BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan...
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Prayitno et al., (2013), melakukan analisis Efisiensi Pemasaran Cabai
Merah di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Analisis
yang digunakan adalah metode pangsa produsen, margin dan Rasio Profit Margin
(RPM), korelasi harga, dan elastisitas efisiensi pemasaran cabai merah melalui
model SCP ( Structure, Conduct, and Performance). Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja di Kecamatan Adiluwih. Pengambilan sampel petani dilakukan
menggunakan teknik acak sederhana sebanyak 60 orang responden dari total 246
petani cabai merah di Kecamatan Adiluwih, dan pedagang menggunakan teknik
mengikuti alur pemasaran. Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan bahwa sistem
pemasaran cabai merah di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Provinsi
Lampung sudah efisien dilihat dari pangsa produsen (PS >70%), walaupun
struktur pasar yang terjadi adalah pasar tidak bersaing sempurna (oligopsoni).
Perilaku pasar menunjukkan bahwa harga lebih banyak ditentukan oleh pedagang.
Keragaan pasar menunjukkan terdapat tiga saluran pemasaran dengan penyebaran
margin dan rasio profit margin tidak merata antar lembaga pemasaran, korelasi
harga relatif sedang (r = 0,728), dan nilai elastisitas transmisi harga lebih besar
dari satu (Et>1). Perbedaan penelitian ini terletak pada analisis perilaku pasar,
analisis korelasi harga, elastisitas efisiensi pemasaran. Kesamaan terletak pada
model pendekatan yang menggunakan pendekatan S-C-P dan komoditas yang
diteliti.
Eni Istiyanti (2010), melakukan analisis Efisiensi Pemasaran Cabai Merah
Keriting di Kecamatan Ngepak Kabupaten Sleman. Tujuan untuk mengetahui
8
saluran pemasaran, margin pemasaran, bagian harga yang diterima petani pada
masing-masing saluran pemasaran, dan efisiensi pemasaran cabai merah keriting
di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Analisis menggunakan metode
deskriptif yaitu penelitian memusatkan pada masalah-masalah yang ada dimasa
sekarang (aktual). Pengambilan sampel petani menggunakan metode cluster.
Analisis efisiensi pemasaran dengan membandingkan nilai Indeks Efisiensi
Ekonomis (IEE) dan nilai Indeks Efisiensi Teknis (IET). Berdasarkan penelitian
dapat disimpulkan bahwa saluran I pedagang pengecer menjual cabai merah
keriting ke Pasar Pakem lebih efisien dibandingkan pedagang pengecer.
Perbedaan penelitian ini terletak pada metode pendekatan, metode penentuan
sampel. Kesamaan terletak pada penelitian yang diangkat yaitu saluran
pemasaran, efisiensi pemasaran, margin pemasaran.
Ali et al. (2017), melakukan analisis Efisiensi Pemasaran Kubis di
Kecamatan Gisting Kabupaten Taggamus. Penentuan sampel menggunakan
accidental sampling, teknik penentuan sampel secara kebetulan, yaitu petani
secara kebetulan (accidental) bertemu dengan peneliti. Analisis yang digunakan
adalah metode pendekataan S-C-P (Structure, Conduct, and Performance).
Disimpulkan bahwa struktur pasar dalam sistem pemasaran kubis di Kecamatan
Gisting cenderung menghadapi struktur pasar oligopsonistik di tingkat petani,
tetapi produk homogen dan pelaku pasar bebas masuk keluar pasar. Penentuan
dan pembentukan harga terjadi cukup sederhana di tingkat petani hingga
konsumen akhir, akan tetapi masih merugikan petani sebagai price taker, metode
pembayaran petani bersifat sistem tunda. Producer share menunjukkan angka
yang masih rendah (hanya ≤ 54,49%), margin pemasaran cenderung tinggi
9
(terutama di tingkat pedagang pengecer), RPM tidak merata, terutama di tingkat
pedagang pengumpul dan tengkulak, dan laju perubahan harga di tingkat
konsumen akhir lebih besar dibandingkan dengan laju perubahan harga di tingkat
produsen. Perbedaan penelitian ini terletak pada metode penentuan sampel,
komoditi yang diteliti. Kesamaan penelitian ini terletak pada analisis dan metode
pendekatan yang digunakan.
Putritamara, Fanani, & Utami (2016), melakukan analisis Efisiensi
Pemasaran Telur Ayam Ras di Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. Tujuan
penelitian untuk menentukan pola saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran
telur ayam. Responden petani dipilih sebagai sampel convenience, grosir dan
konsumen yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan
sampel dilakukan dengan snowball sampling dengan kriteria lebih dari lima
tahun. Metode pengumpulan data menggunakan analisis data kuantitatif melalui
perhitungan margin dan nilai share peternak dilakukan pendekatan kualitatif
melalui analisis SCP, maka kualitatif analisis data dengan model persamaan
struktural melalui SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima pola saluran
pemasaran yang terjadi di Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar untuk Grade
AA dan A memiliki 4 pola saluran pemasaran. Perbedaan penelitian ini terletak
pada komoditas, metode pengambilan sampel, tempat penelitian. Kesamaan
penelitian ini terletak pada metode pendekatan S-C-P.
Ridhawardani, Pardian, & Mukti (2017), menggunakan Analisis Efisiensi
Pemasaran Bunga Mawar Potong, di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bandung Barat. Analisis menggunakan desain penelitian kualitatif
dengan teknik studi kasus. Analisis data yang digunakan adalah margin
10
pemasaran, Farmer’s Share, Rasio Keuntungan terhadap Biaya, Indeks Efisiensi
Teknis dan Indeks Efisiensi Ekonomis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat tiga saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran III
(Petani – Pedagang Pengecer – Konsumen) dibandingkan saluran saluran
pemasaran I dan II. Perbedaan penelitian ini pada metode analisis data, komoditas
yang diteliti. Persamaan penelitian ini adalah Farmer Share, margin pemasaran.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Pemasaran Pertanian
Menurut Sudiyono (2001), pemasaran adalah usaha dengan menggunakan
pasar untuk melakukan pertukaran yang bertujuan untuk memenuhi aktivitas
keinginan manusia. Pemasaran melalui komoditi pertanian ataupun komoditi non
pertanian. Pemasaran komoditi non pertanian lebih bersifat distributif, sedangkan
pemasaran komoditi pertanian bersifat konsentratif-distributif yaitu komoditi
pertanian dihasilkan secara terpencar-pencar, berupa bahan mentah yang perlu
pengolahan lebih lanjut dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga menutupi
biaya-biaya yang diperlukan lembaga pemasaran dalam melakukan fungsi-fungsi
pemasaran diperlukan volume pedagang yang besar. Pemasaran pertanian dilihat
dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke
tengkulak, pedagang pengepul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi
yaitu penjualan barang dari pedagang ke agen, pengecer, dan konsumen.
2.2.2 Efisiensi Pemasaran
Menurut Sudiyono (2001), pengukuran efisiensi pemasaran menggunakan
perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat
digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah rasio
11
keduanya. Konsep efisiensi pemasaran sangat luas dan bersifat dinamis. Secara
sederhana konsep efisiensi didekati dengan rasio output-input. Suatu proses
pemasaran dikatakan efisien apabila:
1. Output tetap konstan dicapai dengan input yang lebih sedikit.
2. Output meningkat sedangkan input yang digunakan tetap konstan.
3. Output dan input sama-sama mengalami kenaikan, tetapi laju kenaikan dan
output lebih cepat daripada laju input.
4. Output dan input sama-sama mengalami penurunan, tetapi laju penurunan
output lebih lambat daripada laju penurunan input.
Output pemasaran ini berupa kepuasan konsumen akibat pertambahan
utiliti terhadap output-output pertanian yang dikonsumsi konsumen tersebut.
Tambahan utility terhadap output-output pertanian ditimbulkan karena adanya
fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi penyediaan sarana pemasaran. Penilaian
efisiensi pemasaran dengan menggunakan rasio output-input sulit dilakukan.
2.2.3 Cabai Merah Besar
Cabai adalah salah satu jenis sayuran hortikultura yang memiliki rasa
pedas. Tanaman cabai berasal dari Amerika Tengah dan sudah berabad-abad
lamanya ditanam di Indonesia. Bentuk dan ukurannya sangat bervariasi, mulai
dari bulat, lonjong sampai Panjang. Ukurannya juga beragam, mulai dari kecil
sampai besar. Jenis cabai besar biasanya disebut “bell pepper” atau paprika
(Suyanti, 2007). Cabai merah besar mempunyai banyak varietas. Ada yang
disebut cabai merah (Capsicum annum var. logum), cabai bulat (C. annum var.
abbreviate), paprika (C. annum var. grossum),cabai hijau (C. annum var. annum).
Berdasarkan klasifikasi botaninya, tanaman cabai termasuk dalam:
12
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Sub Class : Metachalamidae
Orda : Tubiflorae
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
Pertumbuhan cabai merah besar dapat dipengaruhi beberapa faktor, seperti
yang diungkapkan Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), jika adanya
perubahan cuaca dengan tingginya curah hujan berdampak serius pada turunnya
produktivitas tanaman cabai besar. Selain menurunkan produktivitas tanaman,
tingginya curah hujan ini juga menimbulkan hama penyakit. Tingginya curah
hujan membuat cuaca menjadi dingin, sehingga memicu munculnya jamur yang
memengaruhi tanaman. Cabai merah besar dapat dilihat dari luas panen, produksi
dan produktivitas Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010-2015 yaitu :
Tabel 1. Data Provinsi Jawa Timur Cabai Merah Besar Tahun 2010-2015
No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Luas Panen 13.894 14.672 14.074 13.467 13.868 14.435
2. Produksi 71.565 73.677 99.670 101.691 111.022 91.134
3. Produktivitas 5,15 5,02 7,08 7,56 8,01 6,31
Sumber Data: Kementrian Pertanian, 2016
Data pada tabel 1, menunjukkan produktivitas cabai merah besar di
Provinsi Jawa Timur cenderung mengalami fluktuasi, produktivitas terendah pada
tahun 2011 yaitu sebesar 5,02 % dengan jumlah produksi sebanyak 73.677 Ton
dan luas lahan sebesar 14.672 Ha. Produktivitas tertinggi pada tahun 2014 yaitu
13
sebesar 8,01% dengan jumlah produksi 111.022 Ton, dan luas lahan sebesar
13.868 Ha. Pada tahun 2015 produktivitas cabai merah besar sebesar 6,31 %
dengan jumlah produksi 91.134 Ton, dan luas lahan sebesar 14.435 Ha.
2.2.3 Struktur Pasar
Menurut Sudiyono (2001), Struktur pasar adalah karakteristik organisasi
pasar. Struktur pasar dapat dilihat sebagai hubungan antara penjual-penjual,
penjual-pembeli, dan pembeli-pembeli serta mudah tidaknya suatu lembaga
pemasaran masuk ke dalam pasar. Ada empat karakteristik pasar yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar, yaitu :
a. Jumlah serta besar penjual dan pembeli
b. Keadaan produk yang diperjual belikan
c. Kemudahan masuk dan keluar pasar
d. Pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi
Karakteristik jumlah penjual dan keadaan komoditi yang di perjual belikan
merupakan karakteristik utama dalam menentukan struktur pasar. Ditinjau dari
segi penjualan, yaitu jumlah penjual dan keadaan komoditi maka struktur pasar
dibedakan menjadi :
1. Pasar persaingan sempurna
Pasar persaingan sempurna adalah pasar bebas. Pasar bebas terdapat banyak
penjual dan pembeli sehingga harga yang terbentuk merupakan hasil akhir
dari interaksi penawaran dan permintaan. Petani tidak dapat mempengaruhi harga
bebas karena pangsa pasar sangat sedikit, petani bersifat sebagai penerima harga.
14
2. Persaingan monopolistik
Persaingan monopolistik yaitu produk yang dihasilkan berbeda corak,
jumlah penjual relatif banyak dan adanya persaingan non harga. Pasar persaingan
monopolistik termasuk pasar persaingan tidak sempurna. Struktur pasar
persaingan monopolistik ini pada keseimbangan pasarnya tidak dapat
digambarkan secara grafik sebab produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan
dalam pasar persaingan monopolistik berbeda dengan produk yang dijual oleh
perusahaan lainnya.
Strategi perusahaan untuk meningkatkan keuntungan dalam pasar
persaingan monopolistik dapat berupa promosi penjualan, menggambarkan
produk unit yang dapat dipatenkan sehingga perusahaan lain tidak dapat
memproduksi produk tersebut. Mencari lokasi yang menguntungkan bagi
perusahaan terutama dikaitkan dengan ketersediaan tenaga kerja, sarana
transportasi dan lokasi pemukiman konsumen, melakukan inovasi-inovasi untuk
menekan biaya produksi dan investasi untuk melakukan diferensiasi produksi.
3. Oligopoli
Karakteristik utama oligopoli adalah beberapa perusahaan yang
menghasilkan produk homogen ataupun berbeda corak, sehingga perilaku
perusahaan satu mempengaruhi reaksi dari perusahaan lainnya. Oligopoli yang
menghasilkan produk homogen terstandarisasi disebut oligopoli murni.
Sedangkan oligopoli yang menghasilkan barang yang berbeda corak disebut
differentiated oligopoli.
15
4. Monopoli
Monopoli yaitu struktur pasar yang terdiri hanya satu perusahaan yang
menjual satu produksi unit, sehingga tidak terdapat perusahaan lain yang mampu
menggantikan produk perusahaan tersebut. Monopoli biasanya dilakukan
pemerintah untuk komoditi dominan, di mana produksi akan mencapai efisien
tinggi pertanian besar pada umumnya diserahkan kepada badan usaha milik
negara atau swasta nasional untuk dikelola dalam struktur pasar yang bersifat
monopolis.
Sifat pasar dapat diketahui melalui pangsa pasar, indeks harfindahl yaitu :
a) Pangsa Pasar
Menurut Sinaga & Dewi (2016), pangsa pasar menunjukkan keuntungan
yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya. Perusahaan mempunyai
pangsa pasar yang berbeda-beda yaitu antara 0 hingga 100% dari total penjualan
seluruh pasar.
b) Indeks Harfindhal
Indeks Herfindahl (HI) merupakan jenis ukuran konsentrasi yang cukup
penting. HI sebagai jumlah pangkat dua pangsa pasar dari seluruh perusahaan.
Nilai HI akan berkisar dari nol hingga satu. Nilai HI akan sama dengan 1/n jika
terdapat agroindustri yang mempunyai ukuran yang sama. Jika HI mendekati nol,
maka akan berarti terdapat sejumlah besar agroindustri dengan ukuran usaha yang
hampir sama dalam industri dan konsentrasi pasar adalah rendah. Agroindustri
bersifat monopoli jika HI sama dengan satu. Semakin tinggi HI, semakin tinggi
distribusi ukuran dari agroindustri (Sinaga & Dewi, 2016).
16
2.2.4 Tingkah Laku Pasar
Menganalisis efisiensi pemasaran menggunakan tingkah laku pasar yaitu
produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran menyesuaikan diri terhadap situasi
penjualan dan pembelian yang terjadi. Terdapat tiga pihak peserta pasar yang
mempunyai kepentingan berbeda. Produsen menghendaki harga yang tinggi, pasar
output secara lokal, menghendaki pilihan beberapa pembeli (tidak terjadi struktur
monopsonis ataupun oligopsonistik), tersedia waktu dan informasi pasar yang
cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran
menghendaki keuntungan maksimal, yaitu selisi margin pemasaran dengan biaya
untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran relatif besar. Konsumen
menghendaki tersedianya produk pertanian sesuai kebutuhan konsumen dengan
harga wajar (Sudiyono, 2001). Beberapa kriteria digunakan untuk menilai tingkah
laku pasar meliputi :
a. tingkah laku pasar tidak wajar, eksklusif, saling mematikan ataukah peserta
pasar menerapkan taktik paksaan.
b. tidak terjadi promosi penjualan yang menyesatkan.
c. persengkongkolan penetapan harga apakah dapat dinyatakan secara terang-
terangan ataukah secara tersembunyi.
d. ada perlindungan terhadap praktik-praktik pemasaran yang tidak efisien.
e. praktik-praktik penetapan harga yang sama untuk kualitas produk yang lebih
baik sehingga merugikan produsen atau harga lebih rendah pada waktu panen
bersamaan.
17
2.2.5 Keragaan Pasar
Menurut Sudiyono (2001), keragaan pasar adalah hasil keputusan akhir
yang diambil dalam hubungan dengan proses tawar menawar dan persaingan
pasar. Keragaan pasar dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh
struktur dan tingkah laku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditi pertanian.
Analisis efisiensi pada keragaan pasar meliputi efisiensi teknis yang diamati dari
indikator saluran pemasaran, biaya pemasaran, margin pemasaran dan distribusi
margin, producer share antar lembaga pemasaran (Dyanasari et al., 2010).
a. Saluran Pemasaran
Menurut Sudiyono (2001), pemasaran merupakan proses aliran barang
yang terjadi dalam pasar, pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai
kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses
pengolahan, guna tempat melalui proses pemasaran. Terdapat lima pendekatan
yang digunakan pada pemasaran yaitu:
1. Pendekatan Komoditi (Commodity Approach)
Pendekatan dengan cara menentukan terlebih dahulu komoditi yang akan
diteliti. Kelebihan utama pedekatan ini terletak pada proses penyederhanaan,
sehingga dengan menitikberatkan hanya pada satu komoditi pertanian saja, maka
kompleksitas situasi pemasaran pertanian dapat disederhanakan dan aliran
komoditi pertanian dapat digambarkan dengan jelas. Pendekatan ini terjadi pada
suatu komoditi pertanian yang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen
akhir.
18
2. Pendekatan Lembaga (Institusional Approach)
Pedekatan dengan cara menentukan lembaga-lembaga pemasaran yang
ikut terlibat dalam proses pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat berupa
tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar dan lain-lain. Lembaga
pemasaran ini penting, sebab lembaga pemasaran inilah yang melakukan proses
pengambilan keputusan dalam proses pemasaran komoditi pertanian.
3. Pendekatan Fungsi (Functional Approach)
Pendekatan fungsi ini menjawab bagaimana sistem pemasaran
diorganisasikan, sehingga dapat meningkatkan guna tempat, guna bentuk, dan guna
waktu komoditi-komoditi pertanian. Pendekatan ini memungkinkan perbaikan serta
meniadakan hambatan-hambatan dalam proses pemasaran. Pendekatan ini
mengharuskan klasifikasi fungsi yang sangat jelas dan tidak menjamin upaya
perbaikan efisiensi sistem pemasaran secara keseluruhan.
4. Pendekatan Teori Ilmu Ekonomi (Economics Theoritical Approach)
Pendekatan yang menelaah permasalahan pertanian dalam teori ekonomi.
Pendekatan ini digunakan konsep penawaran, permintaan, pergeseran penawaran
dan permintaan, jumlah keseimbangan, harga keseimbangan, elastisitas, struktur
pasar persaingan murni, oligopoli atau oligopsoni, monopoli atau monopsoni,
persaingan monopolostik dan monopsonistik.
5. Pendekatan Sistem (System Approach)
Pendekatan sistem dapat diterapkan untuk menganalisis sistem pemasaran
yang sangat sederhana sampai rumit. Persepsi dan orientasi pendekatan sistem
sangat penting untuk menelaah pemasaran yang komplek dan masalah koordinasi
19
pada masing-masing tahapannya dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem
pemasaran secara keseluruhan.
Lembaga pemasaran pada saluran pemasaran yaitu badan usaha atau
individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari
produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha
atau individu lainnya. Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan
konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan
bentuk yang diinginkan konsumen. Lembaga Pemasaran dapat dibedakan atas tiga
unsur jika dilihat dari komoditi yang diperjual belikan yaitu :
1. Lembaga yang tidak memiliki tetapi menguasai benda, yaitu perantara,
makelar (broker, selling broker, dan buying broker).
2. Lembaga yang memiliki serta menguasai komoditi-komoditi pertanian yang
diperjual belikan, yaitu pedagang pegumpul, tengkulak, eksportir dan
importir.
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi
pertanian yang diperjual belikan, yaitu perusahaan penyedia fasilitas
transportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk
pertanian.
Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk
pertanian sangat beragam antara lain:
a) Tengkulak yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan
dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara
tunai, ijon ataupun kontak pembelian.
20
b) Pedagang pengumpul yaitu lembaga pemasaran yang membeli komoditi
pertanian dari tengkulak.
c) Pedagang besar yaitu lembaga pemasaran yang melakukan proses
pengumpulan komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul.
d) Pengecer yaitu lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan
konsumen.
Suatu lembaga pemasaran dapat menjalankan lebih dari satu fungsi
pemasaran, untuk meningkatkan efisiensi pemasaran semaksimal mungkin
lembaga-lembaga pemasaran melakukan koordinasi pelaksanaan fungsi-fungsi
pemasaran. Terdapat tiga tipe fungsi pemasaran yaitu:
1) Fungsi Pertukaran
Pemasaran produk-produk pertanian meliputi kegiatan yang meyangkut
pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari
fungsi penjualan dan pembelian. Lembaga pemasaran yang melakukan proses
penjualan biasanya melibatkan makelar penjualan (selling broker), sedangkan
lembaga pemasaran yang melakukan makelar pembelian (buying broker).
2) Fungsi Fisik
Fungsi fisik meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan
terhadap komoditi pertanian, sehingga komoditi-komoditi pertanian tersebut
mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu, fungsi fisik meliputi
pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan meliputi perencanaan,
pemilihan dan pergerakan alat-alat transportasi dalam pemasaran produk
pertanian. Fungsi penyimpanan diperlukan karena produksi komoditi pertanian
21
bersifat musiman, dengan pola konsumsi bersifat relatif tetap dari waktu ke
waktu.
3) Fungsi Penyediaan Fasilitas
Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem
pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan
harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisai, penggunaan risiko,
informasi harga dan penyediaan dana.
b. Margin Pemasaran
Menurut Hanafie (2010), margin pemasaran (marketing margin) adalah
harga yang dibayar oleh konsumen dikurangi harga yang diterima oleh produsen.
Tinggi rendahnya margin pemasaran dipakai untuk mengukur efisiensi sistem
pemasaran (tergantung fungsi pemasaran yang dijalankan). Semakin besar margin
pemasaran maka semakin tidak efisien sistem pemasaran tersebut. Tingkat harga
yang dibayarkan oleh konsumen dan akan diterima oleh produsen tergantung pada
bentuk dan strukstur pasar yang berlaku, baik pasar bersaing (penjual dan
pembeli), pasar monopsoni (pembeli tunggal), pasar oligopsoni (pembeli sedikit),
pasar monopoli (penjual tunggal), maupun pasar oligopoli (penjual sedikit).
Panjangnya rantai pemasaran akan menimbulkan pemasaran yang kurang efisien.
Margin pemasaran menjadi tinggi akibat bagian yang diterima petani produsen
menjadi kecil.
c. RPM
Penyebaran margin pemasaran dapat dilihat berdasarkan presentase
keuntungan terhadap biaya pemasaran (Ratio Profit Margin) pada masing masing
lembaga pemasaran. Nilai RPM yang relatif menyebar merata pada berbagai tingkat
22
lembaga perantara pemasaran merupakan cerminan dari sistem pemasaran
yang efisien. Selisis RPM antara lembaga perantara pemasaran sama dengan nol,
maka sistem pemasaran tersebut efisien, dan jika selisih RPM antara lembaga
perantara pemasaran tidak sama dengan nol, maka sistem pemasaran tidak efisien
(Azzaino, 1983).
d. Distribusi Margin
Menurut Sudiyono (2001), margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya
untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga
pemasaran. Alokasi margin pemasaran ke dalam biaya-biaya untuk melakukan
fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan. Lembaga-lembaga pemasaran ini
membentuk distribusi margin pemasaran. Pemahaman mengenai distribusi margin
pemasaran menjadi penting, sebab kegiatan produksi, pemasaran dan konsumsi
sangat terkait satu sama lain.
e. Produce Share
Analisis producer share digunakan untuk mengetahui bagian harga yang
diterima petani dari harga oleh konsumen akhir. Semakin tinggi pangsa produsen,
maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen (petani) (Ali et al., 2017).
Producer share mempunyai hubungan yang negatif dengan margin tataniaga,
karena apabila margin tataniaganya semakin tinggi akan mengakibatkan producer
share semakin kecil, dan sebaliknya. Producer share mempunyai nilai yang
relatif lebih rendah jika harga di tingkat konsumen akhir relatif tinggi jika
dibandingkan dengan harga yang diterima oleh petani, sebaliknya producer share
mempunyai nilai yang relatif lebih tinggi.
23
2.3 Kerangka Pemikiran
Efisiensi pemasaran adalah salah satu aspek yang diharapkan dapat
berlangsung maksimal pada saat proses pemasaran pertanian itu terjadi, adanya
pemasaran yang efisien maka dapat memperpendek saluran pemasaran dari petani
hingga konsumen akhir, karena tujuan seorang petani dalam bercocok tanam
adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal. Petani harus melewati proses
pemasaran pada komoditas yang akan dipasarkannya. Saluran pemasaran yang
menentukan efisien atau tidak efisien dengan melihat Panjang pendeknya saluran
pemasaran tersebut. Lembaga pemasaran juga mengeluarkan sejumlah biaya serta
mengambil keuntungan dalam proses pemasaran tersebut. Pemasaran cabai merah
besar yang terletak di Kecamatan Dau Kabupaten Malang melibatkan beberapa
faktor yaitu struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar untuk menentukan
tingkat harga cabai merah besar. Secara sistematis kerangka pemikiran tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut:
24
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penilitian
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan tujuan dan kerangka pemikiran peneliti maka diperoleh
hipotesis yaitu diduga pemasaran pada cabai merah besar di Kecamatan Dau
Kabupaten Malang belum efisien.
Cabai Merah Besar
Perilaku Pasar Struktur Pasar Keragaan Pasar
a) Lembaga
pemasaran yang
terlibat
b) Sifat Produk
c) Hambatan keluar
masuk pasar
a) Proses pembentukan
harga
b) Sistem pembayaran
a) Saluran
pemasaran
b) Margin
pemasaran
c) RPM
d) Distribusi
Margin
e) Producer share
Efisien / Tidak Efisien
Performa yang baik