BAB II LANDASAN TEORITIS A. 1. a. - repositori.unsil.ac.id
Transcript of BAB II LANDASAN TEORITIS A. 1. a. - repositori.unsil.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Teori
1. Konsep Pramuka
a. Pengertian Ekstrakulikuler Pramuka
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah kegiatan tambahan
yang dilaksanakan diluar jam belajar seperti sekolah pada
umumnya.Selaras dengan pengertian yang disampaikan oleh Yudha M. S
(1998:4) dalam skripsi Satya P.S (2013;40), ekstrakurikuler adalah
kegiatan diluar jam biasa yang bertujuan agar siswa lebih memperdalam
dan menghayati apa yang yang dipelajari dalam kegiatan intrakulikuler.
Berdasarkan pengertian diatas terlihat jelas bahwa
ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilaksanakan diluar jam
pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler ditujukan untuk mendukung dan
memperdalam apa yang ada dalam program kulikuler. Program
ekstrakurikuler yang ada harus selaras dengan program kurikuler yang
ada dan telah ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional maka sudah jelas ekstrakurikuler
harus mampu mengembangkan potensi peserta didik. Kegiatan
ekstrakurikuler yang dapat dilaksanakan di sekolah maupun di luar
sekolah sesuai dengan kebutuhan peserta didik maupun kebutuhan
masyarakat sekitar.
Pengertian lain dari ekstrakurikuler menurut Zainal Aqib &
Sujak (Ahmad Faiz 2012: 16) yaitu:
“Suatu kegiatan yang diselenggarakan diluar jam pelajaran
biasa dalam suatu susunan program pengajaran, disamping untuk lebih
mengaitkan antara pengetahuan yang diperoleh dalam program
kurikulum dengan keadaan dan kebutuhan lingkungan, juga untuk
pengayaan wawasan dan sebagai upaya pemantapan kepribadian”.
Uraian dari pengertian menurut Zainal Aqib dan Sujak
tersebut menjelaskan bahwa ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang
dapat digunakan untuk mengaitkan pengetahuan yang telah didapat dari
program kurikukler dengan keadaan lingkungan sekitar. Selain itu juga
bahwa ekstrakurikuler harus mampu mengembangkan kepribadian
peserta didik.
Menurut Zainal Aqib dan Sujak dalam skripsi Ahmad Faiz
(2012:81), gerakan pramuka adalah gerakan pendidikan kaum muda yang
menyelenggarakan pramuka dengan dukungan dan bimbingan anggota
dewasa. Sebagai gerakan pendidikan, usaha gerakan pramuka tidak lepas
dari pola dasar pendidikan nasional dan merupakan salah satu sarana
pendidikan, disamping sarana pendidikan yang lain (keluarga, sekolah,
kelompok sebaya, linkungan kerja dan masyarakat).
Menurut Depag RI (2004: 45), yang dimaksud kegiatan
pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler yang ditujukan untuk melatih
dan membidik siswa melalui berbagai bentuk latihan yang berorientasi
pada ketahanan hidup (survival of live), pembentukan kepribadian yang
luhur, jiwa sosial dan solidaritas kemanusiaan. Pembinaan watak,
kepribadian, dan akhlak mulia dilakukan melalui kegiatan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Kesadaran berbangsa dan
bernegara, pengamalan moral pancasila, pemahaman sejarah perjuangan
bangsa, rasa percaya diri, kepedulian dan tanggung jawab serta mandiri
(Azrul Azwar, 2009: 30).
Menurut Andri Bob Sunardi (2016;412) dalam buku ragam latih
pramuka menyebutkan dalam UU RI No 12 Tahun 2010 tentang gerakan
pramuka “bahwa gerakan pramuka selaku penyelenggara pendidikan
kepramukaan mempunyai peran besar dalam pembentukan kepribadian
generasi muda sehingga memiliki pengendalian diri dan kecakapan hidup
untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntunan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global”. Karena sifatnya pengembangan,
maka kegiatan ekstrakurikuler biasanya dilakukan secara terbuka dan
lebih memerlukan inisiatif siswa sendiri dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan
ekstrakulikuler pramuka adalah proses pendidikan di luar lingkungan
sekolah dan di luar sekolah yang menekankan pada kebutuhan siswa
dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah,
praktis yang dilakukan di alam terbuka, yang sasaran akhirnya
pembentukan kepribadian yang luhur, jiwa sosial dan solidaritas
kemanusiaan. Pembinaan watak, kepribadian, dan akhlak mulia
dilakukan melalui kegiatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, Kesadaran berbangsa dan bernegara, pengamalan moral
pancasila, pemahaman sejarah perjuangan bangsa, rasa percaya diri,
kepedulian, tanggung jawab dan disiplin serta mandiri
b. Tujuan Ekstrakulikuler Pramuka
Mengenai tujuan Gerakan Pramuka menurut Azrul Azwar
(2009: 9) dijelaskan bahwa Gerakan Pramuka bertujuan mendidik dan
membina kaum muda Indonesia guna mengembangkan keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga menjadi:
1) Manusia berwatak, berkepribadian, dan berbudi pekerti luhur yang:
a) Tinggi moral, spritual, kuat mental, sosial, intelektual, emosional
dan fisiknya;
b) Tinggi kecerdasan dan mutu keterampilannya;
c) Kuat dan sehat jasmaninya
2) Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan
patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi
anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun
dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab
atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap
sesama hidup dan alam ligkungan, baik lokal,nasional, maupun
internasional.
Selain itu, menurut Depag RI (2004: 45), kegiatan pramuka
bertujuan untuk membentuk pribadi siswa yang matang baik jasmani dan
rohani, menumbuhkan sikap toleran, egaliter, dan demokratis dalam
pergaulan sosial dan lingkungannya. Adapaun target yang ingin dicapai
adalah:
a) Membangun solidaritas kelompok yang kuat dan disiplin dalam
menjalankan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.
b) Melatih kemandirian dengan modal skill dan keterampilan-
keterampilan diri dalam mempertahankan hidup di tengah alam dan
situasi yang penuh dengan rintangan dan resiko.
c) Membentuk pribadi yang peka dan pandai dalam melihat persoalan-
persoalan sosial, sehingga mampu menjadi manusia yang kreatif,
inovatif dan ulet dalam memecahkan dan mengahadapi permasalahan-
permasalahan yang berkembang di dalamnya
d) Melatih siswa untuk taat dan disiplin pada aturan, sistem dan
pemimpin dengan berlandaskan kesadaran untuk mewujudkan
keharmonisan sosial.
Tujuan ekstrakulikuler kepramukaan yang ingin dicapai
untuk kepentingan siswa. Dengan kata lain, kegiatan ekstrakulikuler
memiliki nilai-nilai pendidikan bagi siswa dalam upaya pembinaan
manusia seutuhnya.
c. Fungsi Ekstrakulikuler Pramuka
Fungsi Pramuka menurut Andri Bob Sunardi (2006: 4), antara
lain:
1) Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda.
Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang
menyenangkan dan mengandung pendidikan. Mengandung pendidikan
disini diartikan kegiatan yang dapat menyiapkan anak menjadi orang
yang bertanggung jawab, disiplin, mandiri, menemukan dan
mengembangkan minat dan bakat pribadinya. Karena itu kegiatan
harus mempunyai tujuan dan aturan, jadi bukan kegiatan yang hanya
bersifat hiburan saja. Karena itu lebih tepat kita sebut saja kegiatan
menarik.
2) Pengabdian bagi orang dewasa
Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan,
tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan
pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara
sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan
organisasi.
3) Alat bagi masyarakat dan organisasi
Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, dan juga alat bagi
organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Pramuka sebagai
ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah mempunyai banyak
manfaat, salah satunya membuat anggotanya menjadi manusia yang
berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, disiplin,
tanggung jawab, mandiri, budi pekerti dan kuat keyakinan
beragamanya. Melalui kepramukaan diharapkan kepribadian dan
kecakapan sosial siswa semakin baik dan meningkat.
d. Kegiatan Pramuka Penegak
Menurut Fitri (2017) Setiap jenis kegiatan dalam kepramukaan
disesuaikan dengan tingkatan masing-masing, baik untuk siagan,
penggalang ataupun penegak. Untuk kegiatan kepramukaan penegak
adalah sebagai berikut:
1) Raimuna
Kegiatan Pramuka Penegak dalam bentuk perkemahan besar
yang diselenggarakan oleh kwartir Gerakan Pramuka, seperti Raimuna
Ranting, Raimuna Cabang, Raimuna Daerah dan Raimuna Nasional.
2) Gladian Pimpinan Satuan
Kegiatan Pramuka Penegak bagi Pemimpin Sangga Utama,
Pemimpin Sangga, Wakil Pemimpin Sangga dan pengurus Dewan
Ambalan, yang bertujuan memberikan pengetahuan di bidang
manajerial dan kepemimpinan. Diselenggarakan oleh gugus depan,
kwartir ranting atau kwartir cabang, kwartir daerah dan kwartil
nasional.
3) Perkemahan
Pertemuan Pramuka Penegak yang diselenggarakan secara
reguler untuk mengevaluasi hasil latihan di gugus depan dalam satu
periode, seperti perkemahan sabtu minggu (persami), perkemahan
jumat sabtu minggu (perjusami), perkemahan hari libur dan
sejenisnya.
4) Perkemahan Wirakarya (PW)
Pertemuan Pramuka Penegak berbentuk perkemahan besar,
dalam rangka mengadakan integrasi dengan masyarakat dan ikut serta
dalam kegiatan pembangunan masyarakat.
5) Perkemahan Bakti (Perti)
Pertemuan Pramuka Penegak berbentuk perkemahan besar,
dalam rangka mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman selama
mengadakan pembinaan, baik di gugus depan maupun di Satuan
Karya Pramuka (Saka) dalam bentuk bakti kepada masyarakat.
6) Perkemahan Antar (Peran) Saka
Kegiatan Pramuka Penegak yang menjadi Satuan Karya
Pramuka (Saka), berbentuk perkemahan besar yang diselenggarakan
oleh kwartir Gerakan Pramuka.
7) Pengembaraan
Pertemuan Pramuka Penegak berbentuk penjelajahan dalam
rangka mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu medan, peta,
kompas, dan survival.
8) Latihan Pengembangan Kepemimpinan
Pertemuan Pramuka Penegak untuk menanamkan dan
mengembangkan jiwa kepemimpinan bagi generasi muda agar dapat
ikut serta dalam mengelola kwartir dan diharapkan di kemudian hari
mampu menduduki posisi pemimpin dalam Gerakan Pramuka.
9) Latihan Pengelolaan Dewan Kerja
Peremuan Pramuka Penegak untuk memberikan pengetahuan
dan pengalaman mengenai manajemen Dewan Kerja, sehingga para
anggota Dewan Kerja dapat mengelola dewan kerjanya secara efektif
dan efisien.
10) Kursus Instruktur Muda
Pertemuan Pramuka Penegak dalam pengembangan potensi
Pramuka baik sebagai pribadi, kelompok maupun organisasi untuk
mensuksekan pelaksanaan upaya Pengembangan Sumber Daya
Manusia, Pengentasan Kemiskinan dan Penanggulangan Bencana.
11) Penataan, Seminar dan Lokakarya
Pertemuan Pramuka Penegak untuk mengkaji suatu
permasalahan dan merumuskan hasil kajian serta memecahkan
masalah secara bersama, sebagai bahan masukan bagi perkembangan
Gerakan Pramuka.
12) Sidang Paripurna
Pertemuan Pramuka Penegak untuk menyususn program
kerja bagi Pramuka Penegak dalam satu tahun program, dan akan
dijadikan bahan dalam Rapat Kerja Kwartir.
13) Musyawarah Pramuka Penegak Puteri dan Putera (Musppanitera)
Pertemuan Pramuka Penegak untuk menyusun perencanaan
pembinaan bagi pramuka penegak di wilayah kwartir dalam satu masa
bakti kwartir atau dewan kerja dan akan dijadikan bahan pada
musyawarah kwartirnya.
e. Pola Pembinaan Pramuka Golongan Penengak
Menurut Naksintik (2017) Adanya perkembangan psikologi
peserta didik (anggota muda), menyebabkan munculnya suatu pemikiran
untuk mengembangkan Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka
Penegak yang disesuaikan dengan perkembangan rohani peserta didik
serta kondisi lingkungan di Gugus Depan. Berdasarkan SK. Kwarnas No.
080 tahun 1988 tentang Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka
Penegak bahwa golongan Pramuka Penegak yang berusia antara 16 – 20
tahun dalam sistem pembinaannya lebih banyak diperankan kepada
peserta didik (75%) sedangkan peran yang diberikan Pembina lebih
sedikit (25%), sehingga pembina Pramuka Golongan Penegak lebih
banyak mengetumakan pemberdayaan peserta didik.
Adapun pola Pembinaan Pramuka Penegak adalah dengan
mengutamakan penetapan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode
Kepramukaan, seperti:
1) Sistem Satuan Terpisah antara Pramuka Putra dan Pramuka Putri
2) Sistem Berkelompok atau beregu dengan adanya sangga-sangga
3) Pentahapan jenjang kenaikan Tingkat yang meliputi:
a) Masa Perkenalan selama (1 bulan) sebagai Tamu Ambalan
b) Masa Orientasi selama (6 bulan) sebagai Calon Penegak
c) Masa Laitihan selama (12 bulan) sebagai Penegak Bantara
d) Masa Pemantapan selama (12 bulan) sebagai Penegak Laksana
4) Pentahapan jenjang kenaikan tingkat disesuaikan dengan sistem
Pendidikan Nasional yang berlaku disekolah yang menggunakan
sistem semester
5) Pelaksanaan sistem pembinaan melalui pola pentahapan jenjang
kenaikan tingkat dilakukan sesuai dengan kebutuhan peserta didik
dan kondisi dilapangan yaitu:
a) Masa Perkenalan dilaksanakan dengan perkenalan antara Tamu
Ambalan dengan Pembina Gudep, Pembina Penegak, Pembantu
Pembina Penegak, Dewan Ambalan dan Anggota Anggota
Ambalan serta Purna Anggota Ambalan. Selain itu juga Tamu
Ambalan diperkenalkan dengan Adat Istiadat Ambalan yang
berkaitan dengan Sejarah berdirinya Ambalan. Materi tersebut
dapat dilakukan oleh Dewan Ambalan atau Pemangku Adat.
b) Masa Orientasi dilaksanakan dengan pemberian informasi
(materi) mengenai Adat Istiadat Ambalan, Sejarah Kepramukaan,
Organisasi Pramuka, Dewan Ambalan dan Materi yang
disyaratkan dalam Syarat Kecakapan Umum (SKU) Penegak
Bantara serta materi pengujian SKU tingkat Penegak Bantara.
Materi Adat Istiadat Ambalan dapat dilakukan oleh Pemangku
Adat, dan Materi lainnya yang bersifat Teknik Kepramukaan
dapat diberikan oleh Dewan Ambalan sedangkan Materi
Pengujian SKU harus dilakukan oleh Pembina Penegak atau
Pembantu Pembina Penegak.
c) Masa Latihan dilaksanakan dengan pemberian materi
kepenegakan yang berorientasikan pada pengembangan jiwa
kepemimpinan (Leasership), Kemampuan berorganisasi,
Manajemen Satuan, Manajemen Kegiatan, Penguasaan
Teknologi, Keterampilan Kewirausahaan serta pengalaman
prinsip Pramuka Penegak yang tercermin pada pola TRI BINA
(Bina Diri, Bina Satuan, Bina Masyarakat). Materi dapat
diberikan atau dilakukan oleh Dewan Ambalan dan bila tidak
memungkinkan dapat diberikan oleh Pembina atau Pembantu
Pembina.
d) Masa Pemantapan dilaksanakan dengan pola pendidikan sosial
kemasyarakatan berupa pelaksanaan kegiatan bakti sosial seperti
(Donor Darah, Pramuka Peduli Narkoba, Pramuka Peduli
Sampah, Pramuka Peduli Banjir, dll).
2. Konsep Kecakapan Hidup Sosial
a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup
Menurut Moch Syaamsudin (2012;7) pendidikan kecakapan
hidup adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
pembelajaran tentang kecakapan yang menghasilkan peserta didik yang
memiliki kemampuan memecahkan masalah hidupnya secara mandiri.
Sedangkan menurut Tim Broad Based Education (2002;10) menyatakan
bahwa:
“Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan untuk
bekerja. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau
orang yang sudah pensiun, tetapi memerlukan kecakapan hidup. Seperti
halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi berbagai masalah
yang harus dipecahkan. Orang sudah menempuh pendidikan pun
memerlukan kecakapan hidup, karena mereka tentu juga memiliki
permasalahannya sendiri”.
Slamet PH (2002), life skill atau kecakapan hidup adalah
kemampuan, kesanggupan, dan keterampilan yang diperlukan oleh
seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia.
Word Health Organization (WHO) (1997) life skill yaitu berupa berbagai
kegiatan keterampilan atau kemampuan untuk dapat bradaptasi dan
berprilaku positif, yang memungkinkan sesorang mampu menghadapi
berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara
efektif (Hilda Tenia:2018). Serta menurut Broling (1989) mengemukakan
bahwa life skill adalah interaksi berbagai pengetahuan dan kecakapan
yang sangat penting dimiliki oleh seseorang, sehingga mereka dapat
hidup mandiri (Anwar 2015:20)
Pendidikan kecakapan hidup mencakup keterampilan-
keterampilan dasar yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Life skill
tidak hanya diartikan sebagai kemampuan yang berupa keterampilan saja,
namun life skill juga diartikan sebagai kemampuan untuk dapat
beradaptasi dan berprilaku positif, yang memungkinkan seseorang
mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan
secara lebih efektif.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat diketahui bahwa life
skill atau kecakapan hidup tidak sekedar keterampilan untuk bekerja
namun ketrampilan yang digunakan untuk kehidupan termasuk dalam
pemecahan masalah yang dihadapi. Program pembelajaran baik dalam
jalur pendidikan formal maupun pendidikan nonformal wajib
memberikan keterampilan life skill, dengan adanya pendidikan
kecakapan hidup yang diberikan kepada peserta didik diharapkan dapat
membantu peserta didik sehingga memiliki bekal untuk dapat bekerja dan
berusaha untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.
b. Kecakapan Hidup Sosial
Life skill atau kecakapan hidup ini terbagi menjadi beberapa
jenis, terdapat banyak pendapat mengenai jenis-jenis life skill. Menurut
Broling (1989) dalam pedoman penyelenggaraan program kecakapan
hidup pendidikan non formal mengelompokan life skill menjadi 3
kelompok salah satunya yaitu kecakapan hidup sehari-hari, kecakapan
sosial / pribadi, dan kecakapan hidup bekerja.
Kecakapan sosial mencakup kecakapan berkomunikasi
(communication skill) dan kecakapan bekerjasama (collaboration skill)
dan tanggung jawab sosial. Kecakapan berkomunikasi bukan sekedar
menyampaikan pesan, tetapi komunikasi dengan empati. Berkomunikasi
melalui tulisan juga merupakan hal yang sangat penting dan sudah
menjadi kebutuhan hidup yaitu menuangkan gagasan melalui tulisan
yang mudah dipahami orang lain (Anwar, 2015:30).
Kecakapan berkomunikasi sangat diperlukan dalam
berhubungan dengan orang lain khususnya untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Anwar
bahwa kecakapan berkomunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan
pesan, namun menyampaikan empati. Seseorang yang memiliki
kecakapan berkomunikasi maka mampu menyampaikan informasi
dengan baik dan benar, artinya tidak hanya sekedar informasi tersebut
tersampaikan namun dapat dipahami oleh orang lain sesuai dengan
pemahaman penyampai pesan.
Selain kecakapan berkomunikasi, di dalam kecakapan sosial
juga terdapat kecakapan bekerjasama. Kecakapan bekerjasama bukan
sekedar “bekerja bersama” tetapi kerjasama yang disertai dengan saling
pengertian, saling menghargai, dan saling membantu (Tim Broad Based
Education, 2002: 11). Kerjasama dapat dikembangkan dalam berbagai
kegiatan seperti misalnya dalam diskusi kelompok atau tugas kelompok,
karena pada dasarnya semua manusia adalah makhluk sosial dan dalam
kehidupan sehari-hari manusia akan selalu memerlukan dan bekerjasama
dengan manusia lain. Menurut Brolling dalam Anwar (2015:76)
Kecakapan sosial/pribadi antara lain meliputi kesadaran diri, (minat,
bakat, sikap, kecakapan), percaya diri, komunikasi, tenggang rasa dan
kepedulian, hubungan antar personal, pemahaman dan pemecahan
masalah, menemukan dan mengembangkan kebiasaan positif,
kemandirian dan kepemimpinan. Kemudian menurut Muhammad
Syamsudin (2012:8) mengemukakan “kecakapan sosial meliputi
komunikasi, kerjasama dan membuat harmonisasi”.
Sedangkan menurut Fahreza Febry (2016) kecakapan sosial
siswa dapat dinilai dari beberapa aspek. Berikut ini beberapa indikator
aspek kecakapan sosial yaitu : (1) bekerjasama; (2) menunjukkan
tanggung jawab sosial; (3) mengendalikan emosi; (4) berinteraksi dengan
orang lain; (5) mengelola konflik; (6) berpartisipasi; (7) membudayakan
sikap sportif, disiplin dan hidup sehat; (8) mendengarkan; (9) berbicara;
(10) membaca; (11) menuliskan pendapat / gagasan; (12) bekerjasama
dengan teman sekerja, dan (13) memimpin. Berdasarkan pendapat di
atas, maka dapat diketahui bahwa kecakapan sosial tidak hanya
menekankan pada kecakapan berkomunikasi saja melainkan terhadap
kepedulian, kerjasama, tanggung jawab, kepemimpinan, berpartisipasi,
dan berpendapat.
Kecakapan berkomunikasi dibutuhkan dalam berhubungan dan
dalam menyampaikan informasi antar individu di masyarakat. Sedangkan
kecakapan bekerjasama, kepedulian, kepemimpinan, berpartisipasi
,tanggung jawab, berpendapat sangat dibutuhkan di masyarakat untuk
mencapai tujuan bersama. Manusia sebagai makhluk sosial yang hidup
bersama dengan manusia lainnya tentunya memerlukan kecakapan sosial
yang membantu mereka untuk saling berinteraksi dalam kehidupan
bermasyarakat.
c. Indikator Kecakapan Hidup Sosial
1) Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau
perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
lambang-lambang yang bermakna bagi kedua pihak, dalam situasi
yang tertentu komunikasi menggunakan media tertentu untuk merubah
sikap atau tingkah laku seorang atau sejumlah orang sehingga ada efek
tertentu yang diharapkan (Effendy, 2000 : 13). Menurut Handoko
(2002 : 30) komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam
bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain.
Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu
proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi,
dan masyarakat menciptakan dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
2) Kepedulian
Tronto (1993) mendefinisikan peduli sebagai pencapaian
terhadap sesuatu diluar dari dirinya. Swanson (1991) mendefinisikan
kepedulian sebagai salah satu cara untuk memelihara hubungan
dengan orang lain, dimana orang lain merasakan komitmen dan
tanggung jawab pribadi. Menurut Bender (2003) kepedulian adalah
menjadikan diri kita terkait dengan orang lain dan apapun yang terjadi
terhadap orang tersebut.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kepedulian merupakan cara memelihar hubungan dengan orang lain
yang bermula dari perasaan dan ditunjukan dengan perbuatan seperti
memperhatikan orang lain bebelas kasih dan menolong (dalam skripsi
Galing F.R 2014;38).
3) Kerjasama
Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson kerjasama
adalah pengelompokan yang terjadi di mana makhluk-makhluk hidup
yang kita kenal. Kerjasama atau belajar bersama adalah proses beregu
(berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling
mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Serta menurut
Robert L. Clistrap dalam Roestiyah menyatakan “Kerjasama adalah
suatu kegiatan dalam berkelompok untuk mengerjakan atau
menyelesaikan suatu tugas secara bersama-sama”. (Ika A.P, et.al
2018).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kerjasama adalah kegiatan untuk bekerja secara bersama-sama dengan
orang lain secara keseluruhan dan menjadi bagian dari kelompok
dalam memecahkan suatu permasalahan.
4) Tanggung jawab
Menurut Mustari (2014:19) tanggung jawab adalah sikap dan
prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya). Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab
merupakan salah satu sikap manusia untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sesuai dengan yang seharusnya dia lakukan tampa perlu
mengalihkan kepada orang lain
5) Kepemimpinan
Menurut Achmad Sanusi dan M. Sobry Sutikno (2014:15)
adalah sebagai berikut:
“Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi
aktivitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama”
(Rauch & Behling)
“Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang
lain untuk bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan
kelompok” (George P. Terry)
“Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar
ikut serta dalam mencapai tujuan umum” (H. Koontz dan C.
Donnel).
“Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang
lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu yang
diinginkan” (Ordway Tead).
Dari beberapa definis di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi dan
menggerakan orang lain untuk mencapai tujuan.
6) Berpartisipasi
Menurut Echols & Shadily (dalam Ricky Wirawan,et.al
2015) menjelaskan bahwa pengertian partisipasi adalah suatu kegiatan
untuk membangkitkan perasaan dan di ikut-sertakan atau ambil bagian
dalam kegiatan suatu organisasi.
7) Berpendapat
Menurut Fahmed Sunu (2017) Berpendapat merupakan
sebuah pandangan atau buah pikiran seseorang terhadap suatu
kebenaran dan kebenarannya relatif karena dipengaruhi unsur pribadi
dan menurut pandangan masing-masing individu, baik berupa
penilaian maupun saran. Pendapat juga sering disebut opini, gagasan
atau argumentasi.
d. Peranan Kegiatan Pramuka Dalam Membentuk Kecakapan Sosial
Gerakan pramuka menjadi salah satu pembentuk kecakapan
sosial diantaranya disiplin, mandiri, tanggung jawab, kerjasama,
kepemimpinan, percaya diri, berkomunikasi, saling menolong,
berpasrtisiapsi dan kepedulian sosial. Gerakan pramuka sebagai
organisasi pilihan utama dalam membangun kecakapan sosial. Gerakan
Pramuka harus mampu mendidik dan membina generasi muda kita untuk
tidak mudah putus asa, pantang menyerah dan dengan penuh keberanian
menghadapi berbagai tantangan.
Kegiatan pramuka di sekolah dalam bentuk ektrakulikuler
dilaksanakan bertujuan untuk mengaitkan pengetahuan yang diperoleh
dalam program kulikuler berdasarkan keadaan dan kebutuhan
lingkungan. Gerakan pramuka sebagai organisasi yang bergerak dalam
bidang pendidikan non formal diharapkan mampu menjadi suatu
kekuatan dalam pembentukan kecakapan sosial. Peran besar gerakan
pramuka dalam pembentukan kepribadian generasi muda dalam bidang
kecakapan sosial hendaknya dapat diwujudkan dalam praktik kehidupan
sehari-hari.
3. Kegiatan Ekstrakulikuler pramuka sebagai Bentuk Pendidikan Luar
Sekolah
a. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah
Beberapa ahli mendefinisikan Pendidikan Luar Sekolah dengan
segala aspeknya. Berbagai definisi tersebut dimaksudkan sebagai upaya
untuk menjelaskan batasan dan ciri-ciri pendidikan luar sekolah terutama
dengan pendidikan persekolahan. Definisi pendidikan luar sekolah menurut
Combs dalam Sudjana (2004:22) adalah:
Setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis , diluar sistem
persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan
bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan
untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan
belajarnya.
Hal yang hampir senada diungkapkan The Sourt East Asian
Ministery of Education Organization (SEAMO, 1971) adalah setiap upaya
pendidikan dalam arti luas yang di dalamnya terdapat komunikasi yang
teratur dan terarah, diselenggarakan di luar subsistem pendidikan formal,
sehingga seseorang atau kelompok memperoleh informasi, latihan, dan
bimbingan sesuai dengan tingkatan usia dan kebutuhan hidupnya (Sudjana
2004:46). Napitulu (1981) memberi batasan bahwa pendidikan nonformal
adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di laur
sistem sekolah, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan sengaja,
teratur, dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasikan potensi
menusia (sikap, tindak, dan karya) sehingga dapat terwujud manusia
seutuhnya yang gemar belajar-mengajar dan mampu meningkatkan taraf
hidupnya (Sudjana, 2004:49).
Pada hakekatnya konsep Pendidikan Luar Sekolah ditandai oleh
karakteristik sebagai berikut: Pertama, pembelajaran bermakna sebagai
bantuan atau bimbingan untuk melayani kebutuhan belajar masyarakat pada
umumnya dengan tidak dibatasai sasaran usia tertentu serta tempat tertentu
dan berlangsung sepanjang hayat. Kedua, tujuan pembelajaran
menenkankan kepada pemenuhan kebutuhan belajar masyarakat yang
fungsional diluar pendidikan persekolahan, yakni memberikan bekal
pengetahuan, sikap, keterampilan untuk meningkatkan kualitas hidup dan
martabat kehidupan dalam lingkungan sosial yang lebih luas. Ketiga,
kegiatan belajar merupakan aktivitas yang disengaja serta terorganisir secara
sistematis untuk mencapai tujuan tertentu. Keempat, isi program lebih
bersifat aplikatif sesuai dengan kebutuhan sasaran peserta didik.
b. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan Luar Sekolah termasuk pendidikan kemasyarakatan
yang bertujuan untuk mengembangkan minat dan bakat serta kemampuan
didalam memberikan kesempatan yang lebih luas untuk bekerja dan
berusaha bagi anggota masyarakat, Sudjana (2004:74) pendidikan luar
sekolah mempunyai fungsi tersendiri terhadap pendidikan persekolahan
diantaranya:
1) Pendidikan nonformal sebagai pelengkap bagi pendidikan persekolahan,
berarti pendidikan luar sekolah melengkapi apa yang diarjarkan dalam
pendidikan persekolahan. Kegiatan pendidikan nonformal yang termasuk
sebagai pelengkap diantaranya adalah olah raga, latihan kesenian,
pendidikan keterampilan produktif.
2) Pendidikan nonformal sebagai penambah bagi pendidikan persekolahan,
ini berarti pendidikan nonformal sebagai tambahan terhadap pendidikan
persekolahan. Materi yang diperoleh dalam pendidikan nonformal
sebagai tambahan terhadap apa yang diperoleh dalam pendidikan
persekolahan. Adapun jenis kegiatannya diantaranya adalah
ekstrakulikuler, latihan kejuruan, kursus-kursus dan sebagainya.
3) Pendidikan sebagai pengganti bagi pendidikan persekolahan, ini berarti
pendidikan nonformal sebagai pengganti pendidikan persekolahan.
Materi yang disajikan adalah materi yang sama dengan materi pelajaran
dalam pelajaran persekolahan. Adapun jenis kegiatan yang termasuk
dalam fungsi ini adalah kejar paket.
c. Ekstrakulikuler Pramuka Sebagai Bentuk Pendidikan Luar Sekolah
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan sebuah kegiatan tambahan
yang dilaksanakan diluar jam belajar seperti sekolah pada umumnya.
Selaras dengan pengertian yang disampaikan oleh Yudha M. S dalam skripsi
Satya P.S (2013;40), ekstrakurikuler adalah kegiatan diluar jam biasa yang
bertujuan agar siswa lebih memperdalam dan menghayati apa yang yang
dipelajari dalam kegiatan intrakulikuler.
Berdasarkan pengertian diatas terlihat jelas bahwa ekstrakurikuler
merupakan kegiatan yang dilaksanakan diluar jam pelajaran. Sesuai dengan
Definisi pendidikan luar sekolah menurut Combs dalam Sudjana (2004:22)
adalah:
Setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis , diluar sistem
persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan
bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengaja dilakukan
untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan
belajarnya.
Sesuai dengan pengertian ekstrakulikuler itu sendiri yang
merupakan kegiatan tambahan yang dilaksanakan diluar jam belajar salah
satunya yaitu kegiatan pramuka hal ini sejalan dengan fungsi dari
pendidikan luar sekolah yaitu sebagai penambah pendidikan persekolahan,
ini berarti pendidikan nonformal sebagai tambahan terhadap pendidikan
persekolahan. Dimana kegiatan ekstrakulikuler ini sebagai bentuk dari
pendidikan luar sekolah karena dengan kegiatan ekstrakulikuler pramuka
ini sebagai wadah atau sarana yang tepat dalam menyalurkan minat dan
bakat peserta didik yang tidak ada dalam pembelajaran di dalam kelas.
Kegiatan ekstrakulikuler pramuka dikembangkan sesuai dengan
kemampuan dan keadaan sekolah itu sendiri
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Satya Pratama Asri (2013) yang berjudul
“Pengaruh Kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka Terhadap Perilaku Disiplin
Siswa di SMK Bhakti Pertiwi Kabupaten Bandung Barat”. Adapun hasil
penelitiannya kegiatan ekstrakulikuler pramuka berpengaruh secara
signifikan terhadap perilaku disiplin siswa di SMK Bhakti Pertiwi
Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan ekstrakulikuler pramuka dalam
mempengaruhi prilaku disiplin sebesar 79,1 % dikategorikan bahwa
pengaruhnya ekstrakulikuler pramuka terhadap disiplin siswa SMK Bhakti
Pertiwi Kabupaten Bandung Barat kuat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ario Arif Ardiansyah (2015) yang berjudul
“Pengaruh Keaktifan Mengikuti Ekstrakulikuler Pramuka Terhadap
Kemandirian Siswa Kelas IV SD Sekecamatan Bantul Yogyakarta”. Adapun
hasil penelitiannya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemandirian
siswa dengan sumbangan sebesar 31,2 %.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rifai Sidiq (2015) yang berjudul
“Penanaman Karakter Tanggung Jawab Terhadap Peserta Didik Dalam
Kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka Di MAN 1 Panekan Magaten”. Adapun
hasil penelitiannya yaitu penanaman karakter tanggung jawab yang
dilakukan dalam kegiatan ektrakulikuler pramuka lebih efisien dan
berdampak positif bagi peserta didik yang mengikutinya.
Dari ketiga penelitian yang relevan kaitannya dengan penelitian
saya salah satu variabel bebas nya sama yaitu mengenai ekstrakulikuler
pramuka. Dari ketiga hasil penelitian tersebutpun bersifat positif dan
signifikan.
C. Kerangka Pikir
Kegiatan ekstrakulikuler merupakan sebuah kegiatan tambahan yang
dilaksanakan diluar jam belajar seperti sekolah pada umumnya. Selaras dengan
pengertian yang disampaikan oleh Yudha M.S dalam skripsi Satya P.S
(2013;40), ektrakulikuler adalah kegiatan diluar jam biasa yang bertujuan agar
siswa lebih memperdalam dan menghayati apa yang dipelajari dalam kegaitan
intrakulikuler. Salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang sesuai dengan program
sekolah dan dapat menumbuh kembangkan keterampilan anak didik mereka
adalah ektrakulikuler kepramukaan. Karena sifatnya pengembangan, maka
kegiatan ektrakulikuler biasanya dilakukan secara terbuka dan lebih
memerlukan inisiatif siswa sendiri dalam pelaksanaanya.
Pendidikan kepramukaan memiliki banyak sekali kegiatan yang dapat
meningkatkan faktor yang menjadi dasar kecakapan sosial yaitu
berkomunikasi, kepeduliaan, kerjasama, tanggung jawab, kepemimpinan,
berpartisipasi dan berpendapat. Peserta didik yang mengikuti kegiatan
ektsrakulikuler yang telah dibauat secara sistematis secara langsung akan
mendapatkan dampak positif.
D. Hipotesis Penelitian
Ha : terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kegiatan
ekstrakulikuler pramuka terhadap kecakapan hidup sosial (studi pada peserta
didik SMAN 5 Kota Tasikmalaya)
Ho : tidak terdapat pengaruh antara kegiatan ekstrakulikuler pramuka terhadap
kecakapan hidup sosial (studi pada peserta didik SMAN 5 Kota Tasikmalaya)