BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/32246/6/T_PSN_1503126_Chapter3.pdfmengeksplorasi dan...
Transcript of BAB III METODE PENELITIANrepository.upi.edu/32246/6/T_PSN_1503126_Chapter3.pdfmengeksplorasi dan...
58 Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Design based research yang akan
dipaparkan kedalam enam bagian, dan terdiri dari beberapa komponen. Pertama
memamaparkan desain penelitian; kedua memaparkan partisipan dan tempat
penelitian; ketiga memaparkan subjek penelitian; keempat memaparkan instrumen
penelitian; kelima memaparkan metode dan prosedur penelitian; keenam,
memaparkan teknik pengumpulan dan analisis data.
III.1 Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Creswell (2009 : hlm. 4) “Qualitative research is a means for
exploring and understanding the meaning individuals or groups ascribe to a
social or human problem”. Artinya penelitian kualitatif adalah sarana untuk
mengeksplorasi dan memahami makna individu atau kelompok yang dianggap
sebagai masalah sosial atau manusia. Menurut Sumadinata (2016, hlm. 94)
penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari
sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang yang diajak
berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran, dan
persepsinya. Selanjutnya sukmadinata (2016, hlm. 95) penelitian kualitatif
mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat
interaktif, seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara
mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik pelengkap seperti foto, rekaman,
dll.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Design Based
Research. Menurut Plomp (2007, hlm. 13) Design Based research adalah suatu
kajian sistematis tentang merancang, mengembangkan dan mengevaluasi
intervensi pendidikan seperti program, strategi dan bahan pembelajaran, produk
dan sistem sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam
praktik pendidikan, yang bertujuan untuk memajukan pengetahuan kita tentang
karakteristik dari intervensi-intervensi tersebut serta proses perancangan dan
pengembangannya.
59
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari ungkapan Plomp di atas, dapat dipahami bahwa Design Based research
(DBR) bertujuan untuk merancang dan mengembangkan komponen pembelajaran,
baik itu strategi pembelajaran, bahan pembelajaran maupun produk dan sistem.
Komponen-komponen tersebut dirancang lalu dikembangkan agar masalah yang
dihadapi di dunia pendidikan dapat dipecahkan, sehingga dunia pendidikan lebih
maju. Hasil akhir dari metode Design Based research (DBR) adalah
menghasilkan pengembangan model pembelajaran VCT seni Rapa’i Geleng.
Benny A. Pribadi (2009, hlm. 86) mengungkapkan “Model desain sistem
pembelajaran biasanya menggambarkan langkah-langkah atau prosedur yang
perlu ditempuh untuk menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien
dan menarik”. Maka hasil dari penelitian ini merupakan langkah-langkah atau
prosedur pembelajaran yang dirancang agar proses pembelajaran menjadi
menarik dan efektif. Para pakar study DBR dalam (Vanderhoven,dkk, 2015, hlm.
462) menyatakan bahwa hasil dari Design Based research tidak hanya
meningkatkan pengetahuan teoritikal, melainkan juga menambahkan kontribusi di
bidang sosial, edukasi, dan penelitian edukasi.
III.2 Partisipan dan Tempat Penelitian
1. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah teman sebaya yang berperan sebagai
pengamat atau observer saat dilaksanakan proses penelitian model pembelajaran
VCT seni Rapa’i Geleng. Selain itu siswa yang terlibat dalam penelitian ini
dipilih hanya satu kelas yakni kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum, kesenian
tradisional diajarkan pada kelas X. Pendokumentasian video, foto, media, serta
alat dan bahan akan melibatkan teman sebaya untuk berlangsungnya penelitian
ini.
2. Tempat Penelitian
Penelitian model pembelajaran VCT seni Rapa’i dilakukan di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) Model Banda Aceh, terletak di jalan Pocut Baren, Banda
Aceh. Alasan memilih fokus penelitian di MAN Model Banda Aceh karena di
sekolah tersebut terdapat materi seni Rapa’i Geleng yang diajarkan dalam
60
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran seni budaya dan kegiatan ekstrakurikuler. Hasil wawancara dengan
guru seni budaya Nessa (2017, Maret 02) via komunikasi telepon mengatakan
penelitian yang akan dilaksanakan sejalan dengan materi yang akan diajarkan oleh
guru yang bersangkutan yakni materi seni Rapa’i Geleng.
III.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa MAN Model Banda
Aceh. Siswa yang berperan sebagai program penelitian ini yaitu siswa kelas X.
Adapun kelas yang ditunjukkan pihak sekolah adalah kelas X.IA4, karena
program penelitian yang akan dilaksanakan sejalan dengan materi yang sedang
berlangsung, yakni materi seni tradisional Rapa’i Geleng.
III.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur seperti tes, pedoman wawancara
dan pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian (Creswell, 2015, hlm. 132). Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi observasi, kuisioner, dan wawancara. Sebelum menyusun
lembar observasi terlebih dahulu peneliti mengelompokkan variabel dan indikator
model pembelajaran kesenian Rapa’i Geleng pada tabel 3.1 di bawah ini.
Tabel 3.1 Variabel dan Indikator Model Pembelajaran VCT seni Rapa’i Geleng
LANGAKAH
PEMBELAJARAN
INDIKATOR
Mengamati video pertunjukan
seni Rapa’i Geleng,
menganalisis syair setiap babak,
dan menganalisis pola iringan.
Pembelajaran dilakukan secara
individu dan kelompok dengan
memperhatikan raut wajah
siswa sebagai perilaku awal.
- Siswa menemukan unsur kesenian Rapa’i
Geleng yang meliputi alat musik, gerak, syair,
pola iringan, pola lantai, tata busana, dan
babak kesenian Rapa’i Geleng
- Siswa mengungkapkan unsur kesenian Rapa’i
Geleng yang meliputi alat musik, gerak, syair,
pola iringan, pola lantai, tata busana, dan
babak kesenian Rapa’i Geleng
- Siswa menemukan nilai religius Islam pada
babak seulaweut dan saleum, kisah, dan lanie.
- Siswa mengungkapkan nilai religius Islam
pada setiap babak secara samar-samar atau
mendekati.
61
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
- Siswa menemukan nilai sosial dalam pola
iringan kesenian Rapa’i Geleng
- Siswa mengungkapkan nilai sosial pola
iringan kesenian Rapa’i Geleng secara samar-
samar atau mendekati
Mengidentifikasi komentar
siswa berdasarkan hasil
pengamatan video pertunjukan
seni Rapa’i Geleng,
menganalisis syair setiap babak,
dan mengananalisis pola iringan
Rapa’i Geleng
Siswa mampu menuliskan nilai religius Islam
dan nilai sosial yang ditemukannya secara
bebas.
Mengklarifikasi nilai. Peneliti
memberikan tanggapan atas
pendapat siswa sambil
memberikan analogi untuk
mengarahkan pada materi
pembelajaran
Siswa mampu menyimpulkan tanggapan dan
analogi guru tentang nilai religius Islam dan
nilai Sosial seni rapa’i Geleng.
Menyimpulkan nilai yang
ditemukan siswa secara
bersama-sama
Siswa mampu menyebutkan nilai religius Islam
dan nilai Sosial kesenian Rapa’i Geleng
Tindak lanjut kegiatan belajar
mengajar
- Siswa mampu menyanyikan syair sesuai
melodi
- Siswa mampu memainkan pola iringan seni
Rapa’i Geleng sesuai notasi
Sisswa mampu memainkan pola iringan seni
Rapa’i Geleng sesuai notasi secara
berkelompok
Siswa mampu menampilkan dan memainkan
seni Rapa’i Geleng sesuai notasi secara
berkelompok di depan kelas.
1. Observasi
Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan dengan cara
menyusun pedoman observasi seperti observasi awal, pedoman observasi
penilaian kognitif, pedoman observasi penilaian afektif, dan pedoman observasi
penilaian psikomotor baik secara individu maupun kelompok. Berikut merupakan
kisi-kisi pedoman observasi yang disusun pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2
Pedoman penilaian kognitif pada materi mengapresiasi kesenian Rapa’i Geleng
MATERI RANAH INDIKATOR
PENILAIAN HASIL
OBSERVASI
A B C D
Mengapresiasi
kesenian
Rapa’i
Kognitif
Menyebutkan unsur kesenian Rapa’i
Geleng (alat musik, gerak, pola
lantai, dan busana)
62
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Geleng
Mampu memberi tanggapan terhadap
video pertunjukan seni Rapa’i
Geleng
Mampu menjelaskan hasil analisis
gambar
Tabel 3.3
Rubrik penilaian kognitif pada materi mengapresiasi kesenian Rapa’i Geleng
Indikator Rubrik
A B C D
Menyebutkan unsur
kesenian Rapa’i
Geleng (alat musik,
gerak, pola lantai, dan
busana)
Mampu
menyebutkan semua
unsur kesenian
Rapa’i Geleng
Mampu
menyebutkan tiga
unsur kesenian
Rapa’i Geleng
Mampu
menyebutkan dua
atau satu unsur
kesenian Rapa’i
Geleng
Tidak mampu
menyebutkan
unsur kesenian
Rapa’i Geleng
Mampu memberi
tanggapan terhadap
unsur dalam video
pertunjukan seni
Rapa’i Geleng (alat
musik, gerak, pola
lantai, dan busana)
Mampu memberi
tanggapan terhadap
semua unsur
kesenian Rapa’i
Geleng dalam video
pertunjukan seni
Rapa’i Geleng
Mampu memberi
tanggapan
terhadap tiga unsur
kesenian Rapa’i
Geleng dalam
video pertunjukan
seni Rapa’i Geleng
Mampu memberi
tanggapan
terhadap dua atau
satu unsur
kesenian Rapa’i
Geleng dalam
video pertunjukan
seni Rapa’i
Geleng
Tidak Mampu
memberi
tanggapan
terhadap unsur
kesenian Rapa’i
Geleng video
pertunjukan seni
Rapa’i Geleng
Mampu menjelaskan
makna simbolik dari
gerakan, pola lantai,
dan tata busana dari
hasil analisis gambar
Mampu menjelaskan
semua makna
simbolik dari hasil
analisis gambar
Mampu
menjelaskan dua
makna simbolik
hasil analisis
gambar
Mampu
menjelaskan satu
makna simbolik
hasil analisis
gambar
Tidak mampu
menjelaskan
makna simbolik
dari hasil analisis
gambar
Tabel 3.4
Pedoman penilaian afektif pada materi mengapresiasi kesenian Rapa’i Geleng
MATERI RANAH INDIKATOR
PENILAIAN HASIL
OBSERVASI
1 2 3 4
Mengapresiasi
kesenian
Rapa’i
Geleng
Afektif
Mengucapkan salam ketika hendak
menyampaikan pendapat
Tidak mengeluh ketika
mendapatkan tugas
Menyelesaikan tugas dengan baik
dan sesuai dengan arahan guru
Menunjukkan keseriusan dalam
mengikuti pelajaran
Kerjasama dalam diskusi kelompok
63
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Saling menghargai pendapat
Menunjukkan rasa percaya diri
Tabel 3.5
Rubrik penilaian afektif
Nilai
Religius
Islam
Indikator
Rubrik
4 3 2 1
Sopan
santun
Mengucapkan
salam ketika
hendak
menyampaikan
pendapat
Selalu
mengucapkan
salam ketika
hendak
menyampaikan
pendapat
Sering
mengucapkan
salam ketika
hendak
menyampaikan
pendapat
Kadang-kadang
mengucapkan
salam ketika
hendak
menyampaikan
pendapat
Tidak pernah
mengucapkan
salam ketika
hendak
menyampaikan
pendapat
Sabar Tidak mengeluh
ketika
mendapatkan
tugas
Tidak pernah
mengeluh ketika
mendapatkan tugas
Sering tidak
mengeluh ketika
mendapatkan
tugas
Kadang-kadang
mengeluh ketika
mendapatkan
tugas
Selalu mengeluh
ketika
mendapatkan
tugas
Amanah Menyelesaikan
tugas dengan baik
dan sesuai dengan
arahan guru
Selalu
menyelesaikan
tugas dengan baik
dan sesuai dengan
arahan guru
Sering
menyelesaikan
tugas dengan
baik dan sesuai
dengan arahan
guru
Kadang-kadang
menyelesaikan
tugas dengan baik
dan sesuai dengan
arahan guru
Tidak pernah
menyelesaikan
tugas dengan baik
dan sesuai dengan
arahan guru
Menuntut
Ilmu
Menunjukkan
keseriusan dalam
mengikuti
pelajaran
Selalu
menunjukkan
keseriusan dalam
mengikuti
pelajaran
Sering
menunjukkan
keseriusan dalam
mengikuti
pelajaran
Kadang-kadang
menunjukkan
keseriusan dalam
mengikuti
pelajaran
Tidak pernah
menunjukkan
keseriusan dalam
mengikuti
pelajaran
Kerjasama dalam
diskusi kelompok
Selalu
menunjukkan
kerjasama dalam
diskusi kelompok
Sering
menunjukkan
kerjasama dalam
diskusi
Kadang-kadang
menunjukkan
kerjasama dalam
diskusi kelompok
Tidak pernah
enunjukkan
kerjasama dalam
diskusi kelompok
Menunjukkan rasa
percaya diri
Selalu
menunjukkan rasa
percaya diri
Sering
menunjukkan
rasa percaya diri
Kadang-kadang
menunjukkan rasa
percaya diri
Tidak pernah
menunjukkan rasa
percaya diri.
Sesuai Permendikbud No 81 A Tahun 2013 peserta didik memperoleh nilai adalah:
Sangat Baik (A) : apabila memperoleh skor: 3,33 < skor ≤ 4,00 Baik (B) : apabila memperoleh skor: 2,33 < skor ≤ 3,33
Cukup (C) : apabila memperoleh skor: 1,33 < skor ≤ 2,33 Kurang (D) : apabila memperoleh skor: ≤ 1,33
Tabel 3.6
Pedoman penilaian kognitif pada materi menganalisis syair kesenian Rapa’i Geleng
MATERI RANAH INDIKATOR PENILAIAN HASIL
OBSERVASI
64
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A B C D
Mengapresiasi
kesenian
Rapa’i
Geleng
Kognitif
Mampu menemukan babak
seulaweut, saleum, kisah, dan lanie
Mampu menganalisis syair pada
setiap babak kesenian Rapa’i Geleng
Menemukan nilai religius Islam
dalam setiap babak syair kesenian
Rapa’I Geleng
Tabel 3.7
Rubrik penilaian kognitif pada materi menganalisis syair kesenian Rapa’i Geleng
Indikator Rubrik
A B C D
Mampu menemukan
babak kesenian Rapa’i
Geleng (seulaweut,
saleum, kisah, dan
lanie) pada syair .
Mampu menemukan
semua babak
kesenian Rapai’i
Geleng.
Mampu
menemukan tiga
babak kesenian
Rapai’i Geleng.
Mampu
menemukan dua
atau satu babak
kesenian Rapai’i
Geleng.
Tidak mampu
menemukan
babak kesenian
Rapai’i Geleng.
Mampu menganalisis
syair pada setiap babak
Geleng (seulaweut,
saleum, kisah, dan
lanie) kesenian Rapa’i
Geleng
Mampu
menganalisis syair
pada keempat babak
kesenian Rapa’i
Geleng
Mampu
menganalisis
syair pada tiga
babak kesenian
Rapa’i Geleng
Mampu
menganalisis syair
pada dua atau satu
satu babak
kesenian Rapa’i
Geleng
Tidak mampu
menganalisis syair
pada setiap babak
kesenian Rapa’i
Geleng
Menemukan nilai
religius Islam pada
setiap babak
(seulaweut, saleum,
kisah, dan lanie) dalam
syair kesenian Rapa’I
Geleng
Mampu menemukan
nilai religius Islam
pada semua babak
dalam syair kesenian
Rapa’I Geleng
Mampu
menemukan nilai
religius Islam
pada dua babak
dalam syair
kesenian Rapa’I
Geleng
Mampu
menemukan nilai
religius Islam
pada satu babak
dalam syair
kesenian Rapa’I
Geleng
Tidak mampu
menemukan nilai
religius Islam
pada babak dalam
syair kesenian
Rapa’I Geleng
Tabel 3.8
Pedoman penilaian afektif pada materi menganalisis syair kesenian Rapa’i Geleng
MATERI RANAH INDIKATOR
PENILAIAN HASIL
OBSERVASI
Menganalisis
syair kesenian
Rapa’i
Geleng
Afektif
Mengucapkan salam ketika hendak
menyampaikan pendapat
Tidak mengeluh ketika
mendapatkan tugas
Menyelesaikan tugas dengan baik
dan sesuai dengan arahan guru
Menunjukkan keseriusan dalam
mengikuti pelajaran
Kerjasama dalam diskusi kelompok
65
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Saling menghargai pendapat
Menunjukkan rasa percaya diri
Keterangan:
Rubrik menggunakan tabel 3.5
Tabel 3.9
Pedoman penilaian kognitif pada materi menganalisis pola iringan kesenian Rapa’i Geleng
MATERI RANAH INDIKATOR
PENILAIAN HASIL
OBSERVASI
1 2 3 4
Menganalisis
pola iringan
kesenian
Rapa’I
Geleng
Kognitif
Mampu menganalisis pola iringan
kesenian Rapa’i Geleng
Menemukan nilai sosia dalam pola
iringan kesenian Rapa’I Geleng
Mampu menjelaskan hasil analisis
pola iringan
Tabel 3.10
Rubrik penilaian kognitif pada materi menganalisis pola iringan kesenian Rapa’i Geleng
Indikator Rubrik
A B C D
Mampu menganalisis
pola iringan lambat,
sedang dan cepat
kesenian Rapa’i
Geleng
Mampu
menganalisis tiga
pola iringan
kesenian Rapa’i
Geleng
Mampu
menganalisis
dua pola iringan
kesenian Rapa’i
Geleng
Mampu
menganalisis satu
pola iringan
kesenian Rapa’i
Geleng
Tidak mampu
menganalisis pola
iringan kesenian
Rapa’i Geleng
Menemukan nilai
social (kekompakan,
kebersamaan,
kerjasama, dan tolong
menolong) dalam pola
iringan kesenian
Rapa’I Geleng
Mampu menemukan
empat nilai sosial
dalam pola iringan
kesenian Rapa’I
Geleng
Mampu
menemukan tiga
nilai sosial dalam
pola iringan
kesenian Rapa’I
Geleng
Mampu
menemukan dua
atau satu nilai
sosia dalam pola
iringan kesenian
Rapa’I Geleng
Tidak mampu
menemukan nilai
sosia dalam pola
iringan kesenian
Rapa’I Geleng
Mampu menjelaskan
hasil analisis pola
(tempo dan nilai sosial)
iringan
Mampu menjelaskan
semua hasil analisis
pola iringan
Mampu
menjelaskan dua
hasil analisis
pola iringan
Mampu
menjelaskan satu
hasil analisis pola
iringan
Tidak mampu
menjelaskan hasil
analisis pola
iringan
Tabel 3.11
Pedoman penilaian kognitif pada materi menganalisis pola iringan kesenian Rapa’i Geleng
MATERI RANAH INDIKATOR
PENILAIAN HASIL
OBSERVASI
A B C D
66
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menganalisis
pola iringan
kesenian
Rapa’I
Geleng
Afektif
Mengucapkan salam ketika hendak
menyampaikan pendapat
Tidak mengeluh ketika
mendapatkan tugas
Menyelesaikan tugas dengan baik
dan sesuai dengan arahan guru
Menunjukkan keseriusan dalam
mengikuti pelajaran
Kerjasama dalam diskusi kelompok
Saling menghargai pendapat
Menunjukkan rasa percaya diri
Keterangan:
Rubrik menggunakan tabel 3.5
Tabel 3.12 Pedoman Penilaian Psikomotor per-individu
No. Aspek yang diamati Baik Cukup Kurang
1. Siswa mampu memainkan pola
iringan Rapa’i Geleng sesuai
notasi
2. Siswa mampu menyanyikan syair
Rapa’i Geleng sesuai melodi
3. Siswa memainkan Rapa’i Geleng
sesuai tempo (lambat, sedang, dan
cepat)
Tabel 3.13 Pedoman penilaian psikomotor per-kelompok
Aspek yang diamati Baik Cukup Kurang
Antusiasme setiap individu dalam berlatih
pola ritme Rapai Geleng
Kekompakan dan kerjasama dalam
berlatih pola ritme Rapai Geleng sesuai
tempo (tempo lambat, sedang, cepat, dan
sangat cepat)
Kemampuan menyanyikan syair Rapai
Geleng sesuai melodi
Kemampuan memainkan tempo Rapai
Geleng dengan menyanyikan syair sesuai
melodi
Kekompakan dan kerjasama dalam
menampilkan hasil latihan di depan kelas
Tabel 3.14 Pedoman rubrik penilaian psikomotor siswa
Rubrik Keterangan Jika semua siswa antusias, mampu memainkan dengan baik Baik
67
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pola iringan rapai, menyanyikan syair sesuai melodi, dan mampu memainkan rapai geleng sesuai tempo. Jika 7-15 siswa tidak antusias, tidak mampu memainkan dengan baik pola iringan rapai, tidak mampu menyanyikan syair seulawet sesuai melodi, dan tidak mampu memainkan rapai geleng sesuai tempo.
Cukup
Jika 15-22 siswa tidak antusias, tidak mampu memainkan dengan baik pola iringan rapai, tidak mampu menyanyikan syair sesuai melodi, dan tidak mampu memainkan rapai geleng sesuai tempo.
Kurang
2. Kuisioner
instrumen yang terdapat pada bentuk kuisioner, yakni dengan menyususn beberapa pertanyaan pada lembar (pretest) dan lembar penilaian apresiasi siswa sebagai berikut.
Tabel 3.15 Lembar pretest siswa
No. Pertanyaan Hasil Jawaban
Ya Tidak 1 Apakah kamu mengenal seni Rapa’i
Geleng?
2 Pernahkan mengapresiasi kesenian Rapa’i Geleng?
3 Pernahkan mempelajari kesenian Rapa’i Geleng secara langsung?
4 Apakah kamu mempelajari kesenian Rapa’i Geleng di sanggar?
5 Apakah kamu mempelajari kesenian Rapa’i Geleng di sekolah?
6 Apakah kamu tahu makna dan nilai apa yang terkandung dalam kesenian Rapa’i Geleng?
7 Apakah kamu berminat untuk mempelajari kesenian Rapa’i Geleng?
8 Menurut kamu apakah kesenian Rapa’i Geleng perlu diajarkan di sekolah?
3. Wawancara
Instrumen yang digunakan saat wawancara berisi berbagai pertanyaan.
Menyusun pertanyaan tersebut terdapat pedoman wawancara untuk memperoleh
data yang diinginkan peneliti. Pedoman wawancara memuat pertanyaan tentang
kesenian Rapa’i Geleng dan identitas narasumber. Pada tabel 3.7 di bawah ini
merupakan draft pedoman wawancara yang telah disusun.
Tabel 3.16 Kisi-kisi pedoman wawancara untuk seniman
Identitas nara sumber/responden
68
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nama Usia
Pekerjaan Pendidikan
Bidang Keahlian Alamat
Pedoman wawancara untuk seniman
1. Pengetahuan seni Rapa’i Geleng
2. Asal mula kata seni Rapa’i Geleng 3. Mulai berdirinya seni Rapa’i Geleng 4. Keberadaan seni Rapa’i Geleng
5. Perkembangan seni Rapa’i Geleng 6. Seniman seni Rapa’i Geleng
7. cara penyajian seni Rapa’i Geleng 8. Alat musik pendukung seni Rapa’i Geleng 9. Bentuk syair seni Rapa’i Geleng
III.5 Metode dan Prosedur Penelitian
Pada penelitian ini akan menggunakan rancangan penelitian Design Based
research (DBR). Menurut Plomp (2007, hlm. 13) Design Based research adalah
“Suatu kajian sistematis tentang merancang, mengembangkan dan mengevaluasi
intervensi pendidikan seperti program, strategi dan bahan pembelajaran, produk
dan sistem sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang kompleks dalam
praktik pendidikan, yang bertujuan untuk memajukan pengetahuan kita tentang
karakteristik dari intervensi-intervensi tersebut serta proses perancangan dan
pengembangannya”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian DBR didasarkan
pada pemecahan masalah yang terjadi dalam praktik pendidikan. Hal ini sejalan
dengan apa yang terjadi di lapangan dimana pada pembelajaran rapa’i geleng di
MAN Model Banda Aceh hanya sebatas mengajarkan praktiknya saja namun guru
tidak berupaya menumbuhkan kesadaran nilai islam untuk pembentukan akhlak
dari kesenian tersebut kepada peserta didik.
Reeves (dalam Jan van Akker, 2010), penelitian ini dibagi menjadi 4
tahap, yaitu identifikasi dan analisis masalah, pengembangan prototype program,
dan refleksi untuk mendapatkan prinsip desain yang diharapkan dan mengatasi
berbagai permasalahan yang muncul. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan
berikut:
69
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bagan 3.1
Pendekatan Design Based Research (DBR) (diadaptasi dari: Pendekatan desain research Reeves dalam Jan Van Akker, 2010)
Dari rancangan Design Based research (DBR) yang ada, maka dihasilkan
desain penelitian sebagai berikut:
(Bagan 3.3 Design penelitian DBR)
Berdasarkan desain penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap
desain pada bagan di atas dilakukan secara berulang. Apabila salah satu desain
Identifikasi dan
Analisis Masalah
(Need
Assesment)
Pengembangan
prototipe
program:
berdasarkan
Need
asessment, teori
Uji coba dan
implementasi
pengembangan
prototipe
program
Refleksi untuk
mendapatkan prinsip
desain yang
diharapkan dan
mengatasi berbagai
permasalahan yang
muncul
Hasil
Hasil
1. Masalah
Mengidentifi
kasi masalah
yang akan
diteliti, sebab
akibat, dan
solusi
pemecahan
masalah
2. Perancangan
Merancang
solusi terhadap
masalah
tersebut,
beserta dengan
program-
program yang
akan dilakukan
dalam proses
pembelajaran.
3. Menguji
coba
rancangan
program
berdasarakan
langkah-
langkah
pembelajaran
VCT Analisis
Nilai
4. Refleksi
Meninjau
kembali hasil
belajar siswa.
70
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belum berhasil dilakukan, maka tidak dibenarkan melanjutkan pada desain
selanjutnya. Hal ini berlaku pada desain model pembelajaran seni Rapa’i Geleng
yang akan dirancang. Tahapan penelitian DBR pada penelitian ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1. Identifikasi dan Analisis Masalah
Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran seni Rapa’i Geleng di MAN
Model Banda Aceh adalah tidak adanya upaya guru dalam mengklarifikasi nilai-
nilai Islam yang terkandung dalam kesenian Rapa’i Geleng. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor. Pertama kondisi yang terjadi di lapangan tidak adanya
pemahaman guru secara kontekstual untuk disampaikan kepada siswa. Kedua,
guru lebih mementingkan performance siswa dibandingkan pemahaman secara
mendalam tentang kesenian Rapa’i Geleng. Akibatnya siswa tidak memperoleh
informasi tentang nilai-nilai Islam yang seharusnya mereka dapatkan pada
pembelajaran kesenian rapai geleng. Nilai-nilai yang seharusnya diperoleh siswa
sudah dipaparkan pada bab II, yakni pada babak seulaweut (salawat), saleum
(salam), kisah, lani (penutup).
Berdasarkan identifikasi masalah di atas muncul ide untuk memberikan
solusi pada pembelajaran seni rapai geleng dengan menggunakan model
pembelajaran values clarification technique (VCT). Alasan peneliti menggunakan
model pembelajaran VCT adalah model ini cocok digunakan dalam
mengklarifikasi nilai-nilai Islam kesenian Rapa’i Geleng. Selain itu, materi yang
diajarkan cocok dengan model VCT. Jika dilihat dari kebiasaan masyarakat Aceh
pada umumnya, anak usia remaja sudah mendapatkan pendidikan agama dan
mengerti hukum-hukum islam. Perhatian keluarga untuk pendidikan agama masih
sangat kental dengan memasukkan putra-putri mereka pada dayah (pesantren)
setelah pulang sekolah. Sehingga peneliti ingin membantu siswa dalam mengkaji
perasaan dan perbuatannya sendiri dengan cara mengklarifikasi nilai-nilai Islam
untuk memberikan kesadaran nilai Islam sebagai pembentukan akhlak melalui
kesenian Rapa’i Geleng.
2. Perancangan program
71
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pada tahapan ini merupakan tahapan perancangan dan program yang akan
dilakukan dalam proses pembelajaran model VCT seni Rapa’i Geleng.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirancang program dengan
cara (a) menentukan konsep nilai islam pada pembelajaran kesenian Rapa’i
Geleng; (b) merancang desain pembelajaran VCT seni rapai geleng..
Bagan 3.3 Desain Model Pembelajaran VCT Seni Rapa’i Geleng
Bagan di atas merupakan desain model pembelajaran VCT seni Rapa’i
Geleng yang digunakan dalam pembelajaran. Desain tersebut sesuai dengan
VCT Analisis Nilai
(Komalasari, 2014)
Tempelkan gambar yang telah didapat pada
papan tulis atau edarkan gambar tersebut
kepada siswa (pembelajaran dapat dilakukan
secara individu atau kelompok). perhatikan
komentar dan raut wajah siswa sebagai
entry behavior mereka.
Identifikasi komentar siswa. guru
hendaknya tidak mengomentari pendapat
siswa dan tidak meminta alasan siswa
mengenai pendapat yang diungkapkannya.
Mengklarifikasi masalah. Guru memberikan
tanggapan atas pendapat siswa sambil
mengarahkan ke konsep atau materi
pelajaran.
Kesimpulan yang dilakukan oleh siswa atau
secara bersama-sama dengan guru. Dalam
proses ini pun guru melakukan pelurusan
menuju konsep atau materi pelajaran.
Tindak lanjut kegiatan belajar mengajar.
VCT Analisis Nilai
Rapa’i Geleng
Mengamati video pertunjukan seni Rapa’i
Geleng, menganalisis syair setiap babak,
dan menganalisis pola iringan.
Pembelajaran dilakukan secara individu dan
kelompok dengan memperhatikan raut wajah siswa sebagai perilaku awal.
Mengidentifikasi komentar siswa
berdasarkan hasil pengamatan video
pertunjukan seni Rapa’i Geleng,
menganalisis syair setiap babak, dan mengananalisis pola iringan Rapa’i Geleng
Mengklarifikasi nilai. Peneliti memberikan
tanggapan atas pendapat siswa sambil
memberikan analogi untuk mengarahkan
pada materi pembelajaran
Menyimpulkan nilai yang ditemukan siswa
secara bersama-sama
Tindak lanjut kegiatan belajar mengajar.
72
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendapat dari komalasari (2014) yang disusun ulang dalam bentuk model
pembelajaran VCT seni Rapa’i Geleng.
3. Mengaplikasikan desain pembelajaran VCT seni Rapa’i Geleng
Pada tahapan ini desain pembelajaran VCT seni Rapa’i Geleng yang telah
dirancang akan diaplikasikan sesuai tahapan dan langkah-langkah pembelajaran
yang telah dirancang.
4. Refleksi
Hasil uji coba selanjutnya direfleksi guna mendapat desain dari model
VCT seni Rapa’i Geleng yang diharapkan untuk menumbuhkan kesadaran nilai
Islam kepada peserta didik. Hasil yang didapat nantinya merupakan rujukan dari
hasil refleksi akhir yang dilakukan peneliti yang didapat dari teori-teori yang
mendasari.
III.6 Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan
yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2016, hlm. 220). Pada penelitian ini
menggunakan teknik observasi partisipan dimana pengamat ikut serta dalam
kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati
kegiatan dan tingkah laku siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Aspek
yang diamati berupa sikap, tingkah laku dan keseriusan siswa selama mengikuti
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah dalam model pembelajaran Value
Clarification Technique (VCT) seni Rapa’i Geleng.
2. Kuisioner
Kuisioner yang digunakan oleh peneliti terdiri dari dua, yaitu kuisioner
sebelum diberikan perlakuan dan kuisioner penilaian kemampuan apresiasi siswa
dalam mengidentifikasi video dan syair kesenian Rapa’i Geleng.
73
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Wawancara
Menurut (Arikunto, 2013, hlm. 198) wawancara dilakukan untuk menilai
keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data latar belakang murid, orang tua,
pendidikan, perhatian, dan sikap terhadap sesuatu. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui semua aspek yang ingin diketahui oleh si peneliti. Wawancara adalah
percakapan dengan maksud terntentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan pihak yang
diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut
(Moleong, 2002, hlm. 135).
Pada penelitian ini wawancara dilakukan dengan cara mendalami
sistematis terkait dengan pembelajaran seni rapai geleng di MAN Model Banda
Aceh sebelum dilaksanakannya penerapan model pembelajaran VCT seni Rapa’i
Geleng untuk menumbuhkan nilai spiritual Islam. Jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur. Lembar wawancara
dengan guru digunakan untuk memperoleh informasi awal mengenai
pembelajaran seni rapai geleng dalam pembelajaran seni budaya yang
sebelumnya dilaksanakan di dalam kelas.
4. Dokumentasi
Menurut Sukmadinata (2007, hlm. 221), studi dokumenter (documentary
study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun
elektronik. Selanjutnya sugiyono (2014, hlm. 329) dokumentasi bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Peneliti
menggunakan dokumentasi foto-foto yang mendeskripsikan tentang proses
pembelajaran menggunakan metode VCT dalam pembelajaran kesenian Rapa’i
Geleng di MAN Model Banda Aceh. Dokumentasi tersebut baik dalam bentuk
arsip, foto, maupun video rekaman. Dokumentasi ini dijadikan sebagai salah satu
sumber dalam mengamati penggunaan metode VCT dalam pembelajaran kesenian
Rapa’i Geleng di MAN Model Banda Aceh.
74
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
III.7 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan (Moleong (2001,
hlm. 103). Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif selanjutnya data
yang diperoleh akan disusun secara sistematis dengan mengolah data tersebut,
memilih mana yang penting dipelajari, serta membuat kesimpulan.
1. Analisis Data Kuisioner
Teknik analisis data untuk kuisioner dilakukan dalam beberapa langkah.
Langkah pertama adalah dengan cara mengelompokkan jawaban responden.
Pengelompokkan jawaban responden yakni dengan menghitung jawaban per item
berupa jawaban “Ya” dan “Tidak”. Masing-masing jawaban per item tersebut
dihitung sesuai dengan jumlah hasil jawaban “Ya” dan hasil jawaban “Tidak”.
Dengan demikian seluruh jawaban “Y” dan “Tidak”, akan dijumlahkan
sesuai dengan data yang didapat dari responden. Setelah hasil jawaban semua item
telah dihitung dan dikategorikan, lalu dilanjutkan dengan menghitung persentase
ketercapaian disetiap masing-masing item. Untuk itu cara menghitung persentase
ketercapaian disetiap item adalah sebagai berikut.
Setelah hsil persentase ketercapaian telah diperoleh, lalu menghitung
jumlah rata-rata persentase dari ketercapaian yang didapat. Agar diketahui jumlah
rata-rata persentase ketercapaian tersebut, dihitung sebagai berikut.
2. Analisis Data Wawancara dan Dokumentasi
75
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Data yang didapat melalui wawancara dan dokumentasi terlepas dari
hitungan. Namun, dilakukan dengan mengumpulkan semua yang didapat terlebih
dahulu, kemudian mengelompokkan sesuai dengan jenis dan kategorisasinya.
Data yang terkumpul dan dikelompokan dimaknai berdasarkan pengamatan yang
dilakukan. Setelah data dimaknai berdasarkan kategori dan jenisnya, lalu
diinterpretasikan kedalam bahasa Indonesia yang baku. Selanjutnya digunakan
sesuai dengan kebutuhan pada penyusunan laporan dengan teknik deskriptif
analisis, yaitu dengan cara mendeskripsikan keterangan-keterangan atau data-data
yang telah terkumpul.
76
Yuli Astuti, 2017 MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT) SENI RAPA’I GELENG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu