BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan...

31
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Menurut Mangkunegara (2008:162) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu: 1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya. b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak. c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya. 2. Pengaturan Udara a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak). b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. 3. Pengaturan Penerangan a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang. 4. Pemakaian Peralatan Kerja a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

2.1.1 Pengertian Keselamatan Kerja

Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang

dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar,

keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Menurut

Mangkunegara (2008:162) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,

yaitu:

1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang

diperhitungkan keamanannya.

b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

2. Pengaturan Udara

a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,

berdebu, dan berbau tidak enak).

b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

3. Pengaturan Penerangan

a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

4. Pemakaian Peralatan Kerja

a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

Universitas Sumatera Utara

12

b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.

5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a. Stamina pegawai yang tidak stabil.

b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara

berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,

sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan

dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa

risiko bahaya.

Pendapat Dessler (2007:278) tidak jauh berbeda, kondisi tidak aman

merupakanalasan utama dari kecelakaan. Termasuk faktor-faktor seperti:

a. Peralatan yang tidak terjaga dengan baik.

b. Peralatan rusak.

c. Prosedur yang berbahaya di dalam, pada, atau di sekitar mesin atau peralatan.

d. Penyimpanan yang tidak aman-kepadatan dan kelebihan beban.

e. Penerangan yang tidak tepat-cahaya yang menyorot, tidak cukup penerangan

f. Ventilasi yang tidak baik-pertukaran udara yang tidak cukup, sumber udara

yang tidak murni.

Menurut Fathoni (2003:170) pencegahan yang harus dilakukan untuk

menghindari kecelakaaan antara lain mencakup tindakan:

a. Memperhatikan faktor-faktor keselamatan kerja.

b. Melakukan pengawasan yang teratur.

c. Melakukan tindakan koreksi terhadap kejadian, dan

Universitas Sumatera Utara

13

d. Melaksanakan program diklat keselamatan kerja dan menghindari cara

kecelakaan dan menghadapi kemungkinan timbulnya kecelakaan.

Menurut Mangkunegara (2009:160) keselamatan dan kesehatan kerja

adalah kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian

ditempat kerja. Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari lingkungan

kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik yang terpotong,

luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan

pendengaran.

Keselamatan kerja menurut Mondy (2009:360) adalah perlindungan

karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan

pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja

yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka

memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran.

Keselamatan kerja menurut Sugeng dalam Lambrie (2010:235) diartikan

sebagai “Bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan

yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja.” Sedangkan menurut

(Swasto, 2011:107) mengemukakan bahwa ”Keselamatan kerja menyangkut

segenap proses perlindungan tenaga kerja terhadap kemungkinan adanya bahaya

yang timbul dalam lingkungan pekerjaan.”

2.1.2 Pengertian Kesehatan Kerja

Menurut Meily (2010:72), “Kesehatan kerja adalah upaya

mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan

kesejahteraan sosial semua pekerja yang setinggi-tingginya.” Mencegah gangguan

Universitas Sumatera Utara

14

kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, melindungi pekerja dari faktor

risiko pekerjaan yang merugikan kesehatan, penempatan pemeliharaan pekerja

dalam lingkungan kerja disesuaikan dengan kapabilitas fisiologi, psikologinya,

dan disimpulkan sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia

kepada pekerjaannya. . Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang

bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh

lingkungan kerja (Mangkunegara, 2009:161). Resiko kesehatan merupakan factor-

faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang

ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress, emosi atau gangguan fisik.

Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna

ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan.

b. Mencengah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, sertakeserasian lingkungan kerja.

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang kompleks, yang saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Banyak

faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan

masyarakat, antara lain: keturunan, lingkungapn, perilaku, dan pelayanan

kesehatan. Keempat faktor tersebut saling berpengaruh satu sama lainnya,

bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang

optimal, maka status kesehatan akan tercapai dengan baik Sedangkan menurut

Swasto (2011:110) mengemukakan bahwa “Kesehatan kerja menyangkut

Universitas Sumatera Utara

15

kesehatan fisik dan mental.” Kesehatan mencakup seluruh aspek kehidupan

manusia termasuk lingkungan kerja.

Swasto (2011:110) juga mengemukakan bahwa ada beberapa faktor-faktor

yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain :

1. Kondisi Lingkungan Tempat Kerja

Kondisi ini meliputi :

a. Kondisi fisik

Berupa penerangan, suhu udara, ventilasi ruangan tempat kerja, tingkat

kebisingan, getaran mekanis, radiasi dan tekanan udara.

b. Kondisi fisiologis

Kondisi ini dapat dilihat dari konstruksi mesin/peralatan, sikap badan dan cara

kerja dalam melakukan pekerjaan, hal-hal yang dapat menimbulkan kelelahan

fisik dan bahkan dapat mengakibatkan perubahan fisik tubuh karyawan.

c. Kondisi khemis

Kondisi yang dapat dilihat dan uap gas, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda

padat.

2. Mental Psikologis

Kondisi ini meliputi hubungan kerja dalam kelompok/teman sekerja, hubungan

kerja antara bawahan dengan atasan dan sebaliknya, suasana kerja, dan lain-lain.

Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap karyawan ini

bertujuan agar tidak terjadi kecelakaan ditempat kerja atau paling tidak

mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja,sehingga proses produksi dapat

berjalan dengan semestinya. Mangkuprawira (2009:75) menyatakan bahwa

Universitas Sumatera Utara

16

kesehatan dan keselamatan kerja, merupakan suatu upaya untuk menekan atau

mengurangi risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakikatnya

tidak dapat dipisahkan antara keselamatan dan kesehatan.

Perhatian pada kesehatan karyawan dapat mengurangi terjadinya

kecelakaan dalam melaksanakan pekerjaannya, jadi antara kesehatan dan

keselamatan kerja bertalian dan dapat mencegah terjadinya kecelakaan di tempat

kerja. Yuli (2005:135) Keselamatan dan kesehatan kerja, adalah suatu sistem

program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan

(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam

lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan

kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dan tindakan antisipatif bila

terjadi hal yang demikian.Sedangkan Malthis dan Jackson (2002:245) menyatakan

bahwa Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan

fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah

merujuk pada kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri,

karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang-

undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik.

Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang

mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial.

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan

secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga

kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas

Universitas Sumatera Utara

17

keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas

keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan

atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh

pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja.

Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundang-

undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni

(2005:133) adalah:

a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis

berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh

Menteri Tenaga Kerja.

b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian

khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri

Tenaga Kerja.

2.1.3 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pengertian program keselamatan kerja menurut Mangkunegara (2002:161)

Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari

penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja adalah

keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan.

Berdasarkan Undang-Undang No.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat

keselamatan kerja yang menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

Universitas Sumatera Utara

18

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.

3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu

kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.

5. Memberikan pertolongan pada kecelakaan.

6. Memberi alat-alat perlindungan kepada para pekerja.

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,

kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin , cuaca, sinar

atau radiasi, suara dan getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik

maupun psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

13. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara

dan proses kerjanya.

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkatan orang, binatang, tanaman

atau barang.

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

16. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan

penyimpanan barang.

17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

Universitas Sumatera Utara

19

18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang

bahaya.

Undang – Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi pasal 86 ayat

1 Undang – Undang No.13 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap

pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas :

a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan kesusilaan

Banyak elemen dan faktor-faktor uang mempengaruhi keselamatan dan

kesehatan kerja agar pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

dalam perusahaan dapat berjalan efektif. Berikut adalah elemen-elemen

pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja.

1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja para tenaga

kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga

kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang

beresiko maupun tidak.

2. Pelatihan Keselamatan dan kesehatan Kerja

Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang

disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan

untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja.

3. Alat Pelindung Diri (APD)

Universitas Sumatera Utara

20

Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 Tentang Kewajiban Bila

Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: “Barangsiapa akan memasuki

sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan

kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.”

Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari:

a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang

bisa mengenai kepala secara langsung.

b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika

menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa

(mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain)

c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat

bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.

d. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah

kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau

berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.

e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan saat bekerja di

tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan.

f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat

bekerja di ketinggian

g. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung

telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

Universitas Sumatera Utara

21

h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung

mata ketika bekerja (misal mengelas).

i. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup

saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal

berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya).

j. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah

dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda).

k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat

bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat).

4. Beban Kerja

Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus

diselesaikan oleh unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka

waktu tertentu

5. Jam Kerja

Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah

7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk

karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja

mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2002:162) usaha-usaha dalam

meningkatkan keselamatan dan kesehatan keja adalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan.

2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja

pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya.

Universitas Sumatera Utara

22

3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna

ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan dan

mencegah kebisingan.

4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja

6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai.

Keselamatan dan kesehatan kerja meruapakan suatu spesialisasi tersendiri,

karena di dalam pelaksanaannya disamping dilandasi oleh peraturan perundang-

undangan juga dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan medik.

Demikian pula keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah yang

mengandung banyak aspek, misalnya: hukum, ekonomi maupun sosial.

Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan dilakukan

secara bersama-sama oleh pimpinan atau pengurus perusahaan dan seluruh tenaga

kerja. Dalam pelaksanaannya pimpinan atau pengurus dapat dibantu oleh petugas

keselamatan dan kesehatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan. Perugas

keselamatan dan kesehatan kerja adalah karyawan yang mempunyai pengetahuan

atau keahlian di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dan ditunjuk oleh

pimpinan atau pengurus perusahaan maupun Departemen Tenaga Kerja.

Sedangkan yang bertugas mengawasi atas ditaati atau tidak peraturan perundang-

undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja ini menurut Husni

(2005:133) adalah:

Universitas Sumatera Utara

23

a. Pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja yaitu pegawai teknis

berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh

Menteri Tenaga Kerja.

b. Ahli keselamatan dan kesehatan kerja yaitu tenaga teknis berkeahlian

khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri

Tenaga Kerja.

2.1.4 Tujuan dan Manfaat Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah sedapat

mungkin memberikan jaminan kondisi kerja yang aman dan sehat kepada setiap

karyawan dan untuk melindungi sumber daya manusianya. Mangkunegara

(2002:98) menyatakan bahwa, tujuan kesehatan kerja adalah:

1. Meningkatkan dan memelihara derajatkesehatan tenaga kerja yang

setinggi-tingginya baik fisik, mental, maupun sosial.

2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang

disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja.

3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan

tenaga kerja.

4. Meningkatkan kinerja.

Dengan demikian maksuddan tujuan tersebut adalah bagaimana

melakukan suatu upaya dan tindakan pencegahan untuk memberantas penyakit

dan kecelakaan akibat kerja, bagaimanaupaya pemeliharaan serta peningkatan

kesehatan gizi, serta bagaimana mempertinggi efisiensi dan kinerja karyawan

sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai denganbaik.Hasibuan (2002:89),

Universitas Sumatera Utara

24

Kesehatan dan Keselamatan Kerja harus ditanamkan padadiri masing-masing

individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan yang baikagar mereka

menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk perusahaan.

Apabila banyak terjadi kecelakaan, karyawan banyak yang menderita, absensi

meningkat, produksi menurun, dan biaya pengobatan semakin besar. Inisemua

akan menimbulkan kerugian bagi karyawan maupun perusahaan

bersangkutan,karena mungkin karyawan terpaksa berhenti bekerja sebab cacat dan

perusahaan kehilangan karyawannya.

Rivai (2009:29) Perusahaan dapat melaksanakan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja dengan baik, maka perusahaan akan mendapat manfaat-manfaat

menjalankan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu:

1. Meningkatkan kinerja karyawan sehingga menurunnya jumlah hari kerja

yang hilang.

2. Meningkatkan efektivitas dan efesiensi kerja yang telah ditetapkan

olehperusahaan.

3. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi.

4. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung lebih rendah karena

menurunnya pengajuan klaim.

5. Fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari

meningkatnya partisipasi dan rasa memiliki,

6. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra

perusahaan,dan

7. Meningkatkan keuntungannya secara substansial.

Universitas Sumatera Utara

25

Tujuan dan manfaat dari kesehatan dan keselamatan kerja ini tidak dapat

terwujud dan dirasakan manfaatnya, jika hanya bertopang pada peran tenaga kerja

saja tetapi juga perlu peran dari pimpinan.

2.1.5Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Menurut Sunyoto (2012:242) ada tiga alasan pentingnya keselamatan dan

kesehatan kerja:

1. Berdasarkan Perikemanusiaan

Pertama-tama para manajer mengadakan pencegahan kecelakaan atas

dasar perikemanusiaan yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian

untuk mengurangi sebanyak-banyaknya rasa sakit, dan pekerja yang

menderita luka serta keluarganya sering diberi penjelasan mengenai akibat

kecelakaan.

2. Berdasarkan undang-undang

Karena pada saat ini di Amerika terdapat undang-undang federal, undang-

undang negara bagian dan undang-undang kota praja tentang keselamatan

dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggar dijatuhkan denda.

3. Ekonomis

Yaitu agar perusahaan menjadi sadar akan keselamatan kerja karena biaya

kecelakaan dapat berjumlah sangat besar bagi perusahaan.

2.1.6 Undang-Undang Tentang K3

Undang - Undang Republik Indonesia No 13 Tahun 2003, paragraf 5:

Keselamatan dan Keselamatan Kerja,

Universitas Sumatera Utara

26

Pasal 86

1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk perlindungan atas:

a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan kesusilaan, dan

c. Perilakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-

nilai agama

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan

kesehatan kerja

3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)

dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 87

1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atur dalam

peraturan pemerintah.

Undang-Undang Republik Indonesia No 1 Tahun 1970, Bab IX kewajiban bila

memasuki tempat kerja.

Universitas Sumatera Utara

27

Pasal 13

Barangsiapa akan memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua

petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.

2.2 Motivasi

2.2.1 Pengertiam Motivasi

Pada dasarnya manusia mau melakukan sesuatu karena adanya suatu

dorongan baik dari dalam dirinya ataupun dari luar untuk memenuhi

kebutuhannya. Peran karyawan yang memiliki motivasi tinggi dan didukung

ketrampilan dan pengetahuan dalam melaksanakan pekerjaan sangat diperlukan.

Hal ini berarti bahwa salah satu faktor penentu tingkat keberhasilan perusahaan

adalah motivasi karyawan.

Menurut Sholehuddin (2008:6), “Motivasi merupakan keadaan dalam diri

individu atau organisasi yang mendorong perilaku ke arah tujuan.” Robbins

(2003:214) menyatakan “Motivasi sebagai proses yang berperan pada intensitas,

arah, dan lamanya berlangsung upaya individu ke arah pencapaian tujuan.”

Sementara itu menurut Rivai (2004:455), “Motivasi adalah serangkaian sikap dan

nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai

dengan tujuan individu.” Menurut Ranupandojo dan Husnan (2002:197), “Motivasi

kerja merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan

sesuatu yang kita inginkan.” Motivasi (motivation) berasal dari kata motif (motive)

yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu.

Motivasiterbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi

kerja di perusahaan (situation). Di dalam perusahaan motivasi berperan sangat

Universitas Sumatera Utara

28

penting dalam meningkatkan kinerja dan produktivitas karyawan. Tujuan

dalam memberikan motivasi kerja terhadap karyawan agar karyawan dapat

melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien. Dengan demikian berarti juga

mampu memelihara dan meningkatkan moral, semangat dan gairah kerja,

karena dirasakan sebagai pekerjaan yang menantang.

Menurut Arep dan Tanjung (2003:12)motivasi adalah sesuatu yang pokok,

yang menjadi dorongan seseorang untuk berkerja. Hasibuan (2005:95)

menyatakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan

kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan

terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Sedangkan

menurut Siagian (2005:143) motivasi adalah suatu keberhasilan, dalam

mengarahkan pegawai dan organisasi agar mau bekerja secara berhasil, sehingga

keinginan para pegawai dan tujuan organisasi sekaligus akan sekaligus tercapai.

Dari definisi motivasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi

adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang diarahkan

pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkannya.

Dalam memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui motif dan motivasi yang

diinginkan karyawan sehingga karyawan mau bekerja ikhlas demi tercapainya

tujuan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

29

2.2.2 Jenis-Jenis Motivasi

Menurut Hasibuan (2005:149) ada dua jenis motivasi, yaitu:

1. Motivasi Positif

2. Pimpinan memotivasi (merangsang) karyawan dengan memberikan hadiah

kepada para karyawan yang berprestasi di atas prestasi standar. Dengan

motivasi positif, semangat kerja karyawanakan meningkat karena umumnya

manusia senang menerima hal yang baik-baik saja.

3. Motivasi Negatif

Pimpinan memotivasi para karyawan dengan memberikan suatu hukuman

bagi karyawan yang prestasi kerjanya di bawah standar. Dengan motivasi

negatif ini, semangat karyawan dalam jangka waktu pendek akan meningkat

dikarenakan karyawan takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang

dapat berakibat kurang baik.

Dalam prakteknya, kedua jenis motivasi di atas sering digunakan oleh

suatu perusahaan. Penggunaannya harus tepat dan seimbang supaya dapat

meningkatkan semangat dan produktivitas kerja karyawan.Motivasi positif efektif

untuk jangka waktu panjangsedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka

waktu pendek.

2.2.3 Metode Motivasi

Menurut Hasibuan (2005:48) ada dua metode motivasi, yaitu:

1. Motivasi Langsung

Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung

kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta

Universitas Sumatera Utara

30

kepuasannya. Misalnya : pemberian pujian, penghargaan, tunjangan hari

raya, bonus, dan tanda jasa.

2. Motivasi Tidak Langsung

Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya berupa

fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang kelancaran tugas sehingga

para karyawan betah dan bersemangat dalam melaksanakan

tugas/pekerjaannya. Misalnya : kursi yang empuk, mesin-mesin yang

baik, ruangan kerja yang terang dan nyaman serta penempatan kerja yang

tepat.

2.2.4 Alat-Alat Motivasi

Alat-alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada karyawan

dapat berupa material incentive dan nonmaterial incentive (Hasibuan, 2005:48) :

1. Material Incentive

Material incentive adalah motivasi yang bersifat materiil sebagai imbalan atas

prestasi kerja karyawan.Yang termasuk dalam material incentive adalah yang

berbentuk uang dan barang-barang.

2. Nonmaterial Incentive

Nonmaterial Incentive adalah motivasi yang tidak berbentuk materiil.

Yang termasuk dalamnonmaterial incentive adalah perlakuan yang wajar,

penempatan kerja yang tepat, dan hal lain yang sejenis.

Universitas Sumatera Utara

31

2.2.5 Asas-Asas Motivasi

Menurut Hasibuan (2005:145), asas-asas motivasi mencakup dalam

lima bagian yaitu : asas mengikutsertakan, asas komunikasi, asas pengakuan,

asas wewenang yang didelegasikan, dan asas perhatian timbal balik.

1. Asas Mengikutsertakan

Asas mengikutsertakan maksudnya adalah mengajak karyawan untuk ikut

berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada karyawan mengajukan ide,

kritikan, dan rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan cara

ini, karyawan merasa ikut bertanggungjawab atas pencapaian tujuan

perusahaan sehingga moral dan kegairahan kerja karyawan semakin

meningkat.

2. Asas Komunikasi

Asas komunikasi maksudnya adalah menginformasikan secara jelas

tentang tujuan yang ingin dicapai, cara pelaksanaannya dan kendala yang

dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi karyawanakan meningkat. Sebab

semakin banyak seseorang mengetahui suatu, semakin besar pula minat

dan perhatiannya terhadap soal tersebut.

3. Asas Pengakuan

Asas pengakuan maksudnya adalah memberikan penghargaan yang tepat dan

wajar kepada karyawan atas prestasi kerja yang telah dicapainya.

Karyawanakan semakin rajin dan lebih bekerja keras, jika usaha-usaha

yang telah mereka laksanakan diberi penghargaan sehingga para

karyawan merasa sebagai bagian penting dalam perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

32

4. Asas Wewenang yang Didelegasikan

Yang dimaksud dengan asas wewenang yang didelegasikan adalah

mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan untuk mengambil

keputusan dan berkreatifitas. Dalam pendelegasian wewenang ini, pihak

pimpinan/manajer harus meyakinkan bawahannya mampu dan dipercaya dapat

menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.

5. Asas Perhatian Timbal Balik

Asas perhatian timbal balik ini adalah memotivasi bawahan dengan

mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan di samping berusaha

memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan karyawan. Misalnya,

pimpinan meminta supaya karyawan meningkatkan prestasi kerjanya sehingga

perusahaan memperoleh laba yang banyak. Apabila laba semakin banyak,

maka balas jasa mereka akan dinaikkan.

2.2.6 Teori Motivasi

Motivasi dapat dikatakan sebagai hal yang sulit, sebab untuk mengamati

dan mengukur motivasi setiap karyawan belum ada kriterianya, karena motivasi

setiap karyawan berbeda satu sama lain. Menurut Arep dan Tanjung (2003:222-

230) teori-teori motivasi dikelompokkan atas :

1. Teori Kebutuhan Maslow

Salah satu teori motivasi yang paling banyak dijadikan acuan yaitu teori

"Hirarki Kebutuhan" yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Maslow

memandang kebutuhan manusia berdasarkan suatu hirarki kebutuhan dari

kebutuhan yang paling rendah hingga kebutuhan yang paling tinggi. Kebutuhan

Universitas Sumatera Utara

33

pokok manusia yang diidentifikasi Maslow dalam urutan kadar pentingnya

adalah sebagai berikut:

Sumber : Arep dan Tanjung (2003:26)

Gambar 2.1 Tingkatan Kebutuhan Menurut Maslow

a. Kebutuhan fisik (Basic Needs) yang merupakan kebutuhan pertama dan

utama yang wajib dipenuhi oleh setiap individu. Yang terdiri dari sandang,

pangan, papan dan kesejahteraan individu.

b. Kebutuhan akan rasa aman (Safety Needs) dimana setelah kebutuhan

pertama (kebutuhan fisik) terpenuhi, timbul perasaan perlunya pemenuhan

kebutuhan keamanan. Misalnya, jika dikaitkan dengan pekerjaan maka

kebutuhan akan keamanan sewaktu bekerja, perasaan aman yang

menyangkut masa depan karyawan.

c. Kebutuhan Sosial (Social Needs). Yang termasuk kedalam kebutuhan ini

yaitu kebutuhan akan perasaan diterima dimana ia bekerja, kebutuhan akan

perasaan dihormati, kebutuhan untuk bisa berprestasi dan kebutuhan untuk

bisa ikut serta.

Kebutuhan Aktualisasi Diri

Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan Sosial

Kebutuhan Rasa Aman

Kebutuhan Fisik

Universitas Sumatera Utara

34

d. Kebutuhan penghargaan (Esteem Needs). Yang termasuk dalam

kebutuhan ini antara lainkebutuhan akan status, pengakuan, apresiasi

terhadap dirinya dan respek/tanggapan yang diberikan oleh pihak lain.

Untuk memenuhi kebutuhan ini,seseorang akan berusaha melakukan

pekerjaan/kegiatan yang memungkinkan ia mendapatkan

penghormatan/penghargaan dari orang lain.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs). Kebutuhan

aktualisasi merupakan kebutuhan puncak. Bentuk khusus kebutuhan ini

akan berbeda-beda setiap individu. Misalnya, pemenuhan kebutuhan

aktualisasi diri antara lain membesarkan anak-anak dengan baik dan

memiliki pendidikan tinggi, berhasil mengatur sebuah perusahaan dengan

tercapainya tujuan organisasi/perusahaan, atau dipilih menjadi pejabat

tinggi.

2. Teori Motivasi Mc Cleland

Teori ini lebih dikenal dengan Mc Cleland’s Archievement

Motivation Theory atau Teori Motivasi Berprestasi Mc Cleland yang

merupakan pengembangan dari Teori Kebutuhan Maslow. Dalam Teori

Motivasi Berprestasi Mc Cleland ada tiga kebutuhan yang paling penting, yaitu :

a. Kebutuhan akan prestasi (needs for achievement)

Artinya adanya keinginan untuk mencapai tujuan yang lebih baik daripada

yang sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

35

b. Kebutuhan akan kekuasaan (needs for power)

Artinya adanya kebutuhan untuk berkuasa/mendapatkan kedudukan yang

lebih baik.

c. Kebutuhan akan afiliasi (needs for affiliation)

Artinya adanya kebutuhan untuk berinteraksi/bersosialisasi dengan

orang/pihak lain.

3. Teori Dua Faktor Herzberg

Teori Herzberg ini lebih dikenal dengan istilah Two-Factor View. Di

dalam teori ini terdapat dua faktor, yaitu Motivator (kepuasan kerja atau

perasaan positif) dan Hygiene (ketidakpuasan kerja atau perasaan negatif) yang

dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Hygiene Factors, yang meliputi gaji, kehidupan pribadi, kualitas

supervisi, kondisi kerja, jaminan kerja, hubungan antar pribadi,

kebijaksanaan dan administrasi perusahaan (eksternal).

b. Motivator Factors, yang dikaitkan dengan isi pekerjaan mencakup

keberhasilan, pengakuan, pekerjaan yang menantang, peningkatan dan

pertumbuhan dalam pekerjaan (internal).

4. Teori Kebutuhan ERG Alderfer

Teori ERG Alderfer (Existence, Relatedness, Growth) adalah teori

motivasi yang dikemukakan oleh Clayton P. Alderfer. Teori Alderfer menemukan

adanya 3 kebutuhan pokok manusia, yaitu :

Universitas Sumatera Utara

36

a. Existence Needs (Kebutuhan Keadaan) yaitu kebutuhan-kebutuhan

akan eksistensi(tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan rendah)

yang meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan material.

b. Relatedness Needs (Kebutuhan Berhubungan), yaitu kebutuhan-

kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.

c. Growth Needs (Kebutuhan Pertumbuhan) Yaitu kebutuhan-kebutuhan

akan pertumbuhan. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan untuk

tumbuh sebagai manusia yang kuat, dan memanfaatkan kemampuan-

kemampuan pribadi untuk mencapai potensi/keunggulan yang maksimal.

5. Teori Motivasi Ekspektansi

Teori harapan menyatakan bahwa motivasi kerja dideterminasi oleh

keyakinan-keyakinan individual sehubungan dengan hubungan upaya kinerja,

dan di dambakannya berbagai macam hasil kerja, yang berkaitan dengan

tingkat kinerja yang berbeda-beda sehingga dapat dikatakan bahwa teori tersebut

berlandaskan logika.

Menurut Hasibuan (2003:23) berpendapat bahwa kekuatan yang

memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya

tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan

butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin perusahaan akan

memberikan pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang

dilakukannya. Teori harapan terdiri atas :

Universitas Sumatera Utara

37

a. Harapan (Expectancy)

Adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena perilaku.

Harapan positif menunjukkan kepastian bahwa hasil tertentu akan

munculmengikuti suatu tindakan atau perilaku yang telah dilakukan.

Harapan ini dinyatakan dalam kemungkinan (probabilitas).

b. Nilai (Valency)

Adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu

(daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu bersangkutan.

c. Pertautan (Instrumentality)

Adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama akan

dihubungkan dengan hasil tingkat kedua.

d. Motivasi (Motivation)

Adalah menilai besarnya dan arahnya semua kekuatan yang

mempengaruhi perilaku individu. Tindakan yang didorong oleh kekuatan

yang paling besar adalah tindakan yang paling mungkin dilakukan.

e. Kemampuan (Ability)

Adalah menunjukkan potensi orang untuk melaksanakan pekerjaan;

kemampuan ini mungkin dimanfaatkan sepenuhnya atau mungkin juga

tidak. Kemampuan ini berhubungan erat dengan totalitas daya pikir dan

daya fisik yang dimiliki sesorang untuk melaksanakan pekerjaan.

Dengan demikian bahwa kemampuan setiap orang belum tentu dapat

mengerjakan setiap pekerjaannya.

Universitas Sumatera Utara

38

2.3 Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Motivasi Kerja

Mangkunegara menyatakan (2002:162), “Selain bertujuan untuk

menghindari kecelakaan dalam proses produksi perusahaan, keselamatan dan

kesehatan kerja juga bertujuan untuk meningkatkan kegairahan, keserasian kerja

dan pertisipasi kerja karyawan”. Dengan meningkatnya kegairahan, keserasian

kerja dan pertisipasi kerja karyawan maka dapat dipastikan motivasi kerja

karyawan dapat meningkat. Berdasarkan uraian yang telah ditetapkan sebelumnya

dapat disimpulkan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja berkontribusi terhadap

motivasi kerja karyawan.

Siagian (2002:263) bahwa “Pentingnya pemeliharaan kesehatan dan

kebugaran para anggota organisasi sudah diakui secara luas di kalangan manajer

karena para karyawan yang sehat dan bugar, dalam arti fisik maupun dalam

artimental psikologi, akan mampu menampilkan kinerja yang prima, produktifitas

yang tinggi dan tingkat kemangkiran yang rendah.” Adanya program kesehatan

yang baik dan memenuhi syarat akan menguntungkan pegawai secara material,

karena pegawai jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih

menyenangkan, sehingga secara keseluruhan akan mampu bekerja lebih lama,

lebih produktif.Dengan adanya keselamatan dan kesehatan kerja yang diberikan

oleh perusahaan maka diharapkan motivasi kerja dari karyawan dapat berjalan

sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

39

2.4 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Hasil 1. Marlina

Simbolon (2013)

Pengaruh Komunikasidan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Di Dinas Perkebunan Jawa Barat

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara parsial, komunikasi memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap motivasi kerja pegawai. Begitu halnya dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang berpengaruh signifikan dan positif dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai. Secara simultan kedua variabel bebas tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Sedangkan kemampuan kedua variabel independen secara simultan dalam menjelaskan variasi perubahan motivasi kerja pegawai sebesar 41,8%% dan sisanya sebesar 58,2% ditentukan oleh faktor-faktor lain diluar penelitian. Secara parsial keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai peran atau kontribusi yang lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi terhadap motivasi kerja pegawai Dinas Perkebunan Jawa Barat.

2. Ria Nur Aisyah (2013)

Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Karyawan(Studi pada Karyawan Bagian Instalation dan Maintenance PT. Berca Schindler Lifts Surabaya)

Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai mean variabel Keselamatan Kerja sebesar 4,22, variabel Kesehatan Kerja sebesar 4,25 dan variabel Motivasi Kerja Karyawan sebesar 4,13 yang berarti bahwa variabel Keselamatan Kerja, variabel Kesehatan Kerja dan variabel Motivasi Kerja Karyawan di PT. Berca Schindler Lifts Surabaya sudah dikatakan baik

3. Liera Mutia Winarji (2009)

Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Terhadap Motivasi Kerja Karyawan Bagian TeknikPada PT PLN (Persero) Cabang

Hasil analisis data menunjukkan besarnya pengaruh program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (K3) terhadap motivasi kerja karyawan (R2) sebesar 51,7%. Dan korelasi yang kuat antara program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap motivasi kerja karyawan dengan taraf korelasi (R) sebesar

Universitas Sumatera Utara

40

Tanjung KarangBandarlampung

71,9%. Hasil regresi menunjukkan Y = 8,128 + 0,644 X. Hal ini menunjukkan bila ada kenaikan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sebesar 1% maka motivasi kerja karyawan akan meningkat sebesar 64,4%.

2.5 Kerangka Konseptual

Menurut Gomes (2003:161) keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi

yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja,

terdiri atas: mengganti alat atau sarana yang berbahaya, pemakaian alat pelindung

perorangan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan pelatihan serta

pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. Sementara kesehatan kerja

menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau

rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, terdiri dari mengatur suhu,

kelembaban, kebersihan udara, penggunanaan warna ruangan kerja, penerangan

yang cukup terang dan menyejukkan, mencegah kebisingan, mencengah dan

memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit, dan memelihara kebersihan

dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja.

Hasibuan (2005:95) menyatakan motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau

bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

mencapai kepuasan. Dalam memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui

motif dan motivasi yang diinginkan karyawan sehingga karyawan mau bekerja

ikhlas demi tercapainya tujuan perusahaan.Berdasarkan uraian tersebut maka

dibuat kerangka konseptualnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Universitas Sumatera Utara

41

Sumber : Gomes (2003) dan Hasibuan (2005), (Data Diolah)

Gambar 2.2Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan kesimpulan sementara dari tinjauan teoritis yang

mencerminkan hubungan antar variabel yang sedang diteliti dan merumuskan

hipotesis yang berbentuk alur yang dilengkapi dengan penjelasan

kualitatif.Berdasarkan kerangka konseptual, peneliti merumuskan hipotesis

sebagai berikut: “Keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap motivasi karyawan pada bagian pengolahanPTPN III (Persero)

PKS Rambutan Tebing Tinggi”.

Keselamatan Kerja (X1)

Kesehatan Kerja (X2)

Motivasi (Y)

Universitas Sumatera Utara