BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
7
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Isrohah (2015) dengan judul “Analisis
Pengaruh Modal Kerja dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Bersih Pedagang
Kaki Lima di Kelurahan Ngaliyan Semarang”. Dengan menggunakan variabel
independen (bebas) yaitu: modal kerja dan jam kerja. Variabel dependen
(terikat) yaitu: pendapatan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis
regresi berganda. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel
modal kerja dan jam kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan pedagang kaki lima di kelurahan Ngaliyan Semarang. Ini
menunjukkan bahwa semakin banyak modal usaha maka, jam kerja yang
digunakan semakin tinggi pula pendapatan yang akan di terima oleh
pedagang.
Penelitian yang dilakukan oleh Firdausa (2012) dengan judul “Pengaruh
Modal Awal, Lama Usaha dan Jam Kerja Terhadap Pendapatan Pedagang
Kios Di Pasar Bintoro Demak”. Dengan menggunakan variabel independen
(bebas) yaitu: modal awal, lama usaha dan jam kerja. Variabel dependen
(terikat) yaitu: pendapatan pedagang di pasar. Alat analisis yang digunakan
adalah analisis regresi berganda. Hasil menunjukkan bahwa semua variabel
berpengaruh positif terhadap pendapatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Utami (2013) dengan judul “Pengaruh
Modal Kerja Terhadap Pendapatan Dengan Lama Usaha Sebagai Variabel
8
Moderasi (Survei Pada Pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta)”.
Dengan menggunakan variabel independen (bebas) yaitu: lama usaha dan
modal kerja. Variabel dependen (terikat) yaitu: pendapatan. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa modal kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan pedagang di Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta. Lama usaha
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang di Pasar
Klithikan Notoharjo Surakarta. Lama usaha tidak berpengaruh terhadap
variabel yang memoderasi pengaruh modal kerja terhadap pendapatan
pedagang di Pasar Klithikan Notoharjo Surakarta. Hipotesis ini tidak dapat
diterima yang berarti lama usaha bukan merupakan variabel moderasi.
Adapun penulis mengambil dari data penelitian tersebut diatas adalah
sebagai bahan perbandingan karena memiliki kesamaan menganalisis
pendapatan pedagang kaki lima yang menggunakan teknik analisa regresi
berganda.Namun yang membedakan dari penelitian tersebut adalah
pengamatan dan wilayah yang diteliti.
B. Teori dan Kajian Pustaka
1. Pendapatan
Pendapatan secara etimologi adalah hasil terjemahan dari bahasa
inggris yaitu “income” yang diartikan sebagai pendapatan pada prinsipnya
berbicara tentang pendapatan dapat diasumsikan dengan tingkat
kesejahteraan sosial sekarang. Dimana kesejahteraan adalah kondisi yang
9
menunjukkan tingkat kesejahteraan yang baik, tempat tinggal yang
nyaman serta pekerjaan yang baik.
Menurut Djojohadikusumo (1990) pendapatan adalah pemanfaatan
jasa-jasa yang berasal dari sumber rumah tangga dan lembaga-lembaga
swasta yang bertujuan untuk mencari laba.
Menurut Poerwadharminto (1984) pendapatan diartikan sebagai
penghasilan, usaha perolehan dan sebagainya. Tingkat pendapatan yang
diukur merupakan penerimaan bersih seseorang baik itu berupa barang
maupun berupa uang dari hasil usaha yang dilakukan.
Menurut Budiono (1982) pendapatan dapat didefiniskan sebagai hasil
penjualan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh seseorang pada
sektor-sektor industri tertentu atau pada bidang usaha tertentu. Pendapatan
terdiri upah dan pendapatan kerja lainnya, pendapatan dari hak
kepemilikan seperti sewa, bunga atau pendapatan yang berasal dari
pemerintah, contohnya pada jaminan sosial atau tunjangan-tunjangan lain.
Semakin tinggi pendapatan seseorang semakin mudah ia memenuhi
kebutuhannya.
Menurut Arsyad (1992), menyatakan pengertian dari pendapatan
adalah:
a. Pendapatan kotor adalah jumlah penerimaan total (TR) yang
diperoleh dalam jangka waktu tertentu sebelum dikurangi dengan
total biaya yang dikeluarkan (TC).
10
b. Pendapatan bersih adalah penerimaan total (TR) yang diperoleh
dalam jangka waktu setelah total biaya yang dikeluarkan (TC).
Berdasarkan hal tersebut diatas perlu dibedakan antara penerimaan
(revenue) dari pendapatan. Penerimaan (revenue) merupakan penghasilan
yang diterima oleh individu atau perusahaan berupa penghasilan kotor yang
belum dikurangi biaya atau pengeluaran. Sedangkan yang dimaksud
dengan pendapatan adalah penghasilan bersih yang diterima oleh individu
atau perusahaan yang telah dikurangi biaya dan pengeluaran.
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan.
Pertama, gaji dan upah, yaitu imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut
melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu
hari, satu minggu atau satu bulan. Kedua, pendapatan dari usaha sendiri
merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya-
biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau
keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini
biasanya tidak diperhitungkan. Ketiga, pendapatan dari usaha lain, yaitu
pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja dan ini
merupakan pendapatan sampingan, antara lain pendapatan dari hasil
menyewakan aset yang dimiliki, bunga dari uang, sumbangan dari pihak
lain, pendapatan pensiun, dan lain-lain (Jaya, 2011).
Penerimaan pedagang dapat dilihat dari laba atau keuntungan yang
diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan. Dimana laba yang
diperoleh adalah hasil dari penerimaan total dikurangi biaya total.
11
Penerimaan Total (TR) adalah penerimaan total produsen dari hasil
penjualan outputnya, yaitu output (Q) dikali harga output ( ), sedangkan
biaya total (TC) adalah biaya yang dikeluarkan dalam satu unit produksi,
yaitu biaya rata-rata produksi (AC) dikali output (Q) (Sumardi, 1999).
12
2. Sektor Informal Pedagang Kaki Lima
Salah satu bagian terpenting dari kegiatan sektor informal adalah
kegiatan bidang usaha pedagang kaki lima, dan yang menyangkut
pengertian atau istilah pedagang kaki lima sebagaimana yang disebutkan
para ahli. Menurut Hidayat (1983) Yan Pieter Karafir mendifinisikan
pedagang kaki lima sebagai berikut:”Yang dimaksud pedagang kaki lima
adalah pedagang kecil yang berjualan tidak resmi disuatu tempat umum
seperti tepi jalan, taman-taman, emper-emper toko dan pasar yang
sebenarnya dimaksudkan untuk mereka”.Dengan mengetahui kondisi
objektif sektor informal pedagang kaki lima maka sektor informal
membutuhkan langkah perencanaan yang tepat sehingga mampu
memupuk potensi besar yang dimiliki sektor informal pedagang kaki lima
tersebut. Keberadaan pedagang merupakan jawaban dari masalah
langkahnya kesempatan kerja di sektor informal.
Ada beberapa aspek yang dapat dijadikan indikator dari bentuk pedagang
kaki lima, diantaranya adalah :
a. Kegiatan usaha tidak terorganisir secara baik karena timbulnya unit
usaha tidak mempergunakan kelembagaan yang tersedia di sektor
formal.
b. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga sekala operasi
menjadi kecil juga.
c. Pola kegiatan usaha tidak teratur, baik dalam arti lokasi maupun jam
kerja.
13
d. Hasil produksi terutama dikonsumsi oleh golongan berpenghasilan
menengah ke bawah.
Sedangkan berkembangnya jumlah pedagang kaki lima tidak bisa lepas
dari adanya kemudahan maupun keuntungan pendapatan yang diterima.
Hal tersebut didasari adanya faktor-faktor penentu yang mempengaruhi
pendapatan pedagang kaki lima. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Modal, modal merupakan hal yang sangat diperlukan dalam
mendirikan sebuah usaha. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan
tergantung dari besar kecilnya usaha yang akan didirikan, seseorang
yang baru ingin membuka usaha harus menghitung betul berapa modal
yang cukup untuk membuat usaha tersebut dan kapan modal tersebut
dapat kembali ketika usahanya sudah dimulai. Modal adalah hasil
produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Dalam
perkembangannya modal ditentukan pada nilai, daya beli atau
kekuasaan memakai atau menggunakan dalam barang-barang modal
(Riyanto, 1998).
b. Jam kerja, Menurut KBBI jam kerja adalah waktu yang dijadwalkan
untuk perangkat peralatan yang dioperasikan atau waktu yang
dijadwalkan bagi pegawai untuk bekerja. Jam kerja sangat menentukan
efisiensi dan produktivitas kerja. Jam kerja dalam mempengaruhi
tingkat pendapatan dapat terbukti dalam teori ketenagakerjaan
mengenai alokasi waktu kerja.
14
c. Lama Usaha, lama usaha adalah lama waktu yang sudah dijalani
pedagang atau pelaku usaha lainnya dalam menjalankan maupun
mengelola usahanya. Lama suatu usaha dapat menimbulkan
pengalaman berusaha, dimana pengalaman dapat mempengaruhi
pengamatan seseorang dalam bertingkah laku (Asmie, 2008). Lama
seorang pedagang atau pelaku usaha lain dalam menekuni bidang
usahanya akan mempengaruhi produktivitasnya sehingga dapat
menambah efisiensi dan menekan biaya produksi lebih kecil dari pada
penjualan (Firdausa, 2012).
3. Pengertian dan Ciri-Ciri Sektor Informal
Istilah sektor informal baru dipopulerkan pertama kali oleh Keith Hart
seorang antropolog Inggris tahun 1973. Keith Hart menggambarkan sektor
informal sebagai bagian angkatan kerja kota yang berada diluar pasar
tenaga kerja yang terorganisir. Kegiatan usahanya hampir sama dengan
jenis usaha sendiri yang kecil, yang berusaha sendiri maupun dengan
dukungan anggota-anggota keluarga yang rendah.
Aktifitas-aktifitas informal tidak hanya terbatas pada pekerjaan-
pekerjaan dipinggiran kota-kota besar, tapi meliputi berbagai macam
aktifitas ekonomi. Merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai
dengan mudahnya aktifitas tersebut untuk dimasuki semua kalangan
masyarakat, bersandar pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri,
operasinya dalam skala kecil, padat karya dan teknologinya bersifat
adaptif, keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah informal, dan
15
tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat
kompetitif.
Menurut Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari kesempatan
memperoleh penghasilan, yaitu: (Supriadi, 2009).
a. Sah, terdiri atas :
Usaha tersier dengan modal yang relatif besar ( perumahan ,
transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum,dan lain-lain).
Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder (pertanian, perkebunan
yang berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain).
Transaksi pribadi (pinjam meminjam, pengemis).
Distribusi kecil-kecilan (pedagang kaki lima, pedagang pasar,
pedagang kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain).
Jasa yang lain (pengamen, tukang cukur, dan lain-lain).
b. Tidak sah, terdiri atas :
Jasa (kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah
barang-barang curian, lintah darat, perdagangan obat bius,
penyelundupan, dan lain-lain).
Transaksi, pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar
(perampokan bersenjata), pemalsuan uang, dan lain-lain.
Bekerja disektor informal adalah pekerjaan yang tidak
mendapatkan perlindungan ekonomi, tidak mempunyai perjanjian
kerja jangka panjang.
4. Pengertian Pedagang, Ciri-ciri dan Macam Pedagang
16
Sukirno (1997) pedagang secara umum dapat didefinisikan sebagai
pedagang yang berjualan di tempat umum, seprti jalan-jalan, di taman-
taman dan di sekitar pasar dengan tidak memiliki tempat usaha yang tidak
permanen, berpindah pindah dan memiliki dagangan tertentu. Jadi dalam
hal ini pedagang adalah usaha yang bermodalkan kecil yang berjualan di
tempat umum, di jalan trotoar, di taman-taman, di emperan toko, dan
disekitar pasar dengan menggunakan peralatan seadanya dengan ciri
adanya spesialisasi dengan kelompok barang yang di perdagangkan.
Ciri-ciri dari pedagang secara umum dalam melaksanakan unit
usahanya adalah:
a. Kelompok ini merupakan pedagang yang kadang- kadang sekaligus
menjadi produsen.
b. Perkataan pedagang memberikan konotasi bahwa mereka pada
umumnya menjajakan barang-barang dagangannya di pinggir-pinggir
jalan, di depan toko, di taman kota atau tempat lain yang mereka
anggap sebagai tempat yang strategis.
c. Pedagang pada umumnya menjual barang dagangannya secara eceran.
d. Omset penjualan pada umumnya tidak besar.
e. Para pembeli pada umumnya berdaya beli kelas menengah kebawah.
f. Barang yang di perdagangkan biasanya tidak standart.
g. Terdapat jiwa kewiraswastaan pada pedagang.
Macam-macam Pedangan antara lain:
a. Pedagang menengah / agen / grosir
17
Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan barang
dagangannya dari distributor atau agen tunggal yang biasanya akan
diberi daerah kekuasaan penjualan/perdagangan tertentu yang
lebihkecil dari daerah kekuasaan distributor. Contoh seperti pedagang
grosir baju di pasar Besar.
b. Pedagang eceran / pengecer / peritel
Pengecer adalah pedagang yang menjual barang yang dijualnya
langsung ke tangan ke pemakai akhir atau konsumen dengan jumlah
satuan atau eceran. Contohnya seperti alfamart dan indomart.
c. Pedagang Kaki Lima
Biasanya dikenal dengan penjual liar atau penjual tidak resmi.
Pedagang yang menempati lokasi yang bukan untuk diperuntukkan
untuk berjualan seperti trotoar, badan jalan, taman dan sebainya dan
sifatnya tidak menetap. Berasal dari lima ( 5 ) feet , jaman rafles , kaki
lima yang dimaksud adalah lebar trotoar lebih kurang 1,5 m.
Kemudian berkembang pula pedagang kaki lima adalah yang
menggunakan grobak dimana digambarkan 2 roda, 2 kaki
pedagangnya ditambah satu kaki penyanggah grobak.
Hadirnya sosok pedagang mencerminkan kondisi sosial ekonomi
yang tidak berimbang antara pertumbuhan angkatan kerja dengan
jumlah kesempatan kerja yang tersedia serata timbul dan berkembang
bersama sama dengan pertumbuhan sosial masyarakat. Dalam hal ini
sebagian masyarakat lebih suka memilih sebagai pedagang karena
18
dalam menjalankan aktifitasnya tidak membutuhkan sistem-sitem yang
rumit. Akan tetapi kehadiran pedagang tersebut hanya sedikit saja yang
memperoleh perhatian pemerintah dibandingkan dengan kelompok
pekerja lainnya karena pemerintah sendiri sulit mengorganisir para
pedagang yang berkembang semakin banyak jumlahnya.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Menentukan Pendapatan
Menurut Kamarudin (1972) ada empat faktor yang dapat
mempengaruhi dan menentukan pendapatan, yaitu :
a. Teknologi
Teknologi yang maju akan dapat memanfaatkan sumber-sumber
yang tersedia sehingga kapasitas produksi akan meningkat yang
nantinya akan tercapai produktifitas yang tinggi dan diharapkan
pendapatan akan naik.
b. Faktor-Faktor Produksi
Dikaitkan dengan kemampuan untuk menggunakan kombinasi
antara masing-masing faktor produksi yang terdiri dari
keterampilan, capital, sumber alam dan tanah.
c. Konsumsi, Tabungan dan Investasi
Apabila produktifitas per kapita rendah, maka akan menyebabkan
rendahnya pendapatan yang diperoleh masyarakat.
d. Tingkat Kesehatan Penduduk
Apabila masyarakat tidak mengenal kesehatan, maka akan mudah
terkena wabah penyakit. Hal ini jelas mempengaruhi produktifitas
19
kerja akan menjadi rendah, sehingga pendapatan yang diperoleh
juga rendah.
6. Faktor-Faktor yang Berhubungan Terhadap Tingkat Pendapatan
Pedagang
Menurut Supriadi (2009) ada beberapa faktor-faktor yang berhubungan
terhadap tingkat pendapatan pedagang, yaitu :
a. Umur
Faktor umur atau usia seseorang mempunyai hubungan dengan
kemampuan seseorang untuk bekerja sebagai pedagang, individu
yang bekerja pada usia produktif akan berbeda jika individu
tersebut bekerja pada usia yang non produktif, contohnya terlalu
muda atau terlalu tua, karena hal ini akan mempengaruhi semangat
dan kemampuan didalam bekerja.
b. Beban Tanggungan Keluarga
Beban tanggungan keluarga akan menentukan jumlah
pendapatan yang diterima seseorang, karena dari jumlah
pemasukan yang ada akan digunakan sebagai pengeluaran untuk
pemenuhan kebutuhan keluarga tersebut.
c. Tingkat Pendidikan
Menurut Kasriyono (1984) secara teoritis semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin besar kemungkinan baginya untuk
memperoleh pekerjaan dengan imbalan yang sangat besar.
Sedangkan menurut Khaldi dan Mulyono (1988) pendidikan dapat
20
meningkatkan kemampuan seseorang dalam pengambilan
keputusan usahanya, dengan pendidikan maka seseorang dapat
meningkatkan kemampuan dan semangat kerja serta kemampuan
untuk meningkatkan pendapatannya. Pendidikan juga menunjang
para pedagang untuk melihat posisi market yang ada, strategi pasar
yang dijalankan dan ancaman terhadap persaingan yang ada.
Kemampuan dalam menjalankan roda usahanya disertai
pembukuan yang baik dan teratur akan mengontrol sisi
pengeluaran pedagang.
d. Lama Usaha
Usaha yang telah dijalani atau dirintis sekian lamanya oleh
seorang pedagang akan memberikan ketrampilan yang berbeda
dengan yang baru melakukan usaha, begitupula konsumen dan
daerah yang didapatkan jauh berbeda dengan pemain baru yang
mangkal pada daerah yang sama. Semakin lama menggeluti
profesinya, maka nilai plus yang disandangnya lebih banyak dan
lebih memberikan peluang untuk melakukan berbagai terobosan
pasar. Sehingga pedagang akan memiliki banyak pengalaman dan
kemampuan untuk meningkatkan pendapatannya.
Semakin lama menekuni bidang usaha akan semakin
meningkatkan pengetahuan tentang selera ataupun perilaku
konsumen. Ketrampilan usaha akan semakin bertambah dan
semakin banyak pula relasi bisnis maupun pelanggan yang berhasil
21
dijaring. Banyaknya pengalaman seorang akan memperluas
wawasannya, dengan demikian hal tersebut juga akan
meningkatkan daya serapnya terhadap hal-hal baru yang akan
meningkatkan pengetahuan, kecerdasan dan ketrampilan seseorang
(Wicaksono, 2011).
e. Jumlah Jam Kerja
Jumlah jam kerja yang dimiliki oleh pedagang juga memiliki
hubungan dengan tingkat pendapatan yang diterimanya. Semakin
banyak memiliki jam kerja dalam menjalankan usahanya, akan
lebih banyak pula pemasukan pendapatan yang diperoleh, dan
tentu akan berbeda dengan pendapatan yang diperoleh dari
pedagang yang menjalankan usahanya sebagai pekerja sampingan.
f. Modal
Menggunakan modal yang kecil akan menghasilkan
pendapatan yang kecil sehingga usaha seorang pedagang sulit
berkembang dan maju. Modal yang kecil dengan pendapatan yang
kecil menyebabkan sektor ini mempekerjakan self employment
disamping sebagai pekerja mereka juga bertindak sebagai
pengusaha. Sektor informal (pedagang) ini pada umumnya
termasuk dalam kategori One man enterprise kalaupun
mempekerjakan karyawan mereka memakai tenaga kerja yang
berasal dari kalangan keluarga sendiri.
22
Pengertian modalmenurut Cahyono (1983) yaitu sumber-
sumber ekonomi yang diciptakan manusia dalam bentuk nilai uang
atau barang, modal dalam bentuk uang dapat digunakan oleh sektor
produksi untuk membeli modal baru dalam bentuk barang investasi
yang dapat menghasilkan barang baru lagi.
C. Perumusan Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam
penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu
hipotesis selalu dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan
dua variabel atau lebih (Supranto,1997). Berdasarkan rumusan masalah,
tujuan masalah dan kajian teoritis penelitian yang telah diuraikan. Maka dari
itu hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Diduga Modal kerja berpengaruhpositif terhadap pendapatan pedagang
kaki lima di alun-alun Kota Batu.
b. Diduga Lama Usaha berpengaruh positifterhadap pendapatan pedagang
kaki lima di alun-alun Kota Batu.
c. Diduga Jam kerja berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang kaki
lima di alun-alun Kota Batu.
D. Kerangka Pemikiran
a. Modal adalah hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih
lanjut. Dalam perkembangannya modal ditentukan pada nilai, daya beli
atau kekuasaan memakai atau menggunakan dalam barang-barang modal
(Riyanto, 1998).
23
b. Lama Usahaadalah banyaknya pengalaman seorang akan memperluas
wawasannya, dengan demikian hal tersebut juga akan meningkatkan daya
serapnya terhadap hal-hal baru yang akan meningkatkan pengetahuan,
kecerdasan dan ketrampilan seseorang (Wicaksono, 2011).
c. Jumlah jam kerja yang dimiliki oleh pedagang juga memiliki hubungan
dengan tingkat pendapatan yang diterimanya. Semakin banyak memiliki
jam kerja dalam menjalankan usahanya, akan lebih banyak pula
pemasukan pendapatan yang diperoleh.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber : Firdausa (2012)
Modal
Lama Usaha
Jam Kerja
Pendapatan