BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Film sebagai Media Komunikasi …eprints.umm.ac.id/40796/3/BAB...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Film sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi mengandung makna bersama-sama (common). Istilah
komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu
communicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Dalam Wiryanto
(2005) mendefinisikan komunikasi menurut para ahli berdasarkan sudut
pandang masing-masing :
1. Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (1981) menyatakan bahwa
komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih
membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain,
yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.
2. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner (1964) mendefinisikan,
komunikasi adalah transmisis informasi, gagasan, emosi, ketrampilan,
dan sebagainya, dengan menggunkan simbol-simbol dan sebagainya.
Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut
komunikasi.
3. Sedangkan menurut Harold D. Lasswell, menggambarkan komunikasi
dengan “Who Says What in Which Channel to Whom with What
Effect”.
Definisi-definisi di atas tentu belum mewakili semua definisi yang dibuat
oleh para ahli. Namun jika dilihat komunikasi adalah proses penyampaian
9
pikiran atau pesan dari seorang komunikator kepada komunikan atau orang
lain untuk mempengaruhi orang lain dan mendapatkan respon.
Terdapat beberapa konteks dalam komunikasi yang memberikan latar
belakang dari mana komunikasi itu terjadi untuk menganalisis suatu
fenomena. Beberapa konteks komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi yang terjadi dengan diri sendiri, dimana seorang
komunikator membayangkan, mempersepsikan, melamun dan
menyelesaikan masalah yang ada pada dirinya sendiri.
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang, yang
membahas tentang bagaimana suatu hubungan dimulai, bagaimana
mempertahankan suatu hubungan, dan bagaimana menjalankan
hubungan.
3. Komunikasi Kelompok Kecil
Komunikasi yang dilakukan oleh beberapa orang atau individu-individu
yang berkumpul untuk tujuan bersama yang berfokus pada kelompok
kerja. Memiliki tingkat kebersamaan yang tinggi dan ikatan yang kuat..
4. Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang terjadi dalam dan di antara lingkungan yang besar
dan luas. Terdapat hierarki atau prinsip-prinsip pengaturan dalam
organisasi, sehingga komunikasi yang terjadi terstruktur memiliki
10
pembagian peran tersendiri. Organisasi atau kelompok diarahkan oleh
tujuan akhir yang sama.
5. Komunikasi Lintas Budaya
Budaya disebut sebagai komunitas makna dan sistem pengetahuan
bersama yang bersifat lokal. Komunikasi lintas budaya merujuk pada
komunikasi antara individu-individu yang latar belakang budayanya
berbeda..
6. Komunikasi Publik/ Retorika
Penyebaran informasi dari satu orang kepada banyak orang. Pembicara
memiliki tujuan untuk memberi informasi, menghibur dan membujuk
yang merupakan inti dari komunikasi retorika. Retorika adalah
kemampuan yang dimiliki seorang pembicara untuk mempengaruhi
khalayaknya.
7. Komunikasi Massa
Penyampaian pesan kepada khalayak luas dan dalam jumlah besar
dengan menggunakan saluran-saluran komunikasi. Komunikasi massa
lebih terkendali dan terbatas, karena dipengaruhi oleh biaya, politik dan
kepentingan-kepentingan lainnya (West &Turner, 2007:33-43).
Menurut Vivian (2008), kemampuan untuk menjangkau ribuan, atau
bahkan jutaan orang merupakan ciri dari komunikasi massa (mass
comunication), yang dilakukan melalui medium massa seperti televisi atau
koran.
11
Dalam banyak hal, proses komunikasi massa dan bentuk-bentuk
komunikasi lainnya adalah sama, seseorang membuat pesan, dan pada
dasarnya adalah tindakan dari dalam diri seseorang. Pesan itu kemudian
dikodekan dalam kode umum, seperti bahasa. Kemudian ditransmisikan
kepada orang lain yang menerima pesan itu, menguraikannya dan
menginternalisasikannya.
Karakteristik Komunikasi Massa
Menurut Ardianto (2007: 7-12) karakteristik komunikasi massa adalah
sebagai berikut :
1. Komunikator Terlembagakan
Komunikator bergerak dalam organisasi yang kompleks, sehingga
komunikasi massa merupakan komunikator terlembagakan.
2. Pesan bersifat umum
Komunikasi massa bersifat terbuka, dimana pesan ditujukan kepada
semua orang bukan hanya pada satu pihak.
3. Komunikan anonim dan heterogen
Komunikan bersifat anonim karena tidak saling mengenal dan
heterogen karena terdiri dari berbagai lapaisan masyarakat.
4. Media massa menimbulkan keserempakan
Keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak
yang jauh dari komunikator, dimana penduduk berada dalam tempat
terpisah.
12
5. Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan
Pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu
dan harus disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan
digunakan.
6. Komunikasi massa sudah bisa bersifat dua arah
Saat ini komunikator dan komunikan dalam komunikasi massa dapat
berhubungan secara langsung, baik melalui telepon, email, media
sosial, dan juga surat dimana melalui media tersebut, pesan
komunikasi dapat secara langsung diterima oleh komunikan dan
direspon.
7. Stimulasi alat indra terbatas
Pada surat kabar dan majalah audien hanya bisa melihat, sedangkan
radio audien hanya bisa mendengar, pada televisi dan film
menggunakan penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan balik sudah bisa diterima secara langsung
Komunikan komunikasi massa dulu masih kesulitan untuk
memberikan umpan balik secara langsung pada pesan yang diterima.
Komunikan menyampaikan umpan balik dengan jangka waktu yang
cukup lama melalui beberapa proses. Saat ini komunikator dapat
segera mengetahui reaksi khalayak terhadap pesan yang
disampaikan. Seiring berkembangnya teknologi khalayak bisa
langsung menyampaikan reaksi melalui telepon ataupun media
social.
13
Berkaitan dengan karakteristik komunikasi massa, terdapat 3 fungsi utama
media sebagai sarana komunikasi massa. Fungsi-fungsi ini merupakan
pendapat dari seorang ahli komunikasi yaitu Dr. Harold D. Laswell. Ketiga
fungsi dari media tersebut antara lain adalah :
1. The surveillance of the environment. Artinya media massa memiliki
fungsi sebagai pengamat lingkungan. Disini media massa selalu
mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat yang tidak
mampu dijangkau dan diluar pandangan masyarakat secara keseluruhan.
Sehingga media meringkas kejadian-kejadian tersebut menjadi sebuah
rangkaian informasi yang kemudian disampaikan kepada masyarakat
luas.
2. The corellation of the parts of society in responding to the environment,
artinya media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi dan
interpretasi dari informasi. Dalam hal ini media massa melakukan
penyaringan atas kejadian-kejadian di lingkungan masyarakat yang
layak untuk disiarkan dan disampaikan kepada masyarakat luas.
3. The transmission of the social heritage from one generation to the next,
artinya media massa sebagai sarana untuk menyampaikan nilai dan
warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lainnya.
Fungsi media massa ini dimaksukan untuk memberikan pendidikan
mengenai nilai sosial budaya beserta peninggalan-peninggalan yang
diwariskan untuk tetap dijaga dan dilestarikan.
14
Disamping ketiga fungsi utama tersebut, media massa juga memiliki
fungsi yang sangat penting sebagai hiburan. Jika fungsi ini hilang, maka
media tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai media massa, karena
fungsi-fungsi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lain
(Darwanto, 2007 : 32-33).
Media massa pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori, yaitu media
massa cetak dan media massa elektronik (Ardianto, 2007:103-151). Media
massa tersebut terdiri dari :
a. Surat Kabar
Media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media lainnya,
munculnya surat kabar dimulai dari ditemukannya mesin cetak oleh
Gutenberg.
b. Majalah
Media yang paling simpel organisasinya, relatif lebih mudah
mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal yang banyak. Meskipun
sama-sama media cetak, majalah berbeda dari surat kabar, dilihat dari
penyajiannya, nilai aktualitas, gambar lebih banyak, dan memiliki
sampul sebagai daya tarik.
c. Radio
Radio merupakan media auditif dan suara, yang merupakan modal
utama terpaan radio ke khalayak. Radio telah beradaptasi dengan
perubahan dunia dengan mengembangkan hubungan saling
menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya.
15
d. Televisi
Televisi merupakan medium dengan dukungan gambar dan suara, serta
paling berpengaruh dalam membentuk sikap dan kepribadia masyarakat
secara luas. Fungsi televisi sama dengan media massa lainnya, yaitu
memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk.
e. Film
Film adalah rangkaian gambar yang menghasilkan sebuah cerita. Film
ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan
proyektor. Karakteristik dari film dapat dilihat dari pengambilan
gambar dan layar lebar.
f. Media Online (internet)
Internet merupakan jaringan luas dari ribuan komputer yang
menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Internet berkembang
menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif. Pengguna
internet mencakup masyarakat yang sangat luas dari berbagai kalangan.
Media massa yang digunakan dalam penelitian ini adalah film, dalam
pengertian lain, film adalah dokumen yang terdiri dari cerita dan gambar yang
diiringi kata-kata dan musik. Dalam perkembangan teori film belakangan ini,
mulai adanya upaya dari beberapa teoritis untuk mencari perspektif yang
lebih mampu menangkap substansi film. Film tidak lagi dimaknai sekedar
sebagai karya seni (film as art) semata, tetapi lebih sebagai “komunikasi
massa”(Irwanto, 2005:11).
16
Unsur-unsur Pembentukan Film
Menurut Pratista (2008) film akan bersinggungan dengan unsur-unsur
pembentukan film, sehingga untuk memahami sebuah film tidak lepas
dari unsur-unsur pembentukan film, antara lain :
1. Unsur Naratif
Perlakuan terhadap cerita film, unsur naratif berhubungan
dengan aspek cerita atau tema film. Setiap cerita tidak mungkin
lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memiliki unsur-unsur
seperti tokoh, masalah, konflik, lokasi, waktu, serta lainnya.
Seluruh elemen tersebut membentuk sebuah jalinan peristiwa
yang terikat oleh sebuah aturan yaitu aspek sebab-akibat. Aspek
tersebut bersama unsur ruang dan waktu adalah elemen-elemen
pokok pembentuk naratif.
2. Unsur Sinematik
Unsur sinematik adalah cara (gaya) mengolah film. Unsur
sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok, yaitu mise-en-
scene, sinematografi, editing, dan suara. Masing-masing elemen
sinematik tersebut juga saling berinteraksi dan berkesinambungan
satu sama lain untuk membentuk gaya sinematik secara utuh.
Keberhasilan seseorang dalam memahami film secara utuh sangat
dipengaruhi oleh pemahaman orang tersebut terhadap aspek naratif dan
aspek sinematik sebuah film. Kedua unsur tersebut apapun bentuknya
pasti memiliki norma serta batasan yang bisa diukur. Jika sebuah film
17
dianggap buruk, bisa jadi bukan karena film tersebut buruk, namun
karena penonton belum memahaminya secara utuh.
Struktur Film
Segala macam jenis film memilki struktur fisik. Secara fisik sebuah
film dapat dipecah menjadi unsur-unsur, yaitu shot, adegan dan sekuen
yang berguna untuk membagi urutan atau segmentasi plot sebuah film
ke dalam sistematik.
1. Shot
Shot merupakan unsur terkecil dari film. Dalam produksi film
memiliki arti proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan
(on) hingga kamera dihentikan (off) atau juga sering diistilahkan
satu kali take (pengambilan gambar).
2. Adegan (scene)
Adegan atau scene adalah satu segmen pendek dari keseluruhan
cerita yang memperlihatkan satu aksi berkesinambungan yang
diikat oleh ruang, waktu, isi cerita, tema, karakter, atau motif.
Satu adegan umumnya terdiri dari beberapa shot yang saling
berhubungan.
3. Sekuen
Sekuen adalah satu segmen besar yang memperlihatkan satu
rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen umumnya terdiri dari
beberapa adegan yang saling berhubungan. Satu sekuen
dikelompokkan berdasarkan satu periode waktu, lokasi atau, satu
18
rangkaian aksi panjang. Dalam beberapa kasus film, sekuen dapat
dibagi berdasarkan usia karakter utama yaitu, balita, anak-anak,
remaja, dewasa, serta lanjut usia. Dalam film-film petualangan
yang umumnya mengambil banyak tempat, sekuen biasanya
dibagi berdasarkan lokasi cerita (Pratista, 2008:29).
Profesi dalam Film
Film merupakan hasil karya bersama atau hasil kerja kolektif.
Dengan kata lain, proses pembuatan film pasti melibatkan kerja
sejumlah unsur atau profesi. Unsur-unsur yang dominan di dalam
proses pembuatan film oleh Baksin (2003) antara lain:
1. Produser
Produser merupakan peran tertinggi dalam suatu tim kerja
produksi atau pembuatan film. Produser mempersiapkan dana
yang untuk pembiayaan produksi film dan juga bertanggungjawab
terhadap berbagai hal yang diperlukan dalam proses pembuatan
film.
2. Sutradara
Sutradara merupakan pihak atau orang yang paling
bertanggungjawab terhadap proses pembuatan film di luar hal-hal
yang berkaitan dengan dana dan properti lainnya. Karena itu
biasanya sutradara menempati posisi sebagai “orang penting
kedua” di dalam suatu tim kerja produksi film. Sutradara bertugas
19
mengarahkan seluruh alur cerita dari naskah skenario ke dalam
aktivitas produksi.
3. Penulis Skenario
Penulis skenario film adalah seseorang yang menulis
naskah cerita yang akan difilmkan. Naskah skenario yang ditulis
penulis skenario kemudian dikerjakan oleh sutradara untuk
dijadikan film.
4. Penata Kamera (Kameramen)
Seseorang yang bertanggungjawab dalam proses
pengambilan gambar dalam pembuatan film. Kameramen dituntut
untuk bisa menghadirkan cerita yang menarik dan menyentuh
emosi penonton melalui gambar demi gambar yang direkam.
Penata kamera dalam tim kerja produksi film memimpin
departemen kamera.
5. Penata Artistik
Seseorang yang bertugas untuk memvisualisasikan
gambaran cerita ke dalam film. Tugas seorang penata artistik di
antaranya menyediakan sejumlah sarana seperti lingkungan
kejadian, tata rias, tata pakaian, perlengkapan-perlengkapan yang
akan digunakan para pelaku (pemeran) film dan lainnya.
6. Penata Musik
Seseorang yang bertugas sepenuhnya pada pengisian suara
atau musik. Penata musik harus memiliki kemampuan atau
20
kepekaan dalam mencerna cerita atau pesan yang disampaikan
oleh film.
7. Editor
Editor adalah seseorang yang bertugas atau
bertanggungjawab dalam proses pengeditan gambar demi ga,bar
umtuk menghasilkan cerita yang runtut.
8. Pengisi dan Penata Suara
Bertugas mengisi suara pemeran atau pemain film. Tidak
semua pemeran film menggunakan suaranya sendiri dalam
berdialog di film. Penata suara adalah seseorang yang
bertanggungjawab dalam menentukan suara yang terekam dalam
sebuah film.
9. Bintang Film (Pemeran)
Seseorang yang memerankan tokoh-tokoh yang ada dalam
film yang diproduksi berdasarkan skenario. Para aktor dan aktris
dituntut untuk memerankan tokoh dengan watak dan karakteristik
tertentu.
Jenis-Jenis Film
Genre atau jenis film ada beraneka macam. Sebenarnya tidak ada
maksud tersendiri dengan pemisahan tersebut, namun secara tidak
langsung dengan hadirnya film-film dengan karakter tertentu,
memunculkan pengelompokkan tersebut. Terdapat beberapa jenis film,
yaitu :
21
a. Film Roman/Drama adalah suatu kejadian atau peristiwa hidup yang
hebat, mengandung konflik, pergolakan, benturan antara dua orang
atau lebih
b. Film Misteri/Horor, yaitu film yang mengupas terjadinya fenomena
mistis yang menimbulkan rasa heran, takjub, dan takut.
c. Film Dokumenter, yaitu film yang berisi tentang dokumentasi dari
kisah kehidupan nyata, atau juga berisi tentang dokumentasi dari
kehidupan di luar itu.
d. Film Realisme, yaitu film yang mengandung relevansi dengan
kehidupan sehari-hari
e. Film Sejarah, yaitu film yang melukiskan kehidupan tokoh tersohor
dan peristiwanya.
f. Film Perang, yaitu film yang menggambarkan peperangan dan
situasi di dalamnya dan setelahnya.
g. Film Religi, yaitu film yang mengangkat tema agama yang
memberikan nilai-nilai agama tertentu.
h. Film Futuristik, yaitu film yang menggambarkan masa depan secara
khayal
i. Film Anak, yaitu film yang mengupas tentang dunia anak.
j. Film Kartun, yaitu film cerita bergambar yang diawali dari media
cetak, , bukan saja sebagai storyboard melainkan gambar yang
sanggup bergerak dengan teknik animasi.
k. Film Petualangan, yaitu film pertarungan dan tergolong film klasik
22
2.2 Film sebagai Industri
Menurut Teguh S. Pamudi, industri adalah sekelompok perusahaan yang
menghasilkan suatu produk yang bisa saling menggantikan satu sama lainnya,
sedangkan Hinsa Sahaan mengatakan bahwa, industri adalah bagian dari
suatu proses yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau barang
jadi, sehingga menjadi suatu barang yang memiliki nilai bagi masyarakat luas
serta memiliki nilai tambah guna mendapatkan keuntungan (Hadiwinata,
2002).
Film memiliki beberapa orang yang saling bekerja mengolah bahan awal
berupa gambar, musik, alur cerita, dan latar untuk dijadikan barang jadi
berupa film. Film yang sudah jadi tersebut ditayangkan di bioskop, dijual di
pasaran dalam bentuk DVD dan ditujukan untuk masyarakat luas.
Film termasuk dalam industri atau perdagangan. Produser terkadang
diduga menjadi pedagang film demi kepentingan sendiri. Produser diarahkan
oleh ideologi pasar untuk mengeruk uang sebanyak-banyaknya. Berkaitan
dengan industri film. film-film besar yang ditayangkan di bioskop bertujuan
untuk mendapatkan respon dari masyarakat, selain dari segi bagaimana cerita
film itu diminati masyarakat, namun juga berkaitan dengan apakah film
tersebut dapat mengembalikan modal yang telah dikeluarkan oleh industri
film tersebut(Irwanto, 2005:47).
Dalam industri perfilman, pembuat film akan memberikan teknik atau ciri
tersendiri agar filmnya dapat dinikmati dan menarik perhatian khalayak, bisa
melalui teknik pengambilan gambar, latar lokasi ataupun artistik yang
23
digunakan, musik yang digunakan, dan jenis pilihan bahasa yang digunakan.
Beberapa film menggunakan bahasa daerah untuk mengangkat identitas
budaya mereka. Pilihan-pilhan kata dan kalimat yang digunakan juga
berpengaruh dalam proses industri dan distribusi film. Jika dalam film religi
seperti yang digunakan dalam penelitian ini, pilihan kata dan kalimat yang
digunakan berkaitan dengan Islam maupun Islamofobia, kata dan kalimat
yang memiliki penekanan dan penolakan seperti kata bukan dan tidak, dan
kata dan kalimat yang berhubungan dengan segala hal yang meluruskan
pandangan tentang Islam.
2.3 Film sebagai Sarana Perjuangan Politik Identitas
Politik adalah berbagai kegiatan dalam suatu sistem yang menyangkut
proses penentuan tujuan dan pelaksanaan seluruh masyarakat melalui
pengambilan keputusan berupa nilai, ide, norma, kepercayaan dan keyakinan
seseorang atau kelompok terhadap suatu masalah dan kejadian. Politik
sebagai suatu kegiatan yang secara kolektif mengatur perbuatan seseorang di
dalam kondisi konflik sosial (Budiharsono, 2003:2).
Identitas merupakan suatu hal yang melekat dalam kehidupan seseorang
dimanapun dan kapanpun berada, berupa ras, etnis, kelompok sosial, dan
agama. Identitas merupakan subjektivitas yang menjadi landasan dalam
interaksi sosial yang pada dasarnya adalah untuk menjamin keberadaan diri
dengan meminjam kekuatan bersama untuk menghadapi ketidakpastian di
masa depan(Susanto, 2003:72).
24
Politik identitas merupakan suatu alat perjuangan poltik suatu etnis,
agama, kelompok ataupun kelas sosial untuk mencapai suatu tujuan tertentu,
dimana kemunculannya lebih disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang
dipandang oleh suatu ras, agama, kelompok ataupun kelas sosial sebagai
adanya suatu tekanan berupa ketidakadilan politik yang
dirasakan.berdasarkan perasaan yang sama, maka mereka bangkit
menunjukkan identitas atau jati diri dalam perjuangan politik untuk merebut
kekuasaan dengan memanipulasi kesamaan identitas tertentu yang tumbuh
dalam kehidupan sosial budayanya(Buchari, 2014:20).
Film meruapakan alat yang digunakan dalam kepentingan pemegang
kekuasaan untuk menyampaikan kegiatan politik yang bertujuan untuk
mengatur perbuatan seseorang dalam konflik sosial. Film selalu membawa
identitas dari suatu masyarakat yang dijadikan sebagai objek dalam alur cerita
film, demi tujuan untuk mendapatkan penilaian dari masyarakat tentang suatu
permasalahan ataupun apresiasi dari masyarakat. Film Bulan Terbelah di
Langit Amerika yang bertemakan tentang religi atau keagamaan,
berhubungan dengan perjuangan politik identitas, karena menyangkut agama
Islam yang disampaikan melalui pesan dalam film untuk memperbaiki citra
Islam.
2.3.1 Macam-Macam Sifat Pesan dalam Film
Terdapat macam-macam sifat pesan yang digunakan dalam suatu
film, untuk membuat film itu menarik ataupun dapat dipahami oleh
penonton, yang terdiri dari :
25
1. Visual, pesan yang disampaikan digambarkan ke dalam simbol-
simbol komunikasi yang menyangkut indera penglihatan. Pesan
tersebut dapat berupa gambar atau foto, sketsa, diagram, kartun,
poster, papan buletin, dan grafik.
2. Auditif, pesan yang disampaikan berkaitan dengan indera
pendengaran yang berupa suara, musik.
3. Verbal, pesan yang disampaikan melalui bahasa yang digunakan
oleh aktor berupa dialog, kata-kata atau bahasa lisan.
4. Nonverbal, pesan yang disampaikan tidak dalam bentuk bahasa
lisan, namun menggunakan bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi,
raut muka, serta penggunaan objek seperti pakaian dan simbol-
simbol lainnya. Pesan non verbal dapat disampaikan dalam
beberapa bentuk, antara lain :
a. Picturial
Pesan disampaikan melalui gambar, lukisa, foto, peta, grafik
ataupun diagram.
b. Gesturial
Pesan dilihat dari bahasa tubuh seorang komunikator, bahasa
tubuh, gerak gerik, dan bahasa isyarat.
c. Facial
Ekspresi yang ditunjukkan seseorang saat bicara, seperti sedih,
marah senang, jijik, dan takut dapat dilihat dari raut mukanya.
26
d. Musical
Pesan dapat disampaikan melalui suara, bunyi-bunyian,
ataupun musik, suara dapat menyimbolkan banyak hal dari
suara yang nyaring hingga mengalun lemah dapat
menggambarkan pesan, sedih, senang, ataupun kemarahan
(Kosasih, 2007).
5. Paralinguistik adalah jenis komunikasi yang berkaitan dengan cara
bagaimana seseorang mengucapkan atau menyampaikan pesan.
Paralinguistik dapat menunjukkan bagaimana suatu pembicaraan
disampaikan sekaligus menunjukkan tentang keadaan emosi dan
sikapnya. Di sini ada beberapa isyarat vokal yang dapat disimak
oleh pendengarnya, antara lain meliputi tingkat suara atau intonasi
suara dan lancar tidaknya berbicara. Beberapa contoh paralinguistik
antara lain :
a. Volume suara, yang harus diperhatikan adalah:
1. Suara yang berbisik dan lemah akan sulit didengar. Hal ini
menunjukkan pribadi orang yang sulit membuka diri,
susah mengutarakan perasaan, atau pemalu.
2. Suara yang selalu berubah-ubah volumenya menunjukkan
kesulitan, keraguan, atau merasa kurang mampu dalam
membicarakan suatu topik yang sedang dibahas.\
27
b. Kelancaran berbicara, yang harus diperhatikan adalah:
1. Kelancaran dalam berbicara menunjukkan kesiapan dan
penguasaan materi yang sedang dibicarakan.
2. Sering gagap dan ragu menunjukkan ketidaktenangan,
atau peka terhadap materi pembicaraan.
3. Apabila berbicara disertai keluhan atau tersendat dan
memandang orang yang disegani menunjukkan adanya
tekanan emosional atau ketergantungan kepada pihak lain.
4. Sering diam pada saat berbicara menunjukkan kesulitan
dalam merangkai atau menyampaikan kata-kata yang
tepat, atau mungkin sedang enggan berbicara.
Paralinguistik merupakan batas antara interaksi verbal dengan non-
verbal. Trager membagi tanda-tanda paralinguistik atas empat
bentuk, yaitu :
1. Kualitas suara, termasuk tanda-tanda tinggi atau rendahnya
suatu letupan suara, kualitas dari tekanan (keras, lembut,
serius, santai) dan irama tertentu.
2. Ciri-ciri vokal, termasuk suara orang sedang tertawa,
menangis, berteriak, menguap, meludah, mengisap sesuatu.
3. Pembatasan vokal, misalnya ragam yang terlihat dalam setiap
kata dan frase.
4. Pemisahan vokal, termasuk faktor-faktor yang mengandung
irama yang mempunyai kontribusi tahap pembicaraan.
28
Penyampaian pesan melalui bahasa yang dipakai baik lisan maupun
tulisan, dalam dialog sebuah film masuk dalam analisis teks. Analisis
teks adalah cabang dari semiotika teks, yang mengkaji tentang makna
dari suatu media berupa tulisan maupun tutur(wacana).
2.3.2 Teori Wacana
Konsep mengenai wacana diperkenalkan oleh Michel Foucalt yang
mengatakan wacana adalah sesuatu yang memproduksi yang lain
seperti gagasan, konsep atau efek. Wacana dapat dideteksi karena
secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup
dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak tertentu.
Menurut Foucault (1972), semua ujaran atau teks yang mempunyai
makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata yang dalam
penggunaannya, wacana diartikan sekumpulan pernyataan yang dapat
dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu (Eriyanto, 2001).
Sobur (2009:11), merangkai pengertian wacana sebagai rangkaian
ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal
(subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan
yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental
bahasa.
Wacana juga muncul dalam dialog-dialog, termasuk dalam dialog
film, yang mana melalui dialog tersebut terdapat makna atau pesan
29
yang ingin disampaikan oleh aktor kepada khalayak ataupun
masyarakat.
Analisis wacana kebalikan dari linguistik formal, justru
memusatkan perhatian pada level di atas kalimat seperti hubungan
gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat.
Analisis wacana dalam psikologi sosial, diartikan sebagai
pembicaraan sosial (Eriyanto, 2001:3).
Analisis wacana atau discourse analysis adalah suatu cara atau metode
untuk mengkaji wacana yang terdapat atau terkandung di dalam
pesan-pesan komunikasi baik secara kontekstual maupun
nonkontekstual. Analisis wacana berkenaan dengan isi pesan
komunikasi, yang sebagian di antaranya berupa teks. (Pawito,
2007:170).
Diskursus atau analisis wacana merupakan sebuah tindakan sosial
yang di dalamnya terdapat dialog (baik lisan maupun tulisan) yang
bersifat sosial. Artinya, pernyataan yang dibuat, kata-kata yang
digunakan bergantung bagaimana dan pada keadaan apa pernyataan
tersebut dibuat. Dengan kata lain analisis wacana dibentuk secara
sosial dan secara historis, akibatnya akan terdapat dikursus yang
berbeda-beda tergantung institusi dan praktek sosial yang
membentuknya, dan dengan posisi siapa yang berbicara serta
ditujukan kepada siapa. Dengan memperhatikan kenyataan bahwa
diskursus tidak pernah netral, maka implikasi penelitian dengan
30
analisis diskursus berguna untuk menyibak permasalahan
ketidakseimbangan yang terjadi dalm masyarakat (Birowo, 2006:65)
Menurut Mohammad A. S. Hikam (dalam Eriyanto, 2005:4-6)
terdapat tiga pandangan mengenai bahasa dalam analisis wacana.
1. Positivisme-empiris, bahasa dilihat sebagai jembatan antara
manusia dengan objek di luar dirinya. Pengalaman-pengalaman
manusia dianggap dapat secara langsung diekspresikan melalui
penggunaan bahasa tanpa ada kendala, sejauh dinyatakan dengan
memakai pernyataan-pernyataan yang logis, sintaksis, dan
memiliki hubungan dengan pengalaman empiris. Salah satu ciri
dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas.
Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan untuk
menggambarkan tata aturan kalimat, bahasa, dan pengertian
bersama.
2. Konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk
memahami realitas objektif belaka yang dipisahkan dari subjek
sebagai penyampai pernyataan. Pandangan ini justru menganggap
subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta
hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan
melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap
wacana. Oleh karena itu, analisis wacana dimaksudkan sebagai
suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-
makna tertentu. Wacana adalah suatu upaya pengungkapan maksud
31
tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu
pernyataan.
3. Pandangan kritis, analisis wacana menekankan pada konstelasi
kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa
menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena sangat
berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam
masyarakat. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai
representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu,
tema-tema wacana tertentu maupun strategi-strategi di dalmnya.
Oleh karena itu, analisis wacana dipakai untuk membongkar kuasa
yang ada dalam setiap proses bahasa: batasan-batasan apa yang
diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang dipakai, dan topik
apa yang dibicarakan. Karena memakai perspektif kritis,
pandangan ketiga dalam analisis wacana ini juga disebut sebagai
analisis wacana kritis.
Bahasa dalam analisis wacana kritis dianalisis bukan hanya dari
aspek kebahasaan, tetapi juga menghubungkan dengan konteks, yang
berarti bahasa dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk
praktik kekuasaan.
Dalam analisis wacana kritis terdapat pendekatan yang disebut
dengan analisis bahasa kritis (critical linguistics), pendekatan ini
dilakukan oleh sekelompok pengajar di Universitas East Anglia, yaitu
32
Roger Fowler,Robert Hodge, Gunther Kress, dan Tony Crew. Critical
Linguistics memusatkan analisis wacana pada bahasa dan
menghubungkannya dengan ideologi dan memandang bahasa sebagai
praktik sosial, melalui mana suatu kelompok memantapkan dan
menyebarkan ideologinya. Maksudnya adalah melihat bagaimana
gramatika bahasa membawa posisi dan makna ideologi tertentu.
Dengan kata lain, aspek ideologi itu diamati dengan melihat pilihan
bahasa dan struktur tata bahasa yang dipakai. Bahasa adalah suatu
sistem kategorisasi, di mana kosakata tertentu dapat dipilih yang akan
menyebakan makna tertentu (Eriyanto, 2001:15).
2.4 Definisi Konseptual
Konsep adalah unsur pokok dalam penelitian, konsep bisa berarti ide umum,
pengertian, pemikiran, rancangan, dan rencana dasar. Konsep yang ada dalam
penelitian ini antara lain :
1. Politik Identitas
Politik identitas merupakan suatu alat perjuangan poltik suatu etnis,
agama, kelompok ataupun kelas sosial untuk mencapai suatu tujuan
tertentu, dimana kemunculannya lebih disebabkan oleh faktor-faktor
tertentu yang dipandang oleh suatu ras, agama, kelompok ataupun kelas
sosial sebagai adanya suatu tekanan berupa ketidakadilan politik yang
dirasakan.berdasarkan perasaan yang sama, maka mereka bangkit
menunjukkan identitas atau jati diri dalam perjuangan politik untuk
33
merebut kekuasaan dengan memanipulasi kesamaan identitas tertentu
yang tumbuh dalam kehidupan sosial budayanya(Buchari, 2014:20).
2. Isu
Menurut Hennesy (dalam Ritonga, 2006), isu adalah suatu
permasalahan kontroversi yang menyentuh hakikat kepentingan
masyarakat dan diperbincangkan di media massa, baik di media
elektronik seperti televisi dan radio maupun media cetak, seperti surat
kabar dan majalah. Bidang permasalahan tersebut bisa mengenai hukum,
politik, peperangan, ekonomi, perdagangan, industri, olahraga, pertanian,
kejahatan, pendidikan, lingkungan hidup, sosial, budaya, dan sebagainya.
Isu yang muncul di media massa kemudian didiskusikan oleh berbagai
lapisan masyarakat. Dalam diskusi biasanya muncul pendapat pro dan
kontra terhadap isu yang menjadi perhatian masyarakat. Setiap isu
menciptakan masyarakatnya sendiri, dan setiap masyarakat biasanya tidak
terdiri atas individu-individu yang sama dengan yang membentuk
masyarakat tertentu lain, sekalipun setiap individu pada waktu tertentu
merupakan anggota dari banyak masyarakat yang berlainan. Jadi,
masyarakat yang dimaksud dalam pendapat umum tidak bersifat tetap,
tetapi berubah-ubah tergantung pada isunya. Film Bulan Terbelah di
Langit Amerika mengangkat isu tentang citra Islam di Amerika Serikat
yang dianggap buruk yang kemudian menimbulkan istilah Islamofobia.
34
3. Islamofobia
Ditinjau dari arti bahasa, Islamofobia berarti ketakutan terhadap Islam.
Istilah tersebut merujuk pada ketakutan berlebihan yang diikuti dengan
tindakan diskriminasi kepada Islam dan pengikutnya. Istilah tersebut
muncul pertama kali pada tahun 1922 dalam sebuah essai seorang
orientalis bernama Etienne Dinet dalam karyanya yang berjudul L’ Orient
vu del’Occident. Islamofobia kemudian menjadi sebuah istilah yang
umum digunakan pada tahun 1990an untuk mendefinisikan perlakuan
diskriminasi yang diterima oleh umat Islam di Eropa Barat. Meskipun
beragam definisi mengenai istilah tersebut masih diperdebatkan oleh para
ahli, namun semuanya mengarah pada sebuah kesamaan tentang
terbentuknya ideologi ketakutan yang tidak rasional terhadap Islam, dari
perasaan ketakutan inilah muncul keyakinan bahwa setiap muslim
merupakan penggemar fanatik ajaran agamanya, yang mempunyai
tendensi untuk melakukan kekerasan terhadap orang-orang non-Muslim
dan meyakini bahwa Islam menolak nilai-nilai seperti kesetaraan,
toleransi, dan demokrasi(‘Ainul, 2014:1).
Islamofobia dan Barat
Meski telah ada sejak tahun 1980an, istilah ini semakin
meningkat setelah kejadian di WTC, 11 September 2001. Hal
itulah yang menjadi sebab munculnya rasa permusuhan dan
pelecehan terhadap Islam dan serangan terhadap pemeluknya.
Menurut John L. Espositi, seorang professor agama dan hubungan
35
internasional serta kajian Islam di Georgeton University Amerika,
mengatakan bahwa terdapat kesalahan Barat dalam memahami
ideologi orang lain. Dalam kasus karikatur pelecehan Nabi
Muhammad SAW, tidak lain adalah bukti besar Barat untuk
memprovokasi masyarakat Barat yang sebenarnya telah menodai
apa yang dianggap orang lain sebagai sesuatu yang sakral.
Anehnya, pelecehan tersebut terjadi ketika masyarakat Barat
mengaku menjunjung tinggi kebebasan dan demokrasi dalam
menghormati pilihan orang lain (Salwasalsabila, 2008).
Selama ini kesan yang biasanya dimunculkan oleh barat
terhadap Islam adalah bahwa ajaran Islam penuh dengan
kekerasan. Sehingga banyak orang yang kemudian takut akan
keberadaan Islam dan menjadikan Islam sebagai ancaman bagi
kehidupan mereka. Sedangkan opini yang dimunculkan terhadap
kaum muslimin yang menentang barat adalah mereka termasuk
kelompok fundamentalis, ekstrimis, teroris, dan label-lebel lain
yang mengarah pada kelompok garis keras.
Tindakan diskriminasi terhadap Islam dan pemeluknya,
terlihat pada sikap membeda-bedakan, menghina atribut yang
dipakai oleh kaum muslim,-memiliki cara pandang bahwa kaum
muslim yang menggunakan atribut, seperti hijab oleh perempuan
dan laki-laki yang berjenggot memiliki kecenderungan untuk
36
menjadi teroris. Tindakan diskriminasi lainnya seperti tidak
menghargai tempat ibadah ataupun cara beribadah umat Islam.
Seperti halnya film Bulan Terbelah di Langit Amerika yang
memberikan gambaran tentang maraknya Islamofobia semenjak
terjadinya tragedi 11 September 2001. Menceritakan tentang
bagaimana Islam dipandang buruk di Amerika dan menjadi agama
yang dipandang sebelah mata.
Counter Isu Islamofobia
Para muslim di seluruh dunia berusaha memberikan counter
atau penolakan terhadap isu Islamofobia, banyak media yang
digunakan untu menolak isu tersebut. Seperti gerakan dakwah dan
juga penulisan buku yang mengulas tentang ajaran Islam sekaligus
menjawab isu-isu miring tentang Islam. Penyampaian dakwah
lewat media cetak maupun elektronik juga dilakukan untuk
meluruskan pandangan tentang Islam, seperti surat kabar, majalah
agama, radio, televisi(program dakwah, kajian Islam, drama religi),
film bertema religi dari dalam maupun luar negeri salah satunya
adalah film My Name is Khan, dan juga internet. Youtube
merupakan salah satu bagian dari internet yang menampilkan
berbagai video dari mana saja dan oleh siapapun juga memberikan
penolakan isu Islamofobia, baik berupa dakwah maupun social
experiment yang dilakukan oleh orang-orang muslim di luar sana
untuk menguji bagaimana muslim dipandang dan juga meluruskan
37
ajaran tentang Islam, salah satunya adalah channel milik Karim
Jovian yang mengunggah banyak sekali tentang bagaimana muslim
dipandang di Amerika.