkan multimedia. Namun secara spesifik Anleigh & Kirain
dalam Sutopo (2012:120) membagi pengguna multimedia menjadi tiga
kategori utama, yaitu presentasi bisnis, aplikasi pelatihan dan pembelajaran,
serta game dan hiburan. Dalam penelitian ini, multimedia yang dibangun
akan diperuntukkan pada bidang pelatihan dan pembelajaran yang akan
dilakukan dalam pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini multimedia dapat
berupa berbagai macam teks, chart, audio, video, animasi, simulasi, atau
foto disesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran.
3.1.4 Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Menurut Munir (2010:240) ada lima tahap yang harus dilalui dalam
mengembangkan suatu multimedia, yaitu :
1. Tahap Analisis
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah ditetapkannya tujuan
pengembangan baik bagi siswa, guru, dan lingkungan.
2. Tahap Desain
Pada tahap ini, hal yang dilakukan adalah menentukan unsur-
unsur yang akan dimasukan kedalam multimedia sesuai dengan desain
pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Terdapat dua aspek
dalam proses pendesainan, yaitu aspek model ID (desain instruksional)
dan aspek isi pengajaran.
3. Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan meliputi langkah-langkah : penyediaan
papan cerita, carta alur, menyediakan grafik, media (suara dan video),
dan pengintegrasian sistem.
36
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Tahap Implementasi
Pada tahap ini, multimedia yang telah dikembangkan
selanjutnya diimplementasikan. Agar peserta didik termotivasi dan juga
rasa ingin tahunya meningkat, maka hendaknya multimedia tersebut
dikembangkan bersumber pada bahan –bahan yang berasal dari buku,
pengalaman, guru, pengalaman peserta didik atau bersumber dari cerita
di masyarakat.
5. Tahap Penilaian
Tahap ini bertujuan untuk mengetahui apakah multimedia yang
dikembangkan sudah sesuai dengan program pembelajaran yang
disusun atau tidak. Lalu untuk mnegetahui apa kelebihan dan apa
kekurangan dari multimedia yang kita kembangkan.
Apabila digambarkan, maka proses di atas akan terlihat seperti
gambar berikut:
Gambar 3.1. Tahap Pengembangan Multimedia
3.1.5 Evaluasi Multimedia
Menurut Sutopo (2012:137) Evaluasi multimedia bertujuan untuk:
Meningkatkan produk multimedia. Produk tidak selalu sempurna.
Evaluasi dilakukan pada tahap testing dalam proses pengembangan
multimedia.
Menentukan efektivitas dari bahan instruksional. Evaluasi ini juga dapa
menentukan apakah produk dapat digunakan atau tidak.
Analisis Desain Pengembangan Implementasi Penilaian
37
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Meningkatkan kemampuan tim dalam mengembangkan multimedia
pembelajaran. Dengan dilakukan evaluasi ini tim pengembang berusaha
untuk memperbaiki kelemahan yang telah dilakukan.
Meningkatkan proses pengembangan multimedia. Pada tahap testing
dilakukan evaluasi sehingga menjadi masukan untuk perbaikan
selanjutnya.
Tahapan penilaian yang dilakukan mencakup tiga hal yaitu desain
interface, desain instruksional, dan konten.
3.2 Metode dan Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, metode yang akan digunakan adalah metode
penelitian kuantitatif Pre-Experimental Design. Menurut Sukmadinata
(2012:208) metode ini adalah metode yang dalam pelaksanaannya tidak ada
penyamaan karakteristik (random) dan tidak ada pengontrolan variabel.
Penjelasan lain menurut Sugiyono (2011 : 109) menyatakan bahwa :
“ Dikatakan pre-experimental design, karena desain ini belum
merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Mengapa? Karena masih
terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya
variable dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variable
dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variable
independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variable
kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random ”.
Desain penelitian yang akan diguakan adalah One-Group Pretest-
Postest. Sugiyono (2011 : 110) menyatakan bahwa pada desain ini terdapat
pretes, sebelum diberikan perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat
diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan. Gambarannya tampak seperti di bawah:
Model Kelompok Pretes Perlakuan Postes
Model Concecpt Attainment berbantu
Multimedia
Atas
O1 X O2 Tengah
Bawah
Gambar 3.2. Desain One-Group Pretest-Postest
38
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
O1 = Tes kemampuan awal
X = Perlakuan
O1 = Tes kemampuan akhir
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan pengujian anova satu
jalur di mana terdapat beberapa kategori dalam menguji apakah terdapat
perbedaan varian antara kelompok atas, tengah dan bawah.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Susetyo(2010:139) mengemukakan pengertian populasi yaitu
“keseluaruhan data atau objek yang diteliti berupa karakteristik tertentu
terhadap gejala, fenomena, peristiwa atau kejadian-kejadian.”. Dalam
penelitian ini populasainya adalah seluruh siswa kelas XI SMK MedikaCom
Bandung.
3.3.2 Sampel
Sampelmenurut Susetyo (2010:139) adalah “sebagian data yang
diambil dari populasi”.Dalam penelitian ini data yang diambil untuk
dijadikan bahan penelitian adalah data sampel bukan populasi dengan alasan
ukuran populasi yang cukup besar.Apabila penelitian ini dilakukan terhadap
pupulasi dikhawatirkan berpotensi terbentur masalah waktu dan biaya yang
harus dikeluarkan.
TeknikPusposive Sampling menjadi cara yang dipilih penulis dalam
menentukan sampel penelitian. Pemilihan sampel didasarkan terhadap
beberapa pertimbangan yang telah didiskusikan penulis dengan guru
matapelajaran di SMK MedikaCom sehingga memunculkan satu kelas yang
dipilih. Setelah berkonsultasi dengan guru matapelajaran maka dipilihlah
Kelas RPL XI D sebagai sampelpenelitian.
39
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Validasi Ahli
Validasi instrumen penting dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang kita gunakan layak atau tidak. Untuk instrument soal
dilakukan terhadap 2 orang alhli yaitu dosen Pendidikan Ilmu Komputer,
sedangkan untuk multimedia dilakukan terhadap satu orang ahli yang juga
dosen Pendidikan Ilmu Komputer.
3.4.2 Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen direncanakan akan dilakukan terhadap siswa
yang telah mendapatkan materi ini yaitu di Kelas XI SMK.
3.4.3 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang direncakan akan digunakan dalam penelitian ini
berupa tes dan nontes. Setelah diujicobakan maka perlu dilakukan analisis
terhadap hasil yang didapat. Menurut Sujarweni dan Endrayanto (2012
:177) bahwa uji validitas dan reliabilitas digunakan untuk menguji data yang
menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner untuk melihat pertanyaan
dalam kuesioner yang diisi oleh responden tersebut layak atau belum,
pertanyaan-pertanyaan digunakan untuk mengambil data.
1. Tes
a) Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya
sebuah instrumen tes. Arikunto (2001:64) menjelaskan bahwa
kevaliditasan suatu instrumen mencerminkan bahwa dengan instrumen
tersebut, kita bisa mendapatkan suatu data yang sesuai dengan kenyataan.
MenurutArikunto(2012:85) tes dikatakan memiliki validitas jika
hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memiliki kesejajaran antara
hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk
mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment, salah
40
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
satunya dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearsondalam
Arikunto (2012:87)seperti berikut:
𝑟𝑥𝑦=
𝑁 𝑋𝑌 −( 𝑋 )( 𝑌 )
𝑁 𝑋2− 𝑋 2 {𝑁 𝑌2−( 𝑌)2
}
(3.1)
Keterangan:
𝑟𝑥𝑦 =koefisien korelasi antara variabel x dan y, dua variabel lain
yang dikorelasikan 𝑥 = 𝑋 − 𝑋 𝑑𝑎𝑛 𝑦 = 𝑌 − 𝑌
𝑋𝑌= jumlah perkalian antara X dan Y
N = Jumlah siswa
∑X = Jumlah skor distribusi X
∑Y = jumlah skor distribusi Y
Setelah didapatkan koefisien korelasinya, selanjutnya lihat
kriteria berikut untuk mengetahui validitas instrumennya:
Tabel3.1. Kriteria Koefisien Korelasi Validitas
Koefisien Korelasi Kriteria Validitas 0,80 <rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 <rxy ≤ 0,80 Tinggi 0,40 <rxy ≤ 0,60 Sedang 0,20 <rxy ≤ 0,40 Rendah 0,00 <rxy ≤ 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2012:89)
b) Uji Reliabilitas
Sebuah instrumen yang reliabel harus mampu menghasilkan data
yang konsisten ketika dipakai di banyak subjek dan dalam waktu
berbeda.Perhitungan reliabilitas ini bisa dilakukan menggunakan
rumusKR-20 (Kurder Richardson) sebagai berikut:
𝑟11 = 𝑛
(𝑛−1) 𝑆2− 𝑝𝑞
𝑆2 (3.2)
(𝐴𝑟𝑖𝑘𝑢𝑛𝑡𝑜, 2012: 115)
41
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
𝑟11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
𝑝= proporsi subjek yang menjawab dengan benar
𝑞= proporsi subjek yang menjawab dengan salah 𝑞 = 1 − 𝑝
𝑝𝑞= jumlah hasil perkalian antara 𝑝 dan 𝑞
𝑛= banyaknya item
𝑆= standar deviasi dari tes
Sebagai acuan menafsirkan tingkat reliabilitas instrumen,lihat
tabel interpretasi reliabilitas menurut Guilford dalam Jihad dan Haris
(2008:181)bawah ini:
Tabel 3.2 Klasifikasi Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Reliabilitas Interpretasi 0,80 < 𝑟11 ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah
c) Uji Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan ukuran untuk mengetahui apakah
sebuah soal termasuk kategori mudah, sedang, atau sukar. Untuk
menghitung indeks kesukarandapat menggunakan rumus yang
dikemukakan oleh Arikunto (2012:223):
𝑃 =𝐵
𝐽𝑆 (3.3)
Keterangan:
P =indeks kesukaran
B=banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS= jumlah seluruh siswa peserta tes
Sebagai acuan menafsirkan indeks kesukaran instrumen dapat
menggunakan tabel di bawah ini:
42
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3Klasifikasi Interpretasi Indeks Kesukaran
P Keterangan 0,00 ≤P ≤ 0,30 Soal sukar 0,30<P 0,70 Soal sedang 0,70 <P ≤ 1,00 Soal mudah
(𝐴𝑟𝑖𝑘𝑢𝑛𝑡𝑜, 2012: 225)
d) Uji Daya Pembeda
Menurut Arikunto (2012:226) daya pembeda soal, adalah
kemampun sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai
(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan
rendah).Utuk menghitung daya pembeda instrumen dapat menggunaka
rumus berikut:
𝐷 =𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵 (3.4)
(𝐴𝑟𝑖𝑘𝑢𝑛𝑡𝑜, 2012: 228)
Keterangan:
JA=banyak peserta kelompok atas
JB =banyak siswa kelompok bawah
BA=banyak siswa atas yang menjawab dengan benar
BB=banyak siswa bawah yang menjawab dengan benar
PA =proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar (ingat,
P sebagai indeks kesukaran)
PB =proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Sebagaiacuan menafsirkan daya pembeda instrumen dapat
menggunakan tabel di bawah ini:
Tabel 3.4Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Koefisien DP Interpretasi D < 0,00 Tidak baik
0,0 ≤ D ≤ 0,20 Jelek (poor) 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup (satistifactory) 0,40 < D ≤ 0,70 Baik (good) 0,70 < D ≤ 0,10 Baik Sekali (excellent)
(𝐴𝑟𝑖𝑘𝑢𝑛𝑡𝑜, 2012: 232)
43
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Non-tes
Angket digunakan sebagai instrumen non-tes dalam pelaksanaan
penelitian ini. Menurut Riyanto (2001:70) angket adalah “alat untuk
mengumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan yang disampaikan
kepada responden untuk dijawab secara tertulis”. Ada dua jenis angket.
Pertama yaitu angket langsung, adalah yang diberikan langsung kepada
pihak yang hendak diketahui pendapatnya. Kedua angket tertutup, adalah
jenis angket dimana angket memuat jawaban yang dapat dipilih oleh
responden. Responden tinggal memilih salah satu jawaban yang telah
disediakan tanpa harus menyusun sendiri jawaban dari pertanyaan yang
diajukan. Model dari angket yang digunakan adalah model dengan
menggunakan skala Likert.
Dalam angket yang disusun oleh peneliti, terdapat 22 perntanyaan
yang disusun berdasarkan indikator yang telah ditentukan sebelumnya
pada kisi-kisi angket siswa. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang
digunakan dalam angket yang dikelompokkan berdasarkan indikator:
a. Mengetahui ketertarikan siswa terhadap peralatan komputer sebagai
penunjang belajar.
Pernyataan positif:
1. Sayamenggunakan komputer lebih dari 4 jam dalam sehari.
2. Saya lebih seringmenggunakan komputerdalammengerjakan tugas-
tugas sekolah karena lebih efektif.
7. Saya mengetahui bagian-bagian dari komputer seperti input device,
output device dan process device.
Pernyataan negatif:
3. Saya menggunakan komputer untuk keperluan menonton film,
bermain game atau mendengarkan lagu.
4. Sayajarangsekali mengerjakan tugas menggunakan komputer,
karena saya lebih senang mengerjakan tugas secara manual.
44
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Mengerjakan tugas menggunakan komputer sangat tidak efektif,
karenamerepotkanharusmengetikkanhasilpengerjaantugas yang
sudahsayaselesaikansecara manual.
b. Mengetahui ketertarikan siswa dalam mempelajari Basis Data.
Pernyataan positif:
5. Pelajaran Basis Data di sekolah adalah pelajaran yang
menyenangkan karena memberikan pengetahuan dan keterampilan
baru bagi saya.
8. Pelajaran Basis Datamembuat saya tertarik mengikuti
perkembangan teknologi.
Pernyataan negatif:
10. Pelajaran Basis Data membosankan, karenamateri yang
diajarkanhanyaitu-itusaja.
12. Pelajaran Basis Data membuat saya menjadi ragu untukmengikuti
perkembangan teknologi.
c. Mengetahui pengaruh Concept Attainment dalam pelajaran Basis
Data.
Pernyataan positif:
9. Belajar dengan modelconcept attainment membuat pelajaran Basis
Data menjadi aktif.
17. Belajar Basis Datamenggunakan modelconcept attainment dalam
pembelajarannya membuat materi lebih mudah dipelajari.
Pernyataan negatif:
14. Lebih menyenangkan jika belajar Basis Data dengan guru yang
menggunakan metode ceramah.
15. Penggunaan eksperimen dalam pembelajaran Basis Data
menyebabkan pelajaran Basis Data menjadi semakin sulit.
d. Mengetahui pengaruh concept attainment dalam mempelajari SQL.
45
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pernyataan positif:
16. Mempelajari SQL dengan modelconcept attainment di dalam
pembelajaran Basis Datamembuat saya lebih cepat memahami
materi.
18. Saya lebih termotivasi belajar SQL apabila menggunakan
modelconcept attainmentdalam pembelajarannya.
Pernyataan negatif:
13. Pembelajaran yang mengunakan modelconcept attainmenmembuat
saya bosan dan jenuh.
21. Saya lebih sulit memahami materi tentang SQL apabila
menggunakan metode concept attainment dalam pembelajarannya.
e. Mengetahui pengaruh concept attainment berbantuan multimedia
terhadap pemahaman konsep siswa.
Pernyataan positif:
19. Multimedia dalam pelajaran Basis Data yang menggunakan
modelconcept attainment seperti sekarang ini membantu saya
dalam memahami materi.
20. Saya senang belajar Basis Datadengan menggunakan
modelconcept attainmentserta dibantu multimedia pembelajaran
yang interaktif.
Pernyataan negatif:
11. Pembelajaran Basis Datayang sekarang dengan menggunakan
multimedia membuat pelajaran Basis Datamenjadi sangat
membosankan.
22. Penggunaan modelconcept attainment dalam belajar dan
menggunakan multimedia dalam pelajaran Basis Datamembuat
saya sangat sulit dalam memahami materi.
46
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.5 Pengembangan Bahan Ajar
3.5.1 RPP
RPP merupakan perangkat yang penting dalam pembelajaran. Guru
mempersiapkan pembelajaran dari awal sampai akhir secara terperinci agar
jalannya proses pembelajaran terencana denga baik.
3.5.2 Soal Pretes dan Postes
Soal merupakan salah satu perangkat penunjang penelitian, dengan
soal kita dapat mengukur hasil tes siswa baik itu dalam pretes maupun
postes. Berikut adalah rumus untuk menghitung skor total pada soal pilihan
ganda:
Skor Pilihan Ganda = Jumlah benar
Jumlah Soal 𝑥 100 (3.6)
3.6 Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapaan yang dilakukan selama penelitian adalah sebagai
berikut:
3.6.1 Tahapan persiapan penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukankajianpustaka mengenai model
conceptattainment.Meninjau keadaan sekolah tempat penelitian akan
dilaksanakan. Merumuskan masalah yang akan ditelitidalam
penelitian.Menentukan metode penelitian yang akan dipakai dalam
penelitian.Kemudian menentukan populasi dan sampel penelitian, membuat
instrument penelitian berupa soal, RPP dan bahan pendukung pembelajaran,
melakukan validasi kepada ahli baik soal maupun media, melakukan uji
instrumen dan diakhiri dengan melakukan analisa data uji coba instrumen
yang meliputi uji validiats, uji reliabilitas, uji tingkat kesukaran dan uji daya
pembeda.
47
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.6.2 Tahapan pelaksanaan penelitian
Tahap ini dimulai dengan pemberian pretes untuk megetahui
pengetahuan awal siswa sebelum diberikannya perlakukan.
Kemudiandilanjutkan dengan memberlakukan model concept
attainmentberbantu multimedia dalam pembelajaran terhadap ketiga
kelompok yaitu kelompok atas, kelompok tengah dan kelompok bawah.
Tahap selanjutnya yaitu pemberian postes kepada siswa untuk mengetahui
kemampuan akhir siswa. Tahapan terakhir yaitu siswa diberikan angket
untuk mengetahui respon terhadap model pembelajaran serta multimedia
yang digunakan.
3.6.3 Tahapan analisa data
Pada tahap ini dilakukan dengan mengelompokan data berdasarkan
variable yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.
3.6.4 Tahapan uji hipotesis
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan untuk melihat
penolakan atau penerimaan hipotesis berdasarkan hasil analisa data.
3.6.5 Tahapan penarikan kesimpulan
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan berdasarkan tahapan
uji hipotesis.
3.7 Teknik Pengolahan Data
3.7.1 Tes
1. Uji Normalitas
Purwanto (2011:156) mengemukakan untuk melihat apakah data
berdistribusi normal maka perlu dilakukan uji normalitas. Pengujian
48
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan untuk memeriksa apakah sampel yang diambil mempunyai
kesesuaian dengan populasi. Apabila data berdistribusi normal maka
dalam pengujian hipotesis akan menggunakan statistik parametrik.
Apabila tidak maka pengujian akan dilakukan menggunakan uji statistik
non-parametrik.
Pengujian normalitas itu dapat dilakukan menggunakan uji Chi
kuadrat 𝜒2 , Liliefors, atau Kolmogorov-smirnov (Purwanto, 2011:156).
Dalam penelitian ini dipilih metode Liliefors karena data yang akan diuji
jumlahnya kecil, sebagaimana penjelasan Purwanto (2011:160) bahwa uji
Liliefors digunakan untuk uji normalitas data dengan data yang kecil dan
tidak perlu dikelompokkan. Uji dilakukan menggunakan koefisien T
yang diitung dengan rumus yang dikemukakan oleh Soejoeti dalam
Purwanto (2011:161):
𝑇 = 𝐹∗ 𝑋 − 𝑠 𝑋 (3.7)
Keterangan :
𝐹∗ 𝑋 = Fungsi distribusi kumulatif normal standar
𝑠 𝑋 =Fungsi distribusi kumulatif empirik
Selanjutnya untukmengetahui apakah data yang kita miliki
berdistribusi normal atau tidak, T hitung akan dikonfirmasikan dengan
tabel pada T(N)(1-α). Data dinyatakan berdistribusi normal apabila T
hitung < T tabel pada taraf α tertentu.
2. Uji Homogenitas
MenurutPurwanto (2011 :176), pengujian homogenitas varians
dilakukan untuk memastikan bahwa kelompok-kelompok yang
dibandingkan merupakan kelompok-kelompok yang mempunyai varinas
homogen. Pengujian homogenitas ini menggunakan Uji Barlet karena
kelompok-kelompok yang dibandingkan mempunyai jumlah sampel yang
tidak sama besar. Berikut rumus yang digunakan menurut Sudjana
(2005:263) :
𝜒2 = (ln 10){𝐵 − 𝑛𝑖 − 1 𝑙𝑜𝑔 𝑠𝑖2} (3.8)
49
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelompok – kelompok yang dibandingkan dinyatakan homogen
apabila 𝜒𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 <𝜒𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 pada taraf kesalahan tertentu.
3. Uji Statistik Parametrik
Purwanto (2011:156) menyatakan bahwa bila data sampel
berdistribusi normal maka pengolahan datanya dapat menggunakan
statistika parametrik. Pengujiandilakukan menggunakan rumus anava
satu jalur. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran
hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam penelitian ini.
Purwanto (2011 :206) mengemukakan bahwa anava satu jalur adalah
anova untuk perbandingan beberapa kelompok yang mempunyai satu
jalur. Penjelasan lain menurut Susetyo (2010 :260) pengujian anova satu
jalur menggunaan satu faktor, yang memiliki beberapa level atau kategori
dengan menguji apakah terdapat perbedaan dalam varian antaara
berbagai macam perlakuan. Uji satu faktor ini disebut juga dengan uji
anava desain random keseluruhan.Berikut rumus yang digunakan
menurut Purwanto (2011:204) :
𝐹 = 𝑅𝐽𝐾 (𝐴𝐾)
𝑅𝐽𝐾 (𝐷𝐾) (3.9)
Keterangan :
RJK(AK) = Rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok
RJK(DK) = Rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok
Setelah dilakukan uji Anava, apabila nilai dari Fhitung> Ftabel,
berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada data tersebut.
4. Uji Statistik Non-parametrik
Uji statistik ini dilakukan apabila syarat-syarat pengujian statistik
parametrik tidak terpenuhi. Pengujian yang dipakai adalah uji Kruskall-
Wallis. Lukiastuti dan Hamdani (2012:196) menyatakan bahwa
pengujian hipotesis melalui metode Kruskall-Wallis merupakan
pengembangan atau alternatif dari metode analisis varians satu arah (one
way analysis on variance) untuk kondisi beberapa persyaratan tidak
50
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terpenuhi. Berikut rumus yang digunakan menurut Lukiastuti dan
Hamdani (2012:199):
𝐻 =12
𝑛 × 𝑛−1 ×
𝑅𝑘2
𝑛𝑘
𝑘𝑘−1 − 3 × 𝑛 + 1 (3.11)
Keterangan :
12,1,3 = konstanta
𝑅𝑘2 = kuadrat jumlah jenjang secara keseluruhan pada tiap sampel
n = jumlah sampel secara keseluruhan
nk= jumlah sampel tiap kelompok
Kesimpulan akhir bisa dirumuskan setelah kita membandingkan
nilai H dengan nilai khai-kuadrat dalam tabel kemudian diselaraskan
dengan kriteria pengujian yang berlaku pada suatu ilustrasi kasus.
5. Uji lanjutan
Uji lanjutan yang dilakukan adalah uji Tukey untuk jumlah
sampel yang sama besar atau uji Tukey-Kramer untuk jumlah sampel
yang tidak sama besar (Purwanto, 2011:205). Purwanto (2011:204)
mengemukakan bahwa tujuan uji lanjut ini adalah untuk mengetahui
lebih jauh kelompok-kelompok mana saja yang berbeda signifikan dan
kelompok-kelompok mana yang tidak berbeda signifikan.Pengujian ini
digunakan dengan alasan jumlah sampel setiap kelompok berbeda.
Berikut rumus yang digunakan menurut Purwanto (2011:210) :
I. Tukey
𝐵𝐾 = 𝑆𝑅 𝑅𝐽𝐾 𝐷𝐾
𝑛 (3.10)
Keterangan :
BK = Beda kritik
SR = Harga Studentized Range
RJK(DK) = Rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok
𝑛 = Jumlah sampel satu kelompok
II. Tukey-Kramer
𝐵𝐾 = 𝑆𝑅 𝑅𝐽𝐾 𝐷𝐾 (1
2𝑛𝑗+
1
2𝑛𝑘) (3.10)
51
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan :
BK = Beda kritik
SR = Harga Studentized Range
RJK(DK) = Rata-rata jumlah kuadrat dalam kelompok
nj = Jumlah sampel kelompok I
nk = Jumlah sampel kelompok II
6. Analisis Gain
Analisis Gain dilakukan untuk mengetahui bagaimana
peningkatan hasil belajara dari siswa. Berikut rumus yang digunakan
dalam uji gain menurut Hake (1999:1):
< 𝑔 > = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 −𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠 (3.12)
Setelah didapatkan nilai gain dari setiap siswa, selanjutnya hitung
nilai gain dari kelas tersebut yang berupa rata-rata dari nilai gain seluruh
siswa pada kelas tersebut. Setelah nilai gain dari kelas diketahui,
interpretasikan menggunakan tabel klasifikasi indeks gain menurut Hake
(1999:1) :
Tabel 3.5Klasifikasi Indeks Gain
Nilai g Interpretasi
0.7 < g < 1 Tinggi
0.3 ≤ g ≤ 0.7 Sedang
0 ≤ g < 0.3 Rendah
7. Analisis Effect Size
Menurut Becker (2000) “Effect size (ES) is a name given to a
family of indices that measure the magnitude of a treatment effect”.Lebih
lanjut Becker menjelaskan :
Measures of effect size in ANOVA are measures of the
degree of association between and effect (e.g., a main effect, an
interaction, a linear contrast) and the dependent variable. They
can be thought of as the correlation between an effect and the
dependent variable.. Four of the commonly used measures of
effect size in AVOVA are:
Eta squared,2
52
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Partial Eta squared, p2
omega squared, 2
the Intraclass correlation, I
Eta squared and partial Eta squared are estimates of the
degree of association for the sample. Omega squared and the
intraclass correlation are estimates of the degree of association
in the population.
Pendapat lain yang mendukung Becker tercantum dalam Handout
perkuliahan episode 625 Northern Arizona University“Another
possibility for the Kruskal-Wallis test is to compute an index that is
usually associated with a one-way ANOVA, such as eta square (2),
except 2 in this case would be computed on the ranked data”
Dari penjelasan di atas diketahui bahwa untuk uji statistik yang
berkaitan dengan analisis varians, effect size dapat dihitung
menggunakan rumus eta squared (2) di mana eta squared digunakan
untuk pengukuran yang dilakukan terhadap sampel.Lebih jauh de Gil
(2013) menjelaskan bahwa “Measures of effect size are recommended to
communicate information on the strength of relationships between
variables”. Berikut Rumus yang dikemukakan oleh Olejnik dan Agina
(2000:260):
ɳ 2 = 𝑆𝑆𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑆𝑆𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠 = Jumlah Kuadrat Antar Kelompok
𝑆𝑆𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = Jumlah Kuadrat Total
Selanjutnya hasil perhitungan effect size diinterpretasikan ke
dalam skala Cohen dalam Becker(2000):
Tabel 3.6Klasifikasi Effect Size
Effect size Cohen’s Standard
0 <Effect size ≤ 0.2 Small
0.2 <Effect size ≤ 0.8 Medium
Effect size ≥ 8 Large
53
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.7.2 Non-tes
Untuk menghitung presentase angket kita dapat menggunakan
rumus:
𝑝 =𝑓
𝑛𝑥 100%
Keterangan :
p = presentase jawaban
f = frekuensi jawaban
n = banyaknya jawaban
Karena skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert, maka terdapat 5 pilihan jawaban yaitu SS (sangat setuju), S (setuju),
R (Ragu), TS (tidak setuju) dan STS (sangat tidak setuju). (Riduwan,
2011:87). Menurut Sugiyono (2011:137) Angket dapat dipresentasikan
dengan cara berikut:
a. Menghitung jumlah skor kriterium
Skor kriterium merupakan skor jika setiap butir pertanyaan yang
diajukan kepada siswa mendapatkan skor tertinggi:
Skor tertinggi x jumlah responden x jumlah butir soal
b. Menghitung jumlah skor hasil pengumpulan data
Skor-skor yang diperoleh dari siswa, ditabulasikan dalam tabel
dan dihitung jumlah keseluruhan skor data kuantitatif dari yang dipilih
seluruh responden.
c. Menentukan kategori/interprestasi data
Setelah diketahui skor kriterium dan jumlah skor hasil
pengumpulan data, dihitung skor kualitas dengan cara :
54
Fikri Fajar Setiawan, 2014 EFEKTIVITAS MODELCONCEPT ATTAINMENT BERBANTU MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWASEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jumlah skor hasil pengumpulan data
skor kriterium x 100%
Sehingga diketahui presentase dari kriteria yang ditetapkan.
Secara kontinu dapat dibuat kategori dengan interval sebagai berikut :
Gambar 3.3
Interval Interprestasi Kategori Perolehan Angket
Sangat
Tidak Setuju
(1x jumlah
responden)
Tidak Setuju
21x jumlah
responden)
Sangat
Setuju
(5x jumlah
responden)
Setuju
(4x jumlah
responden)
Ragu-Ragu
(3x jumlah
responden)