BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang...

18
BAB II TINJAUAN UMUM Istilah Maluku Utara merupakan penyebutan bagi kawasan Kepulauan Maluku bagian utara dari sudut pandang geografis. Secara administratif kawasan Maluku Utara meliputi beberapa Daerah Tingkat II di Propinsi Maluku Utara. Secara astronomis, kawasan tersebut berada pada koordinat 124º – 129º BT dan 3º LU – 3º LS. 1 Kawasan Maluku Utara merupakan daerah kepulauan yang meliliki potensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di simpang empat yang menghubungkan kawasan Filipina di utara, New Guinea serta pasifik di Timur, Kepulauan Timor di selatan, dan Sulawesi serta kawasan Indonesia barat lainnya di sebelah baratnya. 2 1 D.D. Bintarti, J.R. Indraningsih, S.A. Kosasih, Laporan Hasil Kepurbakalaan di Daerah Maluku Tengah (Pulau Ambon, Seram, dan Sekitarnya) No. 8 (Jakarta: Puslitarkenas, 1977), hal. 3. dan Bahar Andili, “Profil Daerah Maluku Utara”, dalam E.K.M Masinambouw ed., Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, Jilid VIII No. 1 Nomor Istimewa (III) Halmahera dan Raja Ampat, (Jakarta: Depdikbud, 1980), hal. 3. 2 Lihat Peta 2.1.

Transcript of BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang...

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

BAB II

TINJAUAN UMUM

Istilah Maluku Utara merupakan penyebutan bagi kawasan Kepulauan

Maluku bagian utara dari sudut pandang geografis. Secara administratif kawasan

Maluku Utara meliputi beberapa Daerah Tingkat II di Propinsi Maluku Utara.

Secara astronomis, kawasan tersebut berada pada koordinat 124º – 129º BT dan 3º

LU – 3º LS.1 Kawasan Maluku Utara merupakan daerah kepulauan yang meliliki

potensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di

simpang empat yang menghubungkan kawasan Filipina di utara, New Guinea

serta pasifik di Timur, Kepulauan Timor di selatan, dan Sulawesi serta kawasan

Indonesia barat lainnya di sebelah baratnya.2

1 D.D. Bintarti, J.R. Indraningsih, S.A. Kosasih, Laporan Hasil

Kepurbakalaan di Daerah Maluku Tengah (Pulau Ambon, Seram, dan Sekitarnya) No. 8 (Jakarta: Puslitarkenas, 1977), hal. 3. dan Bahar Andili, “Profil Daerah Maluku Utara”, dalam E.K.M Masinambouw ed., Majalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, Jilid VIII No. 1 Nomor Istimewa (III) Halmahera dan Raja Ampat, (Jakarta: Depdikbud, 1980), hal. 3.

2 Lihat Peta 2.1.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

26

Sumber : 3D World Atlas (1997) dan Microsoft Encarta Reference Library (2003), dengan modifikasi.

Peta 2.1. Kedudukan Maluku Utara dalam Kepulauan Indonesia

1000 km

U

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

27

Keletakannya yang berada di zona perantara (Wallacea)3 membuat

kawasan ini sangat baik untuk mengamati keragaman manusia dan budayanya dan

endemisme berbagai jenis flora dan fauna, baik yang disebabkan oleh pola

perpindahan maupun evolusi setempat. Untuk mengidentifikasi masalah

perpindahan manusia, dalam bagian ini akan dipaparkan latar belakang

lingkungan biotik dan abiotik di kawasan Maluku Utara.

A. KONDISI LINGKUNGAN KAWASAN MALUKU UTARA

1. Geomorfologi

Kawasan Maluku Utara adalah kawasan yang didominasi oleh perairan,

dengan perbandingan luas daratan dan laut adalah 1 : 3.4 Kawasan ini terdiri atas

353 pulau dengan luas kira-kira 32.000 km², yang tersebar di atas perairan seluas

3 Penyebutan nama Wallacea digunakan untuk menunjukkan pada

kawasan di daerah Indonesia bagian tengah, yang terletak di antara paparan-paparan kontinental daratan Sunda dan Sahul. Kawasan ini meliputi kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara) dari Lombok ke timur, Sulawesi, kepulauan Maluku dan bahkan juga Filipina, tidak termasuk kepulauan Palawan. Kawasan Wallacea telah berevolusi sebagai zona ketidakstabilan lapisan luar yang dahsyat dan sekarang muncul sebagai sejumlah pulau yang dipisahkan oleh dua cekungan samudra yang dalam, terutama laut Sulu, laut Sulawesi dan Laut Banda. Seluruh kawasan ini terbentuk oleh proses-proses pengangkatan dan penurunan yang cepat. Oleh sebab itu, kawasan ini tidak pernah menjadi jembatan darat yang berkelanjutan antara Asia dan Australia dan semua penyebaran flora, fauna serta manusia yang melaluinya tentunya harus melewati air. Sumber: Peter Bellwood, Prasejarah kepulauan Indo-Malaysia, edisi revisi, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2000), hlm. 10. dan Cliff D. Ollier, “The Geological Background to Prehistory in Island Southeast Asia”, Modern Quaternary Research of Southeast Asia, No. 9, (1985), hal. 35. Lihat peta 2.2.

4 Profil Propinsi Republik Indonesia: Maluku, (Jakarta: PT. Intermasa, 1992), hlm. 26.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

28

107.381 km².5 Kawasan kepulauan ini berbatasan dengan Samudra Pasifik di

utara, Samudra Indonesia dan Laut Arafura di selatan, Pulau Sulawesi di barat dan

Pulau Irian di timur.6

Gugusan kepulauan di kawasan Maluku Utara terbentuk oleh relief-relief

yang besar, Palung-palung Samudra, dan Punggung Pegunungan yang sangat

mencolok saling bersambung silih berganti.7 Secara umum struktur fisiografi

kawasan Maluku Utara terbentuk dari zona pertemuan dua sistem bentang alam.

Kedua sistem bentang alam tersebut antara lain adalah Sistem Bentang Alam

Sangihe dan Sistem Bentang Alam Ternate, dengan batasnya adalah Cekungan

Celebes di barat dan Cekungan Halmahera di timur.

Pada kedua sistem bentang alam tersebut terdapat dua busur pegunungan

yang bersifat vulkanik dan non vulkanik.8 Pada Sistem Bentang Alam Sangihe

terdapat:

1. Busur dalam vulkanik : Busur kepulauan Sangihe

2. Busur luar non vulkanik : Busur kepulauan Talaud-Maju

Sistem Bentang Alam Ternate terdiri dari:

1. Busur dalam vulkanik : Busur kepulauan Zona Ternate, Morotai-Bacan,

termasuk bagian barat Pulau Halmahera utara

2. Busur luar non vulkanik : Busur kepulauan Sellius-Maju-Obi

5 Bahar Andili, ibid., hlm. 3. 6 Ibid., hlm. 25. 7 Profil Propinsi Republik Indonesia: Maluku, op.cit., hlm. 17. 8 R.W. Van Bemmelen, The Geology of Indonesia, Volume IA: General

Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes, ( The Hague: Martinus Nijhoff, 1977), hlm. 47-48. Lihat peta 2.2.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

29

Sumber: Van Bemmelen, (1977), dengan modifikasi.

Laut Maluku yang terletak di antara Sistem Bentang Alam Sangihe dan

Sistem Bentang Alam Ternate merupakan zona benturan dua sistem bentang alam

tersebut. Zona benturan Laut Maluku merupakan bagian yang paling rumit di

kawasan ini. Lempeng Laut Maluku, yaitu sebuah lempeng benua kecil

mengalami tumbukan ke Palung Sangihe di bawah Busur Sangihe di barat dan ke

arah timur di bawah Halmahera, sedangkan di sebelah selatannya terikat oleh

Patahan Sorong. Busur dalam Halmahera yang bersifat vulkanis berkembang di

Peta 2.2. Fisiografi Maluku Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

30

sepanjang pantai barat Halmahera dan menghasilkan pulau-pulau lautan yang

bersifat vulkanis, antara lain adalah: Ternate, Tidore, Makian dan Moti. Mare

terbentuk dari material vulkanis yang terangkat, sedangkan Kayoa berasal dari

terumbu karang yang terangkat. Mayu dan Tifore yang terletak di sepanjang gigir

tengah Laut Maluku yang meninggi merupakan keping Melange aktif .9

Bentang lahan pada pulau-pulau di kawasan Maluku Utara mayoritas

merupakan perbukitan dan pegunungan. Paparan dataran rendah yang tidak terlalu

luas hanya dapat dijumpai di sepanjang pantai dan muara sungai. Pada beberapa

barisan pegunungan terdapat puncak-puncak gunung berapi, dan beberapa

diantaranya masih aktif. Gunung api yang paling aktif adalah Gunung Gamalama

atau Gunung Kie-Tobona (Piek Van Ternate) di pulau Ternate dan Gunung Kie-

Mutubu di Pulau Tidore, yang termasuk dalam Kepulauan busur vulkanik Zona

Ternate.10

2. Iklim dan Musim

Kawasan Maluku Utara yang dilalui garis katulistiwa, memiliki iklim

tropis musiman. Iklim di kawasan ini sangat dipengaruhi oleh angin muson yang

berasal dari pemanasan yang terjadi pada massa daratan Asia dan Australia. Iklim

di kawasan ini bersifat musiman dengan curah hujan yang rendah, kecepatan

9 Kathryn A. Monk, Yance De Fretes, Gayatri Reksodihardjo-Lilley, ”Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku”, Seri Ekologi Indonesia, Buku V, (Jakarta: Prenhallindo, 2000), hlm. 44.

Keping Melange Aktif adalah kedudukan keping-keping batuan yang acak sehingga tidak dapat dibedakan stratifikasi umur berdasarkan urutan pembentukan batuan. Fenomena tersebut terjadi pada zona tumbukan antar lempeng benua yang masih aktif.

10 Profil Propinsi Republik Indonesia: Maluku,, op.cit., hlm. 27-29.

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

31

angin yang tinggi dan intensitas penyinaran yang tinggi. Hal tersebut membuat

kawasan ini menjadi lebih kering, sedangkan iklim basah dengan curah hujan

yang melebihi penguapan tidak terjadi di sini.11 Curah hujan di kawasan Maluku

Utara rata-rata mencapai 3.000 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan antara

153-266 hari per tahun. Suhu udara rata-rata 26,3º C, dengan suhu udara

maksimum 30,1º C dan suhu minimum 23,5º C.12

Angin muson barat laut dimulai pada bulan Desember, bersifat basah

sehingga menyebabkan musim penghujan. Curah hujan maksimum terjadi pada

bulan Januari dan Februari. Peralihan musim terjadi pada bulan Maret dan April.

Angin pasat tenggara dimulai pada bulan April, bersifat kering sehingga

menyebabkan musim kemarau. Puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juli

sampai Agustus, dan kemudian diikuti dengan peralihan musim yang terjadi pada

bulan September dan November.13

3. Flora dan Fauna

Persebaran flora dan fauna (biogeografis) secara alami sangat dipengaruhi

oleh faktor geologis. Namun demikian, persebaran yang disebabkan oleh faktor

manusia (translokasi) juga memiliki peranan yang sangat penting bagi

biogeografis. Kawasan Maluku Utara secara biogeografis termasuk dalam

kawasan Wallacea yang merupakan kawasan peralihan diantara dua wilayah besar

11 Kathryn A. Monk, Yance De Fretes, Gayatri Reksodihardjo-Lilley,

op.cit., hlm. 69. 12 Profil Propinsi Republik Indonesia: Maluku, op.cit., hlm. 34. 13 Kathryn A. Monk, Yance De Fretes, Gayatri Reksodihardjo-Lilley,

op.cit., hlm. 69-70. Lihat peta 2.3.

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

32

yaitu Oriental dan Australia.14 Proses endemisme15 yang sangat tinggi terjadi di

kawasan ini dan masih berlangsung hingga saat ini, sehingga menimbulkan

kerumitan bagi pemaparan asal-usul biogeografis di kawasan tersebut.

Berdasarkan penelitian baru-baru ini, Michaux berpendapat bahwa secara

biogeografis, kawasan Maluku Utara lebih dekat kaitannya dengan Papua.16

Secara umum fauna mammalia asli Maluku terdiri dari marsupial (binatang

14 Kawasan Oriental meliputi: India, Srilanka, Indo-Cina, Sumatra, Jawa,

Kalimantan, Formosa, dan Filipina. Biom utamanya adalah hutan tropik. Lihat peta 2.4.

Kawasan Australia meliputi: Australia, Tasmania, Irian, Papua, dan pulau-pulau di Pasifik Selatan. Biom utamanya adalah gurun, savana serta hutan tropik.

Sumber: Peter Farb, Ekologi, Pustaka Alam Time-Life Books Inc. (Jakarta: Tira Pustaka, 1981), hlm. 184-185.

15 Keberadaan organisme atau taksa yang distribusinya terbatas pada kawasan atau lokasi geografis tertentu, seperti pulau atau benua. Sumber: Abercrombie, M., M. Hickman, M.L. Johnson and H. Thain, Kamus Lengkap Biologi, Edisi ke-8, Terjemahan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1993), hlm. 203.

16 Peter Farb op.cit., hlm. 313.

Peta 2.3. Batas Biogeografi di

Kawasan Wallacea

Sumber: Kathryn A. Monk, Yance De Fretes, Gayatri Reksodihardjo-Lilley, (2000), dengan

modifikasi.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

33

berkantung), tikus pengerat dan kelelawar. Fauna tersebut sama dengan fauna

mamalia yang kini mendominasi kawasan Papua dan Australia. Jumlah mamalia

darat di kawasan ini hanya 10 jenis, sedangkan spesies mamalia udara berjumlah

25 jenis.17 Di Maluku utara terdapat beberapa jenis kuskus (Phalangeridae)

endemik, yaitu Phalanger pelengensis di Kepulauan Sula, Phalanger ornatus di

Kep. Halmahera, Phalanger rothschildi di Pulau Obi dan Phalanger alexandrae

di Pulau Gebe. Selain itu, Phalanger orientalis dan Spilocuscus maculatus

kemungkinan didatangkan dari Papua.18 Kehadiran Phalanger orientalis dan

bajing terbang (Petaurus breviceps) yang tersebar luas di kawasan ini

kemungkinan besar diperkenalkan oleh manusia dari Papua.19

Menurut Flannery20, di Maluku Utara fauna tikus yang asli kawasan ini

sangat langka dan berbeda dengan dua kawasan di sekitarnya, Sulawesi dan

Papua. Rattus moroteiensis dan beberapa jenis endemik lainnya memiliki

hubungan kekerabatan dengan jenis Melanesia, sedangkan Rattus elaphinus di

Kepulauan Sula memiliki hubungan dengan Sulawesi. Satu-satunya tikus wirok

yang masih bertahan hidup hingga kini adalah Rhynchomeles prattorum yang ada

17 Alfred Russel Wallace, Menjelajah Nusantara, Ekspedisi: Alfred

Russel Wallace abad ke-19, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 217. 18 T.F. Flannery, “Mamalia Maluku”, dalam Kathryn A. Monk, Yance De

Fretes, Gayatri Reksodihardjo-Lilley, ”Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku”, Seri Ekologi Indonesia, Buku V, (Jakarta: Prenhallindo, 2000), hlm. 370. dan T.F. Flannery, P. Bellwood, J.P. White, T. Ennis, G. Irwin, K. Scubert, and K. Balasubramaniam, “Mammals from Holocene Archaeologycal Deposit on Gebe and Morotai Islans, Northern Moluccas, Indonesia”, Australian Mammalogy, Vol. 20 Num. 3 (1998). Hlm.395.

19 Alfred Russel Wallace, op.cit., hlm. 217. 20 T.F. Flannery, loc. cit.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

34

di Pulau Seram. Tikus wirok dan wallabi (Dorcopsis) diperkirakan mulai punah di

Halmahera sejak 5.000 tahun yang lalu, dan tidak ada satu pun yang hidup sejak

rusa (Cervidae), babi (Suidae), anjing (Canidae), luwak (Viverridae), dan celurut

(Soricidae) diperkenalkan oleh manusia dari Asia.

Babun (Cynopthecus nigrescens) yang ada di pulau Bacan dan Jailolo

diperkirakan didatangkan oleh manusia dari Sulawesi. Satu-satunya karnivora di

kawasan ini adalah musang (Viverra tangalunga), yang ditemukan di pulau

Bacan, Buru dan beberapa pulau kecil lainnya. Menurut Wallace, hewan ini

didatangkan oleh manusia dari Filipina dan pulau besar lainnya di Indonesia

barat.21 Selain itu, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan rusa (Cervus

timorensis) yang terdapat di kawasan tersebut juga didatangkan oleh manusia.22

Untuk mengetahui kondisi paleoekologi di kawasan Maluku Utara, telah

didapat sampel pollen dari Laut Banda. Endapan pollen berasal dari akumulasi

serbuk sari tumbuhan yang hidup pada masa lampau. Proses pembentukan

endapan pollen di Laut Banda berkaitan erat dengan iklim muson dan pola

sirkulasi arus laut yang terjadi di kawasan tersebut sehingga mengendapkan

serbuk sari di Laut Banda. Berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh tersebut

dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel pollen tersebut berasal dari

Sulawesi, Maluku dan Australia Utara.23 Sampel pollen yang berasal dari Kala

21 Alfred Russel Wallace, op.cit., hlm. 217-218. 22 Kathryn A. Monk, Yance De Fretes, Gayatri Reksodihardjo-Lilley,

ibid., hlm.319. 23 Sander van der Kaars, Xuan Wang, Peter Kershaw, Francois Guichard,

Duddy Arifin Setiabudi, ”A Late Quaternary palaeoecological from the Banda

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

35

Holosen sebagian besar meliputi pollen tumbuhan jenis Macaranga, Mallotus,

Nauclea, Moraceae, Urticaceae, dan Trema. Dari beberapa sempel tersebut dapat

diketahui bahwa vegetasi yang mendominasi kawasan Indonesia Timur sejak Kala

Holosen adalah vegetasi yang berasal dari hutan kayu dan padang rumput, dengan

sedikit tanaman hutan hujan tropis.24

Pada saat ini, jenis-jenis tanaman yang telah dibudidayakan di Maluku

Utara adalah jenis tanaman pangan, antara lain adalah: padi, jagung, kacang

kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, sayur mayur dan buah-buahan. Selain

itu juga beberapa tanaman perkebunan, antara lain adalah: pala, kopi, cengkeh,

kelapa, jambu mete, coklat, tebu dan karet. Hasil hutan dari kawasan tersebut

antara lain adalah: sagu, bambu dan rotan.25

4. Catatan Etnografi

Menurut penelitian Martodirdjo26, di Maluku Utara, khususnya di Pulau

Halmahera dan pulau-pulau di sekitarnya, berkembang dua kelompok rumpun

bahasa yang berbeda, yaitu bahasa Austronesia di bagian selatan dan bahasa Non-

Austronesia (Papua) di bagian Utara. Sejumlah 9 bahasa lokal di Halmahera

Sea, Indonesia: patterns of vegetation, climate and biomass burning in Indonesia and northern Australia”, Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology, No. 155, (Elsevier Science, 2000), hlm. 141.

24 Ibid., hlm 149. 25 Profil Propinsi Republik Indonesia: Maluku, op.cit., hlm. 43. 26 Lihat: Haryo S. Martodirdjo, “Perkembangan Bahasa dan Budaya

Daerah Perbatasan Rumpun Bahasa Austronesia dan Non-Austronesia di Halmahera”, dalam Sudaryanto dan Alex Horo Rambadeta (eds), Antar Hubungan Bahasa dan Budaya di Kawasan Non-Austronesia, (Yogyakarta: PSAP-UGM, 2000), hlm. 57-76.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

36

Selatan termasuk rumpun bahasa Austronesia yang memiliki persamaan genetik

dengan kerabat bahasa Austronesia lainnya di Indonesia Timur dan 12 bahasa

lokal di Halmahera Utara termasuk rumpun bahasa Papua yang berkerabat dengan

bahasa Papua yang dituturkan di daerah Kepala Burung.27

Sumber: Haryo S. Martodirdjo, (2000).

27 Lihat peta 2.5.

Peta 2.4. Peta bahasa di Halmahera dan pulau-pulau sekitarnya

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

37

Adanya dua rumpun bahasa yang digunakan di Maluku Utara

mengindikasikan adanya dua kelompok budaya yang berbeda. Pada kenyataannya

masyarakat yang berbicara bahasa Austronesia biasanya tidak memahami

pembicaran dalam bahasa Non-Austronesia (Papua), begitu juga sebaliknya. Hal

ini seperti yang terjadi pada masyarakat Makian Barat dan Makian Timur, yang

tinggal di pulau kecil Makian. Akibat dari gejala tersebut di Maluku Utara

berkembang bahasa perantara (Lingua Franca) yang digunakan dalam pergaulan

sehari-hari antarkelompok masyarakat yang saling berbeda bahasa dan budayanya.

Bahasa tersebut adalah bahasa Melayu Pasar yang berlaku di seluruh Halmahera

Selatan dan Utara. Bahasa tersebut merupakan bentuk lokal dari bahasa Melayu

standar dengan 45% kosa katanya berasal dari bahasa Ternate yang termasuk

dalam rumpun bahasa Non-Austronesia .28

Mahirta29 telah mendokumentasikan etnografi mengenai pelayaran antar

pulau yang masih dapat dijumpai di kepulauan Maluku Utara. Pelayaran tersebut

digunakan untuk mendistribusikan gerabah Mare, satu-satunya produsen gerabah

di kepulauan Maluku Utara yang masih ada hingga saat ini, ke seluruh kawasan

kepulauan tersebut. Sampai saat ini terdapat tiga rute utama yang masih dilakukan

dalam pelayaran-perdagangan tersebut, yaitu: pelayaran di sepanjang pulau-pulau

sebelah barat Halmahera, pelayaran sepanjang Pulau Halmahera-Morotai, dan

pelayaran ke (Sorong) Kepala Burung dan berputar di sepanjang Teluk Weda.

28 Ibid., hlm. 70. 29 Lihat: Mahirta, “The Development of Mare Pottery in the Northern

Moluccas Context and its Recent Trading Network”, Thesis, (Canberra: ANU, 1996).

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

38

Walaupun dalam penelitian tersebut yang menjadi fokus kajian adalah

pelayaran antar pulau sebagai media distribusi gerabah Mare, tetapi disamping itu

juga berhasil diungkapkan pemerataan distribusi produk-produk ke seluruh

kawasan kepulauan Maluku Utara yang penduduknya hanya berkonsentrasi pada

sumber-sumber tertentu saja dari lingkungan sekitarnya. Seperti misalnya:

penduduk Pulau Mare menghasilkan gerabah, Bacan menghasilkan ikan, Moti

menghasilkan buah-buahan dan sayur mayur, Halmahera menghasilkan kerang

yang berharga, seperti misalnya kapis-kapis (Pinctada sp.) dan bialola (Trocus

sp.), tanduk rusa, dan taring hiu, Weda menghasilkan kopra, cengkeh, dan pala.

B. KONDISI LINGKUNGAN PULAU KAYOA

1. Gambaran Umum

Pulau Kayoa merupakan sebuah pulau koral di kawasan Maluku Utara

dengan panjang 20 km, lebar 7 km, dan luas 150 km².30 Pulau ini berjarak 30 km

di sebelah barat Pulau Halmahera, pulau terbesar di kawasan ini. Pulau Kayoa

berada di antara Pulau Makian di sebelah utara dan Pulau Bacan di sebelah

selatan.31 Pulau ini menghasilkan padi, jagung dan sedikit kapas, serta buah-

30 D.D. Bintarti, J.R. Indraningsih, S.A. Kosasih, ibid., hlm. 20. dan Peter

Bellwood, Excavations in Uattamdi Rockshelters, Kayoa Island, (Tidak dipublikasikan), hlm. 1.

31 Lihat Peta 2.6.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

39

buahan berupa pepaya dan nanas.32 Selain itu, pulau ini juga merupakan penghasil

rempah-rempah utama selain Pulau Ternate, Tidore, Makian, dan Moti.33

Sumber: Microsoft Encarta Reference Library (2003), dengan modifikasi

32 Alfred Russel Wallace, op.cit., hlm. 178. 33 Profil Propinsi Republik Indonesia: Maluku, op.cit., hlm. 2.

Peta 2.5. Pulau Kayoa dan pulau-pulau lainnya di Laut Maluku

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

40

2. Kondisi Fisik

Berdasarkan pada sejarah pembentukannya, Pulau Kayoa merupakan

sebuah pulau atol yang berasal dari terumbu karang yang terangkat naik pada

Periode Kuarter, kira-kira sejak dua juta tahun yang lalu.34 Bentuk lahan di pulau

ini berupa pegunungan dengan tanahnya yang berbatu-batu.35 Secara geologis

pulau ini termasuk dalam rangkaian busur dalam vulkanis Zona Ternate, yaitu

jajaran kepulauan vulkan dari Morotai sampai Bacan termasuk Halmahera barat

bagian Utara. Walaupun demikian pulau ini temasuk pulau vulkanik yang tidak

aktif.

Titik tertinggi di pulau ini adalah Gunung Tigalalu dengan ketinggian 422

m, yang merupakan sebuah gunung api tua yang masih mempertahankan ciri

gunung apinya dengan kerucut dalam dan lingkar luar kawahnya. Batuan vulkanik

Tigalalu berumur Plestosen akhir, sedangkan bagian timur pulau ini terdiri dari

batuan vulkanik dari Kala pra-Miosen. Selain itu, sepanjang pesisir barat pulau ini

terbentuk dari terumbu karang yang terangkat naik pada Kala Pleistosen.

Setidaknya ada tiga tingkatan koral yang terangkat naik, dengan tebing-tebing

rendah. Bagian barat pulau ini merupakan pantai pasir koral dan tanjung koral,

sedangkan sepanjang pesisir timur merupakan daerah rawa.36

34 Kathryn A. Monk, Yance De Fretes, Gayatri Reksodihardjo-Lilley,

ibid., hlm. 43. dan Van Bemmelen, op.cit., hlm. 384. 35 Alfred Russel Wallace, op.cit., hlm. 50-51. 36 Peter Bellwood, Excavations in Uattamdi Rockshelters, Kayoa Island,

(tidak dipublikasikan, a), hlm. 1.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

41

Keterangan: Tomb : Formasi Bacan, dengan komposisi: breksi gunung api, lava andesit, bersisipan dengan

batu pasir dan batu lempung. QI : Batu gamping, terumbu karang terangkat.

3. Manusia dan Bahasa

Menurut Wallacea yang mengunjungi pulau Kayoa pada tahun 1858,

penduduk Pulau Kayoa memiliki ciri ras campuran antara Mongoloid dan

Melanesid. Mereka memiliki pertalian darah yang erat dengan penduduk di

Peta 2.6. Kondisi Geologi Pulau Kayoa

Sumber: Aswan Yasin, Peta Geologi Lembar Bacan, Maluku (1980), dengan

modifikasi.

5 km

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM - ARKEOLOGI INFORMATIKA · PDF filepotensi strategis dari sudut pandang keletakannya. Kawasan ini terletak di ... di kawasan ini bersifat musiman dengan curah

42

Ternate dan Jailolo. Mata pencaharian mereka sebagian besar adalah berladang

dan membuat perahu.37

Berdasarkan hasil penelitian para ahli linguistik yang memetakan bahasa-

bahasa di kawasan Maluku Utara, sampai saat ini penduduk Pulau Kayoa

menggunakan bahasa Kayoa yang termasuk dalam sub-stratum bahasa

Austronesia.38 Walaupun demikian bahasa Kayoa lebih khusus yang disebabkan

oleh perbedaan dialek, interaksi dengan bahasa Non-Austronesia yang ada di

Maluku Utara bagian utara, dan hasil perkembangan lokal.

37 Alfred Russel Wallace, op.cit., hlm. 178. 38 Haryo S. Martodirdjo, op.cit., hlm. 76. Lihat juga Peta 2.5.