BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi dan Media ...repository.ump.ac.id/5971/3/BAB II.pdfAda dua...
-
Upload
truongkhue -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi dan Media ...repository.ump.ac.id/5971/3/BAB II.pdfAda dua...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi dan Media Pemeliharaan
2.1.1. Morfologi Belut Sawah
Ada dua jenis belut yang umum dikenal di Indonesia, yaitu belut sawah
(Monopterus albus Zuieuw) dan belut rawa (Synbranchus bengalensis). Belut
merupakan binatang melata yang termasuk bangsa ikan dan bukan sejenis ular
(Sundoro, 2003). Belut merupakan hewan air yang tidak bersirip, bentuk
badannya bulat memanjang dan berlendir banyak sehingga sulit di tangkap. Belut
sawah memiliki mata kecil dan sipit, bermulut kecil seperti lipatan kulit, serta
bergigi halus dan runcing. Belut berjalan dengan mengesotkan badan serasa
berlenggok-lenggok dengan cepat.
Menurut Saanin (1968, 1984), klasifikasi belut sawah adalah sebagai
berikut:
Phylum : Chordata
Classis : Pisces
Subclassis : Teleostei
Ordo : Synbranchoidea
Familia : Synbranchidae
Genus : Monopterus
Species : Monopterus albus Zuieuw
6
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
7
Belut sawah (Monopterus albus Zuieuw) tergolong dalam famili
Synbranchidae yaitu ikan-ikan yang tidak mempunyai sirip atau rongga untuk
bergerak. Tubuhnya panjang mirip ular, tetapi belut tidak memiliki sisik, kulitnya
licin mengeluarkan lendir. Belut mampu hidup di lumpur dan di air keruh.
Kemampuan ini didapat karena belut memiliki alat pernapasan tambahan berupa
kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulutnya. Alat ini berfungsi
menghirup oksigen langsung dari udara. Sementara itu, insangnya mengisap
oksigen dari dalam air. Kebiasaan menghirup langsung dari udara tampak ketika
belut menyembul dari liang tempat tinggalnya (Sundoro, 2003).
Belut sawah (Monopterus albus Zuieuw) dapat di temukan di daerah
tropis seperti India, China bagian utara, Malaysia, dan Indonesia. Belut dapat
hidup di kolam yang berlumpur, rawa-rawa, kanal, dan persawahan.
2.1.2. Media Pemeliharaan Belut Sawah
Menurut Sundoro (2003), pemilihan lokasi sebaiknya diawali dengan
melakukan survai lokasi. Setelah lokasi dirasa cocok, barulah di bangun kolam
pembudidayaan. Lokasi yang cocok untuk budidaya belut adalah lokasi yang
dekat dengan sumber air. Kolam pembesaran harus di beri media pemeliharaan.
Media ini merupakan tempat hidup belut, yang tersusun dari campuran tanah
sawah ataupun lumpur kolam yang sudah dikeringkan, pupuk kandang, pupuk
kompas (sekam/gabah padi/daun-daun yang sudah dibusukan), jerami padi,
cincangan batang pisang, serta pupuk urea, dan NPK (Warisno, 2010).
Walaupun demikian, belut juga bisa hidup di air bening tanpa adanya
lumpur. Hal ini memungkinkan belut untuk hidup di air bening, tetapi
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
8
lingkungannya harus dikondisikan dalam suasana yang nyaman dan merasa
terlindungi serta selalu terpenuhi kebutuhan nutrisinya. Selain itu, bisa dilakukan
dengan menjaga suhu dan derajat keasaman air selalu sesuai dengan yang
dibutuhkan belut. Untuk mengurangi intensitas cahaya terutama di siang hari
dapat menggunakan pelepah pisang, dan eceng gondok agar menciptakan rasa
nyaman bagi belut. Hal inilah yang mendasari pemikiran untuk membudidayakan
belut di air bening atau tanpa ada unsur lumpur di dalam medianya (Junariyata,
2012).
Menurut Sarwono (2011), sebelum pembesaran belut terlebih dahulu di
aklimatisasi selama kurang lebih 2 minggu, yakni dengan cara menempatkan bibit
belut di media air berlumpur. Selanjutnya, sedikit demi sedikit media diubah
komposisinya sehingga semakin lama semakin bening dan pada akhirnya media
menjadi air bening secara keseluruhan. Setelah kurang lebih 2 minggu di media
karantina dan bibit belut sudah terbiasa hidup di air bening tanpa lumpur, hal yang
perlu dilakukan adalah menyiapkan media pemeliharaan berupa air bersih. Hal ini
karena kualitas air sangat menentukan kehidupan belut hingga masa pemanenan.
Untuk mengetahui kualitas air dalam kondisi baik, dapat dilihat dari warnanya
yang jernih (bening) dan tidak berbau. Air bersih tersebut bisa didapatkan dari air
sumur atau sumber air lainnya.
Menurut Junariyata (2012) wadah yang akan disiapkan sebagai tempat
pembesaran sebaiknya tidak langsung di isi penuh dengan air, tetapi cukup di isi
kira-kira setinggi satu telapak tangan terlebih dahulu, kemudian baru ditambah
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
9
lagi setelah bibit belut dimasukkan (kurang lebih 5 cm dari tinggi tumpukan
belut).
2.2. Morfologi Keong Mas
Keong mas (Pomacea canaliculata) adalah siput sawah dengan warna
cangkang keemasan yang dianggap sebagai salah satu hama dalam produksi padi.
Keong mas disebut hama karena dapat merusak langsung terhadap batang padi.
Keong mas dapat merusak padi muda, sedangkan padi tua tidak dirusak. Keong
mas merusak tanaman padi pada waktu mulai berkecambah sampai umur 30-35
hari, dengan tingkat kerusakan dapat mencapai 100% (Susanto, 1995). Keong mas
memiliki karakteristik khusus yang dapat digunakan untuk membedakan dengan
keong-keong jenis lain yang hidup pada habitat yang sama. Keong mas dewasa
memiliki cangkang berwarna coklat dan daging berwarna putih krem hingga
kemerah-merahan. Ukuran tubuhnya bervariasi dan tergantung pada ketersediaan
makanan. Makanan keong mas umumnya berupa tanaman yang masih muda dan
lunak, misalnya bibit padi, sayuran, dan eceng gondok (Departemen Pertanian,
2001).
Klasifikasi keong mas menurut Cowre (2006) adalah sebagai berikut:
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Familia : Ampullaridae
Genus : Pomacea
Species : Pomacea canaliculata.
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
10
Keong mas di Indonesia dapat ditemukan di pulau Jawa, Sumatra,
Sulawesi, Kalimantan, Bali, Lombok, dan Irian Jaya. Keong mas senang hidup
terutama di daerah persawahan, kolam, maupun perairan umum seperti rawa,
sungai, dan saluran air (Departemen Pertanian, 2001).
2.3. Morfologi Cacing Tanah
Cacing tanah (Pheretima sp.) merupakan hewan tingkat rendah karena
tidak memiliki tulang belakang atau avertebrata (Simanjuntak dan Waluyo, 1982).
Hewan ini digolongkan kedalam filum Annelida karena seluruh tubuhnya tersusun
atas beberapa segmen (ruas) yang berbentuk seperti cincin. Pada setiap segmen
tubuhnya terdapat rambut yang keras dan berukuran pendek yang disebut chaeta
(seta). Jumlah segmen dan seta ini menjadi tanda pada masing-masing jenis
cacing (Khairuman dan Amri, 2009).
Cacing tanah banyak ditemukan di Indonesia dan seing dikenal dengan
sebutan cacing kalung, cacing merah, dan cacing koot yang termasuk dalam genus
Pheretima. Cacing tanah merupakan hewan asli dari Asia Tenggara yang
mengembara ke daerah tropik, subtropik, bahkan sampai ke daerah beriklim
sedang (Simanjuntak dan Waluyo, 1982).
Klasifikasi cacing tanah (Pheretima sp.) menurut Catalan (1981):
Phylum : Annelida
Classis : Chaetopoda
Ordo : Oligochaeta
Familia : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
11
Species : Pheretima sp.
Menurut Khairuman dan Amri (2009), cacing tanah (Pheretima sp.)
mempunyai kadar protein yang sangat tinggi yaitu mencapai 50-78% dari bobot
kering, dihitung dari jumlah nitrogen di dalamnya. Persentase ini lebih tinggi
daripada protein yang terdapat dalam daging ternak seperti sapi, kerbau, dan
kambing yang hanya sebesar 60%, ataupun telur, ikan, dan kacang kedelai yang
hanya sebeser 45%.
Cacing tanah sangat sensitif terhadap panas dan akan mati jika
dimasukkan ke dalam air hangat atau panas. Cacing tanah tidak memiliki hidung,
sehingga oksigen yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di ambil
melalui kulit. Anus terdapat pada ujung posterior (Simanjuntak dan Waluyo,
1982).
Menurut Budiarti dan Palungkung (1992), untuk membedakan cacing
tanah jenis Pheretima dengan jenis cacing tanah lainnya dapat dilakukan dengan
dua cara identifikasi. Secara mikroskopis yaitu dengan memperhatikan letak
klitelum (penebalan pada kulit dan warna yang berbeda dari tubuhnya, biasanya
lebih pucat), letak seta, banyaknya seta, dan segmen, serta dapat dilihat dari
bentuk tubuhnya. Cacing tanah jenis Pheretima, segmennya bisa mencapai 95
sampai 150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14 sampai 16. Tubuhnya
berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Beberapa cacing
tanah yang termasuk jenis ini antara lain cacing kalung, cacing merah, dan cacing
koot.
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
12
2.4. Kebutuhan Nutrisi Ikan
Kebutuhan nutrisi ikan di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis,
ukuran, dan aktifitas ikan, serta faktor lingkungan seperti suhu dan kadar oksigen
terlarut (Djadjasewaka, 1990). Umumnya terdapat 6 macam nutrien utama untuk
pakan ikan yaitu protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan air. Mineral
dan air digunakan sebagai bahan-bahan struktural. Karbohidrat, lemak, dan
protein digunakan sebagai sumber energi, sedangkan mineral dan vitamin yang
larut dalam air berfungsi sebagai ko-enzim pada sistem biokimia (Suhartono,
1985).
Vitamin adalah senyawa organik yang sangat penting peranannya dalam
kehidupan ikan. Walaupun tidak merupakan sumber tenaga, tetapi vitamin
dibutuhkan sebagai katalisator (pemacu) terjadinya proses metabolisme di dalam
tubuh. Jumlah yang dibutuhkan hanya sedikit, tapi bila kekurangan dapat
mengakibatkan gangguan dan penyakit. Secara umum kita dapat membedakan
vitamin-vitamin dalam dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam lemak
(vitamin A, D, E, dan K) dan vitamin yang larut dalam air (vitamin kompleks B
dan vitamin C). Fungsi vitamin bagi ikan untuk pertumbuhan normal
pemeliharaan kesehatan, dan reproduksi (Mujiman, 1999).
Mineral adalah bahan anorganik yang dibutuhkan oleh ikan untuk
pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisme, dan mempertahankan
keseimbangan osmosis dan ketegangan sel. Makanan alami biasanya telah cukup
mengandung mineral, sehingga tidak mengakibatkan gangguan dan penyakit.
Adapun mineral yang dibutuhkan dalam mempertahankan proses metabolisme
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
13
adalah Natrium (Na), Kapur (Ca), dan Klor (Kl), sedangkan untuk proses
asmoregulasi diperlukan juga mineral seperti Boron (Bo), Alumunium (Al), Seng
(Zn), dan Arsen (As).
Protein (zat putih telur) sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk
menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan. Bagi ikan, protein merupakan
sumber tenaga yang paling utama. Pada umumnya ikan membutuhkan protein
lebih banyak dari pada hewan-hewan ternak di darat (unggas dan hewan
menyusui). Selain itu, jenis dan umur ikan juga berpengaruh terhadap jumlah
kebutuhan protein. Seperti halnya belut atau bisa dikatakan ikan pemakan daging
(karnivora) membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan pemakan
tumbuh-tumbuhan (herbivora). Ikan membutuhkan makanan yang kadar
proteinnya berkisar antara 20-60%, sedangkan kadar yang optimum berkisar
antara 30-36%. Apabila protein dalam makanan kurang dari 6% (berat basah),
maka ikannya tidak dapat tumbuh. Dengan sendirinya jumlah kebutuhan tersebut
dipengaruhi oleh mutu proteinnya, sedangkan mutu protein tersebut dipengaruhi
oleh kandungan asam aminonya (Mudjiman, 1999).
Air merupakan media kehidupan ikan, kandungan air dalam pakan ikan
berkisar antara 70%-90% berat basah, tanpa menghiraukan kandungan bahan-
bahan kerasnya (misalnya cangkang, tulang, duri, dan lain-lain) (Mudjiman,
1999).
2.5. Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan salah satu bahan pembuatan pakan ikan terutama
dalam bentuk pelet. Untuk menunjang pertumbuhan ikan, maka dalam pakan ikan
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
14
harus tersedia kandungan zat-zat gizi terutama protein dan sumber energi lainnya
(Watanabe et al., 2001).
Tepung ikan biasa digunakan sebagai sumber protein hewani pada pelet.
Protein merupakan sumber energi utama bagi ikan. Selain digunakan sebagai
komponen pakan ikan, tepung ikan juga digunakan sebagai komponen pakan bagi
ternak. Tepung ikan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan biskuit
(Priyono, 2009).
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membuat tepung ikan
dari ikan segar. Cara yang paling sederhana yaitu dilakukan penjemuran dibawah
sinar matahari. Metode ini di beberapa wilayah masih digunakan dengan kualitas
produknya yang lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan teknik modern.
Sebagian besar proses pembuatan tepung ikan melalui tahap pemanasan,
pengepresan, pengeringan, dan penggilingan menggunakan mesin yang telah
dirancang sebelumnya. Meskipun prosesnya sederhana, akan tetapi pada
prinsipnya membutuhkan keterampilan dan pengalaman khusus untuk
menghasilkan produk tepung ikan dengan mutu tinggi (Priyono, 2009).
2.6. Pakan Ikan
Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan.
Komponen biaya pakan mencapai 60-80% dari biaya produksi. Jika dalam
pemakaian pakan selalu mengandalkan pakan buatan pabrik, dapat mengurangi
keuntungan pembudidayaan ikan bahkan merupakan kerugian karena harga pakan
buatan pabrik selalu mengalami kenaikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
15
membuat pakan ikan sendiri. Dengan memanfaatkan bahan baku dari alam yaitu
keong mas dan cacing tanah akan dapat mengurangi biaya pakan.
Berdasarkan macam makanan ikan dapat dibedakan menjadi 5 macam
golongan, yaitu: (1) pemakan tumbuh-tumbuhan (herbivora atau vegetaris), (2)
pemakan daging (karnivora), (3) pemakan segala atau campuran (omnivora), (4)
pemakan plankton, dan (5) pemakan detrikus (hancuran bahan organik)
(Mudjiman, 1999). Selain itu jenis pakan alami ikan yang berasal dari golongan
hewan adalah berupa organisme invertebrata dan vertebrata. Organisme yang
tergolong invertebrata anatara lain adalah copepoda, cladocera, larva insekta air,
sedangkan yang tergolong vertebrata adalah anak ikan, kecebong, dan hewan dari
daratan (Halver, 1972). Menurut Wirosaputro (1997) dari percobaannya tentang
budidaya belut dalam bak mendapatkan bahwa jenis pakan alami yang tersedia
adalah Basillariophyceae, Chlorophyceae, Chrysophyceae, Xanthophyceae, dan
Cilliata.
Di alam, belut merupakan pemakan detritus yang berasal dari
pembusukan bahan-bahan organik, kotoran hewan, dan cacing. Belut termasuk
hewan yang aktif mencari makan pada malam hari. Belut sawah membuat lubang
untuk berlindung dan bersembunyi serta mencari makan. Belut pada dasarnya
bersifat karnivora. Pada saat masih kecil, belut memangsa jenis renik
(zooplankton dan zoobentos), larva-larva serangga, cacing-cacingan, siput, berudu
katak, dan benih-benih ikan yang masih lemah (Muljana, 2001).
Peningkatan produksi perikanan dapat dilakukan dengan pemberian
pakan tambahan, sedangkan tingginya produksi yang dicapai tergantung pada
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
16
beberapa faktor, antara lain kualitas dan kuantitas pakan. Produksi ikan dapat
meningkat tiga kali lipat jika diberikan pakan buatan. Pakan minimal harus
mengandung protein, karbohidrat, dan lemak, tetapi ikan cenderung
membutuhkan protein sebagai sumber energi utama untuk metabolismenya
(Asmawi, 1983). Untuk mengatasi permasalahan tingginya biaya produksi dalam
budidaya ikan terutama pakan dilakukan dengan menggunakan bahan baku pakan
yang murah dan mudah didapatkan, salah satunya adalah keong mas dan cacing
tanah yang masih banyak terdapat di alam.
2.7. Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan parameter penting dalam budidaya ikan
terutama ikan yang bernilai ekonomis tinggi, karena pertumbuhan akan
menentukan besarnya produksi. Pertumbuhan ikan adalah perubahan ukuran baik
berat, panjang maupun volume tubuh dalam interval waktu tertentu dan setiap
spesies mempunyai ciri-ciri yang berlainan. Bentuk tubuh ikan dari satu spesies
dengan spesies lain pada umumnya berbeda dan pertumbuhannya lebih variabel
dan fleksibel dibanding dengan hewan lain. Menurut Effendi (1979), pertumbuhan
didefinisikan sebagai suatu ukuran, dapat berupa panjang atau berat dalam kurun
waktu tertentu.
Pertumbuhan terjadi bila energi makanan yang di makan ikan lebih
banyak dari pada yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuh dan untuk mengganti
sel-sel yang rusak (Djadjasewaka, 1990). Menurut Effendi (1979) terdapat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya jumlah dan ukuran makanan yang
tersedia, faktor kualitas air, umur, dan ukuran ikan serta kematangan gonad.
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
17
Pertumbuhan mempunyai bentuk yang berbeda dari suatu spesies ke
spesies lain. Brown (1980) mengatakan bahwa pertumbuhan bobot ikan hanya
terjadi bila makanan yang dikonsumsi lebih banyak dari kebutuhan dasar untuk
metabolisme basal dan penyediaan energi untuk menunjang aktivitasnya,
misalnya untuk keseimbangan metabolisme yang rutin. Pakan yang dikonsumsi
digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan menggantikan alat-alat tubuh yang
rusak. Setelah itu kelebihan pakan yang masih tersisa digunakan untuk
pertumbuhan (Asmawi, 1983). Seperti halnya organisme lain, ikan maupun belut
memerlukan zat makanan seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Protein merupakan zat
utama yang mempengaruhi pertumbuhan (Khairuman, 2002).
2.8. Efisiensi Pakan
Efisiensi pakan merupakan pengukuran yang digunakan untuk
mengetahui besarnya kenaikan berat basah tubuh ikan dengan pakan yang
dikonsumsi sebanyak satu gram. Nilai efisiensi pakan digunakan sebagai indikator
untuk menentukan efektivitas pakan yang dikonsumsi oleh ikan (Zonneveld et al.,
1991).
Efisiensi pakan menggambarkan pertambahan berat basah per jumlah
pakan yang dikonsumsi (Watanabe et al., 2001). Jika efisiensi pakan rendah maka
laju pertumbuhan ikan akan rendah pula. Efisiensi pakan untuk pertumbuhan
dipengaruhi oleh daya cerna pakan, jenis, dan jumlah pakan yang dikonsumsi
serta laju pencernaan dan penyerapan zat makanan dan frekuensi pemberian pakan
(Mudiyanto et al., 1996). Kemampuan pemanfaatan pakan oleh ikan disebabkan
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
18
intensifikasi pemanfaatan energi oleh ikan. Kemampuan peningkatan efisiensi
pakan pada ikan berarti bahwa pakan yang diberikan digunakan dengan baik
dalam tubuh ikan. Semakin besar nilai efisiensi pakan maka semakin bagus
kualitas pakan tersebut.
2.9. Sintasan
Sintasan merupakan indikator untuk menghitung tingkat kehidupan
hewan peliharaan dari sekian populasi dalam waktu tertentu. Faktor yang
mempengaruhi sintasan ikan adalah kondisi lingkungan yang baru, stress, dan
adanya bibit penyakit yang timbul, sedangkan faktor dari dalam tubuh ikan adalah
kemampuan ikan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan umur ikan
(Zonneveld et al., 1991).
Salah satu kendala dalam budidaya ikan adalah tingginya tingkat
mortalitas. Faktor dari dalam tubuh ikan dapat mempengaruhi mortalitas yaitu
kemampuan ikan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan umur ikan
(Zonneveld et al., 1991).
2.10. Kualitas Air
Kualitas perairan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap
pertumbuhan makhluk hidup di air. Untuk dapat menjadi lingkungan yang baik
bagi hewan dan tumbuhan air harus memenuhi persyaratan tertentu antara lain;
mengandung oksigen terlarut yang layak untuk kehidupan organisme, suhu yang
optimum, dan bebas dari bahan buangan yang dapat menurunkan kualitas
perairan. Air untuk kehidupan ikan dipengaruhi beberapa aspek fisik, kimia dan
biologi (Asmawi, 1983).
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013
19
Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu keruh
dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun. Pada prinsipnya kondisi perairan adalah
air yang harus bersih dan kaya akan oksigen terutama untuk benih yang masih
kecil yaitu ukuran 1-2 cm, sedangkan untuk perkembangan belut dewasa tidak
memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang bersih (Wardoyo, 1978).
Pada dasarnya belut mengeluarkan ledir untuk menjaga agar tubuhnya
tetap licin sehingga dapat membantu gerak belut dan menjadi sarana melepaskan
diri dari musuh-musuhnya. Namun, dalam pemeliharaannya lendir belut yang
terus-menerus dikeluarkan dalam jumlah banyak akan mempengaruhi kualitas air,
terutama akan meningkatkan derajat keasaman atau pH air. Untuk itu, kualitas air
menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Walaupun tidak ada persyaratan
khusus, tetapi idealnya air yang digunakan sebagai media pembesaran belut tanpa
lumpur harus jernih, memiliki suhu antara 25-28 0C, tidak mengandung bahan
kimia berbahaya, serta kandungan pH-nya tidak lebih dari 7. Bila pH air melebihi
7, belut bisa mengalami keracunan, bahkan bisa menyebabkan kematian
(Junariyata, 2012).
Sebagai parameter untuk pemeliharaan atau budidaya ikan air tawar
adalah karakteristik sifat fisika dan kimia air. Karakteristik fisika dan kimia air ini
sangat mendasar dan sangat berpengaruh pada ikan. Adapun karakteristik tersebut
meliputi derajat keasaman (pH), kekerasan (dH), salinitas, karbondioksida (CO2)
terlarut, oksigen terlarut (O2), kandungan nitrogen, gas lain, material biologi, dan
partikel organik atau material tersuspensi (Wardoyo, 1981).
Pengaruh Pemberian Kombinasi..., Eka Agustiyani, FKIP, UMP, 2013