BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Komunikasi …repository.ump.ac.id/8100/3/SITI FAOJIYAH BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan Komunikasi …repository.ump.ac.id/8100/3/SITI FAOJIYAH BAB...
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kecemasan Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata anxiety.
Kata kecemasan pada Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai
kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi.
Menurut Reber & Emily (2010) dalam Kamus Psikologi tentang
kecemasan atau anxiety yaitu kondisi emosi yang buram dan tidak
menyenangkan disertai dengan ciri-ciri takut terhadap suatu hal, rasa
gentar dan merasa tidak nyaman, kecemasan cenderung mengarah pada
suatu hal yang tidak berobjek.
Menurut Atkinson (disitasi dalam Muslimin, 2013), bahwa
kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan
istilah-istilah seperti “kekhawatiran”, “keprihatinan”, dan “rasa takut”,
yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda.
Kecemasan merupakan manifestasi apa yang dipikirkan seseorang.
Pangastuti (2014) menyatakan bahwa seluruh suasana hati seseorang
dibentuk oleh pikiran atau kognisi. Seseorang merasakan apa yang
dikerjakan saat ini disebabkan pikiran yang dimilikinya sekarang. Ketika
seseorang merasa tertekan, disebabkan pikiran-pikirannya didominasi oleh
suatu negativitas yang menyebabkan semuanya seburuk yang
dibayangkan.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
10
Ghufron menjelaskan (disitasi dalam Lestari, Wihastiti, & Rahayu,
2013), bahwa kecemasan merupakan pengalaman subjektif yang tidak
menyenangkan mengenai kekhawatiran atau ketegangan yang berupa
perasaan cemas, tegang, dan emosi yang dialami oleh seseorang. Pendapat
tersebut sejalan dengan pendapat Achmad (disitasi dalam Lestari,
Wihastiti, & Rahayu, 2013) yang mengatakan bahwa kecemasan biasanya
muncul karena adanya ancaman, hambatan terhadap keinginan, perasaan
tertekan pada diri manusia dan perasaan khawatir akan terjadi sesuatu yang
tidak menyenangkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu kondisi
perasaan yang tidak nyaman akibat khawatiran dan rasa takut terhadap
suatu yang akan terjadi .
2. Pengertian Komuniasi Interpersonal
Menurut Muhibbudin (2015), komunikasi interpersonal adalah
komunikasi dengan menggunakan bahasa atau fikiran yang terjadi didalam
diri komunikator. Sedangkan menurut Mulyana (distasi dalam Amir &
Trianasari, 2013) komunikasi antarpribadi (interpersonal communication)
adalah komunikasi antara orang – orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara
langsung, baik verbal maupun nonverbal. Komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-
pesan antara dua orang atau sekelompok kecil orang-orang dengan
beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
11
Gunawan (2013) mengatakan bahwa komunikasi mempunyai dua
fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang
meliputi: keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi. Kedua,
untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki
hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyaraka.
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang
secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.
(Amir & Trianasari, 2013). Liliweri juga menambahkan, pada hakikatnya
komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antara seseorang komunikator
dengan komunikan yang dianggap paling efektif untuk mengubah sikap
atau pendapat serta perilaku manusia dan suatu kesimpulan yang bisa
terlihat dari berbagai peneliti terdahulu menunjukan bahwa komunikasi
antar pribadi mempunyai hubungan erat dengan sikap dan perilaku
manusia (Devi, 2015)
Siburian (2013) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal
adalah komunikasi dengan orang lain secara langsung yang terjadi antara
satu orang atau lebih secara pribadi. Pendapat lain dikemukakan bahwa
komunikasi interpersonal adalah proses transmisi informasi dan
pemahaman umum dari satu orang ke yang lain, yang sangat penting bagi
keberhasilan seseorang organisasi. Oleh karena itu harus ditangani secara
efektif untuk memastikan pencapaian tujuan organisasi (Singh &
Lalropuii, 2014)
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
12
Pentingnya suatu komunikasi interpersonal dikarenakan prosesnya
yang memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk
komunikasi antarpribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka
yang terlibat dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda, masing –
masing menjadi pembicara dan pendengar secara bergantian, dalam proses
komunikasi dialogis nampak adanya upaya dari para pelaku komunikasi
untuk terjadinya pergantian bersama (mutual understanding) dan empati,
dari proses ini terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status
sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masing – masing
adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan
dihormati sebagai manusia (Saputri, 2011).
Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya,
dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini
dan perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung
tatap muka, oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi
(personal contact) yaitu pribadi anda menyentuh prbadi komunikan.
Ketika menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika
(immediate feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan
terhadap pesan yang diontarkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara.
Apabila umpan balik positif, artinya tanggapan itu menyenangkan dan
akan mempertahankan gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan
komunikasi negatif, maka harus mengubah gaya komunikasi sampai
komunikasi berhasil.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
13
Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini
dan perilaku komunikan itulah maka bentuk komunikasi interpersonal
sering kali digunakan untuk mnyampaikan komunikasi persuasif
(persuasive communication) yakni suatu teknik komunikasi secara
psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan
atau rayuan. Dengan demikian maka setiap pelaku komunikasi akan
melakukan empat tindakan yaitu membentuk, menyampaikan, menerima
dan mengolah pesan, keempat tindakan tersebut lazimnya berlangung
secara berurutan dan membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide
atau gagasan dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai pengertian
komunikasi interpersonal, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah komunikasi antarpribadi yang terjadi secara langsung
(face to face) maupun tidak langsung yang ditandai dengan adanya timbal
balik antara pemberi pesan dan penerima pesan, saling mempengaruhi, dan
memiliki tujuan untuk mengelola hubungan. Keunikan dalam komunikasi
interpersonal adalah suatu hubungan yang timbal balik atau suatu transaksi
antara pemberi dan penerima pesan.
3. Kecemasan Komunikasi Interpersonal
Perasaan cemas pernah dialami oleh setiap individu. Kecemasan
timbul karena adanya persepsi mengenai ancaman dan bahaya di masa
mendatang, contohnya individu merasa cemas karena baru memasuki
lingkungan baru yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang tidak
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
14
mendukung. Kecemasan bersifat subyektif dengan ditandai oleh perasaan
tegang, takut, khawatir, dan adanya perubahan fisiologi.
Para ahli komunikasi memberikan istilah-istilah sendiri untuk
kecemasan komunikasi interpersonal. Ulandari (2011) menyebutkan
kecemasan komunikasi dengan istilah communication apprehension yaitu
tingkat ketakutan atau kecemasan individu yang diasosiasikan dengan
salah satu komunikasi, baik komunikasi yang nyata ataupun komunikasi
yang diharapkan dengan individu lain maupun dengan orang banyak.
Sedangkan menurut Rakhmat (distasi dalam Prasetyo & Kustanti, 2011)
orang yang kurang percaya diri ketika melakukan komunikasi
interpersonal akan mengalami kecemasan dalam berkomunikasi.
Ketakutan untuk melakukan komunikasi disebut sebagai communication
apprehension atau communication anxiety.
Seseorang yang mengalami kecemasan komunikasi jika tidak diatasi
akan mengarah pada shyness atau social anxiety yaitu merasa takut untuk
tidak diterima oleh kelompoknya. Remaja yang mengalami shyness atau
social anxiety akan cenderung untuk menghindari orang lain, mudah
ketakutan, tidak mudah percaya dengan orang lain, pendiam dan enggan
untuk berbicara dengan orang lain, bahkan remaja tidak memiliki insiatif
dalam situasi sosial, bicara pelan, menghindari kontak mata dan kurang
dapat berkomunikasi (Prasetyo & Kustanti, 2011).
Fathunnisa (2012) menjelaskan, bahwa kecemasan dalam
berkomunikasi pada dasarnya adalah gejala yang normal dalam
berinteraksi, namun jika kecemasan tersebut berlebihan akan menjadi
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
15
masalah yang serius. Ketidakmampuan seseorang dalam berkomunikasi
dapat menyebabkan komunikasi menjadi terhambat, dan membentuk
seseorang menjadi pribadi yang pasif. Hasil komunikasi menjadi tidak
tercapai karena proses pertukaran pesan yang tidak efektif. Dalam situasi
cemas seseorang cenderung melakukan mekanisme pertahanan diri (fight)
atau melarikan diri (flight) sebagai bentuk upaya penyesuaian diri pada
kecemasan tersebut.
Permasalahan utama dalam kecemasan komunikasi interpersonal
adalah adanya rasa khawatir tentang respon atau penilaian orang lain
terhadap dirinya, yaitu mengenai apa yang disampaikannya dan bagaimana
ia menyampaikannya. Kecemasan terhadap penilaian orang lain ini
merupakan salah satu ciri dari orang yang kurang percaya diri (Siska,
Sudardjo, & Purnamaningsih, 2003).
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Nuraeni (dalam Muslimin,
2013) yang menerangkan kecemasan komunikasi interpersonal sebagai
suatu keadaan tidak menyenangkan ketika harus melakukan komunikasi
interpersonal dalam kehidupan dan menganggap bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi yang ditunjukkan dengan gejala fisik, gejala perilaku
dan gejala kognitif. Sejalan dengan pendapat di atas, Rakhmat (2007)
menerangkan bahwa kecemasan yang timbul di saat individu
berkomunikasi akan menyebabkan seseorang menarik diri dari pergaulan
serta menghindari suasana komunikasi.
Ketegangan yang muncul saat individu berkomunikasi disebabkan
ada rasa cemas dan tidak yakin akan kemampuannya untuk menyampaikan
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
16
sesuatu. Selain itu, ketegangan muncul disebabkan pengalaman dalam
komunikasi tidak selalu mulus atau tidak semua ide yang disampaikan
diterima oleh pasangan komunikasinya. Individu yang mengalami
kecemasan komunikasi interpersonal menderita kecemasan ketika harus
berkomunikasi dengan orang lain yang dapat berdampak pada
ketidakmampuan untuk bersosialisasi di lingkungan sosialnya.
Berdasarkan pemaparan di atas mengenai pengertian kecemasan
komunikasi interpersonal, dapat disimpulkan bahwa kecemasan
komunikasi interpersonal adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan
dan perasaan cemas untuk berinteraksi dengan orang lain dengan ditandai
adanya ketegangan, ketidakmampuan untuk melakukan komunikasi
interpersonal, kecemasan terhadap penilaian yang diberikan oleh orang
lain kepada dirinya dan penarikan diri dari lingkungan sehingga
menyebabkan individu tidak mampu untuk beradaptasi dan berkomunikasi
interpersonal secara baik di lingkungannya.
4. Aspek-aspek Kecemasan Komunikasi Interpersonal
Burgoon dan Ruffner (distasi dalam Fathunnisa, 2012)
mengemukakan tentang aspek-aspek kecemasan komunikasi interpersonal
, yaitu :
a. Unwillingness (ketidaksediaan)
Yaitu tidak kesediaan untuk berkomunikasi. Individu tidak
berminat berkomunikasi disebabkan adanya rasa cemas, sifat introvert,
dan rendahnya frekuensi partisipasi dalam berbagai situasi komunikasi.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
17
b. Unrewarding (Rendahnya Pengahargaan diri)
Yaitu Unrewarding berarti tidak adanya penghargaan dalam
komunikasi atau adanya penguatan hukum dalam komunikasi. Individu
yang mengalami kecemasan komunikasi interpersonal memiliki
pandangan bahwa ketika berkomunikasi dirinya tidak mendapat
penghargaan dari orang lain. Kecemasan komunikasi yang muncul
dapat disebabkan adanya pengalaman komunikasi yang kurang baik di
masa lalu. Individu yang memiliki pengalaman kurang baik dalam
situasi komunikasi dapat mengalami hambatan ketika akan melakukan
komunikasi karena adanya anggapan bahwa akan muncul penolakan
dari orang lain.
c. Uncontrol (Rendahnya kontrol diri)
Yaitu rendahnya pengendalian terhadap situasi komunikasi yang
terjadi karena, faktor lingkungan, ketidakmampuan menyesuaikan diri
dengan individu yang berbeda, reaksi dari lawan bicara.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
kecemasan komunikasi interpersonal yang diungkapkan oleh Burgoon &
Ruffner terdiri dari tiga aspek yaitu unwillingness, unrewarding,
uncontrol.
5. Faktor-faktor yang Memepengaruhi Kecemasan Komunikasi Interpersonal
Kecemasan dalam komunikasi tidak muncul dengan begitu saja, asal
mula munculnya kecemasan komunikasi interpersonal pada individu
disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar telah dijelaskan dalam
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
18
Encyclopedia of Communication and Information bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kecemasan komunikasi interpersonal yaitu:
a. Novelty, yaitu situasi yang baru dapat menjadi situasi yang sulit untuk
membangun sebuah hubungan. Situasi yang seperti inilah yang dapat
menyebabkan kecemasan dalam menghadapi suatu hal yang baru.
Situasi baru dapat menghalangi seseorang untuk nyaman dalam
berkomunikasi dengan orang lain.
b. Formality, adalah situasi formal berhubungan dengan perilaku yang
sangat ditentukan. Pada situasi ini perilaku yang ditentukan dianggap
sesuai dan ada sedikit kebebasan untuk penyimpangan dari mereka.
c. Subordinate status, terjadi ketika individu merasa bahwa orang lain
memilki kemampuan komunikasi yang lebih baik daripada dirinya,
sehingga kecemasan komunikasi interpersonal yang dialami individu
tersebut semakin meningkat.
d. Conspicuousness, individu yang “menonjol” memiliki kecemasan
komunikasi yang tinggi. Istilah “menonjol” merupakan individu yang
memiliki ciri khas tertentu misalnya, orang yang memiliki kemampuan
berkomunikasi yang berbeda dengan orang lain seperti halnya orang
yang memiliki gangguan tunarungu yang memiliki cara komunikasi
berbeda.
e. Unfamiliarity, merupakan situasi ketika individu menghadiri sebuah
pertemuan dan hanya mengetahui satu atau dua orang saja, semakin
banyak orang asing dan situasi disekitar, maka semakin seseorang
merasa khawatir.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
19
f. Dissimilarity, terjadi ketika individu memiliki ketidaksamaan dengan
lawan bicaranya. Munculnya ketidaksamaan dapat memicu
meningkatnya kecemasan pada individu. Sebagian besar berbicara
dengan orang yang memiliki kesamaan akan lebih mudah daripada
berbicara dengan orang yang berbeda.
g. Excessive attention, sebagian besar orang tidak menyukai orang lain
memperhatikan dirinya. Perhatian yang berlebihan, seperti menatap
individu atau menggali pikiran pribadi individu dapat menyebabkan
kecemasan komunikasi meningkat tajam.
h. Evaluation from others, semakin tinggi individu merasa sedang
dievaluasi, maka kecemasan akan semakin meningkat.
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan di dalam Encyclopedia of
Communication and Information bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
kecemasan komunikasi interpersonal adalah novelty, formality,
subordinate status, conspicuousness, unfamiliarity, dissimilarity, excessive
attention, dan evaluation from others.
Menurut Bandura (disitassi dalam Siska, Sudardjo, &
Purnamaningsih, 2003) ada keterkaitan antara kecemasan dengan
kepercayaan diri. Pendapat lain dikemukakan oleh Rakhmat (2007) bahwa
salah satu faktor individu mengalami kecemasan komunikasi interpersonal
adalah kepercayaan diri yang rendah. Sejalan dengan hal tersebut, Laxer
(dalam Siska, Sudardjo, & Purnamaningsih, 2003) menyatakan bahwa
rendahnya kepercayaan diri pada individu menyebabkan individu
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
20
cenderung untuk melihat kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan
menganggap sesuatu yang mengganggu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi individu mengalami kecemasan
komunikasi interpersonal salah satunya adalah kepercayaan diri, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri merupakan salah satu faktor
yang dapat mempengaruhi kecemasan komunikasi interpersonal, apabila
kepercayaan diri yang dimiliki oleh individu tinggi maka kecemasan
komunikasi interpersonal individu tersebut rendah, sedangkan apabila
kepercayaan diri yang dimiliki individu rendah maka kecemasan
komunikasi interpersonal individu tersebut tinggi.
B. Kepercayaan diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, tanpa adanya kepercayaan diri aka
menimbulkan masalah pada diri individu. Kepercayaan diri diperlukan
baik oleh anak-anak maupun orang tua, individu maupun kelompok.
Kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang
bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk
memperoleh hasil seperti yang diharapkan Bandura (Siska, Sudardjo, &
Purnamaningsih, 2003).
Lauster (distasi dalam Siska, Sudardjo, & Purnamaningsih, 2003)
mengungkapkan ciri-ciri orang yang percaya diri adalah: mandiri, tidak
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
21
mementingkan diri sendiri, cukup toleran, ambisius, optimis, tidak pemalu,
yakin dengan pendapatnya sendiri dan tidak berlebihan.
Menurut Lauster (distasi dalam Siska, Sudardjo, & Purnamaningsih,
2003), rasa percaya diri bukan merupakan sifat yang diturunkan (bawaan)
melainkan diperoleh dari pengalaman hidup, serta dapat diajarkan dan
ditanamkan melalui pendidikan, sehingga upaya-upaya tertentu dapat
dilakukan guna membentuk dan meningkatkan rasa percaya diri. Dengan
demikian kepercayaaan diri terbentuk dan berkembang melalui proses
belajar di dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Menurut Fatimah, kepercayaan diri adalah sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang
dihadapinya (Sukarman, 2014). Sedangkan menurut Guilford (distasi
dalam Mirhan & Betty, 2016) bahwa kepercayaan diri adalah pengharapan
umum tentang keberhasilan. Branden juga mengemukakan bahwa
kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang pada kemampuan yang ada
dalam dirinya (Mirhan & Betty, 2016)
Kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu
menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat
memberikan sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain Willis (Augustia
& Kristiana, 2016). Menurut Fatimah (distasi dalam Augustia & Kristiana,
2016). mendefinisikan kepercayaan diri sebagai sikap positif seorang
individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian
positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
22
yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya
merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu bahwa
individu memiliki kompetensi, yakin mampu dan percaya bahwa individu
bisa melakukan sesuatu karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual,
prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.
Pendapat lain mengenai kepercayaan diri yaitu Ghufron & Rini
(dalam Kusrini & Prihartanti, 2014) yang menyatakan bahwa kepercayaan
diri merupakan karakteristik pribadi yang di dalamnya terdapat keyakinan
akan kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggungjawab, rasional, dan
realistis.
Berdasarkan pemaparan para ahli di atas, dapat disimpulkan
kepercayaan diri adalah kepercayaan yang ada pada diri individu bahwa
dirinya memiliki kemampuan yang dapat dimanfaatkan secara tepat
sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan sehingga mampu
menempatkan dirinya berada dalam situasi sosial yang baik.
2. Aspek-aspek kepercayaan diri
Aspek-aspek kepercayaan diri yang diungkapkan oleh Lautser
(disitasi dalam Hafizha, Yuniarrahmah, & Mayangsari, 2016) adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki rasa aman
Perasaan aman adalah terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu
terhadap situasi atau orang-orang di sekelilingnya.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
23
b. Yakin pada kemampuan diri sendiri
Perasaan yakin pada kemampuan diri sendiri adalah merasa tidak
perlu membandingkan dirinya dengan orang lain dan tidak mudah
terpengaruh orang lain.
c. Tidak mementingkan diri sendiri dan toleran
Aspek kepercayaan diri yang tidak mementingkan diri sendiri dan
toleran adalah mengerti kekurangan yang ada pada dirinya serta dapat
menerima pandangan dari orang lain.
d. Ambisi normal
Ambisi yang normal adalah ambisi yang disesuaikan dengan
kemampuan, tidak ada kompensasi dari ambisi yang berlebihan, dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, dan bertanggungjawab.
e. Mandiri
Mandiri adalah tidak tergantung pada orang lain dan tidak
memerlukan dukungan orang lain dalam melakukan sesuatu.
f. Optimis
Optimis adalah memiliki pandangan dan harapan yang positif
mengenai diri dan masa depannya.
Berbeda dengan Peale (distasi dalam Hafizha, Yuniarrahmah, &
Mayangsari, 2016) yang mengungkapkan bahwa aspek-aspek kepercayaan
diri individu meliputi aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial. Berikut
ini merupakan garis besar penjabarannya.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
24
a. Aspek Fisik
Keadaan fisik seperti kegemukan, kurang tinggi, cacat anggota
tubuh atau rusaknya salah satu indera, kekurangan yang jelas terlihat
oleh orang lain, dan menimbulkan perasaan tidak berharga terhadap
keadaan fisiknya, karena individu amat merasakan kekurangan yang
ada pada dirinya jika dibandingkan dengan orang lain. Hal tersebut
membuat individu tidak dapat bereaksi secara positif dan memunculkan
rasa minder yang berkembang menjadi rasa tidak percaya diri.
b. Aspek Psikis
Individu akan percaya diri karena mempunyai kemampuan yang
tinggi meliputi perasaan, keahlian khusus yang dimiliki, dan sikap
individu terhadap diri sendiri.
c. Aspek Sosial
Kepercayaan diri terbentuk melalui dukungan sosial yakni
dukungan dari orang tua dan orang yang ada di sekitarnya. Lingkungan
keluarga merupakan lingkungan hidup utama dalam kehidupan
seseorang.
Berdasarkan uraian di atas mengenai aspek-aspek kepercayaan diri
dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kepercayaan diri yang diungkapkan
oleh beberapa ahli di atas memiliki pendapat yang hampir sama dan bisa
saling melengkapi satu dengan yang lainnya, tetapi peneliti memilih
aspekaspek kepercayaan diri menurut Lauster sebagai landasan untuk
membuat skala pengukuran. Aspek-aspek kepercayaan diri menurut
Lauster yaitu memiliki rasa aman, yakin pada kemampuan sendiri, tidak
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
25
mementingkan diri sendiri dan toleran, ambisi normal, mandiri, dan
optimis.
3. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kepercayaan Diri
Individu yang memiliki kepercayaan diri dapat terlihat dari
penampilan, sikap dan perilakunya, begitupun ketika individu tersebut
berada di sekitar orang lain, individu yang memiliki kepercayaan diri
terlihat lebih optimis, menarik dan tentu saja dapat menyesuaikan diri
secara baik ketika berada di lingkungan yang baru ataupun tidak. Beberapa
ahli memaparkan ciri-ciri individu yang memiliki kepercayaan diri salah
satunya Indrajat (2013) yang memaparkan garis besar dari ciri-ciri
individu yang memiliki kepercayaan diri tinggi diantaranya:
a. Selalu berusaha untuk bersikap tenang dalam menghadapi sesuatu
b. Memiliki potensi dan kemampuan yang memadai
c. Mampu mengatasi ketegangan yang muncul dalam berbagai situasi
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi dengan baik
e. Tidak membandingkan diri dengan orang lain
f. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai permasalahan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa individu yang
memiliki kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tenang dalam menghadapi
sesuatu, memiliki potensi, mampu mengatasi ketegangan dalam berbagai
situasi, mampu menyesuaikan diri, mampu menerima diri, dan memiliki
rasa positif terhadap diri.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
26
4. Ciri-ciri Individu yang Tidak Memiliki Kepercayaan Diri
Setiap individu berbeda antara satu dengan yang lainnya, masing
masing memiliki ciri yang khas yang melekat pada dirinya, dengan
perbedaan itulah dapat diketahui bahwa terdapat individu yang memiliki
kepercayaan diri, namun ada pula individu yang kurang memiliki percaya
diri.
Menurut Indrajat (2013) secara garis besar karakteristik atau ciri-ciri
individu yang kurang percaya diri sebagai berikut:
a. Mudah cemas dalam menghadapi persoalan yang dianggap sulit
b. Memiliki kekurangan dan kelamahan dari segi fisik maupun non fisik
c. Sulit dalam mencegah ketegangan
d. Mudah gugup dan terkadang bicara tidak lancar
e. Kurang mengenal potensi yang dimiliki sehingga tidak dapat
mengembangannya
f. Lebih suka menyendiri daripada bergabung dengan orang lain
g. Mudah menyerah
h. Tidak mandiri dalam menyelesaikan masalah
i. Tidak bertanggung jawab dan cenderung berpikiran negatif
Ahli lain yang berpendapat mengenai karakteristik individu yang
tidak memiliki kepercayaan diri yaitu keadaan di mana individu sangat
peduli dengan penilaian orang lain terhadap dirinya dan merasa cemas
karena penilaian sosial tersebut, sehingga cenderung untuk menarik
dirinya. Orang yang kurang percaya diri akan terlihat dari sikap dan
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
27
tindakannya seperti, tidak yakin pada diri sendiri, selalu bergantung pada
orang lain, dan tidak berani mengambil keputusan (Sarastika, 2014).
Pendapat lain diungkapkan oleh Indrajat (2013) bahwa individu yang
tidak percaya diri pada dasarnya akan selalu merasa ragu dengan segala
sesuatu yang ada pada dirinya, kemudian tidak akan melihat bahwa
sebenarnya dirinya masih memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat
dikembangkan untuk kebaikan dirinya. Ciri-ciri individu yang tidak
memiliki kepercayaan diri yang telah diungkapkan oleh para ahli memiliki
poin-poin yang hampir sama, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
individu yang tidak memiliki kepercayan diri adalah individu yang
pesimis, lebih memilih menyendiri, sering merasa ragu dengan apa yang
dimilikinya, memiliki perasaan negatif dalam menghadapi masalah, sering
menyalahkan diri sendiri maupun orang lain, mudah cemas, cenderung
bergantung pada orang lain, dan tidak berani mengambil keputusan.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri adalah sebagai
berikut:
a. Pengendalian diri
Pengendalian diri mutlak diperlukan bagi siapa saja untuk
mengenali dirinya sendiri. Segala kelebihan maupun kekurangan
setidaknya diketahui untuk dapat meningkatkan perkembangan pribadi.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
28
b. Umpan balik
Umpan balik adalah sarana yang efektif untuk berinteraksi dengan
diri sendiri maupun lingkungannya untuk memperoleh jati diri kita yang
sebenarnya agar mempermudah sikap pribadi.
c. Upaya pembentukan sikap
Upaya pembentukan sikap adalah upaya untuk mengembangkan
sisi positif dan mengatasi sisi negatif yang dimiliki sehingga mampu
memupuk sikap-sikap positif.
d. Pengembangan diri
Pengembangan diri hendaknya sejalan dengan penyesuaian
terhadap lingkungan sosial yang dapat membangkitkan rasa puas,
karena selain ia mampu mengembangkan diri, lingkungan pun bisa
menerimanya dengan baik.
e. Kesuksesan
Kesuksesan yang diraih seseorang akan meyakinkan dirinya
bahwa ia memiliki kemampuan yang cukup. Akan tetapi kesuksesan
yang diraih dengan tingkat kesulitan yang lebih besar akan memupuk
rasa percaya diri dari pada kesuksesan yang diraih dengan usaha yang
sedikit.
f. Penampilan fisik
Individu yang memiliki penampilan menarik merasakan sikap
sosial yang menguntungkan dan hal ini akan mempengaruhi konsep diri
sehingga lebih percaya diri.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
29
g. Bakat
Rasa percaya diri akan meningkat dengan mantap jika seseorang
memiliki bakat/keterampilan yang membuatnya dibutuhkan orang lain.
Oleh Sebab itu Menurut pendapat Augustia & Kristiana (2016) bahwa
orang yang mempunyai kepercayaan diri berani mencoba dan
melakukan hal-hal baru dalam situasi apapun. Tidak perlu
membandingkan dirinya dengan orang lain, karena ia merasa cukup
aman dan tenang serta mempunyai ukuran sendiri mengenai kegagalan
atau kesuksesan.
C. Remaja Tunarungu
1. Pengertian Tunarungu
Menurut Sumekar (dalam Anggraini, 2013) Anak berkebutuhan
khusus adalah “anak-anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau
ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial, atau dari gabungan
dari hal-hal tersebut sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan
pelayanan pendidikan yang khusus yang disesuaikan dengan
penyimpangan, kelainan, atau ketunaan mereka.
Menurut Anggraini (2013) anak berkebutuhan khusus adalah anak-
anak yang mengalami penyimpangan, kelainan atau ketunaan dalam segi
fisik, mental, emosi dan sosial, atau dari gabungan dari hal-hal tersebut
sedemikian rupa sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan yang
khusus yang disesuaikan dengan penyimpangan, kelainan, atau ketunaan
mereka. Ada beberapa macam jenis anak berkebutuhan khusus yang salah
satunya adalah gangguan tunarungu.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
30
Sulastri (2013) mengemukakan bahwa pada anak tunarungu sering
dijumpai bicara yang menyimpang dari kaidah Bahasa Indonesia yang
benar, sehingga diperlukan pembahasaan kepada anak tunarungu sejak dini
untuk menunjang kemampuan berkomunikasinya. Kesulitan dalam
penguasaan bahasa juga terlihat ketika anak diajak berkomunikasi.
Secara umum anak tunarungu dapat diartikan anak yang tidak dapat
mendengar. Tidak dapat mendengar tersebut dapat dimungkinkan kurang
dengar atau tidak mendengar sama sekali. Secara fisik, anak tunarungu
tidak berbeda dengan anak dengar pada umumnya, sebab orang akan
mengetahui bahwa anak menyandang ketunarunguan pada saat berbicara,
anak tersebut berbicara tanpa suara atau dengan suara yang kurang atau
tidak jelas artikulasinya, atau bahkan tidak berbicara sama sekali, anak
tersebut hanya berisyarat.
Sajadah (2005) menyatakan tunarungu adalah seseorang yang
mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik
sebagian atau seluruhnya yang diakibatkan oleh tidak fungsinya sebagian
atau seluruh alat pendengaran, sehingga anak tersebut tidak dapat
menggunakan alat pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal
tersebut berdampak terhadap kehidupannya secara kompleks terutama
pada kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi yang sangat penting.
Gangguan mendengar yang dialami anak tunarungu menyebabkan
terhambatnya perkebangan bahasa anak, karena perkembangan tersebut,
sangat penting untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
31
Sajadah (2005) juga memiliki pandangan yang sama bahwa anak
tunarungu dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama hard of hearing
adalah seseorang yang masih memiliki sisa pendengaran sedemikian rupa
sehingga masih cukup untuk digunakan sebagai alat penangkap proses
mendengar sebagai bekal primer penguasaan kemahiran bahasa dan
komunikasi dengan yang lain baik dengan maupun tanpa mengguanakan
alat bantu dengar. Kedua the deaf adalah seseorang yang tidak memiliki
indera dengar sedemikian rendah sehingga tidak mampu berfungsi sebagi
alat penguasaan bahasa dan komunikasi, baik dengan ataupun tanpa
menggunakan alat bantu dengar.
Mulyo & Handayani (2014) berpendapat bahwa tunarungu adalah
seseorang dengan kesulitan mendengar suara pada atau di atas intensitas
tertentu. Tunarungu biasanya disebabkan adanya kerusakan pada
mekanisme pendengaran seseorang. Tunarungu bisa muncul sejak lahir
atau bahkan setelah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gangguan tunarungu
adalah gangguan dimana seseorang mengalami kekurangan atau
kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian atau keseluruhan alat
pendengarannya, sehingga dapat menggunakan alat pendengarannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
32
2. Karakteristik Anak Tunarungu
Karakteristik anak tunarungu dari segi fisik tidak memiliki
karakteristik yang khas, karena secara fisik anak tunarungu tidak
mengalami gangguan yang terlihat. Sebagai dampak ketunarunguannya,
anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas dari segi yang berbeda.
a. Karakteristik dari segi intelegensi
Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal
yaitu tinggi, rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu
memiliki entelegensi normal dan rata-rata. Prestasi anak tunarungu
seringkali lebih rendah daripada prestasi anak normal karena
dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu dalam mengerti pelajaran
yang diverbalkan. Namun untuk pelajaran yang tidak diverbalkan, anak
tunarungu memiliki perkembangan yang sama cepatnya dengan anak
normal.
Prestasi anak tunarungu yang rendah bukan disebabkan karena
intelegensinya rendah namun karena anak tunarungu tidak dapat
memaksimalkan intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi yang
bersumber pada verbal seringkali rendah, namun aspek intelegensi yang
bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang dengan
cepat.
b. Karakteristik dari segi bahasa dan bicara
Kemampuan anak tunarungu dalam berbahasa dan berbicara
berbeda dengan anak normal pada umumnya karena kemampuan
tersebut sangat erat kaitannya dengan kemampuan mendengar. Karena
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
33
anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, maka anak tunarungu
mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Bahasa merupakan alat
dan sarana utama seseorang dalam berkomunikasi. Alat komunikasi
terdiri dan membaca, menulis dan berbicara, sehingga anak tunarungu
akan tertinggal dalam tiga aspek penting ini.
Anak tunarungu memerlukan penanganan khusus dan lingkungan
berbahasa intensif yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasanya.
Kemampuan berbicara anak tunarungu juga dipengaruhi oleh
kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh anak tunarungu. Kemampuan
berbicara pada anak tunarungu akan berkembang dengan sendirinya
namun memerlukan upaya terus menerus serta latihan dan bimbingan
secara profesional. Dengan cara yang demikianpun banyak dari mereka
yang belum bisa berbicara seperti anak normal baik suara, irama dan
tekanan suara terdengar monoton berbeda dengan anak normal.
c. Karakteristik dari segi emosi dan sosial
Ketunarunguan dapat menyebabkan keterasingan dengan
lingkungan. Keterasingan tersebut akan menimbulkan beberapa efek
negatif, seperti: Egosentrisme yang melebihi anak normal, mempunyai
perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas, ketergantungan
terhadap orang lain, perhatian mereka lebih sukar dialihkan, umumnya
memiliki sifat yang polos dan tanpa banyak masalah, dan lebih mudah
marah dan cepat tersinggung. Ada beberapa sifat yang dimiliki anak
tunarungu, diantaranya adalah:
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
34
1) Egosentrisme yang melebihi anak normal
Sifat ini disebabkan oleh anak tunarungu memiliki dunia yang kecil
akibat interaksi dengan lingkungan sekitar yang sempit. Karena
mengalami gangguan dalam pendengaran, anak tunarungu hanya
melihat dunia sekitar dengan penglihatan. Penglihatan hanya melihat
apa yang di depannya saja, sedangkan pendengaran dapat mendengar
sekeliling lingkungan. Karena anak tunarungu mempelajari
sekitarnya dengan menggunakan penglihatannya, maka aka timbul
sifat ingin tahu yang besar, seolah-olah mereka haus untuk melihat,
dan hal itu semakin membesarkan egosentrismenya.
2) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas
Perasaan takut yang menghinggapi anak tunarungu seringkali
disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap lingkungan yang
berhubungan dengan kemampuan berbahasanya yang rendah.
Keadaan menjadi tidak jelas karena anak tunarungu tidak mampu
menyatukan dan menguasai situasi yang baik.
3) Ketergantungan terhadap orang lain
Sikap ketergantungan terhadap orang lain atau terhadap apa yang
sudah dikenalnya dengan baik, merupakan gambaran bahwa mereka
sudah putus asa dan selalu mencari bantuan serta bersandar pada
orang lain.
4) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan
Sempitnya kemampuan berbahasa pada anak tunarungu
menyebabkan sempitnya alam fikirannya. Alam fikirannya
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
35
selamanya terpaku pada hal-hal yang konkret. Jika sudah
berkonsentrasi kepada suatu hal, maka anak tunarungu akan sulit
dialihkan perhatiannya ke hal-hal lain yang belum dimengerti atau
belum dialaminya. Anak tunarungu lebih miskin akan fantasi.
5) Umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa banyak
masalah
6) Anak tunarungu tidak bisa mengekspresikan perasaannya dengan
baik. Anak tunarungu akan jujur dan apa adanya dalam
mengungkapkan perasaannya. Perasaan anak tunarungu biasanya
dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa.
7) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung
Karena banyak merasakan kekecewaan akibat tidak bisa dengan
mudah mengekspresikan perasaannya, anak tunarungu akan
mengungkapkannya dengan kemarahan. Semakin luas bahasa yang
mereka miliki semakin mudah mereka mengerti perkataan orang
lain, namun semakin sempit bahasa yang mereka miliki akan
semakin sulit untuk mengerti perkataan orang lain sehingga anak
tunarungu mengungkapkannya dengan kejengkelan dan kemarahan.
Berdasarkan karakteristik anak tunarungu dari beberapa aspek yang
sudah dibahas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebagai dampak dari
ketunarunguannya tersebut hal yang menjadi perhatian adalah kemampuan
berkomunikasi anak tunarungu yang rendah. Intelegensi anak tunarungu
umumnya berada pada tingkatan rata-rata atau bahkan tinggi, namun
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
36
prestasi anak tunarungu terkadang lebih rendah karena pengaruh
kemampuan berbahasanya yang rendah.
3. Klasifikasi Anak Tunarungu
Klasifikasi mutlak diperlukan untuk layanan pendidikan khusus. Hal
ini sangat menentukan dalam pemilihan alat bantu mendengar yang sesuai
dengan sisa pendengarannya dan menunjang lajunya pembelajaran yang
efektif. Dalam menentukan ketunarunguan dan pemilihan alat bantu
dengar serta layanan khusus akan menghasilkan akselerasi secara optimal
dalam mempersepsi bunyi bahasa dan wicara.
Menurut Sajadah (2007) klasifikasi ketunarunguan adalah sebagai
berikut.
a. Kelompok I: kehilangan 15-30 dB, mild hearing losses atau
ketunarunguan ringan, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia
normal.
b. Kelompok II: kehilangan 31-60, moderate hearing losses atau
ketunarunguan atau ketunarunguan sedang, daya tangkap terhadap suara
cakapan manusia hanya sebagian.
c. Kelompok III: kehilangan 61-90 dB, severe hearing losses atau
ketunarunguan berat, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia
tidak ada.
d. Kelompok IV: kehilangan 91-120 dB, profound hearing losses atau
ketunarunguan sangat berat; daya tangkap terhadap suara cakapan
manusia tidak ada sama sekali.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
37
e. Kelompok V: kehilangan lebih dari 120 dB, total hearing losses atau
ketunarunguan total, daya tangkap terhadap suara cakapan manusia
tidak ada sama sekali.
D. Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan Komunikasi
Interpersonal pada Remaja Penyandang Tunarungu
Fathunnisa (2012) menyatakan kecemasan dalam berkomunikasi pada
dasarnya adalah gejala yang normal dalam berinteraksi, namun jika
kecemasan tersebut berlebihan akan menjadi masalah yang serius.
Ketidakmampuan seseorang dalam berkomunikasi dapat menyebabkan
komunikasi menjadi terhambat, dan membentuk seseorang menjadi pribadi
yang pasif. Hasil komunikasi menjadi tidak tercapai karena proses pertukaran
pesan yang tidak efektif. Dalam situasi cemas seseorang cenderung
melakukan mekanisme pertahanan diri (fight) atau melarikan diri (flight)
sebagai bentuk upaya penyesuaian diri pada kecemasan tersebut.
Lauster (dalam Siska, Sudardjo, & Purnamaningsih, 2003) menjelaskan
bahwa permasalahan utama dalam kecemasan komunikasi interpersonal
adalah adanya rasa khawatir tentang respon atau penilaian orang lain terhadap
dirinya, yaitu mengenai apa yang disampaikannya dan bagaimana ia
menyampaikannya. Ketergantungan terhadap penilaian orang lain ini
merupakan salah satu ciri dari orang yang kurang percaya diri
Menurut Sukarman (2014), kepercayaan diri adalah sikap positif
seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan
penilaian positif, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
lingkungan/situasi yang dihadapinya.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
38
Usia remaja adalah usia dimana seseorang mengalami masa
perkembangan yang harus dipenuhi, salah satunya adalah remaja cenderung
bergabung dan berinteraksi dengan kelompok sosialnya dengan melakukan
penyesuaian terhadap kelompok baik dilingkungan belajar ataupun
dilingkungan sekitarnya. Berkaitan dengan situasi dan lingkungan yang yang
akan dihadapi, komunikasi interpersonal sebagai salah satu yang diperlukan
supaya remaja penyandang tunarungu dapat menyesuaikan diri secara baik
dengan lingkungannya.
Siswa SLB Yakut Purwokerto sebagai remaja memiliki tugas
perkembangan yang harus terpenuhi yaitu tercapainya hubungan yang baru
dan matang dengan siapa saja baik dengan teman-temannya ataupun siapa
saja yang berada disekitarnya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
komunikasi interpersonal yang dilakukan secara langsung (face to face) dan
adanya transaksi atau timbal balik antara pengirim pesan dan penerima pesan
yang saling mempengaruhi. Hal tersebut juga sesuai dengan kebutuhan
remaja tunarungu di SLB B Yakut Purwokerto sebagai makhluk sosial yaitu
salah satunya dapat melakukan interaksi dan komunikasi dengan sesama
manusia. Komunikasi interpersonal diperlukan untuk menjalin hubungan
dengan siapa saja baik dengan teman sebaya ataupun orang-orang
disekitarnya, menciptakan hubungan yang nyaman dan hangat, dan dapat
menerima pendapat orang lain. Berdasarkan hal tersebut remaja tunarungu
mampu menyesuaikan diri dengan baik. Komunikasi interpersonal yang baik
memberikan pengaruh yang positif bagi remaja tunarungu dalam penyesuaian
diri dengan lingkungan.
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
39
Komunikasi interpersonal tidak dapat terjadi apabila seseorang tidak
melakukan komunikasi interpersonal secara baik. Ketidakmampuan dalam
komunikasi interpersonal ini berupa adanya keengganan untuk melakukan
komunikasi interpersonal yang mengarah pada kecemasan komunikasi
interpersonal. Remaja yang berada pada tingkat atau tahun-tahun awal
memiliki kecemasan komunikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
remaja yang sudah memiliki usia perkembangan yang matang. Lingkungan
baru dengan berbagai macam situasi, tuntutan, teman-teman, dan disiplin
yang ditentukan oleh lingkungan, mengharuskan untuk melakukan
komunikasi interpersonal agar remaja tunarungu mampu beradaptasi dengan
baik. Kecemasan komunikasi interpersonal dapat berupa munculnya rasa
cemas, takut, malu, dan khawatir yang berlebihan untuk melakukan
komunikasi. Kecemasan ini dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari
lingkungannya, meminimalisir komunikasi dengan orang lain, berbicara
seperlunya, dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik.
Kecemasan komunikasi interpersonal yang dialami oleh remaja
tunarungu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Situasi yang baru, adanya
evaluasi dari orang lain yang dapat meningkatkan kecemasan komunikasi
interpersonal, kurangnya pengalaman dalam komunikasi, jumlah kelompok,
memiliki cacat pada fisik, adanya pikiran negatif yang disebabkan oleh
kepercayaan diri yang rendah juga dapat memicu munculnya kecemasan
komunikasi pada remaja, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut
kecemasan komunikasi interpersonal yang dialami oleh remaja tuarungu
dapat terjadi salah satunya karena kurangnya kepercayaan diri akibat
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
40
kekurangan fisik yang dimilki. Kepercayaan diri dapat membentuk remaja
tunarungu menjadi remaja yang optimis, mandiri, dan dapat melakukan tugas-
tugasnya dengan baik. Kepercayaan diri sebagai salah satu aspek psikologis
yang terbentuk melalui perkembangan konsep diri yang diperoleh melalui
interaksi dalam pergaulannya. Konsep diri yang positif dapat menghasilkan
kepercayaan diri yang positif.
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa remaja tunarungu yang memiliki
kepercayaan diri mampu untuk berhubungan dengan orang-orang disekitarnya
sehingga tidak memiliki kesulitan dalam menjalankan komunikasi
interpersonalnya, sedangkan remaja tunarungu yang memiliki kepercayaan
diri yang kurang dapat menyebabkan remaja tunarungu mengalami
kecemasan komunikasi interpersonal. Berkaitan dengan penjelasan tersebut
hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi
interpersonal dapat digambarkan dengan kerangka pikir yang dapat dilihat
pada gambar 1.
Responden pada penelitian ini adalah remaja penyandang tunarungu
dengan variabel bebas kepercayaan diri dan variabel terikat kecemasan
komunikasi interpersonal, peneliti menduga diantara aspek-aspek
kepercayaan diri seperti rasa aman, yakin pada kemampuan diri sendiri,
toleran, ambisi normal, mandiri, optimis dapat berpengaruh terhadap
kecemasan komunikasi interpersonal yang didalamnya terdapat dimensi
unwillingness (ketidaksediaan komunikasi), unrewarding (rendahnya
penghargaan diri), uncontrol (rendahnya kontrol diri) .
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018
41
E. Kerangka Berfikir
Gambar. 1 Kerangka Berfikir
F. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kepercayaan diri
dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada remaja penyandang
tunarungu di SLB B Purwokerto.
Remaja
Tunarungu
Kepercayaan diri:
1. Rasa aman
2. Yakin pada
kemampuan diri
sendiri
3. Tidak mementingkan
diri sendiri dan
tolran
Kecemasan Komunikasi
Interpersonal:
1. Unwillingness
2. Unrewarding
3. Uncontrol
Hubungan Antara Kepercayaan..., Siti Faojiyah, Fakultas Psikologi UMP, 2018