BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A.repository.upi.edu/42641/6/S_GEO_1202838_Chapter3.pdf · penggunaan...
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi
Lokasi penelitian ini terdapat di Sub Daerah Aliran Ci Sungapan. Sub
Daerah Aliran Ci Sungapan diantaranya melewati wilayah Kabupaten Bandung
Barat dan Kota Bandung.
Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar Bandung, lembar
Cimahi dan lembar Lembang edisi tahun 2001, perhitungan keseluruhan luas
daerah Sub Daerah Aliran Ci Paganti adalah sekitar ± 3.467 km2 atau sekitar ±
346.714 ha dan secara geografis terletak di koordinat 107º36’00” BT –
107º37’30” BT dan 6º49’00” LS – 6º51’30” LS. Sedangkan Sub Daerah Aliran Ci
Sungapan ini sendiri letaknya dibatasi oleh:
Bagian Utara : Sesar Lembang
Bagian Timur : Sub Daerah Aliran Ci Rapohan
Bagian Barat : Sub Daerah Aliran Ci paganti
Bagian Selatan : Sub Daerah Aliran Ci Paganti
Untuk lebih jelasnya, letak Sub Daerah Aliran Ci Sungapan dapat dilihat
pada gambar 3.1.
B. Metode Penelitian
Dalam usaha memecahkan suatu permasalahan khususnya dalam
penelitian, tentu membutuhkan adanya metode penelitian. Ada beberapa metode
penelitian yang dapat dipilih oleh peneliti yang dapat disesuaikan berdasarkan
rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka metode
yang akan digunakan adalah metode Sistem Informasi Geografis dengan
menggunakan bantuan software ErMapper dan ArcMap pada komputer dan
dengan urutan tahapan pengerjaan seperti berikut :
1. Sistem Informasi Geografis
a. Komposit citra
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
34
Komposit Citra untuk mengidentifikasi penggunaan lahan pada citra landsat 7
yaitu memakai band 543 dan landsat 8 memakai band 654.
35
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1. Peta Lokasi Penelitian
36
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Koreksi geometrik
Sistem koordinat yang digunakan adalah World Geographic System 84
(WGS84) dengan proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM) zona 48.
c. Penajaman citra (image enhancement)
Untuk memperjelas kenampakan citra maka dilakukan teknik penajaman citra
yang diantaranya dengan peningkatan kontras sehingga kenampakan warna
lebih jelas.
d. Interpretasi digital citra
Dalam Interpretasi digital citra peneliti melakukan dengan teknik klasifikasi
terbimbing (Supervised Classification). Tahap ini adalah tahap untuk
mendapatkan data atau informasi sehingga dapat menjadi peta penggunaan
lahan.
e. Survey lapangan
Survey lapangan dilakukan untuk menguji hasil interpretasi citra digital
dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Sebelum diadakan survey, terlebih
dulu peneliti mempersiapkan pedoman observasi lapangan dan peta satuan
lahan. Peta satuan lahan diantaranya dibuat dengan cara mengoverlaykan peta
penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta kemiringan lereng yang
menghasilkan titik-titik koordinat untuk dijadikan titik survey penggunaan
lahan dan titik menguji tektur tanah.
f. Akurasi Citra
Akurasi citra dilakukan untuk menguji ketepatan informasi yang diperoleh
pada citra dengan keadaan sebenarnya di lapangan sehingga dapat menentukan
besarnya presentase keakuratan hasil identifikasi citra. Adapun untuk menguji
akurasi citra dengan membuat matriks contingency atau yang lebih sering
disebut dengan matriks kesalahan (confusion matrix)
2. Indeks Konservasi
Setelah survey lapangan dilakukan, selanjutnya dapat memproses atau
mengolah kembali peta penggunaan lahan dengan menambahkan peta-peta spasial
lainnya untuk kemudian diolah guna menghasilkan informasi baru. Dalam urutan
pelaksanaannya dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:
a. melakukan penilaian setiap patameter indeks konservasi (peta tanah, peta
geologi, peta curah hujan, peta kemiringan lereng),
b. overlay peta jenis tanah, peta geologi, dan peta kemiringan lereng sehingga
menghasilkan peta satuan lahan,
c. overlay peta satuan lahan dengan dan peta curah hujan sehingga
menghasilkan peta indeks konservasi alami,
d. overlay peta satuan lahan dengan peta curah hujan dan penggunaan lahan
sehingga menghasilkan peta indeks konservasi aktual,
e. overlay peta indeks konservasi alami dan indeks konservasi aktual sehingga
menghasilkan peta kondisi atau indeks konservasi airtanah.
Beberapa langkah tersebut diberlakukan sama seperti peta 2015, maka peta
2003 juga melalui seluruh tahapan seperti yang sebelumnya dijelaskan. Sebagai
37
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tahapan terakhir, maka hasil peta Indeks konservasi air tanah 2015 akan di overlay
kan dengan peta indeks konservasi 2003 sehingga tergambarkan bagaimana
perubahan indeks konservasi airtanah akibat perubahan penggunaan lahan.
C. Pendekatan Geografi
Dalam penggunaan metode penelitian, peneliti harus memuat pendekatan
geografi. Adapun dalam penelitian ini pendekatan geografi yang digunakan adalah
pendekatan keruangan.
Menurut Sabari (2008, hlm. 12), pendekatan keruangan tidak lain
merupakan suatu metoda analisis yang menekankan analisisnya pada eksistensi
ruang (space) sebagai wadah untuk mengakomodasikan kegiatan manusia dalam
menjelaskan fenomena geosfera.
Pendekatan keruangan ini digunakan dengan memperhatikan penyebaran
penggunaan ruang. Penyebaran penggunaan ruang dalam analisis ini diantaranya
dikumpulkan dengan memetakan data lokasi yang terdiri dari titik (point data) dan
data bidang (areal data) Adapun yang termasuk dalam data titik adalah ketinggian
tempat, data sampel penggunaan lahan, data sampel tanah, dan sebagainya.
Sedangkan yang termasuk dalam data bidang adalah data luasan berbagai
penggunaan lahan, jenis tanah, jenis batuan dan sebagainya.
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah wilayah Sub Daerah Aliran Cipaganti
dengan luas 3.467 km2 atau sekitar 346.714 ha yang terdiri atas kondisi fisik
diantaranya kemiringan lereng, jenis tanah, jenis batuan dan penggunaan lahan.
Sedangkan Untuk menguji hasil interpretasi citra digital atau peta penggunaan
lahan dengan kondisi sebenarnya di lapangan dan untuk menguji tektur tanah,
peneliti menggunakan sampel peneliian. Penarikan sampel diantaranya dilakukan
dengan cara overlay peta penggunaan lahan, peta kemiringan lereng dan peta jenis
tanah sehingga menjadi peta satuan lahan. Berdasarkan hasil tersebut, didapat 58
satuan lahan yang akan peneliti jadikan sampel. Sedangkan untuk pengambilan
titik – titik pengamatannya peneliti menggunakan sampel acak berstrata (Stratified
random sampling).
38
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 . Sampel Daerah Penelitian
No. Koordinat Kemiringan
Lereng
Formasi
Geologi
Jenis
Tanah
Penggunaan
Lahan
Satuan
Lahan
1 107° 36' 50.465" BT 6° 50' 26.114" LS <8 % F.Cikapundung Andosol Tegalan/Ladang 1FKAndTL
2 107° 37' 5.331" BT 6° 50' 30.625" LS <8 % F.Cikapundung Andosol Kebun/Perkebunan 1FKAndKP
3 107° 37' 5.803" BT 6° 50' 31.793" LS <8 % F.Cikapundung Andosol Hutan 1FKAndH
4 107° 36' 49.238" BT 6° 50' 50.121" LS <8 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 1FKLaKP
5 107° 37' 5.512" BT 6° 50' 43.435" LS <8 % F.Cikapundung Latosol Hutan 1FKLaH
6 107° 36' 45.403" BT 6° 50' 27.687" LS <8 % F. Cibeureum Andosol Tegalan/Ladang 1FBAndTL
7 107° 36' 44.496" BT 6° 50' 28.282" LS <8 % F. Cibeureum Andosol Pemukiman/Lahan Terbangun 1FBAndPLT
8 107° 36' 53.156" BT 6° 50' 30.923" LS <8 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 1FBAndKP
9 107° 36' 37.784" BT 6° 50' 42.206" LS <8 % F. Cibeureum Latosol Tegalan/Ladang 1FBLaTL
10 107° 36' 34.697" BT 6° 50' 40.674" LS <8 % F. Cibeureum Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 1FBLaPLT
11 107° 36' 23.028" BT 6° 51' 11.478" LS <8 % F. Cibeureum Latosol Semak 1FBLaS
12 107° 37' 11.402" BT 6° 50' 22.920" LS 15-25 % F.Cikapundung Andosol Pemukiman/Lahan Terbangun 3FKAndPLT
13 107° 37' 17.766" BT 6° 50' 20.038" LS 15-25 % F.Cikapundung Andosol Semak 3FKAndS
14 107° 37' 14.404" BT 6° 49' 36.222" LS 15-25 % F.Cikapundung Andosol Hutan 3FKAndH
15 107° 36' 43.585" BT 6° 50' 41.716" LS 15-25 % F.Cikapundung Latosol Tegalan/Ladang 3FKLaTL
16 107° 36' 45.163" BT 6° 50' 39.870" LS 15-25 % F.Cikapundung Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 3FKLaPLT
17 107° 36' 44.629" BT 6° 51' 15.037" LS 15-25 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 3FKLaKP
18 107° 36' 54.364" BT 6° 50' 30.080" LS 15-25 % F. Cibeureum Andosol Tegalan/Ladang 3FBAndTL
19 107° 36' 55.281" BT 6° 50' 28.860" LS 15-25 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 3FBAndKP
20 107° 36' 50.777" BT 6° 50' 43.665" LS 15-25 % F. Cibeureum Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 3FBLaPLT
21 107° 36' 13.923" BT 6° 51' 19.507" LS 15-25 % F. Cibeureum Latosol Semak 3FBLaS
22 107° 36' 14.792" BT 6° 51' 29.346" LS 15-25 % F. Cibeureum Latosol Hutan 3FBLaH
23 107° 36' 51.563" BT 6° 50' 24.720" LS 8-15 % F.Cikapundung Andosol Tegalan/Ladang 2FKAndTL
24 107° 36' 45.526" BT 6° 50' 29.957" LS 8-15 % F.Cikapundung Andosol Pemukiman/Lahan Terbangun 2FKAndPLT
25 107° 37' 11.484" BT 6° 50' 26.129" LS 8-15 % F.Cikapundung Andosol Semak 2FKAndS
26 107° 37' 13.542" BT 6° 49' 35.586" LS 8-15 % F.Cikapundung Andosol Hutan 2FKAndH
27 107° 36' 45.273" BT 6° 50' 39.161" LS 8-15 % F.Cikapundung Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 2FKLaPLT
28 107° 36' 50.827" BT 6° 50' 52.313" LS 8-15 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 2FKLaKP
29 107° 36' 24.946" BT 6° 51' 15.010" LS 8-15 % F.Cikapundung Latosol Semak 2FKLaS
30 107° 36' 52.710" BT 6° 50' 31.255" LS 8-15 % F. Cibeureum Andosol Tegalan/Ladang 2FBAndTL
31 107° 36' 53.428" BT 6° 50' 30.010" LS 8-15 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 2FBAndKP
32 107° 36' 42.242" BT 6° 50' 29.754" LS 8-15 % F. Cibeureum Andosol Semak 2FBAndS
33 107° 36' 38.359" BT 6° 50' 37.451" LS 8-15 % F. Cibeureum Latosol Tegalan/Ladang 2FBLaTL
34 107° 36' 35.905" BT 6° 50' 37.516" LS 8-15 % F. Cibeureum Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 2FBLaPLT
35 107° 36' 14.190" BT 6° 51' 15.468" LS 8-15 % F. Cibeureum Latosol Semak 2FBLaS
36 107° 36' 44.910" BT 6° 50' 51.258" LS 8-15 % F. Cibeureum Latosol Hutan 2FBLaH
37 107° 37' 5.238" BT 6° 50' 14.406" LS 25-40 % F.Cikapundung Andosol Tegalan/Ladang 4FKAndTL
38 107° 37' 5.919" BT 6° 49' 57.530" LS 25-40 % F.Cikapundung Andosol Pemukiman/Lahan Terbangun 4FKAndPLT
39 107° 37' 5.052" BT 6° 50' 0.251" LS 25-40 % F.Cikapundung Andosol Kebun/Perkebunan 4FKAndKP
40 107° 37' 17.706" BT 6° 50' 13.643" LS 25-40 % F.Cikapundung Andosol Hutan 4FKAndH
41 107° 36' 40.819" BT 6° 51' 8.122" LS 25-40 % F.Cikapundung Latosol Tegalan/Ladang 4FKLaTL
42 107° 36' 53.733" BT 6° 50' 59.445" LS 25-40 % F.Cikapundung Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 4FKLaPLT
43 107° 36' 54.104" BT 6° 50' 56.387" LS 25-40 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 4FKLaKP
44 107° 36' 39.575" BT 6° 51' 14.718" LS 25-40 % F.Cikapundung Latosol Hutan 4FKLaH
45 107° 36' 53.948" BT 6° 50' 30.931" LS 25-40 % F. Cibeureum Andosol Tegalan/Ladang 4FBAndTL
46 107° 36' 55.409" BT 6° 50' 29.516" LS 25-40 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 4FBAndKP
47 107° 36' 15.436" BT 6° 51' 38.435" LS 25-40 % F. Cibeureum Latosol Pemukiman/Lahan Terbangun 4FBLaPLT
48 107° 36' 25.378" BT 6° 51' 27.526" LS 25-40 % F. Cibeureum Latosol Kebun/Perkebunan 4FBLaKP
49 107° 36' 14.933" BT 6° 51' 27.123" LS 25-40 % F. Cibeureum Latosol Hutan 4FBLaH
50 107° 37' 0.285" BT 6° 50' 12.744" LS >40 % F.Cikapundung Andosol Tegalan/Ladang 5FKAndTL
51 107° 37' 18.236" BT 6° 49' 52.218" LS >40 % F.Cikapundung Andosol Kebun/Perkebunan 5FKAndKP
52 107° 37' 22.477" BT 6° 49' 42.452" LS >40 % F.Cikapundung Andosol Semak 5FKAndS
53 107° 37' 14.423" BT 6° 49' 40.517" LS >40 % F.Cikapundung Andosol Hutan 5FKAndH
54 107° 36' 43.080" BT 6° 51' 3.574" LS >40 % F.Cikapundung Latosol Kebun/Perkebunan 5FKLaKP
55 107° 36' 42.271" BT 6° 51' 2.099" LS >40 % F.Cikapundung Latosol Hutan 5FKLaH
56 107° 36' 53.888" BT 6° 50' 29.095" LS >40 % F. Cibeureum Andosol Kebun/Perkebunan 5FBAnKP
57 107° 36' 46.223" BT 6° 50' 46.639" LS >40 % F. Cibeureum Latosol Kebun/Perkebunan 5FBLaKP
58 107° 36' 14.865" BT 6° 51' 28.023" LS >40 % F. Cibeureum Latosol Hutan 5FBLaH
Sumber : Hasil Penelitian (2017)
39
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2. Sampel Daerah Penelitian
40
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Variabel Penelitian
Adapun variabel dalam penelitian ini terkait dengan hal-hal yang perlu
diperhatikan dan dianalisis dalam kaitannya dengan Indeks konservasi airtanah
akibat perubahan penggunaan lahan di Sub Daerah Aliran Ci Sungapan adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2. Variabel Penelitian
Perubahan Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan 2003
Penggunaan Lahan 2015
Perubahan Indeks Konservasi
Curah Hujan
Jenis Batuan
Jenis Tanah
Kemiringan Lereng
Perubahan Penggunaan Lahan
Sumber : Hasil Penelitian (2017)
F. Alat dan Bahan
Dalam penelitian ini dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut:
1. Alat
Sardware (komputer)
Software (ErMapper dan ArcMap)
Pedoman observasi dan alat tulis
Alat dokumentasi
GPS
Sendok tanah untuk sampel tanah yang akan diuji tekstur
2. Bahan
Citra Landsat 7 ETM+ path/row 122/65 akuisisi 10 Januari 2003
Citra Landsat 8 OLI/TIRS path/row 122/65 akuisisi 15 November 2015
Peta Hispografi Badan Geospasial Indonesia skala 1:25.000.
Peta Jenis Tanah Lembar Ci Tarum skala 1:100.000
Peta Geologi Lembar Bandung skala 1:100.000
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Lembar Cimahi skala 1:25.000 tahun 2001
Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Lembar Bandung skala 1:25.000 tahun 2001
Data curah hujan 2003 dan 2015
G. Tahapan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahapan penelitian. Secara garis
besar tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap pengumpulan data
Pada pengumpulan data, diantaranya peneliti perlu menyiapkan
a. Studi kepustakaan dan liteatur-literatur, buku-buku, serta jurnal berkaitan
dengan daerah penelitian.
41
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Menyiapkan surat perijinan penelitian.
c. Menyiapkan peralatan berupa hardware (komputer) dan software (ErMapper
dan ArcMap).
d. Menyiapkan data berupa peta hispografi, peta jenis tanah, peta jenis batuan,
peta curah hujan tahun 2003, peta curah hujan tahun 2015, peta penggunaan
lahan 2003 (hasil interpretasi citra Landsat 7 path/row 122/65 tanggal akuisisi
10 Januari 2003) dan peta penggunaan lahan tahun 2015 (hasil interpretasi
citra Landsat 8 tahun 2015 path/row 122/65 tanggal akuisisi 03 November
2015).
2. Tahap deliniasi batas daerah penelitian
Pada tahap ini peneliti melakukan pembuatan atau deliniasi batas daerah
penelitian dengan cara digitasi (on screen). Karena daerah yang dijadikan
penelitian merupakan suatu DAS maka digitasi dilakukan dengan mengikuti titik-
titik ketinggian dari peta kontur. Daerah penelitian tersebut adalah Sub Daerah
Aliran Ci Sungapan.
3. Survey lapangan dan akurasi citra
Survey lapangan dilakukan untuk menguji hasil interpretasi citra peta
penggunaan lahan dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Selain itu, survey
lapangan ini juga dilakukan untuk menguji tektur tanah. Sebelum memulai survey
lapangan, peneliti harus mempersiapkan pedoman observasi lapangan dan peta
satuan lahan sebagai pedoman. Peta satuan lahan diantaranya dibuat dengan cara
mengoverlaykan peta penggunaan lahan (hasil interpretasi citra 2003), peta jenis
tanah dan peta kemiringan lereng. Adapun untuk menguji akurasi citra dengan
membuat matriks kesalahan (confusion matrix) yang dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3. Matriks Kesalahan (Confusion Matrix)
Data acuan
(Training Area)
Diklasifikasikan ke kelas Total Baris
Xk+
Producer’s Accuracy
Xkk / Xk+ A B C D
A Xii
B
C
…
D Xkk
Total kolom X+k N
User’s accuracy Xkk/X+k
Sumber : Jaya dalam Nugraha (2008)
𝑈𝑠𝑒𝑟 𝑠 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = Xkk
X+k𝑥100% 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑒𝑟’𝑠 𝐴𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 =
Xkk
Xk+𝑥100%
𝑂𝑣𝑒𝑟𝑎𝑙𝑙 𝑎𝑐𝑐𝑢𝑟𝑎𝑐𝑦 = ∑ Xkk
𝑟𝑘
N𝑥100%
42
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun untuk menguji tekstur tanah dibedakan dengan cara manual
(metode texture by feel) yaitu dengan cara kerja seperti berikut :
a. Letakan sedikit tanah diatas tangan atau dintara jari-jari tangan, basahi sedikit
demi sedikit sampai dicapai keadaan plastic maksimum . Keadaan ini
menjunjukan saat yang tepat dalam ppendugaan tekstur tanah.
b. Rasakan adanya kekerasan, kelengketan, dan kekenyalan serta derajat
kemengkilatan tanah dengan ibu jari dan telunjuk.
Tabel 3.4. Pengamatan Kelas Tekstur
Kekasaran Kelicinan Kelengketan
& Plastisitas
Pembentukan Bola &
Benang Tanah
Kelas Tekstur
Tanah
Tidak kasar atau
agak kasar Tidak licin
Sangat lengket
& plastis
Bola sangat kohesip, benang tanah
mudah dibentuk cincin, sangat
mengkilat
Liat
Cukup licin &
seperti
sutera/halus
Sangat lengket
& plastis
Bola sangat kohesip, benang tanah
mudah dibentuk cincin, sangat
mengkilat
Liat berdebu
Cukup lengket
& plastis
Bola sangat kohesip, benang tanah
tidak dapat dibentuk cincin, cukup
mengkilat
Lempulug liat
berdebu
Sangat licin dan
seperti sutera
Sedikit sekali
lengket &
plastis
Bola cukup kohesip sukar dibentuk
benang tanah, agak mengkilat Debu
Sangat licin dan
seperti sutera
Hampir sekali
lengket &
plastis
Bola cukup kohesip, benang tanah
sukar dibentuk, agak tidak mengkilat
Lempung
berdebu
Agak kasar sampai
cukup kasar Sedikit licin
Cukup lengket
& plastis
Bola cukup kohesip, benang tanah
sukar dibentuk, agak tidak mengkilat Lempung berliat
Cukup kasar Tidak licin Sangat lengket
& plastis
Bola sangat kohesip, benang tanah
sukar dibentuk, sangat mengkilat Liat berpasir
Cukup kasar Tidak licin Cukup lengket
& plastis
Bola cukup kohesip, benang panjang,
tanah sukar dibentuk, cukup mengkilat
Lempung liat
berpasir
Cukup kasar Agak licin Agak lengket
& plastis
Bola cukup kohesip, sukar dibentuk
benang Lempung
Sangat kasar Tidak licin Tidak lengket
& plastis
Bola cukup kohesip, tidak dapat
dibentuk benang
Lempung
berpasir
Sangat kasar sekali Tidak licin Tidak lengket
& plastis
Bola agak kohesip, tidak dapat
dibentuk benang
Pasir
berempung
Bola mudah pecah kohesip Pasir
Sumber: Rohmat, D. (2013)
Perlu diperhatikan hal-hal berikut :
Kekasaran
Kekasaran dapat menunjukkan tingkat untuk menentukan jumlah pasir yang
terdapat dalam tanah.
Kelicinan
Kelicinan dapat menjunjukan keadaan tingkat dalam penentuan jumlah-jumlah
debu, kadang-kadang karenapartikel debu yang banyak dan bergesekan maka
akan terasa seperti sabun.
Kelengketan
Kelengketan dan palstis adalah penduga kandungan liat dalam tanah. Bila
43
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tanah kenyal maka akan lebih mudah tanah tersebut dibentuk bola permukaan
yang mengandung liat akan tanah.
Pengamatan-pengamatan
Setelah merasakan kekasaran, kelicinan dan kemengkilatan serta perlakuan-
perlakuam terhadap tanah maka akan dibandingkan hasil perasaan tadi dengan
tabel pengamatan tekstur tanah pada tabel 3.4. kemudian tentikan teksturnya.
4. Reinterpretasi peta
Reinterpretasi dilakukan apabila hasil interptretasi kelas penggunaan lahan
sebelumnya memiliki kekurangan data sehingga perlu ditambah atau diperbaharui
sesuai dengan keadaan yang aktual atau diperbaharui karena dibawah standar
akurasi. Menurut Sutanto (dalam Arsyad, 2012, hlm. 42) yang bahwa identifikasi
lahan di negara tropis yang sedang berkembang maksimal 75% sampai 85 %
karena daerah tropis memiliki penutupan lahan yang sangat mejemuk dan rumit.
5. Analilis
Apabila seluruh data dan informasi telah lengkap untuk selanjutnya diolah
dan dianalisis. Adapun peta-peta tersebut diantaranya terdiri dari:
a. Peta perubahan penggunaan lahan yang terdiri dari hasil overlay peta
penggunaan lahan tahun 2003 dan penggunaan tahun 2015.
b. Peta perubahan indeks konservasi alami yang terdiri dari hasil overlay
konservasi alami tahun 2003 dan indeks konservasi alami tahun 2015 untuk
menghasilkan peta perubahan indeks konservasi alami.
c. Peta perubahan indeks konservasi aktual yang terdiri dari hasil overlay peta
indeks konservasi aktual tahun 2003 dan indeks konservasi aktual tahun 2015
untuk menghasilkan peta perubahan indeks konservasi aktual.
d. Peta perubahan indeks konservasi airtanah yang terdiri dari hasil overlay peta
indeks konservasi alami tahun 2003 dan indeks konservasi aktual tahun 2003.
6. Penulisan laporan
Penulisan laporan merupakan tahap akhir pada penelitian ini. Seluruh
kegiatan proses dan hasil peneliatian dapat dilihat pada penulisan laporan
penelitian.
H. Teknik Pengumpulan Data
Adapun untuk peneliti menggunakan teknik sebagai berikut ini:
1. Data Primer
a. Observasi
Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat
melalui pengamatan langsung. Pengamatan/observasi berkenaan dengan kondisi
44
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan penggunaan lahan di lokasi penelitian serta pengamatan secara kasat mata,
untuk mendapatkan data, peneliti juga akan melakukan uji tekstur tanah
dilapangan dengan menggunakan metode texture by feel.
2. Data Sekunder
1) Studi Dokumentasi
Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh berbagai data dari
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian. Dokumen-dokumen
tersebut diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait diantaranya seperti peta
jenis tanah, peta geologi, peta curah hujan, peta kontur dan data-data penting
lainnya yang menunjang penelitian.
2) Studi Literatur
Pengumpulan data dari studi literatur ini peneliti akan mendapatkan teori-
teori, jurnal penelitian terdahulu yang relevan baik sebagai acuan maupun sebagai
pembanding dalam memecahkan permasalahan inti penelitian ini.
I. Teknik Analisis Data
Adapun dalam penelitian ini, analisis data yang digunakan sebagai berikut:
1. Analisis Penginderaan Jauh
a. Interpretasi Pengindraan Jauh
Pada awal penelitian teknik analisis data dilakukan dengan interpretasi
teknik interpretasi penginderaan jauh. Dalam menganalisis citra hasil pengindraan
jauh, maka citra perlu diinterpretasi. Teknik ini terbagi menjadi dua yaitu teknik
langsung dan tidak langsung. Teknik Langsung merupakan Indentifikasi citra
maupun digitasi terhadap objek yang nampak secara jelas. Sedangkan teknik tidak
langsung merupakan teknik interpretasi terhadap objek yang tidak nampak
didalam citra karena tertutup oleh vegetasi atau penggunaan lahan (Sugandi, 2010,
hlm. 22).
b. Pemrosesan Data Digital
Pemrosesan ini akan dilakukan menggunakan software Er-Mapper dan
ArcMap, dan interpretasikan dengan teknik klasifikasi terbimbing (Supervised
Classification) sehingga menghasilkan data penggunaan lahan. Analisis ini juga
ditunjang dengan Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar Bandung, lembar
Cimahi dan lembar Lembang edisi tahun 2001 dan meliputi beberapa tahapan
45
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sebagai berikut :
1) Import citra
Dilakukan dengan memasukan citra Landsat 7 ETM+ dan Landsat 8
OLI/TIRS pada software er-mapper.
2) Menyusun dan menampilkan citra komposit warna
Langkah selanjutnya adalah memodifikasi saluran/kanal/band citra untuk
menonjolkan beberapa aspek. Pemilihan band didasarkan atas kebutuhan
pengolahan data. Untuk memperlihatkan penggunaan lahan, maka disarankan
menggunakan komposit citra 543 untuk Landsat 7 ETM+, band 5 diberi warna
merah, band 4 diberi warna hijau, dan band 3 diberi warna biru, sedangkan
pada citra Landsat 8 OLI/TIRS, band 6 diberi warna merah, band 5 diberi
warna hijau, dan band 4 diberi warna biru dan disebut dengan Red, Green,
Blue (RGB).
3) Koreksi geometrik
Citra selanjutnya perlu melalui tahap koreksi geometric, ini bertujuan untuk
mengoreksi data citra terhadap sistem koordinat bumi, supaya informasi data
citra telah sesuai dengan keberadaanya di bumi. Dalam penelitian ini sistem
koordinat yang digunakan adalah World Geographic System 84 (WGS84)
dengan proyeksi Universal Tranverse Mercator (UTM) zona 48. Penentuan
ini disesuaikan dengan letak lokasi penelitian.
4) Penajaman citra (image enhancement)
Untuk memperjelas kenampakan citra maka dilakukan teknik penajaman citra
yang diantaranya dengan peningkatan kontras.
5) Export citra
Dalam tahapan ini citra akan diiubah kedalam format Tiff sehingga
selanjutnya bisa diolah kedalam Arcmap.
6) Supervised clasification
Hasil band citra berformat tiff pada Er- Mapper sebelumnya di import dalam
ArcMap dan selanjutnya diklasifikasikan dengan tool supervised dan
maksimum linkenlood classification.
7) Akurasi Citra
Akurasi citra dilakukan untuk menguji ketepatan informasi yang diperoleh
pada citra dengan keadaan sebenarnya di sehingga dapat menentukan besarnya
presentase keakuratan hasil identifikasi citra. Adapun untuk menguji akurasi
citra dengan membuat matriks kesalahan (confusion matrix) dan dengan
perhitungan yang dinyatakan dalam bentuk User’s accuracy, Producer’s
Accuracy dan overall accuracy.
8) Analisis spasial temporal
Analisis ini dilakukan dengan menumpang susunkan overlay peta citra tahun
2003 dan 2016 sehigga terlihat perubahan penggunaan pada jangka waktu
tersebut.
2. Indeks Konservasi (IK)
Setelah didapat data peta penggunaan lahan, maka data peta penggunaan
lahan, peta curah hujan, peta jenis batuan, peta jenis tanah dan kemiringan lereng
selanjutnya dioverlay menjadi Indeks Konservasi (IK). Indeks Konservasi dapat
46
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dibedakan menjadi dua (2) yaitu Indeks Konservasi Alami dan Indeks Konservasi
Aktual. Berikut adalah parameter-parameter dari Indeks Konservasi:
a. Indeks Konservasi Alami (IKA)
Indeks Konservasi Alami merupakan fungsi dari curah hujan (Tabel 3.5), jenis
batuan (Tabel 3.6), kemiringan lereng (tabel 3.7), jenis tanah (tabel 3.8).
Tabel 3.5. Pembagian Kelas Curah Hujan
Curah hujan tahunan (mm/th) Kelas Nilai
>4000 Tinggi 5
3500 – 4000 Agak Tinggi 4
3000 – 3500 Sedang 3
2500 – 3000 Agak Rendah 2
<2500 Rendah 1
Sumber : Ujiarto (2001)
Tabel 3.6. Pembagian Kelas Jenis Batuan
Jenis Batuan Penyusun Koefisien Resapan Kelas Nilai
Fm. Cibeureum 0,3 Tinggi 5
Hasil G.A Muda Fm Cikidang,
Fm. Kosambi 0,35 Agak Tinggi 4
Hasil G.A Tua Fm Cikapundung 0,15 Sedang 3
Endapan Tersier laut dan vulkanik 0,1 Agak Rendah 2
Lava andesit 0 Rendah 1
Sumber : Sabar (1999)
Tabel 3.7. Pembagian Kemiringan Lereng
Kemiringan Lereng Deskripsi Kelas Nilai
<8% Datar Tinggi 5
8 – 15 % Landai Agak Tinggi 4
15 – 25 % Bergelombang Sedang 3
25 – 40 % Curam Agak Rendah 2
>40 % Sangat Curam Rendah 1
Sumber : Ujiarto (2001)
Tabel 3.8. Pembagian Kelas Jenis Tanah
Tekstur tanah* Permeabilitas (cmh-1)** Kelas Nilai
Kasar Pasir
Pasir berlempug >127.102 Tinggi 5
Agak kasar
Lempung berpasir
Lempung berpasir
halus
63-127.102 Agak
Tinggi 4
Sedang
Lempung berpasir
sangat halus
Lempung
Lempung berdebu
19.98-63 Sedang 3
47
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Debu
Agak halus
Lempung liat
Lempung liat berpasir
Lempung liat berdebu
4,98-19.98 Agak
Rendah 2
Halus
Liat berpasir
Liat berdebu
Liat
<4,98 Rendah 1
Sumber: *Mustafa, M., dkk. (2012) dan
**Budianto, P. T. H., Wirosoedarmo, R., & Suharto, B. (2014)
b. Indeks Konservasi Aktual (IKC)
Indeks Konservasi Aktual merupakan fungsi dari curah hujan (Tabel 3.5),
jenis batuan (Tabel 3.6), kemiringan lereng (Tabel 3.7), jenis tanah (Tabel 3.8)
dan penggunaan lahan (Tabel 3.9).
Tabel 3.9. Pembagian Kelas Penggunaan Lahan
Penggunaan Lahan Potensi Infiltrasi Kelas Nilai
Hutan Lebat Besar Tinggi 5
Perkebunan Agak Besar Agak Tinggi 4
Semak, Padang Rumput Sedang Sedang 3
Holtikultura, Tegalan Agak Kecil Agak Rendah 2
Pemukiman, Sawah Kecil Rendah 1
Sumber : Dirjen Reboisasi dan Rehabilitasi lahan dalam Sudarmanto, A. (2013)
Setiap parameter pada IKA dan IKC dibagi lima kelas pembobotan yang
dinilai berdasarkan pengaruh setiap parameter terhadap nilai indeks konservasi.
Kelas dibedakan menjadi 5 kelas, yaitu: tinggi, agak tinggi, sedang, agak rendah,
dan rendah. Parameter yang berpengaruh rendah akan diberikan nilai yang kecil
(1), sebaliknya jika pengaruhnya tinggi akan diberikan nilai yang besar (5) sesuai
dengan kelas potensi infiltrasi dan permeabilitasnya. Setiap bobot pada parameter
indeks konservasi akan dijumlahkan dan menghasilkan nilai pada kelas indeks
konservasi. Penilaian bobot indeks konservasi dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10. Penilaian Bobot Indeks Konservasi
Kelas Jumlah Bobot Nilai IK
Rendah 5 – 8 < 0,33
Agak Rendah 9 – 12 0,33 – 0,48
Sedang 13 – 16 0,49 – 0,64
Agak Tinggi 17 – 20 0,65 – 0,8
Tinggi 21 – 25 > 0,8
Sumber : Sabar (1999)
48
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah dihasilkan peta indeks konservasi alami dan indeks konservasi
aktual, tahap selanjutnya dilakukan overlay terhadap kedua peta tersebut sehingga
diperoleh penilaian indeks konservasi airtanah yang menggambarkan kondisi
hidrologi dari pemanfaatan ruang. Penilaian tersebut dalam suatu kawasan dapat
dilihat dari perbandingan nilai IKA dan nilai IKC yang dapat dibedakan menjadi tiga
tingkat kekritisan kawasan dari kondisi hidrologi/fungsi konservasi airtanah.
Perbedaan IKA dan IKC dengan kategori sebagai berikut:
Tabel 3.11. Penilaian Indeks Konservasi Airtanah
Hubungan nilai indeks konservasi Penilaian
IKc > IKA Baik
IKc = IKA Normal
IKc < IKA Kritis
Sumber: Sabar (1999)
49
Wahyu Nur Aeni, 2018 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN INDEKS KONSERVASI AIRTANAH DI SUB DAERAH ALIRAN CI SUNGAPAN TAHUN 2003-2015 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
J. Alur Penelitian
Citra Landsat 7
tahun 2003
Peta Jenis
Batuan
Satuan Lahan
Peta Jenis
Tanah
Peta Curah
Hujan
Peta
Penggunaan
Lahan
Peta
Kemiringan
Lereng
Citra Landsat 8
tahun 2015
Indeks Konservasi
Alami (IKA)
Indeks Konservasi
Aktual (IKC)
Peta Jenis
Batuan
Peta Jenis
Tanah
Peta Curah
Hujan
Peta
Penggunaan
Lahan
Peta
Kemiringan
Lereng
Peta Jenis
Batuan
Peta Jenis
Tanah
Peta Curah
Hujan
Peta
Kemiringan
Lereng
Nilai
IKA
Nilai
IKC
Pembobotan nilai
IKA dan nilai IKC
Kondisi
Pemanfaatan Ruang
Peta Perubahan Penggunaan Lahan
Peta perubahan nilai IKA
Peta perubahan nilai IKC
Peta perubahan pemanfaatan ruang