BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi...
Transcript of BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Lokasi...
18
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Lokasi Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas secara
kolaboratif. PTK kolaboratif yaitu kerja sama antara peneliti dengan guru kelas,
ide berasal dari peneliti dan yang melakukan tidakan adalah guru kelas. Dalam
penelitian ini proses pembelajaran siklus I dan siklus II dilaksanakan guru
kelas. Disebut PTK karena penelitian ini hanya dilakukan oleh guru di
dalam kelas yang sedang berlangsung kegiatan belajar mengajar. PTK
timbul atau dilaksanakan karena ada kesenjangan atau perbedaan antara
harapan dan kenyataan, sehingga setelah PTK ini dilaksanakan diharapkan
kesenjangan atau perbedaan tersebut tidak ada.
Adapun lokasi yang dipilih dalam melakukan penelitian adalah di SD
Negeri Gabahan Lokasi SD Negeri Gabahan terletak di Desa Gabahan
Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman. Penelitian ini hanya dilakukan di
kelas II siswanya terdiri dari 25 orang.
3.2. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SD Negeri Gabahan Kecamatan
Mlati Kabupaten Sleman. Subyek dari penelitian tindakan kelas siswa kelas
II SD Negeri Gabahan ini terletak di Desa Gabahan Kecamatan Mlati,
Kabupaten Sleman. Jumlah siswa 25, terbagi menjadi 12 siswa perempuan
dan 13 siswa laki-laki. Siswa kelas II ini rata-rata berumur antara 8 sampai 9
tahun yang menuju tahap operasional konkret artinya anak akan memahami
dengan hal yang nyata. Sebagian besar orang tua siswa berprofesi sebagai
petani, sehingga dalam hal ini mempengaruhi hasil belajar khususnya dalam
mata pelajaran matematika yang rendah. Dikarenakan orang tua siswa lebih
mementingkan mencari kebutuhan dengan bekerja daripada memantau
belajar putra-putrinya.
19
Karakteristik siswa di kelas ini juga berbeda-beda, iklim kelasnya
sangat dipengaruhi oleh beberapa siswa yang menjadi pemicu keributan di
dalam kelas.
3.3. Waktu Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Kolaborasi ini dilaksanakan
pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan April 2012 dan dilakukan
secara bertahap. (Adapun jadwal lengkap penelitian tertera pada lampiran).
Adapun tahapannya meliputi :
a. Tahap persiapan (Januari 2012 – Februari 2012)
Tahap ini mencakup judul, pembuatan proposal, pembuatan instrument,
permohonan izin serta survey disekolah yang direncanakan sebagai
tempat penelitian.
b. Tahap pelaksanaan (Februari 2012 – Maret 2012 )
Tahap ini mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan disekolah yang
meliputi uji coba instrumen dan pengambilan data.
c. Tahap penyusunan (Maret 2012 – April 2012 )
Yaitu tahap penelitian serta pengelolaan data dan konsultasi yang
diikuti penyusunan skripsi serta persiapan ujian skripsi.
3.4. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2010:3) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari seseorang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang digunakan, yaitu variabel
bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).
20
a. Variabel Bebas
Menurut (Sugiyono, 2008: 61).Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab berubahnya variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tahapan belajar menurut teori
Dienes.
b. Variabel terikat
(Sugiyono, 2008 : 61) “Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.
Paradigma penelitian dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 3.1 Paradigma Penelitian
Keterangan :
X = Tahapan belajar menurut teori Dienes
Y = Hasil belajar matematika
3.5. Definisi Operasional Variabel Penelitian
3.5.1.Variabel bebas X : Tahapan belajar menurut teori Dienes.
Menurut Dienes (dalam Ruseffendi, 1992:125-127), “konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu".
Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi tahap, yaitu :
X Y
21
a. Tahap Permainan Bebas (Free Play)
Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya
tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk
mengatur benda dalam permainan.
b. Tahap Permainan yang menggunakan aturan (games)
Dalam permainan yang disertai aturan dari guru, siswa sudah mulai
meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep materi
yang diajarkan. Melalui permainan yang digunakan diawal tersebut siswa
memahami materi yang disajikan dalam bentuk-bentuk disesuaikan dengan
benda yang digunakan dalam permainan diberikan dalam konsep tertentu
sehingga konsep benda tersebut dipahami siswa.
c. Tahap Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Dalam tahap ini siswa mulai diarahkan untuk menunjukkan kesamaan
sifat yang terdapat dalam benda yang digunakan dalam permainan sesuai
dengan konsep materi yang diajarkan.
d. Tahap Representasi (Representation)
Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari benda yang sejenis.
Para siswa menentukan kesamaan sifat dari konsep benda yang digunakan
dalam permainan dengan cara menemukan banyaknya benda tersebut
sesuai konsep materi yang sedang dipelajari.
e. Tahap Simbolisasi (Symbolization)
Simbolisasi termasuk tahap belajar konsep materi yang
membutuhkan kemampuan menentukan rumus sesuai materi yang
diajarkan.
22
f. Tahap Formalisasi (Formalization)
Formalisasi merupakan tahap belajar konsep yang terakhir yaitu
dengan cara siswa membuktikan rumus dari materi yang dipelajari tersebut.
3.5.2. Variabel terikat (Y) : Hasil belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya, yaitu, “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk
pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input-
proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat
perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah
mengalami belajar siswa mengalami perubahan perilaku dibanding
sebelumnya.
Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku
pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan
yang menjadi hasil belajar.
(Winkel,1996:51).“Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya”.
Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simpson, dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Winkel, 1996: 244).
(Zainal dan Nasoetion, 1996 : 28) mengemukakan bahwa :
Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung implikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Oleh karenanya, tes hasil belajar sebagai alat untuk mengukur hasil belajar harus mengukur apa yang ada dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
23
Tujuan pengajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari
hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat
diamati dan diukur.
Oleh karenanya, menurut Arikunto dalam merumuskan tujuan instruksional harus diusahakan agar tampak bahwa setelah tercapainya tujuan tersebut terjadi adanya perubahan pada diri anak yang meliputi kemampuan intelektual, sikap atau minat maupun keterampilan (Arikunto, 1995:131).
Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa
memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam
kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran.
(Soedijarto, 1993:49). mendefinisikan “hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan”.
Dengan memperhatikan berbagai pendapat dari ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik
akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena siswa mencapai
penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar
mengajar. Pencapaian didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah
ditetapkan. Hasil tersebut berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif
maupun psikomotorik.
24
3.6. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini diadakan 2 siklus dengan sasaran untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar matematika melalui tahapan belajar
menurut teori Dienes. Tiap siklus 3 kali pertemuan. Tiap-tiap siklus disajikan
dengan materi yang berbeda tetapi sejenis dan berkesinambungan, artinya
proses dan hasil siklus I akan ditindak lanjuti dalam siklus 2.
Desain prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain putaran spiral.
Menurut Kemmis dan Taggart (Endang Mulyatiningsih, 2011: 70). “Model spiral yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart ini terdiri atas empat komponen utama, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting)”.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri
atas 4 tahap, yaitu : perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi
(observing), dan refleksi (reflecting). Tahapan siklus diartikan sebagai
perputaran tahapan dalam penelitian tindakan kelas. Pada bagian ini
dipersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dalam kegiatan penelitian
tindakan kelas untuk meningkatkan hasil belajar matematika.
Adapun perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi adalah sebagai berikut
3.6.1. Siklus I (pertemuan 1, 2, dan 3) meliputi :
a.Tahap Perencanaan
1) Meminta izin mengajar pada jam pelajaran matematika dengan materi
Perkalian Bilangan.
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
3) Merancang alat peraga perkalian yang akan dipakai dalam pembelajaran.
4) Menyiapkan soal evaluasi.
25
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran
sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah-langkah
pelaksana pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Pertemuan 1 (2 x 35 menit)
Sebelum proses pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan
yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), lembar kerja kelompok, dan buku pelajaran. Pada awal
pembelajaran guru mengajak peserta didik untuk berdoa, presensi, guru
memberikan apersepsi dan motivasi, serta guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti. Peserta didik dalam kelompok berdiskusi melaksanaan
permainan pensi X dengan benda pensil dan sedotan tentang perkalian
bilangan dengan tahapan belajar menurut teori Dienes, kemudian membahas
hasil diskusi dalam permainan, setelah itu guru memberikan penguatan dan
menarik kesimpulan. Guru bertanya jawab dengan peserta didik tentang
perkalian bilangan. Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut
untuk mempelajari materi berikutnya.
2) Pertemuan 2 (2 x 35 menit)
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan II sebagai tindak lanjut
dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa pada pertemuan
I, maka pada pelaksanaan pertemuan II ini guru menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), alat peraga kartu perkalian, lembar kerja kelompok, lembar
observasi, dan buku pelajaran. Pada awal pembelajaran guru mengajak
peserta didik untuk berdoa, presensi, guru memberikan motivasi, peserta
didik mengadakan , serta guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
26
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti. Peserta didik melakukan diskusi menggunakan alat peraga
kartu perkalian, kemudian membahas hasil diskusi, setelah itu guru
memberikan penguatan dan menarik kesimpulan. Pada kegiatan akhir guru
memberikan tindak lanjut untuk mempelajari materi berikutnya.
3) Pertemuan 3 (2 x 35 menit)
Pelaksanaan tindakan siklus I pada pertemuan III sebagai kegiatan
untuk mengerjakan soal evaluasi. Pada pelaksanaan pertemuan III ini guru
menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar evaluasi. Pada awal
pembelajaran guru mengajak peserta didik untuk doa, presensi, guru
memberikan motivasi, melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi
sebelumnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Peserta didik mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru memberi
kata-kata pujian kepada peserta didik atas keaktifan dan kesungguhannya
mengerjakan soal serta memberikan tindak lanjut mengingatkan peserta
didik untuk mempelajari materi selanjutnya.
c. Tahap Observasi
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan peneliti mengamati beberapa hal:
1) Siswa tidak berani dalam bertanya dan kurangnya keaktifan siswa dalam
kerjasama kelompok.
2) Hasil evaluasi di akhir pembelajaran sebagai tingkat pemahaman siswa
tentang materi yang telah disampaikan rendah.
d. Tahap Refleksi
Pada pembelajaran matematika yang dilakukan di kelas II ini, pada saat
guru menyampaikan materi, ada beberapa siswa yang tidak berani dalam
bertanya dan kurangnya keaktifan siswa dalam kerjasama kelompok.
27
3.6.2. Siklus II (pertemuan 1, 2, dan 3) meliputi :
a. Tahap Perencanaan
1) Meminta izin dan persetujuan guru kelas untuk mengajar pokok bahasan
yang berbeda dengan siklus I, yaitu Pembagian.
2) Membuat Rencana Pelaksanan Pembelajaran
3) Merancang alat peraga pembagian yang akan dipakai dalam pembelajaran
4) Menyiapkan soal evaluasi.
b. Tahap Pelaksanaan
1) Pertemuan 1 (2 x 35 menit)
Sebelum proses pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), lembar kerja kelompok, alat peraga permen, dan buku pelajaran. Pada
awal pembelajaran guru mengajak peserta didik untuk doa, presensi, serta
guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti. Peserta didik dibagi dalam kelompok melaksanaan permainan
permen perkalian dengan tahapan belajar menurut teori Dienes (permainan
bebas, permainan menggunakan aturan , kesamaan sifat, representasi, dan
formulalisasi), kemudian membahas hasil diskusi kelompok, setelah itu guru
memberikan penguatan dan menarik kesimpulan. Guru bertanya jawab
dengan peserta didik tentang arti pembagian sebagai pengurangan berulang.
Pada kegiatan akhir guru memberikan tindak lanjut untuk mempelajari materi
berikutnya.
2) Pertemuan 2 (2 x 35 menit)
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan II sebagai tindak lanjut
dan perbaikan proses pembelajaran dan pemahaman siswa pada pertemuan I,
maka pada pelaksanaan pertemuan II ini guru menyiapkan peralatan yang
dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), alat peraga bola dan tomat, lembar kerja kelompok, lembar observasi,
dan buku pelajaran. Pada awal pembelajaran guru mengajak peserta didik
28
untuk doa, presensi, guru memberikan apersepsi dan motivasi, serta guru
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Setelah kegiatan awal selesai disampaikan, kemudian dilanjutkan
kegiatan inti. Peserta didik melakukan permainan Ball Colour pembagian
menggunakan alat peraga bola dan tomat berdasarkan tahapan belajar
menurut teori Dienes, kemudian membahas hasil diskusi, setelah itu guru
memberikan penguatan dan menarik kesimpulan. Pada kegiatan akhir guru
memberikan tindak lanjut untuk mempelajari materi berikutnya.
3) Pertemuan 3 (2 x 35 menit)
Pelaksanaan tindakan siklus II pada pertemuan III sebagai kegiatan
untuk mengerjakan soal evaluasi. Pada pelaksanaan pertemuan III ini guru
menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar evaluasi. Pada awal
pembelajaran guru mengajak peserta didik untuk doa, presensi, guru
memberikan motivasi, melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi
sebelumnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
Peserta didik mengerjakan soal evaluasi, kemudian guru memberi kata-
kata pujian kepada peserta didik atas keaktifan dan kesungguhannya
mengerjakan soal serta memberikan tindak lanjut mengingatkan peserta didik
untuk mempelajari materi selanjutnya.
c. Tahap Observasi
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan peneliti mengamati beberapa
hal :
1) Siswa lebih terlihat aktif dan lebih berani untuk mengerjakan soal dan
berinteraksi dengan kelompoknya.
2) Adanya kerjasama dalam kelompok.
d. Tahap Refleksi
Pada saat pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih memperhatikan
penjelasan guru. Pada saat guru meminta perwakilan dari kelompok untuk
maju mengerjakan soal di papan tulis, siswa terlihat lebih antusias dan
bersemangat untuk mengerjakan. Hasil belajar mereka sangat memuaskan.
29
3.7. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
3.7.1. Instrumen pengumpulan data
Sesuai dengan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif dan sumber
data maka Instrument pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
dalam penelitian ini meliputi :
3.7.1.1 Tes tertulis
Soal tes tertulis berupa pemberian soal tes objektif atau pilihan
ganda yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa
terhadap pembelajaran dan sebagai pembanding peningkatan hasil belajar
pra siklus, siklus I dan siklus II. Tes ini diberikan setelah pembelajaran.
Adapun kisi-kisi soal test tertera pada lampiran 11.
3.7.1.2 Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis”. (dikutip dalam Sugiyono, 2010 : 203)”.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melakukan
pengamatan saat pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh observer
yaitu dari guru sebagai pengamat.
Adapun yang di obervasi ada dua hal yaitu aktivitas siswa dan
keterampilan guru. Observasi terhadap guru berfungsi untuk mengontrol
apakah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan perencanaan.
Sedangkan observasi terhadap siswa berfungsi untuk mengetahui seberapa
besar minat belajar siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Adapun
kisi-kisi observasi pada lampiran 14.
30
3.7.1.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan sumber tertulis
yang sudah ada. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengadakan
pencatatan-pencatatan dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
belajar siswa. Pada penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh
informasi tentang hasil belajar matematika yang dilihat dari nilai hasil
evaluasi setiap siklus, foto kegiatan pembelajaran dikelas dan daftar nilai tes
akhir yang diperoleh setiap siklus.
3.7.2. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data adalah soal tes pilihan ganda (objektif) dengan tujuan
untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai pokok bahasan perkalian
dan pembagian bilangan dua angka. Tes objektif adalah tes yang
keseluruhan informasi yang diperlukan untuk menjawab tes yang telah
tersedia dengan memilih salah satu jawaban.
3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Sebelum digunakan untuk mengukur, instrumen penelitian harus
diujicobakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kesahihan (validitas) dan
keandalan (reliabilitas) instrumen penelitian tersebut. Instrumen penelitian
yang baik harus memenuhi dua persyaratan, yaitu valid dan reliabel.
Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Instrumen penelitian yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. (Sugiyono, 2010 : 173).
31
a. Uji validitas instrumen tes hasil belajar
Validitas adalah salah satu syarat tes hasil belajar yang baik. Validitas
berhubungan dengan kemampuan tes hasil belajar untuk mengukur keadaan
yang akan diukurnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Validitas merupakan derajad sejauh mana tes mengukur apa yang ingin diukur (Borg dan Gall, 1983: 275); Poppham,1981:98).
Jenis validitas tes menurut the American Psychological Association, the American Education Resesearch Association, dan the National Council on Measurement Used in Education (Kerlinger, 1986) : Validitas isi (Content Validity), Validitas kriteria (Criteriation Related validity), Validitas konsepsi (Construct Validity).
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan cara menelaah butir,
meminta pertimbangan ahli dan menghitung korelasi butir dengan total,
Pengujian validitas kriteria dapat berupa validitas konstrak, dapat dilakukan
dengan menelaah butir, meminta pertimbangan ahli dan analisis faktor dan
pengujian validitas eksternal instrumen diuji dengan cara membandingkan
(untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada pada instrumen dengan
fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
1) Tes
Tes merupakan alat ukur untuk mengumpulkan data yang berupa
respons representasi kemampuan siswa yang diberikan oleh guru.
Beberapa pendapat mengenai definisi tes sebagai berikut :
a) Menurut Webster’s Collegiate, tes adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1988: 29).
32
b) Cronbach mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behaviour and describing it with the aid of a numerical scale or category system” (Azwar, 1997: 3).
c) Menurut Goodenough, tes adalah suatu tugas atau serangkaian tugas yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu, dengan maksud untuk membandingkan kecakapan mereka, satu dengan yang lain (Sudijono,2009: 67).
Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tes
adalah cara yang dapat dipergunakan dalam rangka pengukuran dan
penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
atau dikerjakan oleh test, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil
pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai tes. Dalam penelitian tindakan
kelas ini menggunakan Uji validitas instrumen test dilakukan dengan uji
validitas isi. Untuk menguji validitas isi setelah dikonsultasikan dengan ahli,
maka selanjutnya diujicobakan, dan dianalisis dengan analisis item.
Pengujian validitas isi dilakukan dengan cara mengujicobakan test.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:210), subjek uji coba instrumen adalah
25 – 40 orang. Dalam penelitian ini, test diujicobakan pada 30 siswa kelas II
di SD Negeri Dalangan 02 yang tidak digunakan sebagai sampel penelitian.
Data uji coba test kemudian dianalisis dengan bantuan SPSS dengan
rumus korelasi product moment. Berdasarkan hasil analisis item dari jumlah
total 30 item yang gugur yaitu item 2,9,15,23 sehingga jumlah item yang
valid adalah 26 item. Item yang gugur tidak diganti dengan item yang baru
karena item yang valid masih dapat mewakili indikator. Analisis item
dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor butir dengan skor total.
Untuk menghitung validitas test menggunakan SPSS versi 16 dengan cara
klik Analyze - correlate – Bivariate - klik tes I dan test II - pindahkan tes I
dan tes II ke kotak variable - klik option : pada statistic, pilih means and
standar deviation - klik continue dan klik OK.
33
Dalam hal analisis item tersebut menurut Masrun (1979) menyatakan “Item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,3”.
Maka apabila korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3
maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
Dari 30 responden pada uji coba instrumen I yang tidak valid terdapat
5 siswa sedangkan pada uji coba instrumen II yang tidak valid terdapat 6
siswa. Kemudian setelah di uji cobakan lagi data yang memenuhi (valid)
diolah lagi dan hasilnya dapat dilihat pada lampiran 17. Dapat dibaca pada
lampiran bahwa, korelasi antara skor butir 1 dengan skor total = 0,75 antara
butir item 5 dengan skor total = 0,46 dan seterusnya. Korelasi yang
digunakan adalah korelasi pearson product moment. Seperti telah
dikemukakan bahwa, bila koefisien korelasi sama dengan 0,3 atau lebih
maka butir instrumen dinyatakan valid. Dari uji coba tersebut ternyata
koefisien korelasi semua butir dengan skor total di atas 0,3, sehingga semua
butir instrumen test dinyatakan valid. Butir yang mempunyai validitas
tertinggi adalah butir satu, dengan koefisien korelasi 0,75 dan paling rendah
adalah butir nomor 18 dengan koefisien korelasi 0,35.
2) Lembar observasi
Uji validitas lembar observasi dilakukan dengan mendeskripsikan skor
observasi yang terbanyak, yaitu membandingkan antara isi lembar
observasi siklus I dan II.
34
a. Uji Reliabilitas instrumen tes hasil belajar
Reliabilitas dapat diartikan dapat dipercaya, keterpercayaan
berhubungan dengan ketetapan dan konsistensi. Tes hasil belajar dapat
dipercaya apabila memberikan hasil pengukuran hasil belajar yang relatif
tetap secara konsisten.
Beberapa ahli memberikan batasan reliabilitas sebagai berikut : Menurut Thorndike dan Hagen (1977), “Reliabilitas berhubungan dengan akurasi instrumen dalam mengukur apa yang diukur, kecermatan hasil ukur dan seberapa akurat seandainya dilakukan pengukuran ulang”.
Sedangkan, Menurut Hopkins dan Antes (1979: 5) menyatakan “Reliabilitas sebagai konsistensi pengamatan yang diperoleh dari pencatatan berulang baik pada satu subjek maupun sejumlah subjek”.
Uji reliabilitas tes pada penelitian ini menggunakan SPSS versi 16
dengan cara klik Analyze- klik scale - klik Reliability Analysis– klik butir
1 sampai butir 30- pindahkan butir 1 sampai butir 30 ke kotak items
dengan mengklik tanda- klik Statistic (pilih item, scale, scale if item
deleted) – klik Continue – klik OK. digunakan untuk mencari reliabilitas
instrumen yang skornya 1 dan 0. Instrumen dikatakan reliabel apabila
nilai α hitung di atas 0,70. (Alfa Cronbach)
Berdasarkan hasil analisis dengan bantuan program SPSS versi 16,
diperoleh nilai α hitung sebesar 0,888. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
instrumen reliabel karena nilai α hitung > 0,70.
35
Uji Taraf Kesukaran
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyak siswa yang
menjawab benar. Taraf kesukaran item dinyatakan dalam suatu bilangan indeks
yang disebut indeks kesukaran yang sering disingkat, IK. Indeks kesukaran
yang dimaksud adalah bilangan yang merupakan hasil perbandingan antara
jawaban benar yang diperoleh siswa dengan jawaban benar yang seharusnya
diperoleh dari suatu item.
Menurut Crocker dan Algina, 1986: 311) Tingkat Kesukaran dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar.
Definisi tersebut dapat dinyatakan dengan sebuah rumus IK adalah
jumlah peserta yang menjawab benar dibagi dengan jumlah peserta.
I =
Keterangan :
IK = Indeks kesukaran B = jumlah siswa yang menjawab benar n = jumlah siswa peserta tes
Tabel 3.2
Taraf kesukaran soal siklus I
No. Kategori Jumlah soal 1. Mudah 5 2. Sedang 15 3. Sukar 5
Dari tabel Taraf kesukaran siklus I terlihat dari 25 item soal yang
termasuk kategori mudah yaitu 5 soal, kategori sedang 15 soal, dan kategori
sukar sebesar 5 soal.
36
Tabel 3.3 Taraf kesukaran soal siklus 2
No. Kategori Jumlah soal
1. Mudah 5
2. Sedang 15
3. Sukar 6
Dari tabel Taraf kesukaran siklus II terlihat dari 26 item soal yang termasuk
kategori mudah yaitu 5 soal, kategori sedang 15 soal, dan kategori sukar sebesar
6 soal
Kriteria untuk menentukan rentang nilai tingkat kesukaran sebagai berikut :
Rentang Tingkat Kesukaran Kategori
0,00 – 0,32 Sukar
0,33 – 0,66 Sedang
0,67 – 1,00 Mudah
Purwanto (2008 : 101)
3.9. Indikator Kinerja
Indikator hasil belajar matematika dihitung dengan peningkatan hasil
belajar matematika yang dilihat dari hasil sebelum dan sesudah
pembelajaran yang menggunakan tahapan belajar menurut teori Dienes.
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
presentase siswa yang memperoleh skor ≥ 65 minimal 75% dari jumlah 25
siswa. Hal tersebut berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Mengajar
(SKBM) yang ditetapkan di SD Negeri Gabahan untuk mata pelajaran
matematika.
37
4.0 Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah kuantitatif. Teknik kuantitatif
digunakan untuk menganalisis pencapaian hasil belajar matematika diperoleh
dari tes yaitu tes tertulis yang berbentuk objektif atau pilihan ganda.
Adapun penyajian data kuantitatif yang berupa hasil belajar kognitif
dianalisis dengan menentukan rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai
minimum. Penyajian data kuantitatif dipaparkan dalam bentuk distribusi
rentang nilai (tabel), persentase, diagram batang dan diagram garis. Data hasil
penelitian dianalisis secara deskriptif untuk menguraikan data hasil penelitian
setiap siklus dan membandingkan dengan data siklus sebelumnya.