BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran...
Transcript of BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran...
![Page 1: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Kecamatan Getasan merupakan salah satu
kecamatan yang ada dalam Daerah Kabupaten Semarang.
Kecamatan Getasan merupakan daerah dataran tinggi yang
berada di lereng Gunung Merbabu. Yang terdiri dari
delapan 13 desa. Luas Kecamatan Getasan sekitar
5.540,82 ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Salatiga dan
Kabupaten Boyolali
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tuntang
dan Kecamatan Banyubiru
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Boyolali
Penduduk Kecamatan Getasan tahun 2011 sebanyak
54.393 Jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak
27.279 jiwa dan penduduk perempuan terdiri dari 27.114
jiwa.
Kepala Kecamatan disebut Camat yang diangkat oleh
Bupati atas usul Sekretaris Daerah dari Pegawai Negeri Sipil
yang memenuhi syarat. Camat mempunyai tugas
memimpin, melaksanakan sebagian kewenangan
pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati kepada
Pemerintah Kecamatan dan tugas lain yang diberikan oleh
atasan.
55
![Page 2: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/2.jpg)
56
Organisasi Kecamatan Getasan terdiri dari ;
a. Camat, disebut sebagai Kepala Wilayah Kecamatan;
b. Sekretaris Kecamatan;
c. Seksi Pemerintahan
d. Seksi Ekonomi Pembangunan;
e. Seksi Kesejahteraan Sosial;
f. Seksi Satpol PP
Berdasarkan jumlah penduduk yang telah diuraikan
diatas, dimana Jumlah penduduk di Kecamatan Getasan
sebanyak 54.393 Jiwa. Mayoritas penduduk Kecamatan
Getasan berasal dari etnis/suku Bugis. Penduduk
Kecamatan Getasan mayoritas memeluk Agama Islam
dengan jumlah 43.354 jiwa, selebihnya pemeluk Agama
Katolik 821 Jiwa, Protestan 8.175 jiwa, Hindu - Jiwa dan
Budha 1.989 Jiwa.
Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk yang
tamat SD sebanyak 19.013 orang, tamat SLTP 7.775 orang,
tamat SLTA 3.792 orang, DI/DII sebanyak 163 orang, tamat
D III sebanyak 227 orang, tamat DIV/S 1 sebanyak 499
orang dan S2/S3 sebanyak 28 orang. Dengan demikian
tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Getasan masih
didominasi oleh penduduk berpendidikan SD dan SLTP.
Kondisi angkatan kerja di Kecamatan Getasan,
sebagaimana dengan di daerah lain terhitung pada
kelompok umur 15 tahun sampai 54 tahun. Salah satu
permasalahan berkaitan dengan angkatan kerja adalah
pengangguran. Hal terjadi akibat terjadinya ketidana
alokasi khusus seimbangan antara penyerapan tenaga kerja
dengan penyediaan lapangan kerja. Kehidupan masyarakat
Kecamatan Getasan dipandang sudah relatif baik dimana
![Page 3: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/3.jpg)
57
masyarakat mempunyai mata pencaharian yang beragam,
namun pada umumnya mereka bermata pencaharian
sebagai Petani, PNS, Pedagang dan lain sebagainya.
B. Pelaksanaan Ijin Mendirikan Bangunan di
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Pelaksanaan pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB) di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sebagai
perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 16
Tahun 2006 tentang Izin Bangunan sebenarnya memiliki
kesamaan dengan pengurusan IMB hampir di seluruh
wilayah Indonesia, mengingat setiap perda mengacu pada
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung serta peraturan pelaksananya yaitu PP Nomor 36
Tahun 2005. Prosedur yang panjang dan menyita banyak
energi yang harus dikeluarkan oleh pemohon IMB.
Warga masyarakat yang akan mencari Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) harus memperoleh keterangan mulai dari
RT, Kelurahan, Kecamatan, DPU dan KPPT (Kantor
Pelayanan Perijinan Terpadu). Prosedur yang panjang ini
tentu menyita banyak energi yang harus dikeluarkan oleh
pemohon IMB. Ketika terjadi kesalahan gambar, prosesnya
jadi semakin panjang dan lama, akibatnya pemohon enggan
untuk mengurus sendiri, sehingga diurus lewat biro jasa
atau notaris, dengan cara seperti ini maka biaya yang
dikeluarkan juga semakin banyak. Aparat sangat lamban
memproses masalah ini belum lagi adanya pungutan liar.
Disamping itu adalah minimnya sosialisasi kepada
masyarakat oleh Pemerintah Daerah tentang pentingnya
IMB, dan tidak adanya sanksi yang tegas terhadap
![Page 4: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/4.jpg)
58
bangunan yang tidak memiliki IMB, sehingga yang
mengajukan IMB adalah sebagian masyarakat yang
mempunyai usaha saja. Dibawah ini adalah data pemohon
dan realisasi IMB di Kecamatan Getasan mulai tahun 2007
sampai dengan 2011 :
Tabel 3.1 Permohonan dan Realisasi IMB yang dikeluarkan oleh Camat
Getasan
No JENIS
Th.2011
Phn Rl
1 Hotel - -
2 Peternakan - -
3 Rumah tinggal 5 4
4 Toko/Tpt usaha - -
5 Kafe/karaoke - -
6 Lain-lain 3 1
Jumlah 8 5
Sumber: Kantor Camat Getasan, 2011
![Page 5: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/5.jpg)
59
Tabel 3.2 Permohonan dan Realisasi IMB Kecamatan Getasan yang
dikeluarkan oleh KPPT Kabupaten Semarang
No
Jenis
Th.2011
Pemohon Realisasi
1 Hotel 15 14
2 Peternakan 3 -
3 Rumah tinggal 8 5
4 Toko/Tpt usaha - -
5 Kafe/karoke 2 1
6 Lain-lain 8 8
Jumlah 36 23
Sumber: KPPT Kab. Semarang, 2011
Tabel 3.3 Permohonan IMB Kecamatan Getasan yang ditolak oleh
KPPT Kabupaten Semarang
No Jenis
Th.2011 Alasan ditolak
Pemohon Realisasi sempa
dan
Tukar
guling
Kajian Gamb
ar
admn
1 Hotel 15 14 5 2 - 1 1
2 Peternakan 3 - - - - - -
3 Rumah tinggal 8 5 2 - 1 -
4 Toko/Tpt usaha - - - - - - -
5 Kafe/karoke 2 1 - - 1 - -
6 Lain-lain 8 8 - - - - -
Jumlah 36 23 7 2 1 2 1
Sumber: KPPT Kab. Semarang, 2011
![Page 6: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/6.jpg)
60
Dari tabel 3.1., 3.2 dan 3.3. maka dapat dilihat antara
pemohon yang terealisasi dan pemohon yang ditolak,
permohonan yang ditolak disebabkan antara lain :
1. Tidak memenuhi garis sempadan jalan (garis batas
bangunan yang diijinkan dari as jalan); untuk
tahun 2011 sebanyak 7 permohonan
2. Belum adanya tukar guling tanah; Hal ini
disebabkan karena pengguna lahan bukan pemilik
tanah tersebut, sehingga perlu adanya bukti tukar
guling tanah sebagai persyaratan permohonan IMB;
untuk tahun 2011 sebanyak 2 permohonan
3. Belum ada kajian dari Disperindag (untuk
kafe/karaoke). Untuk tahun 2011 sebanyak 1
permohonan
4. Kesalahan gambar, yang tidak diperbaiki kembali
oleh pemohon. Untuk tahun 2011 sebanyak 2
permohonan.
5. Tidak terpenuhinya persyaratan administratif
lainnya, seperti belum adanya kelengkapan
fotocopy Tanda Pelunasan PBB Tahun lalu. Untuk
tahun 2011 sebanyak 1 permohonan
Berbagai masalah tidak terealisasinya permohonan
IMB, maka sangat perlu untuk menilai kinerja birokrasi
publik di Kabupaten Semarang, baik kualitas, kuantitas,
efisiensi pelayanan sehingga dapat memotivasi aparat
pelaksana, mendorong pemerintah agar lebih responsif
kepada masyarakat yang dilayani. Di dalam Perda juga
mengatur garis sempadan jalan untuk jalan provinsi (arteri) :
35 m, jalan provinsi sekunder 25 m, jalan kabupaten Primer
: 21m, jalan Kabupaten sekunder : 14 m, jalan lingkungan :
![Page 7: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/7.jpg)
61
6 m, sehingga fakta di lapangan banyak bangunan di
wilayah Kecamatan Getasan yang tidak memenuhi
sempadan jalan tetapi tetap mendirikan bangunan tanpa
IMB. Hal tersebut terlihat dari jumlah bangunan yang ada di
Getasan, yang sudah memiliki IMB sebanyak 27% saja.
C. Kendala yang dihadapi Pemohon dalam Pengurusan
Izin Mendirikan Bangunan di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang
Pelaksanaan pembuatan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB) Di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT)
Kabupaten Semarang merupakan perwujudan pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2006. Namun demikian
dalam aplikasinya pelaksanaan Perda tersebut mengalami
beberapa kendala-kendala yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Faktor Peraturan Perundang-undangan: Lemahnya Aspek Sosiologis dalam Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun 2006 Tentang IMB
Dalam kaitanya dengan permasalahan pada
tidak efektifnya Peraturan daerah dalam
mendisiplinkan masyarakat untuk memohonkan ijin
sebelum membangun bangunan, syarat sosiologis
bekerjanya suatu aturan hukum belum terpenuhi.
Dalam hal syarat sosiologis, Peraturan Daerah
Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun 2006 tentang
Izin Mendirikan Bangunan berkaitan dengan IMB
ternyata belum dapat diimplementasikan dengan baik
oleh aparat pelaksananya dan masyarakat Kabupaten
Semarang itu sendiri. Penyebab utamanya adalah
![Page 8: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/8.jpg)
62
belum tersosialisasinya perda IMB tersebut kepada
masyarakat dengan jelas dan tegas, hal ini
menyebabkan keragu-raguan masyarakat yang
mengajukan IMB baik berkaitan perlu atau
tidaknya serta berkaitan biaya dan prosedur. Tidak
adanya sosialisasi tersebut, terlihat dari masyarakat
yang tidak mengetahui. Hasil wawancara dengan
Riono Oktorio, warga Dusun Sleker Kopeng yang
ditolak pengajuan IMB nya menyatakan sebagai
berikut:
“Saya tidak mengetahui persyaratan yang sedemikian banyaknya dalam pengajuan IMB tersebut, karena selama ini di wilayah Getasan belum ada sosialisasi mengenai bagaimana persyaratan pengajuan IMB. Akibatnya masyarakat saat akan mengajukan permohonan IMB kelengkapan administrasinya tidak terpenuhi semuanya”
Sebagaimana dalam ketentuan dalam Pasal 5
ayat (2) huruf k, Perda Kabupaten Semarang Nomor
16 Tahun 2006 disebutkan bahwa lampiran
permohonan izin bangunan adalah rekaman gambar
bangunan berupa denah, tampak dan potongan
dengan skala 1: 100. Syarat ini tentu sangat
menyulitkan masyarakat, khususnya masyarakat
desa dengan tingkat pendidikannya yang rendah.
Hasil wawancara dengan Mulyono, warga Dusun
Kedayan Desa Wates Kecamatan Getasan
menyatakan bahwa:
“Gambar teknis bangunan yang dipersyaratkan masyarakat awam sebagian besar tidak dapat memenuhi kalau tidak meminta bantuan jasa arsitek atau konsultan bangunan. Kalaupun meminta
![Page 9: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/9.jpg)
63
bantuan biayanya juga bertambah besar, dan terkadang juga masih perlu diperbaiki ulang. Seharusnya pemerintah daerah perlu memfasilitasi masalah gambar teknis yang dipersyaratkan tersebut”
Pada tahun 2011 permohonan yang ditolak
karena kesalahan gambar sebanyak 2 permohonan.
Hal ini disebabkan masyarakat tidak mampu untuk
melengkapi gambar sesuai dengan yang
dipersyaratkan, mengingat ketika masyarakat
menggunakan konsultan untuk membuat gambar
juga akan membutuhkan biaya yang cukup besar.
Permohonan IMB yang ditolak karena tidak
memenuhi garis sempadan jalan jumlahnya ada 7
permohonan di tahun 2011. Jumlah ini merupakan
jumlah yang terbesar diantara factor yang lainnya.
Hal tersebut disebabkan masyarakat kecil yang
memiliki tanah di sekitar jalan raya salatiga-kopeng
luas tanahnya sangat kecil, kurang dari 50 m2,
sehingga apabila akan melaksanakan pembangunan
dan mengurus IMB permohonan IMB nya selalu
ditolak karena bangunan yang akan dibuat tidak
memenuhi garis sempadan provinsi sebagaimana
ketentuan dalam penjelasan Peraturan Bupati
Semarang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemberian Izin Bangunan di Kabupaten
Semarang. Hasil wawancara dengan Singgih
Riswanto, warga Dusun Sleker Kopeng Kecamatan
Getasan menyatakan bahwa”
“Lahan tanah terutama milik warga masyarakat yang ada di sepanjang jalan provinsi (Salatiga-Kopeng), termasuk milik warga Dusun Sleker luasan
![Page 10: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/10.jpg)
64
tanahnya sangat kecil (< 75 m2), itu pun bentuk tanahnya tidaklah lurus, sehingga apabila aturan mengenai sempadan tersebut tidak ada perubahan, semua permohonan IMB warga yang luasan tanahnya kurang dari < 75 m2, tidak akan mendapatkan permohonan IMB, karena tidak memenuhi syarat garis sempadan”.
Permohonan yang ditolak karena persyaratan
administrative yang tidak terpenuhi seperti tanda
pelunasan PBB merupakan gambaran bahwa Perda
16 Tahun 2006 juga belum memenuhi aspek
sosiologis masyarakat. Dalam pasal 5 ayat 2 huruf c
disebutkan bahwa salah satu lampiran permohonan
IMB yang harus terpenuhi adalah fotocopy tanda
pelunasan PBB dilampirkan. Kondisi yang ada dalam
masyarakat, pembayaran PBB warga biasanya
melalui perangkat desa, sehingga tanda buktinya
biasanya disimpan oleh perangkat desa. Seringkali
masyarakat tidak meminta tanda bukti pelunasan
PBB kepada perangkat atau bahkan tidak
menyimpannya dengan baik. Akibatnya saat akan
melakukan permohonan IMB mereka mengalami
kendala, dan oleh petugas baik di Kecamatan
Getasan karena tidak adanya dokumen tersebut,
permohonan menjadi ditolak.
2. Faktor Aparat : Petugas Pelayanan IMB sebagai
Lembaga Penegakan Hukum Perda IMB Belum Berfungsi secara Optimal
Lembaga penegak hukum (Legal Structure)
merupakan salah satu unsur yang cukup penting
terlaksananya upaya penegakan hukum. Lembaga
![Page 11: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/11.jpg)
65
penegakan hukum tidak hanya berupa lembaga
peradilan (kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan)
tetapi juga lembaga non peradilan, tidak juga hanya
lembaga penegakan hukum yang represif saja tetapi
juga preventif, dan tidak juga hanya lembaga
penerapan sanksi tetapi juga lembaga pengawasan.
Ketiga lembaga tersebut harus menjalankan
fungsinya masing-masing sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Apabila ketiga tersebut tidak
menjalankan fungsinya dengan baik/ sesuai peraturan
perundang-undangan maka upaya penegakan
hukum terhadap Perda IMB tidak akan berhasil
optimal. Dengan kata lain, fungsi lembaga penegak
hukum yang lemah menyebabkan proses implementasi
Pemberian IMB menjadi terganjal. Lemahnya fungsi
lembaga penegak hukum Perda disebabkan oleh
beberapa faktor, khususnya faktor aparatnya atau
faktor sarana dan prasarana penunjang berfungsinya
lembaga penegak hukum.
Persyaratan permohonan IMB sebagaimana
ketentuan dalam pasal 5 ayat 3 bagi perusahaan,
dalam hal ini untuk tahun 2011 yang mengajukan
adalah kafe/karaoke, dalam hal ini Disperindag
Kabupaten Semarang masih lamban dalam
melakukan kajian, sehingga waktu pengurusan IMB
bagi pemilik kafe/karaoke juga mengalami kendala.
Akibatnya secara ekonomis pengusaha tersebut juga
mengalami kerugian waktu akibat kelambanan
petugas.
Dalam hal pemberian persetujuan atau
![Page 12: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/12.jpg)
66
penolakan permohonan IMB sebagaimana ketentuan
dalam pasal 6 Perda Kabupaten Semarang Nomor 16
Tahun 2006 bahwa persetujuan atau penolakan
diselesaikan dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
hari kerja, berdasarkan penelitian hal tersebut tidak
pernah terealisasi di Kecamatan Getasan untuk
tahun 2011. Bahkan permohonan tersebut diterima
atau ditolak seringkali dalam jangka waktu
berbulan-bulan, sehingga masyarakat yang akan
membangun terkatung-katung. Penyelesaian
permohonan yang tidak terpat waktu tersebut
disebabkan oleh budaya organisasi yang ada dalam
lingkungan Pemkab Semarang itu sendiri. Dari 59
permohonan yang ada pada tahun 2011, sebanyak
18 permohonan yang proses penyelesaiannya
mencapai mencapai lebih dari 3 bulan. Hasil
wawancara dengan salah satu responden bernama
Kris Eliyanto Soebagio, SE, warga Desa Getasan
menyatakan bahwa
“Permohonan pengajuan IMB hingga dikeluarkannya IMB setelah masuk ke KPPT rata-rata mencapai waktu 3 bulan. Hal tersebut merupakan waktu yang cukup lama mengingat proses pembangunan bangunan perlu segera diselesaikan. Meskipun di kantor KPPT Kabupaten Semarang, tertera target waktu pengurusan IMB, namun target tersebut tidak terpenuhi sepenuhnya. Kotak saran atau SMS saran yang disediakan pun hampir tidak pernah dilayani”
a. Faktor aparat penegak hukum
Faktor aparat penegak hukum sangat penting
peranannya karena merekalah yang ditugaskan oleh
peraturan perundang-undangan untuk melakukan
![Page 13: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/13.jpg)
67
tidakan terhadap para pelanggaran perda IMB.
Aparat penegak hukum yang tidak profesional
menyebabkan penegakan hukum tidak mencapai
sasaran. Hal ini dapat diuraikan menurut fungsi
lembaga masing-masing.
1). Satpol PP sebagaimana ketentuan dalam Pasal 25
ayat (2) Perda Kabupaten Semarang Nomor 16
Tahun 2006 sebagai tim pengawas yang dibentuk
Bupati sebagai aparat penerap sanksi yang
kurang profesional menjadi kendala berfungsinya
lembaga penerap sanksi dalam mendukung
terwujudnya implementasi pemberian IMB.
Beberapa tindakan yang kurang mencerminkan
kurangnya profesionaslisme aparat penerap
sanksi antara lain :
• Kelambanan dalam penjatuhan sanksi
Prosedur pengurusan IMB yang memakan waktu
dan prosedur yang banyak menjadikan
masyarakat di Kecamatan Getasan banyak yang
mendirikan bangunan tanpa IMB. Selain itu yang
memiliki IMB terkadang membangun tidak sesuai
dengan gambar. Pelanggaran terhadap
pelaksanaan permohonan IMB yang melanggar
gambar yang diajukan sampai saat ini di
Kecamatan Getasan belum ada yang ditindak oleh
Satpol PP selaku Tim Pengawas. Dari 23
permohonan IMB yang direalisasi terdapat 2 IMB
yang membangun tidak sesuai gambar, namun
sampai saat ini tidak ada sanksi terhadap
pelanggaran tersebut. Bukti nyata adalah
![Page 14: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/14.jpg)
68
pembangunan Hotel “Juliet” di Kopeng, yang
bangunannya tidak sesuai dengan gambar yang
dipersyaratkan dalam permohonan IMB.
Bangunan yang ada sudah berkembang dan tidak
sesuai dengan gambar yang ada dalam
permohonan IMB. Namun demikian, pertugas
yang mengetahui dan datang ke lokasi tidak
mengambil tindakan yang tegas, cenderung
memanfaatkan sebagai “lahan basah” untuk
dijadikan objek pungutan liar.
Kelambanan dalam penjatuhan sanksi
mengakibatkan efektifitas sanksi menjadi lemah.
Selain itu juga dapat berakibat masyarakat
menjadi tidak percaya sehingga wibawa perda IMB
maupun Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai
penegaknya mengalami kemerosotan. Beberapa
indikator yang menunjukkan kelambanan
lembaga penerap sanksi dalam menjatuhkan
hukuman disiplin kepada para Pelangar Perda
dapat dilihat dari maraknya kasus pelanggaran
yang tidak ditindak.
• Penjatuhan sanksi yang tidak setimpal
Sebagaimana diketahui bahwa terhadap
setiap bentuk pelanggaran akan dikenakan sanksi
oleh Pemerintah Kabupaten Semarang sebagai
pejabat yang berwenang menghukum agar menjadi
jera. Dalam hal ini bila perlu digunakan teori
penghukuman secara absolut yaitu membuat jera
pelaku.
Dari 14 pemohon IMB hotel yang ada di
![Page 15: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/15.jpg)
69
Kecamatan Getasan, karena pembangunannya
tidak sesuai dengan gambar sebanyak 2 hotel,
Satpol PP selaku penegak Perda memang pernah
mendatangi dan melakukan teguran. Namun
demikian karena adanya pungli disana sehingga
menyebabkan tidak adanya sanksi yang
diberikan. Sanksi yang seharusnya adalah
membongkar bangunan yang tidak sesuai dengan
gambar yang dipersyaratkan dalam permohonan
IMB, namun yang terjadi pembangunan masih
terus dilaksanakan meskipun tidak sesuai
dengan gambar. Sebagaimana wawancara dengan
pemilik Hotel “De Javu” Kopeng menyatakan
“Memang pembangunan kami tidak sesuai dengan gambar permohonan IMB, namun demikian selama ini tidak ada sanksi atas pelanggaran itu karena kami dahulu juga pernah membangun hotel di sebelah bangunan ini. Yang penting kita harus “tahu” kalau petugas datang. Selain itu pembangunan ini bertujuan untuk meningkatkan pariwisata di Kopeng yang semakin kecil kunjungannya ke sini”
Dalam rangka menegakkan Perda IMB maka
ketentuan itu sendiri harus benar-benar dapat
dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh
Pemerintah Kabupaten Semarang selaku pejabat
yang berwenang. Tidak melaksanakan ketentuan
itu, sama halnya dengan tidak berbuat apa-apa
terhadap pelanggaran yang telah terjadi, sama
pula halnya artinya telah membiarkan
berlangsungnya pelanggaran.
Membiarkan berlangsungnya pelanggaran
![Page 16: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/16.jpg)
70
adalah juga tidak berdisiplin. Hal ini menjadi
faktor penyebab menurunnya disiplin masyarakat
dalam memohon ijin IMB.
2). Lembaga pengawasan, aparat pengawas yang
kurang profesional menjadi kendala berfungsinya
lembaga Penegak Hukum Perda dalam
mendukung terwujudnya Implementasi Pemberian
IMB guna kesejahteraan masyarakat.
Semua pihak dewasa ini bertekad untuk
menyempurnakan dan lebih mendayagunakan
aparatur pemerintah dan aparatur pembangunan
guna menciptkan aparatur yang bersih, berwibawa,
dan berkemampuan “good governance”. Semua
pihak juga bertekad untuk lebih meningkatkan
secara lebih terpadu pengawasan dan langkah-
langkah penindakannya. Hal ini mengandung
pengertian bahwa masih terdapat aparatur yang
kurang berwibawa, dan kurang berkemampuan serta
belum terpadunya pengawasan serta belum nyatanya
langkah-langkah penindakannya. Setiap pimpinan
semua satuan organisasi pemerintah, merupakan
aparatur negara, abdi negara yang bertindak sebagai
aparatur fungsional pengawasan, sedang di lain
pihak (selebihnya) terdapat Pegawai Negeri Sipil,
aparatur negara, abdi negara sebagai kelompok
aparat yang diawasi.
Meskipun demikian pada hakikatnya semua
Pegawai Negeri Sipil merupakan pengawas, paling
tidak kepada dirinya sendiri, yang harus mampu
mengendalikan diri, mengawasi diri ke arah
![Page 17: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/17.jpg)
71
pelaksanaan peraturan perundang-undangan
umumnya dan peraturan daerah tentang IMB pada
khususnya. Sebagai aparat fungsional pengawasan,
sebagai atasan yang masing- masing mempunyai
bawahan, maka pertama-tama harus memahami
Perda yang akan ditegakkan.
Sebagai atasan langsung harus mengetahui
hal-hal apa yang menurut peraturan perundang-
undangan di larang dan hal apa saja yang wajib
dilakukan. Dalam rangka melaksanakan pengawasan,
aparat atasan harus berpedoman pada ketentuan
hukum yang berlaku, yaitu Instruksi Presiden Nomor
15 Tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengawasan. Selama ini upaya pengawasan terhadap
tingkat kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil masih lemah.
Adapun faktor penyebabnya antara lain adalah masih
kurangnya peraturan perundang-undangan yang
menyangkut pengawasan terhadap disiplin Pegawai
Negeri Sipil. Di samping itu disebabkan juga karena
pemahaman akan isi materi peraturan Perda yang
ditegakkan juga masih kurang.
Adapun yang disebutkan tadi baru salah satu
bentuk pengawasan yaitu pengawasan fungsional.
Lemahnya pengawasan juga disebabkan karena
selama ini fungsi pengawasan melekat belum
dipergunakan secara optimal oleh atasan untuk
mengetahui sejauhmana tingkat kinerja
bawahannya.
Ketidakprofesionalan aparat penegak Perda IMB
seperti diuraikan di atas tidak terlepas dari berbagai
![Page 18: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/18.jpg)
72
faktor- faktor yang mempengaruhinya. Seperti yang
dinyatakan oleh Soerjono Soekanto bahwa “dalam
menjalankan peranannya, aparat penegak hukum
terlibat dalam suatu proses diskresi oleh karena dia
harus menyerasikan antara penerapan hukum secara
konsekuen dengan faktor-faktor manusiawi” yang
meliputi (tiga), yakni : raw input, yaitu latar
belakang keluarga dan pendidikan; intrumental
input, yang merupakan pengaruh lembaga di mana
dia bekerja; serta environmental input, yakni
pengaruh masyarakat luas.
Pengaruh yang tidak serasi dari ketiga faktor
tersebut akan mengakibatkan terjadinya frustasi,
konflik, dan kekhawatiran-kekhawatiran dalam
berperan (role performance atau role playing). Keadaan
ini akan mengakibatkan penggunaan defense
mechanisme yang dapat berakibat negatif.
Penggunaan defense mechanisme dalam proses
diskresi kemungkinan besar akan mengakibatkan
terjadinya hambatan terhadap penegakan hukum
yang fungsional.
Sebagai suatu unsur yang sangat menentukan
upaya penegakan hukum Perda, setiap aparat
Pemerintah Kabupaten Semarang Khususnya Satpol
PP dituntut mampu menjalankan tugasnya secara
profesional. Sehingga tugasnya untuk menegakkan
hukum perda IMB dapat berjalan secara lancar dan
upaya penegakan hukum menjadi lebih efektif.
b. Pengaruh latar belakang keluarga dan pendidikan
Kesadaran untuk profesional dalam setiap
![Page 19: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/19.jpg)
73
tindakan hanya dapat terwujud melalui suatu
pembinaan sejak dini yang dimulai dari keluarga.
Begitu juga kesadaran hukum dari aparat juga akan
dipengaruhi oleh proses pembinaan dikeluarganya.
Seorang aparat penegak hukum yang kurang
mendapatkan pembinaan keluarga cenderung akan
melakukan tindakan-tindak pelanggaran dalam
pelaksanaan tugasnya.
Latar belakang keluarga aparat penegak
hukum Perda yang sering dirundung konflik juga akan
membawa pengaruh yang cukup signifikan bagi
pola- pola perilaku atau tindakan-tindakan aparat.
Kecenderungan sikap yang ditimbulkan adalah sikap
emosional dan cenderung mengambil jalan-jalan
kekerasan/sewenang-wenang yang jelas merupakan
suatu pelanggaran.
Seperti halnya pengaruh latar belang keluarga,
kesadaran profesionalitas dalam bekerja juga akan
sangat dipengaruhi oleh tingat pendidikan. Seorang
yang pendidikannya tinggi pada umumnya lebih
bersikap hati, hati, teliti, cermat, dan cepat dalam
mengambil keputusan. Tingkat pendidikan yang
rendah atau mungkin lingkungan pendidikan yang
kurang memenuhi standar kualitas akan
menimbulkan dampak pada perilaku kedisiplinan
seseorang. Begitu pula aparat penegak hukum,
mereka yang pada umumnya berpendidikan tinggi
lebih cenderung mengambil keputusan dan tindakan-
tindakan yang begitu hati-hati, teliti, dan cermat.
Kondisi pendidikan di Indonesia yang masih
![Page 20: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/20.jpg)
74
beroientasi pada pencapaian prestasi secara formal
(nilai) bukan materiil juga sangat berpengaruh pada
tingkat profesionalitas seseorang, karena pada orang
yang hanya mengejar nilai formal saja dengan
menggunakan cara-cara yang negatif (menyontek dan
sebagainya) umumnya lebih menonjolkan sikap ingin
dipuji “exhibitionist” hal ini tentu sangat
berpengaruh pada saat orang itu bekerja, dia akan
berusaha untuk menonjolkan sisi-sisi positif
terutama jika berhadapan dengan pimpinan.
c. Pengaruh lembaga (Budaya Organisasi) di mana aparat penegak hukum bekerja
Sebagaimana diketahui lembaga di Indonesia
saat ini telah dikotori dengan berbagai perilaku yang
sangat bertentangan dengan nilai-nilai hukum
universal yang dianut oleh masyarakat, seperti
korupsi, kolusi, nepotisme, penyalahgunaan wewenang
dan sebagainya. Dan di antara lembaga-lembaga
tersebut yang disinyalir menjadi sarangnya adalah
aparat. Kondisi demikian telah mengakar bahkan
seolah-olah menjadi budaya yang sistematik. Dengan
demikian wajar apabila sebagian besar aparat
Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, termasuk
aparat yang berwenang memberikan ijin IMB, juga
terkena imbasnya.
Pengaruh lembaga yang membawa dampak negatif
pada sikap aparat pemerintah daerah Kabupaten
Semarang juga bisa diakibatkan dari :
- kurangnya pelayanan terhadap tuntutan hak-hak
Pegawai Negeri Sipil terutama mengenai gaji
![Page 21: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/21.jpg)
75
yang layak. Dengan gaji dan tunjangan yang tidak
seimbang dengan beban tugas Pegawai Negeri Sipil
karena disamping itu juga mereka mempunyai
tugas-tugas lain seperti pada umumnya yang
dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil. Hal ini akan
mendorong mereka melakukan praktek-praktek
yang tidak disiplin seperti dengan melakukan
pungutan liar dalam permohonan IMB.
- Pengelolaan manajemen administrasi di
lingkungan lembaga yang bersangkutan juga sangat
berpengaruh pada kinerja setiap petugas.
- Pengaruh masyarakat luas pada umumnya dan
masyarakat Pegawai Negeri Sipil pada khususnya
Masih adanya keengganan dari masyarakat luas
yang enggan atau tidak berani memberikan laporan
atau keterangan tentang adanya indikasi penyimpangan
(misalnya Pungli) seorang atau beberapa oknum
Pegawai Negeri Sipil akan mengakibatkan pelaksanaan
Implementasi Pemberian IMB menjadi terhambat.
Begitu pula di lingkungan Pegawai Negeri Sipil
masih terdapat kecenderungan untuk tidak
melaporkan kepada pihak yang berwenang tentang
adanya tindakan penyimpangan prosedur yang
dilakukan oleh teman sejawatnya karena oknum
Pegawai Negeri Sipil yang akan dilaporkan tersebut
pangkatnya lebih tinggi atau telah
mengancam/menerornya.
Selain dari faktor-faktor mentalitas/
profesionalisme aparat di atas yang lebih kualitatif,
faktor ketersediaan Sumber daya manusia,
![Page 22: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/22.jpg)
76
khususnya yang mengerti dan memahami hakekat
dan prosedur pemberian ijin IMB juga masih
sangat terbatas (faktor kuantitatif aparat penegak
hukum) sehingga banyak Permohonan IMB yang tidak
dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
3. Faktor sarana dan prasarana penunjang
Agar fungsi Pemerintah Daerah Kabupaten
Semarang dapat lebih optimal dalam memberikan
pelayanan IMB maka berbagai macam sarana dan
prasarana penunjangnya harus tersedia dengan baik
dan layak, khususnya sarana dan prasarana
administratif seperti buku Panduan, komputer, dan
lain-lain masih terbatas. Sehingga dalam melakukan
suatu pelayanan sering mengalami hambatan.
Ada kalangan-kalangan tertentu yang
berpendapat bahwa salah satu upaya penting untuk
mengusahakan agar hukum itu efektif, adalah
dengan menetapkan sanksi. Sanksi tersebut
sebenaranya merupakan suatu rangsangan untuk
berbuat atau tidak berbuat. Kadang- kadang sanksi
dirumuskan sebagai suatu persetujuan atau
penolakan terhadap pola perilaku tertentu dalam
masyarakat. Dengan demikian maka terdapat
sanksi yang negatif dan sanksi yang positif. Secara
sempit sanksi negatif berarti suatu hukuman,
sedangkan sanksi yang positif merupakan imbalan
(sebagai akibat kepatuhan hukum tertentu). Di dalam
kenyataannya tidaklah terlalu mudah untuk
menetapkan bahwa hukum tertentu pasti akan efektif
apabila disertai dengan sanksi-sanksi (baik yang
![Page 23: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/23.jpg)
77
positif maupun yang negatif). Akan tetapi faktor
utama yang perlu diperhatikan untuk menentukan
apakah sanksi tersebut berperan di dalam
mengefektifkan hukum adalah masalah karakteristik
dari sanksi itu sendiri.
Bagaimanakah sanksi itu: apakah sanksinya
berupa sanksi berat atau ringan-ringan saja. Hal
yang berkaitan erat dengan itu ialah persepsi warga
masyarakat di dalam menanggung resiko, terutama
kalau melanggar suatu peraturan yang disertai
dengan suatu sanksi yang negatif. Kalau seseorang
warga masyarakat berani menanggung risiko, walaupun
sifatnya spekulatif maka akan dapat diduga bahwa
sanksi yang negatif tersebut sangat terbatas akibat-
akibatnya. Masalah tersebut berhubungan erat
dengan jangka waktu penerapan sanksi negative
tersebut. Kalau sanksi tersebut segera dijatuhkan
maka ada kemungkinan bahwa akibatnya akan jauh
lebih efektif dari pada apabila pelaksanaannya
ditunda.
Kelambanan dalam menerapkan sanksi negatif
terhadap perilaku tertentu merupakan salah satu
faktor yang menyebabkan sanksi menjadi tidak
efektif. Artinya, warga masyarakat seolah-olah tidak
mempercayainya lagi, sehingga wibawa hukum dan
penegakannya akan mengalami kemerosotan.
Efektifitas sanksi juga tergantung pada
karakteristik orang-orang yang terkena oleh sanksi
tersebut. Hal itu antara lain menyangkut jumlah
orang yang terkena, di mana semakin sedikit
![Page 24: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/24.jpg)
78
orang yang terkena semakin tinggi juga
efektifitasnya. Selain dari itu, maka hal itu juga
tergantung pada kepribadian masing-masing. Ada
manusia tertentu semata-mata untuk memuaskan
perasaan saja. Agaknya sulit sekali mempengaruhi
tingkah lakunya dengan sanksi-sanksi, yang pada
umumnya akan dapat membatasi perilaku orang
yang lebih banyak mempergunakan pikirannya.
Dalam kaitannya dengan upaya menciptakan
efektifitas implementasi Pemberian IMB di
Kabupaten Semarang, Perda IMB Kabupaten
Semarang telah mengatur beberapa tingkat dan
jenis sanksi. Apabila dilihat dari sifatnya sanksi-
sanksi yang diatur dalam perda IMB adalah
sanksi-sanksi yang negative berupa “Denda”
Namun dari segi efektifitasnya ternyata sanksi-
sanski tersebut belum membuat jera para pelaku
pelanggar disiplin atau dengan kata lain sanksi
berupa denda belum efektif. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor, yaitu :
• Penerapan sanksi berupa denda terhadap pelaku
pelanggaran Perda IMB cenderung lamban
dan kurang tegas
Kelambanan dalam penjatuhan denda
mengakibatkan efektifitas sanksi menjadi lemah.
Selain itu juga dapat berakibat masyarakat
menjadi tidak percaya sehingga wibawa hukum
maupun penegaknya mengalami kemerosotan
yang dapat memunculkan kecenderungan
masyarakat untuk melakukan berbagai bentuk
![Page 25: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/25.jpg)
79
pelanggaran Perda IMB untuk mencoba apakah
denda tersebut benar dikenakan atau malah
lepas.
Beberapa indikator yang menunjukkan
kelambanan dalam menjatuhkan pengenaan
denda kepada masyarakat yang melakukan
pelanggaran Perda IMB dapat dilihat dari maraknya
kasus pelanggaran membangun bangunan tanpa
memiliki IMB oleh masyarakat. Dan pelanggaran
tersebut tidak segera dikenakan denda namun
justru yang mengajukan ijin tetapi terlambat
malah dikenai denda dengan segera.
• Penjatuhan denda yang tidak setimpal
Sebagaimana diketahui bahwa terhadap
setiap bentuk pelanggaran akan dikenakan
hukuman disiplin oleh pemerintah. Dalam rangka
menegakkan disiplin masyarakat maka ketentuan
itu sendiri harus benar- benar dapat
dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh
pemerintah yang berwenang. Tidak melaksanakan
ketentuan itu, sama halnya dengan tidak
berbuat apa-apa terhadap pelanggaran yang
telah terjadi, sama pula halnya artinya telah
membiararkan berlangsungnya pelanggaran perda
IMB.
Membiarkan berlangsungnya pelanggaran
adalah juga tidak berdisiplin. Hal ini menjadi
faktor penyebab menurunnya disiplin masyarakat
dalam mengajukan permohonan IMB. Penegakan
peraturan dengan demikian menjadi kewajiban
![Page 26: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/26.jpg)
80
Pemda Kabupaten Semarang melalui Satuan
Polisi Pamong prajanya, Bukan kekerasan yang
diutamakan, tetapi ketegasannya, dan sikapnya
yang pertama-tama dan yang paling utama
sebagai pelaku dalam penegakan Perda.
Adakalanya Pemda merasa “kasihan” menindak
masyarakat. Bahkan ada yang takut kepada
masyarakat dianggap tidak populis sebab takut
berdampak politis.
Pengenaan hukuman denda haruslah benar
atau setimpal dengan bentuk pelanggarannya,
agar supaya dirasakan adil dan dirasakan sebagai
bentuk pembinaan dan mendik. Maklum setiap
manusia mempunyai kelemahan, kekurangan,
kekhilafan sebagai bagian yang negatif di dalam
dirinya. Dengan pernyataan hukuman yang
setimpal akan menghilangkan kesan semena-
mena, sewenang-wenang dan sesuai dengan
tujuan diadakannya pengenaan denda kepada
masyarakat Pelanggar Perda IMB akan terasa
“mendidik” bila tepat dan cepat dijatuhkan dan
tepat hukumannya.
Penjatuhan sanksi yang tidak setimpal juga
dapat membuat masyarakat pelaku pelanggaran
Perda IMB menjadi tidak merasa jera. Kondisi
demikian juga akan mendorong munculnya
pelanggar-pelanggar baru karena mereka
menganggap hukuman sanksi yang dikenakan
masih belum seberapa misalnya dengan nilai
keuntungan yang mereka dapatkan. Selain itu,
![Page 27: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/27.jpg)
81
dengan denda yang tidak setimpal akan
menimbulkan ketidakpuasan bagi pihak yang
merasa dirugikan.
4. Kurangnya Taraf Kesadaran dan Kepatuhan Hukum Masyarakat Kabupaten Semarang berkaitan dengan Kesadaran mengajukan permohonan IMB
Kesadaran hukum adalah kesadaran atau
nilai- nilai yang terdapat di dalam diri manusia
tentang hukum yang ada atau hukum yang
diharapkan ada. Kesadaran hukum merupakan
wadah jalinan nilai hukum yang mengendap dalam
sanubari manusia. Kesadaran hukum sebagai suatu
wadah nilai mempunyai hubungan yang erat
dengan perikelakukan manusia oleh karena manusia
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Pengalaman
berinteraksi tersebut menghasilkan sistem nilai,
yaitu konsepsi abstrak mengenai apa yang buruk
dan apa yang baik (wadahnya adalah antara lain
kesadaran hukum. Sistem nilai berpengaruh pada pola
pikir manusia yang kemudian menentukan sikap
manusia (yakni kecenderungan untuk berbuat atau
tidak berbuat terhadap sesama, benda atau keadaan
tertentu. Sikap ini kemudian menghasilkan
perikelakuan yang kemudian menjadi pola
perikelakuan yang apabila diabstraksikan menjadi
norma atau kaidah yang merupakan patokan tentang
perikelakukan yang pantas. Norma kemudian
mengatur interaksi antar manusia. Taraf kesadaran
hukum dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu : a.
![Page 28: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/28.jpg)
82
Pengetahuan tentang hukum; b. Pemahaman
tentang hukum; c. Sikap terhadap hukum; d.
Perilaku hukum.
Pengetahuan tentang hukum diartikan sebagai
keadaan di dalam pikiran seseorang mengenai
hukum- hukum tertentu. Orang yang hanya
mengetahui hukum, taraf kesadarn hukumnya paling
rendah. Sedangkan orang yang sudah memahami
hukum taraf kesadarannya lebih tinggi dibandingkan
dengan yang disebutkan pertama. Dan begitu
seterusnya. Sebab-sebab taraf kesadaran hukum
masyarakat rendah dapat dikembalikan pada faktor-
faktor sebagai berikut:
a. Taraf sinkronisasi yang rendah dariperaturan
perundang-undangan seperti berupa Perda IMB
mengatur tentang sanksi hukum yang pasti.
b. Mentalitas yang kurang baik dari masyarakat
oleh karena sikap tindaknya yang impulsif dan
emosional yang didasarkan pada didasarkan pada
kekayaan materiil, kekuasaan, kedudukan,
ketenaran
c. Fasilitas pendukung proses hukum yang relatif
tidak memadai; seperti kurangnya kuatnya sanksi
Perda IMB yang dikenakan, belum dioptimalkannya
peralatan teknologi informasi dan komunikasi
seperti computer (jaringan mengalami gangguan),
internet,dan intranet untuk memudahkan
pengelolaan adaministrasi Pemberian IMB;
d. Membudayanya shame culture dan bukan gult
culture;
![Page 29: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/29.jpg)
83
e. Kecenderungan untuk senantiasa melaksanakan
beleid (kebijakan);
f. Lebih mementingkan kelaziman dari pada
kebenaran.
Kepatuhan hukum merupakan suatu bentuk
perilaku hukum hasil manifestasi kesadaran hukum.
Adapun taraf kepatuhan hukum adalah relatif, karena
seorang patuh bisa disebabkan karena :
a. Rasa takut pada sanksi negatif sebagai akibat
melanggar hukum;
b. Ada keinginan kuat untuk memelihara hubungan
baik dengan lingkungan;
c. Ada keinginan kuat untuk memelihara hubungan
baik dengan penguasa;
d. Sesuai dengan nilai-nilai yang dianut; atau
e. Sebagian besar dari kepentingan-kepentingan di jamin
dan dilindungi oleh hukum.
D. Analisis
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
permohonan IMB yang ditolak sebanyak 13 permohonan
di Tahun 2011 diantaranya dikarenakan beberapa hal:
1. Tidak memenuhi garis sempadan jalan (garis batas
bangunan yang diijinkan dari as jalan) sebanyak 7
permohonan yang ditolak;
Garis sempadan merupakan garis batas luar
pengamanan yang ditarik pada jarak tertentu sejajar
dengan as jalan yang merupakan batas tanah yang boleh
dan tidak boleh didirikan bangunan atau
dilaksanakannya kegiatan. Rata-rata untuk masyarakat
![Page 30: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/30.jpg)
84
desa di Kecamatan Getasan kurang memahami garis
sempadan ini. Untuk jalan raya Salatiga – Kopeng
merupakan jalan provinsi dengan garis sempadan 25
meter, sedangkan untuk jalan kabupaten garis sempadan
sejauh 14 meter sebagaimana ketentuan dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 13 Tahun
2007 tentang Garis Sempadan. Dengan adanya kondisi
luas tanah penduduk yang luasan tanahnya sangat kecil
dan terletak di sekitar jalan provinsi, menjadikan
masyarakat sebagian besar membangun tanpa
mengajukan permohonan IMB, karena masyarakat sudah
mengetahui resiko akan ditolak permohonannya.
2. Belum adanya tukar guling tanah; Hal ini disebabkan
karena pengguna lahan bukan pemilik tanah tersebut,
sehingga perlu adanya bukti tukar guling tanah sebagai
persyaratan permohonan IMB sebanyak 2 permohonan;
Bangunan erat kaitannya dengan tanah karena tanpa
tanah tentu suatu bangunan tidak bisa berdiri, syarat
dalam permohonan izin bangunan harus dilampirkan
surat status tanah apakah hak milik/hak pakai yang
harus mendapat persetujuan dari pemilik tanah. Bahkan
persyaratan sebagaimana Perda Nomor 16 Tahun 2006
tidak sesederhana, tetapi dilampiri dengan:
Foto copy Kartu Tanda Penduduk (1 lembar)
Foto copy surat-surat tanah ( 1 set ), dapat berupa salah
satu dari surat sebagai berikut :
Sertifikat tanah, Surat Keputusan Pemberian Hak
Penggunaan Atas Tanah oleh Pejabat yang berwenang
dari instansi pemerintah yang menguasai tanah tersebut,
Fatwa tanah atau rekomendasi dari kanwil BPN atau
![Page 31: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/31.jpg)
85
Kantor Pertanahan Setempat, Rekomendasi dari Kantor
Pertanahan dengan peta bukti pembebasan tanah, Surat
pernyataan dari instansi Pemerintah atau Pemimpin
Proyek/Tim pembebasan Tanah, khusus untuk
Bangunan Pemerintah, Untuk surat tanah tersebut harus
dilampirkan surat pernyataan bahwa tanah yang
dikuasai dan atau dimiliki tidak dalam sengketa dari
pemohon
Rata-rata permohonan yang ditolak terkait dengan
masalah kepemilikan tanah adalah belum adanya surat
yang menyatakan penggunaan tanah karena tanah
bukan milik sendiri. Hal ini sebenarnya merupakan
suatu bentuk langkah antisipasi dari pemerintah daerah
agar dikemudian hari tidak timbul sengketa antara
pengguna lahan dengan pemilik lahan yang dapat
menimbulkan sengketa di kemudian hari. Masalah
agraria atau pertanahan, terutama tukar guling tanah
yang tidak dilengkapi dengan bukti yang kuat telah
banyak menimbulkan permasalahan
3. Belum ada kajian dari Disperindag (untuk kafe/karaoke).
Fungsi adanya persyaratan kajian adalah mendasarkan
pada Pasal 15-20 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002
tentang bangunan gedung yang menyatakan bangunan
gedung harus memenuhi persyaratan pengendalian
dampak lingkungan, persyaratan keandalan bangunan
serta persyaratan keselamatan sebanyak 1 permohonan.
Peruntukan bangunan non tempat tinggal terutama
untuk kafe/karaoke memerlukan kajian dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan setempat. Banyaknya
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon IMB,
![Page 32: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/32.jpg)
86
serta lintas sektoral menyebabkan kajian oleh
Disperindag membutuhkan waktu cukup lama. Hakikat
dari harus adanya kajian tersebut pada dasarnya adalah
untuk mengkaji konstruksi, instalasi, dan perlengkapan
bangunan agar tercipta suatu bangunan yang
memberikan kenyamanan dan keselamatan bagi
pengguna atau konsumen pada akhirnya. Namun
demikian, prosedur untuk mendapatkan hasil kajian dari
Disperindag membutuhkan prosedur yang cukup lama
sehingga saat mengajukan permohonan IMB, syarat
tersebut seringkali belum bisa dilampirkan.
4. Kesalahan gambar, yang tidak diperbaiki kembali oleh
pemohon sebanyak 2 permohonan.
Gambar rancangan arsitektur bangunan harus
dilengkapi hasil penilaian/penelitian dari Tim Penasehat
Arsitektur Kota (TPAK) bagi yang disyaratkan.
Perhitungan dan gambar struktur bangunan untuk
bangunan dan laporan hasil penyelidikan tanah
sebanyak minimal tiga set serta foto copy surat izin
bekerja Perencana Struktur bagi yang disyaratkan (1
lembar).
Perhitungan, gambar instalasi dan perlengkapannya
minimal tiga set serta foto copy surat izin bekerja
Perencana Instalasi dan Perlengkapannya, bagi yang
disyaratkan (1 lembar )
Permohonan izin mendirikan bangunan (IMB) sesuai
dengan Perda Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun
2006 Pasal 5 ayat (2) huruf k dilengkapi dengan rekaman
gambar bangunan. Tujuan pemerintah daerah agar
persyaratan permohonan IMB dilengkapi dengan gambar
![Page 33: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/33.jpg)
87
adalah tujuan jangka panjang berupa penataan tata
ruang wilayah, agar tata ruang wilayah dapat tertata
dengan baik. Disatu sisi, terutama bagi masyarakat
pedesaan, masalah gambar yang sifatnya teknis telah
menyebabkan kendala bagi masyarakat pemohon IMB,
mengingat sebagian masyarakat tidak dapat
melampirkan gambar sebagaimana yang dipersyaratkan.
Untuk memperoleh gambar sebagaimana yang
dipersyaratkan, pemohon sebagian besar memanfaatkan
jasa konsultan, sehingga membutuhkan biaya yang
cukup besar. Dampaknya adalah masyarakat ketika akan
membangun bangunan enggan untuk mengurus
permohonan IMB mengingat persyaratan gambar teknis
mempersulit masyarakat. Bahkan pemerintah daerah
sendiri, sampai dengan saat ini belum dapat memberikan
solusi bagaimana mengatasi kendala agar masyarakat
dapat melampirkan gambar teknis sebagaimana yang
dipersyaratkan.
5. Tidak terpenuhinya persyaratan administratif lainnya,
seperti belum adanya kelengkapan fotocopy Tanda
Pelunasan PBB Tahun lalu sebanyak 1 permohonan.
Persyaratan tanda pelunasan PBB Tahun lalu
sebagaimana ketentuan Perda Kabupaten Semarang
Nomor 16 Tahun 2006 pasal 5 ayat (2) huruf c bagi
masyarakat awam (desa) sering kurang diperhatikan.
Mengingat sebagian masyarakat desa dalam melakukan
pembayaran PBB biasanya tidak membayar sendiri,
melainkan ditarik oleh petugas penarik PBB di tingkat
desa, sehingga bukti pembayarannya sebagian besar
disimpan oleh aparat pemerintah desa. Ketika akan
![Page 34: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/34.jpg)
88
mengajukan permohonan IMB, persyaratan tanda
pelunasan PBB ini menjadi terabaikan karena bukti
pembayaran kadang disimpan oleh aparat pemerintah
desa. Pada dasarnya Pemerintah Daerah Kabupaten
Semarang menerapkan syarat tanda pelunasan PBB
tahun lalu dalam permohonan IMB untuk mengetahui
target pencapaian PBB di tiap kecamatan. Namun
demikian, justru syarat tersebut cukup memberatkan
masyarakat pedesaan.
Munculnya masalah terhadap pelaksanaan
Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun
2006 tentang IMB sebagai suatu bentuk peraturan hukum
tertulis dibuat untuk menegakkan perilaku dalam
mendirikan bangunan hanya dapat berfungsi secara
efektif apabila apabila memenuhi syarat yang menurut
Satjipto Rahardjo1 adalah:
1. Syarat yuridis lebih menekankan pada segi kepastiaan
hukumnya. Kepastian hukum merupakan suatu
ukuran/derajat yang mementukan ketegasan atau
kejelasan dari suatu ketentuan hukum tentang hak dan
kewajiban orang/badan hukum (subyek hukum) dalam
kehidupan masyarakat, tentang apa-apa tindakan
yang dapat dilakukan oleh aparat penegak hukum
terhadap perbuatan yang melawan hukum dan
terhadap pelakunya, dan lain-lain. Adanya kepastian
hukum tersebut dapat diukur dari ada atau tidaknya
peraturan hukum itu sendiri serta sinkronisasi dengan
peraturan hukum yang ada di atasnya. Kejadian
1 Satjipto Rahardjo. 2006. Membedah Hukum Progresif, Jakarta:
Kompas
![Page 35: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/35.jpg)
89
yang ada di Kecamatan Getasan, tanah yang berada
di sekitar jalan provinsi merupakan tanah milik
masyarakat, yang rata-rata luasnya sedikit. Bagi
yang mengajukan permohonan IMB, tentu jarak
bangunan dengan garis sempadan akan
menghabiskan luas tanahnya untuk bangunan,
sehingga dalam hal ini masyarakat tidak
mengajukan IMB karena jika mengurus akan
mendapatkan penolakan. Hal ini sampai sekarang
belum ada penyelesaian mengenai hak-hak
masyarakat terkait dengan tanah yang luasannya
sempit, milik orang miskin, belum ada
penyelesaiannya sampai dengan saat ini. Selain itu,
banyak warga akhirnya membangun tidak usah
memohon IMB, mengingat pengalaman warga yang
sebelumnya mengajukan permohonan IMB,
prosedurnya yang berbelit, waktunya berbulan-
bulan, serta biayanya yang tidak sesuai dengan apa
yang tertera dalam Perda Nomor 16 Tahun 2006.
2. Syarat sosiologis, yaitu bahwa suatu hukum dapat
berfungsi apabila norma-norma yang masih bersifat
abstrak seperti yang termuat dalam pasal-pasalnya
diimplementasikan oleh para pelaksananya baik
masyarakat maupun aparat penegak hukumnya.
Dalam Perda Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun
2006 memang banyak persyaratan yang belum
memahami sosiologi masyarakat, seperti gambar
bangunan. Bagi orang desa/ masyarakat awam,
masalah gambar teknis tentu merupakan syarat
yang memberatkan, sehingga banyak warga yang
![Page 36: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/36.jpg)
90
tidak dapat memenuhi lampiran gambar yang
dimaksud dalam Perda tersebut.
Factor aparat pemberi pelayanan sekaligus penegak
hukum seringkali justru menjadi kendala. Kehadiran
pegawai di kantor yang datang terlambat, serta pelayanan
prima yang tidak dapat diwujudkan merupakan suatu
bentuk kendala dalam pelayanan masyarakat yang sering
berlarut-larut. Bahkan, ketika datang jam istirahat,
biasanya kantor sudah tinggal beberapa orang pegawai saja,
sedangkan yang lain ada yang sudah meninggalkan tempat
kerja.
Dalam hal pengawasan pelaksanaan pembangunan
bangunan yang sudah dapat IMB maupun yang tidak
mengajukan IMB pun aparat juga terkesan kurang begitu
memperhatikan, sehingga banyak berdiri bangunan yang
tidak sesuai dengan gambar yang diajukan. Hal tersebut
disebabkan karena factor kepemimpinan dan kedisiplinan
pegawai. Kepemimpinan yang sering mengalami mutasi
akibat kebijakan Bupati menjadikan kedisiplinan pegawai
menjadi berkurang. Dampaknya pegawai belum
melaksanakan tugas sesuai dengan tugas, pokok dan
fungsinya.
Sehubungan dengan sarana prasarana berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis,
memperlihatkan bahwa untuk KPPT Kabupaten Semarang
kondisi dan penyediaan sarana dan prasarana sudah sangat
menunjang untuk terselenggaraanya proses pelayanan yang
prima. Hal yang menunjang untuk terselenggaraanya proses
pelayanan yang prima diantaranya tersedianya ruang tunggu
bagi para masyarakat (pemohon) yang memadai dengan
![Page 37: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/37.jpg)
91
fasilitas ruangan ber AC, kursi, layar LCD sebagai hiburan
bagi para masyarakat (pemohon). Sementara untuk
kemudahan akses KPPT Kabupaten Semarang meyediakan
komputer dan brosur serta alamat website sebagai panduan
untuk berbagai layanan perizinan di Kabupaten Semarang.
Tetapi dilihat dari lokasi kantor tidak strategis sebagai
kantor pelayanan. Petugas KPPT sendiri mengakui akan
kurang strategisnya lokasi KPPT. Pemberian izin idealnya
dilakukan di tempat yang strategis, dan mudah dilhat orang
dengan tata ruang yang baik. Kondisi KPPT saat ini masih
belum sempurna. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan
bangunan KPPT yang cenderung tidak strategis dan kurang
mencukupi dari sisi luas bangunan.
Dari pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh
penulis, menunjukkan bahwa dalam proses pengurusan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) dilihat baik dari segi
persyaratan maupun dari segi prosedur sudah cukup jelas
dan sudah sesuai dengan peraturan tang ditetapkan yaitu
melalui Peda Kabupaten Semarang Nomor 16 Tahun 2006.
Namun, dari segi waktu pengurusan atau penyelesaian izin
masih sering terjadi keterlamabatan dalam arti tidak tepat
waktu. Hal inilah yang sering dijadikan ruang yang tepat
dimana oknum-oknum perantara (calo) menawarkan kepada
masyarakat (pemohon) untuk dibantu dalam proses
pengurusan IMB dengan alsan bisa mempercepat waktu
proses penerbitan izin.
Hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis terlihat
bahwa salah satu penyebab adanya oknum perantara (calo)
dalam proses pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB)
disebabkan karena adanya budaya masyarakat (pemohon)
![Page 38: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/38.jpg)
92
yang cenderung ingin instan (cepat) dan masyarakat
(pemohon) selalu mengatakan tidak ada waktu untuk pergi
mengurus. Akibatnya, timbul praktik rent seeker yang
memanfaatkan gap responsitas layanan permintaan izin
mendirikan bangunan (IMB), yaitu kelompok usaha karena
mampu memanfaatkan calo dapat dilayani dengan cepat,
sedangkan masyarakat awam yang mengurus secara formal
penerbitan IMB nya rata-rata lebih dari 3 bulan.
Dari hasil pengamatan terhadap perilaku aparat
pemerintahan maupun dengan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan dan pengamatan secara langsung
yang dilakukan oleh penulis, terlihat bahwa masih adanya
perilaku-perilaku yang tidak sewajarnya yang diperlihatkan
oleh aparat selama memberikan pelayanan kepada
masyarakat selaku pelayan masyarakat. Perilaku-perilaku
tersebut diantaranya ketidaksopanan aparat dalam melayani
masyarakat (pemohon) serta terjadinya perilaku
diskriminatif atau sikap membeda-bedakan antara pemohon
yang satu dengan pemohon yang lainnya. Semuanya itu
terlihat pada pelayanan pada tingkat kelurahan dan
kecamatan. Dari situ dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
antara apa yang dikatakan oleh aparatur pemerintahan
khususnya pada tingkat kelurahan dan kecamatan berbeda
dengan kenyataan yang dirasakan oleh masyarakat sebagai
penerima layanan.
Hal tersebut tentu bertentangan dengan etika
pelayanan publik yang merupakan suatu praktek
administrasi publik dan atau pemberian pelayanan publik
(delivery system) yang didasarkan atas serangkaian
tuntunan perilaku (rules of conduct) atau kode etik yang
![Page 39: BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Gambaran …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2884/4/T2... · Kabupaten Magelang dan ... perwujudan pelaksanaan Peraturan Daerah ...](https://reader031.fdocument.pub/reader031/viewer/2022011723/5a9ce3457f8b9a79548b85bd/html5/thumbnails/39.jpg)
93
mengatur hal-hal yang “baik” yang harus dilakukan atau
sebaliknya yang “tidak baik” agar dihindarkan2. Melihat hal
tersebut, maka penulis melihat etika pelayanan masyarakat
sebagai perilaku aparat pemerintahan ketika dibutuhkan
oleh masyarakat yang akan mendapatkan pelayanan serta
perilaku dalam menanggapi keluhan dan kesulitan
masyarakat yang dilayani, semuanya ini sangat terkait
dengan perilaku dan tindakan aparat yang bertindak sebagai
birokrat dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
2 Agung Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan Publik,
Yogyakarta: Pembaruan