BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1...
-
Upload
truongliem -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Sektor Industri 2.1.1...
21
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1 Sektor Industri
2.1.1 Pengertian Industri
Istilah industri sering diidentikkan dengan semua kegiatan ekonomi
manusia yang mengolah barang mentah atau bahan baku menjadi barang setengah
jadi atau barang jadi. Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai
kegiatan manufaktur (manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas,
yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya
produktif dan komersial. Disebabkan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah
dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya,
makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah,
makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat
kegiatan dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri
pun berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan
pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal,
atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan
dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman
industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang
harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.
Universitas Sumatera Utara
22
Adapun klasifikasi industri berdasarkan kriteria masing-masing (Siahaan,
1996), adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat
dibedakan menjadi :
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga
kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal
yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga,
dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga
itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman,
industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan
ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar
5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang
relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau
masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri
batubata, dan industri pengolahan rotan.
c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja
sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki
modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan
tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki kemapuan manajerial
Universitas Sumatera Utara
23
tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan industri
keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari
100 orang. Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang
dihimpun secara kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga
kerja harus memiliki keterampilan khusus, dan pimpinan
perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and
profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi
baja, dan industri pesawat terbang.
2. Klasifikasi industri berdasarkan lokasi usaha
Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan
kegiatan industri. Berdasarkan lokasi unit usahanya, industri dapat
dibedakan menjadi :
a. Industri berorientasi pada pasar (market oriented industry), yaitu
industri yang didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b. Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented
industry), yaitu industri yang didirikan mendekati daerah
pemusatan penduduk, terutama daerah yang memiliki banyak
angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
Universitas Sumatera Utara
24
c. Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industry),
yaitu industri yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan.
Misalnya: industri semen di Palimanan Cirebon (dekat dengan batu
gamping), industri pupuk di Palembang (dekat dengan sumber
pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan Indramayu
(dekat dengan kilang minyak).
d. Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan
di tempat tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi
berdekatan dengan industri tekstil, industri pengalengan ikan
berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri gula berdekatan
lahan tebu.
e. Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose
industry), yaitu industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-
syarat di atas. Industri ini dapat didirikan di mana saja, karena
bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas serta dapat
ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri
otomotif, dan industri transportasi.
3. Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi
Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi :
a. Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah
menjadi barang setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya
Universitas Sumatera Utara
25
menyediakan bahan baku untuk kegiatan industri yang lain.
Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri
pemintalan, dan industri baja.
b. Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi
menjadi barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat
langsung dipakai atau dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri
pesawat terbang, industri konveksi, industri otomotif, dan industri
meubel.
4. Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga
pengklasifikasian industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986 yang dikeluarkan oleh Departemen
Perindustrian dan Perdagangan. Adapun pengklasifikasiannya adalah
sebagai berikut :
a. Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan
modal yang besar, keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi
maju. Adapun industri yang termasuk kelompok IKD adalah
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
26
1) Industri kimia organik, misalnya : industri bahan peledak dan
industri bahan kimia tekstil.
2) Industri kimia anorganik, misalnya : industri semen, industri
asam sulfat, dan industri kaca.
3) Industri agrokimia, misalnya : industri pupuk kimia dan industri
pestisida.
4) Industri selulosa dan karet, misalnya : industri kertas, industri
pulp, dan industri ban.
b. Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)
Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah
logam menjadi mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan
perakitan. Adapun yang termasuk industri ini adalah sebagai
berikut :
1) Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya :
mesin traktor, mesin hueler, dan mesin pompa.
2) Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah
batu, buldozer, excavator, dan motor grader.
3) Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor,
mesin gergaji, dan mesin pres.
Universitas Sumatera Utara
27
4) Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer.
5) Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan
generator.
6) Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong.
7) Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil,
motor, dan suku cadang kendaraan bermotor.
8) Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helikopter.
9) Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja,
industri alumunium, dan industri tembaga.
10) Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi
kapal.
11) Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi,
peralatan pabrik, dan peralatan kontruksi.
c. Aneka Industri (AI)
Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan
bermacam-macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun
yang termasuk industri ini adalah sebagai berikut :
1) Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi.
Universitas Sumatera Utara
28
2) Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es,
dan mesin jahit, televisi, dan radio.
3) Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampho, tinta,
plastik, obatobatan, dan pipa.
4) Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh,
kopi, garam dan makanan kemasan.
5) Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian,
kayu lapis, dan marmer.
d. Industri Kecil (IK)
Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah
pekerja sedikit, dan teknologi sederhana. Biasanya dinamakan
industri rumah tangga, misalnya : industri kerajinan, industri alat-
alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah (gerabah).
e. Industri Pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai
ekonomis dari kegiatan wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni
dan budaya (misalnya : pertunjukan seni dan budaya), wisata
pendidikan (misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat observasi
alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya : pemandangan
alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan
Universitas Sumatera Utara
29
wisata kota (misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat
perbelanjaan, wilayah pertokoan, restoran, hotel, dan tempat
hiburan).
2.1.2 Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun
taraf hidup yang lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu
merupakan suatu fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan
kegiatan yang mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber
daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang
lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal”
semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara
“horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang
semakin bertambah.
Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai peranan penting
sebagai sektor pemimpin (leading sector). Sektor pemimpin ini maksudnya adalah
dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat
pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor jasa.
Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian
untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun berkembang
Universitas Sumatera Utara
30
dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga
keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya, yang
kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri. Seperti
diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang kerja
yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat
(daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya beli) tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat.
UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization)
mengelompokkan negara-negara sebagai berikut (Muhammad, 1992) :
• Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap
PDB kurang dari 10 persen.
• Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut
antara 10-20 persen.
• Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30
persen.
• Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.
Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada
waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut
pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam
Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :
1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang
merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu
daerah. Karena keterkaitan antar industri sangat erat, maka
Universitas Sumatera Utara
31
perkembangan industri pemimpin akan mempengaruhi perkembangan
industri lain yang berhubungan erat dengan industri pemimpin
tersebut.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola
konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri
di daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah
lainya.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif
aktif dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang
tergantung dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah
yang relatif maju atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang
relatif pasif.
2.1.3 Keterkaitan antar Industri
Pendapat-pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri
sebagai suatu prioritas pembangunan bukan hanya didasarkan pada hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pertumbuhan industri menyertai
pembangunan. Para penganjur industri menunjukkan bahwa industri merupakan
suatu sektor pemimpin karena industri tersebut merangsang dan mendorong
investasi-investasi di sektor-sektor lain juga. Pola perkembangan industri dimana
barang hasil produksi suatu industri dimanfaatkan oleh industri lainnya adalah
bentuk keterkaitan antar industri.
Universitas Sumatera Utara
32
Konsep pertumbuhan tidak seimbang menunjukkan bahwa pertumbuhan
yang cepat dari satu atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri
lainnya yang terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut.
Keterkaitan-keterkaitan ini bisa keterkaitan ke belakang, misalnya industri tekstil
menyebabkan peningkatan produksi kapas atau zat-zat pewarna untuk disediakan
bagi industri tekstil tersebut. Keterkaitan tersebut bisa juga keterkaitan ke depan,
misalnya adanya industri tekstil domestik mendorong tumbuhnya investasi dalam
industri pakaian jadi.
2.1.4 Industri dan Tujuan Pembangunan
Setelah melihat industri dari berbagai perspektif, maka dapat disimpulkan
peranan yang diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama,
industrialisasi bukanlah suatu “obat yang paling mujarab” untuk mengobati
keterbelakangan. Tidak ada satupun faktor produksi, atau kebijaksanaan, atau
sektor, yang bisa menyelesaikan secara sendiri-sendiri proses pembangunan.
Demikian pula halnya dengan industri. Tetapi sektor industri mempunyai 2
pengaruh yang penting dalam setiap program pembangunan. Pertama,
produktivitas yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk
meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri pengolahan memberikan
kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi Industri Subsitusi Impor (ISI)
yang efesien dan meningkatkan ekspor daripada industri primer.
Jika industrialisasi bukan merupakan obat yang mujarab bagi
keterbelakangan, demikian juga halnya pembangunan perdesaan. Masing-masing
membutuhkan yang lainnya, dan akan gagal jika pertumbuhan tidak seimbang
Universitas Sumatera Utara
33
serta terlalu jauh. Industri bisa menyediakan input-input produktif, terutama
pupuk dan peralatan pertanian yang sederhana, bagi pertanian. Jika kebijaksanaan
luar negeri dijalankan dan industri pengolahan telah efisien, input-input tersebut
bisa ditawarkan dengan harga yang lebih murah daripada harga impor. Hubungan
tersebut bisa kebalikannya, karena pertanian menyediakan bahan-bahan baku
untuk industri, misalnya kapas, tembakau atau karet. Pertanian dan industri juga
saling menyediakan pasar bagi barang-barang produksinya masing-masing. Jika
pendapatan sektor pertanian tersebut tumbuh secara merata. Dimana di butuhkan
land-reform dan pembangunan pedesaan yang sangat meluas, maka industri akan
menikmati pasar yang lebih luas bagi barang-barang konsumsinya. Sejalan dengan
itu. Pertumbuhan pendapatan di perkotaan yang didorong oleh perluasan industri,
akan mendorong pertumbuhan output pertanian dan produktivitas melalui
kenaikan permintaan akan pangan. Namun demikian, kunci dari permintaan akan
pangan tersebut adalah tingkat pengerjaan yang meningkat dan perbaikan
distribusi pendapatan di perkotaan.
2.1.5 Industri Subsitusi Impor (ISI)
Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia, sejak
zaman pemerintahan Orde Baru adalah Industri Subsitusi Impor (ISI). ISI ini
diharapkan bisa menghasilkan barang-barang baru dalam negeri yang semula
diimpor. Setelah subsitusi impor berhasil, baru kemudian sebagian hasil
produknya diekspor. Jadi subsitusi impor ini memegang peranan penting dalam
mengenalkan barang-barang baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan
sendiri.
Universitas Sumatera Utara
34
Alasan untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu negara
dengan negara lain. Namun demikian, berikut ini dijelaskan beberapa alasan
penting :
• ISI dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa.
Seperti diketahui, hampir semua negara berkembang seringkali mengalami
kekurangan devisa. Oleh karena itu, devisa yang sedikit harus digunakan
secara efektif dan efesien.
• Dengan adanya ISI biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadapnya
dengan cara pembatasan barang-barang impor. Pembatasan barang-barang
impor tersebut tentu saja akan mengurangi jumlah barang-barang impor,
sementara itu permintaan di dalam negeri masih tetap besar, sehingga pada
akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan
produksi barang-barang yang terkena pembatasan impor tersebut. Dengan
kata lain, ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha di
dalam negeri.
• ISI bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri
akan berbagai barang industri dan juga karena semangat kemerdekaan
yang timbul di negara berkembang, yang kemudian diikuti pula oleh
keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam bidang ekonomi.
• Alasan lain bagi adanya ISI adalah untuk mengembangkan kegiatan
ekonomi di dalam negeri. Walaupun suatu negara tidak mengalami
kesulitan devisa, tetapi untuk memajukan perekonomian dan mendorong
timbulnya industri-industri utama di dalam negeri, Negara tersebut
Universitas Sumatera Utara
35
melakukan proteksi dan memberikan berbagai macam fasilitas kepada para
pengusaha. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh para pengusaha
bisa meningkat dan dapat mendorong kegiatan ekonomi lebih lanjut.
Dalam pelaksanaannya kebijaksanaan ISI, ada berbagai masalah yang
dihadapi oleh negara berkembang yang melaksanakannya. Pertama, kualitas
barang yang dihasilkan. Kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri sebagai
barang subsitusi impor sering jauh lebih rendah daripada hasil produksi luar
negeri. Kualitas yang rendah ini akan sulit untuk diekspor. Dengan demikian, ISI
bukannya menghemat penggunaan devisa tetapi juga menurunkan penerimaan
ekspor. Kedua, biaya produksi.pada tahap awal industrialisasi bisanya dibutuhkan
biaya yang sangat besar digunakan untuk tenaga kerja, membeli mesin-mesin, dan
membeli bahan-bahan baku yang diperlukan. Jadi modal yang diperlukan sangat
banyak. Jika suatu negara mempuyai modal yang sedikit, maka dalam tahap awal
indutrialisasinya terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja dari luar negeri.
2.1.6 Industri Promosi Ekspor (IPE)
Menurut Krueger (1997), ada 4 faktor yang menerangkan mengapa strategi
industalisasi promosi ekspor dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih
pesat daripada strategi ISI, keempat faktor tersebut adalah :
1. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri
Pengalaman beberapa negara berkembang, antara lain India, RRC
dan Filipina, telah menunjukan bahwa suatu sektor pertanian yang
pertumbuhannya lamban dapat menghambat pertumbuhan ekonomi pada
umumnya dan sektor industri pada khususnya. Hal ini dapat terjadi karena
Universitas Sumatera Utara
36
produksi pertanian yang lamban akan meningkatkan harga pangan,
sehingga tingkat upah juga cenderung naik, sehingga pada akhirnya akan
dapat menghambat pertumbuhan sektor industri.
2. Skala ekonomis
Bagi industri dimana faktor skala ekonomi adalah penting, maka
strategi promosi ekspor akan dapat memberikan dorongan yang lebih kuat
kepada perusahaan-perusahaan yang baru daripada strategi ISI, karena
perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana investasi, produksi,
dan pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan pasar ekspor.
Dengan strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik
dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena dalam membangun
pabrik-pabrik tersebut para pengusaha sudah merencanakan untuk
memasarkan sebagian dari produksi mereka di pasar dunia.
3. Dampak persaingan atas prestasi perusahaan
Suatu segi positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah
bahwa persaingan di pasar ekspor mengharuskan para pengusaha untuk
menjajaki berbagai cara untuk menekan biaya produksi mereka sampai ke
tingkat yang serendah-rendahnya, sehingga hasil produksi mereka dapat
bersaing dalam harga di pasar ekspor.
4. Kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi
Jika kekurangan devisa dapat menghambat pertumbuhan ekonomi
yang pesat pada tingkat makro ekonomi, skala investasi nasional perlu
Universitas Sumatera Utara
37
dikurangi, jika diperkirakan bahwa pada tahun mendatang akan dihadapi
masalah kekurangan devisa.
2.1.7 Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara keseluruhan telah tercakup
dalam Pola Pengembangan Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen
Perindustrian (dalam Siahaan, 1996). PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan :
1. Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman dan
pemantapan struktur industri serta dikaitkan dengan sektor lainnya.
2. Pengembangan indutri permesinan dan elektronika penghasil barang
modal.
3. Pengembangan industri kecil.
4. Pembangunan ekspor komoditi industri.
5. Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang bangun
khususnya perangkat lunak dan perekayasaan.
6. Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industri
berupa manajemen, keahlian, kejujuran serta keterampilan.
2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
2.2.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu
daerah dalam satu periode tertentu adalah PDRB. PDRB pada dasarnya
merupakan jumlah nilai tambah oleh seluruh unit ekonomi. Nilai akhir dari PDRB
Universitas Sumatera Utara
38
akan sama dengan total nilai nominal dari konsumsi, investasi, pengeluaran
pemerintah, serta ekspor bersih.
Konsumsi terdiri dari barang dan jasa yang dibeli rumah tangga. Konsumsi
dibagi menjadi tiga subkelompok : barang tidak tahan lama, barang tahan lama,
dan jasa. Barang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang yang
habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian. Barang tahan
lama (durable goods) adalah barang-barang yang memiliki usia panjang, seperti
mobil dan televisi. Jasa (services) meliputi pekerjaan yang dilakukan untuk
konsumen oleh individu atau perusahaan, seperti pangkas rambut dan berobat ke
rumah sakit.
Investasi terdiri dari barang–barang yang dibeli untuk penggunaan masa
depan. Investasi juga dibagi menjadi tiga subkelompok : investasi tetap bisnis,
investasi tetap residensi, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis adalah
pembelian pabrik dan peralatan baru oleh perusahaan. Investasi tetap residensi
adalah pembelian rumah baru oleh rumah tangga dan tuan tanah. Sedangkan
investasi persediaan adalah peningkatan dalam persediaan barang perusahaan.
Pengeluaran pemerintah adalah barang dan jasa yang dibeli oleh
pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Pembayaran transfer kepada
individu, seperti jaminan sosial dan kesejahteraan tidak termasuk pengeluaran
pemerintah karena merealokasi pendapatan yang ada dan tidak membuat
perubahan dalam barang dan jasa.
Ekspor bersih adalah nilai barang dan jasa yang diekspor ke negara lain
dikurang nilai barang dan jasa yang diimpor dari negara lain. Ekspor bersih
Universitas Sumatera Utara
39
menunjukkan pengeluaran bersih dari luar negeri pada barang dan jasa kita, yang
memberikan pendapatan bagi produsen domestik.
Umumnya PDRB dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu PDRB atas
harga berlaku (nominal) dan PDRB atas harga konstan (riil). PDRB atas harga
berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
menggunakan harga berlaku pada setiap tahun. Jadi, pada PDRB atas harga
berlaku sudah termasuk unsur inflasi. Sedangkan PDRB atas harga konstan
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga
pada tahun tertentu, misalnya 1983, 1993, atau 2000. PDRB atas harga konstan
meningkat hanya jika jumlah barang dan jasa meningkat, sedangkan PDRB atas
harga berlaku bisa meningkat karena produksi naik atau harga turun.
Setelah PDRB atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan diketahui,
maka dapat dihitung deflator PDRB. Deflator PDRB didefinisikan sebagai rasio
PDRB atas harga berlaku terhadap PDRB atas harga konstan.
Deflator PDRB =
Deflator PDRB mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga
dalam perekonomian.
2.2.2 Metode Penghitungan PDRB
a. Metode Langsung
1) Pendekatan Produksi (Production Approach)
PDRB merupakan jumlah nilai tambah bruto atau nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh unit produksi di suatu wilayah dan
periode tertentu, biasanya satu tahun. Nilai tambah bruto adalah nilai
Universitas Sumatera Utara
40
produksi bruto dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya
antara yang digunakan dalam proses produksi.
Y = P1Q1 + P2Q2 + … + PnQn
Dimana :
Y = PDRB
P1, P2, …, Pn = Harga satuan produk pada satuan masing-masing
sektor ekonomi
Q1, Q2, …, Qn = Jumlah produk pada satuan masing-masing sektor
ekonomi
Yang dipakai hanya nilai tambah bruto saja agar dapat menghindari
adanya perhitungan ganda.
2) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah
dan periode tertentu, biasanya satu tahun. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka nilai tambah bruto adalah jumlah dari upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal, dan laba yang kesemuanya belum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB
ini termasuk pola komponen penyusutan dan pajak tidak langsung neto.
Y = Yw + Yr + Yi + Yp
Dimana :
Y = Pendapatan regional atau PDRB
Yw = Pendapatan upah / gaji
Universitas Sumatera Utara
41
Yr = Pendapatan sewa
Yi = Pendapatan bunga
Yp = Pendapatan laba
3) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk
pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba,
pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik
bruto, perubahan inventori, dan ekspor bersih di dalam suatu wilayah
dan periode tertentu, biasanya satu tahun. Dengan metode ini,
penghitungan nilai tambah bruto bertitik tolak pada penggunaan akhir
dari barang dan jasa yang diproduksi.
Y = C + I + G + (X – M)
Dimana :
Y = PDRB
C = Pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi
I = Pengeluaran perusahaan untuk investasi
G = Pengeluaran pemerintah
(X-M) = Ekspor bersih
Yang dihitung hanya nilai transaksi-transaksi barang jadi saja, untuk
menghindari adanya perhitungan ganda.
b. Metode Tidak Langsung (Alokasi)
Menghitung nilai tambah suatu kelompok ekonomi dengan
mengalokasi nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok
Universitas Sumatera Utara
42
kegiatan pada tingkat regional. Metode ini menggunakan indikator yang
paling besar pengaruhnya terhadap produktivitas kegiatan ekonomi
tersebut.
2.2.3 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional
Data statistik pendapatan regional memberikan informasi yang
berguna mengenai berbagai aspek dari kegiatan ekonomi (Sukirno, 2004:55)
yaitu :
a. Menilai prestasi kegiatan ekonomi
Semakin tinggi pendapatan regional, semakin besar jumlah
output yang diciptakan dalam suatu wilayah dan semakin tinggi
kapasitas barang-barang modal yang digunakan oleh perusahaan-
perusahaan. Kenaikan pendapatan regional juga berkaitan erat dengan
kenaikan kesempatan kerja. Apabila tingkat pengangguran masih
tinggi, keadaan itu menggambarkan bahwa pendapatan regional yang
dicapai masih di bawah potensi maksimal.
b. Menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai
Dengan membandingkan statistik pendapatan riil pada suatu
tahun tertentu dengan pendapatan riil pada tahun-tahun sebelumnya
akan dapat ditentukan tingkat pertumbuhan ekonomi.
c. Memberi informasi mengenai struktur kegiatan ekonomi
Data pendapatan regional yang dihitung dengan cara
pengeluaran menunjukkan nilai dan komposisi pengeluaran agregat,
Universitas Sumatera Utara
43
seperti konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, investasi,
ekspor, dan impor.
Data pendapatan yang dihitung dengan cara produk neto
memberikan gambaran tentang peranan berbagai sektor dalam
perekonomian, yaitu menunjukkan nilai output yang mereka ciptakan
dan persentase sumbangan berbagai sektor terhadap pendapatan
regional.
d. Memberi gambaran mengenai taraf kemakmuran
Tingkat kemakmuran penduduk suatu regional dapat diketahui
melalui pendapatan per kapita yang diperoleh penduduk tersebut.
e. Sebagai dasar untuk membuat ramalan dan perencanaan
Data pendapatan regional pada masa kini dan masa lalu dapat
memberi informasi penting mengenai cirri-ciri dari kegiatan ekonomi,
seperti dapat menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang telah
dicapai dan sektor-sektor yang mewujudkan pertumbuhan tersebut,
perkembangan ekspor dan investasi, dan berbagai informasi penting
lainnya. Berdasarkan data tersebut, pemerintah dapat merumuskan
kebijakan ekonomi untuk mewujudkan pembangunan di masa
mendatang, seperti meramalkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang
akan dicapai, perkembangan investasi dan ekspor, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
44
2.3 Tenaga Kerja
2.3.1 Pengertian Tenaga Kerja
Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization),
penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Tenaga kerja dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 15
tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya,
tenaga kerja dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja
(penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah
tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja). Angkatan kerja dibedakan lagi ke
dalam dua kelompok, yaitu penduduk yang bekerja (sering disebut pekerja) dan
penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.
Dengan demikian, angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang
sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja
dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja. Angka yang
sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara angkatan kerja dan
tenaga kerja.
Secara umum, tenaga kerja (manpower) didefenisikan sebagai penduduk
yang berada pada usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam
suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan
terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas
tersebut.
Universitas Sumatera Utara
45
Menurut UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa : “Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki
atau perempuan yang sedang mencari pekerjaan, baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat”.
2.3.2 Teori Tentang Tenaga Kerja
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah
ketidakseimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan
penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah
(Kusumosuwidho dalam Subri, 2003:54). Keseimbangan tersebut dapat berupa
lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja (excess
supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja
(excess demand for labor).
W
S
We - - - - - - - - - - - - - - E
D
0 Ne N
Gambar 2.1 : Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Universitas Sumatera Utara
46
excess supply SL
W1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
DL
0 N1 N2 N
W
SL
W1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
excess demand DL
0 N1 N2 N
Gambar 2.2 : Kurva Ketidakseimbangan Pasar Tenaga Kerja
Keterangan gambar :
SL = Penawaran tenaga kerja (supply of labor)
DL = Permintaan tenaga kerja (demand for labor)
W = Upah (wage)
L = Jumlah tenaga kerja (labor)
Penjelasan gambar :
Universitas Sumatera Utara
47
1. Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama
dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Le
pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan demikian, titik
keseimbangan adalah titik E. Pada tingkat upah keseimbangan We, semua
orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak ada orang yang
menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada
tingkat upah We.
2. Pada gambar kedua, terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat
upah W1, penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintaan
tenaga kerja (DL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja
adalah sebanyak N2, sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian,
ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak N1N2.
3. Pada gambar ketiga, terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat
upah W1, permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada
penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya
untuk bekerja pada tingkat upah W1 adalah sebanyak N1, sedangkan yang
diminta adalah sebanyak N2.
Terdapat beberapa tokoh yang membahas mengenai tenaga kerja, diantaranya :
a. Adam Smith (1729-1790)
Smith menganggap bahwa manusia merupakan faktor produksi
utama yang menentukan kemakmuran suatu bangsa. Alasannya, alam
(tanah) tidak ada artinya kalau tidak ada SDM yang mengolahnya,
sehingga bermanfaat bagi kehidupan.
Universitas Sumatera Utara
48
Smith juga melihat bahwa alokasi SDM yang efektif adalah awal
pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal baru
mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tetap tumbuh. Dengan
kata lain, alokasi SDM yang efektif merupakan syarat perlu (necessary
condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
b. Lewis (1959)
Lewis menyebutkan bahwa kelebihan pekerja bukan merupakan
suatu masalah, melainkan suatu kesempatan. Kelebihan pekerja pada
suatu sektor akan memberi andil terhadap pertumbuhan produksi dan
penyediaan kerja di sektor lain. Ada dua struktur di dalam
perekonomian, yaitu subsisten terbelakang dan kapitalis modern. Pada
subsisten terbelakang, tidak hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi
juga sektor informal seperti pedagang kaki lima dan pengecer koran.
Pekerja pada subsisten terbelakang mayoritas berada di wilayah
pedesaan. Pada subsisten terbelakang memiliki kelebihan penawaran
pekerja dan tingkat upah yang relatif lebih rendah daripada kapitalis
modern. Lebih rendahnya upah pekerja di pedesaaan akan mendorong
pengusaha di wilayah perkotaan untuk merekrut pekerja dari pedesaan
dalam pengembangan industri modern perkotaan. Selama
berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran pekerja
pada subsisten terbelakang akan diserap.
Dengan terserapnya kelebihan pekerja di sektor industri modern,
maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat.
Universitas Sumatera Utara
49
Selanjutnya peningkatan upah ini akan mengurangi ketimpangan
tingkat pendapatan antara perkotaan dan pedesaan.
Dengan demikian menurut Lewis, adanya kelebihan penawaran
pekerja tidak memberikan masalah pada pembangunan ekonomi.
Sebaliknya kelebihan pekerja justru merupakan modal untuk
mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan pekerja
dari subsisten terbelakang ke kapitalis modern berjalan lancar dan
perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi “terlalu banyak”.
c. Fei-Ranis (1961)
Teori Fei-Ranis berkaitan dengan negara berkembang yang
mempunyai cirri-ciri kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum
dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian,
banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut Fei-Ranis, ada tiga tahap pembagunan ekonomi dalam
kondisi kelebihan buruh yakni :
1) Para penganggur semu (yang tidak menambah produksi pertanian)
Dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama.
2) Tahap ini dimana pekerja pertanian menambah produksi, tetapi
memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka
peroleh, dialihkan pula ke sektor industri.
3) Tahap ini ditandai dengan awal pertumbuhan swasembada pada saat
buruh pertanian menghasilkan produksi lebih besar daripada
perolehan upah institusional. Dalam hal ini, kelebihan pekerja
Universitas Sumatera Utara
50
terserap ke sektor jasa dan industri yang terus-menerus sejalan
dengan pertambahan produksi dan perluasan usahanya.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja
a. Tingkat upah
Tingkat upah akan mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi
perusahaan. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya
produksi, yang selanjutnya akan meningkatkan harga per unit produk
yang dihasilkan. Apabila harga per unit produk yang dijual ke konsumen
naik, reaksi yang biasanya timbul adalah mengurangi pembelian atau
bahkan tidak lagi membeli produk tersebut. Kondisi ini memaksa
produsen untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, yang
selanjutnya juga dapat mengurangi akibat perubahan skala produksi
disebut efek skala produksi (scale effect).
Suatu kenaikan upah dengan asumsi harga barang-barang modal
yang lain tetap, maka pengusaha mempunyai kecenderungan untuk
menggantikan tenaga kerja dengan mesin. Penurunan jumlah tenaga kerja
akibat adanya penggantian dengan mesin disebut efek subsitusi
(substitution effect).
b. Teknologi
Penggunaan teknologi dalam perusahaan akan mempengaruhi
berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja
belum tentu mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja. Karena dapat
terjadi kecanggihan teknologi yang menyebabkan hasil produksi yang
Universitas Sumatera Utara
51
lebih baik, namun kemampuannya dalam menghasilkan produk dalam
kuantitas yang sama atau relatif sama. Yang lebih berpengaruh dalam
menetukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin untuk
menghasilkan produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar dari pada
kemampuan manusia. Misalnya, mesin huller (penggilingan padi) akan
mempengaruhi permintaan tenaga kerja untuk menumbuk padi.
c. Produktivitas tenaga kerja
Berapa jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh
berapa tingkat produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri. Apabila untuk
menyelesaikan suatu proyek tertentu dibutuhkan 30 karyawan dengan
produktivitas standar yang bekerja selama 6 bulan. Namun dengan
karyawan yang produktivitasnya melebihi standar, proyek tersebut dapat
diselesaikan oleh 20 karyawan dengan waktu 6 bulan.
Arsyad Anwar (dalam Kasnawi, 1999) mengemukakan bahwa
produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh enam hal, yaitu
perkembangan barang modal per pekerja, perbaikan tingkat keterampilan,
pendidikan, dan kesehatan pekerja, meningkatkan skala usaha,
perpindahan pekerja antar jenis kegiatan, perubahan komposisi output
dari tiap sektor atau subsektor, serta perubahan teknik produksi. Di lain
pihak, Basri (dalam Kasnawi, 1999) mengemukakan bahwa tinggi
rendahnya produktivitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh pemanfaatan
kapasitas dari berbagai sektor. Produktivitas tenaga kerja rendah karena
pemanfaatan kapasitas produksi rendah.
Universitas Sumatera Utara
52
d. Kualitas tenaga kerja
Pembahasan mengenai kualitas ini berhubungan erat dengan
pembahasan mengenai produktivitas. Karena dengan tenaga kerja yang
berkualitas akan menyebabkan produktivitas meningkat. Kualitas tenaga
kerja ini tercermin dari tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman,
dan kematangan tenaga kerja dalam bekerja.
2.4 Kredit
2.4.1 Pengertian Kredit
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang
atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya
kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 Tahun 1998
menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-
meminjam antara bank dengan pihak lain mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Jika
seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.
Pengaruh kredit usaha terhadap PDRB menurut Beck (2009) adalah postif
dan signifikan. Penelitian yang dilakukannya dengan metode cross-section
(beberapa negara dalam rentang waktu 1994-2005) menunjukkan bahwa semakin
tinggi jumlah kredit usaha yang disalurkan perbankan terhadap sektor industri
maka akan semakin meningkatkan PDRB.
Universitas Sumatera Utara
53
Ketika bank memberikan pinjaman uang kepada nasabah, bank tentu saja
mengharapkan uangnya kembali. Karenanya, untuk memperkecil resiko
(misalkan, uangnya tidak kembali), dalam memberikan kredit bank harus
mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik (willingness to
pay) dan kemampuan membayar (ability to pay) nasabah untuk melunasi kembali
pinjaman beserta bunganya. Hal-hal tersebut terdiri dari Character (kepribadian),
Capacity (kapasitas), Capital (modal), Collateral (jaminan), dan Condition of
Economy (keadaan perekonomian), atau sering disebut sebagai 5C.
a. Character
Watak, sifat, kebiasaan debitur (pihak yang berutang) sangat
berpengaruh pada pemberian kredit. Kreditur (pihak pemberi utang) dapat
meneliti apakah calon debitur masuk ke dalam Daftar Orang Tercela
(DOT) atau tidak. Untuk itu kredit juga dapat meneliti biodatanya dan
informasi dari lingkungan usahanya. Informasi dari lingkungan usahanya
dapat diperoleh dari supplier dan costumer dari debitur. Selain itu dapat
pula diperoleh dari Informasi Bank Sentral, namun tidak dapat diperoleh
dengan mudah oleh masyarakat umum, karena informasi tersebut hanya
dapat diakses oleh pegawai bank bidang perkreditan dengan menggunakan
password dan komputer yang terhubung secara online dengan bank
sentral.
b. Capacity
Kapasitas adalah berhubungan dengan kemampuan seorang debitur
untuk mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditur dapat
Universitas Sumatera Utara
54
meneliti kemampuan debitur dalam bidang manajemen, keuangan,
pemasaran, dan lain-lain.
c. Capital
Dengan melihat banyaknya modal yang dimiliki debitur atau
melihat berapa banyak modal yang ditanamkan debitur dalam usahanya,
kreditur dapat menilai modal debitur. Semakin banyak modal yang
ditanamkan, debitur akan dipandang semakin serius dalam menjalankan
usahanya.
d. Collateral
Jaminan dibutuhkan untuk berjaga-jaga seandainya debitur tidak
dapat mengembalikan pinjamannya. Biasanya nilai jaminan lebih tinggi
dari jumlah pinjaman.
e. Condition of Economy
Keadaan perekonomian di sekitar tempat tinggal calon debitur juga
harus diperhatikan untuk memperhitungkan kondisi ekonomi yang akan
terjadi di masa mendatang. Kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan
antara lain masalah daya beli masyarakat, luas pasar, persaingan,
perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal, dan lain-lain.
2.4.2 Klasifikasi Kredit
Kredit yang disalurkan sistem perbankan dapat dikelompokkan atau
diklasifikasikan berdasarkan beberapa criteria, yaitu :
a. Berdasarkan jangka waktu pelunasannya (Maturity)
1) Kredit Jangka Pendek (Short Term Loan)
Universitas Sumatera Utara
55
Kredit jangka pendek adalah kredit yang harus dilunasi dalam
waktu setahun atau kurang. Biasanya kredit ini digunakan untuk
kelancaran usaha, khususnya penyediaan dana untuk modal kerja.
2) Kredit Jangka Menengah (Medium Term Loan)
Kredit ini harus dilunasi dalam jangka waktu satu sampai dengan
tiga tahun. Kredit ini umumnya digunakan untuk pembiayaan modal
kerja perusahaan-perusahaan besar atau kredit investasi perusahaan-
perusahaan kecil.
3) Kredit Jangka Panjang (Long Term Loan)
Kredit ini harus dilunasi dalam jangka waktu tiga sampai lima
tahun, bahkan lebih. Umumnya kredit jangka panjang digunakan untuk
membiayai investasi. Semakin besar investasinya, makin panjang
jangka waktu pembayarannya. Dalam kasus-kasus khusus, yakni untuk
investasi yang mencapai ratusan milyar rupiah bahkan triliunan rupiah,
jangka waktu kredit bisa mencapai puluhan tahun. Misalnya kredit
untuk pembangunan hotel berbintang lima atau pabrik kimia raksasa.
b. Berdasarkan ada tidaknya jaminan (Collateral)
1) Kredit Dengan Jaminan (Secured Loan)
Kredit dengan jaminan adalah kredit yang disertai dengan jaminan
atau agunan. Bentuk-bentuk jaminan dapat berupa harta berwujud
seperti tanah dan bangunan, kendaraan bermotor, dan beberapa harta
wujud lainnya yang berharga dan dapat diterima oleh perbankan.
Jaminan yang diserahkan debitur dapat juga berbentuk surat-surat
Universitas Sumatera Utara
56
berharga (aset finansial), seperti surat saham, obligasi, dan deposito
yang dibekukan. Barang atau aset yang dijaminkan harus lebih besar
dari nilai kredit yang diberikan.
2) Kredit Tanpa Jaminan (Unsecured Loan)
Kredit tanpa jaminan dapat diberikan kepada seseorang atau
perusahaan tertentu dengan beberapa alasan. Pertama, orang tersebut
sudah sangat dikenal, teruji, dan dipercaya oleh pihak bank. Kedua,
prospek debitur sangat baik dan biasanya juga terkait dengan penilaian
bank tentang reputasi orang atau perusahaan tersebut. Kredit tanpa
jaminan juga dapat diberikan kepada perusahaan-perusahaan kecil dan
atau pengusaha lemah. Namun pemberiannya harus sangat selektif,
karena pemberian kredit tanpa jaminan sangat beresiko.
c. Berdasarkan Segmen Usaha
1) Kredit Pertanian
Kredit pertanian adalah kredit yang disalurkan kepada usaha sektor
pertanian seperti peternakan, perkebunan, dan perikanan. Kredit-kredit
tersebut dapat disalurkan kepada petani-petani kecil di pedesaaan,
seperti yang dilakukan oleh BRI Unit Desa atau dapat juga kepada
perkebunan besar seperti kelapa sawit dan karet.
2) Kredit Industri
Kredit yang disalurkan kepada sektor industri ada yang untuk
industri kecil dan rumah tangga, tetapi ada juga untuk industri besar.
Universitas Sumatera Utara
57
Di Indonesia, penyaluran kredit untuk sektor industri umumnya lebih
besar dibandingkan dengan sektor pertanian.
3) Kredit Jasa
Kredit jasa adalah kredit yang disalurkan untuk sektor jasa, baik
untuk Usaha Mikro Kecil (UMK) umumnya maupun usaha besar.
Kredit yang disalurkan kepada UMK umumnya untuk kegiatan
perdagangan kecil (toko-toko) dan rumah makan. Sedangkan yang
termasuk dalam kelompok usaha besar adalah perdagangan besar,
restoran, mewah, dan hotel-hotel berbintang.
d. Berdasarkan Tujuan
1) Kredit Komersial (Commercial Loan)
Kredit komersial diberikan untuk memperlancar kegiatan nasabah
yang bidang usahanya adalah perdagangan seperti kredit untuk usaha
pertokoan dan kredit ekspor.
2) Kredit Konsumsi (Consumption Loan)
Kredit konsumsi diberikan untuk memenuhi kebutuhan dana bagi
debitur yang ingin membeli barang atau kebutuhan-kebutuhan
konsumsi. Contohnya adalah kredit rumah atau kredit mobil.
e. Berdasarkan Penggunaan
1) Kredit Modal Kerja
Kredit modal kerja diberikan untuk tujuan komersial, yaitu
membuat perusahaan mampu menjalankan usahanya sekalipun arus
kas masuk untuk sementara masih lebih kecil dari arus kas keluar.
Universitas Sumatera Utara
58
Besarnya kredit modal kerja dapat diketahui dengan menghitung
selisih terbesar antara kewajiban lancar dengan aktiva lancar. Besar
maksimum selisih antara kewajiban lancar dengan aktiva lancar
menunjukkan jumlah dana yang harus didukung oleh perbankan.
Semakin besar dan modern jenis usahanya biasanya kebutuhan modal
kerjanya semakin besar.
2) Kredit Investasi
Kredit investasi diberikan kepada debitur agar dapat membeli
barang-barang modal maupun jasa yang diperlukan dalam rangka
rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, relokasi, dan pendirian usaha baru.
Dilihat dari jangka waktu pengembaliannya, kredit investasi termasuk
kredit jangka menengah dan panjang.
2.4.3 Manfaat Kredit
Menurut Tjoekam (1999:32), kredit memiliki beberapa manfaat, yaitu :
a. Bagi debitur
1) Kredit dapat membuat kegiatan usaha semakin lancar dan baik
daripada sebelumnya.
2) Kredit dapat meningkat minat berusaha dan keuntungan sebagai
jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
3) Kredit dapat memperluas kesempatan berusaha dan bekerja dalam
perusahaan.
b. Bagi kreditur
1) Kredit merupakan sumber utama pendapatan bank.
Universitas Sumatera Utara
59
2) Pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk
lainnya.
3) Kredit dapat dijadikan sebagai instrumen penjaga likuiditas,
solvabilitas, dan profitabilitas bank.
4) Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan.
c. Bagi masyarakat
1) Kredit dapat menimbulkan backward dan forward linkage dalam
perekonomian.
2) Kredit dapat mengurangi pengangguran karena membuka peluang
berusaha, bekerja, dan pemerataan pendapatan.
3) Kredit meningkatkan fungsi pasar karena ada peningkatan daya beli.
Universitas Sumatera Utara