BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. Sistem a. · antara tiap-tiap objek dengan...
-
Upload
duongquynh -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN A. Sistem a. · antara tiap-tiap objek dengan...
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Sistem
a. Pengertian Sistem
Dalam A.Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:28) Kata “Sistem”
berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema, yang artinya himpunan bagian
atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan
suatu keseluruhan. Selain itu bisa diartikan sekelompok elemen yang
independen, namun saling berkaitan sebagai satu kesatuan.
Dalam A.Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:28-29) terdapat
beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya yaitu
menurut Indrajit mengemukakan bahwa “Sistem mengandung arti
kumpulan dari komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu
dengan yang lain”. Menurut Harijono Djojodiharjo menyatakan bahwa
“Sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup hubungan fungsional
antara tiap-tiap objek dengan hubungan ciri setiap objek yang secara
keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional”.
Menurut Murdick R.G dalam A.Rusdiana dan Moch. Irfan
(2014:29) menyatakan bahwa “Sistem adalah seperangkat elemen
yang membentuk kumpulan atau bagian-bagian pengolahan yang
mencari suatu tujuan dengan mengoperasikan data dan/atau barang
pada waktu tertentu untuk menghasilkan informasi”.
Menurut Jogianto dalam A.Rusdiana dan Moch. Irfan
(2014:29) menyatakan bahwa “Sistem adalah kumpulan dari elemen
yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini
menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti
tempat, benda, serta orang-orang yang ada dan terjadi”.
Menurut Prajudi Admosudirdjo dalam Moekijat (1991:04)
menyatakan bahwa “Sistem sebagaimana telah saya rumuskan dalam
bab-bab terdahulu adalah sesuatu yang terdiri atas objek-objek, atau
unsur-unsur, atau kelompok-kelompok yang bertata-kaitan dan
bertata-hubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-
8
unsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan
tertentu”.
Menurut The Liang Gie dalam Moekijat (1991:04-05)
menyatakan bahwa “Sistem itu diartikan sebagai suatu kebulatan dari
bagian-bagian atau unsur-unsur yang paling berhubungan menurut
suatu peraturan yang tertib guna mencapai maksud tertentu”.
Menurut Ensiklopedia Administrasi dalam Moekijat (1991:06),
menjelaskan bahwa “Sistem adalah suatu rangkaian prosedur yang telah
merupakan suatu kebulatan untuk melaksanakan suatu fungsi”.
Berdasarkan dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa sistem adalah suatu kegiatan yang terdiri atas obyek-obyek atau
unsur-unsur yang telah merupakan suatu kebulatan untuk melaksanakan
suatu fungsi demi tercapainya suatu tujuan tertentu.
b. Karakteristik Sistem
1) Menurut Edhi Sutanta
Menurut Edhi Sutanta (Dalam bukunya A. Rusdiana dan Moch. Irfan,
2014:35-36) Karakteristik sistem yaitu sebagai berikut:
a) Komponen (components)
Komponen sistem adalah segala sesuatu yang menjadi bagian
penyusun sistem. Komponen sistem dapat berupa benda nyata
ataupun abstrak. Komponen sistem disebut sebagai subsistem.
b) Batas (boundary)
Batas sistem diperlukan untuk membedakan suatu sistem dengan
sistem yang lain. Tanpa adannya batas sistem, sangat sulit untuk
memberikan batasan Scope tinjauan terhadap sistem.
c) Lingkungan (environments)
Lingkungan sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar
sistem lingkungan sistem yang dapat menguntungkan ataupun
merugikan.
9
d) Penghubung atau antarmuka (interface)
Penghubung atau antarmuka merupakan sarana memungkinkan
setiap komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang bertugas
menjembatani hubungan antarkomponen dalam sistem.
e) Masukan (input)
Masukan merupakan komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang
perlu dimasukan ke dalam sistem sebagai bahan yang akan diolah
lebih lanjut untuk menghasilkan keluaran (output) yang berguna.
f) Pengolahan (processing)
Pengolahan merupakan komponen sistem yang mempunyai peran
utama mengolah masukan agar menghasilkan output yang
berguna bagi para pemakainya.
g) Keluaran (output)
Keluaran merupakan komponen sistem yang berupa berbagai
macam bentuk keluaran yang dihasilkan oleh komponen
pengolahan.
h) Sasaran (objectives) dan tujuan (goal)
Setiap komponen dalam sistem perlu dijaga agar saling bekerja
sama agar mampu mencapai sasaran dan tujuan sistem.
i) Kendali (control)
Setiap komponen dalam sistem perlu dijaga agar tetap bekerja
sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.
j) Umpan balik (feed back)
Umpan balik diperlukan oleh bagian kendali (control) sistem
untuk mengecek terjadinya penyimpanan proses dalam sistem dan
mengembalikannya pada kondisi normal.
2) Menurut Mcleon dan Schell
Menurut Mcleon dan Schell (dalam bukunya Badri Munir Sukoco,
2007:32), sebuah sistem yang baik memiliki karakteristik sebagai
berikut:
10
a) Fleksibel
Walaupun sistem yang efektif adalah sistem yang terstruktur dan
terorganisir dengan baik, namun sebaliknya cukup fleksibel agar
lebih mudah disesuaikan dengan keadaan yang sering berubah.
b) Mudah diadaptasikan
Sistem yang baik juga harus cepat dan mudah diadaptasikan
dengan kondisi baru tanpa mengubah sistem yang lama maupun
mengganggu fungsi utamanya.
c) Sistematis
Agar berfungsi secara efektif, hendaknya sistem yang ada bersifat
logis dan sistematis, yaitu sistem yang dibuat tidak akan
mempersulit aktivitas pekerjaan yang telah ada.
d) Fungsional
Sistem yang efektif harus dapat membantu mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
e) Sederhana
Sebuah sistem seharusnya lebih sederhana sehingga lebih mudah
dipahami dan dilaksanakan.
f) Pemanfaatan sumber daya yang optimal
Sistem yang dirancang dengan baik akan menjadikan penggunaan
sumber daya yang dimiliki organisasi dapat dioptimalkan
pemanfaatannya.
11
Gambar II.1 Karakteristik Sistem
Sumber: Dalam buku A. Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:38)
Sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu
berupa input data yang dimasukkan ke dalam sistem yang dapat berupa
maintenance input dan sinyal input, setelah itu proses atau pengolah yang
akan mengubah masukan menjadi keluara, dan yang terakhir yaitu
keluaran (output) yang merupakan berbagai macam bentuk keluaran yang
dihasilkan oleh komponen pengolahan.
Pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar untuk sistem yang
sudah berjalan sudah sesuai dengan karakteristik sistem yang efektif,
yaitu dalam pengelolaan sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembatu
pada kain oxford. Dalam sistem pengadaan tersebut maka untuk input
datanya berupa Order Produksi dari Marketing, prosesnya (permintaan
pembuatan resep, pembuatan bon pemakaian chemical dan dyestuff,
pembuatan resume dan permintaan barang), dan output berupa laporan
penggunaan chemical dan dyestuff pada setiap bulan yang dibuat oleh
bagian akuntansi.
Batas
Sistem
Lingkungan
Masukan Keluaran Proses
Mekanisme
Pengendalia
n Umpan Balik
Tujuan
12
c. Klasifikasi Sistem
Dalam bukunya A. Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:42-43), Sistem dapat
diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang, diantaranya sebagai berikut:
1) Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak dan sistem fisik.
Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide
yang tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem teologia, yaitu
sistem yang berupa pemikiran- pemikiran hubungan antara manusia
dengan tuhan. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.
2) Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah dan sistem buatan
manusia. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses
alam, tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan
interaksi antara manusia dan mesin disebut dan human-machine
system atau dan yang menyebut dengan man-machine system. Sistem
informasi akuntansi merupakan contoh man-machine system karena
menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan
manusia.
3) Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu dan sistem tidak
tentu. Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah
dapat diprediksi. Sistem komputer adalah contoh dari sistem tertentu
yang tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-
program yang dijalankan. Sistem tidak tentu adalah sistem yang
kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung
unsur probabilitas.
4) Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan
sistem terbuka. Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak
berhubungan dengan lingkungan luasnya. Sistem ini bekerja secara
otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya.
Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh
dengan lingkungan luarnya.
13
Dari teori klasifikasi sistem diatas, sistem pengadaan dyestuff dan
bahan pembantu pada kain oxford di PT. Sari Warna Asli Unit I
Karanganyar menggunakan jenis sistem tertentu, karena sistem yang
dijalankan berdasarkan sistem komputer yang dapat dipastikan
berdasarkan program-program yang dijalankan untuk memudahkan dalam
menyelesaikan tugas yang ada di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar.
d. Pelaku Sistem
Dalam bukunya A.Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:35-36), Pelaku sistem
terdiri atas tujuh kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Pemakai
Pada umumnya ada tiga jenis pemakai, yaitu operasional, pengawas,
dan eksekutif .
2) Manajemen
Ada tiga jenis manajemen, yaitu manajemen pemakai yang bertugas
menangani pemakaian ketika sistem baru diterapkan, manajemen
sistem yang diterapkan dalam pengembangan sistem, manajemen
umum yang terlibat dalam strategi perencanaan sistem dan sistem
pendukung pengambilan keputusan.
3) Pemeriksa
Pemeriksa menentukan segala sesuatunya berdasarkan ukuran-
ukuran standar yang dikembangkan di banyak perusahaan sejenis.
4) Penganalisis sistem
Fungsi dari penganalisis sistem antara lain sebagai berikut:
a) Arkeolog, yaitu menelusuri cara sistem lama berjalan, sistem
tersebut dijalankan, dan segala hal menyangkut sistem lama;
b) Inovator, yaitu membantu mengembangkan dan membuka
wawasan pemakai bagi kemungkinan lain;
c) Mediator, yaitu menjalankan fungsi komunikasi dari semua
level, antara lain pemakai, manajer, programmer, pemeriksa,
14
dan pelaku sistem lain yang mungkin belum memiliki sikap
dan cara pandangan yang sama; dan
d) Pimpinan, yaitu penganalisis sistem harus personal yang
berpengalaman dari programmer atau desainer.
5) Pendesain Sistem
Pendesain sistem menerima hasil penganalisis sistem berupa
kebutuhan pemakai yang tidak berorientasi pada teknologi tertentu,
kemudian ditransformasikan ke desaian arsitektur tingkat tinggi dan
dapat diformulasikan oleh programmer.
6) Programmer
Setelah penganalisis sistem memberikan hasil kerjanya dan diolah
oleh pendesain sistem, programmer dapat mulai bekerja.
7) Personal Pengoperasian
Pelaku ini bertugas dan bertanggung jawab di pusat komputer,
misalnya jaringan, keamanan perangkat lunak, pencetakan, back-up.
2. Pengadaan
a. Pengertian pengadaan
Pengadaaan sangat penting bagi perusahaan karena dapat
mempermudah dan memperlancar jalannya operasi di perusahaan. Jumlah
dan tingkat pengadaan berbeda-beda pada setiap perusahaan, tergantung
volume produksi, jenis usaha dan proses produksinya. Pengadaan juga
melibatkan beberapa pihak lain, maka perwujudan sistem pengadaan yang
baik akan berdampak perilaku pihak yang terlibat. Pada dasarnya,
pengadaan mementingkan faktor efisiensi dan efektifitas.
Menurut Adrian Sutedi (2009:3), mengatakan bahwa “Pengadaan
merupakan suatu upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau
mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya, dengan menggunakan
metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu, dan
kesepakatan lainnya. Agar hakikat atau esensi pengadaan barang dan jasa
tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah pihak yaitu
15
pihak pengguna dan penyedia haruslah selalu berpatokan pada filosofi
pengadaan barang dan jasa, tunduk pada etika dan norma pengadaan
barang dan jasa yang berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metode dan
proses pengadaan barang dan jasa yang baku.
Dengan demikian terlihat bahwa banyaknya bahan-bahan yang
disediakan akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber di
dalam perusahaan tersebut, demikian pula dengan kelancarannya.
Berasilnya perusahaan dalam pengadaan bahan baku dapat dilihat dari
dapat ditekannya biaya-biaya yang digunakan untuk membeli bahan baku
tapi tujuan yang ingin dicapai seperti kualitas produk dan pelayanan yang
diberikan dapat tercapai.
b. Jenis-Jenis Pengadaan Fisik
Menurut Freddy Rangkuti (2005:14-15), Setiap jenis pengdaan memiliki
karekteristik sendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Pengadaan dapat
dibedakan yaitu:
1) Pengadaan bahan mentah (raw material) yaitu pengadaan barang-
barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen
lainnya yang digunakan dalam proses produksi;
2) Pengadaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/
components), yaitu pengadaan barang-barang yang terdiri dari
komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana
secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk;
3) Pengadaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu
pengadaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi,
tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi;
4) Pengadaan barang dalam proses (work in process), yaitu pengadaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam
proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi
masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi; dan
16
5) Pengadaan barang jadi (finished goods), yaitu pengadaan barang-
barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap
untuk dijual atau dikirim kepada langganan.
c. Cara-Cara Pengadaan
Pengadaan barang dan jasa diawali dari adanya transaksi
pembelian secara tunai, kemudian berkembang kearah pembelian
berjangkau waktu pembayaran dan cara pembayaran lain. Menurut Adrian
Sutedi (2009:2), pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara, sebagai
berikut:
1) Pengadaan barang dengan cara lelang
Lelang dilakukan dengan cara pihak pengguna menyampaikan daftar
barang yang dibeli tidak hanya kepada satu tetapi kepada beberapa
pihak penyedia barang. Dengan meminta penawaran kepada
beberapa pihak penyedia barang, pengguna dapat memilih
penawaran yang paling murah dari setiap jenis barang yang akan
dibeli.
2) Pengadaan barang dengan cara pemesanan
Pegadaan barang dengan cara pemesanan, dikarenakan barang yang
dibutuhkan belum tersedia bebas dipasaran. Agar barang yang
dipesan dapat dibuat seperti yang diinginkan, maka pihak pemesan
menyusun secara tertulis nama, jenis, spesifikasi dan jumlah barang
(dokumen pemesanan barang). Kemudian diserahkan kepada pihak
penyedia barang. Pengadaan barang dengan cara pemesanan dapat
dilakukan pada barang bergerak maupun tidak bergerak.
d. Etika Pengadaan
Mengingat dalam proses pengadaan berhubungan dengan pihak
lain, maka diperlukan adanya etika agar tidak terjadi perselisihan dalam
proses pengadaan. Adapun etika pengadaan yang diatur dalam Keppres
17
No. 80 Tahun 2003 Pasal 5 butir a sampai dengan h, dalam buku yang
tertulis oleh Adrian Sutedi (2009:10), yaitu:
1) Melaksanakan tugas secara tertib, disertai tanggung jawab untuk
mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan
pengadaan barang dan jasa;
2) Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta
menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang
seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
dalam pengadaan barang dan jasa;
3) Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung
untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan yang tidak
sehat;
4) Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak;
5) Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan
para pihak terkait, langsung maupun tidak langsung dengan proses
pengadaan barang dan jasa (conflict of interest);
6) Mengindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam pengadaan barang dan jasa;
7) Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang (seperti
kolusi) dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau
pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
keuangan negara; dan
8) Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjajikan untuk
memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada
siapa pun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan
pengadaan barang dan jasa.
e. Prinsip Pengadaan
Pengadaan barang dan jasa harus dilaksanakan prinsip-prinsip
pengadaan, prinsip utama pengadaan barang dan jasa adalah efesiensi dan
18
efektifitas. Prinsip-prinsip pengadaan diatur dalam Keppres No. 80 Tahun
2003 Pasal 3, dalam buku yang ditulis oleh Adrian Sutedi (2009:12-13)
yaitu, sebagai berikut:
1) Efisien
Yang dimaksud dengan prinsip efisien berarti pengadaan barang
dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya
terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu
sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;
2) Efektif
Yang dimaksud dengan prinsip efektif bahwa dalam pengadaan
barang dan jasa harus didasarkan pada kebutuhan yang telah
ditetapkan (sasaran yang ingin dicapai) dan dapat memberikan
manfaat yang tinggi dan sebenar-benarnya sesuai sasaran yang
dimaksud;
3) Persaingan Sehat
Yang dimaksud dengan prinsip persaingan yang sehat dalam
pengadaan barang dan jasa adalah diberinya kesempatan kepada
semua penyedia barang dan jasa yang setara dan memenuhi
persyaratan sesuai ketentuan, untuk menawarkan barang dan
jasanya berdasarkan etika dan norma pengadaan yang berlaku, dan
tidak terjadi kecurangan dan praktik KKN;
4) Terbuka (Transparansi)
Yang dimaksud dengan prinsip terbuka dalam pengadaan barang
dan jasa adalah memberikan semua informasi dan ketentuan
mengenai pengadaan barang dan jasa, termasuk syarat teknis
administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi,
penetapan calon penyedia barang dan jasa, yang sifatnya terbuka
kepada peserta penyedia barang dan jasa, yang sifatnya terbuka
kepada peserta penyedia barang dan jasa yang berminat, serta bagi
masyarakat luas pada umumnya;
19
5) Tidak diskriminatif (Adil)
Yang dimaksud dengan tidak diskriminatif dalam pengadaan
barang dan jasa adalah pemberian perlakuan yang sama kepada
semua calon penyedia barang dan jasa yang berminat mengikuti
pengadaan barang dan jasa, dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara dan/ atau alasan
apapun; dan
6) Akuntabilitas
Yang dimaksud dengan akuntabilitas dalam pengadaan barang dan
jasa adalah adanya pertanggungjawaban pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa (laporan) kepada para pihak yang terkait dan
masyarakat berdasarkan etika, norma, dan ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengadaan barang
dilakukan secara bekerjasama dengan pihak lain untuk memperlancar
kegiatan produksi dengan mempertimbangkan faktor efisiensi dan
efektifitas masing-masing pihak. Pengadaan dilakukan dengan
berpedoman pada etika dan prinsip-prinsip pegadaan barang dan jasa.
Sistem pengadaan barang digunakan untuk membantu
memperlancar proses produksi. Kelancaran proses produksi menyangkut
kelangsungan hidup perusahaan, sehingga sistem dan prosedur pengadaan
sangat penting untuk perusahaan. Sistem pengadaan juga berfungsi sebagai
pedoman yang harus dipatuhi karena peranannya penting dalam proses
manajemen.
Pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar, untuk mengadakan
dyestuff dan bahan pembantu (chemical) pada kain oxford berdasarkan
permintaan dari bagian gudang kecil dan gudang besar yang kemudian
diserahkan pada bagian pembelian. Bagian gudang mempunyai permintaan
dan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan barang yang
akan diproduksi, sehingga bagian pembelian selaku petanggung jawab
20
terhadap kelangsungan pengadaan barang berperan penting dalam
menindak lanjuti permintaan kebutuhan barang. Untuk pengadaan dyestuff
dan bahan pembantu (chemical) di PT. Sari Warna Asli Unit I
Karanganyar berdasarkan pengadaan yang dilakukan dengan berpedoman
pada etika dan prinsip- prinsip pegadaan barang dan jasa.
3. Dyestuff
a. Pengertian Dyestuff (Zat warna)
Menurut Arifin Lubis (1993:5) mengatakan bahwa “Zat Warna
adalah zat yang digunakan untuk memberi warna pada bahan (kain atau
benang) dengan cara dicelupkan atau dicap”. Zat warna yang dapat
digunakan untuk pencapan sama seperti macam zat warna yang digunakan
untuk pencelupan tekstil. Dalam perdagangan terdapat zat warna
(dyestuff) dalam bentuk bubuk atau bubuk halus yang dapat dilarutkan
dalam air atau yang tidak larut dalam air tetapi mudah didispersikan dan
banyak juga dalam bentuk pasta.
b. Klasifikasi Dyestuff (Zat warna)
Menurut Oriyati dan Winarni Chatib (1995:31-83) menerangkan adanya
klasifikasi dyestuff dalam proses pembuatan kain, yaitu sebagai berikut:
1) Zat Warna (Dyestuff) direk
Pewarnaan menggunakan zat warna (dyestuff) direk dapat dilakukan
pada bahan yang berasal dari serat kapas, rayon, sutera, dan wol.
Sebenarnya macam warnanya sangat banyak dan beberapa di
antaranya mempunyai ketahanan sinar yang sangat baik. Akan tetapi
pada umumnya hasil pewarnaan dengan zat warna direk mempunyai
sifat tahan cuci yang kurang baik. Pemakaian zat warna Direk pada
waktu ini telah banyak digantikan oleh zat warna reaktif dan zat
warna pigmen, karena hasilnya mempunyai sifat ketahanan yang
lebih baik.
21
2) Zat Warna (Dyestuff) Asam
Pewarnaan dengan zat warna asam baik digunakan untuk serat wol
dan sutera. Warnanya mengkilap dan ketahanan cucinya baik. Untuk
pewarnaan serat kapas jarang dipakai karena zat warna asam tidak
terfiksasi pada serat kapas. Pemakaian zat warna asam untuk rayon
viskosa dewasa ini terdesak oleh zat warna Reaktif “Precion” yang
mempunyai ketahanan cuci yang lebih baik. Pemakaian zat warna
asam bertambah luas untuk pewarnaan serat poliamida.
3) Zat Warna (Dyestuff) Basa
Pewarnaan serat selulosa dan rayon viskosa dengan zat warna basa
jarang dilakukan. Ketahanan lunturnya kurang baik. Meskipun
kilapnya sangan baik dan harganya murah, akan tetapi zat warna
basa lebih banyak dipakai untuk keperluan-keperluan yang bukan
tekstil misalnya untuk tinta kertas dan pencapan kertas. Biasanya zat
warna basa dipakai untuk pewarnaan wol dan sutera.
4) Zat Warna (Dyestuff) Belerang
Zat warna belerang jarang digunakan untuk pewarnaan karena zat
warna dan zat-zat pembantunya tidak stabil, dan merusak atau
mempengaruhi peralatan pewarnaan yang dipakai. Meskipun
demikian, masih sering dipakai unuk proses etsa putih dan etsa
berwarna pada serat kapas.
5) Zat Warna (Dyestuff) Bejana
Pewarnaan dengan zat warna bejana dapat dilakukan pada bahan
yang berasal dari serat selulosa, rayon viskosa, wol, sutera, selulosa
asetat, poliester, poliamida, poliakrilat, dan polivinyl.
6) Zat Warna (Dyestuff) Naphtol
Pewarnaan dengan zat warna naphtol dapat dipakai untuk serat
kapas, tetapi tidak banyak dilakukan karena prosesnya panjang.
Daya serapnya terdapat rayon viskosa lebih besar dari pada terdapat
kapas, sehingga penghilangkan sisa naphtol yang tidak dibangkitkan
dengan garam diazonium dari dalam bahan akan lebih sulit. Zat
22
warna Naphtol memberikan warna-warna yang cerah dengan
ketahanan sinar sedang sampai baik.
7) Zat Warna (Dyestuff) Rapid
Zat warna ini terutama dipakai untuk serat kapas. Mempunyai sifat
cepat mengering dan kilapnya baik. Penggunaanya sekarang sudah
banyak digantikan oleh zat warna reaktif.
8) Zat Warna (Dyestuff) Reaktif
Pewarnaan dengan zat warna reaktif pada umumnya digunakan pada
bahan tekstil yang terbuat dari serat selulosa seperti kapas dan rayon.
Selain itu zat warna reaktif juga dapat digunakan dalam pewarnaan
sutera, wol, dan poliamida. Sebagaimana dalam pewarnaan, maka
dua jenis zat warna reaktif, yaitu reaktif panas dan reaktif dingin
dapat digunakan dalam pewarnaan.
9) Zat Warna (Dyestuff) Dispersi
Pewarnaan dengan zat warna dispersi pada umumnya digunakan
pada bahan tekstil yang terbuat dari serat buatan, terutama serat
poliester dan asetat rayon. Selain itu zat warna dispersi banyak juga
digunakan dalam pewarnaan poliamida dan poliakrilat.
10) Zat Warna (Dyestuff) Pigmen
Pewarnaan dengan zat warna pigmen dapat dilakukan pada berbagai
macam serat, baik serat alam, serat buatan, maupun serat campuran.
Kekurangan dari hasil pewarnaan dengan zat warna pigmen pada
umunya meliputi sifat tahan gosok basah yang kurang baik, serta
pegangan kain yang kaku.
11) Zat Warna (Dyestuff) Campuran
Bahan tekstil yang terbuat dari serat campuran pada umumnya
berupa benang lusi maupun benang pakan terdiri dari dua atau lebih
macam serat dan benang lusi terdiri dari satu macam serat, sedang
benang pakan terdiri dari satu macam serat lain yang berbeda. Jenis
zat warna terakhir ini pada umumnya pewarna dengan cara dicelup
sehingga diperoleh dua macam warna yang berbeda secara
23
kontradiktif sedang jenis pertama dapat diwarnai dengan dicelup
atau cap yang pada umumnya diharapkan memberikan satu warna.
Dari teori klasifikasi zat pewarna (dyestuff) diatas, maka untuk
pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford di PT. Sari
Warna Asli Unit I Karanganyar menggunakan jenis zat pewarna Dispersi
dan zat warna Reaktif. Berdasarkan kontruksi kain Oxford
𝐓𝐑𝟑𝟎𝐓𝐑𝟏𝟔⁄ 124 44 48 merupakan jenis kain bahan campuran antara
Teteron (zat warna dispers) dan jenis kain Rayon (zat warna Reaktif).
Maka dari itu PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar menggunakan zat
warna dispersi dan zat warna reaktif karena keunggulan penggunaan zat
warna dispersi dan reaktif adalah warnanya yang cerah serta mudah
pemakaiannya. Bahan pewarnaan dengan pasta cap yang mengandung zat
warna dispersi dan zat warna reaktif, alkali (natrium bikarbonat), zat anti
reduksi (natrium meta nitro benzena sulfonat), zat higroskopis (urea),
pengentalan (Indalca PA 3) dan air.
4. Bahan Pembantu (Chemical)
a. Pengertian Bahan Pembantu (Chemical)
Menurut Sewan Susanto (1980:107) mengatakan bahwa “Bahan
pembantu adalah segala obat kimia yang dipakai sebagai penyempurnaan
pada proses pertekstilan”. Pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar,
selain terdapat zat pewarna (dyestuff) juga terdapat bahan pembantu
(chemical) sebagai penyempurnakan pada proses pertekstilan. Pengadakan
bahan pembantu (chemical) berdasarkan pengelompokan jenis pemrosesan
mesinnya, misalnya dalam proses pretreatment, finishing, dyeing, dan
printing. Berdasarkan pengelompokan jenis mesin untuk pengadaan bahan
pembantu (chemical) juga berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan barang
yang akan diproduksi.
24
b. Jenis-Jenis Bahan Pembantu (Chemical)
Dalam buku Departemen Dyeing- Finishing (1996:7-18) bahan-bahan
pembantu atau Chemical yang penting dan yang perlu digunakan untuk
pemrosesan pentekstilan di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar yaitu
sebagai berikut:
1) Ultravon G.P adalah zat pembantu yang sangat efektif sebagai zat
aktif permukaan yang mempunyai detergensi, penghilang kotoran
dan daya basa baik.
2) Sandopan. D L F adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai zat
pembasah dan mempunyai daya cuci baik serta tidak berbusa.
3) Contavan. ALR adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai organik
stabilizer H202 pada proses kontinyu bleaching.
4) Securon 540 adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai
complexing agent untuk menurunkan atau menghilangkan kesadaran
air baik logam alkali maupun logam berat.
5) Tinoclarite. Cbb adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai
stabilizer H202 untuk proses alkali bleach sistem kontinyu dan tidak
mengandung silicate.
6) Invadine. L.u. Extra adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai
wetting agent untuk semua proses dan tahan alkali serta tahan asam.
7) Matexil DA-N adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai
dispersing agent untuk pencelupan PE dan Poliester Cotton dengan
zat warna Dispersi.
8) Sodium Hydro Sulfite adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai
pereduksi zat warna waktu proses R.C setelah pencelupan PE atau
TC dengan zat warna dispersi.
9) Depsolube. Aca. adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai
lubricant untuk mencegah terjadinya crease mark waktu proses di jet
dyeing atau winch.
25
10) Antimussol. Sf. Liquid adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai
mencegah terjadinya busa selama proses Scouring, Bleaching,
dyeing dan printing.
11) Leomine N-60 New adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai
Softener yang digunakan untuk Finishing dan juga pada pasta
printing pigment.
12) Silvatex. Scp adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai OBH
untuk serat selulosa dengan substantivity sedang.
13) Appretan. T.S adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai
Finishing agent untuk mendapatkan pegangan atau Handling tertentu
seperti tabel, smooth dsb.
14) Novaprint. K adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai Synthetic
Thickener pada campuran pasta printing zat warna dispersi dan
pigment printing (pengental).
15) Sodium Alginate adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai
pengentalan alam untuk mengantur viscosity atau kekentalan pasta
printing sesuai yang dikehendaki.
16) Luprintol FC-408 adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai zat
pengelmusi (emesifier) waktu pembuatan pengentalan emulsi (ait +
minyak + zat pengemulsi).
5. Kain Oxford
Pengertian kain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Barang
yang ditenun dari benang kapas”. Menurut R.E. Dahlan dan Okim Djamir
(1983:9) menjelaskan bahwa “bahan baku dalam pembuatan kain adalah
berupa benang”. Sesuai dengan maksud proses dan tujuan akhirnya benang
tersebut dapat dibedakan dalam benang-benang lusi, pakan dan benang rajut.
Sedangkan sesuai dengan penggunaannya benang itu masih dibedakan pula
dalam jenis seratnya seperti kapas, sutera dan benang serat campuran,
disamping macamnya yaitu benang-benang. Benang pakan dapat terbuat dari
serat alam (cotton, rayon, dan woll), serat buatan (Polyester dan texture) atau
26
serat campuran (teteron cotton dan teteron rayon). Berdasarkan judul yang
diambil maka penulis memfokuskan pengamatan pada jenis kain Oxford
karena jenis kain ini lebih diminati oleh buyer. Kain Oxford dengan kontruksi
𝐓𝐑𝟑𝟎𝐓𝐑𝟏𝟔⁄ 124 44 48 merupakan jenis serat kain campuran karena gabungan
dari serat Teteron dan serat Rayon. Dengan kontruksi kain 𝐓𝐑𝟑𝟎𝐓𝐑𝟏𝟔 ⁄ 124
44 48 maka dapat dijelaskan bahwa nomer benang 30 dengan jumlah benang
lusi sebanyak 124 dan pada benang pakan nomer benang 16 dengan jumlah
benang pakan 44 sedangkan angka 48 menunjukan lebar kain yaitu 48 inchi,
satu inchi serata dengan 2,54 jadi lebar kain yang diperoleh yaitu 121,92 cm.
Pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar memproduksi berbagai jenis
dagang merk kain antara lain sebagai berikut:
a. Oxford
b. Golden Mella
c. Kantata
d. Cotton
e. Grand Canyon
f. Grand Slam
g. Daichibo
h. Mustang
i. Super Polino
j. Microtex
27
B. Metode Pengamatan
1. Lokasi Pengamatan
Lokasi pengamatan yang penulis lakukan adalah pada PT. Sari Warna Asli
Unit I Karanganyar yang beralamat Jalan Solo-Sragen KM. 11,4
Kebakkramat, Karanganyar. Pemilihan lokasi pengamatan tersebut
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
a. Penulis mengambil judul tentang sistem pengadaan dyestuff dan bahan
pembantu pada kain oxford maka penulis tertarik untuk melakukan
pengamatan di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar bagian Planing
Product Control (PPC) yang merupakan perusahaan cukup besar yang
bergerak dalam bidang textile yang mengurusi masalah pengadaan
dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford dan juga mengutamakan
ketepatan dan kepuasan pelanggan (buyer) dalam pelayanan sehingga
sistem yang ada harus dilaksanakan dengan lancar agar dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan bisa memuaskan.
b. Pelaksanaan kegiatan pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain
oxford di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar tidak sepenuhnya
sesuai dengan sistem. Dyestuff dan bahan pembantu yang diterima tidak
seluruhnya sesuai jadwal kedatangan sehingga terjadi keterlambatan
pencelupan kain dari jadwal yang telah ditentukan. Akibatnya terjadi
pengunduran delivery pengiriman kain kepada pembeli.
2. Jenis Pengamatan
Pengamatan ini menggunakan jenis atau metode“deskriptif kualitatif”
yang dapat memberikan gambaran atau memaparkan suatu peristiwa.
Penelitian kualitatif melibatkan kegiatan ontologi. Data yang dikumpulkan
dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam
kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara pengamat dan informan.
Dalam pengertian lain pengamatan deskriptif adalah proses pemecahan
masalah yang diselidiki dengan melukiskan subjek dan objek pengamatan
28
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang terlihat dan bagaimana
adanya.
Menurut H.B Sutopo (2002:49-54), metode deskriptif dapat diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
atau melukiskan keadaan objek pengamatan pada saat sekarang, berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sedangkan yang
dimaksud bersifat kualitatif adalah pengamatan yang bersifat atau mempunyai
karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya dan
sebagaimana adanya.
Dalam melaksanakan pengamatan, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif dengan observasi peran penuh. Jenis observasi berperan penuh
diartikan bahwa pengamat memang memiliki peran dalam lokasi
pengamatannya sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang
diamatinya (H.B. Sutopo 2002:68-69 dalam Metodologi Penelitian
Kualitatif). Dalam pengamatan ini penulis mendeskripsikan tentang sistem
pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain Oxford di PT. Sari Warna
Asli Unit I Kebakkramat Karanganyar.
3. Sumber Data
Apabila penulis sudah menemukan suatu objek pengamatan, maka langkah
selanjutnya adalah menetapkan sumber mana yang paling diperlukan dan tepat
untuk dimanfaatkan bagi pengamatan tersebut. Adapun sumber data yang
digunakan dalam pengamatan ini menurut H.B. Sutopo (2002:49-54) adalah
sebagai berikut:
a. Narasumber (Informan)
Informan menurut H.B. Sutopo (2002:50) adalah Seorang atau
sekelompok orang yang mengetahui secara jelas tentang suatu keadaan
sehingga dapat memberikan informasi. Dengan memberikan beberapa
pertanyaan yang sudah terstruktur kemudian satu persatu diperdalam untuk
memperoleh keterangan yang lebih lanjut. Dalam pengamatan posisi
29
Sumber Daya Manusia sangat penting perannya sebagai individu yang
memiliki informasi.
Pemilihan informan dilakukan dengan “Purposive Sampling” dengan
penelitian cenderung dianggap mengetahui informasi dan masalahnya
secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang
mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan
dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan penulis
dalam memperoleh data”.(H.B. Sutopo 2002:56).
Penulis memperoleh data dari hasil wawancara kepada pihak-pihak
yang memahami hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan dan
pengamatan. Dalam pengamatan ini penulis mendapatkan data dari
narasumber (informan) yaitu pegawai dari PT. Sari Warna Asli Unit I
Karanganyar di bagian Planing Product Control (PPC), bagian logistik
dan bagian laborat yang khusus menangani masalah pengadaan dyestuff
dan bahan pembantu pada kain oxford yaitu:
1) Kepala Bagian (Kabag) Planing Product Control (PPC);
2) Kepala Bagian (Kabag) di bagian Logistik;
3) Kepala Bagian (Kabag) di bagian Laborat; dan
4) Karyawan pelaksana di bagian Planing Product Control (PPC),
bagian Logistik, dan bagian Laborat yang menangani pengadaan
dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford.
b. Peristiwa, Aktivitas dan Perilaku
Menurut H.B Sutopo (2002:51-52) dalam bukunya yang berjudul
“Metodologi Penelitian Kualitatif” mengemukakan bahwa dari
pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, Penulis bisa mengetahui proses
bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri
secara langsung.
a) Peristiwa yaitu sebagai sumber data memang sangat beragam, dari
berbagai peristiwa, baik yang terjadi secara sengaja ataupun tidak,
aktivitas rutin yang berulang atau yang hanya satu kali terjadi,
30
aktivitas yang formal ataupun yang tidak formal, dan juga yang
tertutup ataupun yang terbuka untuk bisa diamati oleh siapa saja.
b) Aktivitas merupakan kegiatan yang formal dan bisa diamati oleh
siapa saja tanpa persyaratan tertentu.
c) Perilaku yaitu dengan berbagai permasalahan yang memerlukan
pemahaman lewat kajian terhadap perilaku atau sikap dari para
pelaku dalam aktivitas yang dilakukan atau yang terjadi sebenarnya
secara langsung.
c. Dokumen dan arsip
Menurut H.B Sutopo (2002:54) dalam bukunya yang berjudul
“Metodologi Penelitian Kualitatif” mengemukakan bahwa “Dokumen dan
arsip merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau
aktivitas tertentu, yaitu merupakan rekaman tertulis (bisa berupa gambar
atau benda peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa tertentu) dan
rekaman yang bersifat formal dan terencana dalam organisasi”. Banyak
peristiwa yang telah lama terjadi bisa diamati dan dipahami atas dasar
kajian dari dokumen dan arsip-arsip, baik secara langsung maupun tidak
langsung sangat berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dokumen
dan arsip yang berhubungan dengan sistem pengadaan dyestuff dan bahan
pembantu pada kain Oxford di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar
berdasarkan ijin dari pihak perusahaan.
Dokumen yang menjadi sumber data dalam pengamatan ini adalah
berkas yang digunakan dalam sistem pengadaan dyestuff dan bahan
pembantu pada kain Oxford yaitu sebagai berikut:
1) Rekap Order Produksi (OP) dari bagian Marketing;
2) Order Produksi (OP) Finishing;
3) Contoh Instruksi Resep dari Bagian Laborat;
4) Bon Pemakaian Chemical dan Dyestuff;
5) Resume Chemical;
6) Formulir Permintaan Barang (Indent Barang);
31
7) Dokumen Purchase Order (OP);
8) Surat Jalan;
9) Surat Perintah Menerima Barang (SPMB);
10) Surat Tanda Penerimaan Barang (STPnB);
11) Laporan Tanda Mutasi Gudang (TMG) Chemical;
12) Laporan Harian Stock Chemical dan Dyestuff;
13) Laporan Stock Gudang Chemical; dan
14) Laporan Pemakaian Chemical dari Bagian Akuntansi.
4. Teknik Pengumpulan Data
Menurut H.B. Sutopo (2002:58), Sumber data dalam penelitian kualitatif
terdiri dari beragam jenis, bisa berupa orang, peristiwa dan tempat atau lokasi,
benda serta dokumen atau arsip. Beragam sumber data tersebut menuntut cara
atau teknis pengumpulan data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data
yang diperlukan untuk menjawab permasalahannya. Metode yang
dipergunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut:
a. Wawancara (Interview)
Wawancara secara lain bisa disebut dengan interview. Wawancara
merupakan suatu metode pengumpulan berita, data atau fakta di lapangan.
Prosesnya dapat dilakukan secara langsung dengan bertatap muka
langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan
dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet, atau surat
(wawancara tertulis).
Tujuan utama melakukan wawancara menurut H.B Sutopo (2002:56)
dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif” adalah
sumber yang sangat penting dalam pengamatan kualitatif adalah berupa
manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan untuk
mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik
wawancara terstruktur dalam bentuk wawancara mendalam. Wawancara
dilakukan penulis yaitu dengan:
1) Kepala Bagian (Kabag) Planing Product Control (PPC);
32
2) Kepala Bagian (Kabag) di bagian Laborat;
3) Kepala Bagian (Kabag) di bagian Logistik; dan
4) Karyawan pelaksana di bagian Planing Product Control (PPC),
bagian Logistik dan bagian Laborat yang menangani pengadaan
dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford.
b. Observasi
Menurut H.B. Sutopo (2002:64) “Teknik observasi digunakan
untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau
lokasi, benda serta rekaman gambar”. Observasi dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Teknik yang dilakukan penulis dengan
cara observasi langsung melalui pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap aktivitas-aktivitas yang terjadi pada bagian Planing
Product Control (PPC), bagian Logistik dan bagian Laborat di PT. Sari
Warna Asli Unit I Karanganyar dan penulis dalam melakukan pengamatan
juga menggunakan observasi berperan aktif, maksudnya yaitu penulis
tidak bersikap pasif sebagai pengamat saja tetapi memainkan berbagai
peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan
pengamatan yang bisa memperoleh dan bisa dimanfaatkan untuk
mengumpulkan data. Pengamatan ini dilakukan selama satu bulan penuh
terhitung dari 18 Januari-19 Februari 2016.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengambil catatan-catatan dan arsip-arsip yang diperlukan yang
berkaitan dengan objek pengamatan (H.B. Sutopo 2002:54). Dalam
mengkaji dokumentasi, peneliti perlu menguji keaslian dokumen tersebut,
bisa lewat kesaksian seseorang yang tahu, atau dengan mengkaji beragam
aspek formalnya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan di PT. Sari
Warna Asli Unit I Karanganyar dilakukan dengan cara pengumpulan data
yang dilakukan dengan mempelajari bahan-bahan tertulis mengenai
informasi sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu kain oxford agar
33
pengamatan dengan pendekatan kualitatif bisa menghimpun data yang
akurat.
d. Studi Pustaka
Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca buku-
buku maupun tulisan lainnya dari sumber kepustakaan atau sumber
lainnya. Studi pustaka yang dilakukan penulis adalah dengan membaca
laporan penelitian-penelitian sebelumnya yang sesuai dengan pengamatan.
5. Teknik Analisis Data
Dengan proses analisis data dalam penelitian kualitatif dan penulis
menggunakan teknik deskriptif, maka menurut Miles Uberman dalam (H.B
Sutopo, 2002:91-94) ada tiga jalur kegiatan yaitu sebagai berikut:
Gambar II.2 Model analisis interaktif
Sumber : Dalam buku H.B. Sutopo (2002: 96)
a. Reduksi Data
Menurut H.B. Sutopo (2002:64) “Reduksi data merupakan
komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi,
pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari catatan lapangan”.
Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Pada
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Penarikan
Simpulan/Verifikasi
Sajian Data
34
waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan
membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh di lapangan.
Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting,
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat
dilakukan. Pada waktu pengumpulan data di bagian Planing Product
Control (PPC), bagian Laborat dan bagian Logistik PT. Sari Warna Asli
Unit I Kebakkramat Karanganyar dengan membuat ringkasan dari
catatan data yang diperoleh agar data menjadi lebih sederhana dan fokus
dan memudahkan untuk melakukan pengamatan di lapangan.
b. Sajian Data
Menurut H.B. Sutopo (2002:92), Sajian data merupakan suatu
rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang
memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan”. Sajian ini
merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis,
sehingga bila dibaca, akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang terjadi
dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun
tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data ini harus
mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sehingga narasi
yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk
menceritakan dan menjawab semua permasalahan yang ada.
c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi
Dari awal pengumpulan data, penulis sudah harus memahami apa
arti dari berbagai hal yang penulis temui dengan melaksanakan
pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan,
konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi.
Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan. Verifikasi bahkan juga dapat dilakukan dengan
35
usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan replikasi dalam satuan
data yang lain (Menurut H.B. Sutopo (2002:93).
Untuk kesimpulan final penulis terus mengadakan pengujian
(Verifikasi) selama pengamatan berlangsung dengan berbagai cara antara
lain meninjau ulang catatan mengenai sistem pengadaan dyestuff dan
bahan pembantu pada kain oxfordyang dilakukan penulis dengan
pegawai bagian administrasi Planing Product Control (PPC) di PT Sari
Warna Asli Unit I Karanganyar.
36