BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar
untuk mendapatkan gambaran dalam menyusun kerangka berpikir penelitian,
disamping itu juga sebagai kajian yang dapat mengembangkan pola pikir
penelitian. Penelitiannya yang dilakukan Dovi (2013) tentang pengaruh harga
saham, ukuran perusahaan dan risiko terhadap tingkat pengembalian saham
pada industri manufaktur di BEI periode 2008-2012.
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi serta uji-f untuk menguji
pengaruh independen hasil penelitian memiliki pengaruh yang signifikan
secara simultan terhadap harga saham, ukuran perusahaan dan risiko terhadap
pengembalian. Hasil uji-t yang dilakukan menunjukkan bahwa harga saham
dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh secara parsial, sedangkan resiko
tidak berpengaruh secara parsial terhadap pengembalian saham sektor
manufaktur periode 2008-2012.
Penelitian yang dilakukan oleh Dio (2011) menguji pengaruh beta
saham terhadap return saham dengan unconditional dan conditional
approach. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan statistik. Hasil uji-t untuk melihat unconditional approach
bahwa pengaruh beta saham terhadap return positif. Sedangkan Conditional
approach terjadi pengaruh positif jika saat risk premium positif, saat risk
premium negatif maka hasil juga positif.
10
Perbedaan penelitian ini terletak pada populasi penelitian yang
digunakan yaitu harga saham perusahaan sektor food and beverages serta
cakupan varibel penelitian meliputi return dan risiko investasi saham. Jenis
penelitian menggunakan metode deskriptif yang mengarah pada studi kasus
terhadap tingkat pengembalian dan risiko investasi saham-saham perusahaan
food and beverages di BEI periode 2013-2015.
B. Tinjauan Teori
1. Pasar Modal
Pasar modal merupakan suatu pasar dimana didalamnya ada
kegiatan trading saham dan surat berharga dalam jangka waktu tertentu.
Tandelilin (2010:61) mengemukakan bahwa pasar modal merupakan pasar
untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih
dari satu tahum, seperti saham dan obligasi. Selain itu menurut Husnan
(2004:3) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan
(atau sekuritas) dalam jangka panjang yang dapat diperjual belikan, baik
dalam bentuk hutang maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh pihak
pemerintah, public aothorities, maupun pihak swasta.
Samsul (2006:43) mengemukakan bahwa pasar modal adalah
tempat atau sarana untuk bertemunya antara permintaan dan penawaran
atas instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu saham.
Bentuk instrummen di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga yang
berupa (1) saham, (2) obligasi, (3) bukti right, (4) bukti waran, dan (5)
produk turunan atau biasa disebut derivative. Gumanti (2011:77)
11
mengemukakan bahwa pasar modal adalah suatu jaringan yang kompleks
dari individu, lembaga, dan pasar yang timbul sebagai upaya dalam
mempertemukan antara yang memiliki uang (dana) untuk melakukan
pertukaran efek dan surat berharga.
2. Bursa Efek (Bursa Saham)
Bursa efek atau bursa saham merupakan sebuah tempat atau pasar
yang mempertemukan pihak penjual dan pembeli saham perusahaan yang
sudah menjadi anggota bursa, bursa efek diatur dalam suatu Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1 Angka 1
berkaitan tentang Pasar Modal yang di definisikan bahwa bursa efek atau
bursa saham merupakan pihak yang menyelenggarkan dan menyediakan
sistem dan sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek
pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Gumanti (2011:68) mengemukakan bahwa bursa efek adalah pihak
yang menyediakan dan menyelenggarakan sistem dan/atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek serta pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
3. Saham
Saham adalah tanda bukti penyertaaan kepemilikan modal pada
perusahaan yang tercantum dengan nilai nominal, nama perusahaan, dan
diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap
pemegangnya (Fahmi, 2012:94). Saham atau yang biasa dimaksudkan
sebagai saham biasa (common stock) adalah sertifikat yang menunjukkan
bukti kepemilikan suatu perusahan. Dapat disimpulkan bahwa saham
12
merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan, dan pemilik saham
berhak atas keuntungan dari perusahaan sehingga besarnya keuntungan
tergantung dari besarnya jumlah sahamnya (Tandelilin , 2010:32).
Gumanti (2011:46) mengemukakan bahwa saham adalah bukti
pernyataan kepemilikan pada suatu perusahaan (perusahaan publik)
dimana pemegang atau pemilik saham memiliki hak untuk menyetujui
kebijakan yang akan diambil perusahaan dan hak untuk mendapatkan
dividen, baik dividen tunai maupun dividen saham. Dividen merupakan
keuntungan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan
berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahan.
Fahmi (2012:82) mengemukakan bahwa saham biasa (common
stock) memiliki beberapa jenis, yaitu:
a. Blue chip stock (saham unggulan), adalah saham dari perusahaan
yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan
dan manajemen yang berkualitas.
b. Growth Stock, adalah saham-saham yang diharapkan memberikan
pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham lain.
c. Defensive stock, adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam
masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan
deviden, pendapatan, dan kinerja pasar.
d. Cylical stock, adalah securitas yang cenderung naik nilainya secara
tepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi
lesu.
e. Seasonal stock, adalah perusahaan yang penjualannya bervariasi
karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan liburan.
13
f. Speculative stock, adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat
spekulasi yang tinggi, yang memungkinkan tingkat pengembalian
hasilnya adalah rendah atau negatif. Ini biasa dipakai untuk membeli
saham pada perusahaan pengeboran minyak.
4. Return
Jogiyanto (2010:205) menjelaskan bahwa return merupakan hasil
yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasian
penting digunakan sebagai salah tolok ukur kinerja perusahaan. Return
realisasian atau return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan
(expected return) dan risiko di masa mendatang. Return ekspektasian
(expected return) adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang (Jogiyanto, 2010:205). Berbeda dengan
return realisasian yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasian
sifatnya belum terjadi.
Return suatu investasi diukur sebagai total keuntungan atau
kerugian yang diterima investor selama periode waktu tertentu. Ekspresi
untuk menghitung return saham yang diterima selama periode tertentu
atas aset berdasarkan data historis (persentase harga saham), sebagai
berikut (Jogiyanto, 2010: 206) :
Rit =Pit − Pit−1
Pit−1
Keterangan :
Rit = Return saham pada periode t
Pit = Harga atau nilai pada akhir periode t
Pit−1 = Harga atau nilai pada periode sebelumnya (t-1)
14
5. Risiko
Risiko adalah suatu kejadian yang tidak pasti yang akan diterima
investor dimasa mendatang dengan mencerminkan posisi minus atau nilai
kerugian yang akan diterima oleh investor. Fahmi (2012:189)
mengemukakan risiko sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang
suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang
diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Risiko yang
akan diterima investor memaksa agar investor dapat meminimalisir risiko
yang terjadi dimasa mendatang yang berupa risiko jangka pendek maupun
risiko jangka panjang.
Gumanti (2011:50) mengemukakan bahwa risiko merupakan hasil
yang akan muncul dengan kisaran sangat baik (misalnya, asetnya berlipat
ganda) ke sangat buruk, asetnya tidak bernilai sama sekali. Keputusan para
investor saat melakukan kegiatan berinvestasi yaitu ingin meminimalisir
risiko yang akan dihadapi dimasa mendatang, hal itu digunakan saat
melakukan investasi jangka pendek maupun investasi jangka panjang.
Risiko sistematis pada kegiatan investasi ini dapat dilihat dari beta saham
suatu sekuritas.
6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Risiko Sistematis
Faktor fundamental makroekonomi diantaranya inflasi, tingkat
bunga, kurs dan pertumbuhan ekonomi merupakan faktor-faktor yang
sangat diperhatikan oleh para pelaku pasa bursa. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada faktor ini dapat mengakibatkan perubahan-perubahan di
pasar modal, yaitu meningkat atau menurunnya harga saham. “Semakin
15
besar beta, menunjukkan semakin peka pergerakan harga saham tersebut
terhadap pergerakan haraga saham di pasar, sehingga semakin tinggi
risikonya” (Indra: 2006).
7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian (Return)
Saham
Jogiyanto (2010:351) mengatakan bahwa para pelaku pasar modal
akan mengevaluasi setiap pengumuman yang diterbitkan oleh emiten,
sehingga hal tersebut akan menyebabkan beberapa perubahan pada
transaksi perdagangan saham, misalnya adanya perubahan pada volume
perdagangan saham, perubahan pada harga saham, proporsi kepemilikan,
dan lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pengumuman yang masuk
ke pasar memiliki kandungan informasi, sehingga direaksi oleh para
pelaku di pasar modal.
Suatu pengumuman memiliki kandungan informasi jika pada saat
transaksi perdagangan terjadi, terdapat perubahan terutama perubahan
harga saham. Berubahnya harga saham akan mempengaruhi return saham
yaitu semakin tinggi harga saham berarti semakin meningkat return yang
diperoleh investor (Jogiyanto, 2010: 351).
Pergerakan naik-turun harga saham dari suatu perusahaan go public
menjadi fenomena umum yang sering dilihat di lantai bursa efek yang
tidak banyak orang yang mengerti atau banyak yang masih bingung
mengapa harga saham suatu perusahaan bisa berfluktuasi secara drastis
pada periode tertentu. Sebagai salah satu instrumen ekonomi ada faktor-
faktor yang mempengaruhi harga saham di suatu bursa efek, baik harga
16
saham individual maupun harga saham gabungan misalnya IHSG dan
indeks LQ45, yaitu faktor internal (lingkungan mikro) dan eksternal
(lingkungan makro).
8. Hubungan Risiko Saham Terhadap Tingkat Pengembalian (Return)
Saham
Fahmi (2012:293) menjelaskan bahwa beta menunjukkan hubungan
antara saham dan pasar saham secara keseluruhan, pada pembahasan
Model Indeks Tunggal, CAPM, APT, dan berbagai model yang diterapkan
beta selalu saja dipergunakan dan menjelaskan bahwa semakin tinggi
risiko yang ditanggung oleh para pemegang saham, maka saham tersebut
akan memperoleh return saham yang semakin tinggi pula dengan kata lain
“High Risk High Return” dimana semakin besar risiko makin besar pula
pengembaliannya. Hal ini dikarenakan risiko pasar berhubungan erat
dengan perubahan harga saham jenis tertentu yang diantisipasi oleh pihak
investor terhadap tingkat pengembaliannya.
Berdasarkan teori CAPM jika beta suatu perusahaan meningkat
maka, return yang diharapkan oleh investor juga meningkat. Fahmi
(2012:293) menjelaskan bahwa beta (β) dapat diartikan sebagai risiko
saham yang sistematis. Jogiyanto (2010:375), mengatakan beta
merupakan pengukur pergerakan suatu saham terhadap return pasar, jika
jika 𝛽 > 1 ini menunjukkan harga saham perusahaan akan lebih mudah
berubah dibandingkan return pasar dimana kondisi saham menjadi lebih
berisiko pada saat terjadinya perubahan pasar sebesar 1% maka nilai suatu
saham juga akan mengalami perubahan lebih besar 1%.
17
Nilai 𝛽 < 1 ini menunjukkan harga saham perusahaan yang tidak
mudah berubah dibangdingkan return pasar dimana kondisi saham kurang
berisiko, sedangkan nilai 𝛽 = 1 menunjukkan return saham yang bergerak
mengikuti naik atau turun pergerakan return pasar. Beta bernilai satu
menunjukkan bahwa perubahan return pasar sebesar x persen, secara rata-
rata return sekuritas akan berubah juga sebesar x persen. Mengetahui
besarnya nilai beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk
menganalisis sekuritas tersebut.
Nilai beta saham ke-i dapat menunjukkan pengukuran volatilitas
return saham ke-i dengan return pasarnya, beta merupakan pengukur
risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio
relatif terhadap risiko pasar. Suatu saham menunjukkan risiko
sistematiknya yang tidak dapat dihilangkan karena diversifikasi, untuk
menghitung nilai beta portofolio menggunakan nilai beta dari masing-
masing saham yang perlu dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio
merupakan rata-rata tertimbang dari beta masing-masing sekuritas, untuk
menghitung beta masing-masing saham juga berguna sebagai
pertimbangan memasukkan nilai saham tersebut ke dalam portofolio yang
akan dibentuk.
Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang
menggunakan data historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis
ini selanjutnya dapat digunakan untuk mengestimasi nilai beta di masa
mendatang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta historis mampu
menyediakan informasi tentang beta masa depan (Jogiyanto, 2010:377).
18
Analisis sekuritas dapat menggunakan faktor-faktor lain yang diperkirakan
dapat memengaruhi nilai beta masa depan. Beta pasar dapat diestimasi
dengan mengumpulkan nilai-nilai historis return dari sekuritas dan return
dari pasar selama periode tertentu.
Asumsi bahwa hubungan antara return-return sekuritas dan return-
return pasar adalah linear, maka beta dapat diestimasi secara manual
dengan memplot garis di antara titik-titik return atau dengan teknik
regresi. Perhitungan return saham dapat dilakukan untuk mengetahui
tingkat pengembalian yang di dapatkan dari harga saham yang mengalami
fluktuasi, selain itu dapat diperkirakan pula risiko atas investasi yang
dilakukan yang tercermin dari nilai beta (β) saham. Menghitung tingkat
risiko suatu saham yang merupakan beta saham menggunkan persamaan
regresi linear (Husnan, 2005:168) :
𝛽 =𝑛(∑ 𝑥𝑦) − (∑ 𝑥)(𝑦)
𝑛(∑ 𝑥2) − (∑ 𝑥)2
Keterangan :
𝛽 = Risiko Saham
n = Jumlah populasi
x = Return pasar (Rm)
y = Return saham (Rit)
Suatu sekuritas yang memiliki nilai koefisien beta sama dengan satu
jika indeks pasar naik sebesar 10%, maka harga pasar sekuritas cenderung
akan meningkat sebesar 10%. Sebaliknya jika indeks pasar turun sebesar
15% maka harga pasar sekuritas cenderung akan turun sebesar 15%. Harga
pasar sekuritas yang memiliki koefisien beta sama dengan satu cenderung
19
akan bergerak atau berubah mengikuti perubahan pasar secara sempurna.
Sementara itu sekuritas yang memiliki koefisien beta sama dengan 0.5,
maka harga pasar sekuritas akan cenderung bergerak setengah kali
perubahan pasar.
Koefisien beta yang mengukur pengaruh perubahan pasar terhadap
sebuah sekuritas dapat dicari dengan meregresikan tingkat keuntungan
sekuritas dengan tingkat keuntungan pasar portofolio yang efisien.
Koefisien beta yang diperoleh dengan meregresikan return sebuah saham
masa lalu dengan return pasar disebut dengan historical beta. Sementara
itu dapat pula koefisien beta dicari dengan meregresikan accounting return
dengan market return. Koefisien beta yang dihasilkan disebut dengan
accounting beta.
C. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan teori tinjauan pustaka, maka kerangka pikir dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis return dan risiko
saham perusahaan food and beverages yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2015. Berdasarkan kerangka pikir maka dapat diketahui return
dan risiko saham-saham perusahaan food and beverages yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia selama periode 2013 hingga 2015 dengan menggunakan
analisis time series dan cross section yang ditinjau dari tingkat pengembalian
dan risiko, perusahaan PT. Indofood Sukses Mmakmur Tbk (INDF) meiliki
return dan risiko yang meningkat setiap periode 2013 hingga 2015, maka
secara lengkap kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
20
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran serta mengacu pada
permasalahan tentang tingkat pengembalian (return) dan risiko investasi saham
, maka hipotesis penelitian ini dapat disusun sebagai berikut:
1. Tingkat pengembalian dan risiko investasi pada saham-saham
perusahaan food and beverages yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2015 meningkat. Menggunakan kriteria sebagai berikut :
TS = 2013> 2014 >2015, maka dapat dikatakan tingkat pengembalian
dan risiko perusahaan food and beverages meningkat.
Perusahaan Food And
Beverages
Risiko Return
Saham-saham Perusahaan Food And
Beverages Periode 2013-2015
Meningkat
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk
(INDF)
Menurun
Perusahaan Food And
Beverages
Saham-saham Perusahaan Food And
Beverages Periode 2013-2015
Perusahaan Food And
Beverages
Saham-saham Perusahaan Food And
Beverages Periode 2013-2015
21
2. Saham-saham yang memberikan tingkat pengembalian dan risiko yang
tertinggi perusahaan food and beverages yang tercatat pada Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2015 adalah INDF. Menggunakan kriteria
sebagai berikut :
CS = INDF > Rata-rata Industri food and beverages, maka dapat
dikatakan tingkat pengembalian dan risiko investasi saham
perusahaan food and beverages tinggi.