BAB II LANDASAN TEORI...tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut : 1. Untuk dapat...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI...tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut : 1. Untuk dapat...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Persediaan
Manajemen persediaan sangatlah penting bagi perusahaan, berikut
pengertian persediaan menurut para ahli :
Menurut Assauri (2008:238) “persediaan adalah merupakan salah satu
unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus
diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali”.
Sedangkan menurut Handoko (2011:333) “istilah persediaan (inventory)
adalah suatu istilah umum yang menunjukan segala sesuatu atau sumberdaya-
sumberdaya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan
permintaan”.
Adapun menurut Ristono (2014:2) “inventory atau persediaan adalah suatu
teknik untuk manajemen material yang berkaitan dengan persediaan”.
Menurut Hendayani (2011:61) persediaan atau disebut inventory adalah
barang-barang yang biasanya dapat dijumpai digudang tertutup, lapangan,
gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain, baik berupa bahan
baku, barang setengah jadi, barang jadi, barang-barang untuk keperluan
operasi, atau barang-barang untuk keperluaan operasi atau barang-barang
untuk keperluan suatu proyek.
Menurut Fahmi (2016:109) menyimpulkan bahwa :
Untuk mewujudkan persediaan terlaksana secara baik dan stabil maka
pihak perusahaan harus menerapkan konsep manajemen persediaan
(inventory management) yang realistis dan dapat diterima oleh berbagai
pihak. Manajemen persediaan adalah kemampuan suatu perusahaan dalam
mengatur dan mengelola setiap kebutuhan barang baik barang mentah,
barang setengah jadi, dan barang jadi agar selalu tersedia baik dalam
kondisi pasar yang stabil dan berfluktuasi.
8
Menurut Heizer dkk (2011:82) “persediaan adalah salah satu aset termahal
dari banyak perusahaan, mewakili sebanyak 50% dari keseluruhan modal yang
diinvestasikan”.
2.1.1. Tujuan Pengendalian Persediaan
Menurut Ristono (2014:4) pengendalian persediaan adalah “kegiatan
dalam memperkirakan jumlah persediaan (bahan baku/penolong) yang tepat,
dengan jumlah yang tidak terlalu besar dan tidak pula kurang atau sedikit
dibandingkan dengan kebutuhan atau permintaan. Dari pengertian tersebut, maka
tujuan pengelolaan persediaan adalah sebagai berikut :
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat
(memuaskan konsumen).
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak
mengalami kehabisan persediaan yang mengakibatkan terhentinya proses
produksi, hal ini dikarenakan dengan alasan :
a. Kemungkinan barang (bahan baku dan penolong) menjadi langka sehingga
sulit untuk diperoleh.
b. Kemungkinan supplier terlambat mengirimkan barang yang dipesan.
3. Untuk mempertahankan dan bila mungkin meningkatkan penjualan dan laba
perusahaan.
4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat
mengakibatkan ongkos pesan menjadi besar.
5. Menjaga supaya penyimpanan dalam emplacement tidak besar besaran, karena
akan mengakibatkan biaya menjadi besar.
9
Menurut Ishak (2010:164) “divisi yang berbeda dalam industri manufaktur
akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda :
1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga menginginkan
persediaan dalam junlah yang banyak.
2. Produksi ingin beroperasi secara efisien. Hal ini mengimplikasikan order
produksi yang tinggi akan menghasilkan persediaan yang besar (untuk
mengurangi set up mesin).
3. Pembelian (purchasing), dalam rangka efisiensi, juga menginkan persamaan
produksi yang besar dalam jumlah sedikit dari pada pesanan yang kecil dalam
jumlah banyak.
4. Keuangan (finance) menginginkan minimasi semua bentuk investasi
persediaan karena biaya investasi dan efek negatif yang terjadi pada
perhitungan pengembalian aset (return of asset) perusahaan.
5. Personalia (personel and industrial) menginginkan adanya persediaan untuk
mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan pemutusan hubungan
kerja (PHK) tidak perlu dilakukan.
6. Rekayasa (engineering) menginginkan persediaan minimal untuk
mengantisipasi jika terjadi perubahan rekayasa/engineering.
10
2.1.2. Macam-macam Persediaan
Menurut Handoko (2011:334) dilihat dari jenisnya persediaan dapat
dibedakan menjadi 5 yaitu :
1. Persediaan bahan mentah (raw materials), yaitu persediaan barang-barang
berujud-seperti baja, kayu, dan komponen-komponen lainnya yang digunakan
dalam proses produksi. Bahan mentah dapat diperoleh dari sumber-sumber
alam atau dibeli dari para supplier atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk
digunakan dalam proses produksi.
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu
persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang
diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi
suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan barang-
barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian
atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan barang-
barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi
atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut
menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-barang yang
telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau
dikirim kepada langganan.
11
2.1.3. Jenis-jenis Persediaan
Menurut Assauri (2008:239) jenis-jenis persediaan terdiri dari :
1. Batch Stock atau Lot Size Inventory
Persediaan yang di adakan karena kita membeli atau bahan-bahan/barang-
barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat
ini.
2. Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen
yang tidak dapat diramalkan.
3. Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan
untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat.
Menurut Ristono (2014:7) pembagian jenis persediaan berdasarkan
tujuannya, terdiri dari :
1. Persediaan pengamanan (safety stock)
Persediaan pengamanan atau sering disebut sebagai safety stock adalah
persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian
permintaan dan penyediaan. Apabila persediaan pengaman tidak mampu
mengantisipasi ketidakpastian tersebut, akan terjadi kekurangan persediaan
(stock out).
12
Faktor-faktor yang menentukan besarnya safety stock antaralain :
a. Penggunaan bahan baku rata-rata
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode
tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan
bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini diperlu diperhatikan karena
peramalan permintaann langganan memiliki risiko yang tidak dapat
dihindarkan bahwa persediaan yang telah ditetakan sebelumnya atas dasar
taksiran tersebut habis sama sekali sebelum penggantian bahan/barang dari
pesanan datang.
b. Faktor waktu atau lead time (procurement time)
Lead Time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan
bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut
dan diterima digudang persediaan. Lamanya waktu tersebut tidaklah sama
antara satu pesanan dengan pesanan yang lain, tetapi bervariasi.
2. Persediaan antisipasi
Persediaan antisipasi disebut sebagai stabilization stock merupakan persediaan
yang dilakukan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah dapat
diperkirakan sebelumnya.
3. Persediaan dalam pengiriman (transit stock)
Persediaan dalam pengiriman disebut work-in processstock adalah persediaan
yang masih dalam pengiriman, yaitu :
a. Eksternal transit stockadalah persediaan yang masih berada dalam
transportasi.
13
b. Internal transit stock adalah persediaan yang masih menunggu untuk
diproses atau menunggu sebelum dipindahkan.
2.1.4.Fungsi-fungsi Persediaan
Menurut Handoko (2011:334) fungsi-fungsi persediaan sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling
Persediaan Decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan Lot Size ini perlu mempertimbangkan “penghematan-penghematan”
(potongan pembelian, biaya pengangkutan perunit lebih murah dan sebagainya)
karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar,
dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan
(biaya sewa gedung, investasi, risiko dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi
Sering perusahaan menghadapi fluktasi permintaan yang dapat diperkirakan
dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu
permintaan musiman.
14
2.1.5. Biaya-biaya Persediaan
Menurut Assauri (2008:242) unsur-unsur biaya yang terdapat dalam
persediaan dapat digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu :
1. Biaya Pemesanan (Ordering Cost)
Adalah biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-
barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan (order) dibuat dan
dikirim kepenjual, sampai barang-barang /bahan-bahan tersebut dikirim dan
diserahkan serta diinspeksi digudang atau daerah pengolahan (process areas)
2. Biaya yang terjadi dari adanya persediaan (Inventory carrying cots)
Adalah biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan
yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai
akibat adanya sejumlah persediaan. Jadi biaya ini berhubungan dengan
terjadinya persediaan dan disebut juga dengan mengadakan persediaan (stock
holding cost)
3. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs)
Adalah biaya-biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang
lebih kecil daripada jumlah yang diperlukan, seperti kerugian atau biaya-
biaya tambahan yang diperlukan karena seorang pelanggan meminta atau
memesan suatu barang sedangkan barang atau bahan yang dibutuhkan tidak
tersedia.Disamping juga dapat merupakan biaya-biaya yang timbul akibat
pengiriman kembali pesanan (order) tersebut.
4. Biaya-biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated costs)
Adalah biaya-biaya yang terdiri atas biaya kerja lembur, biaya latihan, biaya
pemberhentian kerja dan biaya-biaya pengangguran (idle time costs).Biaya-
15
biaya ini terdiri dari kerja lembur, biaya latihan, biaya pemberentian kerja,
dan biaya-biaya pengangguran kapasitas, atau bila terlalu banyak atau terlalu
sedikitnya kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu.
2.1.6. Faktor-faktor yang menentukan persediaan
Menurut Ristono (2014:6) yang menjadi masalah bagi perusahaan adalah
bagaimana menentukan persediaan yang optimal, oleh karena itu perlu diketahui
faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan. Sebenarnya perlu
dibedakan antara persediaan bahan baku dan barang jadi, namun yang dimaksud
dengan persediaan dalam kaitannya dengan kegiatan produksi adalah persediaan
bahan baku/penolong.
Besar kecilnya persediaan bahan baku dan bahan penolong dipengaruhi
oleh faktor :
a. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yaitu yang dimaksudkan untuk menjaga
kelangsungan (kontinuitas) proses produksi. Semakin banyak jumlah bahan
baku dibutuhkan, maka akan semakin besar tingkat persediaan bahan baku.
Volume produksi yang direncanakan, hal ini ditentukan oleh penjualan terlebih
dahulu dan ramalan penjualan. Semakin tinggi volume produksi yang
direncanakan berarti membutuhkan bahan baku yang lebih banyak yang
berakibat pada tingginya tingkat persediaan bahan baku.
b. Kontinuitas produksi tidak terhenti, diperlukan tingkat persediaan bahan baku
yang tinggi dan sebaliknya.
16
c. Sifat bahan baku/penolong, apakah cepat rusak (durable good) atau tahan lama
(undurable good). Barang yang tidak tahan lama tidak dapat disimpan lama,
oleh karena itu bila bahan baku yang diperlukan tergolong barang yang tidak
tahan lama maka tidak perlu disimpan dalam jumlah banyak.
2.1.7. Metode Penilaian Persediaan
Dalam menilai suatu persediaan ada beberapa cara yang dapat digunakan
menurut Assauri (2008:244) diantaranya dengan :
1. Cara First In, First-Out (FIFO method)
Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa harga barang yang sudah terjual dinilai
menurut harga pembelian barang yang terdahulu masuk.
2. Cara rata-rata ditimbang (Weight Average Method)
Cara ini berbeda dengan cara yang dijelaskan sebelumnya karena didasarkan
atas harga rata-rata dimana harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah barang yang
diperoleh pada masing-masing harganya.
3. Cara Last-In, First Out (LIFO method)
Cara ini didasarkan atas asumsi bahwa barang yang telah terjual dinilai
menurut harga pembelian barang yang terakhir masuk.
2.1.8. Tujuan Pengawasan Persediaan
Menurut Assauri (2008:249) tujuan pengawasan persediaan secara
terperinci dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
17
2. Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu
besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari perusahaan
tidak terlalu besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan
berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
2.1.9. Tugas-tugas Pengawasan Persediaan
Menurut Assauri (2008:251) dalam usaha untuk mencapai tujuan
pengawasan persediaan maupun tujuan perusahaan secara keselurahan, bagian
pengawasan persediaan mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
a. Menentukan jenis dan jumlah barang-barang yang harus dibeli untuk persediaan.
b. Menentukan bilamana pesanan akan dilakukan.
c. Meminta kepada bagian pembelian untuk membeli barang-barang/ bahan-bahan yang
sudah ditentukan untuk persediaan.
d. Memeriksa apakah barang-barang yang diterima sesuai dengan jumlah dan spesifikasi
barang yang dipesan, dan jika sesuai lalu menyimpan dan memilihara barang-barang
tersebut sebagai persediaan dalam gudang.
e. Mengadakan pengecekan barang-barang mana yang cepat habis dan barang-barang
mana yang lambat habis.
f. Mengadakan pencatatan secara administratif mengenai jenis, jumlah, dan nilai-nilai
persediaan.
g. Mengadakan pemeriksaan secara langsung keadaan fisik atas barang-barang dan
administratif persediaan didalam gudang.
h. Mengadakan penganalisisan atas keadaan persediaan untuk dapat menentukan jumlah
persediaan yang optimum dengan memperhatikan jumlah persediaan yang minimum,
jumlah pesanan yang ekonomis, titik pemesanan kembali dan jumlah persediaan yang
maksimum.
18
2.2. Pengertian Bahan Baku
Manajemen persediaan yang efektif, penyediaan layanan yang terbaik bagi
pelanggan, melakukan produksi secara efisien, dan pengembalian investasi dalam
persediaan, membutuhkan pengembangan sistem yang melibatkan peramalan
penjualan, pembelian yang terencana penerimaan dan penyimpanan produk yang
baik.
Berikut Pengertian bahan baku menurut para ahli :
Menurut Bustami dan Nurlela (2012:193) bahan baku adalah bahan dasar
yang diolah menjadi produk selesai, bahan baku ini dapat dibagi menjadi :
Bahan baku langsung : bahan baku langsung memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Mudah ditelusuri keproduk selesai.
2. Merupakan bahan utama produk selesai.
3. Dapat diidentifikasikan langsung ke proses produksi setiap produk.
Bahan baku tak langsung : adalah selain bahan baku langsung yang
digunakan dalam proses produksi dan biaya ini dipandang sebagai biaya overhead
pabrik.
Adapun Bahan baku menurut Mulyadi (2014:275) bahan baku merupakan
bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi.
19
2.2.1. Pembelian Bahan Baku
Menurut Bustami dan Nurlela (2012:193) Dalam pembelian bahan baku
ini ada tiga prosedur yang perlu diperhatikan :
1. Permintaan pembelian
Merupakan pesanan tertulis dari bagian gudang yang menangani persediaan,
atau supervise departemen yang bertanggung jawab mengenai persediaan, yang
ditujukan ke departemen pembelian sebagai permintaan kebutuhan bahan,
formulir ini dibuat rangkap tiga; satu ditujukan ke departemen pembelian, satu
lagi dikirim kebagian yang mengajukan permintaan yang terakhir sebagai arsip.
2. Pesanan pembelian
Merupakan permintaan tertulis ke supplier bahan, yang dikirim oleh
departemen pembelian. Dalam pesanan pembelian ini memuat: jumlah bahan
yang diminta, harga dan syarat-syarat pembelian, formulir ini dibuat rangkap
empat; satu dikirim ke supplier, satu dikirim ke departemen akuntansi,
department penerimaan, yang terakhir untuk departemen pembelian. Untuk
pengendalian terhadap pesanan pembelian ini, pesanan pembelian hendaknya
dibuat untuk setiap terjadinya pembelian.
3. Penerimaan bahan
Merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh departemen penerimaan
bahan.Formulir ini dibuat rangkap empat yang dikirim ke departemen
pembelian, departemen akuntansi, departemen pergudangan dan terkahir untuk
departemen penerimaan sendiri.
20
2.3. Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku
Menurut Mulyadi (2014:276) prosedur permintaan pembelian bahan baku,
jika persediaan bahan baku yang ada digudang sudah mencapai jumlah tingkat
minimum pemesanan kembali (reorder point), bagian gudang kemudian membuat
surat permintaan pembelian (purchase requisition) untuk dikirimkan ke bagian
pembelian .