BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Anak...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Anak...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Status Gizi Anak Balita
1. Pengertian
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,
penyimpangan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2002).
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat-zat gizi. Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan
dengan keadaan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi,
membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses
kehidupan dalam tubuh. Saat ini, selain berkaitan dengan kesehatan, gizi
juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena berhubungan
dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja
(Almatsier, 2002).
Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi
dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut, atau keadaan
fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh (Supariasa,
2002). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan dan penggunaan makanan. Makanan yang memenuhi gizi
tubuh, umumnya membawa ke status gizi memuaskan. Sebaiknya jika
kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial dalam makanan untuk jangka
waktu yang lama disebut gizi salah. Manifestasi gizi salah dapat berupa
gizi kurang dan gizi lebih (Supariasa, 2002).
9
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status
gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh
keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck dalam
creasoft, 2008). Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam
makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi dan sejak
akhir tahun 1980an dikelompokkan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi
sumber energi berupa karbohidrat, lemak, dan protein dan zat gizi mikro
yaitu vitamin dan mineral (Supariasa, 2002).
Keadaan tubuh dikatakan pada tingkat gizi optimal, jika jaringan tubuh
jenuh oleh semua zat gizi maka disebut status gizi optimal. Kondisi ini
memungkinkan tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan
yang tinggi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak
seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang
mencakup kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2002).
Bentuk dan jenis makanan bergizi bagi balita berdasarkan Depkes RI
(2009) yang menyebutkan untuk anak usia 0-6 bulan makanan yang
terbaik bagi bayi adalah ASI eksklusif. Usia 6-9 bulan ASI tetap diberikan
dan mulai ditambahkan makanan pendamping seperti bubur susu dan
bubur tim yang dilumat. Balita ketika suda berusia 9-12 bulan ASI masih
bisa diberikan dan ditambahkan MP ASI yang lebih padat seperti bubur
nasi dan nasi lembek. Anak yang sudah berusia 1-2 tahun dapat diberikan
makanan orang dewasa seperti nasi, lauk pauk dan sayur yang diberikan 3
kali sehari dengan porsi 1/3 piring orang dewasa, pada usia in ASI juga
masih dapat diberikan. Anak ketika sudah berusia 2 tahun ke atas, dapat
diberikan makanan orang dewasa dengan porsi yang diperbesar serta
ditambahkan buah dan sayur.
10
Berikut cara memberi makan anak
Umur Contoh MP ASI
6 bulan Pagi : Bubur susu 3 sendok makan
Sore : Bubur susu 3 sendok makan
7 bulan Pagi : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc
Siang : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc
Malam : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc
8 bulan Pagi : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc
Siang : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc
Malam : bubur tim lumat 2/3 gelas ukuran 250 cc
9 bulan Pagi : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc
Siang : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc
Malam : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc
Ditambah 1 kali makanan kecil
10 bulan Pagi : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc
Siang : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc
Malam : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc
Ditambah 1 kali makanan kecil
11 bulan Pagi : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc
Siang : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc
Malam : bubur nasi ¾ gelas ukuran 250 cc
Ditambah 1 kali makanan kecil
Anak yang berumur lebih dari 1 tahun dapat dilakukan dengan
memberikan makanan orang dewasa dengan kombinasi antara nasi, lauk
pauk dan sayuran dengan porsi makan 1/3 piring sebanyak 3 kali sehari,
berikan makanan buah atau perasan buah dan ajari makan sendiri. Setelah
anak usia diatas 2 tahun ditambahkan porsinya menjadi ½ piring dengan
tidak memberi makanan manis sebelum waktu makan (Dekpes RI, 2009).
11
2. Pengukuran Status Gizi Balita
Beberapa cara mengukur status gizi balita yaitu dengan pengukuran
antropometri, klinik dan laboratorik. Diantara ketiga cara pengukuran
satatus gizi balita, pengukuran antropometri adalah yang relatif sering dan
banyak digunakan (Soegiyanto dan Wiyono, 2007). Pengukuran
antropometri dapat digunakan untuk mengenali status gizi seseorang.
Antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu
pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan sebagaimya.
Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan (BB), tinggi badan (TB),
dan panjang badan (PB) adalah yang paling dikenal.
Ilmu status gizi tidak hanya diketahui dengan mengukur BB / TB sesuai
dengan umur secara sendiri-sendiri, tetapi dalam bentuk indikator yang
dapat merupakan kombinasi diantara ketiganya. Masing-masing indikator
mempunyai makna sendiri, misalnya kombinasi antara BB (berat badan)
dan U (umur) membentuk indikator BB menurut U yang disimbolkan
dengan BB / U. Indikator BB / U Dapat normal lebih rendah atau lebih
tinggi setelah dibandingkan dengan standar WHO. Apabila BB / U normal
maka digolongkan pada status gizi baik, dan BB / U rendah dapat berarti
berstatus gizi kurang / buruk, serta bila BB / U tinggi dapat digolongkan
berstatus gizi lebih. Baik satus gizi kurang ataupun status gizi lebih,
kedua-duanya mengandung resiko yang tidak baik bagi kesehatan balita.
Sedangkan pegukuran klinik biasanya dilakukan oleh dokter di klinik
untuk melihat adanya kelainan-kelainan organ tubuh akibat KEP, misalnya
adanya pembegkakan (oedem), perubahan warna, dan sifat rambut,
kelainan kulit dan sebagainya.
Berdasarkan WHO – NHCS (Soegiyanto & Wiyono, 2007)
menyatakan bahwa kriteria keberhasilan nutrisi ditentukan oleh status gizi:
12
Tabel 1. Klasifikasi KEP menurut Gomes Kategori (Derajat KEP) BB/U (% BAKU) 0 = Normal Lebih dari 90% 1 = Ringan 89-75% 2 = Sedang 74-60% 3 = Berat < 60%
Tabel 2. Penggolongan KEP menurut Jellife
KATEGORI BB / U ( % BAKU) KEP I 90-80 KEP II 80-70 KEP III 70-60 KEP IV < 60
Tabel 3 Klasifikasi Status Gizi menurut WHO NCHS
BB / TB BB / U TB / U STATUS GIZI
Normal Rendah Rendah Baik, pernah kurang gizi Normal Normal Normal Baik Normal Tinggi Tinggi Baik, jangkung Rendah Rendah Tinggi Buruk Rendah Rendah Normal Buruk / kurang Rendah Normal Tinggi Kurang Tinggi Tinggi Rendah Lebih, kemungkinan obese Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah kurang gizi Tinggi Tinggi Normal Lebih tetapi tidak obese
Berdasarkan penilaian Z-skor adalah sebagai berikut :
a. BB/ U ( Berat bada menurut Umur berdasarkan Z-Score )
1). Gizi buruk ; <- 3 SD
2) Gizi kurang : -3 SD sampai -2 SD
3) Gizi baik : -2 SD sampai +2 SD
4) Gizi lebih ; > +3 SD
Rumus Z skor = LowSD
median nilai - riil nilai
Penilaian status gizi berdasarkan KMS (Depkes RI, 2000).
Pertumbuhan balita dapat diketahui apabila setiap bulan ditimbang, hasil
penimbangan dicatat di KMS, dan antara titik berat badan KMS dari hasil
penimbangan bulan lalu dan hasil penimbangan bulan ini dihubungkan
dengan sebuah garis. Rangkaian garis-garis pertumbuhan anak tersebut
membentuk grafik pertumbuhan anak. Pada balita yang sehat, berat
13
badannya akan selalu naik, mengikuti pita pertumbuhan sesuai dengan
umurnya (Depkes RI, 2000).
a. Balita naik berat badannya bila :
1) Garis pertumbuhannya naik mengikuti salah satu pita warna, atau
2) Garis pertumbuhannya naik dan pindah ke pita warna diatasnya.
b) Balita tidak naik berat badannya bila :
Garis pertumbuhannya turun, atau garis pertumbuhannya mendatar,
atau garis pertumbuhannya naik, tetapi pindah ke pita warna
dibawahnya.
c) Berat badan balita dibawah garis merah artinya pertumbuhan balita
mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu perhatian khusus,
sehingga harus langsung dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
Berat badan balita tiga bulan berturut-turut tidak nail (3T), artinya
balita mengalami gangguan pertumbuhan, sehingga harus langsung
dirujuk ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
d) Balita tumbuh baik bila: Garis berat badan anak naik setiap bulannya.
f) Balita sehat, jika : Berat badannya selalu naik mengikuti salah satu pita
warna atau pindah ke pita warna diatasnya.
Penilaian Status Gizi balita dapat dibagi 2 (dua) (Soegiyanto & Wiyono,
2007):
1) Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian Status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu :
a) Antropometri
Pengertian :
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
dari sudut pandangan gizi, maka antropometri gizi berhubungan
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
Penggunaan :
14
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Keterseimbangan
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
b) Klinis
Pengertian :
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat.
Penggunaan:
Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survey ini dirancang untuk mendeteksi
secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu
atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui
tingkat status untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan. Fisi yaitu tanda (sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat hidup.
c) Biokimia
Pengertian:
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secra laboratories yang dilakukan pada
berbagai macam jaringan tubuh.
Penggunaan :
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
dapat terjadi keadaan malnutrisi iyang lebih parah lagi. Banyak
gejala yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat
lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang
spesifik.
d) Biofisik
Pengertian :
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan cara melihat kemampuan fungsi (khususnya
15
jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.
Penggunaan :
Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja (epidemic of nigh blindnees). Cara yang digunakan
adalah tes adaptasi gelap (Supariasa, 2002).
2) Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung
Penilaian Status gizi secara tidak langsung dapat dibedakan menjadi 3
(tiga) yaitu :
a) Survey Konsumsi Makan
Pengertian :
Survey konsumsi makana nadalah metode penentuan khusus gizi
secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi.
Penggunaan :
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan
gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat
keluarga dan individu. Survey ini dapat mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b) Statistik Vital
Pengertian :
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberata statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat
penyebab tertentu dan data lainnnya yang berhubungan dengan
gizi.
Penggunaan :
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator
tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
16
c) Faktor Ekologi
Pengertian :
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan
lingkungan budaya.
Penggunaan :
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai
dasar untuk melakukan program intervensi gizi.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita terbagi menjadi
(Supariasa, 2002) :
a. Faktor langsung
1) Keadaan infeksi
Scrimshaw, et.al (1989 dalam Supariasa, 2002) menyatakan bahwa
ada hubungan yang erat antara infeksi (bakteri, virus dan parasit)
dengan kejadian malnutrisi. Ditekankan bahwa terjadi interaksi
yang sinergis antara malnutrisi dengan penyakit infeksi.
Mekanisme patologisnya dapat bermacam-macam, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersamaan, yaitu penurunan asupan zat
gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorbsi dan
kebiasaan mengurangi makan pada saat sakit, peningkatan
kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual/muntah dan
perdarahan terus menerus serta meningkatnya kebutuhan baik dari
peningkatan kebutuhan akibat sakit dan parasit yang terdapat
dalam tubuh.
2) Konsumsi makan
Pengukuran konsumsi makan sangat penting untuk mengetahui
kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat
17
berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet
yang dapat menyebabkan malnutrisi.
b. Faktor tidak langsung
1) Pengaruh budaya
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara
lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak,
dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih
terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang
menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah. Konsumsi
makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit,
terutama penyakit infeksi saluran pencernaan. Jarak kelahiran anak
yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak akan
mempengaruhi asupan gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi
keluarga yang rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan.
Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para petani masih
menggunakan teknologi yang bersifat tradisional.
2) Pola pemberiaan makanan
Program pemberian makanan tambahan juga merupakan factor
langsung yang merupakan program untuk menambah nutrisi pada
balita ini biasanua diperoleh saat mengikuti posyandu. Adapun
pemberin tambahan makanan tersebut berupa makanan pengganti
ASI yang biasa didapat dari puskesmas setempat (Almatsier,
2002).
3) Faktor sosial ekonomi
Faktor sposial ekonomi dibedakan berdasarkan :
a) Data sosial
Data sosial ini meliputi keadaan penduduk di suatu
masyarakat, keadaan keluarga, pendidikan, perumahan,
penyimpanan makanan, air dan kakus
18
b) Data ekonomi
Data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga,
kekayaan yang terlihat seperti tanah, jumlah ternak, perahu,
mesin jahit, kendaraan dan sebagainya serta harga makanan
yang tergantung pada pasar dan n variasi musim.
Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk
sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan
berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama
makanan yang bergizi (Almatsier, 2002).
4) Pola Asuh Keluarga
Pola asuh adalah pola pendidikan yang diberikan orang tua kepada
anak-anaknya. Setiap anak membutuhkan cinta, perhatian, kasih
sayang yang akan berdampak terhadap perkembangan fisik,
mental dan emosional.
5) Produksi pangan
Data yang relevan untuk produksi pangan adalah penyediaan
makanan keluarga, sistem pertanian, tanah, peternakan dan
perikanan serta keuangan.
6) Pelayanan kesehatan dan pendidikan
Pelayanan kesehatan meliputi ketercukupan jumlah pusat-pusat
pelayanan kesehatan yang terdiri dari kecukupan jumlah rumah
sakit, jumlah tenaga kesehatan, jumlah staf dan lain-lain. Fasilitas
pendidikan meliputi jumlah anak sekolah, remaja dan organisasi
karang tarunanya serta media masa seperti radio, televisi dan lain-
lain.
Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan
kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan
19
makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga
perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) yang
merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit
(Almatsier, 2002).
4. Cara penanganan masalah gizi pada balita
a. Penanganan farmakologis
Perawat merupakan posisi yang bagus untuk mengenal tanda-tanda
nutrisi buruk dan mengambil langkah-langkah untuk mengawali
perubahan. Kontak sehari-hari yang dekat dengan keluarganya
memungkinkan perawatan untuk mengobservasi status fisik, asupan
makanan, penambahan dan kehilangan berat badan, dan respon terapi
klien. Perawat dapat mengidentifikasi masalah aktual atau potensial
dalam status nutrisi dan mengimplementasikan terapi perawatan,
medis dan nutrisi yang tepat untuk mengurangi atau membalikkan
perubahan nutrisi (Perry & Potter, 2006)..
Perawat berkolaborasi dengan ahli diet dalam memimpin pengkajian
nutrisi yang komprehensif, karena makanan dan cairan adalah
kebutuhan dasar biologis semua makhluk hidup, maka pengkajian
nutrisi penting khususnya bagi klien yang beresiko masalah mutrisi
yang berhubungan dengan stress, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan
hidup dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi meliputi 4 area pokok
yaitu :
1) Pengukuran fisik (tinggi dan berat) dan antropometri
2) Tes laboratorium
3) Riwayat diet dan kesehatan
4) Observasi klinik
b. Penanganan non farmakologis
Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan
dan kesejahteraan manusia. Permasalahan gizi terjadi karena faktor
20
budaya, sosial ekonomi dam faktor ketidaktahuan. Berbagai
kebijaksanaan dan startegi telah dilibatkan untuk mengurangi
terjadinya kekurangan gizi anak-anak terutama yang tinggal di
pedesaan dan daerah-daerah pingiran kota. Berbagai startegi yang
paling tepat adalah menganjurkan pada masyarakat untuk
mengkonsumsi semaksimal mungkin makanan yang ada disekitarnya.
Berkaitan dengan hal itu masyarakat perlu diberi petunjuk dan ilmu
pengetahuan tentang membuat makanan dengan bahan yang ada
disekitar untuk bayi, balita, ibu hamil dan menyusui. Petunjuk tersebut
harus dissosialisasikan dengan baik kepada masyarakat (Wiryo, 2002).
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses pembelajaran dan dipengaruhi faktor dari dalam seperti motivasi
dan faktor dari luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan
sosian budaya (Poerwadarminta, 2002). Sementara itu menurut
Notoatmodjo (2010) pengetahuan merupakan hasil dari tahu setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia yaitu penglihatan, pendengaran
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
dipengaruhi dari mata (penglihatan) dan telinga (pendengaran).
Sedangkan yang dimaksudkan dengan pengetahuan ibu tentang gizi itu
sendiri dimaksudkan sebagai sesuatu atau beberapa hal yang diketahui
oleh ibu sebagai pengasuh, diantaranya mengenai cara menyiapkan
ataupun menyajikan makanan untuk memenuhi gizi anak, serta bagaimana
cara memodifikasi penyediaan makanan tanpa mengurangi gizinya
walaupun dengan harga murah dan mudah didapat atau sudah tersedia
dilingkkugan rumahnya. Tingginya tingkat pengetahuan ibu akan gizi
membentuk sikap positif terhadap masalah gizi yang pada gilirannya dari
21
pengetahuan dan sikap tersebut, mendorong ibu untuk menyediakan
makanan sehari-hari dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan zat gizi
anak. Kondisi zat gizi sendiri dipengaruhi oleh pengtahuan dan kebiasaan
ibu terhadap gizi dan kesehatan, daya beli keluarga, makanan tambahan
dan nilai makanan yang dimakan.
Pengetahuan tentang gizi merupakan sesuatu yang diketahui tentang zat
gizi (nutrients) yang berkaitan dengan zat yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringfan serta mengatur proses-proses kehidupan.
Pengetahuan tentang gizi ini juga berkaitan dengan zat-zat yang
diperlukan tubuh yang meliputi hidrat arang atau karbohidrat, lemak,
protein, mineral dan garam-garam, vitamin-vitamin dan air.
2. Cara Memperoleh Pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan ada 2 yaitu dengan cara tradisional dan
dengan cara modern. Cara tradisional terbagi dalami beberapa macam
diantaranya cara coba dan salah, dimana cara ini telah dipakai orang
sebelum adanya kebudayaan. Cara kekerasan atau otoriter pengetahuan
diperoleh berdasarkan pada otoriter atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli pengetahuan.
Pengetahuan tersebut diperoleh tanpa terlebih dahulu menguji /
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris /
penalarannya sendiri. Berdasarkan pengalaman pribadi, hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. Melalui jalan
pikiran dalam memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah
menggunakan jalan pikirannya melalui induksi maupun deduksi. Cara
modern yaitu dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala alam atau kemasyarakatan, kemudian hasil pengamatan
22
tersebut dikumpulkan dan diklasifikasi kemudian akhirnya diambil
kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2010).
3. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan meliputi tahu, memahami, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi.
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
karena itu, “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apaa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: Dapat
menyebabkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak
balita.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya
dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hokum-
hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam
23
perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-
prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (Synthesisi)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat
membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi, dapat menanggapi
terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menfsirkan sebab-sebab
ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin
kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat
24
tersebut di atas. (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan seseorang
dibedakan menjadi pengetahuan kurang (< 65%), sedang (65-79%),
dan baik (80-100%).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan dalam masyarakat di
pengaruhi beberapa faktor meliputi :
a. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.
Suami yang berpendidikan tentu akan lebih banyak memberikan
respon emosi, karena ada tanggapan bahwa hal yang baru akan
memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di masa
lalu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan
serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat
kesehatan, sesorang makin menerima informasi sehingga makin
banyak pola pengetahuan yang yang dimiliki.
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima masyarkat, sehingga seseorang yang lebih
sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain -
lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti
paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang.
25
c. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder. Keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah
tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal
ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan
seseorang tentang berbagai hal.
d. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling
berinterkasi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi.
Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan
individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal.
e. Pengalaman
Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa di peroleh
dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya
sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar
organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari
berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
C. Pendapatan Perkapita
1. Pengertian
Tingkat pendapatan keluarga dipengaruhi oleh pekerjaan. Semakin rendah
pendapatan keluarga semakin tidak mampu lagi ibu dalam membelanjakan
bahan makanan yang lebih baik dalam kualitas maupun kuantitasnya,
sebagai ketersediaan pangan di tingkat keluarga tidak mencukupi
(Syamsul, 1999).
26
Pendapatan per kapita (per capita income) keluarga adalah pendapatan
rata-rata dalam suatu keluarga pada suatu periode tertentu, yang biasanya
satu tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari
nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu
keluarga pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari
pendapatan keseluruhan anggota keluarga pada periode tertentu dibagi
dengan jumlah anggota keluarga pada periode tersebut. Ternyata tingginya
pendapatan keluarga, tidak menjamin pendapatan per kapitanya juga
tinggi. Hal ini terjadi karena faktor jumlah anggota keluarga juga sangat
menentukan tinggi rendahnya pendapatan per kapita (Budiono, 2004).
D. Hubungan pendapatan perkapita dengan status gizi balita
Pendapatan perkapita sangat mempengaruhi perbaikan pendidikan dan
perbaikan pelayanan kesehatan yang diinginkan oleh masyarakat. Ratarata
keluarga dengan pendapatan yang cukup baik akan memilih tingkat
pendidikan dan sarana kesehatan yang bagus dan bermutu (Notoatmodjo,
2007). Penghasilan perkapita perbulan yang dihitung dari jumlah rata-rata
pendapatan yang diterima keluarga baik tetap maupun tidak tetap setiap bulan
dibagi dengan jumlah anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah.
Keluarga dengan pendapatan lebih tinggi akan mempunyai kesempatan untuk
memperoleh atau menyediakan jenis makanan yang lebih bervariasi baik dari
aneka macam makanan maupun kualitasnya.
Pendapatan mempunyai pengaruh dalam penyediaan konsumsi makanan
keluarga. Bertambahnya tingkat pendapatan perkapita, diharapkan keluarga
dapat menyajikan makanan yang dianggap baik. Sebagian besar kejadian gizi
buruk terjadi oleh penyediaan konsumsi yang kurang. Keluarga miskin tidak
mampu menyediakan makanan yang bergizi bagi seluruh anggotanya, juga
tidak mampu merawat dan membina anaknya dengan baik shingga mudah
terkena penyakit infeksi. Akibatnya status gizi keluarga menjadi rendah
27
terutama pada usia anak balita dan pada giliranya sulit terwujud Sumber Daya
Manusia generasi selanjutnya yang berkualitas
Penelitian Atiq Supriatin (2009) menyebutkan bahwa salah stu faktor yang
mempengaruhi status gizi balita adalah terletak pada pola asuh makan.
Sementara pola asuh makan yang diberikan ibu kepada anak balitanya adalah
salah satunya berkaitan dengan pendapatan keluarga. Tinggi rendahnya
pendapatan keluarga memberi dampak terhadap baik buruknya pola asuh
makan yang pada akhrnya berpengaruh pada status gizi balita.
E. Hubungan pengetahuan ibu dengan status gizi balita
Peningkatan gizi keluarga, perlu dukungan seluruh anggota keluarga. Namun
demikian, di dalam masyarakat penanganan makanan masih didominasi oleh
ibu. Oleh karena itu ibu dituntut untuk memahami seluk beluk makanan yang
berkaitan dengan gizi. Praktek ibu dalam menyediakan makanan sangat
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi, pengetahuan gizi ibu yang cukup
diharapkan dapat memilih dan menyediakan makanan yang bergizi, serta
menyusun menu seimbang dengan baik yang secara tidak langsung akan
meningkatkan status gizi balita (Almatsier, 2002).
Pemilihan pengolahan dan penyajian makanan dipengaruhi oleh pengetahuan
gizi. Semakin tinggi pengetahuan gizi semakin diperhitungkan jumlah dan jenis
makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Ibu yang tidak cukup pengetahuan
gizi akan memilih makanan yang paling menarik panca indra dan tidak
mengadakan pemilihan berdasarkan penilaian gizi makanan. Sebaliknya ibu yang
memiliki pengetahuan gizi lebih banyak menggunakan pertimbangan rasional dan
pengetahuan gizinya tentang nilai gizi makanan tersebut (Supariasa, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2009) menemukan bahwa adanya
hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status gizi balita di Desa
Dukuhlo Kecamatan Bulakamba Kabupaten Brebes. Purwanti memberikan
28
penjelasan bahwa semakin baik tingkat pengetahuan orang tua mengenai
status gizi balita maka semakin baik pula dalam memberikan asupan makanan
yang bergizi kepada balitanya
F. Kerangka teori
Bagan 2.1 Kerangka teori
Sumber : Almatsier (2002) dan Supariasa (2002)
G. Kerangka konsep
Bagan 2.2 Kerangka konsep
Pengetahuan ibu tentang gizi balita
Status gizi balita
Pendapatan perkapita keluarga
Pengetahuan gizi ibu
Pelayanan kesehatan
Faktor langsung
Sosial Budaya
Pola pemberian makan
Pendapatan
Asupan zat gizi
Status gizi balita
Penyakit infeksi
Pendidikan
Faktor tidak langsung
29
H. Variabel penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang gizi dan
pendapatan perkapita
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah status gizi anak
I. Hipotesis penelitian
1. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi anak di
Posyandu Melati Kecamatan Sulang Rembang.
2. Ada hubungan pendapatan perkapita dengan status gizi anak di Posyandu
Melati Kecamatan Sulang Rembang.