BAB II PRESTASI BELAJAR, BAHASA ARAB DAN …repository.iainpekalongan.ac.id/157/7/12. BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II PRESTASI BELAJAR, BAHASA ARAB DAN …repository.iainpekalongan.ac.id/157/7/12. BAB II.pdf ·...
29
BAB II
PRESTASI BELAJAR, BAHASA ARAB DAN BOARDING SCHOOL
Berikutiniakandiuraikansecaraterperincitentangprestasibelajar bahasa arab dan
boaring school.
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari suku kata “prestasi” dan “belajar”. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia, prestasi berarti hasil yang telah dicapai (dari yang
telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).1 Sedangkan menurut W.S
Winkel, prestasi adalah hasil usaha atau bukti keberhasilan usaha yang
dicapai.2
Dalam psikologi definisi belajar yang paling sering digunakan adalah
perubahan perilaku yang relatif tetap sebagai hasil adanya pengalaman.3 Dari
beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya
adalah “perubahan” yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan
aktifitas tertentu. Sedangkan menurut M. Ngalim Purwanto, belajar yaitu
suatu perubahan dalam tingkah laku, suatu perubahan yang terjadi melalui
latihan atau pengalaman.4
1W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka. 1999), hlm.
768. 2W.S. Winkel, Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm. 161.
3Dr. Soenardji, Beginning Psycology Second Edition (Semarang: PT Gelora Aksara Pratama,
1985), hlm. 33. 4M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 85.
30
Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang
diperolehnya. Artinya belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun
orang lain itu hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar
agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan
belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa definisi menurut
beberapa tokoh sebagai berikut:
a.Hilgard dan Bowerdalam bukunya Theories of Learning (1975),
mengartikan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku
seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh
pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu.
b. M. sobry Sutiknodalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu (2004)
mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan yang abru sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
c. Thursan Hakim dalam bukunya Belajar Secara Efektif (2002) merumuskan
belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan
perubahan tersebut ditampakkan dalam betuk peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap dan
lain-lain kemampuannya.5
5Prof. Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, M.Pd., Strategi Belajar Mengajar, (PT
Refika Aditama: Bandung, 2009), hlm.5-6.
31
d.McGeoch (Iih Bugelski, 1956) memberikan definisi mengenai belajar “
Learning is a change in performance as a result of practice”bahwa belajar
membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat
dari latihan.
e.Morgan, dkk.(1984) memberikan definisi mengenai belajar “ Learning can
be defined as any relatively permanent change in behavior which occurs as a
result of practice or experience”. Hal yang muncul dalam definisi ini ialah
bahwa perubahan perilaku atau performanceitu relatif permanen. Ini
mengandung arti bahwa dengan pengalaman seseorang dapat berubah
perilakunya, disamping perubahan itu dapat disebabkan oleh karena latihan.
f.Skinner (1958) memberikan definisi belajar “ Learning is a process of
progressive behavior adaptation. Artinya bahwa belajar merupakan suatu
proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa sebagai
akibat dari belajar adanya sifat progresivitas, adanya tendensi kearah yang
lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya.6
g. Pandangan Povloftentang belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang
terus menerus yang timbul sebagai akibat dari persyaratan kondisi, dan
sifatnya adalah membentuk hubungan antara stimulus dengan respon. Bahwa
belajar dan perubahan tingkah laku tidak bisa dipisahkan.7
6Prof. Dr. Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 2004), hlm.
166. 7Haryu islamuddin, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 79.
32
Para ahli berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian belajar, namun
yang menjadi dasar atau hakikat dari belajar adalah perubahan. Perubahan itu
terjadi pada seseorang setelah berakhirnya aktivitas belajar.8
Untuk memperjelas pengertian kita tentang apakah belajar itu, dan
bagaimana proses itu terjadi, berikut ini akan dikemukakan beberapa teori
belajar yaitu:
1. Teori Psikologi Daya (Formal Discipline)
Teori ini memiliki beberapa pandangan dalam pembelajaran yaitu sebagai
berikut:
a. Jiwa manusia terdiri atas berbagai daya, seperti daya ingat, pikir,
mencipta, rasa serta kemauan.
b. Daya ini akan berfungsi jika telah terbentuk dan berkembang.
c. Dalam teori ini yang terpenting adalah faktor pembentukkannya. Oleh
karena itu psikologi daya bersifat formal. Maka, untuk
mengembangkan daya ingat para siswa perlu diberi latihan menghafal
fakta.
8Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Stretegi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
hlm. 39.
33
2. Teori Psikologi Asosiasi
Teori belajar ini disebut juga S-R Bond theory, yang memiliki pandangan
sebagai berikut:
a. Hubungan stimulus-respons akan kuat jika disertai dengan latihan.
Latihan ini ditujukan untuk membentuk kebiasaan yang berjalan secara
otomatis.
b. Faktor materi ajar mendapat perhatian yang utama.
Teori ini menjadi dasar tumbuhnya Teori Koneksionisme yang
memiliki doktrin pokok, hubungan stimulus dan respons (S-R).
Thorndike menyusun hukum yaitu sebagai berikut:
1. Hukum latihan (use and disuse), yaitu kuat lemahnya hubungan S-
R bergantung latihan (low of excersice).
2. Hukum pengaruh, yaitu hubungan S-R akan kuat bergantung
kepuasan atau rasa senang (law of effect).
3. Hukum kesiapan, yaitu bahwa hubungan S-R akan kuat jika
disertai dengan adanya kesiapan(law of readiness).
34
3. Teori Psikologi Organismic (Gestalt)
Teori Belajar Psikologi Organismic (Gestalt) memandang bahwa
jiwa manusia merupakan suatu keseluruhan yang berstruktur yang saling
berinteraksi.9
Menurut Prof. Dr. Oemar Hamalik (2010) dalam bukunya yang
berjudul “Proses Belajar Mengajar” meninjau beberapa aliran psikologi
saja dalam hubungannya dengan teori belajar, yakni:
1. Teori Psikologi Klasik tentang Belajar
Menurut teori ini, Hakikat belajar adalah all learning is a process of
developing or training of mind. Kita belajar melihat objek dengan
menggunakan substansi dan sensasi. Kita mengembangkan kekuatan
mencipta, keinginan, dan pikiran dengan melatihnya. Dengan kata lain
pendidikan adalah suatu proses dari dalam atau inner development.
2. Teori Psikologi Daya (Faculty Pshycology) tentang Belajar
Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya,
mengingat, berfikir, merasakan, kemauan. Tiap daya mempunyai funsi
sendiri-sendiri. Tiap orang memiliki semua daya itu, hanya berbeda
kekuatannya saja. Agar daya itu berkembang (terbentuk) maka daya-
daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori ini bersifat
formal karena mengutamakan pembentukan daya.
9Dr. Hanafiah, M.M.Pd. dan Drs. Cucu Suhana, M.M.Pd., Konsep Strategi pembelajaran,
(Bandung: PT Rafika Aditama, 2012), hlm.7-8.
35
Untuk itulah maka kurikulum harus menyediakan mata pelajaran-
mata pelajaran yang dapat mengembangkan daya-daya tadi.
Tekanannya bukan terletak pada isi materinya, melainkan pada
pembentukannya, pendidikan dengan latihan.
3. Teori Mental State
Teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang dikembangkan
oleh J. Herbart yang pada prinsipnya, jiwa manusia terdiri dari kesan-
kesan yang masuk melalui pengindraan. Kesan-kesan itu berasosiasi
satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaraan manusia.
Tambah kuat asosiasi itu, tambah lama kesan-kesan itu tinggal didalam
jiwa.
Jadi, yang penting menurut teori ini adalah bahan-bahan atau materi
yang disampaikan kepada seseorang. Teori ini bersifat materialistis
mengutamakan bahan.
4. Teori belajar Psikologi Behavioristik
Teori belajar Psikologi Behavioristik dikemukakan oleh para
psikolog behavioristik. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku
manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan
(reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkahlaku
belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behafioral
dengan stimulusnya. Jelas bahwa konsepsi behaviorisme besar
36
pengaruhnya terhadap masalah belajar. Belajar ditafsirkan sebagai
latihan-latihan pembentukan hubungan antara stimulus dan respon.
5. Teori Psikologi Gestalt tentang Belajar
Teori psikologi gestalt sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang
belajar. Beberapa prinsip yang perlu mendapat perhatian, adalah
sebagai berikut:
1. Tingkah laku terjadi berkat interaksi antara individu dan
lingkungannya, faktor herediter (natural endowment) lebih
berpengaruh.
2. Bahwa individu berada dalam keadaan kesimbangan yang dinamis,
adanya gangguan terhadap keseimbangan itu akan mendorong
terjadinya tingkah laku.
3. Belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi
problematis.
4. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya
bermakna dalam keseluruhan itu.10
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan
gambaran dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik dari proses atau
kegiatan belajar yang dialami peserta didik. Proses belajar yang dipandang
sebagai kemampuan yang terjadi setelah anak didik belajar dalam penguasaan
10
Prof. Dr. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), hlm.
35-41.
37
pengetahuan dan ketrampilan yang dibuktikan melalui hasil belajar yang
dinyatakan dalam nilai atau skor.
2. Macam-Macam Prestasi Belajar.
Dr. Nunuk Suryani dan Drs. Leo Agung secara garis besar membagi
prestasi belajar dalam 3 ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilian. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas 5 aspek, yaitu
menerima, menanggapi, menilai, mengatur (mengorganisasi), karakteristik
dengan satu nilai atau kompleks nilai. Ranah psikomotorik berhubungan
dengan ketrampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu.11
a. Ranah kognitif
1). Tipe prestasi belajar Pengetahuan
Tipe prestasi belajar pengetahuan kognitif termasuk tingkatan
yang paling rendah. Namun tipe prestasi belajar ini menjadi pra syarat
bagi tipe prestasi belajar berikutnya. Hafalan menjadi pra syarat bagi
pemahaman. Dalam tipe prestasi belajar ini siswa dituntut untuk
menghafal atau mengingat secara garis besarnya saja, tanpa harus
memahami apa yang diajarkan oleh guru.
11
Dr. Nunuk Suryani, M. Pd. Dan drs. Leo Agung, S. M. Pd., Srategi Belajar Mengajar,
(Yogyakarta: Anggota IKAPI, 2012), hlm. 168.
38
2). Tipe prestasi belajar Analisis
Tipe prestasi belajar Analisis adalah usaha memilih suatu
integritas unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas susunannya.
Dengan analisis diharapkan seseorang mempunyai pemahaman yang
komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian yang
tetap terpadu. Dalam tipe prestasi belajar ini maka siswa dituntut
untuk mampu memahami apa yang telah diajarkan oleh guru dengan
penjelasan dan arahan dari guru. Tipe prestasi belajar ini diterapkan
bagi siswa sekolah lanjutan pertama dan sekolah lanjutan atas.
3). Tipe prestasi belajar Sintesis
Tipe prestasi belajar Sintesis merupakan jalan satu terminal
untuk menjadikan orang lebih kreatif. Berfikir kreatif merupakan
salah satu hasil yang hendak dicapai dalam pendidikan. Dalam tipe
prestasi belajar ini maka selain siswa dituntut untuk menghafal dan
memahami dituntut pula logika berfikirnya untuk menemukan ide-ide
kreatif yang siswa kembangkan berdasarkan pengetahuan yang telah
diterimanya dari guru. Tipe prestasi ini banyak dikembangkan pada
siswa perguruan tinggi.
4). Tipe prestasi belajar Evaluasi
Tipe prestasi belajar evaluasi adalah perubahan keputusan
tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan,
cara bekerja, metode, materi dan lain-lain. Pada tipe prestasi belajar
39
ini siswa juga dituntut untuk mengevaluasi hasil belajar yang telah
ditempuh. Evaluasi dilakukan bersama-sama dengan guru selaku
pembimbing materi. Tipe prestasi belajar evaluasi digunakan oleh
semua tingkat pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi, karena dalam tipe prestasi belajar ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pemahaman dan hasil yang telah dicapai dari
pembelajaran.
b. Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli
menyatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Selama ini
penilaian prestasi belajar afektif kurang mendapat perhatian guru. Tipe
prestasi belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkahlaku
seperti perhatiannya terhadap pelajaran, dispilin, motivasi belajar,
menghargai guru dan teman sekelas dan hubungan-hubungan sosial
lainnya.
c. Ranah Psikomotorik
Prestasi belajar psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan
(skill)dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan
ketrampilan, yaitu:
1). Gerak refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar).
2). Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.
40
3). Kemampuan perceptual dan bidang fisik.
4). Gerakan-gerakan skill.
5). Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi.12
3. Indikator dan Alat Penilaian Keberhasilan Belajar.
Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan
sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Belajar dikatakan berhasil apabila
diikuti ciri-ciri sebagai berikut:
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) telah
dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.
3. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial
mengantarkan materi tahap berikutnya.
Ketiga ciri keberhasilan diatas, bukanlah semata-mata keberhasilan dari
segi kognitif, tetapi mesti melumat aspek-aspek lain, seperti aspek afektif dan
aspek psikomotorik. Pengevaluasian salah satu aspek saja akan menyebabkan
pengajaran kurang memiliki makna yang bersifat komprehensif.
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar dapat
dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang
lingkupnya, alat penilaian keberhasilan belajar dibagi menjadi tiga, yaitu:
12
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000), hlm. 22-31.
41
1. Test Formatif
Test formatif digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang
daya serap peserta didik terhadap pokok bahasan tersebut.
2. Test Sub- Sumatif
Test sub-sumatif meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang
telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk
memperoleh gambaran daya serap peserta didik agar meningkatkan
prestasi belajar siswa.
3. Test Sumatif
Test sumatif diadakan untuk mengukur daya serap peserta didik
terhadap bahan pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu
semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk
menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam satu
periode belajar tertentu. Hasil dari test sumatif ini dimanfaatkan.13
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Keberhasilan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berfungsinya secara
integratif dari setiap faktor pendukungnya. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan,
yaitu:
13
Prof. Pupuh Fathurrahman, Op.cit., hlm. 113.
42
1. Faktor Internal
Faktor ini dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Sebab yang bersifat fisik (faktor fisiologis)
Faktor fisiologis atau kondisi fisik seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap aktifitas belajar, kondisi fisik yang segar akan
sangat lain pengaruhnya dibandingkan dengan kondisi fisik yang
kurang sehat terhadap aktifitas belajar. Seseorang yang sakit akan
mengalami kelemahan fisik sehingga saraf sensorik dan motorik
lemah akabitnya rangsangan yang diterima oleh indra tidak dapat
diteruskan keotak. Penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf
otak tidak mampu berkerja secara optimal, memproses, mengelola,
menginterprestasi dan mengorganisir bahan pelajaran melalui
indranya.
Begitu juga ketika seseorang mengalami cacat tubuh, baik itu
cacat ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan,
gangguan psikomotor, atau pun cacat tetap (serius) seperti buta, tuli,
bisu. Tentu hal ini akan sangat berpengaruh terhadap aktifitas belajar
seseorang.
b. Faktor psikologi
1. Intelegensi (kecerdasan)
Menurut Robert Sternberg, intelegensi mengandung arti
kemampuan-kemampuan analistis, kreatif, praktis. Di dalam
43
berfikir analistis, kita berusaha menyelesaikan masalah-
masalah yang dikenal dengan menggunakan strategi-strategi
yang memanipulasi elemen-elemen suatu masalah. Didalam
berfikir kreatif, kita berusaha menyelesaikan jenis-jenis
baruyang membutuhkan upaya untuk memikirkan masalah dan
elemen-elemennya dengan suatu cara yang baru seperti
penemuan. Didalam berpikir praktis, kita berusaha
menyelesaikan masalah-masalah yang mengaplikasikan apa
yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari seperti
pengaplikasian, penggunaan.14
2. Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu
pelajaran akan mempengaruhi prestasi belajar. Belajar yang
tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,
tidak sesuai dengan kecakapan. Karena itu pelajaran pun tidak
pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan.
Minat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap proses
dan hasil belajar. Seseorang yang belajar dengan minat maka
akan mendapat hasil yang baik.
14
Yudi Santoso, Psikologi Kognitif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 475.
44
3. Bakat
Bakat adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa
sejak lahir yang harus dikembangkan melalui belajar. Setiap
murid mempunyai bakat yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya. Apabila bakat itu disalurkan, maka tidaklah
mustahil ia akan mencapai prestasi yang tinggi, dalam hal ini
orang tua harus pandai-pandai dalam menyalurkan bakat anak
kesekolah sesuai dengan bakat yang dimiliki. Tetapi tidak
jarang orang tua menyekolahkan anak mereka kejalur yang
tidak sesuai hanya karena keinginan membantu anak
berprestasi sebaik mungkin.15
Anak yang berbakat ditandai dengan ciri-ciri antara lain:
1. Selalu mempunyai dorongan ingin tahu terhadap
sesuatu
2. Kemampuan untuk bekerja secara independent
3. Seleksi jawaban yang sukar dalam mengahadapi
masalah
4. Kemampuan untuk mengadakan generalisasi.
15
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001), hlm. 227.
45
4. Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi
menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar.
Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai
tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin
besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya
akan giat berusaha dan pantang menyerah. Sebaliknya mereka
yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh maka
perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran dan sering
meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami
kesulitan belajar.
2. Faktor Eksternal
Faktor ini dibagi menjadi tiga faktor yaitu:
a) Faktor keluarga mencakup
1. Cara orang tua mendidik anak
2. Hubungan orang tua dan anak
3. Contoh atau bimbingan dari orang tua
4. Suasana rumah atau keluarga
5. Keadaan ekonomi keluarga
b) Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi
guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pelajaran
46
diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
c) Faktor masyarakat meliputi : kegiatan dalam masyarakat,
mass media, teman bermain, lingkungan masyarakat.16
B. BAHASA ARAB
1. PENGERTIAN BAHASA ARAB
Keberadaan bahasa arab ditengah-tengah masyarakat terutama komunitas
sering diidentikkan dengan bahasa Al-quran. Bahasa arab adalah bahasa
agama islam, orang-orang indonesia mustahil dapat menguasai ajaran islam
tanpa mengetahui bahasa arab, sebab kedua sumber agama utama islam
berbahasa arab.17
Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol
bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Syaikh Musthofa al-Ghulayaini
mengemukakan : Al-lughah al-arabiyyah hiya al-kalimat allati yuabbiru biha
al-arab an aghradlihim (bahasa arab adalah kata-kata yang dipergunakan
orang arab untuk mengungkapkan segala tujuan atau maksud mereka).
Kenyataannya, bahwa bahasa arab dalam fase perkembangannya telah
dijadikan sebagai bahasa resmi dunia internasional. Maka tidak berlebihan
jika pengajaran bahasa arab perlu mendapatkan penekanan dan perhatian
seksama, mulai dari tingkat SD sampai pada lembaga perguruan tinggi, baik
16
Drs. H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta), hlm. 75-88. 17
Saifudin Azwar, metode penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 62
47
negeri maupun swasta, umum maupun agama, untuk digalakkan dan
diajarkan18
.
Di Mts terpadu Gondang bahasa arab telah menjadi komponen pilihan
pokok pengajaran bahasa asing, disamping bahasa inggris.
2. Tujuan Mempelajari Bahasa Arab
Tujuan pengajaran bahasa arab menentukan approach, metode dan tehnik
pengajaran bahasa itu. Dengan lain perkataan, approach, metode dan tehnik
mempunyai hubungan yang erat sekali dengan tujuan pengajaran bahasa. Oleh
karena itu tujuan pengajaran suatu bahasa haruslah dirumuskan sedemikian
rupa, agar arah yang dituju tepat sesuai sasaran. Adapun tujuan mempelajari
bahasa arab ada dua yaitu :
a. Tujuan Umum
Ialah tujuan dari pelajaran itu sendiri dan bertalian dengan bahan
pelajaran tersebut. Tujuan umum sulit dicapai tanpa dijabarkan secara
operasinal dan spesifik.
Adapun tujuan umum mempelajari bahasa arab adalah:
1. Agar siswa dapat memahami alquran dan al hadits sebagai sumber
hukum islam dan ajaran.
2. Dapat memahami dan mengerti buku-buku agama dan kebudayaan
islam yang ditulis dalam bahasa arab.
18
Drs. Ahmad Muhtadi Anshor, M. Ag, Pengajaran Bahasa Arab Media dan Metode-
metodenya, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 5
48
3. Supaya pandai berbicara dan mengarang dalam bahasa arab.
4. Untuk digunakan sebagai lat pembantu keahlian lain.
5. Untuk membina ahli bahasa arab, yakni benar-benar profesional19
.
b. Tujuan Khusus
Ialah tujuan yang ingin dicapai dari mata pelajaran saat itu. Tujuan
khusus merupakan penjabaran dari tujuan umum.
Dalam buku yang berjudul “Pengajaran Bahasa Arab Media dan
Metode-metodenya”, Drs. Ahmad Muhtadi Anshor, M. Ag,
mengemukakan bahwa tujuan khusus pengajaran bahasa arab adalah
sebagai berikut:
1. Percakapan atau dialog (hiwar)
Dalam materi percakapan ini guru mengajarkan bahan
pelajaran dalam bentuk dialog yang mengandung mufradat baru
dan struktur kalimat yang dipergunakan.
Tujuan khusus pengajaran ini adalah sebagai berikut:
a. Siswa dapat melengkapi materi hiwar dengan kata-kata yang
sesuai.
b. Siswadapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
kandungan hiwar.
19
Drs. H. Tayar Yusuf dan Drs. Syaiful Anwar, Metodelogi Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab, (Jakarta: PT .Raja Grafindo Perasada, 1997), hlm. 189.
49
c. Siswa dapat memilih kata-kata yang tepat untuk melengkapi
kalimat-kalimat yang disediakan yang berhubungan dengan
hiwar.
2. Bentuk kata dan stuktur kalimat
Materi ini merupakan lanjutan dari materi hiwar. Adapun
tujuan pengajaran materi qawaid ini adalah:
a. Siswa dapat membedakan bentuk fi`ildan bentuk mashdar
sharih.
b. Siswa dapat mengubah mashdar sharihdengan mashdar
muawwal dalam kalimat.
c. Siswa dapat mengubah mashdar muawwal dengan mashdar
sharih dalam kalimat.
3. Membaca (Qiraah)
Materi ini merupakan lanjutan dari materi qawaid.
Adapun tujuan khusus pengajaran materi tersebut adalah:
a. Siswa dapat membaca bahan pelajaran dengan makhraj dan
intonasi yang baik dan benar.
b. Siswa dapat menyatakan sesuai atau tidaknya suatu ungkapan
yang disediakan dengan kandungan bahan bacaan.
c. Siswa dapat menceritakan kembali bahan bacaan dalam
bahasa indonesia.
50
d. Siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan kandungan bahan qiraah.
4. Menulis (Insya)
Materi ini merupakan lanjutan dari materi qawaid.
Adapun tujuan khusus pengajaran materi tersebut adalah:
a. Siswa dapat melengkapi kalimat dengan susunan masdhar
muawwal.
b. Siswa dapat menterjemahkan kalimat-kalimat ke dalam
bahasa arab yang mengandung masdhar muawwal.
c. Siswa dapat menulis kalimat-kalimat yang disediakan dengan
mengubah susunan masdhar muawwal menjadi masdhar
sharih.
d. Siswa dapat menjawab pertanyaan yang mengandung
masdhar muawwal.
e. Siswa dapat menyusun paragraf dari ungkapan-ungkapan
yang disediakan secara acak20
.
3. Metode dalam pembelajaran bahasa arab
Metode dalam pembelajaran bahasa itu ada beberapa macam. Hal ini
wajar dan merupakan akibat yang logis karena berbeda-beda asumsi. Dan
tidak dapat dikatakan metode mana yang paling baik. Setiap metode
20
Drs. Ahmad Muhtadi Anshor , Op. Cit., hlm. 8-11
51
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam penggunaan metode harus
diketahui tujuan apa yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut.
Secara sederhana, metode pembelajaran bahasa arab dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu: pertama, metode tradisional atau klasik, metode
ini terfokus pada “ bahasa sebagai budaya ilmu” sehingga belajar bahasa arab
berarti belajar secara mendalam tentang seluk-beluk ilmu bahasa arab, baik
aspek gramatika (qawaid nahwu), morfem/morfologi (qawaid as-sharaf)
ataupun sastra. Metode yang berkembang dan masyhur digunakan untuk
tujuan tersebut adalah Metode Qawaid dan terjemah. Kedua, metode modern,
metode pembelajaran yang berorientasi pada tujuan bahasa sebagai alat.
Artinya, bahasa arab dipandang sebagai alat komunikasi dalam kehidupan
modern.21
Menurut Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar dalam bukunya “ Metodelogi
Pengajaran Agama Bahasa Arab” ada beberapa metode pembelajaran bahasa
arab, yakni:
1. Metode Muhadatsah
Metode muhadatsah yaitu cara menyajikan bahan pelajaran bahasa
arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara
guru dengan murid atau antara murid dengan murid, sehingga dapat
memperkaya perbendaharaan kata-kata.
21
Prof. Dr. Azhar Arsyad, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), hlm. 53-54.
52
Pelajaran muhadatsah merupakan pelajaran bahasa arab yang
pertama kali diberikan. Percakapan hendaknya dimulai dari hal yang
sederhana yang sudah biasa dilihat anak setiap hari.
2. Metode Muthalaah
Metode muthalaah yaitu cara menyajikan pelajaran dengan cara
membaca, baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam
hati. Melalui metode ini, diharapkan siswa dapat mengucapkan lafad
kata-kata dan kalimat dalam bahasa arab yang fasih, lancar dan benar.
Muthalaah merupakan salah satu seni di antara berbagai seni yang
membutuhkan peningkatan hingga menjadi mahir dan membutuhkan
latihan dan bimbingan.
3. Metode Imla
Metode imla disebut juga metode dikte atau metode menulis,
dimana guru membacakan materi pelajaran dan siswa disuruh
menulisnya di buku tulis. Imla juga dapat dilakukan dengan cara guru
menuliskan materi pelajaran imla di papan tulis kemudian dihapus dan
menyuruh siswa untuk menulisnya kembali di buku tulisnya.
4. Metode Mahfudzat (Menghafal)
Metode mahfudzat atau menghafal yakni cara menyajikan materi
bahasa arab, dengan jalan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-
kalimat berupa syair, cerita, kata-kata hikmah dan lain-lain yang
53
menarik hati, mahfudzat yang baik itu dapat bersifat puisi atau bersifat
prosa
5. Metode Qawaid (Tata Bahasa)
Metode qawaid atau tata bahasa yaitu cara menyajikan bahan
pelajaran dengan jalan menghafal aturan-aturan atau kaidah-kaidah
tata bahasa arab yang mencakup nahwu sharaf. Metode qawaid ini
tidak jauh berbeda dengan metode Grammar, sebab cara menyajikan
bahan pelajaran itu sama.
6. Metode Insya` (mengarang)
Metode Insya`yaitu cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara
menyuruh siswa mengarang dalam bahasa arab, untuk mengungkapkan
isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimilikinya. Melalui metode ini
diharapkan anak didik dapat mengembangkan imajinasi secara kreatif
dan produktif sehingga berfikirnya menjadi berkembang
Pengajaran bahasa arab itu tidak baik apabila seseorang guru memulai
dan mementingkan pengajaran nahwu, sharaf, i`rab dan lainnya. Akan
tetapi seorang guru haruslah memperbanyak pelajaran muhadatsah,
muthalaah, mahfudzat sebelum memulai pelajaran Qawaid.22
22
Drs. H. Tayar Yusuf , Op. Cit., hlm. 191-208.
54
C. Boarding School
1. Pengertian Boarding School
Sesungguhnya term boarding school bukansesuatu yang
barudalamkontekspendidikan di Indonesia. Karenasejak lama lembagapendidikan
di Indonesia menghadirkankonsepboarding schoolyang di berinama
“pondokpesantren”. Pondokpesantreniniadalahadanyaawalmulaboarding school
di Indonesia.Terlebihlagiboarding schooladalahkebangkitankembali model
pendidikanzamansekarang yang mengadopsi model pendidikan yang telah lama
ada di Indonesia
yaitupondokpesantren.Pesantrenadalahsuatutempatpendidikandanpengajaran
yang menekankanpelajaran agama
islamdandidukungasramasebagaitempattinggalsantri yang bersifatpermanen.23
Adapunbeberapadefinisitentang boarding school diantaranyasebagaiberikut:
Boarding schoolterdiridaridua kata yaituboardingdanschool.Boarding
berartiasramadan school berartisekolah.Boarding school
adalahsistemsekolahberasrama, dimanapesertadidikdanjugapara guru
danpengelolasekolahtinggaldiasrama yang
beradadalamlingkungansekolahdalamkurunwaktutertentu. Boarding school
adalahsekolah yang memilikiasrama, dimanaparasiswahidupbelajarsecara total di
23
MujamilQamar, Pesantren Dari
TransformasiMetodologiMenujuDemokratisasiInstitusi,(Erlangga: Jakarta, 2007), hlm.1-2.
55
lingkungansekolah. Karenaitusegalajeniskebutuhanbelajardisediakanolehsekolah,
dimanasistempembelajarannya full 24 jam.24
Menurut Oxford disctionarypendidikankepesantrenan(Boarding school) is
school where some or all pupil live during the term.
Artinyapesantrenadalahlembagapendidikan yang
manasebagianatauseluruhsiswanyabelajardantinggalbersamaselamakegiatanpemb
elajaran.25
Artisecaraumumdaripendidikankepesantrenan(Boarding
school)sebagaimanatertulisdari Word net bag.30 adalah a private school where
students are lodged and fed as well as
taught,artinyaadalahsebuahsekolahswastadimanasiswadiasramakan, di
berimakanserta di beripelajaran.26
Sekolah-sekolah yang menerapkansistemboarding
schoolatausekolahberasramabiasanyaadalah madrasah, yaitulembagapendidikan
yang tidakhanyamengajarkanpelajaranumummelainkanjugaterdapatpendidikan
agama islam. Pengembangan madrasah menujusekolahumumbercirikhas agama
islamsejatinyatelahdirancangsejakMukti Ali menawarkankonseppengembangan
madrasah melaluikebijakan SKB 3 Menteri (mentri agama,
24
Definisi boarding school dalamhttp://en.wikipedia.org/wiki/Boarding-school.Diakses, 2 Mar.
2015. Pada jam 22.00. 25
Definisi boarding school dalam http://Oxforddictionaries.com/ Diakses, 2 Mar. 2015. Pada
jam 22.00.
26
Definisi boarding school dalamhttp://www.dictionary30.com/. Diakses, 2 Mar. 2015. Pada
jam 22.00.
56
menteriPendidikandanmenteridalamnegeri), yang berusahamensejajarkankualitas
madrasah sebandingdengansekolahumummelaluipolakurikulum, yakni 70%
terdiridaribidangstudiumumdan 30% bidangstudiagama.Dengankeluarnya SKB
3menteri tahun 1975 tentangpeningkatanmutupendidikanpada madrasah,
masyarakatmulaimengetahuieksistansi madrasah
dalamkontekssistempendidikannasional.27
Banyakkalanganpihak yang megakui madrasah sebagailembagapendidikan
yang baik, seperti kata Mukti Ali yang dikutipolehRusliKarim (1985: 138)
bahwa, sistempendidikandanpengajaranislam yang paling baik di Indonesia
adalahsistempendidikan yang mnengikutipolapondokpesantren,
sedangkanpengajarannyamengikutisistem madrasah atausekolah.28
Upayapeningkatanmutu madrasah merupakantuntutan yang
makinmendesakdantidakdapatdihindari.Era pasarbebas yang
akanmulaibergulirtahun 2003 menuntut “kemampuanbersaing” dari SDM kita.
Untukmemberigambaran madrasah
padamasadepan,makaperludirumuskangambarantentangvisi madrasah
dalamalamglobalisasi. Visimadrasah tersebutadalahmenjadikan madrasah sebagai
“sekolah plus” yang berkualitas, berkarakterdanmandiri. Sekolah plus
yaitulembaga madrasah yang
27
AinurrafiqDawamdan Ahmad Ta`rifin, Manajemen Madrasah BerbasisPesantren.(Jogjakarta:
Listafariska Putra, 2005). hlm. 56.
28
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensiPendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm.
249.
57
menyiapkanpesertadidikmampudalamsainsdanteknologi,
namuntetapdenganidentitaskeislamannya.Inisesuaidengankonsepsekolahberbasis
asrama (boarding school) adalahsekolahumum yang bercirikhasislam.29
2. Karakteristik Boarding School.
Sejakawalberdirinyalembagainisangatmenekankanpadamoralitasdanmenjunj
ungtingginilai-nilaikemandirian, kesederhanaandansejenisnya.
Karakteristiksistempendidikan boarding school diantaranyaadalah:
1. Dari segisosial, sistem boarding school
mengisolasianakdidikdarilingkungansosial yang heterogen yang
cenderungburuk. Di
lingkungansekolahdanasramadikontruksisuatulingkungansosial yang
relatife homogeny yaknitemansebayadanpara guru pembimbing.
Homogeny dalamtujuanyaknimenuntutilmusebagaisaranamengejarcita-
cita.
2. Dari segiekonomi, boarding school memberikanlayanan yang
paripurnasehinggamenuntutbiaya yang cukuptinggi.
Olehkarenaitupesertadidikakanbenar-
benarterlayanidenganbaikmelaluiberbagailayanandanfasilitas.
3. Dari segisemangatreligiusitas, boarding school menjanjikanpendidikan
yang seimbangantarakebutuhanjasmanidanruhani, intelektualdan spiritual.
29
Dr. Husni Rahim, ArahBaruPendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Logos WacanaIlmu,
2001), hlm. 129.
58
Diharapkanakanlahirpesertadidik yang
tangguhsecarakeduniaandenganilmudantehnologi,
sertasiapsecaraimandanamalshaleh.30
Tabel 1
3. Perbedaan Sekolah Terpadu (boarding school) dengan Sekolah
Formal31
No.
Kriteria
Sekolah Formal
Sekolah Terpadu
(Boarding School)
1. Fasilitas Fasilitas standar sekolah
umum
Dilengkapi fasilitas
hunian dan berbagai
fasilitas pendukung
2. Kegiatan harian Jadwal kegiatan terbatas
pada KBM
Jadwal kegiatan harian
teratur
3. Sistem
pendidikan
Pengajaran formal di
kelas dan kegiatan ektra
kulikuler
Pengajaran formal,
ekstrakulikuler,
pendidikan khusus atau
informal (keagamaan dll)
30
Bahtiardalam Boarding School danPeranannyaDalamPengembanganPendidikan Islam.
http//bhakti-ardi.blogspot.com/2012/07/boarding-school-dan-peranannya-dalam-80.html.
Diaksespada7 Mar. 2015.Pada jam 19.00. 31
Bahtiardalam Boarding School danPeranannyaDalamPengembanganPendidikan Islam.
http//bhakti-ardi.blogspot.com/2012/07/boarding-school-dan-peranannya-dalam-80.html.
Diaksespada7 Mar. 2015.Pada jam 19.00.
59
4. Aktivitas Siswa datang ke sekolah
untuk belajar kemudian
pulang ke rumah
Siswa belajar dan tinggal
di sekolah, kehidupan
siswa ada di asrama
5. Kurikulum Kurikulum standar
Nasional
Kurikulum Standar
Nasional, kurikulum
Departemen Agama dan
kurikulum tambahan
khas Boarding School
6. Pemanfaatan
waktu
Waktu sangat terbatas
pada kegiatan belajar
mengajar
Tidak terbatas di jam
belajar, juga di jam
pelajaran
7. Proses pendidikan Perhatian guru tidak
optimum, karena
keterbatasan waktu dan
perbandingan jumlah
guru dengan siswa relatif
besar
Perhatian lebih optimum,
karena waktu interaksi
yang dimiliki lebih
banyak, perbandingan
siswa dan guru lebih
kecil
8. Jumlah siswa 40-45 peserta didik Minimal 18 orang,
maksimal 30 peserta
didik
60