BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/869/5/BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/869/5/BAB...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pertumbuhan dan Perkembangan
1. Pengertian
Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi
tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan berat (gram, pon,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferesiansi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ,
dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing
dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Andriana, 2011: 3).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.
Perkembangan adalah bertambahnya fungsi yang lebih kompleks dalam
kemampuan gerak kasar dan gerak halus bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian (Mulati, 2016: 169).
Anak memiliki suatu ciri khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak
konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak
dengan dewasa. Anak menunjukan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang
sesuai dengan usianya. (Kemenkes RI, 2016: 3).
2. Ciri ciri dan prinsip-prinsip tumbuh kembang anak
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri ciri yang
berkaitan ciri ciri tersebut adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi persamaan dengan pertumbuhan .setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. misalnya perkembangan
intelegensi pada seorang anak akan menyertai perkembangan otak dan
pertumbuhan syaraf.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan
selanjutnya.
Setiap anak tidak bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak tidak akan bisa
berkjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika
pertumbuhan kaki dan bagian tubuh yang lain terkait dengan fungsi berdiri anak
terhambat. Karena itu perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan
menentukan perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ
dan perkembangan pada masing masing anak.
d. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat , perkembangan pun demikian ,
terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain lain. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap,
yaitu :
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah kepala, kemudian menuju kearah
kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu didaerah proksimal (gerak kasar) lalu
berkembangkebagian distal seperti jari – jari yang mempunyai kemampuan
gerak halus (pola proksimodistal).
f. Perkembangan memiliki tahap yang beruntutan
Tahap perkembangan seseorang anak mengikuti pola yang teratur dan
beruntutan.Tahap tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih
dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak
mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya (Kemenkes RI, 2016: 3).
Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip prinsip yang saling
berkaitan. Prinsip prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1) Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Kematangan merupakan proses intrinsic yang terjadi dengan sendirinya,
sesuai dengan potensi yanga da pada individu . belajar merupakan perkembangan
yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh
kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki
anak.
2) Pola perkembangan dapat diramalkan
Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak.Dengan
demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan
berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi
berkesinambungan (Kemenkes RI, 2016: 4).
3. Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak
Faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak terdiri dari dua
faktor yaitu:
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak
meliputi:
1) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek ,
gemuk, atau kurus
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adaah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki
laki akan lebih cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi cirri khasnya. Ada beberapa kelainan genetika yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma down’s dan sindroma turner’s (Kemenkes RI, 2016:
4).
b. Faktor Luar (Eksternal)
Faktor luar yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak terdiri dari
3 faktor diantaranya:
1) Faktor prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan congenital seperti
club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomide dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kerdiomegali,
hyperplasia adrenal. Radiasi paparan radium dan sinar rontgen dapat
mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spinabifida,
retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kengenital mata,
kelainan jantung.
e) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (toksoplasma,
rubella, sitornegalo virus, herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan
pada janin: katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan
jantung kongenital.
f) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fertalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah
janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan
akan menyebabkan hemoisis yang selanjutnya mengakibatkan
hiperbilirubinemia dan kem icterus yang akan menyebabkan kerusakan
jaringan otak.
g) Anoksia embrio
anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
h) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pda
ibu hamil dan lain-lain (Kemenkes RI, 2016: 5).
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pascasalin
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlakukan zat makanan yang adekuat
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkolosis, anemia, kelinan jantung bawaan mengakibatkan retardasi
pertumbuhan jasmani
c) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi
lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar
radioaktif, zat kimia tertentu (pb, mercuri, rokok, dll) mempunyai dampak
yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan
mengalami hambatan didalam pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin
Gangguan hormone, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan
anak mengalami hambatan pertumbuhan
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan
anak.
g) Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan / stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
i) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan.
Demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan
syaraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormone pertumbuhan
(Kemenkes RI, 2016: 5)
4. Deteksi dini terhadap gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Anak
Deteksi Dini Tumbuh Kembang anak adalah kegiatan pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan / masalah tumbuh kembang anak,
maka intervensi anak lebih mudah dilakukan (Kemenkes RI, 2012: 40).
Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa :
a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan,yaitu untuk mengetahui/menemukan
status gizi kurang/buruk dan mikro/makrosefali.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya
dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya
masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan
hioeraktivitas.
Adapun jadwal kegiatan dan jenis skrining/deteksi dini adanya
penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak prasekolah oleh tenaga
kesehatan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1
Jadwal Skrining
Umur
Anak
Jenis Deteksi Tumbuh Kembang Yang Harus Dilakukan
Deteksi Dini
Penyimpangan
Pertumbuhan
Deteksi Dini
Penyimpangan
Perkembangan
Deteksi Dini
Penyimpangan Mental
Emosional
BB/TB LK KPSP TDD TDL KMEE CHAT GPPH
0 bulan √ √
3 bulan √ √ √ √
6 bulan √ √ √ √
9 bulan √ √ √ √
12 bulan √ √ √ √
15 bulan √ √
18 bulan √ √ √ √ √
21 bulan √ √ √
24 bulan √ √ √ √ √ √
30 bulan √ √ √ √ √ √
36 bulan √ √ √ √ √ √ √ √
42 bulan √ √ √ √ √ √ √
48 bulan √ √ √ √ √ √ √
54 bulan √ √ √ √ √ √ √
60 bulan √ √ √ √ √ √ √
66 bulan √ √ √ √ √ √ √
72 bulan √ √ √ √ √ √ √
(Sumber: Kemenkes RI, 2016: 16)
Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak,
normal, kurus, kurus sekali, atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan
dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang balita, pengukuran dan penilaian
BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih (Kemenkes RI, 2016: 18).
a. Penimbangan Berat Badan (BB)
1) Menggunakan timbangan bayi.
a) Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2
tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang.
b) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah
bergoyang.
c) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.
d) Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
e) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
f) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
g) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
h) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri
(Kemenkes RI, 2016: 18).
2) Menggunakan timbangan injak
a) Letakkan timbangan dilantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak.
b) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjuk keangka 0.
c) Bayi sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai
alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu.
d) Anak berdiri diatas timbangan tanpa dipegangi.
e) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.
f) Baca angka yang ditunjuka oleh jarum timbangan atau angka
timbangan.
g) Bila anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri
(Kemenkes RI, 2016: 18).
b. Pengukuran Panjang Badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) :
1) Cara mengukur dengan posisi berbaring:
a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
b) Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
c) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
d) Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel
pada pembatas angka 0 (pembatas kepala).
e) Petugas 2: tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan
menekan batas kaki ke telapak kaki.
f) Petugas 2: membaca angka di tepi di luar pengukur (Kemenkes RI,
2016: 18).
2) Cara mengukur dengan posisi berdiri:
a) Anak tidak memakai sandal atau sepatu.
b) Berdiri tegak menghadap kedepan.
c) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur.
d) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.
e) Baca angka pada batas tersebut (Kemenkes RI, 2012: 42)
c. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak (LKA).
Tujuan pengukuran lingkaran kepala anak adalah untuk mengetahui
lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal,
disesuaikan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan sestiap 3 bulan.
Pada anak yang lebih besar, umur 12-72 bulan, pengukuran dilakukan setiap enam
bulan. Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga
kesehatan terlatih (Kemenkes RI, 2016: 19).
Cara mengukur lingkaran kepala:
1) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.
2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.
3) Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak.
4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak.
5) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang.
Interpretasi
1) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak normal.
2) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka lingkaran
kepala anak tidak normal.
3) Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2 yaitu makrosefal bila berada diatas
“jalur hijau” dan mikrosefal bila berada dibawah “jalur hijau” (Kemenkes RI,
2016: 19).
d. Tes Daya Dengar (TDD)
Tujuan tes daya dengar adalah menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur kurang
dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih
lainnya. Tenaga kesehatan mempunyai kewajiban memvalidasi hasil pemeriksaan
tenaga lainnya (Kemenkes RI, 2016: 22).
Alat/sarana yang diperlukan adalah:
1) Instrumen TDD menurut umur anak.
2) Gambar binatang (ayam, anjing, kucing), manusia.
3) Mainan (boneka, kubus, sendok, cangkir, bola).
Cara melakukan TDD :
1) Tanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam buIan.
2) Pilih daftar pertanyaan TDD yang sesuai dengan umur anak.
3) Pada anak umur kurang dari 24 bulan:
a) Semua pertanyaan harus dijawab oleh orang tua/pengasuh anak. Katakan
pada Ibu/pengasuh untuk tidak usah ragu-ragu atau takut menjawab,
karena tidak untuk mencari siapa yang salah.
b) Bacakan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu,
berurutan.
c) Tunggu jawaban dari orangtua/pengasuh anak.
d) Jawaban YA jika menurut orang tua/pengasuh, anak dapat melakukannya
dalam satu bulan terakhir.
e) Jawaban TIDAK jika menurut orang tua/pengasuh anak tidak pernah, tidak
tahu atau tak dapat melakukannya dalam satu bulan terakhir.
4) Pada anak umur 24 bulan atau lebih:
a) Pertanyaan-pertanyaan berupa perintah melalui orangtua/pengasuh untuk
dikerjakan oleh anak.
b) Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orangtua/pengasuh.
c) Jawaban YA jika anak dapat melakukan perintah orangtua/pengasuh.
d) Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau melakukan perintah
orangtua/pengasuh.
5) lnterpretasi:
a) Bila ada satu atau lebih jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami
gangguan pendengaran.
b) Catat dalam Buku KIA atau kartu kohort bayi/balita atau status/catatan
medic anak, jenis kelainan.
6) lntervensi:
a) Tindak sesuai dengan buku pedoman yang ada.
b) Rujuk ke RS bila tidak dapat ditanggulangi
e. Tes Daya Lihat (TDL)
Tujuan tes daya lihat adalah mendeteksi secara dini kelainan daya lihat
agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat
dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes
ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.
1) Alat/sarana yang diperlukan adalah:
a) Ruangan yang bersih, tenang dengan penyinaran yang baik
b) Dua buah kursi, 1 untuk anak dan 1 untuk pemeriksa
c) Poster “E” untuk digantung dan kartu “E” untuk dipegang anak
d) Alat Penunjuk
2) Cara melakukan tes daya lihat
a) Pilih suatu ruangan yang bersih dan tenang, dengan penyinaran yang baik
b) Gantungkan poster “E” setinggi mata anak pada posisi duduk
c) Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster “E” menghadap ke poster
“ E”
d) Letakkan sebuah kursi lainnya di samping poster “E” untuk pemeriksa.
e) Pemeriksa memberikan kartu "E" pada anak.. Latih anak dalam
mengarahkan kartu "E" menghadap atas, bawah, kiri, dan kanan, sesuai
yang ditunjuk pada poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali anak
mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak dapat mengarahkan
kartu “E” dengan benar.
f) Selanjutnya, anak diminta menutup sebelah matanya dengan buku/kertas.
g) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf "E” pada poster, satu persatu, mulai
baris pertama sampai baris ke empat atau baris "E" terkecil yang masih
dapat di lihat.
h) Puji anak setiap kali dapat mencocokan posisi kartu "E" yang dipegangnya
dengan huruf "E" pada poster.
i) Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata satunya dengan cara yang sama
j) Tulis baris "E" terkecil yang masih dapat di lihat, pada kertas yang telah di
sediakan :
Mata kanan : ............. Mata kiri : ...............
3) lnterpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga pada poster "E". Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris
ketiga poster E atau tidak dapat mencocokkan arah kartu “E” yang
dipegangnya dengan arah "E" pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.
4) lntervensi:
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat, minta anak
datang lagi untuk pemeriksaan ulang. Bila pada pemeriksaa berikutnya, anak
tidak dapat melihat sampai baris yang sama, atau tidak dapat melihat baris
yang sama dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan
mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri atau keduanya) (Kemenkes RI,
2016: 23).
Gambar 1
Tes Daya Lihat
(Sumber: Kemenkes RI, 2016: 24)
5. Pantauan Tumbuh Kembang Anak
a. KMS (Kartu Menuju Sehat)
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang membuat kurva
pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut
umur. Dengan KMS ini, gangguan pertumbuhan atau resiko kelebihan gizi dapat
diketahui lebih dini sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih
cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Ada perbedaan antara KMS laki-
laki dan perempuan. KMS untuk laki-laki berwarna biru dan terdapat tulisan
untuk anak laki-laki dan KMS untuk perempuan berwarna dasar merah muda dan
terdapat tulisan untuk anak perempuan (Chomaria, 2015: 28-29).
KMS terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
1) Kurva penimbangan danpengukuran berat badan (dua bagian).
2) Catatan pemberian vitamin A dan pemberian imunisasi.
3) Informasi tentang ASI, penanganan diare, dan perkembangan anak sehat.
4) Identitas balita.
KMS memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1) Sebagi alat untuk memantau pertumbuhan anak. Dengan dicantumkan grafik
pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah
seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila
grafik berat badan anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya
anak tumbuh normal. Kecil resikonya anak akan mengalami gangguan
pertumbuhan. Sebaliknya, bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik
pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
2) Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak
Di dalam KMS dicatat riwayat pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat
badan anak, pemberian kapsul vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan,
dan imunisasi.
3) Sebagai alat edukasi.
Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar perawatan anak seperti
pemberian makan anak dan perawatan anak bila diare (Chomaria, 2015: 28-
29).
6. Gangguan Tumbuh Kembang Yang Sering Ditemukan
a. Gangguan Bicara Dan Bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan ndikator seluruh
perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitive terhadap
keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya sebab melibatkan kemampuan
kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya
stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan
gangguan ini dapat menetap.
b. Celebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif,
yang disebabkan oleh karena suatu keruskan/gangguan pada el-sel motorik
padasusunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belu selesai pertumbuhannya.
c. Sindrom Down
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang data dikenal dari
fenotifnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya
jumlah kromosom 21 yang berebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak
yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang
berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keerlambatan
perkembangan motorik dan keterampilan untuk mendorong diri sendiri.
d. Perawakan Pendek
Short Stature atau perawakan pendek merupakan suatu terminology
mengenai tinggi badan yang berada dibawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena
varisasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau
kelainan endokrin.
e. Gangguan Autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasive berarrti meliputi seluruh aspek
perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan
pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
f. Retardasi Mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ
< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
g. Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas (Kemenkes
RI, 2016: 10).
7. Skrining pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan (KPSP).
Tujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Skrining/pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK
dan petugas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) terlatih. Jadwal
skrining/pemeriksaan KPSP rutin adalah : setiap 3 bulan pada anak < 24 bulan
dan tiap 6 bulan pada anak usia 24 - 72 tahun (umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,
36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan). Apabila orang tua datang dengan keluhan
anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang, sedangkan umur anak bukan
umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining yang
lebih muda dan dianjurkan untuk kembali sesuai dengan waktu pemeriksaan
umurnya.
a. Alat/instrumen yang digunakan adalah:
1) Formulir KPSP menurut umur.
Formulir ini berisi 9 -10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan
yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan.
2) Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis,
kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 Cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang
tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0.5 - 1 Cm.
b. Cara menggunakan KPSP:
1) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan dan tahun anak
lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh:
bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan bila umur bayi 3
bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3 bulan.
3) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur
anak.
4) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu:
a) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: "Dapatkah
bayi makan kue sendiri ?"
b) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas melaksanakan tugas
yang tertulis pada KPSP. Contoh: "Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke
posisi duduk''.
5) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh
karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya.
6) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berturutan, satu persatu. Setiap
pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut
pada formulir.
7) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab
pertanyaan terdahulu.
8) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
c. Interpretasi hasil KPSP:
1) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya.
Jawaban Ya, bila ibu/pengasuh menjawab: anak bisa atau pemah atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.
Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh menjawab: anak belum pernah
melakukan atau tidak pemah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu.
2) Jumlah jawaban 'Ya' = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap
perkembangannya (S).
3) Jumlah jawaban 'Ya' = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
4) Jumlah jawaban 'Ya' = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P).
5) Untuk jawaban 'Tidak', perlu dirinci jumlah jawaban 'Tidak' menurut jenis
keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian).
d. Intervensi:
1) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikut:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya dengan baik
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap perkembangan anak
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,
sesuai dengan umur dan kesiapan anak.
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanan kesehatan di
posyandu secara teratur sebulan 1 kali dan setiap ada kegiatan Bina
Keluarga Balita (BKB). Jika anak sudah memasuki usia prasekolah
(36-72 bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD), Kelompok Bermain dan Taman Kanak-
kanak.
e) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan KPSP setiap 3
bulan pada anak berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada
anak umur 24 sampai 72 buIan.
2) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikut:
a) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi perkembangan pada
anak lebih sering lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
b) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak
untuk mengatasi penyimpangan/mengejar ketertinggalannya.
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya dan
lakukan pengobatan.
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan
menggunakan daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e) Jika hasil KPSP ulang jawaban 'Ya' tetap 7 atau 8 maka kemungkinan
ada penyimpangan (P).
3) Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukan tindakan
berikut: Merujuk ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah
penyimpangan perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara & bahasa,
sosialisasi dan kemandirian) (Kemenkes RI, 2016: 20-22).
B. Stimulasi Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah
1. Pengertian Stimulasi
Stimulasi anak adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar usia 0-6
tahun agar berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapatkan stimulasi
rutin secar dini dan terus menerus pada setaip kesempatan. Stimulasi tumbuh
kembang anak dilakukan oleh ibu, ayah, pengasuh anak, anggota kelurga lain dan
kelompok masyarakat dilingkungan sekitarnya. Kemampuan dasar anak yang
dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan
gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa, serta kemampuan sosial dan
kemandirian (Kemenkes RI, 2016: 11).
2. Prinsip Dasar Stimulasi
Dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang anak, ada beberapa prinsip
dasar yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang
b. Selalu tunjukan sikap dan prilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah
laku orang-orang yang ada didekatnya.
c. Berikan stimulasi sesuai dengan kelopok usia anak
d. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi
secara menyenangkan tanpa ada pksaan dan hukuman
e. Lakukan stimulasi terhadap keempat aspek kemampuan dasar anak secara
bertahap dan berkelanjutan sesuai usia anak.
f. Gunakan alat bentuk/ permainan yang sederhana, aman, da nada disekitar
anak;
g. Berikan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.
h. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya
(Kemenkes RI, 2016: 11).
Tabel 2
Pembagian Kelompok Usia Stimulasi Tumbuh Kembang Anak
No Priode tumbuh kembang Kelompok usia stimulasi
1. Masa prenatal, janin dalam kandungan Masa prenatal
1. Masa bayi usia 0-12 bulan 0-3 bulan
3-6 bulan
6-9 bulan
9-12 bulan
3. Masa anak balita 12-60 bulan 12-15 bulan
15-18 bulan
18-24 bulan
24-48 bulan
36-48 bulan
48-60 bulan
4. Masa prasekolah 60-72 bulan 60-72 Bulan
(Sumber : Kemenkes RI, 2016: 11)
3. Bentuk Stimulasi Berdasrkan Usia Ank
Stimulasi pada anak usia 24-36 bulan
a. Kemampuan gerak kasar
stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain:
Dorong anak agar mau untuk memanjat, berlari, melompat, melatih
keseimbangan badan, dan bermain bola.
b. Kemampuan gerak halus
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain:
Dorong anak agar mau bermain puzzle, balok, memaasukan benda ke
benda yang lain, dan menggambar.
c. Kemampuan bicara dan bahasa
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain:
1) Bacakan buku cerita kepada anak, buat agar anak melihat kita
membaaca buku. Hal ini mengandung pesan bahwa membca buku
itu bermanfaan dan penting
2) Dorong anak agar mau bercerita tentang apa yang dilihatnya baik
dari buku maupun
3) Bantu anak dalam memilih acara TV dan dampi saat melihatnya
4) Menyebutkan nama anak dengan lengkap.
d. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian
Stimulasi yang perlu dilanjutkan, antara lain:
1) Bujuk anak ketika ia kecewa dengan cara memeluk dan berbicara
kepadanya
2) Sering-sering ajak anak pergi keluar seperti ketoko, tempat
bermain, kebun binatang dan lain-lain.
3) Mengajari anak untuk membersihkan tubuhnya ketika kotor dan
mengelapnya dengan sedikit mungkin.
C. Status Gizi
1. Pengertian
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Status gizi dipengaruhi
oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh. Bila tubuh
memperoleh cakupan zat-zat gizi dan digunakan secara efesiensi akan tercapai
status gizi yang optimal (Marmi, 2015: 373).
2. Penilaian Status Gizi
Untuk menentukan status gizi seorang atau sekelompok populasi
dilakukan dengan interpretasi informaasi dari hasil beberapa metode penilaian
status gizi yaitu: penilaian konsumsi makanan, antropometri, laboratorium atau
biokimia dan klinis. di antara beberapa metode tersebut, pengukuran antropometri
adalah relative paling sederhana dan banyk dilakukan.
Dalam antropometri dapat dilakukan beberapa macam pengukuran yaitu
pengukuran beberat badan (BB), tinggi badan (TB). melalui pengukuran
antropometri, status gizi anak dapat di tentukan apakah anak tersebut tergolong
status gizi baik, kurang atau buruk. untuk hal tersebut maka brat badan dan tinggi
badan hasil pengukuran dengan suatu standar internasional yang dikeluarkan oleh
WHO.
Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena
dapat menggambarkan secara sensitife dan spesifik status gizi saat ini atau
masalah gizi akuat. Berat badan berkolerasi linier dengan tinggi badan, artinya
dalam keadaan keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti
pertambahan tinggi badan pada percepatan tertentu. dengan demikian berat badan
yang normal akan proporsional dengan tinggi badanya. ini merupakan indikator
yang baik untuk menilai status gizisaat ini terutama bila data umur yang akurat
sering sulit diperoleh (Marmi, 2015: 374-376).
Secara umum klasifikasi status gizi balita yang digunakan secara resmi
adalah seperti tabel berikut:
Tabel 3
Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita)
Indeks Status gizi Ambang batas
Berat badan menurut umur (BB/U) Gizi lebih ˃ + 2 SD Gizi baik ˃ = -2 SD sampai + 2 SD Gizi kurang ˂ -2 SD sampai ˃= -3 SD Gizi buruk ˂ -3 SD Tinggi badan menurut umur (TB/U) Normal ˃ = -2SD Pendek (stunted) ˂ +2SD Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)
Gemuk ˃ +2SD
Normal ˃ = - 2 SD sampai +2SD Kurus (wasted) ˂ -2 SD sampai +2SD Kurus sekali ˂ - 3 SD
(Sumber: Marmi, 2015: 376)
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangnya konsumsi
makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin
bertambah pula kebutuhanya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi
jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan
kebiasaan makan secara perorangan. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan
pangan dikeluarga, pola pengasuh anak, derta pelayanan sehatan dan kesehatan
lingkungan. Rendahnya ketahanan pangan rumah tangga, pola asuh anak yang
tidak memadai, kurangnya sanitasi lingkungan serta pelayanan kesehatan yang
tidak memadai merupakan tiga faktor yang saling berhubungan. Sedangkan
penyebab mendasar atau akar masalah gizi di atas adalah terjadinya krisis
ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidak
seimbangan anatara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi (Marmi, 2015:
376-377).
4. Faktor Penyebab Masalah Gizi Kurang
Adapun yang menjadi penyebab gizin kurang di masyarakat adalah sebagi
berikut :
a. Akses terhadap pangan rendah.
b. Makanan ibu hamil kurang kalori dan protein, atau terserang penyakit.
c. Bayi baru lahir tidak diberi kolostrum.
d. Bayi sudah diberi MP ASI sebelum usia 6 bulan.
e. Pemberian makanan padat pada bayi terlalu lambat.
f. Anak dibawah umur < 2 tahun, kurang diberi makanan atau densitas energi
kurang.
g. Makanan tidak mempunyai zat gizi mikro yang cukup.
h. Penanganan diare yang tidak benar.
i. Makanan kotor / terkontaminasi.
j. Kemiskinan.
k. Kurang nya pendidikan dan keterampilan.
l. Krisis ekonomi.
Penyebab masalah Gizi kurang juga terdiri dari penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung, sebagai berikut:
a. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita
sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang
tidak memperoleh cukup makan, makaa daya tahan tubuhnya akan melemah dan
akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyeabb tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu
sebagai berikut :
1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai
Setiap keluarga diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan
seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu
gizinya.
2) Pola pengasuhan anak kurang memadai
Setiap keluarga dan masyarakat diharapkan dapat menyediakan waktu,
perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang dengan baik,
baik fisik, mental dan sosial.
3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai.
Sistem pelayanan kesehatan yang ada diharafkan dapat menjamin
penyediaan air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh
setiap keluarga yang membutuhkan (Alamsyah, 2013: 117).
5. Dampak Gizi Kurang Pada Proses Tubuh
Akibat kurang gizi pada proses tubuh bergantung pada zat zat gizi apa
yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas
dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses proses :
a. Pertumbuhan
Anak–anak tidak tumbuh menurut potensialnya .protein digunakan sebagai
zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut menjadi rontok
anak-anak yang berasl dari tingkat sosial ekonomi menengah keatas rata rata lebih
tinggi daripada yang berasal dari keadaan sosial ekonomi rendah.
b. Produksi tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang
kekurangan energi utnuk bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang
menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun.
c. Pertahanan tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atu stress menurun. Sistem imunitas dan
antibody berkurang, sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk,
dan diare pada anak anak hal ini dapat membawa kematian.
d. Struktur dan fungsi otak
Kurang gizi usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental,
dengan demikian kemampuan berfikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada usia
dua tahun. Kekuranan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara
permanen.
e. Perilaku
Baik anak anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukan
perilaku tidak tenang. Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis (Almatsier,
2009: 11).
6. Kebutuhan Gizi Bayi
Cukupi kebutuhan nutrisi bayi agar tumbuh kembang mereka bisa berjalan
dengan secara optimal. Kenalkan mereka dengan dengan beragam bahan makanan
yang bisa mencukupi kebutuhan mereka. Pertumbuhan anak yang berusia 6-24
bulan berlangsung dengan cepat. Dengan demikian, wajar bila kebutuhan energi,
vitamin, dan mineralnya pun meningkat. Berdasarkan angka kecukupan gizi
(AKG) tahun 2013 yang diterbitkan di departemen kesehatan, kebutuhan energi
bayi usia 7-11 bulan sekitar 725 kalori perhari. Sementara itu, bayi berusia 1-3
tahun membutuhkan 1125 kalori perhari .demikian pula dengan kebutuhan akan
nutrisi mereka, baik zat makronutrien maupun zat mikronutrien yang juga
semakin meningkat (Rahayu, 2018: 12-13).
Angka kecukupan gizi (AKG) atau Recommended Dietary Allowances
(RDA) merupakan kecukupan rata rata zat gizi sehari bagi hampir semua orang
sehat (97,5%). Menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh aktivitas
fisik, genetic, dan keadaan fisiologis untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal (Tomponu, 2015: 8-9).
Tabel 4
Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan Bagi Anak
Kelompok
usia
Energi
(Kkal)
Protein
(gram)
Vitamin A
(RE) Besi (mg)
Kalsium
(mg)
1 – 3 tahun 1.000 25 400 8,2 500
4 – 6 tahun 1.550 39 450 9 500
(Sumber: Setiyani, 2016: 153)
Bahan
Bayi 6-12
bulan (900
Kkal)
Anak 1-3 tahun
(1.200 Kkal)
4-5 tahun
(1.700 Kkal)
Nasi 1 ½ gelas 2 ¼ gelas 3 gelas
Daging/tempe/telur/ikan 1 potong 1-2 potong 2-4 potong
Sayuran 2 sendok makan 1 ½
porsi/gelas
2 porsi /gelas
Buah 1 buah/potong 3 buah/potong 3 buah/potong
ASI Lanjutkan Hingga 2 tahun --
Susu - 1 gelas 1 gelas
Minyak 1 sendok
makan
1½ sendok
makan
2 sendok makan
Gula -- 2 sendok 2 sendok makan
(Sumber: Setiyani, 2016: 154)
Makanan Gizi Seimbang
Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari hari yang menagndung
zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.Masalah gizi
dapat dicegah dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi
makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal. Gizi seimbang
diperlukan tubuh untuk tumbuh (pada anak anak), menjaga kesehatan, melakukan
aktivitas, dan fungsi kehidupan sehari hari (bagi semua kelompok umur dan
fisiologis), serta menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh saat
makanan yang dikonsumsi tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan
(Tompunu, 2015: 21).
Tabel 5
Sumber Zat Gizi Dalam Bahan Makanan dan Fungsinya
Zat gizi Fungsi Sumber
Karbohidrat a. Sumber energy
b. Melancarkan sistem
pencernaan
c. Mengoptimalkan fungsi
protein
d. Mengatur metabolism
lemak
e. Pemanis alami
a. Biji bijian atau serealia
(beras, jagung, gandum,
oat)
b. Umbi umbian (kentang ,
ubi, singkong, dan lain
lain)
c. Kacang kacangan
(kacang merah , hijau,
polong, kedelai dan lain
lain)
d. Buah buahan (pisang,
sukun, dan lain lain)
Protein a. Enzim yang membantu mempercepat reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh seperti reaksi transportasi karbondioksida
b. Alat pengangkut seperti hemoglobin yang mengangkut oksigen dalam eritrosit dan miglobin yang mengangkut oksigen dalam otot
c. Alat pertahanan tubuh (antibodi)
d. Alat pengatur fungsi fisiologis, seperti hormone
e. Cadangan zat gizi
a. Kacang kacangan (kacang kedelai, merah, tanah, mete, dan lain lain) dan olahan nya (tahu dan tempe)
b. Daging sapi, ayam, ikan, telur, udang, dan lain lain
c. Jagung , daun singkong, bayam kentang , dan lain lain
Lemak a. Sumber dan cadangan
energi
b. Meningkatkan
penyerapan berbagai
vitamin
a. Lemak : mentega ,
lemak daging, margarine
b. Minyak : minyak kelapa,
minyak kelapa sawit,
minyak zaitun, dan lain
lain
Air a. Pelarut dan alat angkut
b. Pencernaan
c. Pengatur suhu tubuh
d. Pelumas
e. Peredam benturan
a. Buah buahan yang
mengandung banyak air
(semangka, anggur,
pepaya , jeruk, dan lain
lain )
b. Sayuran yang
mengandung banyak air
(wortel, tomat, timun,
dan lain lain)
Vitamin A a. Menjaga kesehatan
organ penglihatan
b. Membentu
pertumubuhan tulang
dan gigi
c. Melindungi tubuh
terhadap kanker
a. Sayuran (wortel, lanu
kuning, tomat, bayam
paprika)
b. Buah buahan (mangga,
papaya, apel)
c. Telur, susu, keju,
mentega
Vitamin D a. Prohormon :
pertumbuhan serta
perkembangan tulang
dan gigi
b. Mempengaruhi
penyerapan dan
metabolism kalsium dan
fosfor
a. Cahaya matahari pagi
b. Susu , telur, udang, ikan
Vitamin E a. Antioksi dan yang kuat
b. Mencegah penyakit
jantung koroner
a. Minyak nabati
b. Kacang kacangan
(almond)
c. Sayuran berdaun hijau
(bayam)
d. Pepaya
Vitamin K a. Membantu pembentukan
protombin, suatu
senyawa untuk
pengumpulan darah
normal
a. Hati
b. Minyak nabati
c. Sayuran berdaun hijau
Vitamin C a. Membantu penyerapan
zat besi
b. Membantu pembentukan
kolagen (protein penting
penyusun jaringan kulit,
tulang dan sendi)
c. Antioksidan
a. Buah berwarna kuning
atau oranye (jeruk
pepaya, nanas, mangga)
b. Sayuran berdaun hijau
Vitamin B
kompleks
a. B1 (tiamin)
b. B2
(riboflavin)
c. B3 (niasin)
a. Membantu mengubah
makanan menjadi energi
b. Menjaga kesehatan fngsi
sistem saraf
c. Menjaga kesehatan
rambut dan kuku
a. Gandum, biji bijian
b. Ikan, keu, susu, ayam
c. Sayuran berdaun hijau
d. B5 (asam
pantotenat)
e. B6
(pyridoxamin)
f. B9 (folat)
g. B12
(kobalamin)
h. B7 (biotin)
d. Menjaga pencernaan
yang baik
Kalsium a. Komponen utama
pembentuk tulang dan
gigi, pembekuan darah
b. Membantu kerja otot
dan saraf
a. Susu, yoghurt, keju, ikan
teri
b. Sayuran hujau (brokoli,
bayam)
Fosfor a. Klasifikasi tulang dan
gigi
b. Membantu penyerapan
dan trasnportasi zat gizi
a. Ikan, ayam, daging, telur
b. Serealia
c. Kacang – kacangan
Kalium a. Menjaga tekanan
osmosis sel , kontraksi
otot, dan kerja sel saraf
b. Membantu metabolism
karbohidrat dan protein
a. Buah buahan
b. Sayuran
c. Susu, daging, serealia
d. Kacang kacangan
Magnesium a. Aktivator berbagai
enzim
b. Mempengaruhi
mineralisasi tulang dan
gigi
c. Kontraksi otot transmisi
saraf
a. Sayuran hijau
b. Susu
c. Kacang kacangan
d. Serealia
Natrium a. Bagian penting dari
cairan tubuh seperti
darah, keringat, dan air
mata
b. Menjaga keseimbangan
tekanan osmosis sel
a. Makanan hasil laut
b. Susu, telur
Besi a. Komponen terpenting
penyusun hemoglobin
dan berbagai enzim
lainnya
b. Metabolisme sel dan
sistem kekebalan
a. Hati, daging, telur ,
udang
b. Kacang kacangan
c. Sayuran hijau
(Sumber: Tompunu, 2015: 21-24)
D. Cara-Cara yang dapat Dilakukan Untuk Menaikan Berat Badan
1. Pijat TUI NA
Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk
mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran
darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa
jarum, teknik ini menggunakan tenik penekanan pada titik meridian tubuh atau
garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan akupuntur
(Sukanta, 2010).
Langkah – langkah :
a. Tekan sedikit ibu jari anak, dan gososk garis di pinggir ibu jari sisi telapaknya,
dari ujung ibu jari hingga ke pangkal ibu jari antara 100-500 gerakan .
b. Pijat tekan melingkar bagian pa ngkal ibu jari yang paling tebal berdaging
100-300 kali, ini uraikan akumulasi makanan yang belum di cerna serta
menstimulasi lancarnya sistem cerna.
c. Gosok melingkar tengah telapak tangan 100-300 kali, dengan radius lingkaran
kurang lebih 2/3 dari tengah telapak ke pangkal jari kelingking. Stimulasi ini
memperlancar sirkulasi dya hidup dan darah, serta harmoniskan 5 organ utama
tubuh.
d. Tusuk dengan kuku anda serta tekan melingkar titik yang berada di tengah
lekuk buku jari yang terdekat dengan telapak, untuk jari telunjuk, tengah,
manis, dan kelingking. Tusuk dengan kuku 3-5 kali dan pijat tekan 30-50 kali
per titik ini memecah stagnasi di meridian dan menghilangkan akumulasi
makanan.
e. Tekan melingkar dengan bagian tengah telapak tangan anda di area tempat
diatas pusarnya, searah jarum jam 100-300 kali. Ini menstimulasi makanan
agar lebih lancar.
f. Dengan kedua ibu jari, tekan dan pisahkan garis dibawah rusuk menuju perut
samping 100-300 kali. Ini memperkuat fungsi limpa dan lambung yang juga
memperbaiki pencernaan.
g. Tekan melingkar titik di bawah lutut bagian luar, sekitar 4 lebar jari anak di
bawah tempurung lututnya, 50-100 kali. Ini akan harmoniskan lambung, usus,
dan pencernaan.
h. Pijat secara umum punggung anak. Lalu tekan dengan ringan tulang
punggungnya dari atas ke bawah 3 kali. Lalu cubit kulit di kiri-kanan tulang
ekor dan merambat keatas hingga lebar, 3-5 kali. Ini memperkuat konstitusi
tubuh anak, mendukung aliran chi (daya hidup) sehat dan memperbaiki nafsu
makan anak.
Himbauan Pada Pijat Tui Na
a. Pemijatan hanya boleh dilakukan 1 kali dalam sehari selama 6 hari berturut
turut
b. Pada umumnya, 1 seri pijatan di atas sudah cukup untuk dilakukan, bila
pemijat merasa perlu untuk menambah pijatan baru, sebaiknya berikan jeda 1-
2 hari sebelummelakukan seri pijatan baru
c. Tidak disarankan untuk memaksa anak makan di saat ia tidak mau, karena hal
ini hanya akan memicu trauma psikologis anak terhadap makanan. Tidak
membiasakan anak untuk makan sambil membaca atau bermain.
2. Modisco
MODISCO singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk and Coconut Oil
yang banyak digunakan di indonesia merupakan modifikasi yang digunakan di
uganda (1973). Modifikasi dilakuakan dengan pertimbangan ketersediaan bahan
lokal, selera, daya cerna, kebutuhan kalori serta tingkat Kekurangan Energi
Kronik (KEP) sendiri. Modisco dicobakan pertama kali untuk anak-anak yang
mengalami gangguan gizi berat di Uganda (Afrika) dengan hasil memuaskan.
(Depkes RI, 2003)
Modisco diberikan kepada:
a. Penderita KEP berat
b. Penderita penyakit infeksi menahun
c. Orang yang baru sembuh dari penyakit berat
d. Mereka yang sulit makan, karena kelainan bawaan seperti gangguan pangkal
tenggorokan
e. Anak sehat tapi kurus badannya
f. Anak yang sedang menghadapi ujian
g. Orang yang sering berolahraga berat
Keuntungan modisco:
a. Mengandung tinggi energi dan tinggi protein
b. Mudah dicerna
c. Dapat meningkatkan berat badan lebih cepat
d. Porsinya kecil sehingga memudahkan anak untuk menghabiskan
Kendala dan alternatif pemberian modisco :
a. Bahan modisco tidak selalu berasal dari susu skim tetapi bisa disesuaikan
dengan bahan makanan yang ada di daerah setempat.
b. Apabila di daerah tidak terdapat minyak kelapa, maka dapat diganti yang ada
di daerah tersebut (minyak jagung, biji kapas, kacang dll). Jika tidak suka
minyak dapat diganti dengan margarin atau minyak sayur.
c. Jika anak tidak suka susu, dalam hal ini modisco diberikan dengan sonde, atau
dicampur dengan makanan atau minuman yang disukai anak.
d. Bila nafsu makan anak kurang, ada dua cara untuk mengatasinya, yaitu:
1) Diberikan dalam bentuk yang lebih pekat energinya dengan volume sedikit
2) Diberikan lewat sonde
e. Adanya gangguan pencernaan (diare), bisa dimulai denagn susu skim,
ditambah 5% gula pasir dan 5% tepung.
f. Modisco tidak boleh diberikan kepada anak yang gemuk, bayi berusia 6 bulan
dan para penderita penyakit ginjal, hati dan jantung.
Tabel 6
Formula Untuk KEP Berat/Gizi Buruk
MACAM
“MODISCO” BAHAN
KANDUNGAN
GIZI CATATAN
Modisco ½ Susu skim 10 gr
(1 sdm)
Gula pasir 5 gr (1
sdt)
Minyak kelapa 2½
gr (½ sdt)
Energi : 80 kkal
Protein : 3,5 gr
Lemak : 2,5 gr
Modisco I Susu skim 10 gr
(1 sdm) atau full
cream 12 gr
(2 sdm)
Gula 5 gr (1 sdt)
Minyak kelapa 5 gr
(½ sdm)
Energi : 100
kkal
Protein : 3,5 gr
Lemak : 3,5 gr
Diberikan kepada
KEP berat dengan
Edema
Diberikan 100
kkal/kg BB/hari
Modisco II Susu skim 10 gr
(1 sdm) atau full
cream 12 gr
(2 sdm)
Gula 5 gr (1 sdt)
Margarin 5 gr
(½ sdm)
Energi : 100
kkal
Protein : 3,5 gr
Lemak : 4 gr
Diberikan pada
KEP tanpa Edema
Diberikan 125
kkal/kg BB/hari
Modisco III Susu full cream 12
gr (1¼ sdm) atau
susu segar 100 cc
(½ gelas)
Gula 7,5 gr (1½ sdt)
Margarin 5 gr
(½ sdm)
Energi : 130 kkal
Protein : 3 gr
Lemak : 7,5 gr
Diberikan setelah
pemberian Modisco
I dan II
Pemberian Modisco
III ±10 hari
Diberikan 150
kkal/kg BB/hari
3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Makanan tambahan adalah makanan bergizi sebagaitambahan selain
makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi. Makanan
Tambaha Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang diperuntukkan bagi
balita usia 6-59 bulan sebagai makanan tambahan untuk pemulihan gizi
(Kemenkes RI, 2011)
a. Prinsip PMT
Menurut panduan penyelenggaraan PMT bagi balita gizi kurang, prinsip
dasar PMT adalah sebagai berikut :
1) PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal
dan tidak diberikan dalam bentuk uang.
2) PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi
oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti makanan utama.
3) PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sasaran
sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu dari
balita sasaran.
b. Jenis dan bentuk PMT
1) Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan atau
makanan lokal. Jika makanan lokal terbatas, dapat digunakan makanan
pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan
kemasan label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan.
2) Makanan tambahan pemulihan diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi
balita sasaran.
3) PMT Pemulihan merupakan tambahan makanan untuk memenuhi
kebutuhan gizi balita dari makanan keluarga.
4) Makanan tambahan balita ini diutamakan berupa sumber protein hewani
maupun nabati (misalnya telur/ikan/daging/ayam, kacang –kacangan atau
penukar) serta sumber vitamin dan mineral yang diutamakan berasal dari
sayur-sayuran dan buah-buahan setempat.
5) Makanan tambahan diberikan sekali sehari selama 90 hari berturut-turut.
6) Makanan tambahan pemulihan berbasis bahan makanan/lokal ada 2 jenis
yaitu berupa:
a) MP-ASI (untuk bayi dan anak berusia 6-23 bulan)
b) Makanan tambahan untuk pemulihan anak balita usia 24-59 bulan
berupa makanan keluarga.
c) Bentuk makanan tambahan pemulihan yang diberikan kepada balita
dapat disesuaikan dengan pola makanan sebagaiman pada tabel
berikut:
Tabel 7
Pola Pemberian Makanan Bayi dan Balita
Umur (Bulan) ASI
Jenis Makanan
Makanan
Lumat
Makanan
Lembek
Makanan
Keluarga
0-6* √
6-8 √ √
9-11 √ √
12-23 √ √
24-59 √
Keterangan : 6* = 5 bulan 29 hari
(Sumber : Depkes RI, 2011)