BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60300/3/BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/60300/3/BAB...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Astari, dkk (2018) meneliti tentang pengaruh harga, kualitas produk, dan
promosi penjualan terhadap keputusan pembelian produk makanan ringan hasil
olahan laut di kota Tanjungpinang. Metode penelitian yang digunakan yaitu
regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan kualitas produk
berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian.
Antonius dan Sugiharto (2013) meneliti tentang analisa pengaruh strategi
diferensiasi, citra merek, kualitas produk dan hargaterhadap keputusan
pembelianpelanggan di Cincau Station Surabaya. Metode penelitian yang
digunakan yaitu metode regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel harga berpengaruh yang paling dominan terhadap keputusan
pembelian.
Puspita, dkk (2015) meneliti tentang pengaruh harga, kualitas produk, dan
citra merek terhadap keputusan pembelian yoghurt (Survey Pada Konsumen
Yoghurt Youjell PT. Insan Muda Berdikari) Metode penelitian yang digunakan
yaitu Uji Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga, kualitas
produk dan citra merek berpengaruh secara simultan terhadap keputusan
pembelian.
10
Fure dkk (2015) pengaruh brand image, kualitas produk dan harga terhadap
keputusan pembelian konsumen di J.co Manado. Metode penelitian yang
digunakan yaitu Uji Regresi Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
brand image berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian.
Safitri dan Prabowo (2018) performa kualitas produk, persepsi harga,
promosi, dan gaya hidup dalam mempengaruhi proses keputusan pembelian
minuman isotonik (studi konsumen minuman isotonik di Kota Semarang).
Metode penelitian yang digunakan yaitu Uji Regresi Berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kualitas produk gaya hidup Presepsi harga dan promosi
Secara signifikan dan positif mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian.
B. Tinjauan Teori
1. Keputuan Pembelian
Suatu keputusan dapat dibuat hanya jika ada beberapa alternatif yang
dipilih. Apabila alternatif pilihan tidak ada maka tindakan yang dilakukan
tanpa adanya pilihan tersebut tidak dapat dikatakan membuat keputusan.
Menurut Kotler dan Keller (2012), proses keputusan pembelian terdiri dari
lima tahap yang dilakukan oleh seorang konsumen sebelum sampai pada
keputusan pembelian dan selanjutnya pasca pembelian. Keputusan pembelian
yang dilakukan oleh konsumen dapat terjadi apabila kosumen sudah
mendapatkan pelayanan dari pemberian jasa dan setelah itu konsumen
merasakan adanya kepuasan dan ketidakpuasan, maka dari itu konsep-konsep
keputusan pembelian tidak lepas dari konsep kepuasan pelanggan. Secara
11
umum manusia bertindak rasional dan mempertimbangkan segala jenis
informasi yang tersedia dan mempertimbangkan segala sesuatu yang mungkin
bisa muncul dari tindakannya sebelum melakukan sebuah perilaku tertentu.
Kotler dan Keller (2012), membagi proses pengambilan keputusan membeli
menjadi lima tahap, sebagai berikut :
a. Pengenalan Masalah
Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali masalah atau
kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal
(kebutuhan umum seseorang) atau eksternal (rangsangan pihak luar,
misalnya iklan).
b. Pencarian Informasi Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan mulai
terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Konsumen dalam
tahap ini dapat dibagi menjadi dua level. Pertama, penguatan perhatian.
Level ini menunjukan situasi pencarian bersifat lebih ringan, hanya
sekedar lebih peka pada informasi produk. Kedua, aktif mencar informasi.
Konsumen akan lebih aktif untuk mencari informasi melalui bahan bacaan,
menelpon teman maupun mengunjungi toko untuk mempelajari suatu
produk.
c. Evaluasi Alternatif Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang
digunakan oleh semua konsumen atau oleh satu konsumen dalam semua
situasi pembelian. Beberapa konsep dasar akan dapat membantu
pemahaman terhadap proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen
12
berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua, konsumen mancari manfaat
tertentu dari solusi produk. Ketiga,konsumen memandang masing –
masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan kemampuan yang
berbeda dalam memberikan manfaat untuk memuaskan kebutuhan.
d. Keputusan Pembelian Saat melaksanakan maksud pembelian, konsumen
dapat mengambil lima sub-keputusan yaitu merek, dealer, kuantitas, waktu
dan metode. Melakukan pembelian produk sehari – hari, keputusan yang
diambil lebih kecil. Beberapa kasus menunjukan konsumen bisa
mengambil keputusan untuk tidak secara formal mengevaluasi setiap
merek.
e. Perilaku Pasca pembelian Setelah pembelian, konsumen mungkin
mengalami ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur – fitur tertentu
yang menggangggu atau mendengar hal yang menyenangkan tentang
merek lain. Komunikasi pemasaran harus memasok keyakinan dan
evaluasi yang mengukuhkan pilihan konsumen dan membantu dia nyaman
dengan merek. Tugas pemasar tidak berakhir begitu saja ketika produk
dibeli. Pemasar harus memantau kepuasan pascapembelian, tindakan pasca
pembelian, dan pemakaian produk pasca pembelian.
Menurut Kotler (2012) indikator dari proses keputusan pembelian yaitu:
a. Tujuan dalam membeli sebuah produk adalah Setiap konsumen
tentunya harus mengetahui tujuanya sebelum memutuskan untuk
membeli produk yang sesuai keinginan dan kebutuhannya.
13
b. Pemrosesan informasi untuk sampai ke pemilihan merek adalah
konsumen adalah konsumen biasanya akan mencari informasi tentang
produk yang akan dibeli agar dapat menyeleksi dan menilai produk dari
merek yang dipercaya.
c. Kemantapan pada sebuah produk adalah konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian harus dapat menentukan pilihannya terhadap
produk yang diinginkan.
d. Memberikan rekomendasi kepada orang lain adalah konsumen yang
sering melakukan pembelian pada suatu produk, maka pelanggan tersebut
secara tidak langsung merasakan kepuasan dari produk itu dan akan
mampu merekomendasikan produk tersebut kepada orang disekitarnya.
e. Melakukan pembelian ulang adalah konsumen yang merasa puas akan
suatu produk tertentu pastinya akan melakukan pembelian ulang terhadap
produk tersebut.
2. Kualitas produk
Pengertian kualitas produk memiliki inti pada upaya pemenuhan
kebutuhan dan keinginan pelanggan yang bertujuan untuk mengimbangi
harapan pelanggan. Menurut Kotler dan Armstrong (2014), kualitas produk
adalah kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal ini
termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan
pengoperasian, dan reparasi produk, juga atribut produk lainnya. Menurut
Kotler dan Keller (2016), kualitas produk adalah kemampuan suatu barang
14
untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai bahkan melebihi dari apa
yang diinginkan pelanggan.
Kualitas produk memiliki suatu ketertarikan bagi konsumen dalam
mengelola hubungan yang baik dengan perusahaan penyedia produk. Adanya
hubungan timbal balik antara perusahaan dengan konsumen akan
memberikan peluang untuk mengetahui dan memahami apa yang menjadi
kebutuhan dan harapan yang ada pada persepsi konsumen. Maka, perusahaan
penyedia produk dapat memberikan kinerja yang baik untuk mencapai
kepuasan konsumen melalui cara memaksimalkan pengalaman yang
menyenangkan dan meminimalisir pengalaman yang kurang menyenangkan
konsumen dalam mengkonsumsi produk. Apabila kinerja dari suatu produk
yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan konsumen, maka kualitas
produk yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan konsumen.
Beberapa pendapat mengenai dimensi kualitas produk, antara lain
menurut Kotler (2016) apabila perusahaan ingin mempertahankan
keunggulan kompetitifnya dalam pasar maka perusahaan harus mengerti
aspek dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan
produk yang dijual perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Oleh karena
itu kualitas produk dapat dimasukkan ke dalam sembilan dimensi, yaitu :
a. Bentuk
Produk dapat dibedakan secara jelas dengan yang lainnya berdasarkan
bentuk, ukuran, atau struktur fisik produk.
15
b. Ciri-ciri produk
Karakteristik sekunder atau pelengkap yang berguna untuk menambah
fungsi dasar yang berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan
pengembangannya.
c. Kinerja
Berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan
karakterisitik utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli
barang tersebut.
d. Ketepatan atau kesesuaian
Berkaitan dengan tingkat kesesuaian dengan spesifikasi yang ditetapkan
sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Kesesuaian merefleksikan
derajat ketepatan antara karakteristik desain produk dengan karakteristik
kualitas standar yang telah ditetapkan.
e. Daya Tahan
Berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat digunakan tanpa
menimbulkan masalah pada saat penggunaan
f. Keandalan
Berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil
menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu
tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
g. Kemudahan Perbaikan
16
Berkitan dengan kemudahan perbaikan atas produk jika rusak. Idelnya
produk akan mudah diperbaiki sendiri oleh penggunan jika rusa.
h. Gaya
Penampilan produk dan kesan konsumen terhadap produk.
i. Desain
Keseluruhan keistimewaan produk yang akan mempengaruhi
penampilan dan fungsi produk terhadap keinginan konsumen.
Berdasarkan dimensi – dimensi diatas, dapat disimpulkan bahwa
suatu dimensi kualitas merupakan syarat agar suatu nilai dari produk
memungkinkan untuk bisa memuaskan pelanggan sesuai harapan. Untuk
mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu
standarisasi kualitas. Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk
yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga
konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang
bersangkutan. Pemasar harus memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat
dengan citra merek yang baik dan harga yang wajar maka konsumen
tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk
(Kotler dan Amstrong, 2012). Untuk mencapai kualitas produk yang
diinginkan diperlukan standarisasi kualitas. Hal ini dimaksudkan agar
produk yang diciptakan kualitasnya terjaga dan menghasilkan standar
yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak kehilangan kepercayaan
terhadap produk yang ditawarkan.
17
Menurut Tjiptono (2015) kualitas produk memiliki indikator-
indikator yaitu sebagai berikut :
a. Kinerja (Performance) merupakan karakteristik operasi dan produk
inti (core product) yang dibeli. Misalnya kecepatan, kemudahan dan
kenyamanan dalam penggunaan.
b. Fitur (feature) Fitur produk yang melengkapi fungsi dasar suatu
produk tersebut.
c. Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to Spesification)
Sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang
telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar karakteristik
operasional.
d. Ketahanan (Durability) Berkaitan dengan berapa lama produk
tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis
maupun umur ekonomis.
e. Keandalan (Realibility) Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami
kerusakan atau gagal pakai.
f. Kemampuan melayani (Serviceability) meliputi kecepatan,
kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta penanganan
keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas
hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga
purna jual, yang juga mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan
komponen yang dibutuhkan.
18
g. Estetika (Esthetica) Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
Misal keindahan desain produk, keunikan model produk, dan
kombinasi.
h. Kualitas yang dipersepsikan (Perceived Quality) Merupakan
persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan
atribut atau ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli
memperspsikan kualitasnya dari aspek harga, iklan, reputasi
perusahaan, maupun negara pembuatnya.
3. Citra Merek
Citra Merek merupakan salah satu hal yang diingat didalam benak
konsumen pada saat membeli suatu produk merek tertentu. Menurut Kotler dan
Keller (2012) “Citra merek adalah presepsi dan keyakinan yang dipegang oleh
konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang tertanam dalam ingatan
konsumen, yang selalu diingat pertama kali saat mendengar slogan dan tertanam
dibenak konsumenya”. Menurut Tjiptono (2015) “Citra merek adalah deskripsi
asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek (Brand
Image) adalah pengamatan dan kepercayaan yang dingenggam konsumen,
seperti yang dicerminkan di asosiasi atau di ingatan konsumen.
Menurut Roslina (2010), mendefinisikan bahwa “Citra merek merupakan
petunjuk yang akan digunakan oleh konsumen untuk mengevaluasi produk ketika
konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang suatu produk”.
19
Terdapat kecenderungan bahwa konsumen akan memilih produk yang telah
dikenal baik melalui pengalaman menggunakan produk maupun berdasarkan
informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber. Berdasarkan pengertian citra
merek yang dikemukan para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa citra
merek adalah asosiasi atau kepercayaan yang ada dalam benak konsumen untuk
menjadi pembeda dari merek yang lainnya seperti lambang, desain huruf atau
warna khusus dan persepsi konsumen untuk mengevaluasi suatu produk ketika
konsumen tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang suatu produk
yang akan di beli. Konsumen cenderung akan memilih produk yang telah terkenal
dan digunakan oleh banyak orang daripada produk yang baru dikenalnya.
Kotler dan Keller (2016) mengemukakan faktor-faktor terbentuknya citra
merek atara lain:
a. Keunggulan produk merupakan salah satu faktor pembentuk Brand Image,
dimana produk tersebut unggul dalam persaingan. Karena keunggulan
kualitas (model dan kenyamanan) dan ciri khas itulah yang menyebabkan
suatu produk mempunyai daya tarik tersendiri bagi pelanggan.
Favorability of brand association adalah asosiasi merek dimana pelanggan
percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh merek akan dapat
memenuhi atau memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka sehingga
mereka membentuk sikap positif terhadap merek. Kekuatan merek
merupakan asosiasi merek tergantung pada bagaimana informasi masuk
20
kedalam ingatan pelanggan dan bagaimana proses bertahan sebagai bagian
dari citra merek.
b. Kekuatan asosiasi merek ini merupakan fungsi dari jumlah pengolahan
informasi yang diterima pada proses ecoding. Ketika seorang
pelanggansecara aktif menguraikan arti informasi suatu produk atau jasa
maka akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada ingatan pelanggan.
Pentingnya asosiasi merek pada ingatan pelanggan tergantung pada
bagaimana suatu merek tersebut dipertimbangkan.
c. Keunikan merek adalah asosiasi terhadap suatu merek mau tidak mau harus
terbagi dengan merek-merek lain. Produsen harus menciptakan keunggulan
bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi pelanggan untuk memilih suatu
merek tertentu dengan memposisikan merek lebih mengarah kepada
pengalaman atau keuntungan diri dari image produk tersebut. Perbedaan
yang ada, baik dari produk, pelayanan, personil, dan saluran yang
diharapkan memberikan perbedaan dari pesaingnya, yang dapat
memberikan keuntungan bagi produsen dan konsumen.
Meurut Roslina (2010) Citra Merek memiliki tiga dimensi, yaitu :
a. Citra Perusahaan
Perasaan maupun pengalaman konsumen terhadap suatu perusahaan yang
menghasilkan suatu produk akan membentuk citra perusahaan tersebut.
Pemahaman tentang citra perusahaan sangat penting bagi pemasar karena
citra merek yang disukai untuk perusahaan dapat mempengaruhi dukungan
21
konsumen dan pembuatan keputusan oleh konsumen, sedangkan citra yang
tidak disukai memiliki pengaruh yang akan merugikan bagi pengambilan
keputusan dan perilaku
b. Citra Produk
Mengembangkan citra produk dalam pikiran konsumen menjadi strategi
yang sangat penting bagi perusahaan karena produk yang memiliki citra
yang kuat dalam memori jangka panjang konsumen lebih disukai ketika
akan membeli suatu produk pada saat produk tersebut dibutuhkan.
c. Citra Negara Penghasil Produk
Kesan positif dari suatu merek yang dihasilkan oleh negara asal (country
of origin) menghasilkan sikap positif terhadap merek tersebut dan akan
diikuti oleh perilaku yang positif. Sedangkan konsumen yang memiliki
citra negatif terhadap negara tertentu tidak akan mempertimbangkan untuk
membeli merek yang berasal dari negara tersebut tanpa memperhatikan
asosiasi merek tersebut.
Menurut (Simamora, 2004), ada 3 indikator citra merek:
a. Corporate Image (citra pembuat), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu barang
atau jasa. Citra pembuat meliputi: popularitas, kredibilitas, jaringan
perusahaan, serta pemakai itu sendiri/ penggunanya.
b. User Image (citra pemakai), yaitu sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan
konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.
22
Meliputi pemakai itu sendiri, serta status sosialnya.
c. Product Image (citra produk), yaitu sekumpulan asosiasi yang
dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa. Meliputi: atribut
dari produk, manfaat bagi konsumen, serta jaminan.
4. Harga
Harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau
jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan
untuk sejumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau
jasa (Kotler dan Armstrong, 2012). Secara sederhana, istilah harga bisa
diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) atau aspek lain (non-moneter)
yang mengandung utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk
mendapatkan sebuah produk (Tjiptono dan Chandra, 2012).
Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat mempengaruhi keputusan
dalam membeli suatu produk sehingga suatu perusahaan harus mampu
memberikan persepsi yang baik terhadap produk atau jasa yang mereka jual.
Para konsumen tertarik untuk mendapatkan suatu harga yang pantas ketika
transaksi dilakukan. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat
melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasikan harga
dengan nilai. Suatu perusahaan atau organisasi baik yang mengutamakan laba
maupun tidak, akan selalu berhadapan dengan penetapan harga produk yang
dihasilkan.
23
Menurut Kotler (2012), perusahaan harus memikirkan dilaba ia akan
memposisikan penawaran pasarnya. Semakin jelas tujuan perusahaan, maka
akan semakin mudah penetapan harga. Perusahaan dapat mengejar lima tujuan
utama melalui:
a. Kelangsungan hidup (survival)
Penentuan harga ditunjukkan untuk mencapai tingkat keuntungan yang
diharapkan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
b. Memaksimalkan keuntungan (profit maximization)
Penentuan harga untuk menjamin tercapainya keuntungan maksimal dalam
periode waktu tertentu. Priode yang ditentukan akan tergantung pada siklus
hidup dari produk yang bersangkutan.
c. Memaksimalkan pangsa pasar (maximum market share)
Penentuan harga unnutk membangun pangsa pasar. Perusahaan percaya
bahwa meningkatkan volume penjualan akan menuju pada biaya per unit
yang lebih rendah dan profit jangka panjang yang lebih tinggi.
d. Kepemimpinan kualitas produk (leadership in product quality)
Penentuan harga mungkin ditujukan untuk pencapaian kepemimpinan
kualitas produk. Beberapa merek berupaya menunjukkan bahwa produk
mereka merupakan kemewahan yang tejangkau produuk dicirikan oleh
persepsi yang tinggi tetapi dalam jangkauan konsumen.
24
e. Memaksimalkan market skimming (maximum market skimming)
Perusahaan berusaha untuk memperkenalkan teknologi baru sehingga
dapat menetapkan harga tinggi untuk memaksimalkan market skimming.
Menurut Stanton (2012) terdapat 4 indikator yang mencirikan harga yaitu:
a. Keterjangkauan harga
Harga yang terjangkau adalah harapan konsumen sebelum mereka
melakukan pembelian. Konsumen akan mencari produk-produk yang
harganya dapat mereka jangkau.
b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
Untuk produk tertentu, biasanya konsumen tidak keberatan apabila harus
membeli dengan harga relatif mahal asalkan kualitas produknya baik,
namun konsumen lebih menginginkan produk dengan harga murah dan
kualitasnya baik.
c. Daya saing harga
Perusahaan menetapkan harga jual suatu produk dengan
mempertimbangkan harga produk yang dijual oleh pesaingya agar
produknya dapat bersaing di pasar.
d. Kesesuaian harga dengan manfaat
Konsumen terkadang mengabaikan harga suatu produk namun lebih
mementingkan manfaat dari produk tersebut.
25
C. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variabel bebas,
dalam hal ini adalah kualitas produk, citra merek dan harga terhadap keputusan
pembelian kerangka pikir yang digunakan pada gambar 1 sebagai berikut:
H1
H2
H3
H4
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
Berdasarkan pada Gambar 1. diatas adalah kerangka konseptual yang
dipakai adalah lanjutan dari penelitian yang dilakukan oleh Astruri (2018) yang
diadaptasi oleh peneliti dengan menggunakan tiga variabel bebas, yakni kualitas
produk, citra merek dan harga dengan pengaruhnya terhadap satu variabel
dependen yaitu keputusan pembelian pada produk Chatime Kota Malang.
Kualitas
Produk (X1)
Harga
(X3)
Citra Merek
(X2)
Keputuan
Pembelian
(Y)
26
D. Hipotesis Penelitian
Astari dkk (2013) kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian. Rasa puas yang didapatkan pelanggan dalam
melakukan pembelian produk Hal ini menunjukkan bahwa semakin puas
pelanggan terhadap kualitas produk maka melakukan keputusan pembelian
semakin meningkat. Sehingga dapat dibuat hipotesis yaitu:
H1 : kualitas produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian produk Chatime di Kota Malang
Fure, dkk (2015) citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian. Citra merek yang baik sangat penting agar pelanggan
tetap menjaga hubungan hingga jangka panjang, akan menguntungkan bagi
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa melakukan citra merek sangat penting
untuk melakukan keputusan pembelian semakin meningkat. Sehingga hipotesis
yang dapat dibuat yaitu:
H2 : Citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian
produk Chatime di Kota Malang
Antonius dan Sugiharto (2013) harga berpengaruh paling dominan terhadap
keputusan pembelian. Tanpa disadari tidak hanya kualitas produk dan citra
merek yang dapat menjadi faktor pembentuk keputusan pembelian, harga juga
dapat menjadi pembentuk pelanggan untuk melakukan pembelian. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis yang dapat dibuat yaitu:
27
H3 : Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian produk
Chatime di Kota Malang
Hasil penelitian dari Puspita dkk (2015) harga, kualitas produk, dan citra
merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Memberikan rasa puas pada
pelanggan akan bermanfaat karena hubungan antara perusahaan dengan
pelanggan menjadi harmonis, sehingga pelanggan akan melakukan keputusan
pembelian. Kemudian pelanggan juga akan setia pada perusahaan. Apabila
pelanggan sudah puas dan setia maka hubungan jangka panjang perusahaan
dengan pelanggan akan menghasilkan kerja yang positif. Hal ini menunjukkan
bahwa dapat dibuat hipotesis yaitu:
H4 : kualitas produk, citra merek dan harga. Berpengaruh simultan
terhadap keputusan pembelian produk Chatime di Kota Malang