BAB III METODE PENELITIAN A. Desain...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN A. Desain...
42
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuasi eksperimen, dengan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian ini ada dua kelompok
subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajran matematika
dengan teknik problem posing dan kelompok kontrol melakukan pembelajaran
konvensional. Metode penelitian eksperimen yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan penalaran dan komunikasi matematika antara siswa yang
menggunakan pembelajaran matematika dengan teknik problem posing dan
pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes dengan
menggunakan tes yang sama. Penelitian kuasi eksperimen adalah suatu penelitian
yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam
kondisi yang tidak terkontrol secara ketat atau penuh, pengontrolan disesuaikan
dengan kondisi yang ada (situasional) Sujana dan Ibrohim (2009). Pada penelitian
ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable). Variabel bebas yaitu pembelajaran matematika
dengan teknik problem posing sedangkan variabel terikat yaitu kemampuan
penalaran dan komunikasi matematika siswa.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang
sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan teknik problem posing.
Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran
tentang kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes-postes kelompok kontrol
tanpa acak (Sudjana dan Ibrahim, 2009) dengan rancangan seperti tabel 3.1
berikut:
43
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabael 3.1
Desain Penelitian
Kelompok Pretes Perlakuan Postes
E O X O
K O O
Ket: O = Pretes dan Postes (tes kemampuan penalaran dan komunikasi
matematik)
X = Pembelajaran Matematik dengan Teknik Problem Posing
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan subjek penelitian, yaitu penelitian ini akan dilaksanakan pada
satu sekolah yang memilik dua kelas. Kelas pertama dipakai sebagai kelas
eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas kontrol
2. Memberikan pelatiahan kepada guru tentang pembelajaran dengan problem
posing dan membuat kesepakatan bahwa pembelajaran dilaksanakan oleh
guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan patrner guru.
Pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. Pelatihan
dilaksanakan tanggal 24 sampai dengan 29 mei 2013, diluar kelas penelitian
hal ini dimaksud agar guru tidak merasa canggung dalam melaksanakan
pembelajaran.
3. Setiap kelompok diberi pretes kemudian menentukan nilai rerata dan
simpangan baku dari setiap kelompok untuk mengetahui keasamaan tingkat
penguasaan kedua kelompok terhadap kemampuan penalaran dan komunikasi
matematik.
4. Memberikan perlakuan kepada setiap kelompok eksperimen yaitu
pembelajaran dengan teknik problem posing sedangkan kepada kelompok
kontrol diberikan perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
5. Kepada setiap kelompok postes/tes akhir untuk mengetahui kemampuan
penalaran dan komunikasi matematik.
6. Menggunakan uji t, untuk mengetahui perbedaan kemampuan penalaran dan
komunikasi matematika siswa, antara yang mengunakan pembelajaran
matematika dengan teknik problem posing dengan yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Langkah-langkah yang ditempuh dalam
44
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian ini melalui tiga tahap yaitu: tahap persiapan penelitian, tahap
penelitian, dan tahap analisis data.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Duren III yang
beralamat di Kampung Karangsari Ds Duren Kecamatan Klari Kabupaten
Karawang Propinsi Jawa Barat. NSS sekolah 101022106014 SDN Duren III
mempunyai 18 tenaga mengajar, yang terdiri dari 8 PNS dan 10 tenaga sukwan,
jumlah siswa sebanyak 743, Siswa kelas V sebanyak 120 terbagi menjadi terbagi
kedalam tiga kelas, yaitu kelas A, B, dam kelas C. Pengajar dimasing-masing
kelas eksperimen dan kontrol berbeda, yaitu dikelas eksperimen oleh guru
perempuan bernama Ibu Eha Julaeha sedangkan di kelas kontrol oleh laki-laki
bernama bapak Endi Rustandi. Meskipun berbeda namun kualifikasi mereka dapat
dikatakan sama, seperti dilihat dari jenjang pendidikan yang ditempuh.
Penarikan sampel dilakuakn dengan cara acak sehingga diperoleh sampel
yang terdiri dari dua kelas yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.
Pengacakan dilakukan terhadap kelas populasi, dari hasil pemilihan secara acak,
yang terpilih sebagai kelas eksperimen mempelajarai volume kubus dan balok,
dengan teknik problem posing sebanyak 36 siswa yaitu kelas A. Sedangkan untuk
kelas kontrol yaitu kelas B sebanyak 36 siswa mempelajari volume kubus dan
balok dengan pembelajaran konvensional.
C. Waktu dan Tahap Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakuakan mualai bulan 0ktober sampai dengan Nopember
2013. Jadwal rencana kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
45
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.2.
Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian
No Kegiatan
BULAN
Des
2012
Jan
2013
Feb
2013
Sep
2013
0kt
2013
Nop
2013
Des
2013
1. Pembutan proposal X X
2. Seminar Proposal X
3. Menyusun Instrumen
Penelitian X
4. Melakukan KBM di
kelas eksperimen X X
5. Pengumpulan Data X X
6. Pengolahan Data X X
7. Penyelesaian Tesis X X
2. Tahap Penelitian
Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu: tahap persiapan penelitian,
tahap penelitian, dan tahap analisis data.
a. Tahap persiapan penelitian
1) Studi literatur berupa buku-buku yang membahas tentang pembelajaran
dengan teknik problem posing, dan studi lapangan untuk mengetahui
pembelajaran yang selama ini dilaksanakan oleh guru dikelompok.
2) Menyusun instrumen penelitian yang disertakan dengan proses bimbingan
dengan dosen pembimbing.
3) Menguji coba instrumen penelitian, analisis hasil coba instrumen,
mengolah data hasil uji coba, membuat rencana pembelajaran untuk
kelompok instrumen.
4) Revisi instrumen.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Pelaksanan kegiatan diawali dengan memberikan pretes pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui pengetahuan awal
siswa dalam kemampuan penalaran dan komunikasi matematika.
2) Pelaksanaan pembelajaran dengan teknik problem posing pada kelompok
eksperimen dengan langkah-langkah sebagai berikut:
46
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(a) Menentukan permasalahan tentang pokok tentang volume balok dan
kubus.
(b) Menyyiapkan peralatan perlengkapan pembelajaran yang dibutuhkan
(c) Melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas sebanyak enam
kali pertemuan.
3) Pelaksanaan pembelajaran dikelompok kontrol dengan pembelajaran
konvensional.
4) Observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
5) Pelaksanaan postes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
untuk mengetahui kemampuan peningkatan penalaran dan komunikasi
matematika.
6) Menyebarakan angket siswa pada siswa kelompok eksperimen untuk
mengetahui setelah perlakuan.
7) Pelaksaan wawancara pada guru dikelompok eksperimen untuk
mengetahui tanggapan dan kesulitan yang dihadapi dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan teknik problem posing.
c. Tahap Analisis Data
Data-data yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan akan dianalisis,
sehingga sampai diperoleh suatu kesimpulan. Teknik analisis data yang digunakan
yaitu statistik deskriftif dan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan
untuk menguji hipotesis.
D. Instrumen Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu tes
dan non tes. Instrumen dalam jenis tes adalah tes penalaran dan komunikasi
matematika. Instrumen dalam non-tes terdiri dari lembar observasi, kegiatan siswa
dan guru, angket sikap siswa, serta pedoman wawancara untuk siswa dan guru
terhadap teknik problem posing. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa
tahap, yaitu tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji caba
instrumen untuk tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi
matematika. Sebelum soal diuji cobakan, peneliti berdiskusi dengan guru kelas V
47
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B, dan C SDN Duren 3 Klari Karawang, kemudian dikonsultasikan kepada
pembimbing. Pada awalnya instrumen tes kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika diuji cobakan secara terbatas kepada 10 siswa kelas 6 SD. Dari uji
coba 10 siswa ini diperoleh masukan untuk merevisi naskah soal tersebut.
Kemudian soal yang telah direvisi diujicobakan kepada siswa satu kelas dengan
peserta didik sebanyak 30 siswa.
Berdasarkan keterangan dari UPTD Pendidikan Kecamatan Klari bahwa
sekolah tempat ujicoba instrumen termasuk pada level sekolah dengan kualifikasi
sedang, hal tersebut dilihat dari rata-rata Ujian Nasional Tahun 2012. Kemudian
hasilnya dianalisis dengan menggunakan anates Versi 4.0.5. Namun berdasarkan
hasi analisis tersebut masih terdapat 1 butir soal yang belum valid, yaitu butir soal
nomor 3. Hal ini dikerenakan butir soal yang belum dipengerti oleh siswa. Setelah
itu penulis kembali mendiskusikan hal tersebut dengan dosen pembimbing dan
sepakat untuk tetap menggunakan keseluruhan tes dengan mengubah redaksi soal
terlebih dahulu. Selanjutnya instrumen tes kemampuan penalaran dan kemampuan
komunikasi matematika diuji cobakan di luar kelas subjek penelitian. Kelas yang
menjadi uji coba instrumen yaitu kelas VI B SDN Duren 3 Klari Karawang. Hasil
ujicoba dianalisis menggunakan bantuan program Anates 4.0.5. dan menunjukan
bahwa semua soal menunjukan tingkat kesukaran yang sedang. Oleh karena itu
soal perlu diperbaiki dan dilakukan ujicoba ulang. Naskah soal tes kemampuan
penalaran dan kemampuan komunikasi matematika terlampir.
Setelah ujicoba yang kedua dilakukan, kemudian data hasil ujicoba
instrumen dianalisis dengan menggunakan program Anates Versi 4.0.5.
Berdasarkan hasil ujicoba tersebut diperoleh bahwa semua butir soal adalah valid
dan layak untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian. Hasil ujicoba instrumen
tersebut terlampir. Setiap instrumen penelitian ini selanjutnya dibahas sebagai
berikut:
a. Tes Penalaran dan Komunikasi Matematika
Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika dalam penelitian
ini, digunakan untuk memperoleh data kuantitatif berupa kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal penalaran dan komunikasi matematika, pada materi
48
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
volume kubus dan balok. Tes diberikan pada awal pembalajar (pretes) dan akhir
pembelajaran (postes)
Jumlah soal dalam tes penalaran dan komunikasi matematika sebanyak
sepuluh butir. Setiap soal disusun dalam bentuk essay yang terdiri dari lima soal
kemampuan penalaran dan lima soal kemampuan komunikasi. Bentuk soal essay
ini dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk dan mengemukakan ide-
ide matematika. Hal ini sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Petersson,
Resnick dan Lubienski (Herman, 2006: 73) bahwa tes dengan tipe ini cocok
untuk mengukur daya matematis siswa.
Tes kemampuan penalaran dan komunikasi matematika ini dikembangkan
dari peneliti dengan materi volume kubus dan balok dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Membuat kisi-kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran,
indikator kemampuan penalaran matematika dan indikator kemampuan
komunikasi matematika, yang disesuaikan dengan tingkat kesukaran soal.
Kisi-kisi tes penalaran dan komunikasi dapat dilihat pada lampiran B.1
2) Membuat soal berdasarkan kisi-kisi soaltes penalaran dan komunikasi
matematika (pretes dan postes) dapat dilihat pada lampiran B2
3) Menilai validitas muka dan validitas isi (content validity) yang dilakukan
oleh dosen pembingbing dan guru kelas V SD.
4) Memeriksa tingkat keterbacaan soal yang dilakukan oleh mahasiswa S2
Program Studi Pendidikan Dasar, guru SD, dan beberapa orang siswa SD.
5) Mengujicobakan tes yang kemudian dilanjutkan dengan menghitung
validitas, relibilitas, tingkat kesukaran, dan pembeda.
b. Pedoman penyekoran tes penalaran dan komunikasi
Untuk memperoleh data yang objektif dari tes penalaran dan komunikasi
matematika, maka ditentukan pedoman penyekoran yang proposional untuk setiap
butir soal. Dalam penelitian ini penyekoran menggunakan rubrik yang dibedakan
untuk masing-masing kemampuan. Pedoman penyekoran untuk mengukur
kemampuan penalaran matematika diadaptasi dari Carroll (1999) yang disajikan
pada tabel.3.3.
49
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3
Pedoman Penyekoran Tes Kemampuan Penalaran Matematika
Skor indikator
0
Tidak ada jawaban,
Menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan, atau
Tidak adajawaban yang benar
1
Hanya sebagian penjelasan dengan menggunakan gambar, fakta, dan
hubungan
Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dengan benar
2
Hampir semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan
hubungan
Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dengan benar
3
Semua penjelasan menggunakan gambar, fakta, dan hubungan
Mengikuti argumen-arguman logis dalam menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dengan lengkap, jelas, dan benar
4
Jawaban benar disertai dengan alasan yang benar
Mengikuti argumen-arguman yang logis dalam menyelesaikan soal
Menarik kesimpulan logis dan benar
Sedangkan pedoman penyekoran untuk mengukur kemampuan
komunikasi matematika diadapsi dari Cai, Lane, & Jacabsin (1996) yang
disajikan pada tabel 3.4. Tabel 3.4
Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematika
Skor Indikator
0
Tidak ada jawaban, meskipun ada, maka hanya memperlihatkan tidak
memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa
apa.
1 Hanya sedikit penjelasan, tabel, gambar grafik, diagram atau model
matematika yang benar
2
Penjelasan secara matematika masuk akal namun hanya sebagian
lengkap dan benar. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram hampir
benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika hampir
namun salah dalam mendapatkan solusi.
3
Penjelasan secara matematik masuk akal dan benar, meskipun tidak
tersusun secara logis. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram
dengan benar namun tidak lengkap. Membuat model matematika benar
namunkurang benar dalam mendapatkan solusi
4
Penjelasan secara matematika masuk akal dan benar, serta tersusun
secara logis. Membuat tabel, gambar, grafik atau diagram lengkap dan
benar. Membuat model matematika dan mendapatkan solusi yang
benar.
50
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Analisis uji coba tes penalaran dan komunikasi matematika
Sebelum pretes dilakukan, instrumen terlebih dahulu diujicobakan kepada
sekelompok siswa kelas V SD yang telah mempelajari volume bangun ruang dan
balok. Ujicoba dilakukan pada satu kelas yang mewakili sekolah yaitu kelas V B
sebanyak 30 siswa. Uji coba instrumen dianalisi dengan menggunakan progran
ANATES Versi 4.0.5
1. Validitas butir soal
Pengujian validitas bertujuan untuk melihat tingkat kesahihan (ketepatan)
suatu alat ukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur (Sugiyono) dalam Akdon (2008). Pengujian validitas dilakukan
dengan analisis faktor, yaitu mengkorelasikan antara skor butir soal dengan faktor
total dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment
Dengan bantuan program ANATES Versi 4.0.5. dapat diperoleh secara
langsung koefisien korelasi setiap butir soal. Setelah diketahui koefisien korelasi
(rxy), maka langkah selanjutnya adalah mengkonsultasikan dengan nilai r tabel
Product moment table pada interval kepercayaan 95% dengan derajat kebebasan n
- 2. Setiap butir soal dikatakan valid jika nilai rxy lebih besar dari pada nilai
rtabel (Muhidin dan Abdurahman, 2007). Hasil analisis tes penalaran dan
komunikasi matematika disajikan pada tabel 3.5.
Tabel 3.5 Analisis Validitas Tes KemampuanPenalaran Matematika
Dan Komunikasi Matematika
Nomor Soal xy rtabel keterangan
Kemampuan
Penalaran Matematika
1 0,824 0,339 Valid
2 0,850 0,339 Valid
3 0,766 0,339 Valid
4 0,864 0,339 Valid
5 0,836 0,339 Valid
Kemampuan
Komunikasi Matematika
1 0,862 0,339 Valid
2 0,718 0,339 Valid
3 0,745 0,339 Valid
4 0,815 0,339 Valid
5 0,795 0,339 Valid
51
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari Tabel 3.5 dapat disimpulkan bahwa walaupun koefisien korelasi (rxy)
berbeda namun tetap lebih besar jika dibanding kan dengan nilai rtabel. Dengan
demikian, semua butir soaldalam tes kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika adalah valid.
2. Reliabilitas butir soal
Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketepatan instrumen atau
ketepatan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Suatu alat evaluasi
(instrumen) dikatakan valid bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah
suatu tes memililki reliabilitas tinggi, atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien
reliabilitasnya.
Berdasarkan hasil ujicoba reliabilitas butir soal secara keseluruhan dengan
bantuan program ANATES Versi 4.0.5 diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar
0,86 untuk kemampuan penalaran dan 0,90 komunikasi matematika. Ini berarti
bahwa tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika
reliabilitas yang tinggi.
3. Daya pembeda
Perhitungan daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
suatu alat evaluasi (tes) dapat membedakan antara siswa yang berada pada
kelompok atas (kemampuan tinggi) dan siswa yang berada pada kelompok bawah
(kemampuan rendah).
Daya pembeda untuk teskemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi
matematika dapat disajikan pada tabel 3.6.
52
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.6.
Analisis Daya Pembeda Tes Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Matematika
Jenis Kemampuan Nomor Soal Daya Pembeda
(%)
Interpretasi
Daya
Pembeda
Kemampuan Penalaran
Matematika
1 37,50 Baik
2 53,13 Sangat Baik
3 40,63 Baik
4 43,75 Baik
5 40,63 Baik
Kemampuan Komunikasi
Matematika
1 62,50 Sangat Baik
2 46,88 Baik
3 34,38 Baik
4 50,00 Sagat Baik
5 37,50 Baik
Dari tabel 3.6 dapat disimpulkan bahwa dari sepuluh soal yang terdapat pada
tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi matematika tidak ada yang
mempunyai daya pembeda kurang sehingga soal tersebut dapat dipergunakan
untuk penelitian.
4. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran soal diperoleh dengan menghitung persentase siswa
dalam menjawab butir soal dengan benar. Semakin kecil persentase menunjukkan
bahwa butir soal semakin sukar dan semakin besar persentase menunjukkan bahwa
butir soal semakin mudah. Tingkat kesukaran untuk tes kemampuan penalaran dan
kemampuan komunikasi matematika disajikan dalam tabel 3.7
53
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.7
Analisis Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Penalaran dan
Komunikasi Matematika
Jenis Kemampuan Nomor soal
Tingkat
kesukaran (%)
Interpretasi
tingkat
kesukaran
Kemampuan Penalaran
Matematika
1 59,38 Sedang
2 54,69 Sedang
3 76,56 Mudah
4 65,63 Sedang
5 29,69 Sukar
Kemampuan Komunikasi
Matematika
1 56,25 Sedang
2 57,81 Sedang
3 79,69 Mudah
4 62,50 Sedang
5 28,13 Sukar
Dar tabel 3.7 dapat disimpulkan bahwa dari sebanyak sepuluh soal tes
kemampuan penalaran dan komunikasi matematika terdapat 6 soal dengan kategori
soal sedang, dua soal dengan kategori soal sukar, dan dua soal dengan kategori
soal mudah
Berdasarkan hasil analisi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat
kesukaran maka tes kemampuan penalaran dan kemampuan komunikasi
matematika yang telah diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada
penelitian ini. Hasil analisis uji instrumen yang diperoleh dari program ANATES
Versi 4.0.5 serta klasifikasi interpretasi reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat
kesukaran secara lengkap disajikan dalam lampiran B.6
E. Pengembangan Bahan ajar
Pembelajaran ditunjang dengan menggunakan bahan ajar dalam bentuk
Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisikan tugas-tugas yang harus
diselesaikan oleh siswa. Tugas yang berbentuk uraian berupa soal yang disusun
sedemikian rupa sehingga memenuhi indikator pemebelajaran teknik problem
54
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
posing yang ditentukan dalam penelitian ini. Selain itu tugas disusun agar siswa
dapat mengerjakan soal secara bersama-sama dalam kelompok.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui tes, lembar observasi,
angket skala sikap, dan wawancara. Data yang berkaitan dengan kemampuan
penalaran dan komunikasi matematika siswa dikumpulkan melalui tes (pretes dan
postes). Sedangkan data yang berkaitan dengan sikap siswa dalam belajar
matematika sebagai dari akibat pembelajaran dengan teknik problem posing
dikumpulkan melalui angket skala sikap, lembar observasi, dan wawancara.
G. Teknik Pengolahan Data
a. Data yang diperoleh dari hasil tes (pretes dan postes) diolah dengan melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan sistem
penskoran yang di gunakan.
2. Membuat tabel skor tes hasil belajar siswa kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
3. Peningkatan kompetensi yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran
dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain) dengan rumus:
g =
Hake dalam Meltzer, 2002)
Keterangan
Spost = Skor postest
SPre = Skor pretest
SMaks =Skor Maksimum
Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake dalam Meltzer yaitu:
Tabel 3.8 klasifikasi N-Gain (g)
Besarnya g interpretasi
g > 0,70 Tinggi
0,30 g 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah Sumber: Hake (dalam Meltzer (2000)
55
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menentukan uji statistik yang digunakan, terlebih dahulu ditentukan
normalitas data dan homogenitas varians dengan menggunakan SPSS Versi 15.0
4. Menguji normalitas data skor tes kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika menggunakan uji ststistika Kolmogorov Smirnov Z
5. Menguji homogenitas varians tes kemampuan penalaran dan komunikasi
matematika menggunakan uji Levene
6. Jika sebaran dan data normal dan homogen, kemudian dilakukan uji
signifikansi dengan uji t menggunakan uji statistik Compare Mean
Independent Samples Test.
Pemilihan pengujian statistik dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Tidak Normal tidak
Normal Normal
Bagan 3.1
Pemilihan Analisis Data Statistik
b. Data Hasil Observasi
Data hasil obsevasi yang dianalisis adalah aktivitas siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Mengenai yang dilaporkan dalam lembar observasi
DATA
PRETES
NORMALITAS
HOMOGENITAS
POSTES
NORMALITAS
HOMOGENITAS
UJI
KOMPARASI
DENGAN UJI t
UJI
KOMPARASI
Dengan
MANN-WHITNEY
Dan UJI
WILXOCON
UJI
KOMPARASI
Dengan
MANN -WHITNEY
Dan UJI
WILXOCON
KETERANGAN
= Dilalui
= Tidak Dilalui
56
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah sesuatu yang ada dalam keadaan wajar. Namun demikian tetap ada
kelemahannya, yaitu subjektivitas observer, misalnya: observer dapat bertindak
kurang objektif, kurang cekatan, lupa tidak terawasai dan lain-lain.
Tujuan dari lembar observer tersebut adalah untuk membuat refleksi
terhadap proses pembelajaran, agar pembelajaran berikutnya dapat menjadi lebih
baik dari pada tindakan pembelajaran sebelumnya dan sesuai dengan skenario
yang telah dibuat. Lembar observasi ini juga digunakan untuk mengejar lebih jauh
tentang temuan yang diperoleh secara kuantitatif dan kualitatif.
Dalam penelitian ini dilakukan obsevasi setiap tindakan, yang dicatat yaitu
aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen. Karena indikator-indikator
pengamatan yang dikembangkan dibuat hanya untuk memonitor pelaksanaan
pembelajaran melalui teknik problem posing. Observasi tersebut dilakukan oleh
peneliti.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
pembelajaran teknik problem posing terhadap kemampuan penalaran dan
komunikasi matematik siswa kelas V SD. Teknik analisis data yang digunakan
pada penelitian ini yaitu teknik statistik inferensial parameter, dimana teknik ini
dapat digunakan dengan menggunakan uji-t taraf signifikasi 0,05. Untuk menguji
hipotesis-hipotesis di atas, data hasil pretest dan postest diolah dengan secara
statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk memenuhi perhitungan statistik
parametris. Jika data diolah berdistribusi normal, maka uji statistik selanjutnya
adalah uji statistik parametris. Sebaliknya, jika data yang diolah tidak
memenuhi berdistribusi normal, maka uji statistik selanjutnya adalah uji
statistik nonparametris. Pengujian normalitas dapat menggunakan uji Shapiro-
Wilk pada program SPSS versi 17.0 for window
57
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Uji Homogenitas
Untuk menguji homogenitas varians tes hasil kemampuan penalaran dan
komunikasi matematis antara kelompok eksperimen dan kontroldilakukan
denga SPSS 17.00 yang digunakan adalah Levene,s-tes yang diuji adalah:
H1 : 2 =
2
H2 : 2≠
2
Keterangan:
H0 = Sampel homogen
Ht = Sampel tidak homogen
ae2= Varians kelas eksperimen
ak2= Varians Kelas kontrol
Kriteria Uji:
Terima H0 jika p-value > 0,05
Tolak H0 jika p-value <0,05
c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata (Uji t)
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan kemampuan
penalaran dan komunikasi matematis siswa yang mengguanakan pembelajaran
teknik problem posing bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Jika data berdistribusi normal maka digunakan uji-t. Namun, jika data tidak
berdistribusi normal, maka digunakan uji Mann Whitney.
UJI t
Uji t untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen atau tidak. Uji t dilakukan dengan cara membandingkan
besarnya nilai thitung dengan ttable.
Langkah-langkahnya adalah:
a. Menentukan hipotesis
Menentukan terlebih dahulu Ho dan H1
b. Menentukan tingkat signifikan
58
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menguji menggunakan dua sisi dengan tingkat signifikan = 5%
c. Menentukan thitung
Berdasarkan hasil perhitungan dari SPSS yang telah dilakukan diperoleh
akan diperoleh thitung
d. Menentukan ttable
Tabel distribusi t dicari pada = 5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan
(df) = n-2 sehingga akan diperoleh nilai ttabel
e. Kriteria pengujian
Jika ttabel thitung dan P value > 0,05 maka Ho diterima dan jika thitung >
ttable dan P value 0,05 < maka Ho ditolak
d. Menghitung Indeks Gain yang Ternormalisasi
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh siswa
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol pada tes awal (pretest) dan
tes akhir (postest). Untuk melihat peningkatan hasil pretes dan postes akan
digunakan gain gabungan. Adapun rumus untuk mencari data gain menurut
Meltzer (Arikunto, 2000: 29)
(Presentasi kenaikan = Indek Gain X 100%)
Dari data gain tersebut dilakukan uji normalitas dan uji perbedaan rata-
rata. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan peningkatan
kemampuan penalaran dan komunikasi matematis siswa yang menggunakan
pembelajaran dengan teknik problem posing bila dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional.
I. Kegiatan Pembelajaran
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok pembelajaran, kelompok
pertama, kelompok (eksperimen) mendapatkan pembelajaran teknik problem
posing. Sedangkan kelompok kedua (kontrol) mendapatkan pembelajaran
59
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konvensional. Namun demikian, pembelajaran pada dua kelompok tetap mengacu
kepada silabus yang telah disepakati antara peneliti dan guru yang mengajar pada
dua kelompok tersebut.
Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol dilakukan seperti biasanya,
yaitu guru mengawali pembelajaran dengan membahas soal-soal sebelumnya,
kemudian memberikan penjelasan konsep yang baru secara informatif yang
dilanjutkan dengan memberikan contoh soal dan diakhiri dengan memberikan soal
latihan. Pada kelompok control, tidak ada perlakuan khusus dari peneliti.
Sedangkan kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen, selengkapnya
dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdapat pada
Lampiran A.2
J. Bahan Ajar
Untuk menunjang pembelajaran dalam penelitian ini, digunakan bahan ajar
yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Bahan ajar didesain agar
kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa dapat berkembang
dengan baik. Bahan ajar dalam penelitian ini, berupa lembar aktivitas siswa dan
lembar problem posing. Lembar aktivitas siswa berisikan konsep matematika,
dalam hal ini volume kubus, dan balok. Konsep matematika tersebut akan dapat
ditemukan oleh siswa melalui penarikan kesimpulan dari beberapa tugas yang
terdapat dalam lembar aktivitas siswa.
Sedangkan lembar problem posing berisikan satu situasi yang
berhubungan dengan materi yang dipelajari pada saat itu. Dari situasi tersebut,
siswa diminta untuk merumuskan sejumlah pertanyaan dan menyelesaikan salah
satu dari pertanyaan yang telah dibuatnya. Kedua bahan ajar ini hanya diberikan
kepada kelompok eksperimen pada setiap pertemuan. Secara keseluruhan, jumlah
pertemuan dalam penelitian ini adalah sebanyak enam kali yang disesuaikan
dengan jadwal mata pelajaran matematika pada kelas yang bersangkutan. Secara
lengkap, bahan ajar dapat dilihat pada Lampiran A.2.
60
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
K. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: Melakukan studi kepustakaan tentang pembelajaran matematika di
sekolah dasar.
1) Melakukan observasi/studi pendahuluan melalui wawancara dengan guru
sekolah dasar, atau guru yang mengajar matematika untuk memperoleh
informasi mengenai proses belajar mengajar, hasil belajar siswa, serta
permasalahan yang ditemui dalam pembelajaran.
2) Menyusun proposal penelitian.
3) Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
4) Melakukan uji coba instrumen.
5) Menentukan subjek penelitian.
6) Memperkenalkan pembelajaran problem posing, berdiskusi, memberikan
pelatihan dan simulasi kepada guru yang mengajar di kelas eksperimen.
7) Memberikan pretes kepada kedua kelompok penelitian, kemudian
menentukan rerata dan simpangan baku dari masing-masing kelompok untuk
mengetahui kesamaan kemampuan kedua kelompok terhadap konsep
matematika.
8) Mengusahakan agar kondisi kedua kelompok tetap sama, kecuali pada
pemberian perlakuan. Perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen
adalah pembelajaran problem posing sedangkan pada kelompok kontrol
adalah pembelajaran matematika konvensional.
9) Memberikan postes kepada kedua kelompok untuk mengetahui kemampuan
penalaran dan komunikasi matematika setelah mendapat perlakuan yang
berbeda.
10) Melakukan pengolahan dan analisis data hasil penelitian untuk mengetahui
perbedaan peningkatan kemampuan penalaran dan komunikasi matematika
antar siswa yang mengikuti pembelajaran problem posing dan siswa yang
mengikuti pembelajaran biasa.
11) Melakukan analisis data observasi, angket, jurnal siswa dan hasil wawancara.
12) Menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
61
Kanedi, 2014 Pembelajaran Matematika Dengan Teknik Problem Posing Untuk Meningkatkan Kemampuan Penalalaran Dan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Secara skematis
prosedur penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan 3.2 Sema Prosedur Penelitian
Studi Pendahuluan
Penyusunan rancangan pembelajaran
problem posing
Penyusunan rancangan
pembelajaran konvensional
Penyusunan uji coba, revisi, dan
pengesahan instrumen
Penentuan subjek
Pretes
Pelaksanaan Pembelajaran
Problem Posing Pelaksanaan Pembelajaran
Konvensional
Postes
Analisis data
Kesimpulan