BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode yang...
-
Upload
nguyenphuc -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode yang...
91
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode yang Digunakan
Pada dasarnya metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan
peneliti untuk mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang
diajukan. Dengan metode penelitian yang tepat, pemecahan masalah akan
tercapai dengan tepat dan akurat pula, sehingga mendukung fakta dalam
mencapai kebenaran suatu ilmu. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mempeoleh diskripsi atau gambaran dari variabel yang diteliti, serta
mengungkap keterkaitan antar variabelnya. Merujuk pada tujuan penelitian
tersebut, maka penelitian ini menggunakan rancangan penelitian konklusif.
Menurut Malhotra (2013:108) penelitian konklusif bertujuan untuk menguji
hipotesis dan mengetahui hubungan antar variabel. Variabel adalah konsep
yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nazir, 2003). Menurut DIKTI
(dalam Narbuko dan Achmadi, 2003) variabel penelitian adalah segala sesuatu
yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian.
Dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan tujuan penelitian,
digunakan dua jenis penelitian yaitu penelitian deskriptif dan penelitian
verifikatif. Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu jenis
penelitian yang bertujuan untuk memperoleh gambaran atau karakteristik dari
suatu variabel. Rancangan penelitian deskriptif ini membutuhkan spesifikasi
92
yang jelas mengenai siapa (who), apa (what), kapan (when), dimana
(where),dan mengapa (Why) dan cara (Way) disebut juga (6 W’s) dari suatu
penelitian.
Sedangkan penelitian verifikatif (kausalitas) dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui hubungan antar variabel melalui suatu pengujian hipotesis
yang didasarkan pada data di lapangan. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode descriptive survey dan explanatory survey. Metode descriptive
survey merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
deskripsi dari obyek yang diteliti. Sedangkan metode explanatory survey
merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik
variabel dengan meneliti sejumlah sampel. Data dikumpulkan dalam rentang
waktu one shoot-cross sectional, yaitu dilakukan dengan data yang hanya
sekali dikumpulkan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.
Menurut Malhotra (2013:108) yang dimaksud metode survey adalah
kuesioner terstruktur yang diberikan kepada responden untuk mendapatkan
informasi yang spesifik. Yang dimaksud dengan terstruktur penggunaan
kuesioner formal yang menyajikan pertanyaan dengan urutan yang ditetapkan
sebelumnya dan responden diminta untuk memilih serangkaian jawaban yang
telah ditentukan. Metode survey dilakukan untuk mengambil generalisasi dari
suatu pengamatan yang tidak mendalam, berbasis sampel. Menurut Creswell
93
(2009:44) mengatakan bahwa penelitian eksplanatori dapat dilakukan untuk
menguji hipotesis dengan menarik sampel secara acak dari suatu populasi.
Tahap selanjutnya penentuan unit analisis. Unit analisis menurut
Sekaran (2010:32) merujuk pada kumpulan data yang akan dianalisis. Dari
cara mengungkap unit analisis data dengan menetapkan kriteria responden
tersebut, peneliti dengan sendirinya akan memperoleh siapa dan apa yang
menjadi subyek penelitiannya. Unit analisis penelitian ini adalah koperasi aktif
yang berada di wilayah propinsi Jawa Barat. Unit pengamatan/observasi
dalam penelitian ini adalah manajemen koperasi aktif yang dapat diwakili
oleh pengurus , pengawas dan manager operasional yang berada di wilayah
propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan tujuan penelitian yaitu untuk memperoleh gambaran atau
deskripsi dari variabel yang diteliti serta mengungkap keterkaitan antar
variabelnya maka penelitian ini bersifat deskriptif dan verifikatif. Pendekatan
analisis serta teknik solusi yang akan dipergunakan sebagai alat analisis di
dalam penelitian ini adalah dengan Structural Equation Modelling (SEM).
3.2. Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel dilakukan untuk memperoleh data dan
informasi dari variabel –variabel penelitian. Terdapat dua macam variabel
yang bersifat laten yaitu variable eksogeneous (bebas) dan variable
endogeneous (terikat). Penelitian ini mempunyai dua variable eksogeneous
94
(bebas) yang diberi lambang X yaitu, Budaya organisasi (X1) dan Komitmen
organisasional (X2). Sementara variable endogeneous yaitu Kinerja koperasi
(Z) dengan variable intervening yaitu Keunggulan Bersaing diberi symbol
(Y).
Secara umum, suatu variabel dapat dikatakan berfungsi sebagai
mediator bila menghubungkan sebab akibat antara independen dan dependen,
sedangkan moderator memodifikasi efek kausal. Sehingga berdasarkan uraian
di atas diduga bahwa faktor Budaya Organisasi (X1) dan Komitmen
organisasional (X2) adalah variabel yang diasumsikan dapat meningkatkan
Keunggulan Bersaing (Y) serta dampaknya pada Kinerja Koperasi (Z) di di
Wilayah Jawa Barat.
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala No.
Budaya
Organisasi
Dalam pemilihan
pejabat koperasi
pengurus dan pe-
ngawas koperasi
harus obyektif ,
dihindari terjadi-
nya kolusi dan
nepotisme.
Kekeluargaan Pemilihan pengurus
dan pengawas koperasi
dilakukan secara
obyektif.
Ordinal 1
Pendidikan diperhati-
kan dalam pemilihan
pengurus, dan pengawas.
Ordinal 2
Kompetensi pengurus,
pengawas dan manajer
dipertimbangkan.
Ordinal 3
Merupakan cara
mempengaruhi dan
memotivasi orang
lain agar orang
tersebut mau ber-
kontribusi untuk
keberhasilan orga-
nisasi.
Gaya kepe-
mimpinan
Pengurus dan manajer
dalam melakukan pe-
kerjaan memberikan
pembinaan pada
karyawan.
Ordinal 4
Pengurus memberikan
motivasi, terhadap
karyawan .
Ordinal 5
Pengurus mengarah-
kan agar tidak terdapat
konflik kerja.
Ordinal 6
95
Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala No.
Perasaan keber-
samaan antar ang-
gota kelompok.
Tingginya kohesi-
vitas perasaan da-
lam kebersamaan
antar anggota ke-
ompok, berarti
tiap anggota da-
lam kelompok
saling berinteraksi
satu sama lain,
untuk mencapai
tujuan Moral adalah su-
asana bathiniah
seseorang yang
mempengaruhi
perilaku individu
dan perilaku orga-
nisasi, berupa pe-
rasaan senang, ber-
emangat atau tidak
bersemangat dalam
melakukan kerja.
Kohesivitas
kelompok
Moral karyawan
Pengurus mengarah-
kan adanya kekom-
pakan dalam bekerja.
Ordinal 7
Pengurus dan manajer
menekankan perlunya
saling berinteraksi
dalam tugas.
Ordinal 8
Pengurus dan manajer
menekankan penting-
nya saling bantu men-
capai tujuan
Ordinal 9
Pengurus dan manajer
memperhatikan moral
karyawan dalam
bekerja.
Ordinal 10
Pengurus menumbuhkan
perasaan senang dalam
mencapai kemajuan
organisasi.
Ordinal 11
Pengurus dan manajer
memperhatikan sema-
ngat karyawan dalam
pelaksanaan tugasnya.
Ordinal 12
Sebuah urutan pe-
kerjaan yang me-
libatkan beberapa
orang dalam satu
bagian yang ditata
untuk menjamin
adanya perlakuan
seragam terhadap
transaksi peru-
sahaan.
Peraturan dan
prosedur
Pengurus dan manajer
menjalankan aturan dan
prosedur sesuai dengan
struktur, maksud, dan
ruang lingkup kegiatan.
Ordinal 13
Pengurus dan manajer
menjalankan prosedur,
dalam pelaksanaan ha-
rus diterangkan oleh
seorang penanggung
jawab.
Ordinal 14
Prosedur harus dija-
lankan dengan meng-
gunakan acuan berupa
dokumen-dokumen
terkait oleh setiap kar-
yawan dan pengurus
Ordinal 15
96
Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala No.
Usaha seseorang
dengan mendaya-
gunakan pemiki-
ran, kemampuan
imajinasi, berba-
gai stimulan, dan
individu yang
mengelilinginya
dalam menghasil-
kan produk baru,
baik bagi dirinya
sendiri ataupun
lingkungannya.
Inovatif
Pengurus dan manajer
harus memiliki ciri
khas sendiri yang tidak
dimiliki ataupun ada
pada ide atau gagasan
yang sudah ada sebe-
lumnya dalam pengem-
bangan produk baru.
Ordinal 16
Pengurus dan manajer
harus memiliki ide baru
yang memang belum
pernah diungkapkan
atau pun dipublikasikan
sebelumnya oleh peru-
sahaan lain, dan pe-
ngembangan pening-
katan layanan.
Ordinal 17
Pengurus dan manajer
harus memiliki rencana
untuk mengembangkan
peningkatan layanan
sistem.
Ordinal 18
Berpandangan
masa depan adalah
kecenderungan
untuk berfikir
mengenai masa
depan dan sebagai
perhatian tentang
hasil dari tindakan
saat ini di masa
yang akan datang.
Berpandangan
ke depan
Manajemen koperasi
mengevaluasi hasil
yang telah dilakukan
dengan meningkatkan
kompetensi karyawan
Ordinal 19
Manajemen koperasi
diharapkan dapat me-
ngikuti trend usaha
yang terjadi.
Ordinal 20
Manajemen koperasi
berusaha mengguna-
kan layanan berbasis
teknologi.
Ordinal 21
Kemandirian ada-
lah suatu keadaan
dimana perusaha-
an bebas dari pe-
ngaruh atau teka-
nan pihak lain
yang tidak sesuai
dengan mekanis-
me perusahaan.
Kemandirian Pengurus koperasi me-
miliki kemampuan un-
tuk selalu berusaha ber-
inisiatif dlm segala hal.
Ordinal 22
Pengurus koperasi me-
miliki kemampuan me-
ngerjakan tugas yang
dipertanggungjawab-
kan
Ordinal 23
Manajemen harus me-
miliki kemampuan me-
Ordinal 24
97
Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala No.
ngatasi rintangan yang
dihadapinya dalam
mencapai kesuksesan
tugas.
Suatu proses,
yang dipengaruhi
oleh sumber daya
manusia dan sis-
tem teknologi
informasi, yang
dirancang untuk
membantu orga-
nisasi mencapai
suatu tujuan ter-
tentu.
Control
(Pengawasan)
Pengurus berperan pen-
ting untuk mencegah
dan menendeteksi peng
gelapan dan melindungi
sumber daya organisasi
baik yang berwujud ma-
upun tidak berwujud.
Ordinal 25
Pengawas berperan
melakukan pemerik-
saan dan penilaian atas
pelaksanaan kebijakan
yang dilakukan pe-
ngurus
Ordinal 26
Pengurus koperasi
berperan melakukan
pengawasan sistem
informasi akuntansi
dan keuangan lainnya
Ordinal 27
Komitmen
Organisa-
sional
Suatu kesetiaan
karyawan kepada
perusahaan
(organisasi).
Loyalitas Karyawan tetap berta-
han dalam organisasi.
mendukung program
koperasi.
Ordinal 28
Karyawan bersedia be-
kerja lembur untuk me-
nyelesaikan pekerjaan
Ordinal 29
Karyawan setia pada
organisasinya koperasi
yang sudah dipilih se-
bagai tempat kerja.
Ordinal 30
Mampu mengi-
dentifikasi per-
yataan tujuan
dengan rencana
penyelesaian ma-
salah.organisasi
dengan kerja sa-
ma dua orang atau
lebih, dari sistem
dan aktivitas or-
ganisasi yang di-
koordinasikan secara baik.
Identifikasi
dengan tujuan
Pengurus koperasi me-
lakukan kegiatan orga-
nisasi sesuai rencana.
Ordinal 31
Pengurus melakukan
kerjasama dalam pe-
ngembangan usaha dan
teknologi.
Ordinal 32
Pengurus melakukan
kerjasama dalam pen-
carian sumber daya
baru.
Ordinal 33
Merupakan se-
kumpulan prinsip
Nilai personal Pengurus berusaha
meningkatkan unsur
Ordinal 34
98
Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala No.
yang dipegang te-
guh oleh seseo-
rang dan diguna-
kan untuk men-
capai berbagai tu-
juan yang ingin
dicapai, dan da-
pat membantu se-
orang pemimpin
untuk memilih hal
mana yang baik
maupun buruk
bagi organisasi .
pertimbangan dalam
pelaksanaan tugasnya.
Pengurus memberikan
gagasan yang teguh un-
tuk kepentingan orga-
nisasi.
Ordinal 35
Pengurus menetapkan
target yang harus di-
capai oleh karyawan
Ordinal 36
Keterlibatan kerja
merupakan kea-
daan dimana para
manajer berkon-
sultasi dengan
karyawan mereka
dalam memecah-
kan masalah dan
dalam pengambil-
an keputusan se-
hingga mereka
bekerja sama se-
bagai sebuah tim.
Keterlibatan
organisasional
Pengurus memusatkan
perhatian pada keterli-
batan karyawan seba-
gai tim dalam bekerja.
Ordinal 37
Manajemen perhatian
pada tingkat kesepa-
katan dalam pekerjaan
dengan karyawan
Ordinal 38
Pengurus selalu men-
jaga dan mempertim-
bangkan masukan kar-
yawan sebagai info yg
berharga dalam peng-
ambilan keputusan
Ordinal 39
Biaya yang akan
terjadi dan mun-
cul pada karya-
wan.
Keinginan se-
cara emosional
Pengurus perhatian pa-
da biaya yang dikeluar-
kan kalau karyawan
meninggalkan koperasi
Ordinal 40
Pengurus perhatian pa-
da resiko yang ditang-
gung kalau karyawan
keluar dari koperasi.
Ordinal 41
Pengurus perhatian pa-
da kontinuitas dari pe-
kerjaan yang ditinggal.
Ordinal 42
Tanggung jawab
sendiri, dan ke-
mandirian dalam
memecahkan per-
masalahan organi-
sasi koperasi .
Kesadaran bila
meninggalkan
organisasi.
Pengurus bertanggung
jawab dalam mengatasi
kekurangan sumber
daya manusia koperasi.
Ordinal 43
Pengurus bertanggung
jawab dalam mengatasi
masalah yang muncul
dalam kegiatan usaha.
Ordinal 44
Karyawan harus bisa
mengatasi masalah
Ordinal 45
99
Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala No.
kerja dengan mandiri
Perasaan wajib
sebagai anggota /
pegawai untuk
tetap tinggal,
karena perasaan
hutang budi.
Wajib tetap
tinggal
Pengurus memusatkan
perhatian pada keterli-
batan karyawan untuk
tetap tinggal bekerja
pada koperasi.
Ordinal 46
Karyawan merasa me-
miliki kewajiban untuk
terus bertahan dalam
organisasi karena tang-
gung jawab moral.
Ordinal 47
Karyawan merasa un-
tuk terus bertahan da-
lam organisasi karena
merupakan keharusan.
Ordinal 48
Keunggulan
Bersaing
Terdapat tiga lan-
dasan strategi
yang dapat mem-
bantu organisasi
memperoleh ke-
unggulan bersaing
yaitu keunggulan
biaya, diferensia-
si, dan strategi fo-
kus. Biaya rendah
menekankan pada
upaya mempro-
duksi produk
standar dengan
biaya per unit
sangat rendah.
Strategi
keunggulan
biaya
Pengurus menjalankan
efiensi biaya pada ak-
tivitas operasional yang
dilakukan.
Ordinal 49
Pengurus dan manajer
koperasi menjalankan
efisiensi dalam pela-
yanan produk-poduk
koperasi.
Ordinal 50
Pengurus dan manajer
koperasi mengusaha-
kan agar produk kope-
rasi, mempunyai daya
tawar untuk mampu
bersaing.
Ordinal 51
Strategi ini men-
dorong perusa-
haan untuk sang-
gup menemukan
keunikan tersen-
diri dalam pasar.
Strategi
Diferensiasi
Pengurus melakukan
kebijakan harga jual
produk koperasi murah
Ordinal 52
Pengurus koperasi
menciptakan keunikan
produk yang ditawar-
kan pada konsumen
Ordinal 53
Pengurus koperasi me-
mberikan kecepatan
layanan prima bagi
pelanggan
Ordinal 54
Pengurus koperasi
menjaga saluran
distribusi.
Ordinal 55
Membangun ke-
unggulan bersaing
dengan segmen
Strategi fokus Pengurus memfokus-
kan pada satu jenis
produk atau serumpun
Ordinal 56
100
Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala No.
yang lebih sempit.
Melayani konsu-
men yang jumlah-
nya relatif kecil.
produk pada usahanya.
Pengurus memfokus-
kan pada segmen pasar
sasaran
Ordinal 57
Pengurus menjaga ke-
tersedian barang de-
ngan cermat
Ordinal 58
Kinerja Menggunakan
ukuran finansial
sebagai suatu
ringkasan penting
kinerja manajerial
dan bisnis. Peng-
ukuran kinerja ke-
uangan akan me-
nunjukan apakah
perencanaan dan
pelaksanaan stra-
tegi memberikan
perbaikan yang
mendasar bagi
keuntungan peru-
sahaan.
Perspektif
keuangan
Orientasi pada return
on investment (ROI)
Ordinal 59
Orientasi pada Net
profit margin (NPM)
Ordinal 60
Orientasi pada return
on total asset (ROA)
Ordinal 61
Memiliki dua ke-
lompok penguku-
ran, yaitu: custo-
mer core measu-
rement dan custo-
mer value prepo-
sitions.
Perspektif
pelanggan
Pangsa pasar Ordinal 62
Retensi pelanggan Ordinal 63
Tambahan pelanggan Ordinal 64
Kepuasan pelanggan Ordinal 65
Memiliki tujuan
dan ukuran yang
diterjemahkan
dari strategi dan
ditujukan untuk
memenuhi hara-
pan para peme-
gang saham serta
pelanggan.
Proses bisnis
internal
Pertumbuhan
dan
Pembelajaran
Orientasi pada proses
inovasi
Ordinal 66
Orientasi pada proses
operasi
Ordinal 67
Orientasi pada layanan
purna jual
Ordinal 68
Persentase penurunan
kesalahan
Ordinal 69
Kemampuan karyawan
meningkat yang dise-
babkan kepuasan yang
diterima dan dinikmati
oleh para karyawan.
Ordinal 70
Kemampuan sistem in-
formasi, motivasi, pem-
berian wewenang, dan
kesejajaran
Ordinal 71
Peningkatan produktivitas Ordinal 72
101
Variabel Konsep Dimensi Indikator Skala No.
karyawan setelah dilaku-
kan pelatihan dan penga-
rahan serta kursus, atau
lainnya yang sejenis.
3.3 Sumber dan Cara Penentuan Data
3.3.1 Sumber Data.
Penelitian ini akan menggunakan sumber data dan informasi yang
diperoleh dari dua sumber yaitu :
1. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung di
lapangan, yaitu data diambil langsung yang meliputi pengaruh Budaya
organisasi dan Komitmen organisasional terhadap Strategi bersaing serta
dampaknya pada kinerja Koperasi di Wilayah Jawa Barat.
2.Data sekunder yaitu data yang telah tersedia serta dikumpulkan dan
telah diolah, yang diperoleh dari Koperasi, Dinas koperasi dan KUKM, baik
pusat ataupun wilayah Jawa Barat dan instnsi lainnya yang terkait dengan
penelitian ini. Jenis dan sumber data yang digunakan serta dikumpulkan,
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
1.Penggunaan Skala Linkert.
Skala likert menurut Sugiyono (2010:93) adalah digunakan untuk mengu-
kur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden
102
harus menggambarkan, mendukung pernyataan digunakan jawaban yang
dipilih. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik
tolok ukur menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau
pernyataan.
Tabel 3.2
Skala Penilaian Untuk Pernyataan Positif dan Negatif
No Keterangan Skor Positif Skor Negatif
1 Sangat Setuju 5 1
2 Setuju 4 2
3 Ragu-ragu 3 3
4 Tidak Setuju 2 4
5 Sangat Tidak Setuju 1 5
Sumber: (Sugiono,2010:94)
Selanjutnya untuk jenis dan sumber pengumpulan data yang
digunakan meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh dari
berbagai sumber yang dinyatakan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3.3. Jenis dan Sumber Data No Jenis Data Sumber Data Primer/Sekunder
1 Jumlah Koperasi di Indonesia Kementerian Koperasi
dan KUKM
Sekunder
2 Jumlah Koperasi di Wilayah
Propinsi Jawa Barat
Kementerian Koperasi
dan KUKM
Sekunder
3 Gambaran Kinerja Koperasi
di Wilayah Propinsi Jawa
Barat.
Koperasi-koperasi di
Propinsi Jawa Barat
Primer & sekunder
4 Jumlah Koperasi aktif dan
Non Aktif diwilayah Propinsi
Jawa Barat
Kementerian koperasi
dan KUKM di Jawa
Barat
Primer & sekunder
Adapun untuk sumber data yang digunakan serta dikumpulkan, yaitu
diperoleh dari jumlah koperasi aktif di Jawa Barat pada tahun 2013.
103
3.3.2 Populasi
Menurut Malhotra (2010:371) populasi adalah gabungan seluruh
elemen yang memiliki serangkaian karakteristik sama. Berdasarkan
pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah koperasi-
koperasi yang aktif di wilayah Propinsi Jawa Barat yang meliputi 26 kota
dan kabupaten, ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.4. Koperasi di Propinsi Jawa Barat Berdasarkan Kabupaten Dan Kota
NO. KOTA /
KABUPATEN
KOPERASI
AKTIF (unit)
KOPERASI TIDAK
AKTIF (unit)
JUMLAH
(unit)
Propinsi JABAR 15.130 10.122 25.252 1 Kab.Purwakarta 343 451 794 2 Kab.Sumedang 457 110 567 3 Kab.Subang 159 797 956 4 Kab. Sukabumi 384 1439 1823 5 Kab. Indramayu 172 817 989 6 Kab.Bandung 766 704 1470 7 Kab.Cianjur 321 1051 1372 8 Kab.Kuningan 391 132 523 9 Kab.Cirebon 570 82 652 10 Kota Banjar 67 92 159 11 Kab.Tasikmalaya 354 338 692 12 Kab. Majalengka 259 391 650 13 Kabupaten Ciamis 527 330 857 14 Kabupaten Garut 892 431 1.323 15 Kabupaten Karawang 933 470 1.403 16 Kabupaten Bekasi 687 89 776 17 Kota Cimahi 241 123 364 18 Kota Cirebon 200 157 357 19 Kab. Bandung Barat 327 281 608 20 Kota Bogor 287 482 769 21 Kota Bandung 1.880 572 2.452 22 Kota Bekasi 719 176 895 23 Kota Depok 346 585 931 24 Kota Tasikmalaya 328 158 486 25 Kota Sukabumi* 384 1439 1.823 26 Kab.Pangandaran* 527 330 857
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Prop. Jawa Barat (data diolah) ; * Masih gabung
104
Berdasarkan pada tabel 3.4 diatas dapat diketahui bahwa jumlah koperasi
yang aktif adalah sebesar 15.130 unit, dan koperasi yang tidak aktif sebesar 10.122
unit di propinsi Jawa Barat. Dalam penarikan sampel digunakan koperasi yang
masih aktif dalam propinsi tersebut yang meliputi koperasi di wilayah kabupaten
dan kota dengan jumlah sebesar 15.130 unit koperasi yang aktif. Pertimbangannya
adalah hanya koperasi yang masih aktif yang masih bisa mencapai keunggulan
bersaing dan menghasilkan kinerja koperasi. Oleh sebab itu maka yang dijadikan
sampel adalah koperasi yang aktif. Adapun untuk sumber data yang digunakan
serta dikumpulkan, yaitu jumlah koperasi primer yang ada di wilayah propinsi
Jawa Barat.
3.3.3. Metode Penarikan Sampel
Mengingat yang di observasi dalam penelitian ini adalah koperasi-koperasi
primer yang masih aktif maka dalam menentukan sampel penelitian dilakukan
dengan teknik purposive cluster proporsional sampling.
Purposive sample (sampel bertujuan) dilakukan dengan cara mengambil
subyek didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Tehnik ini biasanya dilakukan
karena beberapa pertimbangan, misalnya karena keterbatasan waktu, tenaga
dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Dengan
memperhatikan syarat - syarat yang harus dipenuhi yaitu pengambilan sampel
harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu, yang meru-
pakan ciri-ciri pokok populasi. Subyek yang diambil sebagai sampel benar-
benar merupakan subyek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang ter-
105
dapat pada populasi (key subjects). Penentuan karakteristik populasi dilakukan
dengan cermat di dalam studi pendahuluan (Arikunto, Suharsimi 1998:117).
Setelah menentukan teknik dan metode pengambilan sampel, maka
langkah berikutnya adalah menentukan jumlah dan ukuran sampel yang dapat
mewakili populasi dalam penelitian. Kelloway (1998: 354) menyatakan bahwa
untuk menentukan ukuran sampel yang representatif dari suatu populasi dalam
jumlah yang besar, digunakan model persamaan struktural yang paling sedikit
mengambil 200 pengamatan.
Dari jumlah sampel agar dapat memenuhi pada perhitungan dengan
menggunakan SEM untuk koperasi yang terpilih tersebut, agar setiap daerah
kabupaten dan kota mempunyai perwakilan koperasi yang aktif sebagai
responden maka dihitung dengan menggunakan rumus alokasi sebanding
(proportional allocations) sehingga dapat diperoleh jumlah responden wakil
dari setiap kota dan kabupaten di wilayah propinsi Jawa Barat. Adapun
pengambilan jumlah sampel mengikuti formula Slovin sebagai berikut:
Ukuran sampel adalah bagian dari populasi. A sample is a subset of
population (Sekaran, 2006: 123). Untuk mendapatkan jumlah sampel dalam
populasi digunakan rumus Slovin (Suliyanto, 2006:100). Ukuran sampel
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: 1. 2
dN
Nn
Keterangan : n = Ukuran sampel ; N = Jumlah populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan ; 1 = Angka konstan
106
Dengan menggunakan rumus diatas, populasi sebesar 15.130 dan
presisi yang diterapkan 5 %, maka ukuran sampel penelitian ini adalah:
1)05,0(130.15
130.152
n = 389
Dari jumlah sampel 389 agar dapat memenuhi pada perhitungan dengan
menggunakan SEM koperasi yang terpilih tersebut agar setiap daerah kabupaten dan
kota mempunyai perwakilan koperasi yang aktif sebagai responden maka dihitung
dengan menggunakan rumus alokasi sebanding (proportional allocations) sehingga
dapat diperoleh jumlah responden wakil dari setiap kota dan kabupaten di propinsi
Jawa Barat. Adapun besarnya sampel yang diambil dapat ditunjukkan dalam tabel
berikut ini.
Tabel 3.5. Data Sampel Koperasi
NO KOTA/KABUPATEN JUMLAH SAMPEL ( unit)
1. Kabupaten Purwakarta 11
2. Kabupaten Sumedang 15
3. Kabupaten Subang 6
4. Kabupaten Sukabumi 13
5. Kabupaten Indramayu 6
6. Kabupaten Bandung 26
7. Kabupaten Cianjur 10
8. Kabupaten.Kuningan 13
9. Kabupaten Cirebon 18
10. Kota Banjar 2
11. Kabupaten Tasikmalaya 11
12. Kabupaten Majalengka 8
13. Kabupaten Ciamis 17
14. Kabupaten Garut 30
15. Kabupaten Karawang 31
16. Kabupaten Bekasi 23
17. Kota Cirebon 6
18. Kabupaten Bandung Barat 13
19. Kota Cimahi 8
20. Kota Bogor 8
21. Kota Bandung 51
22. Kota Bekasi 23
107
NO KOTA/KABUPATEN JUMLAH SAMPEL ( unit)
23. Kota Depok 11
24. Kota Tasikmalaya 12
25. Kota Sukabumi* 13
26. Kab.Pangandaran* 4
Total 389
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Prop. Jawa Barat *Masih gabung
Perhitungan untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut:
Sampel kabupaten Purwakarta adalah sebesar: ( 343/13.569) x 389 = 11 unit. Begitu
seterusnya dalam menentukan perhitungan jumlah sampel sampai dengan 26 kabu-
paten dan kota yang ada di propinsi Jawa Barat semua dihitung dan selanjutnnya
diperoleh angka total sampel sebesar 389 unit.
3.4. Tehnik Pengolahan Data
Tehnik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen
kuesioner. Menurut Sekaran (2000: 204), instrumen atau skala pengukuran selalu
mengandung kesalahan (errors) dalam pengukuran. Peneliti perlu menilai “
goodness” dari skala pengukuran tersebut, dua pengujian instrumen yang dilakukan
yaitu uji validitas yang selanjutnya diikuti uji reliabilitas.
3.4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum data hasil kuesioner penelitian dianalisis lebih lanjut, terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap alat ukur penelitian untuk membukti-
kan apakah alat ukur yang digunakan memiliki kesahihan (validity) dan keandalan
(reliability) untuk mengukur apa yang seharusnya menjadi fungsi ukurnya, yaitu
untuk menguji apakah kuesioner telah mengukur secara cermat dan tepat apa yang
ingin diukur pada penelitian ini.
108
3.4.1.1 Uji Validitas (Test of Validity)
Uji validitas adalah proses pengukuran terhadap ketepatan dari suatu untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini uji validitas instrumen.
Pengujian ini untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat digunakan
kuesioner dilakukan dengan menggunakan alat uji korelasi. Pengujian validitas
dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan skor total. Tehnik analisis
yang digunakan adalah koefisien Rank Spearman yang merupakan analisis korelasi
yang berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan bagaimana kuatnya
hubungan suatu variabel dengan variabel lain yang memiliki skala pengukuran data
ordinal. Rumus korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut:
2222 )( 1
YYYnXXn
YXXYnrs
Keterangan: rs = koefisien validitas item yang dicari
X = skor yang diperoleh subyek dari seluruh item
Y = skor total yang diperoleh dari seluruh item
ΣX = jumlah skor dalam distribusi X
ΣY = jumlah skor dalam distribusi Y
ΣX2
= jumlah kuadrat masing-masing skor X
ΣY2
= jumlah kuadrat masing-masing skor Y,
n = banyaknya
responden
Hasil perhitungan uji validitas ditentukan dengan kriteria yang digunakan
adalah item valid berarti layak untuk digunakan dalam pengujian hipotesis. Valid
tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai
koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor totalnya, dan apabila koefisien
109
korelasinya > 0,30 (Azwar Saefudin, 1997: 158) maka pernyataan tersebut dinyatakan
valid, sedangkan jika koefisien korelasinya < 0,30 menunjukkan bahwa data tersebut
tidak valid dan akan disisihkan dari analisis selanjutnya. Dalam penelitian uji
validitas dilakukan dengan menggunakan program diujikan kepada 389 responden.
1).Variabel Budaya Organisasi
Variabel Budaya Organisasi terdiri atas 27 item kuesioner. Hasil pengolahan uji
validitas mengunakan pendekatan uji korelasi corrected item-total correlations untuk
masing-masing item variabel Budaya Organisasi ditampilkan tabel berikut:
Tabel 3.6 Hasil Nilai korelasi (corrected item-total correlation)
Variabel Budaya Organisasi
Item
Kuesioner
Corrected Item-
Total Correlations
Nilai
Kritis Keterangan
X.1 0.648 0,3 Valid X.2 0.599 0,3 Valid X.3 0.627 0,3 Valid X.4 0.673 0,3 Valid X.5 0.619 0,3 Valid X.6 0.580 0,3 Valid X.7 0.459 0,3 Valid X.8 0.609 0,3 Valid X.9 0.705 0,3 Valid
X.10 0.601 0,3 Valid X.11 0.598 0,3 Valid X.12 0.553 0,3 Valid X.13 0.729 0,3 Valid X.14 0.440 0,3 Valid X.15 0.480 0,3 Valid X.16 0.548 0,3 Valid X.17 0.573 0,3 Valid X.18 0.541 0,3 Valid X.19 0.573 0,3 Valid X.20 0.572 0,3 Valid X.21 0.570 0,3 Valid X.22 0.533 0,3 Valid X.23 0.593 0,3 Valid
110
Item
Kuesioner
Corrected Item-
Total Correlations
Nilai
Kritis Keterangan
X.24 0.393 0,3 Valid X.25 0.570 0,3 Valid X.26 0.606 0,3 Valid X.27 0.434 0,3 Valid
Sumber : Lampiran Hasil Output SPSS
Hasil pada tabel 3.6 di atas menunjukkan nilai korelasi untuk seluruh item
kuesioner yang digunakan dalam variabel Budaya Organisasi yang diperoleh sudah
diatas 0,3 sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner variabel Budaya
Organisasi yang digunakan valid.
2).Variabel Komitmen organisasional
Variabel Komitmen organisasional terdiri atas 21 item kuesioner. Hasil
pengolahan uji validitas mengunakan pendekatan uji korelasi corrected item-total
correlations untuk masing-masing item variabel Komitmen organisasional
ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 3.7.
Hasil Nilai korelasi (corrected item-total correlation)
Variabel Komitmen Organisasional
Item Kuesioner Nilai korelasi Nilai Kritis
Keterangan
X.28 0.493 0,3 Valid
X.29 0.540 0,3 Valid
X.30 0.492 0,3 Valid
X.31 0.390 0,3 Valid
X.32 0.370 0,3 Valid
X.33 0.595 0,3 Valid
X.34 0.434 0,3 Valid
X.35 0.494 0,3 Valid
X.36 0.382 0,3 Valid
X.37 0.453 0,3 Valid
X.38 0.625 0,3 Valid
X.39 0.615 0,3 Valid
111
Item Kuesioner Nilai korelasi Nilai Kritis
Keterangan
X.40 0.553 0,3 Valid
X.41 0.553 0,3 Valid
X.42 0.582 0,3 Valid
X.43 0.485 0,3 Valid
X.44 0.545 0,3 Valid
X.45 0.504 0,3 Valid
X.46 0.550 0,3 Valid
X.47 0.571 0,3 Valid
X.48 0.595 0,3 Valid Sumber : Lampiran Hasil Output SPSS
Hasil pada tabel di atas menunjukkan nilai korelasi untuk seluruh item
kuesioner yang digunakan dalam variabel Komitmen organisasional yang diperoleh
sudah diatas 0,3 sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner variabel Komitmen
organisasional yang digunakan valid.
3). Variabel Keunggulan Bersaing
Variabel Keunggulan Bersaing terdiri atas 10 item kuesioner. Hasil pengolahan uji
validitas mengunakan pendekatan uji korelasi corrected item-total correlations untuk
masing-masing item variabel Keunggulan Bersaing ditampilkan seperti terlihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 3.8. Hasil Nilai korelasi (corrected item-total correlation)
Variabel Keunggulan Bersaing
Item Kuesioner Nilai korelasi Nilai Kritis
Keterangan
Y.49 0.695 0,3 Valid
Y.50 0.646 0,3 Valid
Y.51 0.576 0,3 Valid
Y.52 0.595 0,3 Valid
Y.53 0.549 0,3 Valid
Y.54 0.550 0,3 Valid
Y.55 0.528 0,3 Valid
112
Item Kuesioner Nilai korelasi Nilai Kritis
Keterangan
Y.56 0.548 0,3 Valid
Y.57 0.625 0,3 Valid
Y.58 0.628 0,3 Valid Sumber : Lampiran Hasil Output SPSS
Hasil pada tabel 3.8 di atas menunjukkan nilai korelasi untuk seluruh item
kuesioner yang digunakan dalam variabel Keunggulan Bersaing yang diperoleh
sudah diatas 0,3 sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner variabel
Keunggulan Bersaing yang digunakan valid.
4).Variabel Kinerja koperasi
Variabel Kinerja koperasi terdiri atas 14 item kuesioner. Hasil pengolahan uji
validitas mengunakan pendekatan uji korelasi corrected item-total correlations untuk
masing-masing item variabel Kinerja koperasi ditampilkan seperti terlihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.9.
Hasil Nilai Korelasi Variabel Kinerja
Item Kuesioner Nilai korelasi Nilai Kritis
Keterangan
Z.59 0.695 0,3 Valid
Z.60 0.646 0,3 Valid
Z.61 0.576 0,3 Valid
Z.62 0.595 0,3 Valid
Z.63 0.549 0,3 Valid
Z.64 0.550 0,3 Valid
Z.65 0.528 0,3 Valid
Z.66 0.548 0,3 Valid
Z.67 0.625 0,3 Valid
Z.68 0.628 0,3 Valid
Z.69 0.628 0,3 Valid
Z.70 0.628 0,3 Valid
Z.71 0.628 0,3 Valid
Z.72 0.628 0,3 Valid Sumber : Lampiran Hasil Output SPSS
113
Hasil dari tabel di atas menunjukkan nilai korelasi untuk seluruh item
kuesioner yang digunakan dalam variabel Kinerja koperasi yang diperoleh sudah
diatas 0,3 sehingga dapat dikatakan bahwa item kuesioner variabel Kinerja koperasi
yang digunakan valid.
3.4.1.2. Uji Reliabilitas ( Test of Reliability)
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kemantapan , ketetapan dan ho-
mogenitas dari daftar pertanyaan. Keandalan yang rendah mencerminkan ketidak-
konsistenan respon dalam jawaban. Mengingat penyebaran kuesioner dilakukan satu
kali, maka metode yang dilakukan adalah Cronbach Alpha dengan rumus :
2
21
1
1 11 s
s
k
kr
Keterangan:
1r mean kuadrat antara subyek (Cronbach Alpha )
2
1S = mean kuadrat kesalahan
2
1S varians total ; k= banyaknya item yang diuji
Nilai koefisien reliabilitas besarnya dalam kisaran antara 0 - 1 , semakin
tinggi nilainya maka reliabilitasnya semakin besar. Apabila koefisien Cronbach
Alpha r1 ≥ 0,7 maka dapat dikatakan instrumen tersebut reliabel (Johnson &
Christensen, 2012: 277).
114
3.5 . Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis
3.5.1.Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis ini diterapkan untuk memperoleh gambaran mengenai variabel yang
diteliti dari hasil kuesioner. Analisa deskriptif dalam penelitian desertasi dilakukan
melalui analisis terhadap angket tertutup yang digunakan untuk mengumpulkan data
tentang koperasi yang dijadikan sampling. Analisis yang digunakan adalah: 1).
Distribusi frekuensi dan statistik rata-rata. 2) Menggunakan skore.
Untuk menguji hipotesis nomer 1 sampai dengan hipotesis nomer 7
menggunakan pengujian statistik yang digambarkan dalam suatu alur hubungan
antara variabel dimana dalam kerangka akan terlihat hubungannya tersebut
merupakan model persamaan struktural (Structural Equation Modeling).
3.5.1.1 Pengertian Structural Equation Modeling (SEM)
Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat statistik yang dipergu-nakan
untuk menyelesaikan model bertingkat secara serempak yang tidak dapat
diselesaikan oleh persamaan regresi linier. SEM dapat juga dianggap sebagai
gabungan dari analisis regresi dan analisis faktor. SEM dapat dipergunakan
untuk menyelesaikan model persamaan dengan variabel terikat lebih dari satu dan
juga pengaruh timbal balik (recursive). SEM berbasis pada analisis covarians
sehingga memberikan matriks covarians yang lebih akurat dari pada analisis regresi
115
linear. Program-program statistik yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan
SEM dengan Analysis Moment of Structure (AMOS) atau LISREL.
3.5.1.2 Kelebihan dalam menggunakan Struktural Equation Modelling
Struktural Equation Modelling (SEM) mampu menyelesaikan model yang
rumit yang sering muncul dalam dunia pemasaran atau bidang konsentrasi yang lain.
Model yang akan diselesaikan dengan SEM harus mempunyai dasar teori yang kuat,
karena SEM tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan model kausalitas imaginer.
SEM hanyalah untuk mengkonfirmasi apakah observasi sesuai dengan model teoretis
yang telah dibentuk berdasarkan telaah teori yang mendalam. Metode lain yang tidak
memerlukan telaah teori adalah Partial Least Square (PLS), sebuah metode alternatif
yang berdasarkan variance.
Langkah pertama: Pengembangan Model Teoritis
Langkah pertama dalam SEM adalah melakukan identifikasi secara teoretis
terhadap permasalahan penelitian. Topik penelitian ditelaah secara mendalam dan
hubungan antara variabel-variabel yang akan dihipotesiskan harus didukung oleh
justifikasi teori yang kuat. Hal ini dikarenakan SEM adalah untuk mengkonfirmasikan
apakah data observasi sesuai dengan teori atau tidak.
116
Jadi SEM tidak dapat digunakan untuk menguji hipotesis kausalitas imaginer.
Langkah ini mutlak harus dilakukan dan setiap hubungan yang akan digambarkan
dalam langkah lebih lanjut harus mempunyai dukungan teori yang kuat.
Langkah kedua: Pengembangan Diagram Alur (Path Diagram)
Langkah kedua adalah menggambarkan kerangka penelitian dalam sebuah
diagram alur (path diagram). Kesepakatan yang ada dalam penggambaran diagram
alur telah dikembangkan oleh Linier Structural Relationship (LISREL). LISREL
digunakan untuk menganalisis model Structural Equation Model (SEM) sehingga
tinggal menggunakannya saja.
Langkah Ketiga: Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan Struktural dan
Model Pengukuran
Langkah ketiga adalah mengkonversikan diagram alur ke dalam
persamaan, baik persamaan struktural maupun persamaan model pengukuran.
Sebenarnya langkah ini telah dilakukan secara otomatis oleh program SEM yang
tersedia (menggunakan LISREL).
Langkah Keempat: Memilih Jenis Matrik Input dan Estimasi Model yang
Diusulkan
Jenis matrik input yang dimasukkan adalah data input berupa matrik varian
atau kovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasi akan diubah secara
otomatis oleh program menjadi matriks kovarian atau matriks korelasi. Matriks
kovarian mempunyai kelebihan dibandingkan matriks korelasi dalam memberikan
validitas perbandingan antara populasi yang berbeda atau sampel yang berbeda.
117
Namun matriks kovarian lebih rumit karena nilai koefisien harus di interpretasikan
atas dasar unit pengukuran konstruk. Estimasi model yang diusulkan adalah
tergantung dari jumlah sampel penelitian, dengan kriteria sebagai berikut (Ferdinand,
2006:47):
Antara 100 – 200 : Maksimum Likelihood (ML)
Antara 200 – 500 : Maksimum Likelihood atau Generalized Least Square (GLS)
Antara 500 – 2500 : Unweighted Least Square (ULS) atau Scale Free Least Square
(SLS)
Di atas 2500 : Asymptotically Distribution Free (ADF)
Rentang di atas hanya merupakan acuan saja dan bukan merupakan ketentuan. Bila
ukuran sampel di bawah 500 tetapi asumsi normalitas tidak terpenuhi bisa saja
menggunakan ULS atau SLS.
Langkah Kelima: Kemungkinan Munculnya Masalah Identifikasi
Beberapa masalah identifikasi yang sering muncul sehingga model tidak layak di
antaranya adalah sebagai berikut:
a).Standard error yang besar untuk satu atau beberapa koefisien.
Standard error yang besar menunjukkan adanya ketidaklayakan model
b).Program tidak mampu menghasilkan matriks informasi yang seharusnya disajikan.
c).Munculnya angka-angka yang aneh seperti adanya varians error yang negatif.
d).Munculnya korelasi yang sangat tinggi antar koefisien estimasi yang didapat
(misal ≥ 0,9)
Langkah Keenam: Evaluasi Kriteria Goodness of Fit
118
1. Uji Kesesuaian dan Uji Statistik; 2). Uji Reliabilitas; 3). Asumsi-asumsi SEM:
a. Ukuran Sampel. Disarankan lebih dari 100 atau minimal 5 kali jumlah observasi.
b. Normalitas. Normalitas univariate dilihat dengan nilai critical ratio (cr) pada
skewness dan kurtosis dengan nilai batas di bawah + 2,58. Normalitas multivariate
dilihat pada assessment of normality baris bawah kanan, dan mempunyai nilai batas +
2,58.
c. Outliers. Outliers multivariate dilihat pada mahalanobis distance dan asumsi
outliers multivariate terpenuhi jika nilai mahalanobis d-squared tertinggi di
bawah nilai kritis. Nilai kritis sebenarnya adalah nilai chi-square pada degree of
freedom sebesar jumlah sampel pada taraf signifikansi sebesar 0,001.
d. Multicollinearity. Multikolinearitas dilihat pada determinant matriks . Linier
Structural Relationship (LISREL). LISREL digunakan untuk menganalisis model
Structural Equation Model (SEM). Nilai yang terlalu kecil menandakan adanya
multikolinearitas atau singularitas.
Langkah Ketujuh: Menginterpretasikan Hasil Pengujian dan Modifikasi Model
Peneliti dapat melakukan modifikasi model untuk memperbaiki model yang
telah disusun, dengan sebuah catatan penting, yaitu bahwa setiap perubahan model
harus didukung oleh justifikasi teori yang kuat. Tidak boleh ada modifikasi model
tanpa adanya dukungan teori yang kuat. Modifikasi model dapat dilakukan dengan
menambahkan anak panah antar konstruk (juga bisa merupakan penambahan
hipotesis) atau penambahan dua anak panah antara indikator, yang juga harus
didukung dengan teori yang kuat.
119
Selanjutnya untuk penggunaan distribusi frekuensi dan statistik rata-rata yaitu:
1.Distribusi Frekuensi dan Statistik Rata-rata.
Statistik distribusi frekuensi bertujuan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi dari jawaban responden atas variabel yang diteliti. Ferdinand (2014: 34).
Pada prinsipnya adalah menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang meliputi baris
dan kolom yang berisi distribusi frekuensi jawaban responden untuk variabel budaya
organisasi, komitmen organisasional, keunggulan bersaing dan kinerja. Statistik rata-
rata digunakan untuk menggambarkan rata-rata nilai , standar deviasi, nilai minimum
dan maksimum data primer yang diperoleh dari lapangan berkaitan dengan, variabel
dan dimensi penelitian. Hasil perhitungan ditampilkan dalam bentuk tabel atau grafik
untuk memudahkan interpretasi hasil.
2. Menggunakan skor
Menurut Sugiyono (2012:94) untuk mencari skor dilakukan dengan menggunakan
rumus berikut:
Mencari Nilai Skor
Perhitungan Skor
Nilai Skor Maksimum/Tertinggi : 5 x 72 x 389= 140.040
Nilai Skor Minimum/Terendah : 1x 72 x 389= 28.008
Skor Maksimum-Skor MinimumRentang Skor Kategori =
jumlah kategori
Nilai Skor Tertinggi = skor tertinggi x Jumlah butir item x Jumlah responden
Nilai Skor Terendah = Skor terendah x Jumlah butir item x Jumlah responden
responden rererespondenrespondenresponden
120
Berdasarkan rumus tersebut maka dapat dibuat kategori skor sebagai berikut :
Rentang skore (140.040-28.008)/5= 22.406, dapat dinyatakan dalam prosentase
yang dicari dengan rumus: (22.406 /140.040 x 100%= 16% )
Sehingga dapat dibuat kategori skor sebagai berikut :
Tabel 3.11.
Kategori Rata-Rata Skor Tanggapan Responden
Skor Tanggapan Kategori % Rata-rata
20 – 36 1,00 - 1,80 Sangat Rendah/ Sangat Lemah/Sangat Tidak Baik
36,01 – 52 1,81 - 2,60 Rendah/Lemah/TidakBaik
52,01 – 68 2,61 - 3,40 Sedang/Cukup/Cukup Baik
68,01 – 84 3,41 - 4,20 Tinggi /Kuat/ Baik
84,01 - 100 4,21 - 5,00 Sangat Tinggi / Sangat Kuat /Sangat Baik
Sumber: Data penelitian diolah
Dalam mengelompokkan kategori nilai dari masing-masing indikator yang
digunakan dalam penelitian ini, skore dinyatakan berdasarkan pada tabel 3.11 , yang
artinya apabila nilai rata-rata skore memperoleh nilai tertentu, maka akan
diklasifikasikan berdasarkan lima tingkatan yaitu Sangat rendah, Rendah, Sedang ,
Tinggi , atau Sangat Tinggi. Demikian juga bila diperoleh nilai tertentu dapat
dikategorikan dengan Sangat tidak baik, Tidak baik , Cukup, Baik, atau sangat Baik.
Berarti masing-masing indikator tersebut akan mengindikasikan hasil tanggapan
responden terhadap masing-masing variabelnya yang digunakan dalam penelitian ini.
3.5.2 Analisis Verifikatif Variabel Penelitian
Pengujian hipótesis dalam penelitian ini akan menggunakan análisis model
persamaan struktural atau umumnya disebut dengan Structural Equation Modelling
(SEM). SEM merupakan suatu tehnik statistik yang digunakan untuk menguji
serangkaian hubungan antara beberapa variabel. Secara lebih jelas (Jogiyanto
121
2011:49 ) dan Latan Hengky (2012:4) mengemukakan bahwa model persamaan
struktural adalah tehnik multivariat yang menggabungkan regresi berganda dan
analisa faktor untuk mengestimasi serangkaian hubungan ketergantungan yang saling
terkait secara bersama-sama. Model persamaan struktural terdiri dari dua komponen
yaitu (1) Model kausalitas struktural dan (2) Model pengukuran.
Model struktural merupakan model path yang menghubungkan antara variabel
bebas dengan variabel terikat. Model pengukuran memungkinkan peneliti untuk
menggunakan beberapa dimensi atau indikator untuk satu variabel bebas atau terikat.
Kelebihan tehnik análisis SEM bila dibandingkan dengan tehnik análisis data
multivariate dependensi lainnya, yaitu sebagai berikut: (1) SEM merupakan
kombinasi secara kompak dua metode analisis data multivariat, yaitu análisis
konfirmatori (faktor) dan análisis jalur. (2) SEM mampu mengevaluasi kualitas data .
khsusnya berkenaan dengan masalah reliabilitas pengukuran variabel laten yang
diteliti. (3) SEM mampu menganalisis model pengukuran dan model struktural
secara simultan. Menurut Cooper & Schindler (2006:626) tahapan dalam pengerjaan
SEM adalah sebagai berikut: 1). Spesifikasi model, 2). Estimasi, 3).Uji kecocokan, 4).
Respesifikasi, 5). Interpretasi.
Model pengukuran dilakukan untuk menjelaskan struktur dari sebuah konsep,
konstruk atau faktor, berupa kuat atau tidaknya sebuah konstruk laten dalam
penelitian ini ditentukan oleh dimensi-dimensi yang membentuk faktor (konstruk),
sehingga análisis yang digunakan menggunakan Confirmatory Factor Analysis yaitu
mengkonfirmasi dimensi yang digunakan dengan berbasis teori terlebih dahulu
122
(secara a priori) mempunyai ciri yang sama dan mampu menjelaskan konstruk yang
dibangun atau tidak.
Model Pengukuran
SEM di mulai dengan memspesifikasi model penelitian yang akan diestimasi.
Spesifikasi model penelitian, yang merepresentasikan permasalahan yang diteliti
adalah penting dalam SEM. Spesifikasi model dilakukan terhadap model pengukuran
dan model struktural. Pada model pengukuran ini dilakukan 2 (dua) kali pengujian
untuk melihat signifikansi nilai faktor loading, dari confirmatory factor analysis
untuk melihat apakah dimensi yang digunakan tersebut mempunyai kebermaknaan
yang cukup dalam menjelaskan konstruk laten, adapun 2 kriteria tersebut Ferdinand
(2014 :8):
a.Apakah nilai λ memiliki nilai ≥ + 0,5. Bila kriteria ini tidak dipenuhi, maka
dapat disimpulkan dimensi tidaklah merupakan anggota yang dapat menjelaskan
konstruk laten yang dibentuk atau dimensi yang diobservasi tidak berdimensi sama
dengan variabel lainnya untuk menjelaskan sebuah variabel laten. Hal yang sama bila
nilai yang terbentuk negatif misal -0,6.
b.Apakah koefisien nilai lambda yang diperoleh (dalam software AMOS disebut
regression weight) adalah signifikan tidak sama dengan nol. Signifikan diuji dengan
rumus: CR = Estimated / stándar error estimasi ≥ 2
Bila CR atau critical ratio ≥ 2 maka dapat disimpulkan koefisien faktor loading yang
dihasilkan signifikan , atau dimensi yang di observasi secara signifikan merupakan
123
dimensi dari variabel laten yang dibentuk. Pada penelitian ini, variabel laten eksogen
terdiri dari budaya organisasi dan komitmen organisasional, terdapat 1 variabel
intervening yaitu keunggulan bersaing, sedangkan keseluruhan variabel-variabel
tersebut mempengaruhi variabel laten endogen yaitu kinerja baik secara langsung
maupun tidak langsung. Spesifikasi model pengukuran masing-masing variabel
adalah sebagai berikut.
3.5.3 . Model Pengukuran Variabel
a.Model Pengukuran Variabel Eksogen
Variabel eksogen yang akan dilakukan pengukuran adalah budaya organisasi
dan komitmen organisasinal yang dinyatakan dalam gambar di bawah ini.
Budaya Organisasi
Gambar 3.1
Model Pengukuran Budaya Organisasi
x1.1
1.3
X1.3
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X1.6
X1.7
X1.5
1.7
Budaya
Organasisasi
e 2
e 1
e 3
e 4
e 5
e 6 88
e 7
X1.8
X1.9
e 8
e 9
124
Komitmen organisasional
Gambar 3.2.
Model Pengukuran Komitmen organisasional
b. Model Pengukuran Variabel Endogen
Variabel endogen yang akan dilakukan pengukuran adalah keunggulan bersaing dan
kinerja yang dinyatakan dalam gambar di bawah ini.
Keunggulan Bersaing
Gambar 3.3.
Model Pengukuran Keunggulan Bersaing
X2.2
X2.2
1.3
X1.3
X2.1
X2.5
X2.7
Komitmen
Organisasi-
onal
X2.3
X2.6
Y1.1 Y1.2
.2
Y1.3
.3
e1 e2 e3
e1
e 2
X2.4
e 3
Keunggula
n
Bersaing
e 4
e 5
555555
45
e 7 88
e 6
88
125
Kinerja
Gambar 3.4. Model Pengukuran Kinerja
3.5.4. Pengujian hipotesis penelitian
Pada uji hipotesis penelitian ini menguji kausalitas hubungan antar konstruk
yang dibangun dengan melakukan uji t dan uji F untuk melihat signifikansi
koefisien regresi yang dihasilkan oleh berbagai hubungan kausalitas dalam model.
Hipotesis 1:
Terdapat pengaruh dari Budaya Organisasi terhadap Keunggulan Bersaing.
Hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Ho: β1 = 0 Tidak terdapat pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keunggulan
Bersaing.
H1: β1≠ 0 Terdapat pengaruh Budaya Organisasi terhadap Keunggulan
Bersaing
Z1 e1
Kinerja e2
e3
e 4
Z2
Z3
Z4
126
Budaya Organisasi Terhadap Keunggulan Bersaing
Gambar 3.5.
Diagram Struktural Hipotesis 1
Pengujian hipotesis secara parsial, digunakan uji hipotesis sebagai berikut:
)ˆ(
ˆ
1
1
i
i
SEt
Hipotesis 2:
Terdapat pengaruh dari Komitmen organisasional terhadap Keunggulan Bersaing.
Hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Ho: β2 = 0 Tidak terdapat pengaruh Komitmen organisasional terhadap
Keunggulan Bersaing
H1: β2 ≠ 0 Terdapat pengaruh Komitmen organisasional terhadap Keunggulan
Bersaing
Pengujian hipotesis ini digunakan uji hipotesis sebagai berikut:
)ˆ(
ˆ
1
1
i
i
SEt
X1.3
X1.4
X1.5
X1.6
Budaya Organisisi
X1.8
x1.1
1.3
X1.3
X1.2
X1.7
e 1
e 3
e 7
e8
e 4
e5
e 6 88
e 2
Z3
Keunggula
n
Bersaing
Z2
Z1 e1
e2
e3
X1.9 e9 eee
8 e8
127
b. Komitmen Organisasional Terhadap Keunggulan Bersaing
Gambar 3.6
Diagram Struktural Hipotesis 2
Hipotesis 3 . Terdapat pengaruh dari Budaya Organisasi terhadap
Kinerja
Hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Ho: β3 = 0 Tidak terdapat pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja
H1: β3≠ 0 Terdapat pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja
Pengujian hipotesis ini digunakan uji hipotesis sebagai berikut: )ˆ(
ˆ
1
1
i
i
SEt
Ho tidak dapat diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel pada
taraf signifikan α.
X2.2
X2.2
1.3
X1.3
X2.1
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
Komitmen
Organisasi-
onal
e1
e 3
e2
e 4
e 5
e 6
e 7 88
Keunggu-
lan
Bersaing Z2
Z1
Z3
e1
e2
e3
128
Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Gambar 3.7.
Diagram Struktural Hipotesis 3
Hipotesis 4: Terdapat pengaruh dari Komitmen organisasional terhadap
Kinerja
Hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Ho: β4 = 0 Tidak terdapat pengaruh Komitmen organisasional terhadap
Kinerja
H1: β4 ≠ 0 Terdapat pengaruh Komitmen organisasional terhadap Kinerja
Pengujian hipotesis ini digunakan uji hipotesis sebagai berikut:
)ˆ(
ˆ
1
1
i
i
SEt
Ho tidak dapat diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel pada taraf
signifikan α.
X1.2
X1.5
X1.7
e 5
e8
X1.9 e9
Kinerja
Z1
Z3
e2
e11
1
e3
e4
x1.1
1.3
X1.3
X1.3
X1.6
X1.8
e1 1
e334
e 3
e 6 88
e 7
Z2
Z4
X1.4 Budaya
Organi-
sasi
e 4
e2
1
1
e
129
Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja
Gambar 3.8
Diagram Struktural Hipotesis 4
Hipotesis 5: Terdapat pengaruh dari Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja
Koperasi
Terdapat pengaruh dari Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja
Hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Ho: β5 = 0 Tidak terdapat pengaruh dari Keunggulan Bersaing terhadap
Kinerja
H1: β5 ≠ 0 Terdapat pengaruh dari Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja
Pengujian hipotesis ini digunakan uji hipotesis sebagai berikut:
Statistik uji yang digunakan:
)ˆ(
ˆ
1
1
i
i
SEt
Ho tidak dapat diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel pada taraf
signifikan α.
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
Komit-
men
Orgnisasi-
onal e4
e5
e6
e 7 88
X2.2
X2.2
1.3
X1.3
X2.1 e1
e3
e2
2
Kinerja Z2
Z1
Z3 e
e
e
e
3
e1
e2
e4 Z4 e
e
e
e
3
e3
130
Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja
Gambar 3.9
Diagram Struktural Hipotesis 5
Statistik uji yang digunakan:
)ˆ(
ˆ
1
1
i
i
SEt
Ho tidak dapat diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel pada taraf
signifikan α.
Hipotesis 6 . Terdapat pengaruh dari Budaya Organisasi melalui Keunggulan
Bersaing terhadap Kinerja
Hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Ho: β6 = 0 Tidak terdapat pengaruh Budaya Organisasi melalui keunggulan
bersaing terhadap Kinerja
H1: β6≠ 0 Terdapat pengaruh Budaya Organisasi melalui keunggulan bersaing
terhadap Kinerja
Pengujian hipotesis ini digunakan uji hipotesis sebagai berikut: )ˆ(
ˆ
1
1
i
i
SEt
Ho tidak dapat diterima jika t hitung > t tabel atau t hitung < t tabel pada
taraf signifikan α.
Keunggulan
Bersaing
gulan
Bersain
g
Kinerja
Y31
Y33
Z1
z2
Z3
e1
e3
e1
e2
e3
e4
Y32
Z4
e2
131
Budaya Organisasi melalui Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja
Gambar 3.10
Diagram Struktural Hipotesis 6
Hipotesis 7 . Terdapat pengaruh dari Komitmen Organisasional melalui
Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja
Hipotesis di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Ho: β7 = 0 Tidak terdapat pengaruh Komitmen Organisasional melalui
keunggulan bersaing terhadap Kinerja
H1: β7≠ 0 Terdapat pengaruh Komitmen Organisasional melalui keunggulan
bersaing terhadap Kinerja.
x1.1
1.3
X1.3
X1.2
X1.3
X1.4
X1.5
X1.6
X1.7
X1.8
Budaya Organisisi
e 2
e 1
e3
e 4
e 5
e 6 88
e 7
e8
X1.9 e9
Kinerja Keunggula
n Bersaing
132
Komitmen Organisasional melalui Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja
Gambar 3.11
Diagram Struktural Hipotesis 7
3.6. Rancangan Pemecahan Masalah
Pada penelitian ini akan dibuat perancangan pemecahan masalah yang
menggambarkan bagaimana perancangan pemecahan masalah dari awal sampai akhir
penelitian. Adapun tahapan penelitian yang dilakukan meliputi:
3.6.1. Perumusan Tujuan
Perumusan tujuan penelitian ini merupakan pencerminan arah yang ingin
dicapai, sehingga tidak menyimpang dari tujuan awal yang ditetapkan. Sesuai
identifikasi masalah dan tujuan penelitian ini, maka tujuan pemecahan masalah ini
adalah untuk menjawab apa yang harus dilakukan pihak manajemen koperasi melalui
variabel-variabel penelitian untuk memperoleh keunggulan bersaing dan kinerja
koperasi di wilayah propinsi Jawa Barat.
Keunggu-
lan
Bersaing
X2.2
X2.2
1.3
X1.3
X2.1
X2.3
X2.4
X2.5
X2.6
X2.7
Komit-
men
Orgnisasi-
onal
e1
e 3
e2
e4
e5
e6
e7 88
Kinerja
133
3.6.2. Pemetaan Keunggulan Bersaing.
Dalam tahap ini akan dilakukan identifikasi terhadap variabel solusi
berdasarkan hasil analisis. Adapun kondisi alternative hasilnya meliputi:
a. Variabel Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasional berpengaruh
terhadap keunggulan bersaing koperasi di wilayah propinsi Jawa Barat.
Tabel 3.6.
Tabel Alternatif Kondisi untuk Variabel Solusi Pengaruh Variabel Terhadap
Keunggulan Bersaing
Kondisi
Alternatif
Fokus Variabel Solusi
Yang diambil dalam
Keunggulan bersaing
Budaya Organisasi Komitmen
Organisasional
Signifikan Signifikan Alternatif 1.1 Kedua variabel diekplorasi
lebih lanjut
Signifikan Tidak Signifikan Alternatif 1.2 Budaya organisasi di
eksplorasi lebih lanjut
Tidak Signifikan Signifikan Alternatif 1.3 Komitmen organisasional di
eksplorasi lebih lanjut
Tidak Signifikan Tidak Signifikan Harus diteliti ulang
latar belakang hing-
ga hal ini terjadi.
b. Variabel Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasional berpengaruh
terhadap Kinerja koperasi di wilayah propinsi Jawa Barat.
Tabel 3.7.
Alternatif Kondisi untuk Variabel Solusi Pengaruh Variabel Terhadap Keunggulan
Bersaing
Kondisi Alternatif Fokus Variabel Solusi
Yang diambil dalam
Keunggulan bersaing
Budaya Organisasi Komitmen
Organisasional
Signifikan Signifikan Alternatif 2.1 Kedua variabel diekplorasi
lebih lanjut
Signifikan Tidak Signifikan Alternatif 2.2 Budaya organisasi di
eksplorasi lebih lanjut
Tidak Signifikan Signifikan Alternatif 2.3 Komitmen organisasional
di eksplorasi lebih lanjut
Tidak Signifikan Tidak Signifikan Harus diteliti ulang
latar belakang hing-
ga hal ini terjadi
134
Fokus variabel yang signifikan akan menjadi landasan dalam pengembangan
Keunggulan bersaing untuk mencapai tujuan pemecahan masalah . Peta Keunggulan
bersaing dimulai dari penentuan variabel solusi, kemudian disusun operasionalisasi
variabel solusi atau memerinci indikator variabel solusi sehingga menjadi dimensi
dan indikator atau saran yang konkrit.
3.7 Operasionalisasi Strategi.
Setelah peta keunggulan bersaing disusun, maka dalam tahap operasionalisasi
dilakukan efektivitas tiap saran yang diajukan dengan melibatkan manajemen
koperasi di wilayah propinsi Jawa Barat tersebut.
3.7.1 Rencana Tindakan.
Berdasarkan pemetaan keunggulan bersaing dan operasionalisasi akan di
dapat rencana tindakan (action plan) sebagai berikut:
Tabel 3.8.
Rencana Tindakan
Saran yang dia-
jukan
Penanggung jawab Waktu Tersedia Sumber daya yang
diperlukan