bab II.docx

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1997). Harga Diri Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).

Transcript of bab II.docx

Page 1: bab II.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1997). Harga Diri

Rendah Kronis adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, termasuk

kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada

harapan dan putus asa (Departemen Kesehatan, 1998).

Page 2: bab II.docx

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR HARGA DIRI

1. Pengertian Harga Diri

Konsep Diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian

yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).

Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari

sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,

dengan orang terdekat, dengan realitas dunia, kemudian melalui kontak

sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain (Departemen

Kesehatan, 1998).

Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi

besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian,

kesuksesan dan keberhargaan (Coopersmith, 1998).

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) harga diri adalah penilaian

individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauah

perilaku memenuhi ideal dirinya. Dapat disimpulkan bahwa harga diri

menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai

orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.

Secara singkat, harga diri adalah Personal Judgment mengenai perasaan

Page 3: bab II.docx

berharga atau berarti yang diekspresikan dalam sikap-sikap individu

terhadap dirinya.

2. Pembentukan Harga Diri

Harga diri mulai terbentuk setelah anak lahir, ketika anak

berhadapan dengan dunia luar dan berinteraksi dengan orang-orang

dilinkungan sekitarnya. Interaksi secara minimal memerlukan pengakuan,

penerimaan peran yang saling tergantung pada orang yang bicara dan

orang yang di ajak bicara. Interaksi menimbulkan pengertian tentang

kesadaran diri, identitas, dan pemahaman tentang diri. Hal ini akan

membentuk penilaian individu terhadap dirinya sebagai orang yang

berarti, berharga dan menerima keadaan diri apa adanya sehingga

individu mempunyai perasaan hara diri (Burn, 1998).

Harga diri mengandung pengertian “siapa danapa diri saya”. Segala

seuatu yang berhubungan dengan seseorang, selalu mendapatkan

penilaian berdasarkan kriteria dan standar tertentu, atribut-atribut yang

melekat dalam diri individu akan mendapat masukkan dari orang lain

dalam proses berinteraksi dimana proses ini dapat menguji individu yang

memperlihatkan standar dan nilai diri yang terinternalisasi dari

masyarakat dan orang lain. Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri

dan orang lain.

3. Aspek-aspek Harga Diri

Coopersmith (1998) membagi harga diri kedalam empat aspek,

yaitu:

Page 4: bab II.docx

a) Kekuasaan (Power)

Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku

orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa

hormat yang diperoleh individu dari orang lain.

b) Keberartian (Significant)

Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima

individu dari orang lain.

c) Kemampuan (Competence)

Sukses memenuhi tuntutan prestasi.

B. KONSEP HARGA DIRI RENDAH

1. Definisi harga diri rendah

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan

rendah diri

yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri

sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri,

merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai dengan

ideal diri (Keliat, 1998). Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika

kehilangan kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam dan

hubungan interpersonal yang buruk.

Harga diri meningkat bila diperhatikan/ dicintai dan dihargai atau

dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi

sampai rendah. Harga diri tinggi/positif ditandai dengan ansietas yang

rendah, efektif dalam kelompok, dan diterima oleh orang lain. Individu

yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktif dan

Page 5: bab II.docx

mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung

merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah

melihat lingkungan dengan secara negatif dan menganggap sebagai

ancaman (Yoseph, 2009).

2. Proses terjadinya harga diri rendah

Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http: www.tqm.com)

menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya

cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan

dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya

yang rendah. Selanjutnya, hal lain menyebabkan penampilan seseorang

yang tidak optimal. Dalam tujuan life span history klien, menyebabkan

terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan,

jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa

remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan

tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah,

pekerjaan atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan

cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga

diri, yaitu:

a) Memberikan kesempatan berhasil

b) Menanamkan gagasan

c) Mendorong aspirasi

d) Membantu membentuk koping

Page 6: bab II.docx

C. ETIOLOGI

Menurut Fitria (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi proses

terjadinya harga diri rendah yaitu faktor predisposisi dan faktor presipitasi.

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakkan

orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang

mempunyai tanggung jawab personal ketergantungan pada orang lain

ideal diri yang tidak realistis.

2. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya

sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,

mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas.

‘Sementara menurut Purba dkk (2008) gangguan harga diri rendah

dapat terjadi secara situsional maupun kronik. Gangguan harga diri

yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang

muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami

kecelakaan, menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana,

sehingga harus mendekam dipenjara. Selain itu, dirawat dirumah sakit

juga menyebabkan rendahnya harga diri seseorang diakibatkan penyakit

fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,

harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh,

serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan

keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik biasanya sudah

Page 7: bab II.docx

berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau

sebelum dirawat dan menjadi sangat meningkat saat dirawat.

Menurut Peplau dan Yosep (2009) mengatakan bahwa harga diri

berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap perkembangan

dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not me, anak

sering dipersalahkan, ditekan sehingga, perasaan amannya tidak

terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang

digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah.

Caplan (1999) mengatakan bahwa lingkungan sosial, pengalaman

individu dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan,

ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress

dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

D. TANDA DAN GEJALA HARGA DIRI RENDAH

Menurut Keliat (2009) mengemukakan tanda dan gejala harga diri

rendah adalah:

1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain

2.    Penurunan produktivitas

3.    Destruktif yang diarahkan pada orang lain

4.    Gangguan dalam berhubungan

5.    Rasa diri penting yang berlebihan

6.    Perasaan tidak mampu dan rasa bersalah

7.    Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan

8.    Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri

9.    Ketegangan peran yang dirasakan

Page 8: bab II.docx

10. Pandangan hidup yang pesimis dan bertentangan

11.     Keluhan fisik dan khawatir

12.     Penolakan terhadap kemampuan personal

13.     Destruktif terhadap diri sendiri dan pengurangan diri

14.     Menarik diri secara sosial dan dari realitas

15.     Penyalahgunaan zat

Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga

diri rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian

tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara, lebih

banyak menunduk, dan bicara lambat, dan bicara lambat dengan nada suara

lemah.

E. RENTANG RESPON

Harga diri rendah merupakan komponen Episode Depresi Mayor,

dimana aktifitas merupakan bentuk hukuman atau punishment (Stuart &

Laraia, 2005). Depresi adalah emosi normal manusia, tapi secara klinis

dapat bermakna patologik apabila mengganggu perilaku sehari-hari,

menjadi pervasive dan mucul bersama penyakit lain.

Menurut NANDA (2005) tanda dan gejala yang dimunculkan

sebagai perilaku telah dipertahankan dalam waktu yang lama atau kronik

yang meliputi mengatakan hal yang negative tentang diri sendiri dalam

waktu lama dan terus menerus, mengekspresikan sikap malu /minder/rasa

bersalah, kontak mata kurang/tidak ada, selalu mengatakan

ketidakmampuan/kesulitan untuk mencoba sesuatu, bergantung pada orang

lain, tidak asertif, pasif dan hipoaktif, bimbang dan ragu-ragu serta

Page 9: bab II.docx

menolak umpan balik positif dan membesarkan umpan balik negative

mengenai dirinya.

Mekanisme koping jangka pendek yang biasa dilakukan klien harga

diri rendah adalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari

krisis, misalnya pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terus

menerus. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok

social, keagamaan dan politik. Kegiatan yang memberi dukungan

sementara, seperti mengikuti suatu kompetisi atau kontes popularitas.

Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti

penyalahgunaan obat-obatan.

Jika mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil yang

diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka

panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana klien terlalu cepat

mengadopsi identitas yang disenangi dari orang-orang yang berarti tanpa

mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri. identitas negative,

dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat.

disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri

dan orang lain. terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga

dipengaruhi beberapa factor predisposisi seperti factor biologis, psikologis,

social dan cultural.

Factor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang

dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum, yang dapat pula

berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar

serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi

Page 10: bab II.docx

dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar

karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negative dan tidak

berdaya.

Struktur otak yang mungkin mengalami gangguan pada kasus harga

diri rendah adalah :

1.    System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan

harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa

tidak berguna atau gagal terus menerus.

2.    Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat

kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih

banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam melaksanakan

tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan perawat

padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah

dijadwalkan tersebut.

3.    Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur

arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk

mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien dengan harga

diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini maka arus

informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga

menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada

selalu mendominasi pikiran dari klien.

4.    Amigdala yang berfungsi untuk emosi.

Page 11: bab II.docx

F. POHON MASALAH

Sumber : Yosep (2009)

G. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI

1. Isolasi sosial : menarik diri

DS:

o Mengungkapkan tidak berdaya dan tidak ingin hidup lagi

o Mengungkapkan enggan berbicara dengan orang lain

o Klien malu bertemu dan berhadapan dengan orang lain

DO:

o Ekspresi wajah kosong

o Tidak ada kontak mata ketika diajak bicara

o Suara pelan dan tidak jelas

2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

DS:

o Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya

o Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli

o Mengungkapkan tidak bisa apa-apa

Isolasi sosial : menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Page 12: bab II.docx

o Mengungkapkan dirinya tidak berguna

o Mengkritik diri sendiri

DO:

o Merusak diri sendiri

o Merusak orang lain

o Menarik diri dari hubungan sosial

o Tampak mudah tersinggung

o Tidak mau makan dan tidak tidur

3. Koping keluarga tidak efektif

DS:

o Pasien mengatakan malu dan tidak mau diajak melakukan kegiatan

o Pasien mengatakan tidak dapat menghasilkan sesuatu

o Pasien mengatakan tidak mampu dalam melakukan perawatan diri

o Keluarga mengatakan pasien mandi hanya membasahi kepala saja

o Keluarga mengatakan pasien sering tidur berlebihan

DO:

o Pasien tidak mau melakukan aktifitas yang sebenarnya ia mampu

melakukan

o Pasien tidak mampu mencari informasi tentang perawatan.

o Pasien enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya

o Pasien tampak apatis dan pasif

o Ekspresi muka murung

o Bicara dan gerakan pasien lambat

o Tidur berlebihan

Page 13: bab II.docx

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Isolasi sosial : menarik diri

2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

3. Koping individu tidak efektif

I. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa 1: Isolasi sosial: menarik diri

Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak

terjadi halusinasi

Tujuan Khusus : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi

terapeutik dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Intervensi:

a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

Page 14: bab II.docx

b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab

menarik diri atau mau bergaul

c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta

penyebab yang muncul

d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan

kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

Intervensi:

a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi

halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)

b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berinteraksi

dengan orang lain

c. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berinteraksi dengan orang lain

d. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berinteraksi dengan orang lain

e. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain

f. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berinteraksi dengan

orang lain

g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan

orang lain

h. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan

orang lain

i. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan

perasaan tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Page 15: bab II.docx

Intervensi:

a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

b. Dorong dan bantu kien untuk berinteraksi dengan orang lain melalui

tahap :

- Klien – Perawat

- Klien – Perawat – Perawat lain

- Klien – Perawat – Perawat lain – Klien lain

- K – Keluarga atau kelompok masyarakat

c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berinteraksi

e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi

waktu

f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berinteraksi dengan orang

lain

Intervensi:

a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berinteraksi

dengan orang lain

b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berinteraksi dengan

orang lain.

c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan

perasaan manfaat berinteraksi dengan orang lain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Intervensi:

a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

Page 16: bab II.docx

- Salam, perkenalan diri

- Jelaskan tujuan

- Buat kontrak

- Eksplorasi perasaan klien

b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

- Perilaku menarik diri

- Penyebab perilaku menarik diri

- Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

- Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

- Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada

klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.

- Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian

menjenguk klien minimal satu kali seminggu

- Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh

keluarga

Diagnosa II : Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Tujuan umum: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.

Tujuan khusus: Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Intervensi :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi

terapeutik:

a. Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien

Page 17: bab II.docx

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

b. Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien.

c. Utamakan memberi pujian yang realistik.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

a. Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan.

b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat merencanakn kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimiliki.

a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari.

b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.

a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

b. Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien

dengan harag diri rendah.

b. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.

DIAGNOSA III: KOPING INDIVIDU TIDAK EFEKTIF

Page 18: bab II.docx

A. TUJUAN UMUM: pasien mampu menggunakan koping yang konstruktifuntuk

mengatsi stressnya

B. TUJUAN KHUSUS:

1) Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif

2) Pasien mampu mengatasi koping individu tidak efektif

3) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif

untuk mengatasi masalahnya

C. INTERVENSI KEPEWATAN

1) Bina hubungan saling percaya

Mengucapkan salam teraupetik

Berjabat tangan

Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien

2) Kaji struktur koping yang di gunakan klien

Temukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya

dengan pristiwa dan perubahannya

Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman

prilaku yang tidak menyenangkan

Dengarkan dengan cermat dan amati, ekspresi wajah, gerakan gubuh,

kontak mata, posisi tubuh, intonasi, dan intensitas suara pasien

Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan beri

tindakan yang dibutuhkan

3) Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya

Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memenag sulit untuk

dihadapi

Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan

dan pandangan realistis

4) Motivasi untuk melakukan evaluasi prilakunya sendiri

Page 19: bab II.docx

Apa yang positif pada dirinya

Apa yang perlu ditingkatkan

Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement

5) Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif

Identifikasi masalah yang dirasakan

Identifikasi penyebab masalah

Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu

Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah

Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan

Bantu klien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil