BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasirepository.ump.ac.id/9531/3/Nur Sa'adah BAB II.pdf · seperti...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasirepository.ump.ac.id/9531/3/Nur Sa'adah BAB II.pdf · seperti...
14 Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak
diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu.
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terpajan dengan penyakit
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Dian dkk,
2014).
Imunisasi adalah transfer antobody secara pasif, sehingga akan
didapatkan kekebalan yang bersifat pasif. Vaksinasi adalah tindakan
memberi vaksin untuk merangsang pembentukan imunitas secara aktif
pada tubuh seseorang sehingga akan didapatkan kekebalan aktif
(Hadinegroh, 2011). Imunisasi adalah memberikan kekebalan tubuh secara
pasif kepada bayi/ anak terhadap kuman/ virus TBC/ Deptheria dan polio/
campak (Solikhah dkk, 2017).
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga
tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh
mempunyai suatu memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam
15
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan
sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika
nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan
vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah
dihadapi sebelumnya (Atikah, 2010).
B. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah mencegah penyakit infeksi yang
berbahaya sebelum penyakit tersebut dapat menular pada masyarakat.
Imunisasi mempergunakan mekanisme pertahanan tubuh yaitu sistem
imun yang akan membentuk kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu.
Seseorang akan tetap sehat dengan imunisasi karena telah dapat mencegah
penularan penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian dan
kecacatan menetap di kemudian hari. Beberapa infeksi dapat dicegah
dengan memberikan imunisasi pada masa anak-anak, baik yang diberikan
oleh pemerintah maupun swasta (Hadinegroh, 2015).
Tujuan Imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat, populasi atau menghilangkan penyakit tertentu dari dunia
seperti pada imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir lebih mungkin
terjadi pada jenis penyakit yang hanya ditularkan melalui manusia, seperti
misalnya penyakit difteria. Program imunisasi bertujuan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit tersebut adalah
16
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (meales), polio, dan
tuberculosis (Notoatmodjo,2007).
C. Manfaat Imunisasi
a. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, cacat dan
kematian.
b. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan apabila anak
terserang penyakit. Mendorong pembentukan keluarga sejahtera
apabila orang tua sudah yakin anaknya akan menjalani masa kanak-
kanaknya dengan rasa nyaman. Hal ini mendorong persiapan keluarga
yang terencana agar selalu terjaga kesehatannya (Proverati, 2010).
D. Jenis Imunisasi
Ada dua jenis klarifikasi imunisasi, yaitu kekebalan pasif dan kekebalan
aktif.
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan untuk tubuh dapat memproduksi
antibody dengan sendirinya (Yusrianto, 2010).
b. Imunisasi Pasif
Disini tubuh membuat sendiri zat anti akan tetapi mendapatkannya
dari luar dengan cara penyuntikan bahan atau serum yang telah
17
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkan dari ibu saat
dalam kandungan (Sukarmi, 2009).
Imunisasi untuk memperoleh kekebalan pasif disebut juga dengan
imunisasi pasif dengan memberikan antibodi pada seseorang yang
membutuhkannya. Contohnya seperti pemberian immunoglobulin
spesifik pada penyakit-penyakit tertentu, misalnya immunoglobulin
antitetanus yaitu diberikan untuk penderita penyakit tetanus.
Kekebalan pasif juga tidak dapat berlangsung dengan lama karena
akan di metabolism sendiri oleh tubuh, contohnya seperti kekebalan
pasif alamiah antibody yang dipengaruhi didapatkan janin dari ibu
yang perlahan akan menurun dan habis (I.G.N. Gde Ranuh, 2011).
E. Dasar-dasar Imunisasi
a. Imunisasi BCG (Bacille Calmette-Guerin)
Vaksin BCG dapat mencegah penyakit tuberculosis. Tuberculosis
disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium
bovis (Enric et al, 2017). Tuberculosis paling sering menyerang paru,
tetapi dapat juga menyerang organ lain 11 seperti selaput otak, tulang,
kelenjar superficialis, dan lain-lain. BCG adalah vaksin hidup yang
dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan berulang 1-3 tahun,
sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai
imunogenitas (Dewi, 2012).
1) Cara Pemberian dan Dosis
18
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi
umur <2 bulan di lengan kanan atas. Pada bayi yang kontak erat
dengan pasien TB dengan bakteri tahan asam (BTA) +3 sebaiknya
diberikan INH profilaksi dulu, apabila pasien kontak sudah tenang
bayi dapat diberi BCG (Ranuh, 2008). Vaksin BCG diberikan
secara intradermal/intrakutan 0,10 ml untuk anak dan 0,05 ml
untuk bayi baru lahir. Penyuntikan imunisasi BCG sebaiknya
diberikan pada deltoid kanan (lengan kanan atas) (Dewi, 2012).
2) Kontraindikasi
Vaksin BCG perlu memperhatikan beberapa kontraindikasi
pada anak. Imunisasi BCG tidak dianjurkan pada anak dengan
reaksi uji tuberkulin >5 mm, terinfeksi HIV atau dengan resiko
tinggi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid,
sedang menjalani terapi radiasi, penyakit keganasan pada tulang
dan limfe, anak gizi buruk, demam tinggi, menderita penyakit
infeksi kulit yang luas, pernah menderita tuberculosis, dan
kehamilan (Dewi, 2012).
3) Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat
umum. Reaksi yang tampak seperti demam 1-2 minggu kemudian
akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang
berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi luka. Luka
tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan
19
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
meninggalkan tanda parut. Kadangkadang terjadi pembesaran
kelenjar regional di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit,
dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak
memerlukan pengobatan, dan akan menghilang dengan sendirinya
(Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005).
b. Imunisasi DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri, pertusis
(batuk rejan), dan tetanus. Dipteri adalah penyakit radang tenggorokan
berat yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae dapat
menyebar ke sistem saraf dan jantung sehingga berakibat kematian
(Peter et al, 2017). Pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari) yang
disebabkan oleh Bordetella pertussis dengan gejala berupa batuk, mata
merah, demam, dan semakin lama menimbulkan keparahan sedangkan
tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh 13 Clostridium tetani
yang disebarkan melalui luka yang dalam. Gejala tetanus berupa
kejang, mulut mencucu, kaku otot perut, kaku rahang, disertai keringat
dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking) pada
3 sampai 28 hari setelah lahir (Pratiwi, 2012).
1) Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian secara intramuskuler dengan dosis pemberian
0,5 ml sebanyak 3 dosis. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok
terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. Imunisasi rutin
pada anak dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18
20
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
bulan, dan saat masuk sekolah. Ketentuan peenggunan vaksin DPT
yaitu suhu penyimpanan berkisar 2-8 0C, vaksin belum kadaluarsa,
tidak pernah terendam air, dan sterilitasnya terjaga.
2) Kontraindikasi
Gejala abnormal otak atau saraf pada bayi baru lahir
merupakan kontraindikasi pertusis. Gejala tersebut seperti
penyakit-penyakit yang mengenai sistem saraf pusat berupa infeksi
atau kongenital. Anak-anak yang mengalami gejala berat tersebut
pada pemberian dosis pertama komponen vaksin pertusis perlu
dihilangkan pada pemberian kedua, lanjutan imunisasi dapat
diberikan vaksin DT
3) Efek Samping
Efek samping yang mungkin muncul adalah demam, rasa
sakit ditempat penyuntikan, peradangan, dan kejang. Anak
mungkin akan demam pada sore hari setelah mendapat vaksin dan
akan membaik dalam 1-2 hari, jika anak mengalami demam lebih
dari satu hari perlu dicurigai ada infeksi lain (Margareta, 2009).
Efek samping lain seperti rasa sakit ditempat suntikan dan
peradangan akan sembuh dengan sendirinya. Kejang merupakan
efek samping yang jarang ditemui. Jika terdapat kejang pada anak
maka vaksin pertusis harus dihilangkan pada imunisasi selanjutnya
(Dewi, 2012).
21
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
c. Imunisasi Hepatitis-B
Imunisasi hepatitis B berfungsi untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Gejala
biasanya bersifat asimptomatik dan kronis serta dapat menimbulkan
sirosis hati. Vaksin hepatitis B mengandung HBsAg (antigen
permukaan) dari virus hepatitis B (Febriana, 2009).
1) Cara Pemberian dan Dosis
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada usia 0-11 bulan melalui
injeksi intramuskuler dengan dosis 0,5 ml. Pemberian suntikan
secara intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian
suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jarak suntikan satu bulan
untuk suntikan 1 dan 2, dan lima bulan untuk jarak suntikan 2 dan
3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar
(Novitasari, 2015).
2) Kontraindikasi
Riwayat alergi merupakan kontraindikasi utama imunisasi
Hepatitis B. Riwayat alergi atau hipersensitifitas yang dimaksud
yaitu terhadap ragi serta riwayat efek samping yang berat pada
penyuntikan dosis pertama (Depkes RI, 2009).
3) Efek Samping
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B
umumnya ringan. Efek samping yang muncul hanya berupa nyeri,
22
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
bengkak, panas, mual, dan nyeri sendi maupun otot dengan reaksi
ringan dan sembuh dalam 1-2 hari (Dewi, 2012).
d. Imunisasi Polio
Vaksin polio diberikan untuk mencegah penyakit polimielitis.
Penyakit ini disebabkan oleh virus polio pada medulla spinalis yang
menyebabkan kelumpuhan. Virus vaksin ini akan menempatkan diri di
usus dan akan memacu pembentukan antibodi dalam darah maupun
epitelium usus sehingga akan 16 memberikan perlindungan terhadap
virus yang masuk kemudian (Dewi, 2012).
1) Cara Pemberian dan Dosis
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, II, dan
IV yang diberikan secara oral (melalui mulut) setiap kali pemberian
sebanyak dua tetes (0,1 ml). Pemberian selanjutnya dengan jarak
interval 4 minggu. Penetes (dropper) harus diganti dengan yang
baru setiap kali membuka vial yang baru (Istriyati, 2011)
2) Kontraindikasi
Anak yang sedang menderita penyakit di saluran cerna
tidak boleh menerima vaksin polio. Kontraindikasi pemberian
vaksin polio antara lain anak dalam keadaan penyakit akut, demam
>380C, muntah atau diare berat, anak dengan imunosupresi atau
sedang dalam pengobatan imunosupresif serta memiliki keganasan
yang berhubungan dengan retikuloendotelial.
23
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3) Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping pada
pemberian imunisasi polio (Margareta, 2009). Efek samping yang
serius seperti lumpuh layu (paralisis) jarang terjadi (Istriyati,
2011).
e. Imunisasi Campak
Vaksin campak merupakan virus campak yang dilemahkan dengan
fungsi memberikan kekebalan aktif terhadap campak. Imunisasi
campak bertujuan untuk mencegah penyakit campak karena penyakit
ini sangat menular dan sering menyebabkan Kejadian Luar Biasa
(KLB) (Novitasari, 2015).
1) Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian vaksin campak sebanyak satu kali pada usia
anak 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan vaksin
campak dilarutkan dalam cairan pelarut steril sebanyak 5 ml
kemudian disuntikkan di lengan kiri atas secara subkutan
(Novitasari, 2015).
2) Kontraindikasi
Gangguan imun pada anak perlu diperhatikan. Anak-anak
dengan imunodefisiensi (Imun lemah) atau individu dengan
gangguan imun akibat leukimia dan lymphoma merupakan
kontraindikasi pemberian vaksin campak.
3) Efek Samping
24
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
divaksinasi. Walaupun dilaporkan ada beberapa variasi temuan,
efek samping vaksin campak hidup (tunggal 18 atau gabungan)
umumnya adalah ringan dan terbatas untuk anak-anak yang rentan
(Pratiwi, 2011).
F. Jadwal Pemberian Imunisasi
Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Menurut Frekuensi,Interval,
dan Usia Pemberian.
Vaksin
Pember
ian
Imunisa
si
Interval
Waktu
Pemberia
n
Usia
Pemberia
n
Keterangan
HB 3 kali 4 minggu 0-11
bulan
Pemberian Hepatitis B paling
optimal diberikan pada bayi <24
jam pasca persalinan, dengan
didahului suntikan vitamin K1
2-3 jam sebelumnya, khusus
daerah dengan akses sulit,
pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari
BCG 1 kali - 0-11
bulan
Pemberian BCG optimal
diberikan sampai usia 2 bulan,
dapat diberikan sampai usia <1
tahun tanpa perlu melakukan tes
mantoux
Polio 4 kali
(Polio
1,2,3,4)
4 minggu 0-11
bulan
Bayi lahir di Institusi Rumah
Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta, Imunisasi BCG dan
Polio 1 diberikan
sebelum dipulangkan
DPT 3 kali
(DPT
1,2,3)
4 minggu 0-11
bulan
Campak 1 kali - 9-11
bulan
Sumber: Dirjen PP dan PL Depkes RI, 2013
25
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
G. Fatwa MUI tentang Kehalalan Imunisasi
Pada tahun 2016, MUI mengeluarkan fatwa MUI no.4 tahun 2016
tentang imunisasi. Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa imunisasi pada
dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan
kekebalan tubuh (imunitas) serta mencegah terjadinya suatu penyakit
tertentu. Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak
dibolehkan kecuali: digunakan pada kondisi al-dlarurat (kondisi
keterpaksaan yang apabila tidak diimunisasi dapat mengancam jiwa
manusia) atau al-hajat (kondisi keterdesakan yang apabila tidak
diimunisasi maka akan dapat menyebabkan penyakit berat atau kecacatan
pada seseorang) belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci serta
adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa
tidak ada vaksin yang halal.
H. Anak Sekolah Dasar
Anak usia sekolah dimulai dari rentang usia 6-12 tahun. Anak pada
periode ini mulai memasuki dunia baru, mereka mulai banyak
berhubungan dengan orang yang lain di luar keluarganya, bergabung
dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanak-kanak, dan
bergabung didalam kelompok sebaya (Wong, 2008). Masa usia anak
sekolah dasar terbagi dalam 2 kategori yitu siswa kelas rendah ( kelas1, 2,
dan 3 ) dan siswa kelas tinggi ( kelas 3, 4, dan 5 ). Masa ini ditandai
dengan anak mulai anak memasuki bangku sekolah dasar, dan mulai dan
mulai sejarah baru didalam hidupnya yang kelak akan mengubahnya ,
26
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
serta dimana abak akan akan memasuli dunia baru yaitu masa pengenalan
lingkungan sosial yang lebih luas (Sudarmawan, 2013).
1. Perkembangan Biologis
Anak usia 6-12 tahun dipertumbuhkan sekitar 5 cm pertahun untuk
mencapai 30-60 cm dan berat badannya akan bertambah hampir 2 kali
lipat, bertambah 2-3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak usia 6 tahun
sekitar 116 cm dan berat badannya sekitar 21 kg. Perbedaan ukuran
anak perempuan dan anak laki-laki pada periode ini sangat sedikit,
walaupun anak laki-laki biasanya lebih tinggi dan lebih berat dari pada
anak perempuan (Wong, 2008).
2. Perkembangan kognitif
Pada tahap ini anak mengembangkan pemahaman mengenai
hubungan antara suatu hal dan ide. Anak mengalami kemajuan dari
kemampuan untuk membuat penilaian berdasarkan apa yang mereka
lihat (pemikiran konseptual sampai kemampuan untuk membuat
penilaian yang berdasarkan dengan alasan mereka sendiri (pemikiran
konseptual). Kemampuan anak mengingat dalam menguasai simbol-
simbol dan menggunakan simpanan memori mereka menganai
pengalaman masa lalunya sebagai bahan evaluasi dan interpretasi masa
kini (Wong, 2008).
Karakteristik pada tahap ini yaitu mampu membuat klasifikasi
secara sederhana, anak dapat membuat suatu urutan, anak dapat
mengembangkan kemampuan imajinasi untuk berimajinasi tentang
27
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
masa lalu dan masa depannya, serta anak mulai bisa berpikir secara
argumentatif dan mampu memecahkan dan mampu memecahkan suatu
permasalahan yang sederhana (Nurgiyantoto, 2005).
3. Perkembangan Moral
Saat pola pikir anak mulai berubah dari egisentrisme menjadi pola
pikir yang lebih logis, mereka juga bergerak melalui tahap
perkembangan kesadaran diri dan standar moral. Anak usia yang lebih
tinggi usianya mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat
dibandingkan akibat yang akan dihasilkannya. Peraturan dan penilaian
tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta mulai berisi lebih banyak
kebutuhan dan keinginan orang lain. Mereka menggunakan berbagai
pandangan yang berbeda untuk membuat suatu penilaian. Mereka
mampu memahami dan menerima konsep bagaimana memperlakukan
orang lain seperti halny mereka ingin diperlakukan seperti hal tersebut
(Wong, 2008).
I. Program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah)
1. Pengertian
Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup
untuk melindungi terhadap penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat
Dicegah Dengan Imunisasi) sampai usia anak sekolah (Sundoroh,
2017). Penyelenggaraan program BIAS ini berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan RI tahun 2017 pasal 7 memutuskan bahwa
imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia sekolah dasar
28
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
sebagaimana ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat
kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang
sudah mendapatkan imunisasi dasar diberikan pada bulan imunisasi
anak sekolah (BIAS) yang diintegrasikan dengan usaha kesehatan
sekolah (Permenkes RI, 2017).
BIAS adalah salah satu bentuk kegiatan operasional dari imunisasi
lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada bulan tertentu
setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar
(SD) atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1, 2, dan 3 di seluruh Indonesia.
Pada tahun 2011, secara nasional imunisasi vaksin TT untuk kelas 2
dan kelas 3 SD atau sederajat (MI/SDLB) ditambah dengan Antigen
difteri (vaksin Td). Pemberian imunisasi ini sebagai booster untuk
mengantisipasi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) Difteri
(Sundoro, 2017).
2. Tujuan
Mempertahankan eliminasi tetanus, neonaturum, pengendalian
penyakit Difteri dan penyakit Campak dalam jangka panjang melalui
imunisasi DT, Td dan Campak pada anak sekolah (Wardianto, 2017).
3. Jenis
a. Campak
Campak adalah salah satu jenis imunisasi yang berfungsi
untuk mencegah penyakit campak (measles desease). Penyakit
campak merupakan penyakit menular yang diakibatkan oleh virus.
29
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Virus dari penyakit campak bisa tersebar melalui udara (Tedjo,
2012).
1) Bahaya penyakit campak
Menurut wardianto, 2017.
a) Panas tinggi
b) Radang mulut dan tenggorokan
c) Diare
d) Radang otak
e) Gizi memburuk
f) Radang paru.
2) Cara penularan
Secara kontak langsung dan melalui pernafasan penderita.
(Tedjo, 2012).
3) Efek samping
Menurut Tedjo, 2012.
a) Demam
b) Nyeri lengan akibat suntikan
c) Terjadi ruam atau kulit yang memerah pada area yang
disuntik
d) Bisa menyebabkan bengkak
30
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
b. DT (Diphteria Tetanus)
Difteri adalah radang tenggorokan yang sangat berbahaya
dapat menyebabkan kematian anak hanya dalam beberapa hari
saja. Tetanus adalah penyakit kejang otot seluruh tubuh dengan
mulut terkancing tidak bisa dibuka (Whardianto, 2017).
1) Cara penularan Difteri melalui :
a) Percikan-percikan ludah penderita waktu batuk bersin
b) Melalui sapu tangan
c) Handuk dan alat-alat makanan yang dicemari kuman-
kuman penyakit.
2) Cara penularan Tetanus melaui :
a) Tali pusat karena pertolongan persalinan yang tidak
bersih/steril
b) Melalui luka (tertusuk paku, beling).
3) Efek samping
Demam yang berlangsung 1-2 hari, ruam merah pada
bekas suntikan, bahkan kejang bagi anak yang pernah
mengalami sakit kejang
c. Td ( Tetanus Diphteria)
31
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4. Sasaran
Tabel.2.2. Sasaran imunisasi pada Anak Sekolah Dasar (SD/Sederajat)
Sasaran Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Keterangan
Kelas 1 SD
Kelas 1 SD
Campak Bulan Agustus Bulan Imunisasi
Anak Sekolah
(BIAS) DT Bulan November
Kelas 2 &
3SD
Td Bulan November
Sumber : (Sundoro. 2017)
J. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Imunsasi
Menurut Lawrence Green dalam Nursalam (2014) yang
mengatakan bahwa kesehatan individu / masyarakat dipengaruhi oleh dua
faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor
perilaku ditentukan oleh tiga kelompok yaitu :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors)
Yaitu faktor internal yang ada pada idividu seperti sikap,
keyakinan, pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma.
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Yaitu yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidak
tersedianya sarana kesehatan, peraturan kesehatan dan keterampilan
terkait kesehatan.
32
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Yaitu faktor yang menguatkan perilaku yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan, teman sebaya, keluarga, tokoh
masyarakat, dan pengambil keputusan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sari (2018) Faktor yang
mempengaruhi ibu dalam memberikan imunisasi adalah :
1. Sikap
Sikap adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap
lingkungan dan hubungannya terhadap kesehatan (Natasha et al,
2013). Menurut Notoadmodjo (2010) Sebelum orang mengadopsi
perilaku baru , terjadi proses yang berurutan didalam diri seseorang,
yakni :awareness (kesadaran), interest (tertarik), evaluation (
mempertimbangkan dampak baik dan buruk stimulus tersebut terhadap
dirinya), Trial (mulai mencoba prilaku baru), adoption (subyek telah
berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya
terhadap stimulus) (Notoatmodjo, 2010).
Berikut adalah tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2010):
a. Menerima (receiving), Menerima diartikan bahwa orang (subjek)
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
b. Merespon (responding), Memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk
33
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa
orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (valuing), Mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible), Bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan
sikap yang paling tinggi.
2. Pendapatan
Pendapatan adalah berupa jumlah uang yang diterima seseorang
atau lebih dari anggota keluarga dari jerih payah kerjanya. Secara
umum pendapatan didefinisikan sebagai masukan yang diperoleh dari
keseluruhan aktifitas termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa
melakukan kegiatan apapun (Randi, 2013).
Pemberian ekonomi seseorang berhubungan pada kemampuan
seseorang membiayai pelayanan kesehatan. Seseorang mungkin tahu
akan pentingnya kesehatan namun karena terkendala biaya orang
tersebut memutuskan untuk tidak memperoleh pelayanan kesehatan
yang dibutuhkannya. Pendapatan keluarga yang rendah akan menjadi
pertimbangan ibu untuk tidak mengimunisasikan anaknya. Dampak
lain adalah ibu lebih memilih bekerja untuk membantu pendapatan
34
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
keluarga sehingga waktu untuk membawa anak imunisasi berkurang
(Mulyanti, 2013).
3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga
terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional.
Keseluruhan elemen tersebut terwujud dalam bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap
anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan (Friedman, 2010). Seorang ibu yang memiliki sikap
positif terhadap imunisasi anaknya perlu mendapat dukungan dari
suami berupa konfirmasi atau izin dan fasilitas yang mempermudah
jangkauan imunisasi serta motivasi untuk rutin imunisasi sesuai jadwal
(Suzanne, 2011). Selain dari suami ibu juga membutuhkan dukungan
keluarga dari orangtua/mertua yang juga memiliki sikap positif
terhadap imunisasi (Pratiwi, 2012).
4. Keterjangkaun Tempat Pelayanan Imunisasi
Salah satu faktor yang memhubungani pencapaian derajat
kesehatan, termasuk pemberian kelengkapan imunisasi dasar adalah
adanya keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
Kemudahan untuk mencapai pelayanan kesehatan ini antara lain
ditentukan oleh adanya transportasi yang tersedia sehingga dapat
35
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
memperkecil jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan motivasi ibu
untuk datang ketempat pelayanan imunisasi (Agustina, 2012).
K. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan terhadap pemberian
imunisasi adalah :
Berdasarkan penelitian Prabandari, Musthofa Dan Kusumawati (2018)
tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan penerimaan ibu
terhadap imunisasi measles rubella pada anak SD di Desa Gumpang
Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo menunjukan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, dan
persepsi hambatan dengan penerimaan imunisasi MR (Prabandari, 2018).
Penerimaan pemberian imunisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut :
1. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowlage) adalah suatu proses dengan
menggunakan panca indra yang dilakukan seseorang terhadap
objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan dan keterampilan
(Hidayat, 2007).
Pengetahuan merupakan faktor penting untuk
mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang. Kurangnya
pengetahuan dapat perpengaruh pada tindakan yang dilakukan
karena pengetahuan merupakan salah satu factor predisposisi untuk
terjadinya perilaku (Jurisa, 2014).
36
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Pengetahuan merupakan hasil tahu setelah seseorang telah
melakukan dengan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan merupakan dominan yang penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).
1) Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah mengingat sesuatu yang sudah
dipelajari sebelumnya. yang termasuk pengetahuan adalah
sesuatu yang bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
diterima.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami adalah suatu kemampuan yang menjelaskan
secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat
diinterpretasikan sesuai teori yang benar.
3) Aplikasi (Aplication)
`Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk dapat
menggunakan materi yang sudah diperoleh secara benar.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan yang dapat menjabarkan
materi atau objek dalam komponen-komponen tetapi satu sama
lain masih berkaitan. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja.
37
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
5) Sintesis (Shintesis)
Sisntesis adalah suatu kemampuan untuk dapat
menjelaskanatau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dapat diartikan juga sebagai
kemampuan untuk menyusun formasi dan dari informasi-
informasi yang sudah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan
suatu penelitian terhadap obyek. Penelitian ini berdasarkan
suatu kriteria yang sudah ditentukan oleh sendiri atau
menggunakan kriteri-kriteria yang sudah ada sebelumnya.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah seluruh usaha yang dilakukan secara sadar dan
terencana melalui lembaga formal maupun non-formal untuk
mengembangkan kualitas sumber daya agar memiliki kepribadian,
kecerdasan, keterampilan dan pengendalian diri yang dapat
dimanfaatkan lingkungan untuk meningkatkan taraf kehidupan,
sehingga menjadi sumber daya yang efektif dan efesien. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin baik
pengetahuannya dan pemahamannya tentang kehidupan termasuk di
dalamnya pemahaman tentang kesehatan. Sehingga penting bagi
seorang wanita yang berlaku sebagai ibu untuk dapat berpendidikan
tinggi karena seorang wanita akan menjadi pendidikan pertama bagi
38
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
anaknya termasuk menentukan pelayanan kesehatan yang tepat bagi
anaknya (Pratiwi, 2012).
3. Kepercayaan
Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang
menganggap suatu premis atau obyek yang benar. Adanya
kepercayaan terhadap sesuatu yang memiliki kekuatan paling tinggi di
atas kekuatan manusia yang bersifat supernatural itu menimbulkan
perilaku tertentu, seperti berdoa, memuja dan lainnya. Hal tersebut
juga menimbulkan sikap mental tertentu, seperti rasa takut, optimis,
pasrah dan lainya dari individu dan masyarakat yang mempercayainya
(Bustanuddin, 2007)
Spiritualitas merupakan suatu kecenderungan untuk membuat
makna hidup melalui hubungan intrapersonal, interpersonal dan
transpersonal dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan.
Spiritualitas adalah kepercayaan seseorang akan adanya Tuhan, dan
kepercayaan ini menjadi sumber kekuatan pada saat sakit sehingga
akan mempengaruhi keyakinannya tentang penyebab penyakit,
proses penyembuhan penyakit dan memilih orang yang akan merawatn
ya (Yusuf dkk, 2016).
39
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Faktor yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah
sebagai berikut.
a. Pertimbangan Tahap perkembangan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan
empat agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai
persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang dan berbeda
menurut usia, seks, agama, dan kepribadian anak.
Tema utama yang diuraikan oleh semua anak tentang Tuhan
mencakup :
1) Gambarann tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan
dengan manusia dan saling keterkaitan dengan kehidupan.
2) Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam perubahan dan
pertumbuhan diri serta transformasi yang membuat dunia tetap
segar, penuh kehidupan dan berarti.
3) Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa
takut menghadapi kekuasaan Tuhan.
4) Gambaran cahaya/sinar.
b. Keluarga
Peran orang tua sangat menentukan dalam perkembangan
spiritualitas anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh
orang tua kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak
pelajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku
40
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan
terdekat dan pengalaman pertama anak dalam mempersepsikan
kehidupan di dunia, maka pandangan anak pada umumnya
diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan
orang tua dan saudaranya.
c. Latar belakang etnik dan budaya
Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang
etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti
tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya
menjalanka agama. Termasuk nilai oral dari hubungan keluarga
dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu
diperhatikan apapun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang
dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual unik bagi tiap
individu.
d. Pengalaman hidup sebelumnya
Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman
negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya
juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara
spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Sebagai contoh, jika
dua orang wanita yang percaya bahwa Tuhan mencintai umatnya,
kehilangan anak mereka karena kecelakaan, salah satu dari mereka
41
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
akan bereaksi dengan mempertanyakan keberadaan Tuhan dan
tidak mau sembahyang lagi. Sedangkan wanita yang lain bahkan
sebaliknya terus berdoa dan meminta Tuhan membantunya untuk
mengerti dan menerima kehilangan anaknya.
Begitu pula pengalaman hidup yang menyenangkan
sekalipun, seperti pernikahan, pelantikan kelulusan, kenaikan
pangkat atau jabatan dapat menimbulkan perasan yang bersyukur
kepada Tuhan, namun ada juga yang merasa tidak perlu
mensyukurinya. Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap
sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk
menguji kekuatan imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan
meningkat yang memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan
coping untuk memenuhinya.
e. Krisis dan perubahan
Krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman
spiritual seseorang (Troth, Craven, dan Hirnle). Krisis sering
dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan,
proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khusunya pada
klien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk.
Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut
merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang
bersifat fisikal dan emosional.
42
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
Krisis bisa berhubungan dengan perubahan patofisiologis,
tritmen/terapi pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang
mempengaruhi seseorang. Diagnosis penyakit atau penyakit
terminal pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan tentang
sistem kepercayaan seseorang. Apabila klien dihadapkan pada
kematian, maka keyakinan spiritual dan keinginan untuk
sembahyang/berdoa lebih tinggi dibandingkan pada pasien yang
berpenyakit tidak terminal.
f. Terpisah dari ikatan spiritual
Menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali
membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan
pribadi dan sistem dukungan sosial (social support system). Klien
yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya
dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah,
antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan
keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau
teman dekat yang biasa memberikan dukungan setiap saat
diinginkan. Terpisahnya seseorang dari ikatan spiritual berisiko
terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.
Kata Islam merupakan penyataan kata nama yang berasal dari
akar triliteral s-l-m, dan didapat dari tatabahasa bahasa Arab Aslama,
yaitu bermaksud "untuk menerima, menyerah atau tunduk." Dengan
43
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
demikian, Islam berarti penerimaan dari dan penundukan kepada
Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan ini dengan menyembah-
Nya, menuruti perintah-Nya, dan menghindari politheisme. Perkataan
ini memberikan beberapa maksud dari al-qur’an. Dalam beberapa ayat,
kualitas Islam sebagai kepercayaan ditegaskan: "Barangsiapa yang
Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya
Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam" Ayat lain
menghubungkan Islām dan dīn (lazimnya diterjemahkan sebagai
"agama"): " Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu" (Syanaz, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Garscia et.al tahun (2018)
tentang “Factors Influencing Vaccine Acceptance And hesitancy in
Three Informal Settlements in Lusaka, Zambia”. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa orang awam maupun aktor kesehatan yang
melaporkan bahwa penerimaan dan beberapa sumber dari keraguan
adalah obat tradisional, penggunaan alkohol dan keyakinan agama
muncul sebagai pendorong keraguan vaksin, cenderung diperkuat oleh
ketidakpercayaan terhadap pengobatan barat.
44
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4. Dukungan Keluarga
a. Pengertian
Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi
sepanjang masa kehidupan. Sifat dan jenis dukungan berbeda
dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga
dapat berupa dukungan sosial internal, seperti dukungan dari
suami, istri atau dukungan dari saudara kandung dan dapat juga
berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti. Sebagai
akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptas keluarga
(Friedman, 2010).
Dukungan keluarga adalah unit terkecil masyarakat yang
terdiri atas 2 orang atau lebih, adanya ikatan persaudaraan atau
pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga berinteraksi satu
sama lain, mempertahankan satu kebudayan (Effendy, 2006).
b. Jenis Dukungan Keluarga
1) Dukungan emosional
Dukungan emosional keluarga berupa perhatian, kasih
sayang dan empati. Dukungan emosional merupakan fungsi
afektif keluarga berupa fungsi internal keluarga dalam
memenuhi kebutuhan psikososial dengan saling mengasuh,
cinta kasih, kehangatan, saling mendukung dan menghargai
antar anggota keluarga, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan (Friedman, 2010).
45
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
2) Dukungan Informasi
Dukungan informasi merupakan suatu dukungan atau
bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk
memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan dan
memberikan informasi-informasi penting yang sangat
dibutuhkan dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.
Manfaatnya adalah dapat menekan munculnya suatu stressor
karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi
sugesti yang khusus pada individu. Aspek-aspek dalam
dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan
pemberian informasi (Friedman, 2010).
3) Dukungan instrumental
Dukungan instrumental keluarga merupakan dukungan atau
bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan
bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk
membantu atau melayani dan mendengarkan klien halusinasi
dalam menyampaikan perasaannya. Serta dukungan
instrumental keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit,
dan kesehatan pasien dalam hal kebutuhan makan dan minum,
istirahat dan terhindarnya pasien dari kelelahan (Friedman,
2010).
46
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
4) Dukungan Penghargaan
Dukungan keluarga berperan dalam mengintensifkan
perasaan sejahtera karena keluarga membimbing dan
menengahi pemecahan masalah. Orang yang hidup dalam
lingkungan yang supportif kondisinya jauh lebih baik daripada
mereka yang tidak memilikinya. Dukungan tersebut akan
tercipta bila hubungan interpersonal diantara mereka baik.
Ikatan kekeluargaan yang kuat membantu ketika keluarga
menghadapi masalah (Friedman, 2010).
c. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010), fungsi keluarga meliputi :
1) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga
berhubungan dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat
berlatih anak untuk kehidupan sosial sebelum meninggalkan
rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk dapat mempertahankan
generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi adalah keluarga yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan keluarga seperti ekonomi dan tempat
guna mengembangkan kemampuan individu dalam
47
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
meningkatkan penghasilan untuk dapat memnuhi kebutuhan
keluarga.
5) Fungsi perawatan dan pemeliharaan kesehatan adalah untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga supaya
tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
48
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
L. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori.
Menurut lawrence green dalam Nursalam (2014)
Keterangan : Diteliti Tidak diteliti
Faktor Predisposisi
Sikap
Tingkat Pendapatan
Pengetahuan
Pendidikan
Kepercayaan
Faktor Pendorong
Dukungan
Keluarga
Faktor Pemungkin
Keterjangkauan
Tempat Imunisasi
Ketersediaan Tempat
Imunisasi
Penerimaan
Imunisasi
Program Bias
(Bulan Imunisasi
Anak Sekolah
49
Determinan yang Mempengaruhi..., Nur Sa’adah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
M. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep.
Variable Bebas Variabel Terikat
Menurut (Hidayat, 2007), (Pratiwi, 2012), (Bustanuddin, 2007) dan
(Friedman, 2010).
N. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian berarti jawaban sementara dari
penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian. Setelah
melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar atau salah, bias diterima
bias ditolak (Notoatmodjo, 2010).
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah:
Ada pengaruh antara pengetahuan, pendidikan, kepercayaan dan dukungan
keluarga dengan penerimaan terhadap program bulan imunisasi anak
sekolah (BIAS).
Faktor yang
mempengaruhi
penerimaan
pemberian imunisasi
1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Kepercayaan
4. Dukungan
keluarga
Penerimaan program
Imunisasi BIAS