BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Rantai Pasok
Transcript of BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Rantai Pasok
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1 Rantai Pasok
Pada penelitian ini, teori yang akan digunakan adalah teori rantai pasok dalam bidang
konstruksi jalan tol. Pengembangan model yang dapat menggambarkan organisasi di industri
konstruksi guna memahami struktur dan perilaku rantai pasok dalam industri konstruksi. Hal
ini berguna sebelum melakukan efisiensi rantai pasok konstruksi seperti yang diinginkan,
terlebih dahulu diperlukan suatu pemetaan pola rantai pasok konstruksi yang terdapat dalam
praktek konstruksi, khususnya dalam proyek konstruksi bangunan gedung di Indonesia.
Rantai pasok didefinisikan sebagai seperangkat sistem jaringan yang terkelompok
dalam beberapa tiers dan terlibat melalui hubungan hulu dan hilir yang melakukan fungsi
pengembangan dan pengelolaan arus material, peralatan, produk, jasa, informasi, dan keuangan
di mana bagian-bagian penyusunnya mencakup suplai material, fasilitas produksi, pelayanan
distribusi kepada pelanggan yang bertujuan mempertahankan operasi bisnis yang
menguntungkan diantaranya memperoleh biaya terendah, waktu tercepat, dan peningkatan
produktivitas penyelenggaraan konstruksi. Menurut Punjawan (Kusumawati dkk, 2018)
definisi dari rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk
menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir secara bersama-sama.
Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya pemasok, pabrik, distributor, toko atau ritel, serta
perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik. Sedangkan menurut
Chopra and Meindl (2007, 20), rantai pasok memiliki sifat yang dinamis namun melibatkan
tiga aliran yang konstan, yaitu aliran informasi, produk dan uang. Disamping itu, Chopra and
Meindl (2007) menjelaskan bahwa tujuan utama dari setiap rantai pasok adalah untuk
memenuhi kebutuhan konsumen dan menghasilkan keuntungan.
Pelaksanaan proses produksi, dan penggunaan biaya produksi yang seefisien mungkin
menjadi pendorong pengembangan model rantai pasok dalam sektor konstruksi dengan
mengadopsi konsep rantai pasok manufaktur. Vrijhoef (2011) mengatakan bahwa mengadopsi
konsep rantai pasok berpeluang meningkatkan kinerja pelaksanaan proyek konstruksi yang
semakin terfragmentasi. Rantai pasok dapat menjadi solusi untuk mengintegrasikan organisasi
yang terlibat dalam proyek dan dalam proses manajemennya sehingga menghasilkan produk
konstruksi yang efisien dan efektif dalam waktu yang terbatas. Secara umum organisasi yang
terlibat dalam rantai pasok konstruksi mencakup klien, kontraktor utama, suplier,
subkontraktor, dan tim desain. Organisasi yang terlibat secara bersama-sama mengalirkan
material, peralatan, dan informasi ke lokasi proyek sesuai jumlah dan waktu yang tepat.
Material dan peralatan dialirkan pada satu arah sedangkan informasi diarahkan pada dua arah
atau bolak-balik.
2.1.1 Rantai Pasok di Industri Konstruksi
Konsep rantai pasok pada awalnya berkembang di industri manufaktur. Rantai pasok
adalah suatu jaringan kerjasama dalam menyediakan material atau bahan baku yang
melibatkan beberapa pihak. Material tersebut meliputi bahan mentah maupun bahan setengah
jadi. Secara umum pihak-pihak yang terlibat dalam suatu rantai pasok adalah pemasok, pusat
produksi, pusat distribusi, gudang, pusat penjualan dan lain-lain. Adapun pertimbangan utama
dalam menentukan kinerja rantai pasok adalah total biaya dan waktu yang minimum sesuai
kualitas yang disyaratkan. Dalam konteks konstruksi, rantai pasok dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dari sekumpulan aktifitas perubahan material alam hingga menjadi produk akhir
(seperti jalan atau bangunan) dan jasa (seperti perencanaan atau biaya) untuk digunakan oleh
klien dengan mengabaikan batas-batas organisasi (Rebeiro & Lopesdalam Oktaviani, 2008).
Menurut Vrijkoef (2011), rantai pasok adalah jalinan kerjasama perusahaan yang berinteraksi
untuk menyampaikan produk (barang atau jasa) kepada pelanggan akhir, hubungan aliran
material dari bahan mentah sampai pengiriman terakhir dari rantai.
Dapat disimpulkan bahwa rantai pasok merupakan keterlibatan jaringan organisasi dari
organisasi hulu sampai hiliryang melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
bernilai sampai pada pelanggan terakhir. Rangkaian hubungan pelanggan-pemasok tersebut
terjadi dalam suatu rentang proses perubahan material, dimulai dari tahapan material alam
hingga produk akhirnya mencapai pengguna akhir, bagaikan suatu rangkaian mata rantai yang
terhubungan secara linier. Namun bentuk rantai pasok dalam konteks bisnis yang
sesungguhnya memiliki bentuk yang kompleks. Kompleksitas hubungan tersebut, terjadi
karena suatu perusahaan tertentu memiliki hubungan ke hulu dengan beberapa pemasok-nya
(multiple pemasoks), dan ke hilir dengan beberapa pelanggan-nya (mutiple pelanggans). Di
dalam suatu rantai pasok terdapat sistem pasokan yang harus didefinisikan, dirancang, dan
diimplementasikan untuk mendapatkan aliran material, informasi dan dana yang efektif.
Kegiatan dalam lokasi proyek telah memiliki jaringan tersendiri antara kegiatan satu dengan
kegiatan yang lain. Di luar lokasi proyek terdapat pihak-pihak pemasok, subcontractor,
designers, dan pemilik yang secara langsung maupun tidak langsung bekerjasama sehingga
membentuk rantai pasok untuk mendukung kelancaran dari kegiatan di dalam lokasi proyek
tersebut. Beberapa karakteristik dari rantai pasok konstruksi, yaitu:
1. Karakteristik produknya unik – produk konstruksi bangunan pada umumnya dibuat
berdasarkan permintaan tertentu (custom made product). Dengan demikian tidak ada
satu pun produk konstruksi yang sama - walaupun hal initergantung pada tingkatan
mana melihatnya.
2. Dilakukan oleh organisasi yang bersifat sementara (temporary organization). Suatu
rangkaian rantai pasok yang terbentuk yang menghasilkan produk konstruksi, akan
berakhir ketika selesai masa produksi.
3. Produknya terikat pada tempat tertentu, sehingga proses produksinya berlangsung di
tempat konstruksi berada (in site production). Hal ini juga memberikan kontribusi
terhadap keunikan produk konstruksi, karena pada proyek yang sama, baik kondisi fisik
(kondisi tanah, pengaruh cuaca, dll) maupun non fisik (regulasi yang berlaku, kondisi
lalulintas, dll) yang mempengaruhinya tidak akan pernah sama.
4. Terjadinya produksi di dalam tempat konstruksi berada (in site production), telah
membagi dua batasan proses yang terjadi dalam produksi konstruksi.
5. Diproduksi dalam lingkungan alam yang tidak terkendali, sehingga terdapat
ketidakpastian yang tinggi dalam konstruksi.
Berdasarkan uraian di atas, maka terlihat bahwa rantai pasok di industri konstruksi
sangatlah kompleks, sehingga sistem jaringan supply yang terjadi pada proses produksinya
juga menjadi sangat kompleks. Suatu studi menunjukkan bahwa desain rantai pasok yang buruk
memiliki potensi untuk meningkatkan biaya proyek hingga 10% (Bertelsen, dalam Thaha,
2016). Hal ini menunjukkkan bahwa pola rantai pasok konstruksi juga akan memberikan
kontribusi terhadap efisiensi suatu pelaksanaan proyek, sehingga rantai pasok konstruksi
memiliki potensi untuk menjadi salah satu ruang yang memungkinkan untuk dilakukannya
peningkatandalam industri konstruksi.
Dalam konteks konstruksi di mana fragmentasi sudah menjadi bagian dari karakteristik
industri ini, maka peningkatan yang dapat dilakukan adalah melalui manajemen hubungan
terhadap organisasi yang terlibat dalam suatu susunan rantai pasok yang menghasilkan produk
konstruksi tertentu. Dengan demikian sangatlah perlu dilakukan pengelolaan rantai pasok yang
baik sehingga dapat mengurangi kesia-siaan (ketidakefisienan) dan optimalisasi pencapaian
value dalam rantai pasok -nya, agar pelayanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan
memberikan kepuasan pada pelanggan.
2.1.2 Pelaku-Pelaku Rantai Pasok Konstruksi
Pada rantai pasok di industri manufaktur terdapat lima komponen utama sebagai
pelakunya, yaitu pemasok, manufaktur, distributor, retailer, dan pelanggan (Indrajit dalam
Oktaviani 2008), sementara itu berdasarkan beberapa model yang dikembangkan di rantai
pasok konstruksi, dapat disimpulkan beberapa komponen utama dalam suatu rantai pasok
konstruksi, yaitu:
1. Pemilik (Pelaku Hilir)
Dalam proses produksi konstruksi bila produk yang dibuat berdasarkan permintaan
pemilik, maka peran pemilik sangat tinggi. Proses rantai pasok konstruksi dimulai dari
inisiatif pemilik yang memprakarsai dibuatnya produk konstruksi bangunan dan
berakhir pada pemilik ketika produk tersebut selesai diproduksi. Peran pemilik ada
dalam setiap tahapan, sejak tahap feasibility study, perencanaan, pengadaan,
pelaksanaan, operasi, dan pemeliharaan. Bahkan dalam tahapan proses produksi
pemilik dapat menunjuk langsung pihak yang terlibat untuk pelaksanaan nominated
subcontractor/ nominated pemasok.
2. Kontraktor (Pelaku Utama)
Kontraktor adalah suatu organisasi konstruksi yang memberikan layanan pekerjaan
pelaksanaan konstruksi berdasarkan perencanaan teknis dan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Sekarang ini berkembang berbagai organisasi yang berperan sebagai
kontraktor, mulai dari perusahaan individu hingga perusahaan besar dengan jumlah
pekerja yang banyak. Begitu pula dengan ruang lingkup pekerjaan kontraktor dalam
suatu proyek, terdapat spektrum yang sangat beragam, mulai dari lingkup pekerjaan
yang sangat sempit, hingga lingkup keseluruhan pekerjaan dalam suatu proyek
konstruksi.
3. Sub kontraktor, pemasok dan mandor (pelaku di hulu)
Sub kontraktor adalah perusahaan konstruksi yang berkontrak dengan kontraktor utama
untuk melaksanakan beberapa bagian pekerjaan kontraktor utama. Terminologi sub
kontraktor dalam konteks tradisional terdapat satu kontraktor yang memiliki hubungan
kontrak dengan pemilik yaitu kontraktor utama sehingga menempatkan kontraktor
lainnya yang tidak memiliki hubungan langsung dengan pemilik sebagai subordinan
dari kontraktor utama.
2.1.3 Manajemen Rantai Pasok
Manajemen rantai pasok dapat didefinisikan sebagai jaringan untuk merencanakan dan
mengelola hubungan antara para stakeholder hingga pengguna akhir sebagai hubungan dari
hulu dan hilir dalam proses pengambilan keputusan dan membantu menginformasikan formasi
strategi semua aktivitas yang meliputi pengiriman produk dari material baku sampai ke
pelanggan termasuk didalamnya sumber material baku, manufaktur dan perakitan,
pergudangan, penerimaan pemesanan, distribusi di seluruh saluran, pengiriman ke pelanggan
sehingga dapat menghasilkan nilai tambah bagi pelanggan dan stakeholder lainnya,
meningkatkan kinerja jangka panjang dari masing-masing perusahaan dan rantai pasok secara
keseluruhan. Batasan manajemen rantai pasok sesuai konteks industri konstruksi dapat
didefinisikan sebagai praktik pengelolaan strategis dari suplier, kontraktor, dan arsitek yang
bekerja bersama-sama dalam jaringan organisasi hulu dan hilir untuk memproduksi, mengirim,
menginstal, dan memanfaatkan informasi, material, alat berat, tenaga kerja, dan sumber daya
lain untuk proyek konstruksi sehingga value dapat tersampaikan dengan baik dalam bentuk
penyelesaian proyek.
Manfaat manajemen rantai pasok konstruksi yaitu menyatukan kemudian mengelola
rantai pasok elemen hulu dan hilir, dan mengembangkan struktur yang memungkinkan sistem
komunikasi yang efisien untuk hubungan yang efektif, serta secara sistematis dapat
mengurangi ketidakpastian melalui kerja sama aktif dari semua badan dalam rantai pasok.
Sedangkan tantangan dalam penerapan manajemen rantai pasok konstruksi mencakup
permintaan rendah dan terputus-putus disebabkan oleh situasi keuangan, perubahan yang
sering dalam spesifikasi dengan klien, kriteria seleksi masih mengacu pada kontraktor dengan
harga termurah bukan nilai terbaik, budaya persaingan antar organisasi rantai pasok yang
mencegah adopsi terbaik dalam proses pengadaan, dan struktur industri terfragmentasi.
Menurut Simchi (dalam Jarir, 2012), tujuan dari teknologi informasi dalam SCM adalah:
1. Menyediakan informasi yang berguna dan nyata
2. Memungkinkan untuk kontak data tunggal
3. Memberikan keputusan berdasarkan total informasi rantai pasok
4. Memungkinkan kerjasama dengan rantai pasok patner
Cara pandang terhadap rantai pasok sebagai sebuah siklus menjadikan kategorisasi
rantai pasok dalam tiga bentuk dasar yaitu rantai pasok internal, rantai pasok eksternal dan
rantai pasok total atau keseluruhan.
1. Rantai pasok internal adalah aliran bahan dan informasiyang terintegrasi dalam unit
bisnis (korporasi) dari pemasok sampai pelanggan dan kadang disebut logistik bisnis.
2. Rantai pasok eksternal adalah aliran bahan dan informasi yang terintegrasi di dalam
unit bisnis (korporasi) yang melintasi antara pemasok langsung dan pelanggan.
3. Rantai pasok total adalah aliran bahan dan informasi yang terintegrasi di dalam unit
bisnis (korporasi) yang melintasi secara majemuk antara pemasok langsung dan
pelanggan. Perbedaan manajemen logistik dan manajemen rantai pasok adalah
Manajemen logistik sangat menekankan transportasi, lokasi dan persediaan dalam
upayamemenuhi kepuasan pelanggan dan pemangkukepentingan, sedangkan
manajemen rantai pasok sangat menekankan siklus dari keseluruhan rantai untuk
memenuhi kepuasan pelanggan dan pemangku kepentingan.
2.1.4 Risiko Rantai Pasok Konstruksi
Proyek konstruksi memiliki risiko-risiko yang sangat banyak, akan tetapi tidak semua
risiko perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu proyek, sebab hal itu
membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak-pihak yang berkaitan dalam proyek
konstruksi perlu memberikan prioritas pada risiko-risiko yang penting yang akan memberikan
pengaruh terhadap keuntungan proyek (Labombang, 2011). Risiko rantai pasok didefinisikan
sebagai probabilitas dan kemungkinan dari kejadian yang tidak diharapkan, baik pada tingkat
mikro atau makro yang mempengaruhi secara negatif pada rantai pasok yang berakibat pada
gangguan atau kegagalan tingkat operasional, taktis atau strategis (Ho et al., 2015). Risiko
makro mengacu pada risiko-risiko yang sangat buruk dan jarang terjadi yang berdampak
negatif, terdiri dari risiko natural (misal gempa bumi, cuaca ekstrim), dan risiko akibat manusia
(perang, terorisme dan ketidakstabilan politik). Risiko mikro mengacu pada risiko yang berasal
dari kegiatan internal perusahaan atau hubungan dengan mitra di sepanjang rantai pasok, yang
terdiri dari risiko permintaan (demand risk), risiko fabrikasi (manufacturing risk), risiko suplai
(supply risk) and risiko infrastruktur (infrastructural risk).
Risiko infrastruktur terdiri dari teknologi informasi, transportasi, dan sistem finansial.
Risiko dapat terjadi dalam berbagai bentuk di sepanjang rantai pasok, namun sumbernya dapat
digolongkan ke dalam empat golongan, yaitu sisi sisi supply, control, process, dan demand
(Mason-Jones & Towill, dalam Hatmoko & Kristiani, 2017). Ketidakpastian rantai pasok
tersebut menjadi akar penyebab masalah keterlambatan proyek konstruksi. Berdasarkan model
ini, (Gosling, et al., 2012) kemudian merinci risiko sepanjang rantai pasok yang membentuk
siklus ketidakpastian (uncertainty circle).
2.1.5 Strategi Pemilihan Pemasok
Rantai pasokan dianggap menjadi sesuatu yang penting dalam industri konstruksi
karena disebagian besar perusahaan pengadaan bahan bangunan merupakan kegiatan yang
paling memakan biaya. Di lingkungan operasi, fungsi pembelian dikelola oleh agen pembelian.
Sedangkan dilingkungan jasa, peranan agen pembelian banyak yang terhapus karena produk
primernya merupakan jasa. Pedagang besar maupun eceran membeli semua yang dijual.
Peranan departemen pembelian adalah mengevaluasi suplier-suplier alternatif untuk alternatif
pembelian. Dalam pemilihan suplier banyak pertimbangan-pertimbangan yang beragam.
Banyak manfaat yang didapat melalui kerjasama dengan suplier sebagai mitra jangka panjang.
Perusahaan jasa pengadaan bahan bangunan menunjukkan bahwa kerjasama dengan pemasok
dapat menghasilkan penghematan bagi konsumen dan pemasok (Purnomo, 2015)
2.1.6 Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasok
Menurut penelitian yang dilakukan oleh McKenna dan Faulkner (dalam Purnomo,
2015) penyampaian, globalisasi dan internasionalisasi yang agresif, deregulasi dan
penghapusan penghalang fisik, pajak/keuangan, dan teknik, cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan dan inovasi teknologi, pergolakan ekonomi dan kondisi ketidakpastian adalah
beberapa faktor yang mendasari pentingnya timbul paradigma hubungan untuk menciptakan
hubungan jangka panjang dengan pelanggan dan pemasok. Dalam rantai pasok, perusahaan
cenderung untuk mempertahankan perilaku hubungan jangka panjang, dimana mitra umumnya
percaya bahwa mereka dapat saling menguntungkan (Su et al. dalam Purnomo, 2015),
kemitraan yang sama juga berorientasi pada konsep jangka panjang (Smith dan Barclay, dalam
Purnomo, 2015). Dalam hubungannya dengan proses pembangunan konstruksi, praktik
manajemen rantai pasok yang dilaksanakan perusahaan akan memberikan dampak di terhadap
pengelolaan persediaan bahan baku. Jika pengelolaan persediaan bahan baku dilakukan dengan
benar, maka akan mempengaruhi perusahaan, yaitu meminimalisasi biaya yang dapat
mengurangi ketidakefisienan.
Ketidakefisienan akan muncul pada saat persediaan habis, namun bahan baku yang
dipesan belum datang. Hal ini membuat perusahaan terpakasa melakukan pembelian kepada
pemasok lain, atau melakukan pembelian mendadak dalam jumlah yang lebih kecil. Kondisi
ini akan menyebabkan bertambah tingginya harga beli bahan baku yang digunakan oleh
perusahaan sehingga memperbesar biaya yang harus ditanggung perusahaan. Jadi, peran rantai
pasok management yang baik menjadi sangat penting artinya, di antaranya melalui jalinan kerja
sama yang baik pemasokdengan dealer. Fisher (dalam Purnomo, 2015) menjelaskan
kurangnya kerjasama dengan mitra rantai pasok menyebabkan kerugian yang cukup besar. Hal
ini menunjukkan pentingnya kemitraan dalam rantai pasok. Kemitraan yang kuat menekankan
pada kerjasama jangka panjang, yang mencakup perencanaan yang lebih baik dan upaya
pemecahan masalah bersama. Kemitraan pembeli dan pemasok merupakan hal penting yang
menjadi perhatian perusahaan.
Hubungan kemitraan, dalam rantai pasok, memiliki orientasi jangka panjang hasil dari
pendekatan relasional. Penelitian Cambra dan Polo (2011) menegaskan bahwa hubungan
jangka panjang membutuhkan komitmen dari pihak-pihak yang terlibat. Komitmen merupakan
motivasi untuk memelihara hubungan dan memperpanjang hubungan. Komitmen harus
menjadi variabel penting dalam menentukan kesuksesan hubungan. Semakin tinggi komitmen
yang dibangun dari kepuasan dan kepercayaan maka semakin tinggi kualitas hubungan antara
pemasok dan penyalur. Penelitian yang dilakukan Allen dan Meyer (dalam Purnomo, 2015)
menemukan bahwa semakin tinggi komitmen yang dapat dibangun oleh pemasok dan penyalur
akan memperkokoh hubungan kerja sama yang mereka bangun.
Evaluasi efisiensi dan efektifitas kinerja mitra perlu dievaluasi secara menyeluruh.
Upaya yang dilakukan bertujuan untiuk membentuk gambaran tujuan yang jelas dalam
mempersiapkan langkah-langkah meningkatkan kinerja dan kepercayaan. Kwon dan Taewon
(dalam Purnomo, 2015) mengemukakan faktor karakteristik pemasok yang diyakini
berpengaruh pada kepercayaan. Menurut Zineldin et al. (dalam Purnomo, 2015), karakteristik
khusus dalam hubungan kerja sama yang terpercaya dan berkomitmen, yaitu bagian-bagian
yang bekerja sama bisa beradaptasi dalam proses maupun produknya untuk mencapai
kesesuaian yang lebih baik, mau membagi informasi dan pengalaman, serta dapat mengurangi
atau meminimalkan ketidakamanan dan ketidakmenentuan sumber daya. Bekerja sama dengan
berbagai pihak merupakan salah satu cara perusahaan untuk meningkatkan kinerja.
2.1.7 Kepercayaaan dan Komitmen
Menurut Noordewier et al (dalam Purnomo, 2015), kepercayaan dapat meningkatkan
daya saing dan mengurangi biaya transaksi. Menurut penelitian yang dilakukan Wu et al.
(2004) ada beberapa faktor yang akan sangat membantu dalam pengintegrasian proses rantai
pasok management (SCM), yaitu tingkat dari keseriusan komitmen, kelanjutan komitmen, dan
komitmen yang normatif pada mitra rantai persediaan (rantai pasok). Suatu kerja sama dapat
juga melibatkan hubungan yang strategis dengan para penyalur, yang akan mengakibatkan
kebutuhan tingkat kepercayaan dan komitmen yang lebih tinggi (Su et al. 2008). Hubungan
rekan kerja yang erat sangat dibutuhkan dalam mengimplementasi SCM. Hubungan yang erat
tidak dapat terjalin jika tidak ada rasa saling percaya. Semakin meningkatnya kerjasama dengan
rekan kerja maupun pemasok, maka rasa percaya sangat di butuhkan (Hale et al, 2005).
Kepercayaan menjadi variabel yang sangat penting dalam hubungan rantai pasok, karena
hubungan rantai pasok memerlukan tingkat ketergantungan antar perusahaan, sehingga
kepercayaan menjadi komponen yang mempunyai pengaruh pada komitmen.
Morgan dan Hunt (dalam Purnomo, 2015) mengemukakan bahwa komitmen
merupakan inti dari hubungan pertukaran antar perusahaan dan mitra perusahaan. Transaksi
dengan partner rantai pasok memerlukan komitmen oleh kedua pihak untuk mencapai tujuan
rantai pasok. Sedangkan menurut Colbert dan Kwon (dalam Purnomo, 2016), komitmen
merupakan dasar yang diperlukan untuk kesuksessan pelaksanaan rantai pasok. Selanjutnya,
Kwon dan Taewon (2004) menyebutkan bahwa kesuksesan performa perusahaan (operation
performance) dalam rantai pasok berasal dari tingginya nilai kepercayaan dan komitmen yang
kuat antar partner dalam rantai pasok. Sedangkan menurut Ryu et al. (2009) pada suatu sistem
rantai pasok, proses kemitraan didefinisikan sebagai interaksi antara komitmen, kepercayaan
dan kolaborasi antar perusahaan.
Menurut Makara (2015), perbaikan kinerja dapat disebabkan oleh tingginya tingkat
kolaborasi, baik dengan pemasok dan pelanggan. Hubungan baik dibangun atas dasar
kepercayaan. Membagi informasi dan pengalaman merupakan salah satu cara untuk
menunjukkan kepercayaan yang dapat membangun tingkat komitmen yang tinggi dan juga
memberikan atmosfer yang baik bagi kegiatan yang bersifat transaksional.
2.1.8 Komunikasi dan Informasi
Selain kepercayaan dan komitmen, informasi juga mejadi salah satu aspek yang sangat
penting dalam pengelolaan rantai pasokan. Mengingat peran penting dari informasi dalam
mendukung kinerja rantai pasok, manajer harus bisa memahami bagaimana informasi
dikumpulkan dan dianalisis (Turban dan Volonino, 2010). Selain informasi, information
sharing merupakan salah satu hal yang penting dalam menjalin kerja sama. Berbagi informasi
adalah intensitas dan kapasitas perusahaan dalam berinteraksi untuk saling berbagi informasi
dengan partner berkaitan dengan strategi-strategi bisnis bersama. Berbagi informasi juga
berguna bagi anggota rantai pasok untuk mendapatkan, menjaga, dan menyampaikan informasi
yang dibutuhkan agar dapat memastikan keputusan yang diambil menjadi efektif, dan
merupakan faktor yang dapat mempererat elemen-elemen kolaborasi secara keseluruhan,
sehingga kemacetan supplay chain dapat dikurangi (Simatupang & Sridharan dalam Yaqoub,
2012). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anatan (2008) menyebutkan bahwa
information sharing dapat membantu perusahaan dalam memperbaiki efisiensi dan efektivitas
rantai pasokan dan merupakan faktor yang paling penting untuk mencapai koordinasi yang
efektif dalam rantai pasokan serta menjadi pengendali disepanjang rantai pasokan.
2.2 Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan sebuah prosesmenentukan keberhasilan suatu sistem
dalam mencapai tujuannya melalui monitoring dan pelaporan penyempurnaan program
terutama peningkatan hasildari tujuan yang ditentukan sebelumnya (Jarir, 2012). Tujuan dari
proses ini adalah membuktikan sebuah sistem kontrol putaran tertutup yang proaktif. Ukuran
kinerja adalah matriks yang digunakan untuk mengkuantifikasi efisiensi dan/atau efektifitas
dari aktivitas. Pengukuran kinerja adalah proses menggunakan ukuran kinerja yang
merefleksikan tujuan dari ukuran yang dijabarkan. Sistem pengukuran kinerja adalah
kumpulan ukuran kinerja yang terstruktur dan proses yang tergabung untuk mendefinisikan
bagaimana manajemen menggunakan ukuran kinerja untuk mengelola kinerja organisasi atau
sistem. Pendekatan Proses dalam Pengukuran Kinerja Rantai Pasok :
1. Identifikasi dan hubungkan semua proses yang terlibat baik di dalam maupun di luar
organisasi.
2. Definisikan dan batasi proses inti.
3. Tentukan misi, tanggung jawab dan fungsi dari proses inti.
4. Uraikan dan identifikasi sub proses.
5. Tentukan tanggung jawab dan fungsi sub proses.
6. Uraikan lebih lanjut sub proses menjadi aktivitas.
7. Hubungkan target antar hirarki mulai dari proses sampai aktivitas.
Dimensi Kinerja Rantai Pasok :
1. Biaya : dana yang dikeluarkan untuk membiayai operasional rantai pasok.
2. Waktu : durasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah aktivitas.
3. Kapasitas : ukuran seberapa banyak volume pekerjaan yang bisa dilakukan oleh suatu
sistem atau bagian dari rantai pasok pada periode tertentu.
4. Kapabilitas : kemampuan agregat rantai pasok untuk melakukan suatu aktivitas.
Reliabilitas :konsisten memenuhi janji kepada pelanggan
Ketersediaan : penyediaan produk pada waktu yang ditentukan
Fleksibilitas : cepat berubah sesuai kebutuhan hasil.
5. Produktivitas : efektivitas dalam proses mentransformasi input menjadi hasil.
6. Utilisasi : pemanfaatan sumber daya dalam rantaipasok
7. Hasil dari proses atau aktivitas.
Teknik Meranking Pemasok Menggunakan Metoda Analytical Hiearchy Process
(AHP). Prosedur umum:
1. Tetapkan tujuan dengan mengurutkan alternatif-alternatif pemasok.
2. Tentukan kriteria atau sub kriteria (jika diperlukan).
3. Tetapkan alternatif-alternatif
4. Buat struktur hirarki
5. Lakukan penilaian perbandingan berpasangan menggunakan skala Saaty.
Selanjutnya menurut Mutakin (2011), kinerja rantai pasok dapat diukur dengan
menggunakan model SCOR. Model SCOR merupakan model dari operasi rantai pasok
berdasarkan proses yang mengintegrasikan tiga unsur utama dalam manajemen, yaitu BPR,
benchmarking dan BPA kedalam kerangka lintas fungsi rantai pasok. SCOR membagi proses-
proses rantai pasok menjadi lima (5) proses inti, yaitu plan, source, make, deliver dan return.
SCOR juga memiliki tiga (3) level proses dari umum hingga ke detil, yaitu:
1. Level satu (1) adalah level tertinggi yang memberikan definisi umum dari lima (5)
proses inti.
2. Level kedua (2) dikatakan sebagai configuration level, dimana rantai pasok perusahaan
dapat dikonfigurasi berdasarkan 30 proses inti, perusahaan dapat membentuk
konfigurasi saat ini (as-in) maupun yang diinginkan (to-be).
3. Level ketiga (3) dinamakan proses unsur level yang mengandung definisi unsur proses,
input metrik masing-masing unsur proses dan referensi.
Dalam metode SCOR terdapat atribut kinerja yang diukur, yaitu rantai pasok reliability, rantai
pasok responsiveness, rantai pasok costs dan rantai pasok asset mana-gement. Parameter
atribut menggunakan metrik kinerja berikut :
Tabel 1. Metrik Suplly Chain Beserta Susunannya
Atribut Kinerja Matrik Data Aktual Data Benchmark
Rantai pasok reliability POF % %
Rantai pasok responsiveness OFCT Hari Hari
Rantai pasok costs COGS % %
Rantai pasok asset management CTCCT Hari Hari
(Bolstroff dan Rosenbeum, dalam Mutakin 2011)
Keterangan:
1. Perfect Order Fulfillment (POF)
POF adalah persentase dari pesanan yang terkirim lengkap dan pada waktunya
sesuai dengan permintaan pelanggan dan barang yang dikirim tidak memiliki masa-
lah mutu. Cara menentukan nilai POF adalah :
POF =
2. Order Fulfillment Cycle-Time (OFCT)
OFCT adalah jumlah waktu (hari) yang dibutuhkan sejak dari order diterima
sampai produk diterima ditempat pelanggan. Besarnya nilai OFCT dapat diukur
dari rataan jumlah hari yang dibutuhkan dalam pengiriman semen ke pelanggan,
mulai dari pelanggan memesan barang hingga barang sampai ke tangan pelanggan.
3. Cost of Good Sold (COGS)
COGS adalah biaya langsung untuk material dan biaya upah yang dibutuhkan
untuk membuat produk. COGS diartikan dengan harga pokok penjualan. Untuk
menentukan nilai COGS adalah :
COGS = Inventori awal + pembelian selama periode – inventori akhir
4. Cash-to-cash cycle time (CTCCT)
Hasil dari metrik pada tabel 1 di bawah ini berguna untuk mengukur kecepatan
rantai pasok mengubah persediaan menjadi uang. Perusahaan yang baik akan
memiliki siklus cash-to-cash pendek, semakin pendek waktu yang dibutuhkan,
maka semakin bagus rantai pasok. Berikut ini adalah tiga (3) komponen dalam
perhitungan CTCCT:
Satu, rataan account receivable (hari) merupakan ukuran seberapa ce-pat
pelanggan membayar barang yang sudah diterima; Dua, rataan account payable
(hari) mengatur kecepatan perusahaan membayar ke pemasok untuk material/
komponen yang sudah diterima; Ketiga, rataan persediaan (dalam hari, yaitu
inventory days of supply). Dengan ketiga (3) komponen tersebut, CTCCT dihitung
berikut :
CTCCT = inventory days of supply + average days of account recivable – average
days of account payable.
Untuk memperpendek CTCCT, perusahaan dapat melakukan salah satu atau
kombinasi dari tiga cara berikut, yaitu (1) menurunkan tingkat persediaan; (2)
melakukan negosiasi term pembayaran ke pemasok; dan (3) melakukan negosiasi
dengan pelanggan supaya lebih cepat membayar. CTCCT yang mengintegrasikan
siklus di tiga fungsi, berupa pengadaan (purchasing), produksi (manufacturing)
dan penjualan/distribusi (sales and distribution).
2.3 Keterlibatan PT Baturaden Indah dalam Rantai Pasok
Pembangunan jalan tol sangat mempengaruhi perekonomian suatu wilayah.Fungsi
jalan tol sebagai penghubung antar kota yang bisa ditempuh dalam waktu yang lebih singkat
merupakan faktor pendukung yang sangat baik bagi berjalannya ekonomi disuatu wilayah.
Demikian halnya jalan tol yang sedang dibangun di daerah Semarang sampai dengan Solo.
Ketepatan waktu dalam penyelesaian jalan tol sangat dibutuhkan. Oleh karena itu para
kontraktor membutuhkan dukungan dari para pemasok penyedia bahan konstruksi jalan tol.
Ketepatan penyelesaian jalan tol ini erat kaitannya dengan jasa penyedia bahan
konstruksi. Jadi dibutuhkan gambaran yang jelas mengenai pola rantai pasok dalam
pembangunan jalan tol. Hal ini sangat bermanfaat untuk menghemat waktu dan tenaga
sehingga pembangunan dapat berjalan lancar. Rantai pasok yang baik dapat diatur memalui
manajemen rantai pasok. Manajemen rantai pasok sangat dibutuhkan untuk mengatur pola
rantai pasok dan mengurangi resiko rantai pasok.
Dalam rantai pasok, posisi PT Baturaden Indah adalah sebagai suplier bagi PT Waskita
sebagai kontraktor dalam pembangunan jalan tol Semarang – Solo. Dengan adanya
permasalahan jadwal selesainya alan tol yang terlambat, perlu dipahami alur dari rantai pasok.
Berikut ini adalah gambaran perusahaan BPT Baturaden Indah dalam rantai pasok ini:
Gambar 1: Gambaran Rantai Pasok PT Baturaden Indah
Pemasok pasir
Pemasok batu
Pemasok Lpa &
Lpb
PT Baturaden
Indah
PT Waskita Proyek Jalan tol
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa PT Baturaden Indah berada di posisi penting
dalam alur rantai pasok. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi yang baik dalam alur rantai
pasok konstruksi ini. Tujuannya adalah penyelesaian proyek tepat waktu.
Jadi, penulis tertarik untuk membuat pola rantai pasok dalam industri jalan tol di Jawa
Tengah. Selain itu, dengan mengatahui pola rantai pasok manajemen, dapat mengurangi resiko
pembengkak biaya, perlambatan waktu dan ketepatan dalam mengambil bahan baku. Penulis
juga tertarik menganalisa masalah-masalah yang terjadi pada proyek jalan tol ini, yaitu masalah
kurangnya koordinasi dan komitmen antara suplier dan pelanggan dalam rantai pasok di proyek
alan tol Jawa Tengah, khususnya Semarang-Solo, kurang sempurnanya sistem komunikasi dan
informasi, kurangnya pemahaman manajemen tentang manajemen rantai pasok serta
kurangnya pelatihan untuk suplier dari kontraktor dan sub kontraktor dan pekerja,sehingga
pada akhirnya bisa dijadikan bahan pertimbangan saat akan melakukan pembuatan jalan tol
yang lain. Sementara kinerja rantai pasok dalam penelitian ini akan diukur dengan
menggunakan metode SCOR (Mutakin, 2011).