BAB III METODE PENELITIAN...emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi. Alat ukur yang di...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN...emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi. Alat ukur yang di...
62
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu
mengukur variable/peubah independen (peubah tak gayut) dan
variable/peubah dependen (peubah gayut) serta menganalisis hubungan
variable-variabel tersebut. Hal lain yang diperlukan adalah cara
mengukur variable melalui instrument penelitian, penentuan populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, validitas, dan rliabilitas alat
ukur, dan teknik analisis data.
3.1. Peubah Penelitian
Peubah dalam peneltian ini yaitu:
1. Peubah Gayut: Penalaran Moral
2. Peubah tak Gayut: Dukungan Sosial Teman Sebaya dan Pola
Asuh Otoritatif Orang tua
3.2. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, definisi operasional yang digunakan adalah
sebagai berikut:
3.2.1 Dukungan Sosial Teman Sebaya
kita melihat pada masa remaja di tandai dengan adanya
perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis dan
sosialnya, yang nama pada masa ini keterikan terhadap teman sebaya
sangat kuat. Keadaan seperti menjadikan remaja kelompok tersendiri ,
seolah-olah mereka antar sesamanya saling memahami, mereka mulai
63
menjauh dari orang tu, karena merasa orang tua kurang memahami
dirinya.
Smet (1994) dukungan sosial merupakan salah satu bentuk ikatan
secara sosial yang menggambarkan kualitas dari hubungan
interpersonal. Dukungan sosial adalah persaan sosial yang dibutuhkan
terus menerus dalam interaksi dengan orang lain. Sarafino (1998)
menggambarkan dukungan sosial sebagai suatu kenyamanan, perhatian,
penghargaan ataupun bantuan yang di terima individu dari orang lain
maupun kelompok. Dalam pengertian lain di sebutkan bahwa dukungan
sosial adalah kehadiran orang lain yang dapat membuat individu
percaya bahwa dirinya di cintai, diperhatikan dan merupakan bagian
dari kelompok sosial, yaitu keluarga, rekan kerja dan teman dekat.
Dukungan sosial teman sebaya merupakan pemberian bantuan
yang diberikan oleh teman sebaya baik berupa verbal maupun non
verbal dalam bentuk dukungan emosional, penghargaan, instrumental
dan informasi. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu
lebih tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri.
Aspek-aspek dukungan sosial teman sebaya yaitu: dukungan
emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi. Alat ukur yang di
gunakan sebagai acuan untuk mengukur dukungan sosial teman sebaya,
menggunakan skala Student Social Support Scale disusun oleh Malecki
& Demaray (2002) dan di modifikasikan oleh peneliti berdasarkan teori
House (Smet, 1994). Penilaian skala ini makin tinggi nilai (scoring)
yang di peroleh, menunjukkan dukungan sosial semakin tinggi,
demikian juga sebaliknya.
64
3.2.2 Pola Asuh Otoritatif Orangtua
merupakan cara mendidik anak, di mana orang tua menentukan
peraturan-peraturan tetapi dengan memperhatikan keadaan dan
kebutuhan anak. Baumrind (1991) berpendapat bahwa pola asuh
otoritatif/demokratis (authoritative) merupakan gabungan antara pola
asuh permisif dan otoriter dengan tujuan untuk mengimbangkan
pemikiran, sikap dan tindakan antara anak dan orang tua. Baik orang
tua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk
menyampaikan suatu gagasan, ide atau pendapat untuk mencapai suatu
keputusan.
Baumrind, (1991) menyatakan pola asuh secara psikologis
merupakan strategi orang tua dalam membesarkan anak. Otoritatif
merupakan salah satu cara pola asuh orangtua yang memiliki ciri-ciri
demokratis yaitu orang tua memberikan perhatian kasih sayang pada
anak dan anak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri.
Namun, orangtua tetap memberikan batasan dan pengawasan pada
anak, adanya komunikasi serta diskusi yang dilakukan membuat anak
memiliki kebebasan untuk mengutarakan keinginan dan pemikiran
mereka, orang tua memberikan penjelasan terhadap aturan-aturan yang
diterapkan. Pola asuh otoritatif mengajak anak untuk berpikir sehingga
keadaan ini diperkirakan dapat menstimulasi kecerdasan moral anak.
Pola asuh otoritatif/demokratis adalah pola asuh yang
memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap
rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-
pemikiran. Papalia, Old, & Feldman (2007) mengatakan bahwa pola
asuh otoritatif (demokrasi) adalah pola asuh orang tua yang
65
mengutamakan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka.
Aspek-aspek pola asuh otoritatif orangtua menurut Baumrid
(1991) yaitu: saling mendengarkan, bersifat terbuka, menyampaikan
persepsi. Alat ukur yang digunakan sebagai acuan untuk mengukur
pola asuh otoritatif orang tua yaitu menggunakan skala authoritative,
di susun oleh Baumrind (1991) dan dikembangkan Zahara Idris, 1975
(dalam Shochib, 1997) yaitu, adanya musyawarah dalam keluarga,
adanya kebebasan, yang terkendali, adanya pengarahan dari orangtua,
adanya bimbingan dan perhatian, adanya saling menghormati antar
anggota keluarga dan adanya komunikasi dua arah dapat dimodifikasi
oleh peneliti. Penilaian skala ini, makin tinggi nilai (scoring) yang di
peroleh menunjukkan pola asuh otoritatif orangtua yang positif,
demikian juga sebaliknya.
3.2.3 Penalaran Moral
Kohlberg (1981) mendefinisikan penalaran moral sebagai
penilaian nilai, penilaian sosial, dan juga penilaian terhadap kewajiban
yang mengikat individu dalam melakukan suatu tindakan menurut
konsep nilai-nilai dasar moralitas yang berkembang secara bertahap.
Kohlberg (1981) menegaskan bahwa moral merupakan bagian dari
penalaran, maka ia pun menamakannya penalaran moral.
Tahapan-tahapan penalaran moral yaitu: pra konvetional,
konventional, pasca konventional. Dengan Alat ukur yang digunakan
sebagai acuan untuk mengukur penalaran moral adalah alat ukur moral
judgement yang biasa digunakan antara lain yaitu Moral Judgment
Interview (MJI) yang dibuat oleh Kohlberg (1976). Moral Judgment
66
Test (MJT) yang disusun Kohlberg (1976) dan di modifikasi oleh
peneliti berdasarkan teori Kohlberg, 1976 (dalam Rest, 1979). Penilaian
skala ini, makin tinggi nilai ( scorring) apabila yang di peroleh
penalaran moral remaja akan semakin positif, demikian sebaliknya
penilaian skala ini makin rendah nilai (scorring) apabila yang diperoleh
penalaran moral remaja akan semakin negatif.
Moral adalah produk dari budaya dan Agama, moral juga dapat
diartikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, kelakuan yang dilakukan
seseorang pada saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan
pengalaman, tafsiran, suara hati, serta nasihat, dan lain-lain. Moral
merupakan kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia
yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk (Desmita, 2008).
Hurlock (1994) moral adalah tata cara, kebiasaan, dan adat
peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu
budaya. Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan
buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari tindakan
atau pemikiran. Jadi, moral sangat berhubungan dengan benar salah,
baik buruk, keyakinan, diri sendiri, dan lingkungan sosial.
3.3. Lokasi Penelitian
Sekolah Menengah pertama (SMP) Negeri 1 Manokwari berdiri
pada tahun 1958 oleh pemerintah Belanda dengan nama MILO. MILO
adalah sekolah yang setara SMP, namun setelah integrasi Indonesia
dan Belanda di Papua pada tahun 1963 nama MILO diubah dengan
nama Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pemerintah Daerah
Kabupaten Manokwari menetapkan SMP Negeri 1 sebagai sekolah
tertua di Kabupaten Manokwari sehingga disebut SMP Negeri 1
67
Manokwari dengan alamat jalan Sudirman No. 61 Kelurahan Pardani
Kecamatan Manokwari Barat Kabupaten Manokwari sebagai kategori
Sekolah Standar Nasional pada tahun 2014 dengan Akreditasi A.
Dalam menjalankan pelayanan pendidikan kepada siswa-siswi,
SMP Negeri 1 Manokwari dengan mengemban visi membangun dan
membentuk civitas SMP Negeri 1 Manokwari yang tinggi iman
ketaqaan, tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi, berprestasi dalam
seni dan olahraga, berbudi pekerti luhur serta siap bersaing dalam era
global. Dengan tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan
nasional adalah meningkatkan keimanan, pengetahuan, berprsetasi
dalam bidang olahraga dan seni, berkepribadian serta trampil untuk
hidup mandiri dan dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut. Bertolak
dari visi dan tujuan tersebut, SMP Negeri 1 Manokwari sampai saat ini
setia dalam melayani, membina, dan mendidik putra putri daerah demi
kemajuan bangsa dan negara.
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode
survai. Creswel (2003), mengatakan bahwa umumnya penggunaan
metode survai adalah metode pengumpulan data secara kuantitatif.
Jenis penelitian ini akan diuji dan dilaksanakan pada siswa kelas 8 SMP
Negeri 1 Kabupaten Manokwari Propinsi Papua Barat.
3.4. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampling
3.4.1. Populasi dan Sampel
Arikunto (2006) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Populasi adalah kelompok besar yang merupakan
sasaran generalisasi penelitian (Sugiyono, 2014). Populasi dalam
68
penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Manokwari sebagai remaja awal, yakni usia 12-15 tahun.
Dengan demikian jumlah populasi dalam penelitian ini adalah
120 siswa yang sedang aktif belajar pada tahun pelajaran 2016/2017,
namun 5 siswa tidak hadir pada saat penyebarana angket penelitian.
Jumlah kelas terdiri dari empat yaitu kelas A, B, C, dan D adalah
sebagai berikut: (Tabel 3.1).
Tabel 3.1
Sebaran Populasi menurut kelas dan jenis kelamin
Ruang Kelas Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
A 9 19 28
B 14 15 29
C 14 15 29
D 14 15 29
Jumalah 51 64 115
3.4.2 Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel
Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subjek yang mempunyai kualitas kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 212). Berdasarkan jumlah populasi yang ada, maka sampel
dalam penelitian ini adalah secara keseluruhan siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Manokwari yang tercatat aktif sekolah pada tahun ajaran
2016/2017 dengan jumlah 120 namun yang masuk sekolah pada waktu
penelitian berjumlah 115 siswa sebagai teknik samplingnya yaitu
teknik sampling jenuh.
Populasi sebagai sampel juga disampaikan oleh Sugiyono bahwa
sampel adalah bagian jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
69
populasi. Bilamana populasi relatif kecil, maka semua anggota populasi
dapat digunakan sebagai sampel jenuh yaitu semua anggota populasi
dijadikan subyek penelitian.
3.5. Metode Pengumpulan Data
3.5.1 Prosedur pengumpulan data
Pengumpulan data diawali dengan pertemuan bersama Kepala
sekolah untuk memohon ijin penelitian pada siswa kelas 8 SMP Negeri
1 Manokwari, dengan menunjukkan surat penelitian dari ketua Program
Studi Magister Sains Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Ijin kepala sekolah untuk penulis melakukan penelitian
menjelang dua hari penelitian dapat di selenggarakan, kemudian data di
kumpulkan dengan angket/kuesioner lalu diolah dan ditabulasi untuk
menunjukkan hasil penelitian.
Kuosioner yaitu alat pengumpulan data berupa daftar pertanyaan
atau pernyataan yang dalam penelitian ini terdiri dari lima cerita enam
alternatif jawaban untuk variabel Y dan lima alternatif jawaban untuk
peubah X1 dan X2. Responden mengisi salah satu jawaban yang
dianggap paling sesuai atau yang paling tepat. Kuosioner digunakan
dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban masing-masing responden
tentang teman sebaya, pola asuh otoritatif orangtua dan penalaran
moral.
3.5.2 Instrumen Penelitian
Penggunaan istilah skala dan angket memiliki perbedaan dan
fungsi. Istilah angket lebih merujuk pada data faktual atau yang
dianggap fakta dan kebenaran yang diketahui oleh subjek, sedangkan
70
skala adalah deskripsi mengenai aspek kepribadian individu (Azwar
2015). Oleh karena itu, dalam penelitian ini lebih digunakan istilah
skala. Sebagai instrument penelitian pengukuran psikologi, maka skala
pengukuran diajukan secara tertulis kepada responden dan cara
menjawab dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang telah
disedikan. Skala penalaran moral terdiri dari cerita yang diakhiri
dengan pertanyaan. Sedangkan skala teman sebaya dan pola asuh
otoritatif orangtua terdiri dari pernyataan atau pertanyaan. Kedua model
skala ini dalam bentuk tertutup karena memberikan kemudahan bagi
responden dalam memberikan jawaban (Arikunto, 2006).
Skala penalaran moral disusun berdasarkan Definising Issu Test
(DIT) dengan cerita dilema moral, sedangkang skala likert untuk
dukungan sosial dan pola asuh otoritatif orangtua dengan lima kategori
pilihan jawaban, yakni: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N),
Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Data yang akan
dikumpulkan melalui penyebaran skala meliputi: nama, kelas, usia,
jenis kelamin.
Skala penalaran moral menggunakan alat ukur Definising Issu
Test (DIT) yang di kembangkan Rest (1979) berdasarkan teori
Kohlberg (1976) yang diadaptasi oleh Budiningsih (2001). Untuk
mengukur peubah pola asuh otoritatif orangtua menggunakan skala
pola asuh otoritatif menurut Baumrind (1991) yang dikembangkan
Zahara Idris, 1975 (dalam Shochib, 1997). Sedangkan untuk mengukur
peubah dukungan sosial teman sebaya menggunakan alat ukur The
Social Provision Scale, Wess, 1974 (dalam Cutrona, dkk, 1994).
71
3.5.3 Skala Penalaran Moral
Pengukuran variabel penalaran moral menggunakan metode
pengisian skala judgement moral teori Lawrence Kolhberg (1976),
penalaran moral dengan aspek Prakonvesional, Konvensional dan
Pasca Konvesional yang dikembangkan oleh Rest (1979) dengan alat
ukur Definising Issu Test (DIT) diadaptasi oleh Asri Budiningsih
(2001) dengan lima buah cerita pendek yang berisi persoalan-persoalan
moral yang mengandung dilema moral untuk dipecahkan. Setiap cerita
diakhiri dengan pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda, responden
diminta untuk memilih salah satu dari 6 alternatif jawaban yang
tersedia. Di bawah ini adalah nilai setiap jawaban cerita sebagai
berikut:
Cerita 1 (a = 6, b = 4, c = 5, d = 2, e = 1, f = 3)
Cerita 2 (a = 3, b =1, c = 2, d = 6, e = 4, f = 5)
Cerita 3 (a = 6, b = 4, c = 3, d = 1, e = 2, f = 5)
Cerita 4 (a = 3, b = 4, c = 2, d = 1, e = 6, f = 5)
Cerita 5 (a = 1, b = 6, c = 2, d = 5, e = 4, f = 3)
Lima buah cerita yang mengandung dilema moral yang disusun
oleh Budiningsih (2001) dengan 30 aitem jawaban dalam uji
reabilitasnya adalah (α = 0, 65) dan dapat di modifikasi oleh penulis
berdasarkan tempat atau lokasi dan tingkat pengetahuan subyek
penelitian.
3.5.4 Dukungan Sosial Teman Sebaya
Pengukuran Variabel dukungan sosial dengan menggunakan The
Social Provision Scale, (Weiss, 1974), yang digunakan oleh Cultrona,
dkk (1994) dalam penelitiannya, dengan 24 aitem pernyataan. Uji
72
realibilitasnya dengan 24 aitem tersebut adalah (α = 0, 915). Kemudian
di modifikasi penulis dengan 24 aitem pernyataan sesuai kebutuhan
penulis.
Penjabaran dari aspek dukungan sosial teman sebaya, indikator
dan sebaran total aitem sebagai cetak biru alat ukur yang nantinya akan
dipakai dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.2
Cetak Biru Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya
No Aspek Indikator
F UF Total
1 Ketergantungan
yang dapat
diandalkan
(Reliable Alliace
Agar ada individu
yang dapat
diandalkan dalam
saat-saat tertentu
1,23 10 3
Selalu ada harapan
bagi teman
18 - 1
2 Bimbingan
(Guidance)
Perlu pemberian
nasehat, saran, dan
informasi yang
diperlukan
12 3 2
Pemenuhan
kebutuhan dan
mengatasi
permasalahan
yang dihadapi
16 - 1
3 Pengakuan
positif
(Reassurrance
Worth)
Adanya
pengakuan atau
penghargaan
terhadap
kemampuan dan
kualitas individu
13,20 6 3
Adanya pujian
terhadap sebuah
prestasi
9 - 1
4 Kedekatan
emosional
(Emotional
Attachment)
Adanya
pengekspresian
dan kasih sayang,
cinta, perhatian
17 21 2
Adanya
kepercayaan yang
diterima individu
yang dapat
memberikan rasa
aman kepada
11,19 - 2
73
individu yang
menerima
5 Integrasi sosial
(Social
Integration)
Agar
memungkinkannya
untuk membagi
minat, perhatian
serta melakukan
kegiatan secara
bersama-sama
5,8 14 3
Selalu
membangun
kebersamaam=n
22 - 1
6 Kesempatan
untuk mengasuh
(Opportunity
Provide
NurturanceI)
Agar
memungkinkan
individu untuk
memperoleh
perasaan bahwa
orang lain
tergantung
padanya untuk
kesejahteraan
4,7 24 3
Selalu
membangun
pengasuhan
15,2 - 2
Jumlah 18 6 24
Tabel 3.3
Sebaran Aitem Skala Dukungan Teman Sebaya untuk Try Out
No Aspek Indikator
F U F Total
1 Ketergantungan
yang dapat
diandalkan
(Reliable
Alliace
Agar ada individu
yang dapat
diandalkan dalam
saat-saat tertentu
1,23,25* 10 4
Selalu ada harapan
bagi teman
18,34* - 2
2 Bimbingan
(Guidance)
Perlu pemberian
nasehat, saran, dan
informasi yang
diperlukan
12,35* 3 3
Pemenuhan
kebutuhan dan
mengatasi
permasalahan
yang dihadapi
16,37* 26* 3
3 Pengakuan
positif
(Reassurrance
Worth)
Adanya
pengakuan atau
penghargaan
terhadap
13,20,28*,38* 6 5
74
kemampuan dan
kualitas individu
Adanya pujian
terhadap sebuah
prestasi
9,27* 36 3
4 Kedekatan
emosional
(Emotional
Attachment)
Adanya
pengekspresian
dan kasih sayang,
cinta, perhatian
17,40* 21,33* 4
Adanya
kepercayaan yang
diterima individu
yang dapat
memberikan rasa
aman kepada
individu yang
menerima
11,19,31* 32*,39* 5
5 Integrasi sosial
(Social
Integration)
Agar
memungkinkannya
untuk membagi
minat, perhatian
serta melakukan
kegiatan secara
bersama-sama
5,8 14 3
Selalu
membangun
kebersamaam=n
22,29* - 2
6 Kesempatan
untuk mengasuh
(Opportunity
Provide
NurturanceI)
Agar
memungkinkan
individu untuk
memperoleh
perasaan bahwa
orang lain
tergantung
padanya untuk
kesejahteraan
4,7,30* 24 4
Selalu
membangun
pengasuhan
15,2 - 2
Jumlah 29 11 40
Keterangan : tanda (*) merupakan aitem yang ditambah
3.5.5 Pola Asuh Otoritatif Orang tua
Alat ukur pola asuh otoritatif orangtua dengan menggunakan
skala yang disusun oleh penulis sendiri dengan mengacu pada pendapat
yang dikemukakan Baumrid, (1991), Zahara Idris, 1975 (dalam
Shochib, 1997), yaitu adanya musyawarah dalam keluarga, adanya
75
kebebasan yang terkendali, adanya pengarahan dari orangtua, adanya
bimbingan dan perhatian, adanya saling menghormati antar anggota
keluarga, dan adanya komunikasi dua arah.
Penjabaran dari aspek pola asuh otoritatif orangtua, indikator dan
sebaran total aitem sebagai blu print alat ukur yang nantinya akan
dipakai dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini:
Tabel 3.4
Cetak Biru Skala Pola Asuh Otoritatif Orangtua
No Aspek
Indikator F UF Jumlah
aitem
1 Adanya
musyawar
ah dalam
keluarga
Mengajak anak
untuk ikut serta
dalam perundingan
membuat keputusan
keluarga
1,10,17 - 3
Bermusyawarah
dalam memecahkan
problem-problem
yang dihadapi anak
maupun keluarga
23,24 22 3
2 Adanya
kebebasan
yang
terkendali
Mendengar pendapat
anak dan
memperhatikan
keinginannya
2,7 15 3
Memberikan
kebebasan yang
terkontrol
13,19 - 2
3 adanya
pengaraha
n dari
orangtua
Bertanya kepada
anak tentang
kegiatan sehari-
harinya
3,8, 26 3
Memberikan
pengajarn bagi anak
18,20 - 2
4 adanya
bimbingan
dan
perhatian
Memberikan pujian
atau hadiah kepada
anak bila berperilaku
benar atau baik dan
memenuhi
kebutuhannya sesuai
kemampuan
4,9, 27 3
Memberikan teguran
dan nasehat kepada
anak jika salah atau
berpperilaku buruk
dan selalu
14,21 - 2
76
mengingatkan anak
untuk belajar
5 Adanya
saling
menghor
mati antar
anggota
keluarga
Terdapat tutur kata
yang baik antara
anggota keluarga
dan saling tolong
menolong dalam
keluarga dan saling
menghargai antara
yang satu dengan
yang lain
5,11 16 3
Bersikap adil
terhadap setiap anak
dalam pemberian
tugas
25,28 - 2
6 Adanya
komunika
si dua
arah
Memberikan
kesempatan kepada
anak untuk bertanya
atau berpendapat
tentang sesuatu hal
dalam rumah
6,12 29 3
Orangtua
menjelaskan alasan
ditetapkannya suatu
peraturan dan
membicarakan
segala persoalan
yang timbul dalam
keluarga
30 - 1
Jumlah 24 6 30
Tabel 3.5
Sebaran Aitem Skala Pola Asuh Otoritatif Orangtua
N
o
Aspek
Indikator F UF Jumlah
aitem
1 Adanya
musyawar
ah dalam
keluarga
Mengajak anak
untuk ikut serta
dalam perundingan
membuat keputusan
keluarga
1,10,17 - 3
Bermusyawarah
dalam memecahkan
problem-problem
yang dihadapi anak
maupun keluarga
23,24 22 3
2 Adanya
kebebasan
yang
terkendali
Mendengar pendapat
anak dan
memperhatikan
keinginannya
2,7,35* 15 4
77
Memberikan
kebebasan yang
terkontrol
13,19,34* 31*,37* 5
3 adanya
pengaraha
n dari
orangtua
Bertanya kepada
anak tentang
kegiatan sehari-
harinya
3,8,42* 26,41* 5
Memberikan
pengajarn bagi anak
18,20 33* 3
4 adanya
bimbingan
dan
perhatian
Memberikan pujian
atau hadiah kepada
anak bila berperilaku
benar atau baik dan
memenuhi
kebutuhannya sesuai
kemampuan
4,9, 27 3
Memberikan teguran
dan nasehat kepada
anak jika salah atau
berpperilaku buruk
dan selalu
mengingatkan anak
untuk belajar
14,21,32*,38* 43* 5
5 Adanya
saling
menghor
mati antar
anggota
keluarga
Terdapat tutur kata
yang baik antara
anggota keluarga
dan saling tolong
menolong dalam
keluarga dan saling
menghargai antara
yang satu dengan
yang lain
5,11 16 3
Bersikap adil
terhadap setiap anak
dalam pemberian
tugas
25,35 40* 3
6 Adanya
komunika
si dua
arah
Memberikan
kesempatan kepada
anak untuk bertanya
atau berpendapat
tentang sesuatu hal
dalam rumah
6,12,36* 29 4
Orangtua
menjelaskan alasan
ditetapkannya suatu
peraturan dan
membicarakan
segala persoalan
yang timbul dalam
keluarga
30,39*,44*,45* - 4
Jumlah 33 12 45
Keterangan : tanda (*) merupakan aitem yang ditambah
78
3.6. Analisis Data Penelitian
Adapun analisis data dalam penelitian ini yaitu:
a. Analisis data menggunakan analisis kuantitatif untuk mengukur
peubah dukungan sosial teman sebaya, pola asuh otoritatatif
orangtua, dan penalaran moral .
b. Analisis regresi dengan menggunakan bantuan program statistik
SPSS 16 For Windows Evaluation Version dipakai untuk
melihat hubungan linier antara 2 peubah tak gayut yakni
dukungan sosial teman sebaya dan pola asuh otoritatif orangtua
dengan 1 peubah gayut yaitu penalaran moral, guna mendapat
hasil mengenai hubungan peubah-peubah tersebut dengan
hipotesa H: diterima jika H< 0,05, dan jika H > 0, 05 maka H
ditolak.
3.7. Uji Daya Diskriminasi dan Reabilitas
3.7.1 Uji Daya Diskriminasi
Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara
menghitung koofisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan
distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan
koefisien korelasi aitem total denagn teknik program scala (scale
Analysis) dan menggunakan bantuan komputer dengan SPSS for
windows versi 16.0 pada setiap item dari kedua angket yang digunakan.
Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0, 25 daya
bedanya dianggap memuaskan. Jika koefisien korelasi kurang dari 0, 25
maka dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda
rendah (Azwar, 2015).
79
Pada peubah penalaran moral penulis menggunakan skala
Definising Issu Test (DIT). Metode yang digunakan untuk menguji
daya diskriminasi aitem adalah metode internal validity dengan rumus
Pearson Product Moment yang berarti mengkorelasikan tiap-tiap aitem
dengan totalnya. Dari hasil uji validitas semua aitem valid dan
konfisien korelasi aitem-aitem yang valid bergerak dari 0,256 sampai
0,786, sedangkan dari uji reabilitas dapatkan r tt : 0, 835 dengan taraf
signifikan 5%.
3.7.2 Reliabilitas
Analisa reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana
hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama dengan alat ukur yang sama
(Aswar 2010).
Penentuan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan metode
Alpha Cronbach, dengan alasan karena sesuai untuk tes-tes yang
memiliki item yang dapat diskor dalam suatu rentang nilai tertentu, dan
dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0.
Sementara pada peubah penalaran moral menggunakan skala Definising
Issu Test (DIT), reabilitas menggunakan teknik analisis varians dari
Hoyt dengan rumus sebagai berikut:
rxx’ = - MK is/MKs
Keterangan :
MKis = Mean kuadrat interaksi aitem dengan subjek
MKs = Mean kuadrat antar subjek
Untuk memperoleh koefisien Hoyt dengan rumus di atas dapat
memanfaatkan program SPSS yang salah-satu ouputnya yang
80
dihasilkannya dari menu scale dan sub menu reability analysis adalah
tabel sidik ragam yang memuat angka MKis dan MKs. Nilai koefisien
alpha yang dianggap reliabel adalah jika memenuhi nilai minimal
0,666.
3.8. Teknik Analisis Data
3.8.1 Uji Asumsi Klasik
Supramono & Haryanto (2005) menyatakan bahwa sebelum
melakukan pengujian hipotesis, data perlu terlebih dahulu diuji agar
memenuhi Kriteria Best Linier Unbiased Estimator (BLUE), sehingga
dapat menghasilkan parameter penduga yang sahih.
3.8.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu
berdistribusi normal, selain itu dari hasil pengujian normalitas juga
dapat menunjukan bahwa sampel yang diambil berdistribusi normal
atau hampir berdistribusi normal (Arikunto, 2006). Pengujian
normalitas dilakukan dengan melihat grafik histogram, P-P Plot Test,
dan uji one sample Kolmogorov.
3.8.1.2 Uji Multikolonieritas
Dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antara variabel independen. Sebab jika terjadi korelasi,
maka terdapat problem multikolinearitas. Pengujian akan dilakukan
dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥ 10
(Ghosali, 2009).
81
3.8.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual suatu
pengamatan ke pengamatan yang lain. jika varians tetap maka terjadi
problem Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu
homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Salah satu cara
yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas
yaitu melihat Scatter plot (nilai prediksi dependen ZPRED dengan
residual SRESID). Apabila titik pada grafik Scatterplot menyebar
secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka tidak
terjadi masalah Heteroskedastisitas (Santoso, 2000).
3.8.1.4 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan
antara variabel bebas dengan variabel terikat dan untuk mengetahui
signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Jika
penyimpanagn tersebut tidak signifikan, maka hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terkait adalah linear (Hadi, 2000). Hasil
uji linearitas dengan p>0.05 maka dapat dikatakan adanya hubungan
yang linear antara variabel bebas dengan variabel terikat.
3.8.2 Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis penelitian, teknik analisa data yang
digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi berganda, dengan
menggunakan bantuan SPSS 16.0 yaitu bermaksud untuk mengetahui
bagaimana keadaan peubah tak gayut, bila dua atau lebih peubah gayut
sebagai prediktor dimanipulasi (Sugiyono, 2006). Analisis ini
82
digunakan karena jumlah peubah gayut dalam penelitian ini lebih dari
satu yaitu: dukungan sosial teman sebaya (X1), pola asuh otoritatif
orangtua (X2) terhadap peubah gayut yaitu penalaran moral remaja (Y).
83