BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton...

14
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian halnya dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang melakukan perdagangan bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut. Selain motif mencari keuntungan, Krugman (2003) mengungkapkan bahwa alasan utama terjadinya perdagangan internasional: 1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain. 2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi (economic of scale). Suatu kegiatan perdagangan internasional terjadi ditandai dengan adanya kegiatan ekspor dan impor atau pertukaran komoditi antar dua negara atau lebih. Kegiatan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran serta adanya perbedaan tingkat harga antar negara-negara tersebut. Secara grafis kegiatan perdagangan internasional dapat dijelaskan melalui gambar berikut: Sumber: Dominick Salvatore, 1997 Gambar 2.1 Proses Terjadinya Perdagangan Internasional Keterangan: Kiri : Negara A, berperan sebagai negara pengekspor Kanan : Negara B, berperan sebagai negara pengimpor Tengah : Pasar Internasional

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perdagangan Internasional

Dalam perdagangan domestik para pelaku ekonomi bertujuan untuk

memperoleh keuntungan dari aktivitas ekonomi yang dilakukannya. Demikian

halnya dengan perdagangan internasional. Setiap negara yang melakukan

perdagangan bertujuan mencari keuntungan dari perdagangan tersebut. Selain

motif mencari keuntungan, Krugman (2003) mengungkapkan bahwa alasan utama

terjadinya perdagangan internasional:

1. Negara-negara berdagang karena mereka berbeda satu sama lain.

2. Negara-negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai

skala ekonomi (economic of scale).

Suatu kegiatan perdagangan internasional terjadi ditandai dengan adanya

kegiatan ekspor dan impor atau pertukaran komoditi antar dua negara atau lebih.

Kegiatan ini dapat terjadi karena adanya perbedaan permintaan dan penawaran

serta adanya perbedaan tingkat harga antar negara-negara tersebut. Secara grafis

kegiatan perdagangan internasional dapat dijelaskan melalui gambar berikut:

Sumber: Dominick Salvatore, 1997

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Perdagangan Internasional

Keterangan:

Kiri : Negara A, berperan sebagai negara pengekspor

Kanan : Negara B, berperan sebagai negara pengimpor

Tengah : Pasar Internasional

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

9

Pa : Harga domestik barang di negara A tanpa perdagangan internasional

O – Qa : Jumlah produksi barang di negara B tanpa perdagangan internasional

Pb : Harga domestik barang di negara B tanpa perdagangan internasional

O – Qb : Jumlah produksi domestik barang di negara B tanpa perdagangan

internasional

EA : Keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang di negara A

tanpa perdagangan internasional

EB : Keseimbangan antara permintaan dan penawaran barang di negara B

tanpa perdagangan internasional

P1 : Harga barang yang terjadi di pasar internasional setelah kedua negara

sepakat untuk melakukan kegiatan ekspor impor

Q1 : Jumlah barang yang diproduksi atau jumlah barang yang tersedia di

pasar internasional setelah kedua negara sepakat untuk melakukan

kegiatan ekspor impor

Berdasarkan Gambar 2.1, diumpamakan bahwa komoditi yang akan

digunakan untuk perdagangan internasional adalah komoditi mutiara. Grafik

diatas menjelaskan bahwa sebelum terjadi proses perdagangan internasional,

harga di negara A (negara pengekspor) adalah sebesar Pa, sedangkan harga di

negara B (negara pengimpor) adalah sebesar Pb. Sebelum terjadi proses

perdagangan internasional jumlah produksi mutiara di negara A adalah sebesar O-

Qa, sedangkan jumlah produksi mutiara di negara B adalah sebesar O – Qb.

Apabila harga di negara B adalah sebesar Pa maka hal ini akan menyebabkan

terjadinya kondisi kelebihan permintaan (excess demand), sedangkan apabila

harga di negara A adalah sebesar Pb maka hal ini akan menyebabkan terjadinya

kondisi kelebihan penawaran (excess supply). Pertemuan antara kondisi excess

demand dan excess supply inilah yang nantinya akan membentuk harga di pasar

internasional yang disepakati oleh kedua negara tersebut. Dalam hal ini negara A

akan mengekspor ke negara B, sedangkan negara B akan mengimpor dari negara

A. Sehingga dengan demikian terjadilah proses perdagangan internasional.

2.2 Konsep Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar

luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

10

artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang

banyak diminati konsumen (Tambunan, 2001). Pendekatan yang sering digunakan

sebagai indikator untuk mengukur daya saing suatu komoditi, yaitu keunggulan

komparatif dan keunggulan kompetitif.

2.2.1 Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif (theory of comparative advantage)

merupakan teori yang dikemukakan oleh David Ricardo. Dalam teori ini, Ricardo

menyatakan bahwa perdagangan internasional terjadi bila ada perbedaan

keunggulan komparatif antarnegara. Keunggulan komparatif akan tercapai jika

suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih banyak dengan biaya

yang lebih murah daripada negara lainnya.

Hukum keunggulan komparatif (law of comparative advantage)

menyatakan bahwa perdagangan dapat dilakukan oleh negara yang tidak memiliki

keunggulan absolut pada kedua komoditi yang diperdagangkan dengan melakukan

spesialisasi produk yang kerugian absolutnya lebih kecil atau memiliki

keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif tersebut dibedakan atas cost

comparative advantage (labor efficiency) dan production comparative advantage

(labor productivity).

Menurut teori cost comparative advantage (labor efficiency), suatu negara

akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut dapat

berproduksi lebih efisien serta mengimpor barang di mana negara tersebut

berproduksi relatif kurang atau tidak efisien. Sementara itu, pada production

comparative advantage (labor productivity) dapat dikatakan bahwa suatu negara

akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan

spesialisasi produksi dan mengekspor barang di mana negara tersebut berproduksi

lebih produktif serta mengimpor barang di mana negara tersebut berproduksi

relatif kurang atau tidak produktif. Dengan kata lain, cost comparative

menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai jika suatu negara

memproduksi suatu barang yang membutuhkan sedikit jumlah jam tenaga kerja

dibandingkan negara lain sehingga terjadi efisiensi produksi. Sedangkan

production comparative menekankan bahwa keunggulan komparatif akan tercapai

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

11

jika seorang tenaga kerja di suatu negara dapat memproduksi lebih banyak suatu

barang atau jasa dibandingkan negara lain sehingga tidak memerlukan tenaga

kerja yang lebih banyak. Dengan demikian keuntungan perdagangan diperoleh

jika negara melakukan spesialisasi pada barang yang memiliki cost comparative

advantage dan production advantage atau dengan mengekspor barang yang

keunggulan komparatifnya tinggi dan mengimpor barang yang keunggulan

komparatifnya rendah (Firdaus, 2011). Dengan kata lain, dalam teori keunggulan

komparatif, suatu bangsa dapat meningkatkan standar kehidupan dan

pendapatannya jika negara tersebut melakukan spesialisasi produksi barang dan

jasa yang memiliki produktivitas dan efisiensi tinggi.

2.2.2 Teori Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang dimiliki oleh suatu negara

untuk dapat bersaing di pasar internasional. Berbeda dengan konsep keunggulan

komparatif yang menyatakan bahwa suatu negara tidak perlu menghasilkan suatu

produk apabila produk tersebut telah dapat dihasilkan oleh negara lain dengan

lebih baik, unggul, dan efisien secara alami, konsep keunggulan kompetitif adalah

sebuah konsep yang menyatakan bahwa kondisi alami tidaklah perlu untuk

dijadikan penghambat karena keunggulan pada dasarnya dapat diperjuangkan dan

dikompetisikan dengan berbagai perjuangan atau usaha. Keunggulan suatu negara

bergantung pada kemampuan perusahaan-perusahaan di dalam negara tersebut

untuk berkompetisi dalam menghasilkan produk yang dapat bersaing di pasar

(Porter, 1990).

2.3 Teori Revealed Comparative Advantage (RCA)

Revealed Comparative Advantage (RCA) digunakan untuk menganalisis

keunggulan komparatif suatu komoditi dalam suatu negara. RCA merupakan salah

satu metode yang digunakan untuk mengukur kinerja ekspor suatu komoditi dari

suatu negara dengan mengevaluasi peranan ekspor komoditi tertentu dalam ekspor

total suatu negara dibandingkan dengan pangsa komoditi tersebut dalam

perdagangan dunia. Konsep RCA ini pertama kali diperkenalkan oleh Ballasa

pada tahun 1965, yang menganggap bahwa keunggulan komparatif suatu negara

direfleksikan atau terungkap dalam ekspornya. Pada saat itu, konsep RCA banyak

digunakan dalam laporan penelitian dan studi empiris yang dijadikan sebagai

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

12

indikator keunggulan komparatif suatu produk dan dipergunakan sebagai acuan

spesialisasi perdagangan internasional.

Dari nilai RCA dapat diketahui bagaimana daya saing suatu produk apakah

daya saingnya rendah atau tinggi. Jika semakin tinggi nilai RCA, berarti daya

saingnya semakin tinggi, dan sebaliknya. Batasan nilai daya saing, yaitu:

RCA > 1 = daya saing tinggi

RCA< 1 = daya saing rendah

2.4 Teori Export Product Dynamics (EPD)

Untuk mengetahui posisi pangsa pasar dapat dilakukan menggunakan alat

analisis Export Product Dynamics (EPD) berdasarkan dua indikator utama, yaitu

peningkatan pangsa pasar ekspor negara dan peningkatan pangsa pasar produk.

Melalui analisis ini diperoleh empat posisi pangsa pasar yang berbeda, yaitu:

- Rising Star: terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor negara dan pangsa pasar

produk tertentu di perdagangan dunia.

- Lost Opportunity: terjadi penurunan pangsa pasar ekspor negara, tapi terjadi

peningkatan pangsa pasar produk tertentu di perdagangan dunia.

- Falling Star: terjadi peningkatan pangsa pasar ekspor negara, tapi terjadi

penurunan pangsa produk tertentu di perdagangan dunia.

- Retreat: terjadi penurunan pangsa pasar ekspor negara dan pangsa pasar

produk tertentu di perdagangan dunia.

2.5 Konsep Gravity Model

Gravity Model adalah model yang digunakan untuk menganalisis faktor-

faktor ekonomi yang memengaruhi perdagangan antara dua negara. Model yang

dibentuk berdasarkan hukum gravitasi Newton ini diaplikasikan untuk

menganalisis terjadinya aliran perdagangan antar negara. Selain aplikasi dalam

aliran perdagangan, model ini juga diaplikasikan dalam ilmu sosial lainnya seperti

transportasi dan perpindahan penduduk antar kota bahkan benua. Model ini telah

sukses secara empiris dalam menjelaskan terjadinya arus perdagangan antar

negara, tetapi alasan yang diterima secara teoritis masih diperdebatkan. Menurut

model ini, barang ekspor dari negara i ke negara j diterangkan oleh ukuran

ekonomi masing-masing negara (GDP), populasi masing-masing negara, dan jarak

antar negara (Bergstrand, 1985 dalam Setyo, 2009).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

13

Gravity Model pertama kali digunakan oleh Tinberger pada tahun 1962

dan Ponyohen pada tahun 1963 untuk menganalisis aliran perdagangan antara

negara-negara Eropa. Kemudian model ini dikembangkan oleh Bergstrand pada

tahun 1985 yang menerapkan bahwa model gravitasi ini tidak hanya digunakan

untuk menganalisis perdagangan secara agregat, tetapi dapat diterapkan terhadap

aliran perdagangan suatu komoditas.

Perumusan gravity model ini diadopsi dari persamaan umum Gravitasi

Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa “Interaksi antara dua

objek adalah sebanding dengan massanya dan berbanding terbalik dengan jarak

masing-masing”. Pernyataan tersebut teraplikasi dalam rumus sebagai berikut:

Fij = G x Mi x Mj

Dij

Di mana:

F = Volume interaksi antardua negara (aliran perdagangan bilateral)

M = Ukuran ekonomi untuk kedua negara

D = Jarak ekonomi kedua negara

G = Konstanta

Kemudian dengan menggunakan persamaan logaritma, persamaan tersebut

diubah kedalam bentuk linear untuk analisis ekonometrik yang selanjutnya

menjadi bentuk umum dari gravity model. Dalam hal ini, konstanta G diubah

menjadi bagian dari β0 dan digunakan GDP sebagai ukuran ekonomi untuk kedua

negara.

Log (Aliran perdagangan bilateral) = β0 + β1 log (GDP negara 1) + β2 log (GDP

negara 2) + β3 log (Jarak) + ε

Dengan demikian, rumus umum dari gravity model menurut Bergstrand

(1985), Koo, et al (1994) dalam Oktaviani (2000) sebagai berikut:

Tij = f (Yi, Yj, Fij)

Keterangan:

Tij = Nilai aliran perdagangan dari negara i ke negara j

Yi = Gross Domestic Product negara i

Yj = Gross Domestic Product negara j

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

14

Fij = Faktor-faktor lain yang mempengarhi perdagangan antara negara i

dengan negara j

Pada dasarnya, model gravitasi ini menjelaskan perdagangan berdasarkan

jarak antar negara dan interaksi antara besarnya ukuran perekonomian (GDP dan

populasi) antar negara. Aliran perdagangan antar negara ditentukan oleh:

1. Variabel-variabel yang mewakili total permintaan potensi negara

pengimpor.

2. Variabel-variabel indikator total penawaran potensial negara pengekspor.

3. Variabel-variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara

negara pengimpor dan negara pengekspor.

Pada penerapan konsep gravity model ini, variabel yang mewakili total

permintaan potensial negara pengimpor dapat digambarkan dengan GDP negara

importir sedangkan variabel indikator total penawaran potensial negara

pengekspor dapat digambarkan dengan GDP negara pengekspor. Akan tetapi,

dapat pula digunakan GDP per kapita sebagai pengganti variabel GDP. Sementara

itu, variabel pendukung atau penghambat aliran perdagangan antara negara

pengimpor dan negara pengekspor adalah adanya variabel jarak, harga ekspor

komoditi dan nilai tukar (exchange rate) antar dua negara.

1. GDP Per Kapita

GDP per kapita merupakan ukuran berapa banyak perolehan pendapatan

setiap individu dalam perekonomian. Untuk mengetahui kemampuan daya beli

negara tujuan ekspor terhadap produk yang diekspor digunakan variabel GDP per

kapita riil sebab pada GDP per kapita riil memperhatikan adanya pengaruh dari

harga, sedangkan GDP per kapita nominal merupakan nilai GDP yang tidak

memperhatikan adanya pengaruh dari harga. Dengan demikian, tingkat konsumsi

atau kemampuan daya beli suatu negara atas suatu komoditi dapat diukur dari

pendapatan per kapita riil suatu negara. Jika pendapatan per kapita suatu negara

dinilai cukup tinggi, maka dapat dikatakan suatu negara tersebut merupakan pasar

potensial bagi pemasaran suatu komoditi ataupun produk tertentu.

2. Nilai Tukar

Nilai tukar (exchange rate) atau kurs diantara dua negara adalah harga di

mana penduduk kedua negara saling melakukan perdagangan. Nilai tukar yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

15

digunakan pada pemodelan gravity model ini adalah nilai tukar riil yang

merupakan nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif, yaitu

harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri.

Nilai Tukar Riil = Nilai Tukar Nominal x IHK AS

IHK negara tujuan ekspor

Kondisi nilai tukar seperti terapresiasinya mata uang domestik negara

tujuan ekspor terhadap Dollar Amerika membuat harga suatu produk relatif lebih

murah. Hal ini mendorong terjadinya peningkatan nilai impor dari negara tujuan

karena negara tujuan membutuhkan sedikit uang untuk membeli barang impor.

3. Populasi

Jumlah penduduk menjadi salah satu faktor penentu dalam permintaan

ekspor. Semakin banyaknya jumlah penduduk suatu negara, maka semakin

banyak juga permintaan negara tersebut terhadap suatu barang untuk memenuhi

kebutuhan masyarakatnya (cateris paribus). Kenaikan jumlah penduduk akan

menggeser kurva permintaan ke kanan atas dan memperlihatkan bahwa dengan

naiknya jumlah penduduk maka jumlah komoditi yang diminta pada setiap tingkat

harga akan lebih banyak (Lipsey, 1995).

4. Jarak Ekonomi

Jarak adalah faktor geografi yang menjadi variabel utama dalam gravity

model untuk analisis aliran perdagangan bilateral. Variabel jarak ini merupakan

indikasi dari biaya transportasi yang dihadapi oleh suatu negara dalam melakukan

ekspor. Semakin jauh jarak, semakin besar biaya transportasi dan semakin rendah

nilai ekspornya. Jika biaya transportasi terlalu mahal maka nilai perdagangan akan

menurun bersamaan dengan penurunan keuntungan. Adapun jarak yang

digunakan adalah jarak ekonomi dengan perhitungan sebagai berikut:

Jarak Ekonomi = Jarak geografis antar negara X GDP negara jn

1

GDP negara j

2.6 Teori Model Data Panel

Metode data panel merupakan model ekonometrika yang menggabungkan

informasi yang diperoleh dari data time series dan data cross section. Penggunaan

data panel ini memiliki dua keuntungan (Firdaus, 2011), diantaranya:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

16

1. Jumlah observasi menjadi lebih besar. Marginal effect dari peubah penjelas

dilihat dari dua dimensi (individu dan waktu) sehingga parameter yang

diestimasi akan lebih akurat dibandingkan dengan model lain. Secara teknis

menurut Hsiao (2004), data panel dapat memberikan data yang informatif,

mengurangi kolinearitas antarpeubah serta meningkatkan derajat kebebasan

yang artinya meningkatkan efisiensi.

2. Keuntungan yang lebih penting dari penggunaan data panel adalah

mengurangi masalah identifikasi. Data panel lebih baik dalam

mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi

dalam data cross section saja atau time series saja. Data panel mampu

mengontrol heterogenitas individu. Dengan metode ini estimasi yang

dilakukan dapat secara eksplisit memasukkan unsur heterogenitas individu.

Data panel juga lebih baik untuk studi dynamics of adjustment. Hal ini

berkaitan dengan observasi pada cross section yang sama secara berulang,

sehingga data panel lebih baik dalam mempelajari perubahan dinamis.

Dalam analisis data panel, terdapat tiga pendekatan yang terdiri dari

pendekatan kuadrat terkecil (pooled least squre), model efek tetap (fixed effects

model), dan model efek acak (random effects model). Pada pendekatan Fixed

Effects Model (FEM) dan Random Effects Model (REM) dibedakan berdasarkan

ada atau tidaknya korelasi antara komponen error dengan peubah bebas

(regresor).

Misalkan: yit = αi + Xitβ + εit

Pada one way error components model, komponen error dispesifikasikan

dalam bentuk: εit = λi + uit

Untuk two way error components model, komponen error dispesifikasikan

dalam bentuk: εit = λi +µt + uit

Pada pendekatan one way, error term hanya memasukkan komponen error

yang merupakan efek dari individu (λi). Pada two way, dimasukkan efek dari

waktu (µt) ke dalam komponen error. Jadi perbedaan antara FEM dan REM

terletak pada ada atau tidaknya korelasi antara λi dan µt dengan Xit.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

17

1. Pooled Least Square (PLS)

Pada prinsipnya, pendekatan ini menggunakan gabungan dari seluruh data

(pooled), sehingga terdapat N x T observasi, di mana N menunjukkan jumlah unit

cross section dan T menunjukkan jumlah time series yang digunakan.

Model yang digunakan yaitu :

yit = αi + Xitβ + uit

Dengan mengumpulkan semua data cross section dan time series, dapat

meningkatkan derajat kebebasan sehingga dapat memberikan hasil estimasi yang

lebih efisien. Akan tetapi, pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu dugaan

parameter β akan bias. Hal ini ditunjukkan dari arah kemiringan PLS yang tidak

sejajar dengan garis regresi dari masing-masing individu. Parameter yang bias ini

disebabkan karena PLS tidak dapat membedakan observasi yang berbeda pada

periode yang sama, atau tidak dapat membedakan observasi yang sama pada

periode yang berbeda.

2. Fixed Effects Model (FEM)

FEM muncul ketika antara efek individu dan peubah penjelas memiliki

korelasi dengan Xit atau memiliki pola yang sifatnya tidak acak. Asumsi ini

membuat komponen error dari efek individu dan waktu dapat menjadi bagian dari

intersep, yaitu:

Untuk one way komponen error : yit = αi + λi + Xitβ + uit

Untuk two way komponen error : yit = αi + λi + µt + Xitβ + uit

Penduga pada FEM dapat dihitung dengan teknik : Pooled Least Square

(PLS), Within Group (WG), Least Square Dummy Variable (LSDV), Two Way

Error Components Fixed Effect Model.

3. Random Effects Model (REM)

REM muncul ketika antara efek individu dan regresor tidak ada korelasi.

Asumsi ini membuat komponen error dari efek individu dan waktu dimasukkan

ke dalam error.

Untuk one way error component : yit = αi + Xit β + uit+ λi

Untuk two way error component : yit = αi + Xit β + uit+ λi + μt

Terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan untuk menghitung

estimator REM, yaitu between estimator dan Generalized Least Square (GLS).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

18

2.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu

2.7.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai mutiara Indonesia sudah pernah dilakukan

sebelumnya. Pada penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang memengaruhi

permintaan ekspor mutiara Indonesia (Sukmawati, 2011) menggunakan dua

analisis yaitu analisis deskriptif dan kuantitatif. Analisis deskriptif untuk

menggambarkan kondisi perkembangan permintaan ekspor mutiara Indonesia dan

metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi

ekspor mutiara Indonesia. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah menggunakan model regresi berganda dengan metode estimasi Pooled

Least Square (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada taraf nyata

sepuluh persen GDP per kapita negara importir, nilai tukar negara importir, harga

ekspor mutiara ke negara tujuan secara signifikan berpengaruh terhadap

permintaan ekspor mutiara Indonesia, sedangkan populasi negara importir tidak

berpengaruh signifikan pada taraf nyata sepuluh persen terhadap permintaan

ekspor mutiara Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Saptanto (2011) mengenai Daya Saing

Ekspor Produk Perikanan Indonesia di Lingkup ASEAN dan ASEAN-China

menggunakan metode analisis Revealed Comparatif Advantage (RCA). Data yang

digunakan adalah data dari tahun 2000 hingga 2008. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa tingkat ASEAN maupun ASEAN-China, produk Indonesia

yang memiliki daya saing adalah produk dengan kode HS 03 (ikan, udang-

udangan, hewan lunak, invertebrata perairan), HS 710110 (mutiara dari alam yang

belum diolah), HS 710121 (mutiara budidaya yang belum diolah), dan HS 121220

(rumput laut dan alga lainnya). Dari hasil dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa Indonesia masih lemah dalam hal ekspor produk yang memiliki nilai

tambah.

Penelitian yang dilakukan oleh Hafni (2011) mengenai Analisis Daya

Saing dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aliran Ekspor Pisang Indonesia

menggunakan metode Revealed Comparatif Advantage (RCA), Export Product

Dynamic (EPD), dan Intra-Industry Trade (IIT) untuk menganalisis daya saing

komoditi selama periode 2005-2009 dan pendekatan gravity model untuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

19

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi aliran ekspor pisang Indonesia ke

negara tujuan dengan data panel berupa time series tahun 2001-2009 dan cross

section enam negara tujuan ekspor: Jepang, Hongkong, Singapura, Malaysia,

Arab Saudi, dan Amerika Serikat serta menggunakan analisis fixed effect.

2.7.2 Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan mengenai Analisis Daya Saing dan Faktor-

Faktor yang Memengaruhi Permintaan Ekspor Mutiara Indonesia ini mempunyai

beberapa perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. HS yang digunakan

sama sampai dengan level enam digit, perbedaannya dalam penelitian ini HS yang

digunakan tidak dibedakan, yaitu gabungan antara HS710110 (natural pearls) dan

HS710121 (cultured pearls, unworked) dari tahun 1999 hingga 2011. Negara yang

diteliti adalah negara Australia, Hongkong, dan Jepang di mana ketiga negara

tersebut merupakan negara utama tujuan ekspor mutiara Indonesia. Untuk

menganalisis faktor-faktor yang signifikan memengaruhi permintaan ekspor

mutiara Indonesia digunakan analisis gravity model, yaitu dengan memasukkan

jarak ekonomi ke dalam model. Selain itu, untuk menganalisis daya saingnya

digunakan analisis RCA untuk mengukur keunggulan komparatif, sedangkan

analisis EPD digunakan untuk menganalisis keunggulan kompetitifnya.

2.8 Kerangka Pemikiran

Daya saing ekspor mutiara mengalami tren yang berfluktuatif setiap

tahunnya. Selain itu, kualitas ekspor mutiara Indonesia yang diekspor masih bisa

dikatakan rendah. Dibalik kelemahan ini, ternyata mutiara Indonesia sudah

dikenal dan diminati oleh masyarakat luar negeri yang dikenal dengan nama

South Sea Pearl (mutiara laut selatan) dan mutiara ini dijuluki The Queen of

Pearls.

Besarnya tingkat daya saing komoditi mutiara Indonesia diukur

menggunakan Revealed Comparative Advantage (RCA) untuk mengukur

keunggulan komparatifnya. Dapat dilihat apakah daya saing komoditi mutiara

Indonesia memiliki daya saing yang rendah atau tinggi. Apabila daya saingnya

rendah, maka pemerintah harus membuat kebijakan agar meningkatkan daya

saingnya. Tidak hanya itu, selain melihat bagaimana keunggulan komparatif

dengan menggunakan analisis RCA, juga dilakukan analisis untuk melihat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

20

keunggulan kompetitif dengan analisis Export Product Dynamis (EPD). Lalu

Gravity Model untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan

ekspor mutiara Indonesia di pasar Internasional. Hal ini perlu dilakukan melihat

beragamnya karakteristik dari masing-masing negara sehingga dapat berpengaruh

pada perdagangan internasional.

Dari hasil analisis ini diharapkan diperoleh implikasi kebijakan yang

cocok dan bermanfaat bagi pengembangan ekspor komoditi mutiara Indonesia di

pasar internasional. Untuk memperjelas rangkaian analisis yang dilakukan, maka

disajikan dalam bentuk kerangka pemikiran penelitian seperti pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan dengan

luas wilayah perairaannya adalah dua pertiga dari total wilayah

Indonesia

Mutiara sebagai salah satu komoditi potensial sektor

kelautan dan Perikanan

Daya saing mutiara Indonesia Faktor-faktor yang memengaruhi

permintaan ekspor mutiara Indonesia

1. GDP riil negara tujuan ekspor

2. Nilai tukar rii negara tujuan ekspor

3. Nilai ekspor mutiara tahun

sebelumnya

4. Jumlah penduduk pengimpor

5. Jarak Ekonomi

Rekomendasi kebijakan

- Export Product Dynamic

( EPD)

- Revealed Comparative

Advantage (RCA)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional · Selain aplikasi dalam ... Newton dalam bidang ilmu fisika yang menyatakan bahwa ... Kemudian dengan menggunakan persamaan

21

2.10 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. GDP per kapita riil negara importir memiliki pengaruh yang positif

terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia. Hal ini mengindikasikan

bahwa apabila GDP per kapita negara tujuan ekspor meningkat maka akan

semakin meningkatkan daya beli masyarakat.

2. Nilai tukar riil negara importir memiliki pengaruh positif terhadap

permintaan ekspor mutiara Indonesia. Apabila nilai tukar riil negara

importir terapresiasi (nilai tukar riil tinggi) akan menyebabkan volume

permintaan ekspor mutiara Indonesia meningkat.

3. Nilai ekspor mutiara Indonesia ke negara tujuan ekspor tahun sebelumnya

berpengaruh positif terhadap permintaan ekspor mutiara Indonesia.

4. Populasi negara importir memilki pengaruh positif terhadap volume

ekpsor mutiara Indonesia. Semakin besar jumlah populasi negara importir

tersebut akan menyebabkan semakin besar pula volume permintaan ekspor

mutiara Indonesia.

5. Jarak ekonomi berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor produk

mutiara Indonesia.