BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN SOSIAL...
Transcript of BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN SOSIAL...
BAB III
GAMBARAN UMUM YAYASAN SOSIAL SOEGIJAPRANATA
DAN POLA PENGEMBANGAN SOSIAL KEAGAMAAN
PADA MASYARAKAT MISKIN DI SEMARANG
Bab ini menguraikan lebih jauh tentang gambaran umum Yayasan Sosial
Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang meliputi sejarah singkat berdirinya,
dan gambaran organisasinya serta macam-macam kegiatannya dalam
mengembangkan pelayanan sosial keagamaan pada masyarakat miskin di Kota
Semarang.
A. GAMBARAN UMUM YAYASAN SOSIAL SOEGIJAPRANATA
KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG
1. Sejarah Berdirinya Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung
Semarang
Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang
adalah suatu lembaga swadaya masyarakat yang berada di bawah naungan
Keuskupan Agung Semarang. Yayasan ini didirikan untuk melanjutkan
semangat Monsingjur (Mgr.) Albertus Soegijapranata S.J dalam membela
dan melayani para penyandang masalah sosial. Mgr. Albertus
Soegijapranata S.J dilahirkan di Surakarta tahun 1896 dari keluarga Islam
abangan dan abdi dalem keraton. Kemudian ia pindah ke Yogyakarta,
melamar dan diterima di sekolah Katolik di Muntilan. Walaupun ia tegas-
tegas menolak untuk menjadi Kristen (1909) akhirnya dia dibaptis pada
tahun 1910 dan kemudian menjadi guru di Muntilan (1915). Dari sini, dia
kemudian belajar bahasa Latin Yunani karena ingin menjadi imam
Yesuit. Pada tahun 1940 ia diangkat Paus Pius XII menjadi vikalis
Apostolik Semarang yang pertama. Adanya kerusakan materiil dan
kelesuan rohani vikariat Semarang menjadi beban berat baginya, oleh
karena itu beliau berusaha mengadakan pemulihan, selain itu beliau juga
merasakan perlu meletakkan dasar yang kuat bagi perkembangan umat
34
Katolik di negara merdeka dengan tuntutan zaman yang baru, khususnya
integrasi di masyarakat Indonesia. Berbagai usaha beliau lakukan dalam
memberikan perhatian dan dukungan terhadap orang-orang miskin, beliau
juga menyerukan agar umat Katolik berjuang dalam kesejahteraan
bersama tanpa pamrih. Mgr. Albertus Soegijapranata diangkat menjadi
Uskup Agung Semarang yang I (1961) dan mengikuti sidang I Konsili
Vatikan II (1962). Sangat disayangkan karena kesibukannya yang padat,
beliau sakit dan meninggal dunia pada tanggal 6 Juli 1963. Atas perintah
Presiden, beliau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal
Semarang, dalam upacara kemiliteran. Sebagai Uskup ABRI yang
pertama, ia diberi pangkat Jendral (Anumerta) dan dinyatakan sebagai
Pahlawan Nasional.1
Demikian nama Mgr. Albertus Soegijapranata S.J. diabadikan
untuk menjadi nama Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung
Semarang. Sebagai langkah awal, sisa pembuatan cungkup Mgr. A.
Soegijapranata S.J. dipakai modal untuk mendirikan yayasan dan
kegiatan-kegiatannya dalam membantu rakyat yang kekurangan pangan
karena paceklik, hama dan muslim kering. Penggunaan dana tanpa
disertai pemasukan mengakibatkan makin menipisnya dana sisa
pembuatan cungkup. Oleh karena itu, Yayasan Sosial Soegijapranata
berusaha untuk mencari dana ke Gereja dan orang-orang yang mampu
untuk dapat melanjutkan kegiatan yayasan. Ketua pelaksana yayasan yang
pertama adalah Romo (Rm.) J. Harsasusanta, Pr. Tetapi karena tugas
beliau semakin banyak, kedudukannya sebagai ketua Yayasan Sosial
Soegijapranata diserahkan kepada Bruder (Br.) Servasius, FIC. Beliau
adalah seorang biarawan yang memiliki semangat tinggi dalam membela
yang lemah, serasi dengan semangat Yayasan Sosial Soegijapranata
dalam mewujudkan jiwa sosial Mgr. Albertus Soegijapranata. Hal ini
terbukti dengan kemampuannya membuka jaringan yang luas dalam
1 Adolf Heuken S.J., Ensiklopedia Gereja, Jilid IV, (Jakarta : Cipta Loka Caraka, 1991),
hlm. 426-432
35
menghimpun dana untuk memperkenalkan dan demi kelangsungan
Yayasan Sosial Soegijapranata. Kepemimpinannya berakhir setelah beliau
meninggal dunia pada bulan Januari 1999.2 Saat ini Yayasan Sosial
Soegijapranata beralamat di Jl. Pandanaran II Semarang.
2. Gambaran Organisasi Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang
a. Akta Pendirian Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang
Kata yayasan dalam kamus Bahasa Indonesia mengandung
artian suatu (organisasi) yang mengusahakan sesuatu dan telah
dikuatkan secara hukum.3 Yayasan Sosial Soegijapranata yang
didirikan pada tanggal 22 Juli 1963 telah syah secara hukum sebagai
yayasan dengan Akta Notaris RM Suprapto Nomor 06, tanggal 2
September 1963.
Akta tersebut telah diperbaharui :
1) Akta Notaris K. Gondodiwiryo dengan nomor 30, tanggal 21
Agustus 1967
2) Akta Notaris Siswandi Aswin dengan nomor 42, tanggal 18 Maret
1985
3) Akta Notaris Angeligue Tedjajuwono, SH dengan nomor 34,
tanggal 7 Oktober 1995.4
Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang mencita-citakan
terwujudnya masyarakat yang berdaya dan mandiri dengan semangat
cinta kasih Allah, terutama masyarakat kecil, lemah, miskin dan
tersingkir.
b. Pengurus Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang
Salinan dari Akta Notaris tentang pengurus Yayasan Sosial
Soegijapranata yang pertama :
2 Paulus Mujiran, Pedoman Kerja Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung
Semarang, 1991, hlm. 1-2 3 Sukhan Yasyin (ed.), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya : Amanah, 1997),
hlm. 508 4 Paulus Mujiran, op.cit., hlm. 3
36
1) Dewan pengurus yayasan yang pertama terdiri dari 5 orang,
masing-masing dalam kedudukannya sebagai : Ketua, Panitera,
Bendahara dan Anggota-anggota.
2) Mereka diangkat dan diberhentikan oleh wali Gereja Semarang
atau wakilnya.
3) Bendahara yayasan haruslah seorang pastor
4) Sesuai dengan ketentuan tersebut dalam ayat-ayat di atas dalam
pasal ini maka pengurus pertama yayasan ini adalah :
Ketua : Tuan Augustinus Ismantono Sardjana Hukum,
Partikular, bertempat tinggal di Jl. Gunung Bolo 19
Semarang
Penulis : Tuan Apolinarin Soepriyo, Wakil Pemimpin Umum
Harian “Suara Merdeka”, bertempat tinggal di Jl.
Mrican 7 Semarang
Bendahara : Tuan Yustinus Darmojuwono
Anggota : Tuan Paulus Soetarto, Partikuler, bertempat tinggal
di Jl. Sumur Bong 642 Semarang, Tuan Antonius
Ignatius Gam Siauw Tang, Partikuler, bertempat
tinggal di Jl. Pandanaran 34 Semarang.
37
STRUKTUR ORGANISASI
YAYASAN SOSIAL SOEGIJAPRANATA SEMARANG
Nama-nama pengurus Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung
Semarang periode tahun 2003-2004, sebagai berikut :
Badan Pembina : 1. Mgr. Ignatius Suharyo
Alamat : Jl. Pandanaran No. 13
2. RM. J. Sukardi, Pr
Alamat : Jl. Pandanaran No. 09
Badan Pengawas : 1. RM. Puja Sumarta, Pr
Alamat : Jl. Pandanaran No. 13
2. Ny. DR. Agnes Widanti, SH. CN
Alamat : Jl. Erlangga Barat V No. 6
3. Bpk. F. Supono HN
Alamat : Jl. Genuk Perbalan
Badan Pengurus : 1. Ketua : RM. Aloysius Gonzaga Luhur Priadi, Pr
Alamat : Jl. Pandanaran No. 09
Badan Pembina
Badan Pengurus
Badan Pengawas
Direktur
Personalia Operasional Humas KeuanganSekretariat
38
2. Sekretaris : Ny. AM. Liliek Hardianti, SH
Alamat : Jl. Singosari H. No. 57
3. Bendahara : Bpk. St. M. Haris Budi Sutyono
Alamat : Jl. Tanah Mas
4. Anggota : - Ny. MC. Wiwiek Purwaningsih
Alamat : -
- Bpk. Budi Hendrawan
Alamat : Jl. Puri Anjasmoro
- Bpk. Aryanto
Alamat : Jl. Taman Kelud II A
Direktur : Br. Paulus Mujiran, FIC
Alamat : Jl. DR. Sutomo No. 04
Sekretariat : Ignatia Tyas Mulyani, AMd
Alamat : Jl. Wonidri Baru Gang III No. IB
Keuangan : Susana Susi Kristiana
Alamat : Jl. Wato-wato Perum. Bukit Permata Puri
Ngaliyan
Personalia : Ibu Rosa Parni
Alamat : Perum Puri Satria Gunung Pati
Operasional : Bpk. Y.P. Soetomo
: Alamat : Jl. Sriwibowo Dalam
Humas : Bapak. F. Budiyono
Alamat : Jl. Tlaga Sarangan No. 24
Sebagaimana organisasi-organisasi lain, masalah pendanaan selalu
menjadi hal yang utama. Untuk mendapatkan pemasukan bagi organisasi,
maka yayasan mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak, diantaranya
sebagai berikut :5
1. Departemen pendidikan dan kebudayaan
2. Departemen sosial
5 Susana Susi Kristiana, Staf Keuangan Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang,
Wawancara di Kantor Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang, tanggal 29 Juli 2003
39
3. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat
4. Gubernur Jawa Tengah
5. Para donatur tetap tiap bulan
6. Kontribusi-kontribusi (peminjaman mobil Yayasan Sosial Soegijapranata)
7. Keuskupan Agung Semarang
8. Bantuan Insidental dari Masyarakat
9. Dan lain-lain
Hal yang utama adalah mencari dana sebanyak mungkin demi
kelangsungan yayasan dalam melaksanakan pelayanan pada mereka yang
miskin dan tidak mampu. Oleh karenanya Yayasan Sosial Soegijapranata
menjalin kerjasama yang kuat dengan pemerintah, serta ditumbuhkan
kerjasama dengan negara lain.
Untuk menjamin kelangsungan karya Yayasan Sosial Soegijapranata
Keuskupan Agung Semarang, maka harus selalu dijaga antara jumlah
karyawan yang meninggalkan dan yang masuk ke yayasan. Oleh karena itu
penambahan dapat dilakukan untuk mengganti maupun memperluas lapangan
pekerjaan sebagai wujud nyata dari perluasan kegiatan pelayanan. Syarat
keanggotaan Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang :
(tahap-rekruitmen) :
1. Seleksi, setiap calon tenaga kerja yang berkeinginan bekerja diangkat
menjadi pegawai di Yayasan Sosial Soegijapranata harus mengajukan
lamaran dengan syarat :
a. Fotocopy ijazah terakhir
b. Surat keterangan kesanggupan ditempatkan di semua unit pekerjaan
yayasan
c. Fotocopy surat baptis (bagi yang beragama katolik)
2. Orientasi, tahap orientasi merupakan kesempatan pada calon penerima
pekerjaan untuk menyelesaikan diri dengan tugas dan situasi kerja,
selama 3 bulan.
40
3. Pengangkatan, jika calon karyawan lulus dalam tahap orientasi, maka ia
akan diangkat menjadi karyawan Yayasan Sosial Soegijapranata.6
Demikian dapat disimpulkan bahwa keanggotan dari Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang melalui tahap-tahap, dan syarat keanggotaan dari pemeluk Agama Katolik tidak menjadi prioritas utama. Hal ini terbukti dengan diterimanya pemeluk agama lain seperti seorang muslim menjadi karyawan Yayasan Sosial Soegijapranata. Keanekaragaman agama pada karyawan Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang tidak menghambat karya pengembangan dan pelayanan dari organisasi. Berikut daftar karyawan Yayasan Sosial Soegijapranata yang beragama selain Agama Katolik melainkan Islam, diantaranya : 1. Ibu Khamidah, beralamat di Jl. Lepdosari Semarang
2. Ibu Rokhayati, beralamat di Jl. Rumpun Diponegoro Banyumanik
3. Ibu Endah, beralamat di Jl. Srikuncoro Kalibanteng Semarang
4. Ibu Umanah, beralamat di Jl. Grobogan Semarang
5. Ibu Narni, beralamat di Jl. Sambiroto Semarang
6. Ibu Edi, beralamat di Jl. Banyumanik
7. Pak Sujadi, beralamat di Jl. Mukti Harjo Kidul.7
Dengan melihat para karyawan-karyawan muslim tersebut
menampakkan adanya bentuk kerjasama antara para pemeluk agama dalam
membantu dan menolong mereka yang miskin dan hal itu merupakan wujud
nyata dari misi Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang.
B. POLA PENGEMBANGAN SOSIAL KEAGAMAAN YAYASAN SOSIAL
SOEGIJAPRANATA KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG PADA
MASYARAKAT MISKIN
1. Masyarakat Miskin Menurut Yayasan Sosial Soegijapranata
Yayasan Sosial Soegijapranata adalah sebuah lembaga swadaya
(LSM) yang bernaung di bawah Keuskupan Agung Semarang yang
bergerak dalam pelayanan kepada masyarakat penyandang masalah sosial
6 Ibid 7 Bapak Sujadi, Karyawan Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang, Wawancara di Kantor
Yayasan Sosial Soegijapranata, tanggal 30 Juli 2003
41
terutama mereka yang miskin. Miskin di sini meliputi mereka yang kecil,
lemah, terlantar dan hidup di jalanan, orang yang kekurangan pangan dan
sandang. Dalam mengadakan pelayanan terhadap mereka Yayasan Sosial
Soegijapranata tidak membedakan suku, ras, golongan maupun agama.
Bantuan yang diberikan adalah bantuan yang memberdayakan
masyarakat, meski tidak tertutup kemungkinan terhadap bantuan-bantuan
yang bersifat kharitatif. Untuk kepentingan tersebut, Yayasan Sosial
Soegijapranata menerapkan beberapa kriteria penerima bantuan sebagai
berikut :8
a. Seseorang yang hendak mengajukan permohonan bantuan hendaknya
datang sendiri ke kantor Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan
Agung Semarang
b. Seseorang yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis
dengan menyertakan latar belakang pengajuan permintaan bantuan
kondisi sosial ekonomi keluarga, prioritas masalah, serta indikator
bilamana bantuan tersebut diberikan seperti dampaknya bagi keluarga
dan masyarakat. Sebagai contoh : seseorang yang mengajukan
beasiswa untuk anak sekolah diharapkan setelah yang bersangkutan
menerima bantuan ada peningkatan kualitas belajar, kenaikan nilai
dan rajin dalam belajar.
c. Bantuan hanya akan diberikan untuk hal-hal yang sifatnya menunjang
kelangsungan hidup masyarakat, keluarga, kesehatan, sekolah, janda,
jompo dan anak-anak terlantar serta yatim piatu. Sedangkan bantuan
yang sifatnya fisik seperti merenovasi rumah, membangun rumah,
membeli atau mereparasi kendaraan, penyertifikatan tanah, membayar
hutang, dan sebagainya tidak dilayani oleh Yayasan Sosial
Soegijapranata.
d. Bantuan bisa diberikan dalam bentuk hibah murni atau pinjam
meminjam tergantung dari kesepakatan antara yayasan dan ketua
pelaksana dengan klien yang bersangkutan.
8 Ibid., hlm. 45
42
e. Bantuan beasiswa hanya diperuntukan bagi mereka yang bersekolah,
hanya untuk membayar SPP sejumlah 50 % separo dari yang
seharusnya dibayar.
f. Bantuan untuk modal usaha diharapkan dapat dilayani oleh Unit
Kredit Candak Kulak.
g. Permohonan Bantuan untuk tempat tinggal dapat dilayani oleh bagian
pemukiman.
h. Karena situasi darurat atau bencana alam atau musibah atau
kecelakaan atau kematian mendadak, yayasan dapat memberikan
bantuan semampunya sesuai dengan kondisi keuangan Yayasan Sosial
Soegijapranata.
Karya kerasulan sosial Yayasan Sosial Soegijapranata
dimaksudkan untuk melayani semua manusia dalam konteks seluas-
luasnya tanpa membedakan suku, agama dan golongan demi mengantar
manusia kepada Tuhan dan tujuan keselamatan manusia. Karya pelayanan
sosial ini diharapkan :
a. Karya pelayanan sosial hendaknya lebih diarahkan pada pembentukan
sikap manusia dengan memberikan semangat, motivasi, kemandirian,
kejujuran dan ketahanan diri.
b. Karya pelayanan sosial juga menjadikan terbentuknya moral yang
baik, berbudi pekerti yang baik, memiliki integritas moral yang baik,
bertaqwa kepada Tuhan. Jelasnya bukan menjadikan masyarakat
miskin sebagai obyek pekerjaan pelayanan sosial melainkan bersama
menuju Tuhan.
c. Pelayanan sosial tidak terlepas dari masalah iman dan moral. Oleh
karenanya secara periodik dan berkala semua pelayanan sosial baik
karyawan, relawan maupun pekerja sosial mendalami sabda Tuhan
dan merenungkannya, sehingga kesatuan dan persaudaraan sejati
tumbuh dengan subur. Do’a menjadi kekuatan dalam menjalankan
karya kerasulan sosial.
43
d. Pelayanan sosial dilaksanakan dengan meneladani Ibu Maria, dengan
melampaui batas-batas keagamaan, suku, budaya, ras. Kasih
persaudaraan menjangkau semua manusia.
e. Orang miskin, lemah dan cacat serta kekurangan menjadi prioritas
utama karya pelayanan Yayasan Sosial Soegijapranata.9
2. Pola-pola Pengembangan Sosial Keagamaan pada Masyarakat Miskin di
Semarang.
Dalam bagian ini akan disebutkan beberapa dari bentuk
pengembangan sosial yang dilakukan oleh Yayasan Sosial Soegijapranata
Semarang. Sedangkan pola pengembangan keagamaan yang dimaksud
adalah bukan pengembangan agama dalam arti misionari Kristen,
melainkan lebih ditekankan pada penerapan ajaran agama terutama
keteladanan Yesus dalam membantu dan menolong masyarakat miskin di
kota Semarang.
Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang
merupakan yayasan yang kegiatannya dijiwai oleh semangat cinta kasih
Kristiani serta dilandasi oleh semangat Injil. Sebagaimana yayasan-
yayasan sosial lain, Yayasan Sosial Soegijapranata pun memberikan
pelayanan di beberapa bidang, diantaranya :
a. Pemberdayaan Anak Jalanan
Kegiatan ini ditujukan untuk mendampingi dan menemani
anak-anak jalanan yang tersebar di Kota Semarang. Oleh karenanya
Yayasan Sosial Soegijapranata Keuskupan Agung Semarang sebagai
lembaga sosial masyarakat pelaksana Pilot Project Rumah Singgah di
Jawa Tengah (sebagaimana pelaksana proyek INS / 94 / 007)
kerjasama antara Departemen Sosial RI dengan UNDP (United
Nations Development Programme), maka didirikan Rumah Singgah :
“Anak Bangsa” di Semarang. Proyek ini dimulai 1 April 1997, berikut
dasar penyelenggaraan Rumah Singgah :
9 Ibid., hlm. 42
44
1) Surat keputusan bina kesejahteraan sosial Departemen Sosial RI
No. 097 / FM / 94 / 007 tertanggal 17 Februari 1997
2) Surat keputusan kepala kantor wilayah Departemen Sosial
Propinsi Jawa Tengah No. 32.9 / AJ.01 / IV / 97 tertanggal 1 April
1997.10
Ditunjuknya Yayasan Sosial Soegijapranata sebagai pelaksana
Rumah Singgah Anak Bangsa ini karena yayasan ini mempunyai
pengalaman menangani tunawisma termasuk anak-anak terlantar.
Rumah Singgah Anak Bangsa atau disingkat RSAB, yang
dikoordinir pertama kali oleh Bapak T. Yos Soetopo, pertama kali
didirikan di Jalan Letnan Jendral Soeprapto No. 52 A Semarang.
Kemudian pada tahun 1999 berpindah lokasi di Jl. Poncowolo Timur
I/422 Semarang. Dan mulai tahun 2002 sampai sekarang pindah ke Jl.
Emplak No. I Semarang. RSAB dari tahun 1997 hingga sekarang
telah berhasil mendampingi anak jalanan sebanyak 1.750 anak.
Adapun tujuan didirikannya Rumah Singgah Anak Bangsa,
diantaranya :
1) Memberdayakan keluarga anak jalanan dan lingkungan sosial
masyarakat ke arah terwujudnya kepedulian, kesadaran dan
dukungan terhadap program penanggulangan permasalahan anak
jalanan.
2) Membentuk kembali sikap dan perilaku anak sesuai dengan nilai
dan norma yang berlaku di masyarakat
3) Mengembangkan ajaran cinta kasih dalam merealisasi karya
pelayanan dalam pendampingan terhadap anak jalanan.
Menurut Ibu Resti, pengurus Rumah Singgah Anak Bangsa
(RSAB), ada beberapa program yang dilakukan RSAB menangani
anak jalanan di Semarang. Berikut program-program tersebut :
1) Program SPSDP I (Social Protection Sector Development
Program I) tahun 1998-1999, dalam program ini memberikan
10 T. Yos Soetopo, Pedoman Kerja Rumah Singgah Anak Bangsa, 2002, hlm. 1
45
beasiswa pada 217 anak. Karena masih adanya para pendonor
dana maka program ini masih berlangsung sampai sekarang.
2) Program HNSDP (Health and Nutrition Sector Development
Program) tahun 2000-2001, program ini pun masih berlanjut
sampai sekarang. Dalam HNSDP ini di mana yang ditangani tidak
hanya anak jalanan saja tetapi sampai kepada keluarga mereka.
Program ini diberikan pada 40 anak jalanan yang mendapatkan
beasiswa sekaligus termasuk keluarganya (40 keluarga). Selain
pemberian beasiswa juga dalam hal kesehatan serta makanan yang
bergizi.
3) Program APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) tahun
2001. Dalam program ini yang ditangani ada 200 anak jalanan
dengan 50 anak pemberdayaan atau pemberian keterampilan.11
Untuk pertama kalinya Rumah Singgah Anak Bangsa
mengambil 150 anak jalanan didampingi dari berbagai komunitas
yang ada di Semarang. Berikut metode pemdampingan terhadap anak-
anak jalanan tersebut :
1) Penjangkauan
Penjangkauan dilakukan untuk mengadakan perkawanan,
pengenalan dan mengetahui keadaan anak di lapangan serta dapat
memperoleh data yang dibutuhkan rumah singgah. Dari data
penerima beasiswa banyak anak yang sudah lulus, pindah atau
drop out sehingga diperlukan penggantinya.
2) Identifikasi
Pekerja sosial identifikasi ulang penerima beasiswa ke
rumah anak jalanan untuk memperoleh data yang akurat. Selain
itu kegiatan ini berupa menginventarisasi dan pengkajian tentang
riwayat hidup anak, potensi dan kehidupan anak, serta kebutuhan
hidupnya.
11 Resti Lusila, Pengurus Rumah Singgah Anak Bangsa (RSAB), wawancara di Kantor
RSAB, tanggal 17 Juli 2003
46
3) Problem assesment
Bagi anak jalanan yang mendapat permasalahan, sedapat
mungkin dari RSAB memberikan solusi atau pemecahan dari
permasalahan tersebut.
4) Pelayanan meliputi :
Pelayanan kesehatan, bagi anak-anak yang sakit diberikan
pelayanan pemeriksaan dan pengobatan
Advokasi, bagi anak jalanan yang mendapat masalah dalam
hal atau yang bersangkutan dengan kepolisian maka sebisa
mungkin diadakan pelayanan ini. RSAB akan membantu anak
jalanan tersebut secara hukum.
5) Bantuan :
Beasiswa
Bagi anak jalanan yang masih sekolah dan kekurangan
biaya, maka bisa datang ke RSAB untuk mengajukan
permohonan beasiswa. Beasiswa diberikan sebesar 50 %
separo dari biaya SPP sekolah. Tiap bulan selama masa
proyek, maksimal sebesar Rp. 35.000 per bulan per anak
selama kurun waktu 6-12 bulan.
Makan
Makan secara gratis diberikan untuk membantu anak
jalanan yang singgah ke RSAB. Bentuk makanan sesuai dari
donatur yang menyediakan.
Wirausaha
Bagi keluarga anak jalanan ataupun dari anak jalanan
sendiri dibantu dengan pinjaman uang agar mereka dapat
berwirausaha.
6) Pendampingan anak
Bimbingan moral
Anak jalanan selain mendapatkan bimbingan secara
fisik seperti pendampingan belajar dan keterampilan, yang
47
lebih diutamakan adalah bimbingan secara moral. Bimbingan
moral ini merupakan upaya mengenalkan kembali norma,
situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Hal ini
dimaksudkan agar anak jalanan mampu membetulkan sikap
dan perilaku sehari-hari yang akhirnya akan mampu
menumbuhkan keberfungsisosialan anak.
Pendalaman iman
Pendalaman iman perlu dilakukan untuk menjadikan
anak bisa mengenal dan mendalami agama yang dianutnya.
Pendampingan dalam pendalaman iman ini disesuaikan
dengan agama dari masing-masing anak jalanan. Iman Katolik
untuk mereka yang beragama Katolik dengan mengutamakan
kasih sayang serta cinta kasih dalam membina persahabatan
dan bermasyarakat. Bagi pengurus RSAB pada masa-masa
tertentu misalnya pada waktu APP (Aksi Puasa Pembangunan)
atau pada saat adven menjelang Natal diselenggarakan
pendalaman iman tingkat unit atau kantor. Hal ini bisa berupa
pembinaan, sharing pengalaman,dan bentuk-bentuk lain yang
disepakati bersama.
Pelatihan keterampilan
Pelatihan keterampilan yang diberikan pada anak
jalanan berupa keterampilan yang mudah laku atau selalu
dibutuhkan oleh masyarakat. Misalnya ketrampilan menjahit,
bengkel dan alat musik.
b. Panti Asuhan Cacat Ganda Bhakti Asih
Atas dukungan berbagai pihak baik instansi pemerintah
maupun badan atau yayasan sosial yang ada di Jawa Tengah,
khususnya restu serta bantuan Bapak Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Tengah pada tanggal 11 Maret 1985 Panti Asuhan
Cacat Ganda Bhakti Asih resmi didirikan di Rembang (Jawa Tengah).
Gagasan tersebut di atas merupakan ide dari Bapak Kardoyo
48
Karyosumarto (Mantan Kakanwil Departemen Sosial Jawa Tengah)
selaku Ketua I BKKKS (Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan
Sosial) propinsi Dati II Jawa Tengah dengan masa jabatan sampai
dengan periode tahun 1988.
Dalam perkembangan selanjutnya, mengingat pelayanan anak
cacat ganda memerlukan pembinaan dan pengawasan maka PACG
“Bhakti Asih” diputuskan untuk pindah ke Semarang pada tanggal 12
April 1986 dengan menyewa pada Asrama Putri Yayasan Gedung
Wanita Semarang selama dua tahun empat bulan yang berlokasi di
Jalan Pahlawan No. 153 Semarang. Hal ini guna memperlancar
pembinaan, pengawasan serta mendekatkan fasilitas kesehatan juga
fasilitas-fasilitas lain yang lebih memadai di Ibukota Propinsi.
Pada tanggal 27 Mei 1988 PACG “Bhakti Asih” pindah menempati gedung baru yang dibangun Yayasan Sosial Soegijapranata yang berlokasi di Jl. Dr. Ismangil No. 18 Bongsari Semarang Barat. Kemudian pada tanggal 17 September 1988 resmi diserahkan pada Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang. Pelaksanaan peresmian ini dilakukan oleh Ibu Gubernur Jawa Tengah (Ibu Ismail) selaku penyantun BKKKS Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Kapasitas PCAG Bhakti Asih sebanyak 30 orang dengan sasaran pelayanan anak usia 1-12 tahun baik putra maupun putri yang menderita cacat mental, dan cacat fisik berat (un udecable).
Kegiatan atau proses pelayanan dalam Panti Asuhan Cacat
Ganda Bhakti Asih Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang :
1) Seleksi atau penempatan
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengadakan seleksi baik
administratif maupun keadaan calon anak cacat
2) Asuhan dan perawatan
a) Asuhan, meliputi : pengawasan, pemberian makan,
pemeriksaan dan pengobatan
b) Perawatan, meliputi : perawatan fisik, fisio terapi, pembinaan
mental atau kasih sayang
49
3) Case Conference (C.C)
Case conference (studi kasus) di sini terutama untuk mempelajari
sebab-sebab dari sudut sosial psikologis serta kemungkinan
rehabilitasi pada anak-anak cacat.
4) Pembinaan lanjut
Pembinaan lanjut ditujukan kepada klien (anak cacat) yang telah
kembali pada keluarganya agar tetap mendapatkan perhatian dan
kasih sayang sebagaimana mestinya.12
ACARA KEGIATAN HARIAN
PANTI ASUHAN CACAT GANDA “BHAKTI ASIH”
Jam 05.00 : Memandikan anak
(setelah mandi anak dipindahkan ke teras
belakang atau ruang rekreasi)
06.00 : Makan pagi (setelah makan anak
dipindahkan ke teras bermain)
08.00 : Fisioterapi
09.30 : Makan snack
10.00 : Terapi belajar atau bermain atau santai
12.00 : Makan siang (setelah makan anak dipindah
ke kamar atau box)
13.00 : Istirahat siang
14.30 : Makan buah
15.00 : Mandi sore (setelah mandi anak dipindah ke
ruang rekreasi)
16.00 : Makan sore (setelah makan anak dipindah
ke kamar atau box)
18.00 –
20.00
: Anak diberi minum susu (kalau perlu
malam hari anak lapar diberi biskuit)
20.00 : Tidur
12 Pedoman Kerja Panti Asuhan Cacat Ganda Bhakti Asih, hlm. 1&4
50
Berdasarkan pada kegiatan anak-anak cacat ganda tersebut,
adapun unsur pendalaman iman atau bimbingan beragama kurang bisa
dilaksanakan. Hal ini disebabkan adanya cacat mental pada anak-anak
tersebut sehingga sulit berkomunikasi dengan baik. Dari pihak PACG
Bhakti Asih Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang mencoba
mendampingi mereka dengan pedoman ajaran kasih sayang yang
diajarkan Yesus untuk menyayangi serta membantu mereka yang tak
berdaya, lemah atau terlantar. Berikut motto PACG Bhakti Asih YSS
Semarang : “Bawalah cinta kasih yang anda terima dari Tuhan
secara tulus tanpa pamrih, dan salurkan pada anak-anak asuh kami
yang merindukan belaian cinta kasih sayang”. Dari motto tersebut
jelaslah bahwa PACG Bhakti Asih menerapkan ajaran cinta kasih
yang diteladankan Yesus dalam membantu dan membimbing mereka
yang cacat fisik dan mental.
Dalam melaksanakan pelayanan tersebut tentunya tidak lepas
dari kerja sama dengan pihak-pihak lain, seperti dalam bantuan dana,
PACG Bhakti Asih memperolehya dari :
1) Subsidi Gubernur Propinsi Jawa Tengah
2) Kanwil Depsos Propinsi Jawa Tengah
3) P.I.K.A Semarang, berupa peralatan fisioterapi (kursi, meja,
kereta)
4) BKKKS Propinsi Jawa Tengah, berupa peralatan-peralatan panti
5) Yayasan Sosial Soegijapranata pusat, berupa perawatan dan
pemeliharaan gedung
6) Bantuan insidental masyarakat.13
c. Karya Pemukiman Yayasan Sosial Soegijapranata
Karya pemukiman ini merupakan karya yang sebenarnya
dalam tahap penyelesaian atau sudah tidak begitu aktif dilakukan lagi
oleh Yayasan Sosial Soegijapranata. Karya ini berawal pada tahun
13 Yohana, Bendahara Panti Asuhan Cacat Ganda Bhakti Asih, Wawancara di Kantor
PACG Bhakti Asih, tanggal 24 Juli 2003
51
1963, ketika itu Yayasan Sosial Soegijapranata (YSS) Semarang
sedang mencari program untuk bantuan pangan kepada masyarakat
miskin, lemah dan terlantar. Pada saat itu Yayasan Sosial
Soegijapranata mendapat bantuan program dari Catholic Relief
Service (CRS). Begitu Yayasan Sosial Soegijapranata mendapat
program dari CRS, Br. Servas bersama para karyawan Yayasan Sosial
Soegijapranata berkeliling mencari para gelandangan untuk dibagikan
bahan pangan dari CRS tersebut. Dari hasil keliling itu ternyata
banyak gelandangan yang mengeluh kepada Bruder bahwa yang
paling penting dan mendesak adalah rumah sebagai tempat tinggal.
Hal ini mereka rasakan karena sebelumnya mereka hidup di kolong
jembatan, di jalanan dan di pinggir-pinggir rel kereta api, serta di
emperan toko dan pasar. Menanggapi permasalahan ini, Burder
Servas tersentuh untuk segera menolong para gelandangan tersebut
dengan cara bertransmigrasi swakarsa ke Sumatera dan Kalimantan.
Sebelum mereka diberangkatkan, Yayasan Sosial Soegijapranata
mencari lahan sebagai tempat penampungan sementara di daerah
Tanggulrejo, Gunung Brintik, Barutikung dan Tambak Dalam.
Lahan sebagai tempat penampungan itu merupakan lahan
gratis yang diberikan oleh pemerintah dan kemudian Yayasan Sosial
Soegijapranata mulai mendirikan rumah sederhana berukuran 4 X 6
meter yang dibangun dari bahan bambu. Para gelandangan ditampung
di rumah tersebut sekitar satu tahun, baru kemudian dilaksanakan
program transmigrasi ke Sumatera dan Kalimantan. Pada saat
penampungan, ternyata sebagian dari para gelandangan tersebut
merasakan kerasan dan betah untuk tetap tinggal di tempat
penampungan. Oleh karenanya mereka tetap tinggal dan tidak
mengikuti program transmigrasi.
Berangkat dari permasalahan inilah, kemudian Yayasan Sosial
Soegijapranata membeli lahan di Muktiharjo, Sambiroto, Mayangsari,
Deliksari, Kalionong, dan Kuripan yang dibeli secara bertahap. Di
52
Muktiharjo terdapat tiga wilayah yakni Muktiharjo I, II dan III.
Jumlah penduduk (para gelandangan) di sana kurang lebih ada 1100
orang dengan 327 rumah. Dengan adanya perumahan yang semula
hanya sebagai tempat penampungan sementara dan akhirnya menjadi
tempat tinggal itu, menjadikan Yayasan Sosial Soegijapranata
memiliki kelompok pendampingan. Di mana para gelandangan yang
menetap di penampungan diminta untuk membeli rumah dengan cara
mengangsur. Jumlah angsuran yang dibebankan disesuaikan dengan
kamampuan para gelandangan.
Rumah sederhana beserta pekarangan seluas sekitar 12 X 4
meter dan 10 X 10 meter untuk keluarga itu dibeli dengan harga Rp.
60.000 dengan sistem mengangsur Rp. 50 setiap harinya. Karena dari
kelompok pendampingan Yayasan Sosial Soegijapranata terlalu
dibebankan dengan kesibukan menarik angsuran setiap harinya, maka
dimusyawarahkan dan akhirnya disepakati angsuran tiap bulan
sebesar Rp. 1.500.
Sekarang, di daerah Muktiharjo terdapat banyak perumahan
dari para gelandangan. Kehidupan mereka sebagaimana masyarakat
lainnya. Mengenai kehidupan beragama, atas prakarsa dan swadaya
serta bantuan dari pemerintah, mereka berhasil mendirikan sebuah
masjid, untuk keperluan beribadat mereka karena sebagian besar dari
para gelandangan tersebut beragama Islam. Terlepas dari perbedaan
agama, Yayasan Sosial Soegijapranata masih tetap memberikan
pendampingan pada mereka. Bahkan Yayasan Sosial Soegijapranata
kemudian memperluas pemukiman untuk para gelandangan di Kota
Semarang. Tujuan dari yayasan adalah agar para gelandangan bisa
kembali lagi berbaur dengan masyarakat, tanpa menerapkan asas
Kristiani pada mereka melainkan dengan tetap menghormati agama
dari para gelandangan tersebut. Perumahan yang didirikan bukan
tujuan akhir dari Yayasan Sosial Soegijapranata, tetapi langkah awal
untuk melakukan pendampingan, agar para gelandangan bisa
53
membentuk masyarakat yang baik. Dengan menempati perumahan
yang sederhana, para gelandangan yang berasal dari urban datang ke
Semarang untuk mengadu nasib tetapi gagal, dapat memiliki status
jelas sebagai warga Indonesia dan mampu kembali ke masyarakat.
Dalam melakukan program pendampingan kepada para
gelandangan yang sudah bermukim ini, yang juga merupakan karya
Yayasan Sosial Soegijapranata yang pertama, Yayasan Sosial
Soegijapranata bekerjasama dengan Babinsa (koramil ditingkat
kecamatan), kecamatan dan kelurahan. Dengan adanya pemukiman
yang dibina Yayasan Sosial Soegijapranata, ternyata pemukiman
tersebut menjadi ajang percontohan bagi warga lain.14
d. Beasiswa
Program beasiswa Yayasan Sosial Soegijapranata muncul
sebagai respon atas krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda
Bangsa Indonesia. Khususnya masyarakat di Kota Semarang. Banyak
anak-anak usia sekolah yang terpaksa drop out dan tidak mempunyai
kesempatan memperoleh pendidikan. Situasi inilah yang mendorong
Yayasan Sosial Soegijapranata untuk membantu anak-anak usia
sekolah agar mendapatkan haknya menikmati pendidikan. Dalam
melaksanakan program beasiswa ini Yayasan Sosial Soegijapranata
mencoba mencari dana dari berbagai pihak. Dan ketika Yayasan
Sosial Soegijapranata membutuhkan dana, beberapa lembaga dana
mengeluarkan bantuan untuk mendukung anak-anak yang tidak
mampu. Dengan mengetuk hati para dermawan, Yayasan Sosial
Soegijapranata memberikan beasiswa berupa uang sebesar biaya SPP
bagi anak-anak sekolah yang kurang mampu secara ekonomi.
Keprihatinan Yayasan Sosial Soegijapranata ini mendapat
tanggapan positif dari Yayasan Toyota dan Astra, dan melalui
kerjasama dengan Yayasan Toyota dan Astra inilah Yayasan Sosial
14 Bp. Sujadi, Penanggung Jawab Karya Pemukiman Yayasan Sosial Soegijapranata,
Wawancara di Kantor Yayasan Sosial Soegijapranata, tanggal 28 Juli 2003
54
Soegijapranata melaksanakan program beasiswa. Tujuan dari program
ini adalah memberikan kesempatan bagi anak-anak usia sekolah untuk
memperoleh hak wajib belajar. Kriteria anak yang mendapat bantuan
diantaranya : anak yang berprestasi, berasal dari keluarga yang belum
mampu berdasarkan pendapatan keluarga per bulan, dan anak dari
buruh-buruh seperti tukang becak, tukang batu, dan lain-lain.
Kegiatan dari program beasiswa ini meliputi membagikan
beasiswa setiap tanggal 11 sampai 15 setiap bulan, mengadakan
evaluasi dengan donatur setiap satu tahun sekali dan melakukan
monitoring cara belajar anak dengan cara kunjungan ke rumah.
Pemberian beasiswa ini tidak diberikan pada anak-anak yang
sekolah di sekolah Katolik saja, melainkan pada mereka yang sekolah
dimanapun asal saja mereka dari kalangan miskin atau kurang mampu
secara ekonomi. Yayasan Sosial Soegijapranata tidak membedakan
adanya perbedaan agama dalam melaksanakan karya ini.15
Demikian beberapa pola pengembangan sosial yang dilakukan
oleh Yayasan Sosial Soegijapranata dalam mewujudkan visinya yaitu
Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang mencita-citakan terwujudnya
masyarakat yang berdaya dan mandiri dengan semangat cinta kasih Allah,
terutama masyarakat kecil, lemah, miskin dan tersingkir. Adapun ada
anggapan bahwa pengembangan keagamaan pada setiap karya-karya
sosial Yayasan Sosial Soegijapranata, di mana selain melaksanakan
pengembangan sosial dengan membantu masyarakat lemah, miskin dan
terlantar, Yayasan Sosial Soegijapranata juga berusaha melakukan
pelayanan serta bantuan dalam hal ibadah. Sesungguhnya karya yang
dilakukan oleh Yayasan Sosial Soegijapranata meskipun mereka berasas
pada Agama Katolik dan menerapkan ajaran cinta kasih Katolik pada
setiap pengembangan karya sosialnya, Yayasan Sosial Soegijapranata
tidak membedakan adanya perbedaan agama pada obyek dari setiap
15 Susana Susi Kristiana, Staff Keuangan Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang,
Wawancara di Kantor Yayasan Sosial Soegijapranata Semarang, tanggal 29 Juli 2003
55
karyanya, tujuan utama dari Yayasan Sosial Soegijapranata adalah
menerapkan ajaran Agama Katolik sebagai wujud nyata dari keimanan
mereka, untuk membantu masyarakat kecil, lemah dan terlantar menjadi
masyarakat yang lebih baik secara fisik dan rohani.