BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian...
7
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang dilakukan
oleh Ismail (2010) dengan tujuan penelitian mengetahui kinerja keuangan
perusahaan otomotif yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), jika diukur
dengan menggunakan EVA dan mengetahui kinerja keuangan yang paling baik
dari perusahaan otomotif yang tercatat di BEI. Alat analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah EVA. Objek penelitian perusahaan otomotifnya
yaitu PT. Astra International Tbk, PT. Astra Otoparts Tbk, dan PT. Gajah
Tunggal Tbk.
Hasil penelitian kesimpulan bahwa perusahaan otomotif yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia :
a. Berdasarkan metode Cross Sectional dilihat dari standart EVA, kinerja
keuangan perusahaan otomotif adalah sehat dan dapat memberikan nilai
tambah ekomonis.
b. Berdasarkan metode Time Series dilihat dari hasil perhitungan EVA
pertahun bahwa kinerja keuangan perusahaan otomotif yaitu PT. Astra
International Tbk dan PT. Astra Otoparts Tbk sehat ditinjau dari nilai EVA
yang mengalami peningkatan dan kinerja keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk
sehat meski nilai EVA-nya mengalami fluktuasi. Perusahaan otomotif yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006 sampai 2008,
8
yang mempunyai kinerja paling baik adalah PT. Astra International, Tbk
Persamaan dari penelitian ini adalah sama menganalisis kinerja keuangan
perusahaan otomotif yang listing di BEI dan mengukur kinerja keuangan
menggunakan EVA. Perbedaan dari penelitian ini adalah laporan keuangan
yang digunakan peneliti terdahulu adalah 2006 sampai 2008, sedangkan
peneliti sekarang adalah tahun 2009 sampai 2011.
B. Tinjauan Pustaka
1. Kinerja
Munawir (2007:9) kinerja merupakan prestasi yang ingin dicapai
dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dibidang
keuangan yang ditunjukkan melalui laporan keuangan perusahaan. Penilaian
kinerja merupakan salah satu faktor penting. Selain digunakan untuk
menilai tingkat keberhasilan, juga dapat digunakan sebagai dasar
perencanaan keuangan. Kinerja secara umum adalah catatan tentang hasil-
hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu
selama kurun waktu tertentu atau gambaran mengenai tingkat pelaksanaan
suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran dan tujuan.
Analisis kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan
individu yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen atau merupakan
catatan hasil yang dicapai dari fungsi suatu aktivitas tertentu selama satu
periode waktu tertentu. Analisis terhadap kinerja perusahaan pada umumnya
dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan.
9
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Seperti dengan
membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan
ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAPP (General
Acepted Accounting Principle), dan lainnya.
2. Pengukuran Kinerja Perusahaan
Mardiasmo (2002:121) pengukuran kinerja sebagai suatu sitem yang
bertujuan untuk membantu manajer publik dalam menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan nonfinansial.
a. Tujuan pengukuran kinerja
Mardiasmo (2002:122) menyatakan bahwa tujuan pengukuran kinerja
yaitu :
1) Mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom).
Melalui pengukuran kinerja yang tepat maka dengan sendirinya dapat
mencerminkan atas pelaksanaan strategi secara tepat.
2) Mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi. Pengukuran instansi akan
memberikan informasi secara lengkap terkait dengan usaha perusahaan
dalam pencapaian tujuan baik secara finansial maupun nonfinansial.
3) Mengakomodasi permohonan kepentingan manajer level menengah dan
bawah serat memotivasi untuk mencapai gool goverment. Pengukuran atas
kinerja yang telah dicapai pada dasarnya dapat digunakan sebagai usaha
10
pihak manajemen untuk lebih memotivasi elemen-elemen yang tedapat
diperusahaan dalam usaha memaksimalkan atas potensi yang dimiliki.
4) Sebagai alat mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional. Pengukuran kinerja secara langsung akan
memberikan dampak positif kepada karyawan atas usaha yang telah
dilakukan dalam pencapaian kinerja.
b. Manfaat Pengukuran Kinerja
Mardiasmo (2002:125) menyatakan bahwa manfaat pengukuran kinerja
yaitu :
1) Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai
kinerja manajemen.
2) Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
3) Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi
4) Meningkatkan kualitas produk dan jasa
5) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah
6) Membantu mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi
7) Memastiakn bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
11
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Secara fundamental harga saham di pengaruhi oleh kinerja
perusahaan. Kinerja perusahaan tercermin dari laba serta beberapa rasio
keuangan yang menggambarkan kekuatan manajemen dalam mengelola
perusahaan. Samsul (2006:200) menyatakan bahwa kinerja peruasahaan
dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi, yaitu faktor makro
ekonomi terdiri dari:
1) Tingkat bunga umum domestik.
2) Tingkat Inflasi.
3) Peraturan perpajakan.
4) Kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu.
5) Kurs valuta asing
6) Tingkat bunga pinjaman luar negeri.
7) Kondisi perekonomian internasional.
8) Siklus ekonomi.
9) Faham Ekonomi.
10) Peredaran uang.
Perubahan faktor makro ekonomi tersebut tidak akan dengan seketika
mempengaruhi kinerja perusahaan, tetapi secara perlahan dalam jangka
panjang. Faktor mikro ekonomi dipengaruhi oleh:
1) Laba bersih.
2) Laba usaha.
3) Nilai buku.
4) Rasio ekuitas terhadap utang.
5) Rasio laba bersih terhadap ekuitas.
12
6) Cash flow.
Rasio keuangan lainnya, seperti current ratio, quick ratio, cash
ratio, inventory turnover, dan account receivable turnover lebih
mencerminkan kekuatan manajemen dalam mengendalikan
operasional.
3. Pengukur Kinerja Keuangan
Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Munawir (2007:31)
tujuan kinerja keuangan yaitu sebagai berikut: Pertama, untuk mengetahui tingkat
likuiditas yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kawajiban
keuangan pada saat ditagih. Kedua, untuk mengetahui tingkat leverage yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Ketiga, untuk mengetahui tingkat profitabilitas yaitu menunjukkan
kemampuan sebuah perusahaan menghasilkan laba selama periode tertentu.
Keempat, untuk mengetahui tingkat aktivitas yaitu kemampuan sebuah perusahaan
untuk melakukan usahanya dengan stabil yang diukur melalui kemampuannya
mengukur efektivitas investasi dan sumber ekonominya.
Metode EVA pertama kali dicetuskan oleh Stern Steward
Management Services perusahaan konsultasi di Amerika Serikat pada tahun
1991. Mereka mengembangkan suatu konsep penilaian kinerja yang dapat
menciptakan nilai bagi pemilik perusahaan, yaitu Economic Value Added
(EVA). EVA dirancang untuk mengukur profitabilitas perusahaan yang
13
sebenarnya, dan dihitung sebagai laba operasi setelah pajak dikurangi biaya
tahunan setelah pajak dari sebelum modal yang digunakan oleh perusahaan.
Brigham dan Houston (2006:466)
Warsono (2003:48) EVA adalah suatu estimasi laba ekonomis yang
benar atas suatu bisnis selama tahun tertentu. Hal ini berbeda secara
substansial jika dibandingkan dengan laba akuntansi. EVA
mempresentasikan pendapatan residual yang tersisa setelah biaya peluang
(opportunity cost) dari semua modal yang ada. Ini tentu beda dengan laba
akuntansi yang tidak memasukkan unsur biaya modal ekuitas.
Brigham dan Houston (2006:69) EVA adalah suatu estimasi dari laba
ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk tahun yang bersangkutan dan
sangat jauh berbeda dari laba akuntansi. EVA mencerminkan laba residu
yang tersisa setelah biaya dari seluruh modal, termasuk ekuitas, telah
dikurangi, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa mengenakan beban
untuk modal ekuitas.
Young dan O’byrne (2001:17) EVA didasarkan pada gagasan
keuntungan ekonomis (juga dikenal sebagai penghasilan sisa atau residual
income) yang menyatakan, bahwa kekayaan hanya diciptakan ketika sebuah
perusahaan meliputi biaya operasi dan biaya modal.
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa EVA adalah alat
analisis keuangan perusahaan untuk menilai profitabilitas yang realistis dari
operasi perusahaan dengan menggunakan biaya modal dalam
perhitungannya. Selain itu EVA juga mempertimbangkan dengan adil
14
harapan para investor melalui perhitungan biaya modal tertimbang dari
struktur modal perusahaan.
EVA biasanya dapat digunakan untuk mengatasi kesulitan dalam
pengukuran kinerja eksekutif perusahaan karena EVA dapat diterapkan pada
semua divisi yang ada di suatu perusahaan. Hasil analisis EVA maka dapat
digunakan sebagai dasar untuk memberikan kompensasi bagi eksekutif
dalam bentuk insentif-insentif tertentu.
Hanafi (2004:54) manfaat yang diperoleh dari penerapan metode
Economic Value Added (EVA) didalam perusahaan adalah:
a. Alat ukur kinerja suatu perusahaan yang didasarkan pada penciptaan nilai
perusahaan.
b. Mengetahui Economic Value Added (EVA) para manajer akan berpikir dan
bertindak yang sejalan dengan arah pemikiran dan harapan dari pemegang
saham. Keputusan investasi yang dilakukan oleh para manajer akan cenderung
memilih investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian lebih besar
dari rata-rata tingkat biaya modal.
c. Motivator perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan strukutur
modalnya.
d. Economic Value Added (EVA) dapat digunakan sebagai alat ukur
mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang
lebih tinggi daripada baiya modal.
Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added (EVA). Hanafi
(2004:54) EVA memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
a. Membuat perusahaan lebih memperhatikan struktur modal dan dapat digunakan
15
untuk mengidentifikasikan kegiatan atau proyek yang memberikan
pengembalian lebih tinggi daripada biaya modal karena EVA bermanfaat
sebagai penilai kinerja yang berfokus pada penciptaan nilai (value creation),
b. Manajemen dipaksa untuk mengetahui berapa the true cost of capital dari
bisnisnya sehingga tingkat pengembalian bersih dari modal yang merupakan hal
yang sesungghnya menjadi perhatian para investor dapat diperlihatkan secara
jelas.
c. Diketahui berapa jumlah sebenarnya modal yang diinvestasikan ke dalam bisnis
dengan tidak terpaku pada aturan-aturan akuntansi yang memperlakukan
investasi seperti pada penelitian, pengembangan dan pelatihan karyawan
sebagai expense.
d. Penilaian kinerja dengan menggunakan pendekatan EVA menyebabkan
perhatian manajemen sesuai dengan kepentingan pemegang saham.
e. Para manajer akan berpikir dan bertindak seperti pemegang saham yaitu
memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan
meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat
dimaksimumkan.
EVA juga memiliki kelemahan, yaitu: (Hanafi, 2004: 54 – 55) :
a. EVA hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu.
b. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan
estimasi ini terutama untuk perusahaan yang belum Go Public sulit untuk
dilakukan.
Secara konseptual EVA memang lebih unggul daripada pengukur
tradisional lainnya. Perhitungan Economic Value Added (EVA) Sartono
(2010:103) yaitu sebagai berikut :
16
EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal Setelah
Pajak Yang Diperlukan Untuk Mendukung Operasi
= EBIT (1-Pajak Perusahaan) – (Modal Operasi) (Biaya Modal
Setelah Pajak)
Young dan O’byrne (2001:49) untuk menghitung nilai tambah ekonomis
(EVA) adalah sebagai berikut :
Pendapatan operasi + Pendapatan Bunga + Pendapatan ekuitas (atau –
Kerugian ekuitas) + Pendapatan investasi lainnya - Pajak penghasilan -
Pembebasan pajak terhadap biaya bunga
= Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT)
Utang Jangka Pendek + Utang jangka panjang (termasuk obligasi) + Utang
jangka panjang lainnya (pajak ditangguhkan dan provisi) + Ekuitas
Pemegang Saham (termasuk Bunga minoritas)
= Modal yang diinvestasikan (IC)
Rata-rata IC = (IC awal + IC akhir) / 2
NOPAT - Biaya Modal (Rata-rata IC x Biaya Modal)
= EVA
Brigham dan Houston (2006:69) rumus dasar dari EVA adalah sebagai
berikut :
EVA = NOPAT – biaya modal operasi setelah pajak
= EBIT (1 – T) – [(total modal operasi yang diberikan oleh investor) x
(persentase biaya modal setelah pajak)]
Warsono (2003:48) rumus dasar dari EVA adalah sebagai berikut :
17
EVA = Laba Operasi Setelah Pajak – Biaya dari Semua Modal
= (Pendapatan Penjualan – Biaya-Biaya Operasi – Pajak) – (Pasokan Modal
– Total Biaya Modal)
a. Pengertian dan Komponen Biaya Modal (Cost of Capital)
Warsono (2003:136) biaya modal adalah tingkat pengembalian
yang disyaratkan dari semua sumber pembelanjaannya. Biaya modal
sering dibedakan menjadi dua macam, yaitu biaya modal perusahaan (the
firm’s cost of capital) dan biaya modal proyek khusus (spesifik project’s
of capital).
Biaya modal perusahaan adalah suatu tingkat diskonto (discount
rate) yang dikembangkan untuk mendiskonto arus kas rata-rata
perusahaan, oleh karena itu menghasilkan nilai perusahaan, sedangkan
biaya modal proyek khusus akan muncul jika antara proyek dan
perusahaan mempunyai profil risiko yang berbeda. Biaya modal dalam
konsep ini pun merupakan biaya modal rata-rata tertimbang.
Brigham dan Houston (2006:467) Biaya modal dalam
penggunaannya memiliki tiga tujuan, yaitu: (1) biaya modal adalah salah
satu input terpenting yang digunakan untuk menghitung nilai tambah
ekonomi (EVA) suatu perusahaan atau devisi. (2) Manajer
mengestimasikan dan menggunakan biaya modal ketika memutuskan
apakah akan menyewa atau membeli aktiva, dan (3) biaya modal
memiliki arti penting dalam pengaturan jasa-jasa monopoli yang
diberikan oleh perusahaan listrik, gas, dan telepon.
18
Biaya modal yang digunakan, baik untuk perusahaan maupun
proyek khusus, adalah biaya modal tertimbang. Biaya modal rata-rata
tertimbang ini memiliki beberapa komponen, yaitu biaya utang (cost of
debt), biaya saham preferen (cost of preferred stock), dan biaya ekuitas
(cost of common equity).
1) Biaya Utang (Cost of Debt)
Biaya utang merupakan tingkat laba yang disyaratkan pada
investasi dari kreditur yang berupa pinjaman perusahaan kepadanya.
Meskipun pinjaman perusahaan itu bermacam-macam tetapi yang
dimaksud disini adalah pinjaman jangka panjang yang menanggung
biaya bunga.
Formula yang digunakan untuk menghitung biaya utang adalah:
a) Biaya Utang Sebelum Pajak (before-tax cost of debet)
Biaya utang sebelum pajak yaitu biaya yang dapat ditentukan
dengan menghitung tingkat hasil internal (yield to maturity) atas
arus kas surat-surat obligasi. Sutrisno (2009:151) Biaya utang
sebelum pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
Kd = biaya utang sebelum pajak
b) Biaya Utang Setelah Pajak (after-tax cost of debet)
Biaya hutang setelah pajak yaitu biaya yang berkait dengan utang
baru, yang telah memperhitungkan dampak penghematan pajak
19
akibat adanya beban bunga. Warsono (2003:139) Biaya utang
setelah pajak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
Ki = biaya utang setelah pajak
Kd = biaya utang sebelum pajak
t = tarif pajak efektif
2) Biaya Saham Preferen
Biaya saham preferen menurut Brigham dan Houston
(2006:471) adalah tingkat pengembalian yang diminta oleh investor
atas saham preferen perusahaan. Brigham dan Houston (2006:471)
Biaya saham preferen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
kp = biaya saham
Dp = deviden saham preferen
Pp = harga saham preferen
3) Biaya Ekuitas (Cost of Equity)
Dalam membelanjai suatu proyek, disamping dapat diperoleh
dengan penerbitan sekuritas utang, perusahaan dapat menggunakan
dana yang berasal dari pemegang saham biasa. Hal ini dapat dilakukan
20
dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan dana dari laba ditahan
dan menerbitkan saham biasa baru. Penggunaan dana yang berasal
dari laba ditahan sering dikenal dengan pembelanjan ekuitas biasa
internal, sedangkan yang berasal dari penerbitan saham biasa baru
dikenal dengan pembelanjaan ekuitas biasa eksternal.
Penggunaan dana dari kedua sumber diatas akan membawa
konsekuensi biaya modal. Biaya ekuitas dapat diartikan sebagai
tingkat pengembalian minimum yang dihasilkan oleh perusahaan atas
dana yang diinvestasikan dalam suatu proyek yang bersumber dari
modal sendiri, agar harga saham perusahaan di pasar saham tidak
berubah, sumber modal sendiri suatu perusahaan bisa berasal dari dua
sumber utama, yaitu:
a) Biaya Laba Ditahan
Laba ditahan adalah bagian dari laba tahunan yang diinvestasikan
kembali dalam usaha selain dibayarkan dalam kas sebagai deviden,
dan bukan merupakan akumulasi surplus suatu neraca. Biaya laba
ditahan dapat ditentukan dengan tiga model, yaitu:
i. Model Pertumbuhan Deviden (Devidend-Growth Model)
Pada model pertumbuhan deviden atau ada yang menyebutnya
dengan model arus kas diskonto (discuont cash flow/DCF),
besarnya biaya laba ditahan ditentukan dengan mengacu pada
model penilaian saham biasa. Warsono (2003:147) dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
21
Keterangan:
Ks = tingkat pengembalian yang disyaratkan
D1 = deviden yang diharapkan pada tahun pertama
P0 = harga pasar saham biasa perusahaan
g = tingkat pertumbuhan deviden tahunan
ii. Model Penetapan Harga Aset-Modal (Capital-Asset Pricing
Model/CAPM)
Pada model CAPM, besarnya biaya laba ditahan didasarkan
besarnya tingkat pengembalian yang disayaratkan oleh para
pemegang saham biasa yang mengaitkannya dengan tingkat
pengembalian bebas resiko dan premi resiko atas sahamnya.
Dalam model ini, besarnya premi resiko dicari dengan
mengaitkannya dengan risiko sistematis. Warsono (2003:149)
biaya laba ditahan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
ks = biaya laba ditahan
Rf = tingkat pengembalian bebas risiko
Rm = beta, pengukur risiko sistematis saham
= tingkat pengembalian saham
iii. Pendekatan Premi Resiko (Risk-Premium Approach)
Pada model ini, besarnya tingkat pengembalian yang
22
disyaratkan oleh pemegang saham biasa lebih tinggi daripada
tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh pemegang obligasi
(utang). Biaya laba ditahan menurut model pendekatan premi
risiko. Warsono (2003:150) dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
ks =ki + RP
Keterangan:
ks = biaya laba ditahan
ki = biaya utang setelah pajak
RP = premi risiko
b) Biaya Saham Baru
Biaya saham baru ditempuh jika sumber modal dari laba ditahan
sudah tidak mencukupi. Warsono (2003:151) Biaya saham baru
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
ke = biaya ekuitas eksternal
D1 = deviden yang diharapkan pada tahun pertama
P0 = harga pasar saham biasa
F = tingkat biaya pengembangan
4) Struktur Modal
Struktur modal adalah merupakan pertimbangan jumlah utang
jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham
23
preferen dan saham biasa. Sementara itu struktur keuangan adalah
pertimbangan antara total utang dengan modal sendiri. Struktur modal
merupakan bagian dari struktur keuangan. Warsono (2003:236)
Perhitungan struktur permodalan terdiri dari:
a) Utang jangka panjang + modal saham = jumlah modal
b) Utang jangka panjang : jumlah modal = komposisi utang
c) Modal saham : jumlah modal = komposisi modal saham
Warsono (2003:236) adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
struktur modal antara lain:
a) Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan dimasa yang akan datang,
semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan dimasa yang
akan datang, kecenderungan meleverage semakin besar.
b) Struktur kompotitif dalam industri. Semakin kompotitif persaingan dalam
industrinya, semakin kecil kecenderungan perusahaan untuk
menggunakan utang jangka panjang dalam struktur modalnya.
c) Susunan aset dari perusahaan sendiri. Perusahaan yang semakin besar
asetnya berupa aset tetap (fixed aset) biasanya lebih banyak
menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya.
d) Resiko yang dihadapi perusahaan. Semakin besar resiko bisnis yang
dihadapi perusahaan, semakin kecil kecenderungan untuk melakukan
leverage.
e) Status kendali dari pemilik dan manajemen. Dengan bertambahnya
saham biasanya yang beredar, kendali para pemilik (sebelumnya) akan
berkurang. Untuk mengantisipasi hal ini, biasanya untuk menambah
modal menggunakan leverage.
24
f) Sikap kreditur modal terhadap industri dan perusahaan. Semakin baik
persepsi para kreditur terhadap industri dan perusahaan, semakin mudah
perusahaan untuk mendapat utang.
g) Posisi pajak perusahaan. Alasan utama penggunaan utang adalah bahwa
bunga mengurangi pengeluaran pajak, sehingga semakin besar tarif pajak
yang diberlakukan terhadap perusahaan, maka biaya utang efektif
menjadi semakin rendah.
h) Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal dalam
kondisi tidak baik.
i) Konservatisme atau agresivisme manajeria. Beberapa manajer
perusahaan yang agresif cenderung untuk menggunakan utang dalam
usaha untuk mendorong laba. Faktor ini tidak berpengaruh terhadap
struktur modal optimal aatu pemaksimuman nilai, tetapi hal ini dapat
berpengaruh manajer dalam menentukan struktur modal sasaran.
5) Weighted Average Cost of Capital (Biaya Modal Rata-rata
Tertimbang/WACC)
Dasar pemikiran penggunaan biaya modal rata-rata tertimbang
yaitu masing-masing sumber pembelanjaan mempunyai biaya modal
sendiri-sendiri, dan besarnya dana dari masing-masing sumber
pembelanjaan tidak sama. Menghitung biaya modal secara
keseluruhan, maka harus mempertimbangkan bobot/ proporsi masing-
masing komponen modal sesuai struktur modalnya. Menerapkan biaya
ini, semua tingkat pengembalian yang disyaratkan oleh sumber
pembelanjaannya dapat diakomodasikan.
25
Brigham dan Houston (2006:484) biaya rata-rata tertimbang
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
WACC=Wd Kd (1–T)+Wp Kp +Ws Ks
Keterangan:
Wd = bobot utang
Kd = biaya modal utang
Wp = bobot saham preferen
Kp = biaya saham preferen
Ws = bobot ekuitas biasa
Ks = biaya ekuitas
Warsono (2003:153) biaya rata-rata tertimbang dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
ka = ki.Wd + kps.Wps + Ks.Ws + ke.We
Keterangan:
ka = Biaya modal rata-rata tertimbang
kx = Komponen biaya modal
Wx = Bobot/penimbang komponen biaya modal ke-x
x = 1, 2,….., j
Wd = Bobot utang
Wps = Bobot saham preferen
Ws = Bobot laba ditahan
We = Bobot emisi saham baru
6) Laba Operasi Setelah Pajak (Net Operating Profit After Tax
(NOPAT))
26
NOPAT dimunculkan untuk dapat melakukan evaluasi kinerja
manajer secara lebih baik, NOPAT yang merupakan sejumlah laba
perusahaan yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak
memiliki utang dan tidak memiliki aset finansial. Sartono (2010:100)
NOPAT dapat didefinisikan sebagai:
NOPAT = EBIT (1 – tarif pajak)
Warsono (2003:48) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Laba Operasi Setelah Pajak
= (Pendapatan Penjualan – Biaya-Biaya Operasi – Pajak)
Young dan O’byrne (2001:49) untuk menghitung NOPAT dengan
rumus sebagai berikut :
Pendapatan operasi + Pendapatan Bunga + Pendapatan ekuitas (atau –
Kerugian ekuitas) + Pendapatan investasi lainnya - Pajak penghasilan
- Pembebasan pajak terhadap biaya bunga
= Laba operasi bersih setelah pajak (NOPAT)
7) Tolok Ukur Economic Value Added
Warsono (2003:48) hasil dari EVA ≥ 0, maka perusahaan dinyatakan sehat
dan perusahaan telah memberi Economic Value Added ke dalam perusahaan
karena laba yang tersedia bisa memenuhi harapan-harapan penyandang dana
(terutama investor), EVA = 0, maka perusahaan dinyatakan impas dan tidak
memberikan Economic Value Added dan jika EVA ≤ 0, maka perusahaan
dinyatakan tidak sehat dan perusahaan tidak memberikan Economic Value
Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi
harapan-harapan penyandang dana (terutama investor).
27
Perusahaan Otomotif
Pengukuran Kinerja Perusahaan
Economic Value Added (EVA)
Kinerja Keuangan
Memberikan Economic Value
Added
Tidak memberikan Economic Value
Added
Laporan Keuangan
C. Kerangka Pikir
Peran kerangka pikir sangat penting dalam suatu penelitian karena
merupakan landasan pemikiran penelitian yang pada umumnya berdasarkan
konsep-konsep yang telah diuraikan. Gambar 1 menjelaskan bahwa untuk
menganalisis kinerja keuangan perusahaan, maka penelitian ini menggunakan
data laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari neraca dan laporan laba
rugi tahun 2009-2011.
Gambar 1 Kerangka Pemikiran
Pada gambar 1 perusahaan otomotif membuat laporan keuangan, laporan
keuangan tersebut dipublikasikan. Laporan keuangan tersebut di ukur kinerjanya
menggunakan Economic Value Added (EVA). Pengukuran kinerja keuangan tersebut
akan memberikan hasil yaitu pada sisi kiri, akan memberikan Economic Value Added
(EVA ≥ 0) artinya maka perusahaan dinyatakan sehat dan perusahaan telah memberi
28
Economic Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia bisa memenuhi
harapan-harapan penyandang dana (terutama investor).
Pada sisi kanan, tidak memberikan Economic Value Added (EVA ≤ 0) artinya
maka perusahaan dinyatakan tidak sehat dan perusahaan tidak memberikan Economic
Value Added ke dalam perusahaan karena laba yang tersedia tidak bisa memenuhi
harapan-harapan penyandang dana (terutama investor) atau EVA = 0, maka
perusahaan dinyatakan impas dan tidak memberikan Economic Value Added.