BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik ... · belajar IPA siswa kelas IV SD dengan...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik ... · belajar IPA siswa kelas IV SD dengan...
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas untuk mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dilaksanakan di kelas IV SDN Regunung 01.
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas dengan
berkolaborasi dengan teman dan guru kelas IV SD Negeri Regunung 01
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Dengan jenis mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam, dalam penelitian ini peneliti menggunakan model
pembelajaran Probing-Prompting.
Penelitian dilakukan pada semester II tahun ajaran 2015/2016, awal bulan
April 2016, dan rencana berlangsung secara berkesinambungan, dengan agenda
kegiatan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Waktu Penelitian
Uraian kegiatan Hari dan Tanggal Pelaksanaan
Siklus 1 Siklus 2
Uji Validitas Soal Selasa, 22 Maret
2016 Sabtu, 26 Maret 2016
Pertemuan 1 Rabu, 6 April 2016 Senin, 18 April 2016
Pertemuan 2 Senin, 11 April
2016 Sabtu, 23 April 2016
Refleksi Jum’at, 15 April
2016 Senin, 25 April 2016
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri
Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang pada semester II tahun
ajaran 2015/2016. Jumlah siswa 26 siswa. Siswa di kelas IV rata-rata berumur 10-
11 tahun. Mayoritas siswa berasal dari desa setempat, siswa mempunyai tingkat
kemampuan yang cukup dalam pembelajaran.
34
Dari jumlah 26 siswa terdiri dari 10 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.
Siswa berasal dari latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sebagian besar orang
tuanya berkerja sebagai petani dan buruh.
Karena berasal dari latar belakang sosial yang berbeda-beda dan latar
belakang pekerjaan orang tua yang berbeda-beda maka karakter siswapun
berbeda-beda. Kondisi siswa-siswi kelas IV relatif kondusif dan dapat diajak kerja
sama dalam proses pembelajaran.
3.1.1 Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:64), variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai karakteristik dan
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan disimpulkan.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu
variabel independen (variabel bebas) dan satu variabel dependen (variable terikat).
Variabel independen disebut juga variabel bebas. Variabel independen
adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab terjadinya perubahan atau
munculnya variabel dependen. Dalam penelitian ini, yang dijadikan sebagai
variabel independen yaitu penerapan model pembelajaran Probing-Prompting.
Variabel dependen disebut juga variabel terikat. Variabel dependen adalah
variabel yang dipengaruhi dan terjadi perubahan karena adanya variabel
independen. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas IV SD dengan metode pembelajaran probing-prompting
di SD Negeri Regunung 01, Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Semester
II Tahun Ajaran 2015/2016.
3.1.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
atau Classroom Action Research (CAR) yang dilakukan secara kolaboratif artinya
penelitian berkolaborasi dengan guru kelas atau kerjasama dengan guru kelas IV
SD Negeri Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
35
Kusumah dan Dwitagama (2012:8) dalam buku berjudul Mengenal
Penelitian Tindakan Kelas menyatakan bahwa, “Penelitian Tindakan Kelas”
(PTK) adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara:
(1) Merencanakan
(2) Melaksanakan.
(3) Merefleksikan tindakan secara kolaboratif.
(4) Partipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa dapat meningkat”.
Jadi secara singkat PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang
dilakukan dengan prosedur tertentu untuk memecahkan masalah didalam
pengelolaan pembelajaran dengan menguji suatu gagasan perbaikan dalam praktik
pembelajaran guru, dan melihat pengaruh nyata dari upaya atau gagasan guru.
3.1.3 Rencana Tindakan
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model yang
dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart yang terdiri dari
beberapa siklus. Penelitian ini direncanakan dalam beberapa siklus dimana setiap
siklusnya terdiri dari 1 sampai 3 kali pertemuan. Penelitian ini berhenti apabila
indikator keberhasilan telah tercapai. Adapun setiap siklusnya terdapat 4 tahapan
yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), observasi (observe), dan refleksi
(reflect). Kemmis dan Mc Taggart menyatukan komponen tindakan dan
pengamatan sebagai satu kesatuan.
Hasil dari pengamatan dijadikan dasar langkah berikutnya yaitu refleksi.
Dari refleksi disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk
rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya (Arikunto 2002:84).
Skema metode Kemmis dan Mc Taggart ini dapat dilihat pada gambar seperti
Gambar 2.
36
Gambar 2. Model Spiral dari Kemmis S dan MC. Tanggart, R
Berdasarkan prosedur penelitian PTK model Mc. Taggart, maka
pelaksanaan tindakan pembelajaran melalui penerapan model pembelajaran
Probing-Prompting siswa kelas IV SDN Regunung 01 akan dilaksanakan dalam 2
siklus semester II Tahun ajaran 2015/2016, dimana pada akhir masing-masing
siklus guru dan peneliti melakukan refleksi untuk menilai atau mengukur tingkat
keberhasilan model pembelajaran Probing-Prompting dalam peningkatan hasil
belajar siswa kelas IV SDN Regunung 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang Semester II Tahun Ajaran 2015/2016.
Berdasarkan gambar diatas, dapat dipahami bahwa model spiral yang
dirumuskan oleh Kemmis dan Taggart meliputi empat tahapan, yaitu tahapan
perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observe), refleksi (reflect) Adapun
plan (perencanaan) dilakukan oleh peneliti yaitu dalam menyusun metode
pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan dengan tahap act (tindakan), yaitu tindakan yang
dilakukan oleh peneliti yaitu melaksanakan metode pembelajaran di kelas sesuai
dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Selanjutnya tahap observe
(observasi) yaitu tahap di mana peneliti atau guru melakukan pengamatan dan
mencatat hal-hal penting selama kegiatan berlangsung ketika tindakan
dilaksanakan. Tahap terakhir adalah tahap reflect (refleksi) di mana guru dan
peneliti melakukan evaluasi yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk
merancang kegiatan selanjutnya.
37
Pada penelitian ini, jumlah siklus yang dilaksanakan tergantung pada tingkat
ketercapaian hasil penerapan metode tanya-jawab dengan menggunakan teknik
probing-prompting. Penelitian ini akan diakhiri, apabila sudah tidak ditemukan
lagi permasalahan-permasalahan dalam melaksanakan penerapan metode tanya-
jawab dengan menggunakan teknik probing-prompting di kelas IV SDN
Regunung 01, atau hingga data berada pada titik stabil (jenuh) dan dimungkinkan
tidak akan mengalami peningkatan kembali.
3.1.3 Pelaksanaan Siklus I
Pada pelaksanaan siklus I kegiatan yang dilakukan merupakan tindakan
untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada kondisi awal (Pra Siklus).
Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan rincian:
a) PerencanaanTindakan
Perencanaan tindakan didasarkan pada hasil tes awal dan observasi awal.
Dalam kegiatan perencanaan, guru dan peneliti mendiskusikan tentang rencana
tindakan yang akan dilakukan. Di samping itu, guru dan peneliti menyamakan
persepsi dalam menyusun perangkat pembelajaran berupa: penyusunan RPP,
tentang Sumber Daya Alam, lembar observasi implementasi RPP, dan lembar
penilaian.
b) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada RPP yang telah dibuat sehingga
prosesnya sesuai arah yang diinginkan. Dengan kata lain, pelaksanaan tindakan ini
meliputi siapa melakukan apa, kapan, dimana dan bagaimana pelaksanaannya.
Skenario pembelajaran yang dibuat dilaksanakan dalam situasi yang aktual,
diikuti kegiatan observasi serta refleksi pembelajaran.
Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti. Observasi
dilakukan terutama pada saat guru sedang melaksanakan proses pengajaran dan
siswa dalam aktivitas belajarnya. Jadi observasi dilakukan untuk menilai dua
aktivitas dalam proses pembelajaran yang sedang terlaksana, yaitu : 1) aktivitas
mengajar guru, dan 2) aktivitas belajar siswa. Untuk menilai kedua aktivitas
tersebut, maka digunakan lembar observasi.
38
c) Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi
pada Siklus I. Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi kelemahan dan
kelebihan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan
sertahambatan yang dihadapinya.Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan
tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan dan sebagai dasar
pertimbangan untuk menyusun rencana kegiatan pada siklus II. Siklus II akan
dilaksanakan untuk memantapkan model pembelajaran yang digunakan.
3.1.5 Pelaksanaan Siklus II
Tahapan pelaksanaan tindakan dalam siklus II dirancang apabila siklus I
belum berhasil mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan.Kegiatan yang
dilakukan pada siklus II merupakan penyempurnaan dari kelemahan atau
kekurangan pada siklus sebelumnya. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sama
dengan siklus I yaitu sebanyak 2 kali pertemuan dengan rincian:
a) Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan perencanaan hampir sama dengan siklus I, yaitu guru dan
peneliti mendiskusikan tentang rencana tindakan yang akan dilakukan. Di
samping itu, guru dan peneliti menyamakan persepsi dalam menyusun perangkat
pembelajaran berupa: penyusunan RPP tentang Sumber Daya Alam, lembar
observasi implementasi RPP, dan lembar penilaian, namun dalam siklus II ini
perencanaan dilakukan dengan mempertimbangkan hasil refleksi pada siklus I.
Tindakan pada siklus II ini disertai dengan penambahan/penyesuaian kegiatan
yang diperkirakan dapat mengatasi masalah pada siklus I atau dapat
meningkatkan keterampilan yang diinginkan
b) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Pelaksanaan pembelajaran didasarkan pada RPP yang telah dibuat
sehingga prosesnya sesuai arah yang diinginkan. Dengan kata lain, pelaksanaan
tindakan ini meliputi siapa melakukan apa, kapan, dimana dan bagaimana
pelaksanaannya. Skenario pembelajaran yang dibuat dilaksanakan dalam situasi
yang actual diikuti kegiatan observasi serta refleksi pembelajaran.
39
Observasi dilakukan oleh observer, dalam hal ini adalah peneliti. Observasi
dilakukan terutama pada saat guru sedang melaksanakan proses pengajaran dan
siswa dalam aktivitas belajarnya. Jadi observasi dilakukan untuk menilai
duaaktivitas dalam proses pembelajaran yang sedang terlaksana, yaitu: 1)
aktivitas mengajar guru, dan 2) aktivitas belajar siswa. Untuk menilai kedua
aktivitas tersebut, maka digunakan lembar observasi.Observasi dilakukan oleh
observer, dalam hal ini adalah peneliti.
c) Refleksi
Kegiatan refleksi dalam siklus II ini dilakukan sama seperti tahap refleksi
pada siklus I yaitu pada saat setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada
Siklus II dilaksanakan. Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi kelemahan
dan kelebihan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil tindakan
serta hambatan yang dihadapinya. Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan
tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan pada proses
pembelajaran dengan menggunakan metode Probing-Propmpting terhadap hasil
belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang Sumber Daya Alam.
3.2 Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Jenis penelitian, teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian yang
akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini akan dibahas secara lebih
terperinci sebagai berikut.
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini
adalah:
a. TeknikTes
Tes dalam penelitian ini menggunakan bentuk tes formatif. Tes formatif ini
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa kelas IV SDN Regunung 01,
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Setelah diberi model pembelajaran
Probing-Prompting. Tes berbentuk pilihan ganda.
b. Teknik NonTes
40
Non tes dalam penelitian berupa observasi aktivitas siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran selama penerapan metode Probing-Prompting berlangsung.
Tabel 6
Kisi-Kisi Instrumen Soal
Siklus I
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator
No
Item
Jumlah
Item
Sumber Daya
Alam (SDA)
11.Memahami
hubungan
antara
sumber daya
alam dengan
lingkungan,
teknologi,
dan
masyarakat.
11.1 Menjelaskan
hubungan antara
sumber daya
alam dengan
lingkungan.
- Menjelaskan
SDA dengan
lingkungan
1
3
- Menyebutkan SDA
yang dimanfaatkan
bagi manusia
2, 3, 4
5
- Menyebutkan
contoh-contoh
SDA
5, 6, 7,
8, 9,
10, 15
10
- Mengidentifikasi
berbagai SDA
yang dapat
langsung
dimanfaatkan
11, 12,
14
5
- Menjelaskan contoh
berbagai benda dri
SDA yang diolah
menggunakan
teknologi
13 7
Jumlah 30
41
Tabel 7
Kisi-Kisi Instrumen Soal
Siklus II
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
No
Item
Jumlah
Item
Sumber Daya
Alam (SDA)
11. Memahami
hubungan
antara sumber
daya alam
dengan
lingkungan,
teknologi, dan
masyarakat.
11.3 Menjelaskan
dampak
pengambilan
bahan alam
terhadap
pelestarian
lingkungan
- Menyebutkan
dampak negatif
pengelolaan
bahan alam yang
tidak bijaksana
1, 3,
7, 12,
13
10
- Menyebutkan
kegiatan manusia
yang dapat
berdampak
negatif dalam
pengelolaan
bahan alam yang
tidak bijaksana
2, 4,
9, 10,
15
10
- Menjelaskan
kegiatan manusia
yang dapat
dilakukan untuk
mengatasi
dampak negatif
pengelolaan
bahan alam yang
tidak bijaksana
5, 6,
8, 11,
14,
10
Jumlah 30
Data hasil belajar siswa dalam pembelajaran probing-prompting dinilai
dengan rumus di bawah ini:
00100
maksimalskor Jumlah
diperoleh yangskor Jumlah Nilai
Rentang ditentukan berdasarkan nilai KKM pada mata pelajaran matematika
yang diterapkan di SD Negeri Regunung 01 adalah 70 sehingga :
Nilai < 70 = Tidak Tuntas
Nilai ≥ 70 = Tuntas
42
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Berdasarkan teknik pengumpulan data diatas, maka alat pengumpulan data
yang digunakan berupa hasil tes formatif siswa. Dari hasil tes ini maka data
disusun sesuai dengan prosedur yang baik dan benar dalam sebuah instrumen
penilaian. Tes adalah alat yang digunakan oleh setiap guru untuk menilai atau
mengevalusi hasil pembelajaran siswa sesuai dengan mata pelajaran yang
diampunya. Di dalam pengembangan tes seorang guru harus memperhatikan
tujuan pembelajaran yang sudah ditatapkannya terlebih dahulu, sehingga tes yang
dikembangkannya benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur (Erna
Febru Aries, 2011:17).
3.3.2 Tehnik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data yang diperoleh akan dianalisis dalam bentuk-bentuk kata atau
penjelasan yaitu data deskriptif kualitatif dan dalam bentuk angka yaitu data
kuantitatif.
Data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi terhadap pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe probing-prompting
yang dilakukan oleh guru, sedangkan untuk keperluan data kuantitatif, diperoleh
dari hasil tes belajar siswa.
Analisis data dilakukan dengan cara:
1. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil
belajar dengan cara persentase yaitu dengan menghitung ketuntasan belajar
siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai skor minimal 65
dan ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 65 ini jumlahnya
sekitar 75% dari jumlah seluruh siswa dan masing-masing dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan individual = jumlah nilai maksimal
jumlah nilaix 00
Ketuntasan klasikal = jumlah siswa yang tuntas belajar
jumlah seluruh siswax 00
Keterangan
43
Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan skor ≥ 70
Ketuntasan klasikal : Jika > 80% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan
skor ≥ 70.
Data kualitatif diperoleh dari observasi aktivitas siswa serta guru selama
proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif. Dalam penelitian
kualitatif, penyajian data bisa dalam bentuk uraian, tabel, hubungan antar
kategori, grafik, matrik, chart, dan sejenisnya. Tetapi hal yang paling sering
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3.3.3 Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Suharsimi Arikunto (2007:75),
mengemukakan bahwa suatu item instrumen penelitian dianggap valid jika
memiliki koefisien corrected item to total correlation ≥ 0,2.
Untuk uji validitas soal evaluasi siswa siklus I dan siklus II disajikan pada
Tebel 8 dan 9
Tabel 8
Hasil Uji Validitas Soal
Siklus 1
No R hitung Keterangan No R hitung Keterangan
1 0,392 Valid 11 0,508 Valid
2 0,508 Valid 12 0,506 Valid
3 0,496 Valid 13 0,496 Valid
4 0,415 Valid 14 0,496 Valid
5 0,508 Valid 15 0,392 Valid
6 0,496 Valid 16 0,508 Valid
7 0,435 Valid 17 0,479 Valid
8 0,489 Valid 18 0,479 Valid
9 0,508 Valid 19 0,467 Valid
10 0,496 Valid 20 0,415 Valid
44
Tabel 9
Hasil Uji Validitas Soal
Siklus 2
No R hitung Keterangan No R hitung Keterangan
1 0,502 Valid 11 0,508 Valid
2 0,496 Valid 12 0,502 Valid
3 0,502 Valid 13 0,489 Valid
4 0,489 Valid 14 0,467 Valid
5 0,502 Valid 15 0,435 Valid
6 0,452 Valid 16 0,508 Valid
7 0,506 Valid 17 0,467 Valid
8 0,506 Valid 18 0,508 Valid
9 0,502 Valid 19 0,508 Valid
10 0,508 Valid 20 0,506 Valid
Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 9 terdapat 40 soal evaluasi siklus I dan
siklus II. Masing-masing terdiri dari soal pilihan ganda. Siklus I terdiri dari 20
soal yang valid sedangkan siklus II terdapat 20 soal yang valid. Berikut adalah
pendapat para pakar mengenai indeks kevalidan soal.
Sugiyono (2010:67) taraf validitas empiris suatu tes dinyatakan dalam suatu
koefisien validitas (xy). Koefisien validitas suatu tes dinyatakan dalam suatu
bilangan koefisien antara -1,00 sampai dengan 1,00.
3.3.4 Uji Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas soal pada siklus I yang disajikan dalam Tabel
3.6, dan uji reliabilitas soal siklus II yang disajikan dalam tabel 3.7 disajikan
dalam bentuk Tabel 3.8 untuk siklus I dan 3.9 untuk siklus II sebagai berikut.
Reliabilitas adalah ketepatan atau ketelitian suatu alat ukur.
Kata reliabel sering disebut dengan nama lain, misalnya terpercaya,
terandalkan, ajeg, stabil, konsisten, dan lain sebagainya Sugiyono (2010:58).
Wardani dkk. (2012:344), reliabelitas adalah keajegkan, yaitu kemampuan alat
ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan atau ajeg.
Kerlinger (Wardani dkk. 1986:344-345) mengemukakan bahwa realibiliti
dapat diukur dengan tiga kriteria
1. /Stability/
45
Stability, adalah kriteria yang menunjuk pada keajegkan (konsiten) hasil yang
ditunjukkan alat ukur dalam mengukur gejala yang sama, pada waktu yang
berbeda.
2. /Dependability/
Dependability, adalah kriteria yang mendasarkan diri pada kemantapan alat
ukut atau seberapa alat ukur diandalkan.
3. /Predictability/
Predictability, karena perilaku merupakan proses yang saling berkait dan
berkesinambungan maka kriteria ini mengidealkan alat ukur gejala selanjutnya.
Adapun rentang indeks reliabilitas Wardani dkk. (2012:346) sebagai
berikut:
Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila nilai alpha ≥ 0,40. Reliabilitas
suatu instrumen dihitung menggunakan Software SPSS 16.0 dengan langkah
Analyze – Scale – Reliability Analysis atau kemudian untuk melihat hasilnya
apakah instrument reliabel atau tidak. Apabila nilai alpha () kurang dari < 0.40
maka instrumen tersebut tidak reliabel. Dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen
No Koefisien Kualifikasi
1
2
3
4
5
0,81 – 1,00
0,61 – 0,80
0,41 – 0,60
0,21 – 0,40
Negatif – 0,20
Sangat Reliabel
Reliabel
Cukup Reliabel
AgakReliabel
Kurang Reliabel
Sumber: Wardani dkk (2012:344)
Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen evaluasi siklus I dan siklus II
dapat dilihat dalam Tabel 11.
46
Tabel 11
Koefisien Reliabilitas Instrumen
Cronbach's Alpha N of Items
.833 20
Untuk hasil uji reliabilitas siklus I dalam Tabel 3.9 menunjukkan
Cronbach's Alpha sebesar .833. Berdasarkan data tersebut soal pada instrumen
pada siklus I menunjukkan bahwa instrumen diinterpretasikan sangat reliabel,
sehingga intrumen siklus I dapat digunakan sebagai soal evaluasi siklus I.
3.3.5 Uji Tingkat Kesukaran Soal
Uji tingkat kesukaran soal adalah untuk mengetahui seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal, jika tingkat kesukaran soal seimbang maka dapat dikatakan
soal tersebut baik (Arifin, 2014:266). Arikunto (2012) juga menambah bahwa soal
yang baik adalah soal yang tidak terlalu susah dan tidak terlalu sukar.
Pedoman dalam menentukan indeks kesukaran suatu soal dijelaskan oleh
Arikunto dengan rumus sebagai berikut: (Arikunto, 2014:223)
Keterangan: P = indeks kesukaran.
B = Banyaknya siswa yang menjawab benar.
JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes.
Kriteria tingkat kesukaran soal menurut Arikunto (2009: 210):
P= 0,70 – 1,00 adalah soal mudah.
P= 0,30 – 0,70 adalah soal sedang.
P= 0,00 – 0,30 adalah soal sukar.
Hasil perhitungan tingkat kesukaran instrument soal siklus I dan II dapat
dilihat dalam Tabel 12 dan 13
P = B÷ JS
47
Tabel 12
Uji Tingkat Kesukaran Soal
Siklus I
No
Indeks
Kesukaran
Kriteria
No
Soal
Indeks
Kesukaran
No Soal
1 0,81 Mudah 11 0,60 Sedang
2 0,78 Mudah 12 0,51 Sedang
3 0,39 Sedang 13 0,45 Sedang
4 0,66 Sedang 14 0,60 Sedang
5 0,78 Mudah 15 0,60 Sedang
6 0,48 Sedang 16 0,81 Mudah
7 0,60 Sedang 17 0,51 Sedang
8 0,75 Mudah 18 0,66 Sedang
9 0,63 Sedang 19 0,30 Sukar
10 0,48 Sedang 20 0,78 Mudah
48
Tabel 13
Uji Tingkat Kesukaran Soal
Siklus II
No
Indeks
Kesukaran
Kriteria
No
Soal
Indeks
Kesukaran
No Soal
1 0,57 Sedang 11 0,51 Sedang
2 0,60 Sedang 12 0,57 Sedang
3 0,67 Sedang 13 0,63 Sedang
4 0,63 Sedang 14 0,69 Sedang
5 0,57 Sedang 15 0,75 Mudah
6 0,72 Mudah 16 0,51 Sedang
7 0,54 Sedang 17 0,69 Sedang
8 0,54 Sedang 18 0,48 Sedang
9 0,57 Sedang 19 0,48 Sedang
10 0,48 Sedang 20 0,45 Sedang
3.4 Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan proses
selama pembelajaran dan keberhasilan klasikal hasil belajar siswa. Keberhasilan
proses selama pembelajaran adalah kesesuaian aktivitas guru selama proses
pembelajaran dengan sintaks dan RPP yang telah disusun, dimana ≥ 85 langkah
yang ada disintak dan RPP harus dilakukan.
Keberhasilan klasikal hasil belajar siswa sendiri dapat dicapai jika siswa
yang dikategorikan tuntas ≥80% dari jumlah siswa seluruhnya. Siswa
dikategorikan tuntas apabila nilai yang diperoleh ≥ KKM yang telah ditetapkan
sekolah, yaitu 70.