BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0610006_bab2.pdf ·...
Transcript of BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0610006_bab2.pdf ·...
26
BAB III
BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA
DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS
A. Implementasi Teori
Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni
karena burung hantu memiliki beragam bentuk dan gerak tubuh yang unik. Keunikan yang
beragam sehingga banyak masyarakat yang memelihara burung hantu sebagai burung
peliharaan.
Pemilihan tema burung hantu oleh penulis karena penulis terinspirasi dalam sebuah
film tentang burung hantu dan juga pengamatan langsung seperti mengunjungi tempat wisata
yang terdapat satwa burung hantu. Berdasarkan pengamatan maka didapat ide untuk
menciptakan karya seni grafis dengan mengangkat tema burung hantu.
Berdasar bentuk dan berbagai jenis burung hantu yang telah diamati langsung oleh
penulis, maka penulis menjadikan burung hantu sebagai tema dalam penciptaan karya seni
grafis. Penulis menggunakan tema burung hantu dalam gagasan, kemudian
mengembangkannya menjadi inspirasi dalam penciptaan karya seni grafis sebagai karya
Tugas Akhir.
27
Implementasi Visual
1. Konsep Bentuk
a. Garis
Visualisasi objek burung hantu dalam karya seni grafis yang dibuat penulis
menggunakan 3 unsur garis. Garis tersebut adalah garis nyata digunakan untuk menggores
pada bidang papan, garis semu, muncul karena adanya batas bentuk atau warna, garis
ekspresif dimunculkan karena spontan, garis lengkung dan gabungan. Garis pada karya
penulis adalah garis lurus dan lengkung, garis ini dibuat untuk menampilkan bulu-bulu pada
tubuh burung hantu, serta garis gabungan muncul karena adanya gabungan antara garis lurus
dan lengkung.
b. Bidang
Bentuk bidang yang digunakan penulis terdiri dari bidang organik. Bidang organik
digunakan saat membuat bentuk bidang tak beraturan untuk menghasilkan bentuk bebas dan
tak beraturan dalam karya penulis.
c. Warna
Warna yang digunakan dalam karya adalah warna gelap yaitu warna coklat dan
hitam. Pemilihan warna tersebut didasari oleh warna dari objek yaitu warna bulu burung
hantu yang banyak berwarna gelap seperti cokelat, hitam, dan abu-abu. Dalam pewarnaan
bagian background sebagian besar menggunakan gradasi warna dari terang ke gelap. Dalam
penyusunan gradasi warna tersebut, diharapkan mampu menimbulkan kesan pada karya
tersebut.
d. Tekstur
Tekstur di dalam karya merupakan kesatuan yang tak boleh terpisahkan. Penulis di
dalam tiap karyanya menggunakan tekstur semu. Tekstur ini dihasilkan dari penggunaan
garis-garis yang dihasilkan dari efek cukilan pada cetakan karya, sehingga kekasaran raut
28
bersifat semu. Garis-garis nyata ini akan menghasilkan tekstur kasar semu pada karya, atau
lebih tepatnya tekstur ekspresi.
e. Komposisi
Komposisi yang penulis gunakan dalam karyanya adalah komposisi tertutup. Penulis
menggunakan komposisi ini dengan pertimbangan tata letak bidang sehingga memberikan
kenyamanan saat mengamati karya dan lebih variatif.
2. Medium dan Teknik
Penulis memvisualisasikan objek burung hantu yang digunakan untuk berkarya
dengan teknik cetak tinggi. Penulis menggunakan medium papan hardboard karena papan
hardboard memiliki tekstur yang halus serta dapat menimbulkan efek tekstur yang tak diduga
seperti menggunakan medium linocut yang secara medium memiliki bahan lebih halus
daripada papan hardboardcut. Medium hardboardcut beberapa kali dihadapi penulis dengan
hambatan seperti saat papan hardboard yang akan dicukil tidak sesuai yang diinginkan
penulis. Karena saat lembab, maka papan hardboard akan lunak sehingga sulit dicukil dan
hasil cukilan tidak sesuai dengan yang diinginkan penulis. Namun hambatan-hambatan tadi
bisa dilalui penulis dengan baik hingga menampilkan suatu karya seni grafis yang artistik.
Penulis menciptakan karya cetak tinggi menggunakan metode cetak rusak atau
reduksi. Dengan menggunakan metode ini penulis bisa mencetak beberapa warna hanya
dengan menggunakan satu papan hardboard. Pewarnaan yang dilakukan penulis adalah
mencetak dari warna terang atau muda terlebih dahulu sampai ke warna gelap.
Proses pembuatan karya selain menggunakan papan hardboard untuk membuat karya
penulis juga menggunakan tinta berbasis minyak, alat cukil, rol, sendok, terpentine, thinner,
dan alat pendukung lainnya. Hasil dari hardboard penulis cetak di atas kertas choncord,
kertas tersebut memiliki tekstur permukaan halus yang menurut penulis cocok dipakai hasil
cetakan.
29
Selain menggunakan medium hardboard, penulis juga membutuhkan kertas
choncorde sebagai medium cetakan. Kertas ini dirasa yang paling tepat untuk pencetakan
karena memiliki tekstur permukaan yang halus. Penulis juga membutuhkan bahan seperti
tinta cetak berbasis minyak, terpentine, dan thinner, serta alat-alat seperti alat cukil, brayer
roll, scrap, dan sendok.
3. Proses Pembuatan Karya
Adapun cara pengerjaan teknik cetak cukil kayu sebagai berikut:
a. Proses paling awal adalah penulis membuat sketsa sebagai acuan, kemudian sketsa
tersebut dipindahkan ke atas permukaan papan hardboard dengan cara
menggunakan kertas daito yang kemudian hasil transfer tersebut ditebalkan penulis
menggunakan permanent marker, agar nanti sewaktu dibersihkan gambar tadi tidak
hilang.
b. Proses selanjutnya gambar ditebalkan menggunakan permanent marker langkah
selanjutnya adalah dicukil mengikuti garis menggunakan berbagai jenis alat cukil.
Penulis mencukil dengan mendahulukan warna dalam gambar yang dirasa paling
terang dan berlanjut ke gelap.
c. Proses selanjutnya adalah pencetakan dengan menggunakan sebuah keramik lantai
sebagai media alas untuk mencampur atau meroll tinta, rol karet, sendok makan,
scrap, dan menggunakan tinta berbasis minyak (cemani toka), tinta di campur
dengan terpentine (cairan pengering tinta). Kedua bahan tersebut dicampur dan
diratakan di atas permukaan keramik, kemudian menggunakan rol untuk meratakan
dan mendapatkan ketebalan cat yang diinginkan untuk segera di rol di atas
permukaan hardboard. Pengecatan menggunakan rol yang rata akan menghasilkan
pengecetan yang baik dan pengerolan harus merata sehingga bisa menghasilkan
karya yang rata.
30
d. Tahap selanjutnya adalah mencetak permukaan hardboard yang telah terbubuhi cat
ke atas kertas kemudian digosok menggunakan sendok agar cat tersebut menempel
di kertas secara merata. Hasil dari hardboard tadi akan menghasilkan cetakan warna
muda dari hasil cetak yang tidak dicukil sedangkan yang dicukil akan menghasilkan
warna putih kertas, lepas kertas dan jemur, bersihkan tinta di atas papan hardboard
menggunakan terpentine, pembersihan papan dari bekas tinta dilakukan setiap kali
selesai mencetak.
e. Pencetakan multi warna pada tahap berikutnya adalah mencukil papan hardboard
untuk menghasilkan cetakan dengan susunan warna yang kedua, setelah bagian garis
atau warna yang diinginkan sudah tercukil barulah mencetak seperti di atas tersebut
dan sampai terakhir tercetak.
4. Penyajian
Penyajian karya penulis sebagai suatu kelengkapan dalam mendukung karyanya.
Penyajian ditampilkan untuk memperindah karya, memberikan nilai pada karyanya yang
disajikan untuk para penikmat seni. Penyajian karya penulis menggunakan pigura dengan
model sederhana berwarna hitam dan berbahan fiber dengan tambahan kaca doff agar saat
menikmati karya cahaya yang terpantulkan dari berbagai arah tidak mengganggu pandangan
dan menambah nilai pada karya yang dibuat penulis.
Penulis menggunakan pigura berwarna hitam dan dari bahan kayu. Warna hitam
dipilih karena hitam dapat digunakan sebagai penetralan sehingga karya terlihat lebih
semarak, terkesan rapi dan indah. Kaca yang digunakan berupa kaca doff (non reflection)
sehingga tidak mengkilap atau memantulkan sinar apabila terkena pantulan cahaya.
32
5. Visualisasi Karya
Penulis memberi judul “Burung Hantu” karena visualisasi dalam karya yang
digambarkan penulis hanya beberapa jenis burung hantu. Bentuk dan gerak yang
digambarkan dalam karya seni grafis, penulis memvisualisasikan saat burung hantu menatap
kedepan dengan pandangannya yang tajam serta gerak saat terbang.
Karya 1
Gambar 11
Judul : Burung Hantu
Teknik : Hardboadcut
Ukuran : 60x40 cm
Edisi : 2/5
Tahun : 2015
Karya grafis pertama dengan judul “Burung Hantu” perupa dengan penggambaran
objek burung hantu dengan kepala dan wajah menghadap kedepan. Karya pertama
menggunakan medium papan hardboard/ mdf dengan teknik cetak tinggi (reduksi) ukuran 60
x 40 cm. Media yang digunakan perupa dalam karya pertama menggunakan tinta cetak
Cemani Toka dan kertas Choncord sebagai pencetakan papan hardboard.
33
Perupa memvisualisasikan objek burung hantu menggunakan unsur garis lurus, garis
lengkung dan garis gabungan. Garis lurus disusun dengan arah dan bentuk yang sama
diterapkan untuk membuat bentuk arsiran pada objek. Garis lengkung dibuat untuk
melengkapi bentuk bulu halus pada objek dan garis gabungan terjadi karena adanya proses
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung.
Proses pewarnaan karya diawali dengan pembuatan bentuk background dengan
membuat gradasi warna biru terang yang dicukil hingga mendapatkan warna dasar biru.
Selanjutnya mulai dengan membuat objek burung hantu dengan pencukilan habis hingga
terakhir warna hitam yang dominan dalam objek yang mengartikan bulu terluarnya.
Tekstur yang perupa gunakan pada karya ini berupa tekstur semu. Tekstur semu
muncul karena kesan visual dari pengulangan pola arsiran berukuran kecil yang jika dilihat
pada jarak tertentu akan menimbulkan suatu pola barik kasar pada objek. Keseimbangan yang
digunakan pada karya ini adalah keseimbangan tersembunyi, yaitu ruang sebelah kanan dan
kiri tidak memiliki besaran dan raut yang sama sehingga mampu menampilkan objek yang
dinamis, hidup, dan bergairah. Komposisi yang dipilih perupa pada karya pertama ini adalah
komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah terkumpul dan memusat pada bidang
tengah karya. Peletakan bentuk objek mendominasi pada bidang tengah sampai bawah.
Secara keseluruhan, karya perupa ini memvisualisasikan objek burung hantu, dengan
ketegasan tatapan matanya namun terlihat tidak menyeramkan karena diselangi background
dengan warna yang soft sehingga tampak balance menjadi satu kesatuan dalam karya ini.
34
Karya 2
Gambar 12
Judul : Burung Hantu 2
Teknik : Hardboadcut
Ukuran : 40x60 cm
Edisi : 2/5
Tahun : 2015
Karya grafis kedua dengan judul “Burung Hantu 2” perupa dengan penggambaran
objek burung hantu dengan badan tegap, kepala dan wajah menghadap kedepan. Karya kedua
menggunakan medium papan hardboard/ mdf dengan teknik cetak tinggi (reduksi) ukuran 40
x 60 cm. Media yang digunakan perupa dalam karya kedua menggunakan tinta cetak Cemani
Toka dan kertas Choncord sebagai pencetakan papan hardboard.
35
Perupa memvisualisasikan objek burung hantu menggunakan unsur garis lurus, garis
lengkung dan garis gabungan. Garis lurus disusun dengan arah dan bentuk yang sama
diterapkan untuk membuat bentuk arsiran pada objek. Garis lengkung dibuat untuk
melengkapi bentuk bulu halus pada objek dan garis gabungan terjadi karena adanya proses
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung.
Proses pewarnaan karya diawali dengan pembuatan bentuk background dengan
membuat gradasi warna biru terang yang dicukil hingga mendapatkan warna dasar biru.
Selanjutnya mulai dengan membuat objek burung hantu dengan pencukilan habis hingga
terakhir warna hitam yang dominan dalam objek yang mengartikan bulu terluarnya.
Tekstur yang perupa gunakan pada karya ini berupa tekstur semu. Tekstur semu
muncul karena kesan visual dari pengulangan pola arsiran berukuran kecil yang jika dilihat
pada jarak tertentu akan menimbulkan suatu pola barik kasar pada objek. Keseimbangan yang
digunakan pada karya ini adalah keseimbangan tersembunyi, yaitu ruang sebelah kanan dan
kiri tidak memiliki besaran dan raut yang sama sehingga mampu menampilkan objek yang
dinamis, hidup, dan bergairah. Komposisi yang dipilih perupa pada karya kedua ini adalah
komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah terkumpul dan memusat pada bidang
tengah karya. Peletakan bentuk objek mendominasi pada bidang tengah sampai bawah.
Secara keseluruhan, karya perupa ini memvisualisasikan objek burung hantu, dengan
tegap dan ketegasan tatapan matanya namun terlihat tidak menyeramkan karena diselangi
background dengan warna yang soft sehingga tampak balance menjadi satu kesatuan dalam
karya ini.
36
Karya 3
Gambar 13
Judul : Burung Hantu 3
Teknik : Hardboadcut
Ukuran : 60x40 cm
Edisi : 2/5
Tahun : 2015
Karya grafis ketiga dengan judul “Burung Hantu 3” perupa dengan penggambaran
objek burung hantu dengan gestur saat terbang. Karya ketiga menggunakan medium papan
hardboard/ mdf dengan teknik cetak tinggi (reduksi) ukuran 60 x 40 cm. Media yang
digunakan perupa dalam karya ketiga menggunakan tinta cetak Cemani Toka dan kertas
Choncord sebagai pencetakan papan hardboard.
Perupa memvisualisasikan objek burung hantu menggunakan unsur garis lurus, garis
lengkung dan garis gabungan. Garis lurus disusun dengan arah dan bentuk yang sama
diterapkan untuk membuat bentuk arsiran pada objek. Garis lengkung dibuat untuk
melengkapi bentuk bulu halus pada objek dan garis gabungan terjadi karena adanya proses
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung.
37
Proses pewarnaan karya diawali dengan pembuatan bentuk background dengan
membuat gradasi warna kuning muda, orange lalu dicukil hingga mendapatkan warna dasar
merah. Selanjutnya mulai dengan membuat objek burung hantu dengan pencukilan habis
hingga terakhir warna hitam yang dominan dalam objek yang mengartikan bulu terluarnya.
Tekstur yang perupa gunakan pada karya ini berupa tekstur semu. Tekstur semu
muncul karena kesan visual dari pengulangan pola arsiran berukuran kecil yang jika dilihat
pada jarak tertentu akan menimbulkan suatu pola barik kasar pada objek. Keseimbangan yang
digunakan pada karya ini adalah keseimbangan tersembunyi, yaitu ruang sebelah kanan dan
kiri tidak memiliki besaran dan raut yang sama sehingga mampu menampilkan objek yang
dinamis, hidup, dan bergairah. Komposisi yang dipilih perupa pada karya ketiga ini adalah
komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah terkumpul dan memusat pada bidang
tengah karya. Peletakan bentuk objek mendominasi pada bidang tengah sampai bawah.
Secara keseluruhan, karya perupa ini memvisualisasikan objek burung hantu, dengan
gerak tubuh saat terbang. Penulis memberi warna latar belakang yang kuat sebagai penunjang
objek agar memberi kesan bagi para penikmat seni.
38
Karya 4
Gambar 14
Judul : Burung Hantu 4
Teknik : Hardboadcut
Ukuran : 60x40 cm
Edisi : 2/5
Tahun : 2015
Karya grafis keempat dengan judul “Burung Hantu 4” perupa dengan penggambaran
objek burung hantu dengan gestur saat terbang. Karya keempat menggunakan medium papan
hardboard/ mdf dengan teknik cetak tinggi (reduksi) ukuran 60 x 40 cm. Media yang
digunakan perupa dalam karya keempat menggunakan tinta cetak Cemani Toka dan kertas
Choncord sebagai pencetakan papan hardboard.
Perupa memvisualisasikan objek burung hantu menggunakan unsur garis lurus, garis
lengkung dan garis gabungan. Garis lurus disusun dengan arah dan bentuk yang sama
diterapkan untuk membuat bentuk arsiran pada objek. Garis lengkung dibuat untuk
melengkapi bentuk bulu halus pada objek dan garis gabungan terjadi karena adanya proses
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung.
39
Proses pewarnaan karya diawali dengan pembuatan bentuk background dengan
membuat gradasi warna kuning muda, orange lalu dicukil hingga mendapatkan warna dasar
merah. Selanjutnya mulai dengan membuat objek burung hantu dengan pencukilan habis
hingga terakhir warna hitam yang dominan dalam objek yang mengartikan bulu terluarnya.
Tekstur yang perupa gunakan pada karya ini berupa tekstur semu. Tekstur semu
muncul karena kesan visual dari pengulangan pola arsiran berukuran kecil yang jika dilihat
pada jarak tertentu akan menimbulkan suatu pola barik kasar pada objek. Keseimbangan yang
digunakan pada karya ini adalah keseimbangan tersembunyi, yaitu ruang sebelah kanan dan
kiri tidak memiliki besaran dan raut yang sama sehingga mampu menampilkan objek yang
dinamis, hidup, dan bergairah. Komposisi yang dipilih perupa pada karya keempat ini adalah
komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah terkumpul dan memusat pada bidang
tengah karya. Peletakan bentuk objek mendominasi pada bidang tengah sampai bawah.
Secara keseluruhan, karya perupa ini memvisualisasikan objek burung hantu, dengan
gerak tubuh saat terbang. Penulis memberi warna latar belakang yang kuat sebagai penunjang
objek agar memberi kesan yang artistik.
40
Karya 5
Gambar 15 Judul : Burung Hantu 5
Teknik : Hardboadcut
Ukuran : 60x40 cm
Edisi : 2/5
Tahun : 2016
Karya grafis kelima dengan judul “Burung Hantu 5” perupa dengan penggambaran
objek burung hantu dengan kepala dan wajah menghadap kedepan. Karya kelima
menggunakan medium papan hardboard/ mdf dengan teknik cetak tinggi (reduksi) ukuran 60
x 40 cm. Media yang digunakan perupa dalam karya pertama menggunakan tinta cetak
Cemani Toka dan kertas Choncord sebagai pencetakan papan hardboard.
Perupa memvisualisasikan objek burung hantu menggunakan unsur garis lurus, garis
lengkung dan garis gabungan. Garis lurus disusun dengan arah dan bentuk yang sama
diterapkan untuk membuat bentuk arsiran pada objek. Garis lengkung dibuat untuk
melengkapi bentuk bulu halus pada objek dan garis gabungan terjadi karena adanya proses
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung.
41
Proses pewarnaan karya diawali dengan pembuatan bentuk background dengan
membuat gradasi warna biru terang yang dicukil hingga mendapatkan warna dasar biru.
Selanjutnya mulai dengan membuat objek burung hantu dengan pencukilan habis hingga
terakhir warna hitam yang dominan dalam objek yang mengartikan bulu terluarnya.
Tekstur yang perupa gunakan pada karya ini berupa tekstur semu. Tekstur semu
muncul karena kesan visual dari pengulangan pola arsiran berukuran kecil yang jika dilihat
pada jarak tertentu akan menimbulkan suatu pola barik kasar pada objek. Keseimbangan yang
digunakan pada karya ini adalah keseimbangan tersembunyi, yaitu ruang sebelah kanan dan
kiri tidak memiliki besaran dan raut yang sama sehingga mampu menampilkan objek yang
dinamis, hidup, dan bergairah. Komposisi yang dipilih perupa pada karya kelima ini adalah
komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah terkumpul dan memusat pada bidang
tengah karya. Peletakan bentuk objek mendominasi pada bidang tengah sampai bawah.
Secara keseluruhan, karya perupa ini memvisualisasikan objek burung hantu, dengan
ketegasan tatapan matanya namun terlihat tidak menyeramkan karena diselangi background
dengan warna yang soft sehingga tampak balance menjadi satu kesatuan dalam karya ini.
42
Karya 6
Gambar 16
Judul : Burung Hantu 6
Teknik : Hardboadcut
Ukuran : 40x60 cm
Edisi : 2/5
Tahun : 2016
Karya grafis keenam dengan judul “Burung Hantu 6” perupa dengan penggambaran
objek burung hantu dengan kepala dan wajah menghadap kedepan. Karya keenam
menggunakan medium papan hardboard/ mdf dengan teknik cetak tinggi (reduksi) ukuran 40
x 60 cm. Media yang digunakan perupa dalam karya pertama menggunakan tinta cetak
Cemani Toka dan kertas Choncord sebagai pencetakan papan hardboard.
43
Perupa memvisualisasikan objek burung hantu menggunakan unsur garis lurus, garis
lengkung dan garis gabungan. Garis lurus disusun dengan arah dan bentuk yang sama
diterapkan untuk membuat bentuk arsiran pada objek. Garis lengkung dibuat untuk
melengkapi bentuk bulu halus pada objek dan garis gabungan terjadi karena adanya proses
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung.
Proses pewarnaan karya diawali dengan pembuatan bentuk background dengan
membuat gradasi warna biru terang yang dicukil hingga mendapatkan warna dasar biru.
Selanjutnya mulai dengan membuat objek burung hantu dengan pencukilan habis hingga
terakhir warna hitam yang dominan dalam objek yang mengartikan bulu terluarnya.
Tekstur yang perupa gunakan pada karya ini berupa tekstur semu. Tekstur semu
muncul karena kesan visual dari pengulangan pola arsiran berukuran kecil yang jika dilihat
pada jarak tertentu akan menimbulkan suatu pola barik kasar pada objek. Keseimbangan yang
digunakan pada karya ini adalah keseimbangan tersembunyi, yaitu ruang sebelah kanan dan
kiri tidak memiliki besaran dan raut yang sama sehingga mampu menampilkan objek yang
dinamis, hidup, dan bergairah. Komposisi yang dipilih perupa pada karya keenam ini adalah
komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah terkumpul dan memusat pada bidang
tengah karya. Peletakan bentuk objek mendominasi pada bidang tengah sampai bawah.
Secara keseluruhan, karya perupa ini memvisualisasikan objek burung hantu, dengan
ketegasan tatapan matanya namun terlihat tidak menyeramkan karena diselangi background
dengan warna yang soft sehingga tampak balance menjadi satu kesatuan dalam karya ini.
44
Karya 7
Gambar 17
Judul : Burung Hantu 7
Teknik : Hardboadcut
Ukuran : 40x60 cm
Edisi : 2/5
Tahun : 2016
Karya grafis ketujuh dengan judul “Burung Hantu 7” perupa dengan penggambaran
objek burung hantu dengan kepala dan wajah menghadap kedepan. Karya ketujuh
menggunakan medium papan hardboard/ mdf dengan teknik cetak tinggi (reduksi) ukuran 40
x 60 cm. Media yang digunakan perupa dalam karya pertama menggunakan tinta cetak
Cemani Toka dan kertas Choncord sebagai pencetakan papan hardboard.
45
Perupa memvisualisasikan objek burung hantu menggunakan unsur garis lurus, garis
lengkung dan garis gabungan. Garis lurus disusun dengan arah dan bentuk yang sama
diterapkan untuk membuat bentuk arsiran pada objek. Garis lengkung dibuat untuk
melengkapi bentuk bulu halus pada objek dan garis gabungan terjadi karena adanya proses
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung.
Proses pewarnaan karya diawali dengan pembuatan bentuk background dengan
membuat gradasi warna biru terang yang dicukil hingga mendapatkan warna dasar biru.
Selanjutnya mulai dengan membuat objek burung hantu dengan pencukilan habis hingga
terakhir warna hitam yang dominan dalam objek yang mengartikan bulu terluarnya.
Tekstur yang perupa gunakan pada karya ini berupa tekstur semu. Tekstur semu
muncul karena kesan visual dari pengulangan pola arsiran berukuran kecil yang jika dilihat
pada jarak tertentu akan menimbulkan suatu pola barik kasar pada objek. Keseimbangan yang
digunakan pada karya ini adalah keseimbangan tersembunyi, yaitu ruang sebelah kanan dan
kiri tidak memiliki besaran dan raut yang sama sehingga mampu menampilkan objek yang
dinamis, hidup, dan bergairah. Komposisi yang dipilih perupa pada karya ketujuh ini adalah
komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah terkumpul dan memusat pada bidang
tengah karya. Peletakan bentuk objek mendominasi pada bidang tengah sampai bawah.
Secara keseluruhan, karya perupa ini memvisualisasikan objek burung hantu, dengan
ketegasan tatapan matanya namun terlihat tidak menyeramkan karena diselangi background
dengan warna yang soft sehingga tampak balance menjadi satu kesatuan dalam karya ini.
46
Karya 8
Gambar 18
Judul : Burung Hantu 8
Teknik : Hardboadcut
Ukuran : 60x40 cm
Edisi : 2/5
Tahun : 2016
Karya grafis kedelapan dengan judul “Burung Hantu 8” perupa dengan
penggambaran objek burung hantu dengan kepala dan wajah menghadap kedepan. Karya
kedelapan menggunakan medium papan hardboard/ mdf dengan teknik cetak tinggi (reduksi)
ukuran 60 x 40 cm. Media yang digunakan perupa dalam karya pertama menggunakan tinta
cetak Cemani Toka dan kertas Choncord sebagai pencetakan papan hardboard.
Perupa memvisualisasikan objek burung hantu menggunakan unsur garis lurus, garis
lengkung dan garis gabungan. Garis lurus disusun dengan arah dan bentuk yang sama
diterapkan untuk membuat bentuk arsiran pada objek. Garis lengkung dibuat untuk
melengkapi bentuk bulu halus pada objek dan garis gabungan terjadi karena adanya proses
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung.
47
Proses pewarnaan karya diawali dengan pembuatan bentuk background dengan
membuat gradasi warna biru terang yang dicukil hingga mendapatkan warna dasar biru.
Selanjutnya mulai dengan membuat objek burung hantu dengan pencukilan habis hingga
terakhir warna hitam yang dominan dalam objek yang mengartikan bulu terluarnya.
Tekstur yang perupa gunakan pada karya ini berupa tekstur semu. Tekstur semu
muncul karena kesan visual dari pengulangan pola arsiran berukuran kecil yang jika dilihat
pada jarak tertentu akan menimbulkan suatu pola barik kasar pada objek. Keseimbangan yang
digunakan pada karya ini adalah keseimbangan tersembunyi, yaitu ruang sebelah kanan dan
kiri tidak memiliki besaran dan raut yang sama sehingga mampu menampilkan objek yang
dinamis, hidup, dan bergairah. Komposisi yang dipilih perupa pada karya kedelapan ini
adalah komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah terkumpul dan memusat pada
bidang tengah karya. Peletakan bentuk objek mendominasi pada bidang tengah sampai
bawah.
Secara keseluruhan, karya perupa ini memvisualisasikan objek burung hantu, dengan
ketegasan tatapan matanya namun terlihat tidak menyeramkan karena diselangi background
dengan warna yang soft sehingga tampak balance menjadi satu kesatuan dalam karya ini.
48
Karya 9
Gambar 19
Judul : Burung Hantu 9
Teknik : Hardboadcut
Ukuran : 60x40 cm
Edisi : 2/5
Tahun : 2016
Karya grafis kesembilan dengan judul “Burung Hantu 9” perupa dengan
penggambaran objek dua burung hantu saling berhadapan dengan salah satunya menghadap
kesamping seperti ingin mencucuk burung hantu satunya. Karya kesembilan menggunakan
medium papan hardboard/ mdf dengan teknik cetak tinggi (reduksi) ukuran 60 x 40 cm.
Media yang digunakan perupa dalam karya pertama menggunakan tinta cetak Cemani Toka
dan kertas Choncord sebagai pencetakan papan hardboard.
Perupa memvisualisasikan objek burung hantu menggunakan unsur garis lurus, garis
lengkung dan garis gabungan. Garis lurus disusun dengan arah dan bentuk yang sama
diterapkan untuk membuat bentuk arsiran pada objek. Garis lengkung dibuat untuk
melengkapi bentuk bulu halus pada objek dan garis gabungan terjadi karena adanya proses
gabungan antara garis lurus dan garis lengkung.
49
Proses pewarnaan karya diawali dengan pembuatan bentuk background dengan
membuat gradasi warna biru terang yang dicukil hingga mendapatkan warna dasar biru.
Selanjutnya mulai dengan membuat objek burung hantu dengan pencukilan habis hingga
terakhir warna hitam yang dominan dalam objek yang mengartikan bulu terluarnya.
Tekstur yang perupa gunakan pada karya ini berupa tekstur semu. Tekstur semu
muncul karena kesan visual dari pengulangan pola arsiran berukuran kecil yang jika dilihat
pada jarak tertentu akan menimbulkan suatu pola barik kasar pada objek. Keseimbangan yang
digunakan pada karya ini adalah keseimbangan tersembunyi, yaitu ruang sebelah kanan dan
kiri tidak memiliki besaran dan raut yang sama sehingga mampu menampilkan objek yang
dinamis, hidup, dan bergairah. Komposisi yang dipilih perupa pada karya kesembilan ini
adalah komposisi tertutup dimana objek gambar seolah-olah terkumpul dan memusat pada
bidang tengah karya. Peletakan bentuk objek mendominasi pada bidang tengah sampai
bawah.
Secara keseluruhan, karya perupa ini memvisualisasikan objek burung hantu, dengan
ketegasan tatapan matanya namun terlihat tidak menyeramkan karena diselangi background
dengan warna yang soft sehingga tampak balance menjadi satu kesatuan dalam karya ini.