BAB II Manajemen Pembelajaran Manajemen pembelajaran...
-
Upload
hoangxuyen -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of BAB II Manajemen Pembelajaran Manajemen pembelajaran...
9
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Manajemen Pembelajaran
2.1.1 Pengertian Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran menurut Syafaruddin dan Irwan
(2005:75-79) adalah proses pendayagunaan seluruh komponen yang
saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk mencapai tujuan
program pengajaran. Guru adalah seorang manajer di dalam organisasi
kelas. Aktivitas guru mencakup kegiatan merencanakan, mengorganisir,
memimpin dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
dikelolanya.
Dijelaskan oleh Davis (Syafaruddin dan Irwan. 2005:75-76)
peranan guru sebagai manager dalam proses pengajaran, meliputi empat
hal sebagai berikut: (1). merencanakan, yaitu menyusun tujuan belajar
mengajar (pengajaran). (2). mengorganisasikan, yaitu menghubungkan
atau menggabungkan seluruh sumber daya belajar-mengajar dalam
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. (3). memimpin, yaitu
memotivasi para peserta didik untuk siap menerima materi pelajaran. (4).
mengawasi, yaitu apakah kegiatan belajar mengajar mencapai tujuan.
Menurut Wina (2010:24-26) dalam melaksanakan pengelolaan
pembelajaran, guru sebagai manajer memiliki empat fungsi umum, yaitu:
(1). Merencanakan tujuan belajar, (2). Mengorganisasikan berbagai
sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar, (3). Memimpin
10
meliputi motivasi, mendorong dan menstimulasi peserta didik, dan (4).
Mengawasi, apakah segala sesuatu sudah berfungsi sebagaimana
mestinya dalam mencapai tujuan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan manajemen pembelajaran
adalah sebuah usaha dari seluruh komponen yang berkaitan dan saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan program pembelajaran. Guru adalah
seorang manajer yang memiliki fungsi: perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan dan pengawasan. Segala upaya yang dilakukan semata-
mata untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan.
2.1.2 Fungsi Manajemen Pembelajaran
Menurut Syafaruddin dan Irwan (2005:91-137) fungsi-fungsi
manajemen pembelajaran adalah sebagai berikut: a). Perencanaan
pembelajaran, b). Pengorganisasian pembelajaran, c). Kepemimpinan
dalam pembelajaran dan, d). Evaluasi pembelajaran.
a. Perencanaan Pembelajaran, adalah pandangan masa depan dan
menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang
dimasa depan. Sedangkan perencanaan pengajaran adalah pekerjaan
yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan
mengajar.
b. Pengorganisasisan Pembelajaran, megorganisasi dalam pembelajaran
adalah pekerjaan guru dalam mengatur dan menggunakan sumber
belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara yang
efektif dan efisien.
11
c. Kepemimpinan dalam Pembelajaran, guru adalah pemimpin
pendidikan yang mempengaruhi para peserta didik untuk melakukan
kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan pengajaran.
d. Evaluasi Pembelajaran, Merancang evaluasi termasuk tugas seorang
guru dalam membuat rancangan pembelajaran. Evaluasi mencakup
hasil belajar dan evaluasi pembelajaran. Adapun evaluasi hasil belajar
menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah
perolehan peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran yang
ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran merupakan proses
sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses
pembelajaran dalam membantu peserta didik mencapai tujuan
pengajaran secara optimal.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi-fungsi
manajemen pembelajaran antara lain: perencanaan pembelajaran yang
dimaksudkan sebagai arahan dalam mengajar, pengorganisasisan
pembelajaran untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
pembelajaran untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien,
kepemimpinan dimaksudkan peran guru dalam mempengaruhi peserta
didik guna mencapai tujuan pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran
dimaksudkan untuk mengetahui informasi dari peserta didik sejauh mana
peserta didik memahami materi serta sebagai alat evaluasi untuk program
pembelajaran kedepan.
12
Dimensi tugas atau indikator kinerja guru adalah sebagai berikut: (1).
Perencanaan, guru memformulasikan tujuan pembelajaran dalam RPP
sesuai dengan kurikulum/silabus dan memperhatikan karakteristik
peserta didik, guru menyusun bahan ajar secara rutut, logis, kontekstual
dan mutahir, guru merencanakan pembelajaran yang efektif, guru
memilih sumber belajar/ media pembelajaran sesuai dengan materi dan
strategi pembelajaran, (2). Pelaksanaan pembelajaran, guru memulai
pembelajaran dengan efektif, guru menguasai materi pelajaran, guru
menerapkan pendekatan/strategi pembelajaran yang efektif, guru
memanfaatkan sumber belajar/media dalam pembelajaran, guru
memlihara ketertiban peserta didik dalam pembelajaran, guru
menggunakan bahasa yang benar dan tepat dalam pembelajaran, dan guru
mengakhiri pembelajaran dengan efektif (3). Penilaian pembelajaran,
guru merancang alat evaluasi untuk mengukur kemajuan dan
keberhasilan peserta didik, guru menggunakan berbagai strategi dan
metode penilaian untuk memantau kemajuan dan hasil belajar peserta
didik dalam mencapai kompetensi tertentu sebagaimana yang tertuis
dalam RPP dan guru memanfaatkan berbagai hasil penilaian untuk
memberikan umpan balik bagi peserta didik tentang kemajuan belajarnya
dan bahan penyusunan rancangan pembelajaran selanjutnya
(Kemendikbud 2012)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dimensi tugas atau
indikator kinerja guru dalam pembelajaran mencakup tiga hal yakni:
13
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian
pembelajaran. Maka dari itu penting untuk dibahas apa itu perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.
2.1.3 Perencanaan Pembelajaran
2.1.3.1 Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Menurut Wina (2008:23-28) perencanaan pembelajaran dilihat
dari terminologinya terdiri atas dua kata yakni, perencanaan dan
pembelajaran. Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan. Pendapat lain menurut Cunningham (dalam
Hamzah, 2006:1) perencanaan ialah menyeleksi dan
menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi untuk
masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan
memformulasikan hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang
diperlukan dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima
yang akan digunakan dalam penyelesaiannya.
Jadi perencanaan adalah sesuatu yang sengaja dibuat dengan
sistematis untuk dilaksanakan dalam kegiatan tertentu guna
mencapai sebuah tujuan yang sudah ditentukan.
Pembelajaran adalah proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu Uzer (dalam Zainal, 2012: 8). Dijelaskan oleh Sunhaji
14
(Jamal, 2011: 19) kegiatan pembelajaran merupakan aktivitas
untuk mentransformasikan bahan pelajaran kepada subjek belajar.
Jadi pembelajaran adalah hubungan timbal balik antara guru
dengan peserta didik dalam proses edukatif untuk mencapai sebuah
tujuan tertentu.
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan
keputusan hasil berfikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan
pembelajaran tertentu, yakni perubahan perilaku serta rangkaian
kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan
tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar
yang ada (Wina, 2008:23-28). Pendapat lain oleh Zainal (2012:32)
mengatakan bahwa perencanaan pembelajaran adalah aktivitas
penetapan tujuan pembelajaran, penyusunan bahan ajar dan sumber
belajar, pemilihan media pembelajaran, pemilihan pendekatan dan
strategi pembelajaran, pengaturan lingkungan belajar, perencanaan
sistem penilaian serta perencanaan prosedur pembelajaran dalam
rangka membimbing peserta didik agar terjadi proses belajar, yang
kesemuanya didasarkan pada pemikiran mendalam mengenai
prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan perencanaan
pembelajaran adalah rencana yang disusun secara sistematis untuk
mencapai sebuah tujuan yang ditentukan serta hal-hal yang akan
15
dilakukan saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung hingga
penilaian hasil belajar.
2.1.3.2 Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran
Dasar perlunya perencanaan pembelajaran menurut Hamzah
(2006:3-4), hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai perbaikan
pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan
asumsi sebagai berikut. (1). Untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran diawali dengan perencanaan pembelajaran yang
diwujudkan dengan desain pembelajaran, (2). Dalam membuat
perencanaan diperlukan penggunaan pendekatan sistem, (3).
Perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana
seorang belajar, (4). Untuk merencanakan suatu desain
pembelajaran diacukan pada peserta didik secara perorangan, (5).
Pembelajaran akan bermuara pada ketercapaian tujuan
pembelajaran, (6). Sasaran akhir perencanaan desain pembelajaran
adalah mudahnya peserta didik untuk belajar. (7). Perencanaan
pembelajaran harus melibatkan semua variabel pembelajaran dan
(8). Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah menetapkan
metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
Maka dapat disimpulkan dasar perlunya perencanaan adalah
untuk memperbaiki kualitas pendidikan, perencanaan dibuat
dengan tepat untuk dapat mencapai sebuah tujuan pembelajaran.
16
2.1.3.3 Pentingnya Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran pada hakekatnya merupakan
perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau
memproyeksikan tentang apa yang akan dilakukan. Perencanaan
pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan
komponen-komponen pembelajaran: kompetensi dasar, materi
standar, indikator dan penilaian. Kompetensi dasar berfungsi
sebagai mengembangkan potensi peserta didik. Materi standar
berfungsi sebagai memberi makna terhadap kompetensi dasar,
indikator berfungsi menunjukkan keberhasilan pembentukan
kompetensi pada peserta didik, dan penilaian berfungsi mengukur
pembentukan kompetensi dan menentukan tindakan kepada
kompetensi standar yang belum tercapai (Mulyasa, 2006:167).
Hal tersebut diperjelas oleh Kunandar (2013:3) guru yang baik
harus menyusun perencanaan sebelum melaksanakan pembelajaran
di kelas. Proses belajar mengajar yang baik harus didahului dengan
persiapan yang baik, tanpa persiapan yang baik sulit menghasilkan
pembelajaran yang baik. Oleh karena itu seharusnya guru sebelum
mengajar membuat perencanaan atau perangkat pembelajaran.
Program atau perencanaan yang harus disusun antara lain: program
tahunan, program semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
17
Sedangkan menurut Zainal (2012: 34) perencanaan
pembelajaran memiliki urgensi (arti penting) bagi peningkatan
kualitas dan efektivitas proses pembelajaran, maka banyak
keuntungan bagi guru antara lain: (1). Adanya arah dan pedoman
yang jelas bagi pelaksanaan pembelajaran untuk mencapai tujuan,
(2). Dapat memperkirakan hal-hal yang akan dilalui pada masa
pelaksanaan pembelajaran, (3). Adanya kesempatan untuk memilih
berbagai alternatif cara yang terbaik dan memilih kombinasi yang
terbaik, (4). Dapat menyusun skala prioritas, memilih urutan dari
segi pentingnya tujuan dan sasaran pembelajaran, (5). Dapat
memperoleh tindakan yang tepat dan terkoordinasi dari berbagai
unit kerja, (6). Perencanaan menjadi alat untuk menyesuaikan
usaha dengan situasi dan kondisi yang berubah karena berbagai
faktor, (7). Membantu penyesuaikan dan efisiensi kerja serta
membantu menghindari kesalahan dalam proses belajar, (8).
Perencanaan penting bagi guru dalam menjalankan fungsi
kepemimpinan dalam pembelajaran dan (9). Dengan adanya suatu
rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan.
Jadi dapat disimpulkan pentingnya perencanaan pembelajaran
dibuat semata-mata untuk memperbaiki kualitas pendidikan agar
yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Perencanaan juga mempermudah seorang guru dalam menjalankan
18
tugasnya. Perencanaan merupakan hal penting dalam pelaksanaan
pembelajaran, karena dengan perencanaan yang baik akan
menghasilkan pembelajaran yang baik pula.
2.1.3.4 Fungsi dan Manfaat Perencanaan
Fungsi-fungsi perencanaan pembelajaran menurut Wina
(2008:35-37) sebagai berikut: a). fungsi kreatif, b). fungsi inovatif,
c). fungsi selektif, d). fungsi komunikatif, e). fungsi prediktif, f).
fungsi akurasi, g). fungsi pencapaian tujuan, dan h). fungsi kontrol.
a. Fungsi kreatif, pembelajaran dengan menggunakan perencanaan
yang matang akan dapat memberikan umpan balik yang dapat
menggambarkkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui
umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki
program. Secara kreatif guru akan selalu memperbaiki berbagai
kelemahan dan menemukan hal-hal baru.
b. Fungsi inovatif, inovasi akan muncul saat kita memahami
adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan
itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala kita memahami
proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran
yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara
utuh. Dalam kaitan ini perencanaan memiliki fungsi inovasi.
c. Fungsi selektif, melalui proses perencanaan kita dapat
menyeleksi strategi mana yang kita anggap lebih efektif dan
efisien untuk dikembangkan.
19
d. Fungsi komunikatif, dokumen perencanaan harus dapat
mengkomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan
dan hasil yang ingin dicapai strategi atau rangkaian kegiatan
yang dapat dilakukan. Oleh sebab itu perencanaan memiliki
fungsi komunikatif.
e. Fungsi prediktif, perencanaan yang disusun secara benar dan
akurat dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah
dilakukan treatment sesuai dengan program yang disusun.
Melalui fungsi prediktif perencanaan menggambarkan berbagai
kesulitan yang akan terjadi.
f. Fungsi akurasi, melalui proses perencanaan guru dapat menakar
setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan
pelajaran tertentu. Guru dapat menghitung jam pelajaran efektif,
melalui program perencanaan.
g. Fungsi pencapaian tujuan, pembelajaran memiliki dua sisi, sisi
hasil belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan itulah
kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang.
h. Fungsi kontrol, melalui perencanaan dapat menentukan sejauh
mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh peserta didik,
materi mana yang sudah dan belum dipahami oleh peserta didik.
Manfaat perencanaan pengajaran oleh Abdul (2013:22) sebagai
berikut: a). Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan,
b). Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi
20
seiap unsur yang terlibat dalam kegiatan, c). Sebagai pedoman
kerja bagi setiap unsur. Baik unsur guru maupun peserta didik, d).
Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap
saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja, e). Untuk bahan
penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja dan, f). Untuk
menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan fungsi dan manfaat
perencanaan adalah sebagai pedoman kerja untuk seorang guru
dalam mengajar, sebagai alat ukur atau bahan evaluasi bagi guru
untuk pembelajaran kedepan dll. Yang pada dasarnya perencanaan
dibuat untuk mempermudah guru dan peserta didik dalam
pelaksanaan pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran
yang sudah ditentukan.
2.1.3.5 Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Zainal (2012: 123) secara etimologis silabus berarti label atau
daftar isi, dalam konteks KBK silabus diartikan sebagai rencana
pembelajaran pada suatu dan atau kelompok mata pelajaran/ tema
tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi dan sumber
belajar. Silabus dapat didefenisikan sebagai “garis besar ringkasan,
ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pembelajaran” Salim
(Abdul, 2013: 38).
21
Jadi dapat disimpulkan silabus adalah sebuah rencana
pembelajaran pada kelompok mata pelajaran atau tema tertentu
yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu
serta sumber belajar.
Menurut Mulyasa (2013:80) dalam kurikulum 2013,
pengembangan silabus tidak lagi oleh guru tetapi telah disiapkan
oleh tim pengembangan kurikulum, baik ditingkat pusat maupun
wilayah dengan demikian guru hanya mengembangkan RPP
berdasarkan buku panduan guru, buku panduan peserta didik dan
buku sumber yang semuanya telah disiapkan. Berbagai kegiatan
dalam pengembangan silabus yang dilakukan oleh tim sebagai
berikut: (a). mengidentifikasi dan menentukan jenis-jenis
kompetensi dan tujuan setiap bidang studi, (b), mengembangkan
kompetensi dan pokok-pokok bahasan, serta mengelompokannya
sesuai dengan ranah pengetahuan, pemahaman, kemampuan dan
nilai serta sikap, (c). mendeskripsikan kompetensi serta
mengelompokannya sesuai dengan skope dan skuensi dan (d).
mengembangkan indikator untuk setiap kompetensi serta kriteria
penilaian.
Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah silabus sedikitnya
memuat: (a). identitas mata pelajaran, (2). Identitas sekolah
22
meliputi nama satuan pendidikan dan kelas, (3). Kompetensi inti,
(4). Kompetensi dasar, (5). Tema (khusus SD dan sederajad), (6).
Materi pokok, (7). Pembelajaran, (8). Penilaian, (9). Alokasi waktu
dan (10). Sumber belajar.
Setelah silabus tersusun berikutnya guru menyusun RPP, RPP
adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi
dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam
silabus (Zainal, 2012:126). Pendapat lain RPP adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk
mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam
standar isi dan dijabarkan dari silabus (Kasful dan Hendra, 2011:
178).
Jadi RPP adalah rencana yang berisi gambaran prosedur dan
pengorganisasisan pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan penjabaran
dari silabus.
Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013, Komponen
RPP terdiri atas: (a). identitas sekolah yaitu nama satuan
pendidikan, (b). identitas mata pelajaran atau tema/ subtema, (c).
kelas/semester, (d). materi pokok, (e). alokasi waktu ditentukan
sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang
23
tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai, (f). tujuan
pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan KD, dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan
diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, (g).
kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi, (h).
materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir
sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi, (i).
metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
mencapai KD yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan KD yang akan dicapai. (j). media pembelajaran, berupa
alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi
pelajaran. (k). sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak
dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan, (l). langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui
tahapan pendahuluan, inti, dan penutup (m). penilaian hasil
pembelajaran.
Jika melihat dari permendikbud diatas maka dapat disimpulkan
beberapa komponen dalam RPP adalah: Identitas, Materi pokok,
Alokasi, Tujuan pembelajaran, Kompetensi Dasar dan indikator
pencapaian kompetensi, Materi Pembelajaran, Metode
24
pembelajaran, Media Pembelajaran, Sumber Belajar, Langkah-
langkah pembelajaran dan Penilaian hasil pembelajaran.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun RPP
adalah: (1). Perbedaan individual peserta didik antara lain
kemampuan awal, tingkat inteklektual, bakat, potensi, minat,
motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, adat dan lingkungan peserta didik, (2). Partisipasi
aktif peserta didik, (3). Berpusat pada peserta didik untuk
mendorong semangat belajar, motivasi, kreativitas, inisiatif,
inspirasi, inovasi dan kemandirian, (4). Pengembangan budaya
membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan
kegemaran membaca pemahaman beragam bacaan dan berekspresi
dalam berbagai bentuk tulisan, (5). Pemberian umpan balik dan
tindak lanjut RPP memuat perencanaan program pemberian umpan
balik positif, penguatan, pengayaan, dan remisi, (6). Penekanan
pada ketertarikan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar, (7). Mengakomodasikan
pembelajaran tematik terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran,
lintas aspek belajar, dan keragaman budaya, dan (8). Penerapan
teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis,
dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi (Kunandar, 2013:6-7).
25
2.1.4 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran menurut Permendikbud Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
(dalam Kunandar, 2013:8-10) dibagi menjadi tiga kegiatan, yakni
pendahuluan, inti dan penutup.
a. Pendahuluan, dalam kegiatan pendahuluan guru melakukan hal
sebagai berikut: (1). Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik
untuk mengikuti proses pembelajaran, (2). Memberi motivasi belajar
secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam
kehidupan sehari-hari dengan memberikan contoh dan perbandingan
lokal, nasional dan internasional, (3). Mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari, (4). Menjelaskan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang akan dicapai, dan (5). Menyampaikan cakupan
materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
b. Kegiatan inti, kegiatan inti menggunakan model pembelajaran,
metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Hal
–hal yang perlu diperhatikan: (1). Sikap, sesuai dengan karakteristik
sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi
mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga
mengamalkan, (2). Pengetahuan, dimiliki peserta didik melalui
aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
26
mengevaluasi, hingga mencipta dan (3). Ketrampilan, ketrampilan
diperoleh dari kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar,
menyaji dan mencipta.
c. Kegiatan penutup, dalam kegiatan penutup baik guru atau peserta
didik baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi
untuk mengevaluasi. Kegiatan penutup dapat berupa: (1). Secara
bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari
hasil pembelajaran, (2). Memberikan umpan balik terhadap proses dan
hasil belajar, (3). Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pemberian tugas baik individu maupun kelompok dan (4).
Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
Pendapat lain oleh Mulyasa (2013, 125-131) pada umumnya,
kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan awal/pembukaan, kegiatan inti
atau pembentukan kompetensi dan karakter serta kegiatan akhir/penutup.
a. Kegiatan Awal atau Pembukaan, kegiatan awal atau pembukaan
pembelajaran berbasis kompetensi dalam menyukseskan implementasi
Kurikulum 2013 mencakup pembinaan keakraban dan pre-test.
Pembinaan Keakraban, tahap pembinaan keakaraban ini bertujuan
untuk mengkondisikan para peserta didik agar mereka siap melakukan
kegiatan belajar. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut: (1). Di awal pertemuan pertama, guru memperkenalkan diri
kepada peserta didik dengan memberikan salam, menyebut nama,
27
alamat, pendidikan terakhir, dan tugas pokoknya di sekolah. (2).
Peserta didik masing-masing memperkenalkan diri dengan memberi
salam, menyebut nama, alamat, dan pengalaman dalam kehidupan
sehari-hari, serta mengapa mereka harus belajar di sekolah tersebut.
Pretes (tes awal), fungsi pretes antara lain: (1). Untuk menyiapkan
peserta didik dalam proses belajar, dengan pretes maka pikiran mereka
akan terfokus pada soal-soal yang mereka akan jawab, (2). Untuk
mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan proses
pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil pretes dan posttes. (3). Untuk mengetahui
kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai bahan
ajar yang akan dijadikan topik dalam pembelajaran. (4). Untuk
mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai,
tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-
tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus.
b. Kegiatan inti atau pembentukan kompetensi dan karakter, kegiatan inti
pembelajaran antara lain mencakup penyampaian informasi,
membahas materi standar untuk membentuk kompetensi dan karakter
peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam
membahas materi standar atau memecahkan masalah yang dihadapi
bersama.
Prosedur yang ditempuh dalam pembentukan kompetensi dan
karakter adalah sebagai berikut:
28
1) Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah
dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru
menjelaskan kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik
dan cara belajar individual.
2) Guru menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis pokok
bahasan yang dikemukakan dengan jelas atau ditulis dipapan tulis.
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hingga
menguasai materi tersebut.
3) Membagikan materi standar atau sumber belajar berupa Hand Out
atau foto kopi beberapa bahan yang akan dipelajari. Materi standar
tersebut sebagian terdapat diperpustakaan. Jika diperpustakaan
tidak ada maka guru memfotokopi dari sumber lain, seperti
majalah, atau surat kabar.
4) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik.
Lembaran kegiatan berisi tugas tentang matari standar yang telah
dijelaskan oleh guru dan dipelajari oleh peserta didik.
5) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam
mengerjakan lembar kegiatan sekaligus memberikan bantuan
arahan bagi mereka yang membutuhkan.
6) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar
pekerjaan dengan teman lain, lalu guru menjelaskan setiap
jawabanya.
29
7) Kekeliruan dan kesalahan setiap jawaban diperbaiki oleh peserta
didik, jika ada yang kurang jelas guru memberikan kesempatan
bertanya, tugas atau kegiatan mana yang perlu dijelaskan lebih
lanjut.
c. Kegiatan akhir atau penutup, kegiatan akhir pembelajaran atau
penutup dapat dilakukan dengan memberikan tugas dan post tes.
Fungsi post test antara lain: (1). Untuk mengetahui tingkat
penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang ditentukan, baik
secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan
membandingkan antar hasil pretes dan post tes, (2). Untuk mengetahui
kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat dikuasai peserta didik, serta
kompetensi dan tujuan-tujuan yang belum dikuasai. Sehubungan
dengan kompetensi dan tujuan yang belum dikuasai oleh sebagian
besar peserta didik maka dapat dilakukan pembelajaran kembali, (3).
Untuk mengetahui peserta didik- peserta didik yang perlu mengikuti
pelajaran kembali dan peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan
pengayaan serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam
mengerjakan modul dan, (4). Sebagai bahan acuan untuk melakukan
perbaikan terhadap komponen-komponen modul, dan proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan,
pelaksanaan maupun evaluasi.
30
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan pelaksanaan pembelajaran
terdiri dari kegiatan pendahuluan/awal, kegiatan inti/ pembentukan
kompetensi serta kegiatan akhir/penutup.
2.1.4.1 Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah
(Scientific Approach)
Menurut Wina (2010:127) pendekatan adalah titik tolak atau
sudut pandang terhadap proses pembelajaran. Istilah pendekatan
merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih umum. Dijelaskan oleh Roy Killen dalam (Wina,
2010:127) mencatat ada dua pendekatan pembelajaran yaitu
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred
approach) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student
centred approach). Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
siswa menurunkan strategi pembelajaran discovery dan inkuiri serta
strategi pembelajaran deduktif.
Permendikbud No 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar
Dan Struktur Kurikulum SMP/MTs, menjelaskan kurikulum 2013
menganut: (1) pembelajaan yang dilakukan guru (taught
curriculum) dalam bentuk proses yang dikembangkan berupa
kegiatan pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat; dan (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned curriculum)
sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan kemampuan awal
peserta didik. Pengalaman belajar langsung individual peserta didik
31
menjadi hasil belajar bagi dirinya, sedangkan hasil belajar seluruh
peserta didik menjadi hasil kurikulum. Salah satu pendekatan
pembelajaran untuk mewujudkan hal diatas adalah pendekatan
pembelajaran dengan pendekatan ilmiah (Scientific Approach).
Abdul (2014:210-234) mengatakan bahwa kegiatan
pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses
pembelajaran harus menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan
dan ketrampilan. Ranah sikap mengamit transformasi dan subtansi
atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang ranah “mengapa”.
Ranah ketrampilan mengamit transformasi subtansi atau materi ajar
agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Ranah pengetahuan
mengamit transformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik
tahu tentang “apa”. Hasil akhirnnya adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang
baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta
didik meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan dan
pengetahuan.
Scientific approach dalam pembelajaran semua mata pelajaran
meliputi pengamatan, bertannya, percobaan, kemudian mengolah
data atau informasi, menyajikan data atau informasi di lanjutkan
dengan menganalisis, menalar, menyimpulkan dan mencipta.
32
a. Mengamati, kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan
proses pembelajaran. Metode ini memiliki keunggulan tertentu
seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik
senang dan tertantang dan mudah pelaksanaanya. Metode
mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi.
Kegiatan mengamati dapat ditempuh dengan langkah-
langkah sebagai berikut: (1). Menentukan objek apa yang akan
diobservasi, (2) membuat pedoman observasi, (3). Menentukan
dengan jelas data apa yang ingin diketahui baik data primer
maupun sekunder, (4). Menentukan dimana tempat objek yang
akan di observasi, (5). Menentukan secara jelas dan bagaimana
observasi yang akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar
berjalan mudah dan lancar, (6). Menentukan cara dan
melakukan pencatatan atas hasil observasi, (7). Melakukan
observasi dengan jenis observasi yang ditentukan.
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan
observasi yakni: (1). Cermat, objektif, jujur, fokus kepada objek
yang diobservasi, (2). Memperhatikan banyaknya homogenitas
atau heteregonitas subjek, objek atau situasi yang diobservasi,
menentukan cara dan prosedur pengamatan, (3). Guru dan
33
peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat,
direkam, serta membuat catatan atas perolehan observasi.
b. Menanya, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh
tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk
kalimat tanya melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan,
asalkan keduannya mengiginkan tanggapan verbal.
Kriteria pertanyaan yang baik, yakni: (1). Singkat dan jelas,
(2). Menginsprirasi jawaban, (3). Memiliki fokus, (4). Bersifat
probing atau divergen, (5). Bersifat validatif atau penguatan, (6).
Memberikan peserta didik kesempatan untuk berfikir ulang, (7).
Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif, dan (8)
Merangsang proses interaksi.
c. Menalar, menalar adalah salah satu istilah dalam kerangka
proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut
dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan guru dan peserta
didik adalah pelaku aktif. Penalaran adalah proses berfikir yang
logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat di
observasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
d. Mengolah, pada tahapan mengolah ini, peserta didik sedapat
mungkin di kondisikan belajar secara kolaboratif. Dalam situasi
kolaboratif tersebut peserta didik berinteraksi dengan empati,
saling menghormati, menerima kekuarangan atau kelebihan
masing-masing.
34
e. Mencoba, untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau
otentik peserta didik harus mencoba melakukan percobaan
terutama untuk materi atau subtansi yang sesuai. Aplikasi
metode mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai
ranah tujuan belajar yaitu sikap, ketrampilan dan pengetahuan.
f. Menyimpulkan, kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan
dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam
satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan
sendiri setelah mendengar hasil kegiatan mengolah informasi.
g. Menyajikan, hasil tugas yang telah dikerjakan bersama-sama
secara kolaboratif dapat disajikan dalam bentuk laporan tertulis
dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk portofolio
kelompok dan atau individu, yang sebelumnya di konsultasikan
terlebih dahulu kepada guru.
h. Mengkomunikasikan, pada kegiatan akhir diharapkan peserta
didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah
disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau
secara individu. Kegiatan mengkomunikasikan dapat diberikan
klarifikasi oleh guru agar peserta didik mengetahui secara benar
atau ada yang harus luruskan dan diperbaiki.
Pendapat lain mengenai langkah-langkah pendekatan ilimiah
dalam implementasi kurikulum 2013 oleh (Wachyu, 2014:28-30),
35
yakni: mengamati, menanyakan, melakukan percobaan,
mengumpulkan dan mengasosiasikan, mengkomunikasikan hasil.
a. Mengamati, dalam kegiatan mengamati guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan
melalui melihat, menyimak, mendengar dan membaca hal yang
terkait dengan tema dan sub tema yang akan dibahas. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan.
b. Menanyakan, dalam praktiknya di dalam pembelajaran setelah
melihat dan mengamati peserta didik melakukan upaya mencari
atau mengumpulkan informasi dan mengaitkan apa yang dilihat
dan didengarnya dengan apa yang diketahuinya yang berasal
dari pegetahuan, pengalaman, dan informasi yang
dikumpulkannya. Apabila terjadi kesenjangan peserta didik
mencoba mempertanyakannya. Melalui kegiatan bertanya
dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik, semakin terlatih
untuk bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat
dikembangkan.
c. Melakukan percobaan, dalam melakukan percobaan guru
memilih bentuk percobaan terkait dengan subtema yang
dibicarakan. Selama percobaan guru meminta mereka
mengamati, mencatat pola keterkaitan, fakta, prosedur yang
teramati selama percobaan, kemudian menyimpulkan dan
36
mengkomunikasikan apa yang mereka peroleh dari pencarian
tersebut.
d. Mengumpulkan dan mengasosiasikan, tindak lanjut dari
bertanya adalah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
melalui berbagai cara. Informasi tersebut menjadi dasar bagi
kegiatan berikutnya yaitu memproses informasi untuk
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi
lainnya, menemukan pola dan keterkaitan informasi dan bahkan
mengambil berbagai kesimpulan dari pola yang ditemukan.
e. Mengkomuikasikan hasil, peserta didik menyimpulkan apa yang
mereka amati tersebut kemudian mengkomunikasikannya baik
lisan maupun tertulis atau disertai dengan peragaan.
Jadi dari pendapat ahli diatas mengenai pembelajaran
berdasarkan kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah dapat
disimpulkan peserta didik harus melakukan proses mengamati,
menanyakan, mencoba, mengumpulkan dan menyimpulkan serta
mengkomunikasikan. Kegiatan tersebut ditujukan untuk dapat
mencapai ketiga ranah pembelajaran yakni: sikap, pengetahuan dan
ketrampilan.
2.1.5 Penilaian Pembelajaran
2.1.5.1 Pengertian Penilaian Pembelajaran
Permendiknas Nomor 27 Tahun 2007 dan Nomor 66 Tahun
2013 (dalam Abdul, 2014:35) tentang stadart penilaian pendidikan
37
dikemukakan pengertian penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengelolaan informasi untuk menentukan pencapaiam hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sitematis dan
berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna.
Menurut Eko (2009:29-30) penilaian hasil belajar merupakan
komponen yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian
dalam konteks hasil belajar diartikan sebagai kegiatan menafsirkan
data hasil pengukuran tentang kecakapan yang dimiliki peserta
didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Pendapat lain oleh
Winarno (2013:218) penilaian adalah proses sitematis meliputi
pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis,
interprestasi informasi untuk membuat keputusan.
Jadi penilaian adalah proses yang sistematis dalam
pengumpulan informasi mengenai hasil belajar peserta didik dalam
rangka untuk membuat keputusan atau tindak lanjut.
2.1.5.2 Prinsip dan Pendekatan Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip
sebagai berikut: (a.) Obyektif, berarti penilaian berbasis pada
standart dan tidak dipegaruhi faktor subyektifitas penilai, (b).
Terpadu, berarti penilai oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran dan berkesinambungan,
(c). Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam
38
perencanaan, pelaksanaaan dan pelaporanya, (d). Transparan,
berarti prosedur penilaian. Kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh segala pihak, (e).
Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,
prosedur, dan hasilnya, (f). Edukatif, berarti mendidik dan
memotivasi peserta didik maupun guru (Abdul, 2014:76-77).
Mengenai hal diatas Kunandar (2013:51) juga menjelaskan
terdapat enam prinsip dan pendekatan penilaian pendidikan, yakni:
obyektif, terpadu, ekonomis, transparan, akuntabel, dan edukatif.
2.1.5.3 Manfaat dan Fungsi Penilaian
Manfaat penilian hasil belajar oleh Kunandar (2013:70-71)
adalah sebagai berikut: (1). Megetahui tingkat pencapaian
kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung,
(2). Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui
kekuatan dan kelemahan dalam proses pencapaian kompetensi, (3).
Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang
dialami peserta didik, (4). Umpan balik bagi guru dalam
memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar
yang digunakan, (5). Memberikan pilihan alternatif penilaian
kepada guru dan (6). Memberikan informasi kepada orang tua
tentang mutu dan efektivitas pembelajaran yang dilakukan sekolah.
39
Tujuan atau fungsi penilaian menurut (Arikunto, 2012:18-
19) sebagai berikut: a). selektif, b). diagnostik, c). penempatan dan,
d). pengukur keberhasilan.
a. Penilaian Berfungsi Selektif, dengan cara mengadakan penilaian
guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian
terhadap peserta didiknya. Penilaian itu mempunyai berbagai
tujuan, antara lain: (1). Untuk memilih peserta didik yang dapat
diterima disekolah tertentu. (2). Untuk memilih peserta didik
yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya. (3). Untuk
memilih peserta didik yang berhak meninggalkan sekolah, dan
sebagainya.
b. Penilaian Berfungsi Diagnostik, apabila alat yang digunakan
dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan
melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan peserta
didik. Disamping itu akan diketahui pula penyebabnya. Jadi
dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru melakukan
diagnosis kepada peserta didik tentang kebaikan dan
kelemahanya.
c. Penilaian Berfungsi sebagai Penempatan, digunakan untuk
menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta
didik yang memiliki hasil penilaian yang sama akan berada
dalam kelompok yang sama dalam belajar.
40
d. Penilaian Berfungsi sebagai Pengukur Keberhasilan, fungsi ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program
berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh
beberapa faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan
sistem administrasi.
Pendapat lain oleh Kunandar (2013:68-69) mengenai fungsi
penilaian hasil belajar, adalah: (1). Menggambarkan seberapa
dalam peserta didik telah menguasai kompetensi tertentu, (2).
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu
peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang
langkah berikutnya, (3). Menemukan kesulitan belajar dan
kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik serta
sebagai alat diagnosis yang membantu guru menentukan apakah
peserta didik perlu melakukan remedial atau pengayaan, (4).
Menemukan kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran yang
sedang berlangsung guna perbaikan proses belajar kedepanya dan
(5). Kontrol bagi guru dan sekolah tentang kemajuan peserta didik.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan manfaat
dan fungsi penilaian sebagai gambaran seberapa dalam peserta
didik menguasai materi, mengetahui kelemahan peserta didik, serta
dapat menjadi evaluasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran
kedepan.
41
2.1.5.4 Langkah- Langkah Penilaian
Secara garis besar, kegiatan penilaian mencakup langkah-
langkah sebagai berikut: (a). Menginformasikan silabus mata
pelajaran yang didalamnya memuat rancangan dan kriteria
penilaian pada awal semester, (b). Mengembangkan indikator
pencapaian kompetensi dasar dan memilih teknik penilaian yang
sesuai pada saat menyusun silabus mata pelajaran, (c).
Mengembangkan instrumen dan pedomanan penilaian sesuai
dengan bentuk dan teknik penilaian yang dipilih, (d). Melakukan
tes, pengamatan, penugasan dan atau bentuk lain yang diperlukan,
(e). Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil
belajar dan kesulitan belajar peserta didik, (f). Mengembalikan
hasil pemeriksaan pekerjaan peserta didik disertai balikan/komentar
yang mendidik. (g). Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan
pembelajaran, (h). Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada
setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam
bentuk satu nilai prestasi belajar peserta didik disertai deskripsi
singkat sebagai cerminan kompetensi utuh, (i). Melaporkan hasil
penilaian akhlaq kepada guru pendidikan agama dan hasil penilaian
kepribadian kepada guru pendidikan kewarganegaraan sebagai
proses informasi untuk menentukan nilai akhir semester akhlaq dan
kepribadian peserta didik dengan katagori sangat baik, baik, atau
kurang baik (Winarno, 2013:218-219).
42
2.1.5.5 Penilaian Otentik dalam Kurikulum 2013
2.1.5.5.1 Pengertian Penilian Otentik
Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah
penilaian otentik. Penilaian otentik adalah kegiatan menilai
peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya
dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen
penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang
ada di standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD). Dalam penelitian otentik peserta
didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori dalam
kehidupan nyata (Kunandar, 2013: 35-36). Pendapat lain oleh
Abdul (2014:56) penilaian otentik adalah proses
pengumpulan, pelaporan dan penggunaan informasi tentang
hasil belajar peserta didik dengan menerakan prinsip-prinsip
penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik,
akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik Pusat
Kurikulum.
Jadi penilaian otentik adalah proses pengumpulan
informasi hasil belajar peserta didik dengan bukti-bukti yang
nyata dengan menggunakan berbagai instrumen penilaian
yang sesuai tuntutan kompetensi.
43
2.1.5.5.2 Ciri- ciri Penilaian Otentik
Ciri-ciri penilaian otentik menurut Kunandar
(2013:38-39) yakni: (1). Harus mengukur semua aspek
pembelajaran, yakni kinerja dan hasil prosuk. Dalam
melakukan penilaian kinerja kinerja dan produk pastikan
bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cerminan
kompetensi dari peserta didik tersebut secara nyata dan
obyektif, (2). Dilaksanakan selama dan sesudah proses
pembelajaran berlangsung, (3). Menggunakan berbagai cara
atau sumber, menggunakan berbagai teknik penilaian
disesuaikan dengan tuntutan kompetensi dan menggunakan
berbagai sumber agar tergambarkan penguasaan kompetensi
oleh peserta didik, (4). Tes hanya salah satu alat pengumpul
data penilaian, tidak hanya menghandalkan hasil tes semata
informasi lain dapat dijadikan bahan penilaian, (5). Tugas-
tugas yang diberikan kepada peserta didik harus
mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang
nyata setiap hari, peserta didik harus dapat menceritakan
pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari
dan (6). Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan
dan keahlian peserta didik.
44
2.1.5.5.3 Jenis- jenis Penilaian Otentik
Jenis-jenis penilaian otentik menurut Abdul
(2014:62-73) adalah: penilaian proyek, penilaian kinerja,
penilaian portofolio, jurnal, penilaian tertulis.
a. Penilaian proyek, proyek merupakan salah satu penilaian
otentik yang berupa pemberian tugas kepada peserta didik
secara berkelompok. Kegiatan ini merupakan cara untuk
mencapai tujuan akademik sambil mengakomodasikan
berbagai perbedaan gaya belajar, minat, serta bakat
masing-masing peserta didik. Tugas proyek yang
diberikan terkait dengan kehidupan nyata, oleh karena itu
dapat meningkatkan partisipasi peserta didik. Contoh:
peserta didik diminta untuk membentuk kelompok guna
menyelidiki keragaman budaya di lingkungan daerah
tempat tinggal mereka.
b. Penilaian kinerja, penilaian otentik sebisa mungkin
melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik
menyebutkan unsur proyek/tugas yang akan mereka
gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaian. Dengan
menggunakan informasi ini guru dapat memberikan
45
umpan balik terhadap kinerja peserta didik, baik bentuk
laporan naratif maupun laporan kelas.
c. Penilaian portofolio, portofolio merupakan kumpulan
pekerjaan peserta didik (tugas-tugas) dalam periode waktu
tertentu yang dapat memberikan informasi penilaian.
Fokus tugas-tugas kegiatan pembelajaran dalam portofolio
adalah pemecahan masalah, berfikir dan pemahaman,
menulis, komunikasi, dan pandangan peserta didik sendiri
terhadap dirinya sebagai pembelajar. Contoh: peserta didik
diminta untuk melakukan survai mengenai potensi wisata
dilingkungan tempat tinggalnya.
d. Jurnal, merupakan tulisan yang dibuat oleh peserta didik
untuk menunjukkan segala sesuatu yang telah dipelajari
atau diproleh dalam proses pembelajaran. Digunakan
untuk mencatat atau merangkum topik-topik pokok yang
telah dipelajari, perasaan peserta didik dalam belajar mata
pelajaran tertentu, kesulitan-kesulitan atau keberhasilan-
keberhasilan dalam menyelesaikan masalah topik
pelajaran, dan catatan komentar, harapan dalam proses
aturan-aturan yang digunakan untuk menilai kinerja
peserta didik.
e. Penilaian tertulis, penilaian tertulis merupakan tes dimana
soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik
46
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta tidak
selalu merespons dalam bentuk menulis jawaban, tetapi
dapat juga berbentuk seperti memberi tanda, mewarnai,
menggambarkan dan lain sebagainya.
2.2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
2.2.1 Pengertian PPKn
Secara terminologis PPKn di Indonesia diartikan sebagai pendidikan
politik yang fokus materinya adalah peranan warga negara dalam
kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses dalam rangka untuk
membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD
1945 agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara (Winarno, 2013:37-38). Pendapat lain Noor (2009:3) PPKn
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam
mengembangkan kecintaan dan kesetiaan, keberanian untuk berkorban
membela bangsa dan tanah air Indonesia. Dijelaskan dalam
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 PPKn merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibanya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Jadi PPKn adalah mata pelajaran yang menyiapkan warga negara yang
baik, mampu melaksanakan hak dan kewajibanya untuk menjadi warga
negara Indonesia yang sesuai amanat Pacasila dan UUD 1945.
47
2.2.2 Tujuan PPKn
Tujuan mata pelajaran PPKn dalam Permendiknas No. 22 Tahun
2006 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
(a). Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan, (b). Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,
dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, serta anti-korupsi, (c). Berkembang secara positif dan
demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa
lainnya (d). Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
Pendapat lain oleh Winarno (2013:37-38) tujuan dari mata
pelajaran PPKn adalah sebagai berikut: (1). Tujuan PPKn tidak dapat
dipisahkan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
termaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
yang berbunyi: “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdasakan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. (2). PPKn bertujuan untuk
48
membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila,
Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat
Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Tujuan PPKn adalah membentuk peserta didik menjadi manusia
yang mampu mengembangkan potensi dirinya, demokratis, bertanggung
jawab, dan memiliki rasa cinta tanah air.
2.2.3 Perkembangan Kurikulum PPKn
Secara historis epistimologis dan pedagogis, pendidikan
kewarganegaraan sebagai program kurikuler dimulai dengan
diintroduksikan mata pelajaran civics dalam kurikulum SMA tahun 1962
yang berisikan materi tentang pemerintahan Indonesia berdasarkan
Undang-Undang dasar 1945 (Dept.P&K :1962). Masa itu pendidikan
kewarganegaraan berisikan pengalaman belajar yang digali dan dipilih
dari disiplin ilmu sejarah, geografi, ekonomi, politik, pidato-pidato
presiden, deklarasi hak asasi manusia, dan pengetahuan tentang
perserikatan bangsa-bangsa Somantri (Udin dan Dasim, 2012: 168).
Istilah civics tersebut secara formal tidak dijumpai dalam
kurikulum 1957 maupun dalam kurikulum tahun 1946. Namun secara
materil dalam kurikulum SMP dan SMA tahun 1957 terdapat mata
pelajaran tata negara dan tata hukum, dan dalam kurikulum 1946 terdapat
mata pelajaran pengetahuan umum yang di dalamnya memasukkan
49
pengetahuan mengenai pemerintahan. Dalam kurikulum 1968 dan 1969
istilah civics dan pendidikan kewargaan negara digunakan secara
bertukar pakai. Dalam kurikulum SMP 1968 digunakan isilah pendidikan
kewargaan negara yang berikan sejarah Indonesia, dan konstitusi
termasuk UUD 1945. Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan
( PPSP) digunakan beberapa istilah yakni pendidikan kewargaan negara,
studi sosial, civics dan hukum. Selanjutnya dalam kurikulum 1975 istilah
pendidikan kewargaan negara diubah menjadi pendidikan moral
pancasila (PMP) yang berisikan materi pancasila sebagaimana diuraikan
dalam pedoman penghayatan dan pengalaman Pancasila P4. Mata
pelajaran PMP ini terus dipertahankan baik istilah maupun isinya sampai
dengan berlakunya kurikulum 1984 yang pada dasarnya merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 1976. Depdikbud: 1975 a, b, c dan 1976.
Dengan berlakunya Undang- Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
sistim pendidikan nasional yang menggariskan adanya muatan kurikulum
pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, sebagai bahan
kajian wajib kurikulum semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan (pasal
39). Kurikulum pendidikan dasar dan menengah tahun 1994
mengakomodasikan mata pelajaran pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan PPKn (Udin dan Dasim, 2012: 167-170).
Jadi dapat disimpulkan istilah dan isi kandungan mata pelajaran
Civics/ Pengetahuan Kewargaan, yang berubah menjadi Pendidikan
Kewargaan Negara, berubah kembali menjadi Pendidikan Moral
50
Pancasila, lalu Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan, berkembang
dari tahun 1960-an sampai 2000-an.
2.2.4 Karakteristik PPKn dalam Kurikulum 2013
Karakteristik mata pelajaran pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 yakni: (1). Materi disajikan
tidak berdasarkan pada pengelompokkan menurut empat pilar
kebangsaan tetapi berdasarkan keterpaduan empat pilar dalam
pembentukan karakter bangsa, (2). Materi disajikan berdasarkan
kebutuhan untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab (taat
norma, asas, dan aturan). (3). Adanya kompetensi yang dituntut dari
peserta didik untuk melakukan tindakan nyata sebagai warga negara yang
baik. (4). Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya pengetahuan,
tetapi ditunjukkan melalui tindakan nyata dan sikap keseharian
(Kemendibud 2013).
Samsuri (2013) berpendapat dalam kuliah umum yang membahas
Paradigma Pendidikan Kewarganegaraa dalam Kurikulum 2013, aspek
penting dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kurikulum
2013 mengenai Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, mengikuti Gerhard
Himmelmann (2013), mengubah paradigma Pendidikan
Kewarganegaraan yang semula berfokus kepada program pengajaran dan
transfer pengetahuan kewarganegaraan menjadi pendekatan yang
menekankan sikap-sikap personal-individual, moral dan perilaku sosial
51
sebagaimana disposisi dan nilai-nilai bersama dari warga negara dalam
kehidupan bersama yang menghargai hak-hak asasi manusia dan
demokrasi di dunia yang penuh konflik. Pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah melalui konsepsi lima M, memungkinkan perubahan
paradigma pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
dari pembelajaran pasif dan afirmatif kepada pembelajaran aktif,
kooperatif, dan kritis. Pembentukan karakter warga negara tidak cukup
menjadi baik yang ditandai oleh sikap loyal dan kepatuhan terhadap
kekuasaan pemerintah, tetapi peserta didik dihantarkan kepada
pengalaman-pengalaman dan praktik konsep-konsep kehidupan
berbangsa dan bernegara dalam ruang kelas dan luar kelas.
2.2.5 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kelas IX dalam Mata
Pelajaran PPKn
Tabel 1 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PPKn Kelas IX
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar 1. Menghargai dan
menghayatiajaran agama yang dianutnya
1.1 Menghayati perilaku beriman,dan bertaqwa kepada TuhanYME dan berakhlak mulia dalam kehidupan di lingkungan pergaulan antar bangsa
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
2.1 Menunjukkan penghargaan terhadap keluhuran nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
2.2 Menghargai hukum yang berlaku dalam masyarakat sebagai wahana perwujudan keadilan dan kedamaian
2.3 Menunjukkan sikap toleransi dan harmoni keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara Indonesia
2.4 Meneladani semangat dan komitmen sumpah pemuda sebagai perekat kebangsaan
52
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya
sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh pemuda pada saat mendeklarasikan Sumpah Pemuda tahun 1928
2.5 Menghayati semangat dan komitmen persatuan dan kesatuan nasional dalam mengisi dan mempertahankan NKRI
3. Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
3.1 Menelaah dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
3.2 Menelaah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3.3 Menelaah norma hukum dan sistem penegakkan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
3.4 Mengemukakan perbedaan baik dan buruk dalam bertutur kata, berperilaku, dan bersikap sesuai dengan kandungan nilai dan moral Pancasila
3.5 Memecahkan masalah-masalah yang muncul dalamm keberagaman masyarakat
3.6 Memahami konteks kesejarahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
4. Mengolah, menyaji, dan menalardalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
4.1 Menyajikan dan melaksanakan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa sesuai dinamika perkembangan jaman
4.2 Menyajikan tulisan tentang pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
4.3 Melaksanakan kewajiban dan menegakkan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
4.4 Menampilkan contoh sikap, tutur kata, dan perilakuyang baik, sesuai dengan kandungan nilai dan moral Pancasila dalam pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat, bangsa dan negara
4.5 Merumuskan dan mengemukakan ide,gagasanpenyelesaian masalah yang muncul dalam keberagaman masyarakat
4.6 Menampilkan kajian dinamika penguatan komitmen mempertahankan NKRI dalam konteks kesejarahan
(Sumber:Kemendikbud 2013 Tentang Kompetensi Dasar SMP/MTs)
53
Dari beberapa Kompetensi diatas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 1.1 menghayati perilaku beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia dalam kehidupan di lingkungan
pergaulan antar bangsa, 2.3 menghargai hukum yang berlaku dalam
masyarakat sebagai wahana perwujudan keadilan dan kedamaian, 3.3
memahami aturan hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat
dan bernegara, 4.3 menyaji hasil telaah tentang aturan hukum yang
berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
2.3 Kurikulum 2013
2.3.1 Pengertian kurikulum
Pengertian kurikulum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Ibrahim dkk (2011:2) kurikulum dalam pendidikan diartikan
sebagai sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus ditempuh oleh
seorang peserta didik dari awal sampai akhir program pelajaran untuk
memperoleh penghargaan dalam bentuk ijazah. Sedangkan menurut
Oemar (2010:10) kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan
oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi peserta didik.
Jadi dapat disimpulkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan yang disediakan lembaga pendidikan (sekolah) dalam
54
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dari
awal hingga akhir semester untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan
tertentu.
2.3.2 Fungsi Kurikulum
Menurut Ibrahim dkk (2011:9-10) fungsi kurikulum bagi peserta
didik sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yakni: (1).
Fungsi penyesuaian, kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
mengarahkan peserta didik agar memiliki sifat well adjusted yaitu
mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial, (2). Fungsi integrasi, kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh, (3).
Fungsi diferensasi, kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu
memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu peserta didik. (4).
Fungsi persiapan, kurikulum sebagai alat pendidikan mampu
mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke jenjang
berikutnya, (5). Fungsi pemilihan, kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya dan (6). Fungsi diagnostik, kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu membantu dan mengarahkan peserta didik untuk dapat
memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang
dimilikinya.
55
Menurut pendapat diatas fungsi kurikulum dimaksudkan sebagai
peyesuaian membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan baik fisik maupun sosial, integrasi dimaksudkan membentuk
peserta didik secara utuh, diferensasi dimaksudakan memberikan
pelayanan kepada peserta didik dengan memperhatikan perbedaannya,
persiapan dimaksudkan membekali peserta didik untuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pemilihan bermaksud memberikan
hak peserta didik dalam menentukan program belajar yang sesuai
keinginan dan minatnya serta diagnostik bermaksud untuk membantu
peserta didik dalam memahami kelemahan dan potensi dirinya.
2.3.3 Landasan Pengembangan Kurikulum 2013
Menurut Mulyasa (2013:64-65), pengembangan kurikulum 2013
dilandasi secara filosofis, yuridis dan konseptual. (1). Landasan filosofis,
filosofis Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam
pembangunan pendidikan dan filosofi pendidikan yang berbasis pada
nilai-nilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik, dan
masyarakat. (2). Landasan yuridis, RPJMM 2010-2014 Sektor
Pendidikan, tentang perubahan metodologi pembelajaran dan penataan
kurikulum, PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
INPRES Nomor 1 tahun 2010 tentang percepatan pelaksanaan prioritas
pembangunan nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode
pembelajaran aktif berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk
membentuk daya saing dan karakter bangsa. (3). Landasan konseptual,
56
relevansi pendidikan, kurikulum berbasis kompetensi dan karakter,
pembelajaran kontekstual, pembelajaran aktif, dan penilaian yang valid,
utuh dan menyeluruh.
Pendapat lain oleh Kunandar (2013:31-44) kerangka dasar
kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan tiga landasan, yakni:
landasan filosofis, landasan teoritis dan landasan yuridis.
a. Landasan filosofis, dalam pengembangan kurikulum menentukan
kualitas peserta didik yang akan dicapai kurikulum, sumber dan isi
dari kurikulum, proses pembelajaran, posisi peserta didik, penilaian
hasil belajar, hubungan peserta didik dengan masyarakat dan
lingkungan alam dan sekitarnya. Kurikulum 2013 dikembangkan
dengan landasan filosofis yang memberikan dasar bagi pengembangan
seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas
yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan filosofi sebagai berikut:
(1). Pendidikan berakar pada budaya bangsa untuk membangun
kehidupan bangsa masa kini dan masa mendatang, (2). Peserta didik
adalah pewaris budaya bangsa yang kreatif, (3). Pendidikan ditujukan
untuk mengembangkan kecerdasan intelektual dan kecermelangan
akademik melalui pendidikan disiplin ilmu, (4). Pendidikan untuk
membangun kehidupan masa kini dan masa depan yang lebih baik dari
masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan
57
berkomunikasi, sikap sosial, kepedulian dan berpartisipasi untuk
membangun kehidupan masyarakat dan bangsa lebih baik.
b. Landasan teoritis, kurikulum 2013 dikembangkan atas teori
“pendidikan berdasarkan standar” dan teori kurikulum berbasis
kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar seluas-luasnya bagi peserta didik
dalam mengembangkan kemampuan untuk bersikap, berpengetahuan,
berketrampilan, dan bertindak.
c. Landasan Yuridis, (UUD 1945, UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, UU No 17 Tahun 2005 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional, beserta segala ketentuan
yang dituangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
dan, Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah No 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dari pembahasan para ahli diatas dapat disimpulkan landasan
pengembangan kurikulum 2013 adalah landasan filosofis, landasan
yuridis, landasan konseptual dan landasan Teoritis. Dimana segala
landasan tersebut diperhatikan dengan baik untuk mencapai tujuan
kurikulum 2013.
58
2.3.4 Karakteristik Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan
peradaban dunia (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia No. 70 Tahun 2013). Secara garis besar, kurikulum
2013 memiliki karakteristik sebagai berikut: (1). Pendekatan, pendekatan
kurikulum 2013 menganut pendekatan ekletif, yakni pendekatan dalam
pengembangan kurikulum yang memadukan berbagai desain dalam
pengembangannya. Untuk sekolah menengah pertama desain yang
diterapkan adalah desain yang berpusat pada bidang studi dengan varian
desain berdasarkan pengelompokan bidang studi, (2) Kompetensi,
kurikulum 2013 dilihat dari sisi tujuan berbasis pada kompetensi
mencakup kompetensi yang memadukan sikap, perilaku (karakter),
pengetahuan dan ketrampilan termasuk ketrampilan berfikir. Rumusan
kompetensi dalam kurikulum ini didasarkan pada perpaduan ketiga
kompetensi belajar, yakni kompetensi sikap dan perilaku yang diwarnai
nilai-nilai agama dan sosio-kultural, kompetensi pengetahuan dan
kompetensi psikomotor, (3) Isi kurikulum, untuk SMP dan sederajad
sejalan dengan pendekatan yang dianutnya pemilihan isi kurikulum
berdasarkan bidang studi yang dikelompokkan dan dipandang esensial
dan sejalan dengan kompetensi yang dibutuhkan peserta didik dalam
59
menghadapi berbagai tantangan dan perkembangan dimasa akan datang.
(4) Pembelajaran, pembelajaran kurikulum 2013 berpusat kepada peserta
didik. Kurikulum 2013 memfokuskan kepada empat tahapan
pembelajaran mulai dari mengamati, menanyakan, melakukan percobaan,
mengumpulkan dan menghubungkan informasi, dan
mengkomunikasikan, (5). Penilaian, penilaian yang dikembangkan harus
sejalan dengan tujuan yang dinyatakan dalam kompetensi yang
mencakup ketiga kompetensi belajar, yakni: sikap dan perilaku,
pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian yang dipilih dan dikembangkan
harus bersifat terintegrasi sehingga mampu menilai baik proses dan hasil
belajar peserta didik dalam ketiga kompetensi belajar tersebut (Wachyu,
2014:21-30).
Karakteristik Kurikulum 2013 juga terlihat pada penyempurnaan
pola pikir kurikulum 2013, sebagai berikut: (1). Pola pembelajaran yang
berpusat kepada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik,
(2). Pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran interaktif (interaktif
guru-pesertadidik-masyarakat-lingkungan alam-sumber/media lainya),
(3). Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari mana saja dan dari siapa saja),
(4). Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif (pembalajaran
aktif diperkuat dengan metode pembelajaran sains), (5) Pola belajar
sendiri menjadi belajar kelompok, (6). Pola pembelajaran alat tunggal
menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia, (7). Pola pembelajaran
60
berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan dengan memperkuat
pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik, (8).
Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu
pengetahuan jamak, (9). Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran
kritis (Kunandar, 2013: 23-24).
Jadi dapat disimpulkan karakteristik Kurikulum 2013 adalah
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dengan penilaian yang
menyeluruh untuk mencapai tiga kompetensi tujuan belajar meliputi
aspek: sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
2.4 Penelitian Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian “Pengelolaan
Pembelajaran PPKn Berdasarkan Kurikulum 2013 Dalam Materi “Kepatuhan
Terhadap Hukum” Di SMP Negeri 5 Salatiga Kelas IX Semester Ganjil
Tahun Ajaran 2015-2016 ” sebagai berikut.
a. Shinta Pertiwi, dalam skripsinya Tahun 2014 tentang Pemahaman dan
Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
melalui Scientific Approach Kurikulum 2013 di Kelas VII B SMP Negeri
1 Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014 menyimpulkan bahwa: 1)
Pemahaman pembelajaran dengan menggunakan Scientific Approach
sudah diterapkan guru dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik
aktif dan kreatif. Hampir semua peserta didik kelas VII B SMP Negeri 1
Surakarta memenuhi indikator pemahaman Scientific Approach. Hal ini
bisa dikatakan bahwa pemahaman Scientific Approach berdasarkan
61
kurikulum 2013 peserta didik kelas VII B SMP Negeri 1 Surakarta cukup
bagus; 2) Pelaksanaan proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang diterapkan guru di kelas sesuai dengan indikator
pelaksanaan Scientific Approach berdasarkan kurikulum 2013. Hampir
semua peserta didik kelas VII B pada proses pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan dalam melakukan kegiatan belajar yang
diterapkan guru sangat aktif. Hal ini bisa dikatakan bahwa pelaksanaan
Scientific Approach pada proses pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan di kelas VII B SMP Negeri 1 Surakarta cukup baik.
b. Saefudin M.Pd (Tanpa Tahun) dalam penelitiaanya tentang Pelaksanaan
Kurikulum 2013 di SMP Negeri 1 Ketanggunan. Berdasarkan laporan
pendampingan implementasi Kurikulum 2013 dapat disimpulkan sebagai
berikut. (1). Sudah ada perubahan guru kearah positif dengan adanya
pendampingan. Hal itu, terindikasi dengan hasil rata-rata baik dalam: (a).
Pemahaman guru terhadap buku pedoman guru dan buku teks pelajaran,
(b). Pemahaman guru terhadap proses dan penilaian pembelajaran, (c).
Menyusun RPP, (d). Pelaksanaan pembelajaran dan (e). Pelaksanaan
penilaan pembelajaran meski dengan beberapa catatan, (2). Guru merasa
bersemangat ketika ada pendampingan dan pendamping menjadi mediator
bagi guru ketika menemukan kebuntuan dalam MGMP terutama
penyusunan RPP, (3) Sebagian guru masih bingung dalam
mengakomodasikan penilian sikap, baik sikap spiritual maupun sosial,
karena menafsirkan satu KD pada KI 1 dan KI 2 seakan akan semua aspek
62
dinilai sekaligus dalam pembelajaran, sehingga menyiapkan sejumlah
instrumen penilaian sikap yang sulit dilaksanakan dan terkesan
membebani, (4). Kecenderungan guru akan berupaya menyusun RPP dan
melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya selagi dimonitoring.
c. Resmaningrum Yuni Haryono Tahun 2015 dalam penelitiannya tentang
Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
SMPN 4 Kalasan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka
memperoleh hasil sebagai berikut: (1). Dalam aspek perencanaan
pembelajaran berdasarkan data yang diperoleh dikatagorikan baik dengan
rata-rata ketercapaian 88,75%. (2) Dalam aspek pelaksanaan pembelajaran
berdasarkan data yang diperoleh dikatagorikan sangat baik dengan rata-
rata ketercapaian 88,55%. Dalam pelaksanaanya semua guru sudah
menerapkan pendekatan scientific dan menggunakan berbagai media serta
mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia disekolah
dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran dikelompokkan dengan
tiga kegiatan besar yakni, pendahuluan, inti dan penutup, (3). Dalam aspek
penilaian pembelajaran berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian
dikatagorikan sangat baik dengan rata-rata ketercapaian sebesar 86, 25%.
Semua guru sudah melaksanakan penelian otentik dan tindak lanjut hasil
pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013. Penilaian otentik meliputi
kompetensi kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil penelitian di SMP N
Kalasan dapat dikatagorikan baik dalam segi perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran, akan tetapi terdapat