BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS...
10
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Pola Belajar PAI Berdasarkan Konsep KBK
1. Pola Belajar PAI
a. Pengertian Pola Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pola artinya sistem,
cara kerja atau bentuk (struktur) yang tetap 1.
Belajar mempunyai arti yang kompleks, sehingga para ahli yang
mengemukakan pengertian belajar dengan perspektif yang berbeda-
beda. Oleh karena belajar sangat penting, maka Allah akan
memberikan jaminan bagi manusia yang berilmu dengan derajat yang
tinggi.
Oleh karena belajar merupakan masalah yang sangat pelik dan
kompleks, maka banyak ahli yang berbeda dalam mengemukakan
pendapatnya, namun dari perbedaan pendapat tersebut dapat diambil
kesimpulan secara esensial. Dalam hal ini beberapa ahli
mendefinisikan pengertian sebagai berikut :
• Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individual
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman kognitif dan
interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan proses kognitif.2
• Belajar merupakan kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan,
pemahaman tentang sesuatu hal atau penguasaan kecakapan dalam
suatu hal atau bidang hidup tertentu lewat usaha, pengajaran, atau
pengalaman.3
1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai
Pustaka, 2002), Ed. 3, Cet.2, hlm.885. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos, 1999), Cet.1, hlm. 64. 3 Agus M. Hardjana, Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Kanisius,
1994), hlm. 81.
11
• Morgan dalam bukunya Introduction to Psycology mendefinisikan
belajar sebagai berikut : “learning is any relatively permanent
change in behavior that is a result of past experience”.4 (belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap sebagai hasil
pengalaman yang lalu”
• Elizabeth dalam bukunya Child Development mendefinisikan
belajar sebagai berikut :”Learning is development that comes ftom
exercise and effort”.5 (belajar adalah suatu perkembangan sebagai
hasil dari latihan dan usaha)
• Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid mendefinisikan
belajar sebagai berikut : 6
يطرأ على خربة سابقة فيحدث فيها ان التعلم هوتغيري ىف ذهن املتعلم تغيريا جديدا
Sesungguhnya berlajar adalah perubahan pada jiwa pelajar yang didasarkan pada pengalaman yang lalu sehingga terjadi perubahan baru.
• Mustafa Fahmi mendefinisikan belajar sebagai berikut :
7 ا لسلوك ناتج عن استثارةالتعلم عبارة عن أي تغري ىف
Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya stimulasi atau rangsangan.
Dari beberapa definisi di atas, maka secara sederhana belajar
diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk
mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan dengan
4 Clifford T. Morgan, Introduction to Psychology, (t.tp : Mc. Graw Hill-Book Company,
t.t), hlm. 187. 5 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (MC. Graw - Hill Kogakusha. 1978), Six
Edition, hlm. 28. 6 Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Aziz Abdul Majid, at-Tarbiyah wa Thuruqu al-Tadris, Juz
I, Mesir : Darul Ma’arif, 1968), hlm. 169. 7 Mustafa Fahmi, Sikolojiatu at-Ta’lim, (Mesir : Maktabah, t.th), hlm. 23
12
maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa
pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap.
Belajar merupakan suatu aktivitas yang memiliki arti penting
dalam kehidupan manusia, terutama bagi seorang pelajar. Oleh karena
belajar merupakan usaha untuk memperoleh kepandaian, ilmu,
keterampilan, dan pengalaman, maka perlu suatu strategi atau pola
atau juga cara yang diperlukan untuk membimbing seseorang agar bisa
mencapai hasil yang lebih baik dalam belajarnya. Sebab dengan
belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi
belajar yang tepat.
Memang cara belajar seringkali bersifat individual, artinya suatu
cara yang tepat bagi seseorang, belum tentu tepat bagi orang lain. Hal
ini berhubungan dengan aspek khusus tertentu, seperti kebiasaan
membaca, waktu belajar, dan hal lain yang bersifat teknis. Tetapi
untuk sesuatu yang menyangkut metode secara umum, dapat dijumpai
hal-hal yang dapat dipraktekkan oleh siapapun. Jadi pada dasarnya,
peristiwa “belajar” serta hasil yang diperoleh banyak ditentukan oleh
individu yang bersangkutan.8
b. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam erat hubungannya dengan pendidikan
Islam, pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitnah manusia serta sumberdaya insani yang ada
padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan
norma Islam.9
Sedangkan menurut Muhammad Munir Mursi mendefinisikan
pendidikan Islam sebagai berikut : 10
8 Lobby Loekmono, Belajar Bagaimana Belajar, (Jakarta : Gunung Mulia, 1994), Cet. I,
hlm. 17. 9 Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media, 1992),
hlm. 20 10 Muhammad Munir Mursi, At-Tarbiyah al-Islamiyah, (Alimul Kutub, 1977), hlm. 25
13
التربية اال سال مية تربية لفطرة اال نسان أل ن االسالم دين الفطره وكـل
أوامره ونوا هيه وتعاليمه تعتر ف ذه الفطرة
Pendidikan Islam adalah pendidikan fitrah manusia karena sesungguhnya Islam merupakan agama fitrah, setiap perintah-perintah dan larangan-larangan serta ajaran-ajaran-Nya dapat diketahui dengan fitrah itu.
Pengertian PAI dalam petunjuk pelaksanaan mata pelajaran
SMP adalah upaya sadar dan bermakna dalam mempersiapkan peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani,
bertaqwa dan berahlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam
dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur'an dan Hadits, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan
pengalaman.
Adapun pengertian PAI menurut Zakiah Darajat adalah usaha
berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah
selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran
agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.11
Sedangkan menurut Ahmadi, PAI adalah usaha yang lebih khusus
ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subyek
peserta didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran agama Islam.12
Dari uraian di atas jelas sekali bahwa PAI di sekolah mempunyai
posisi yang cukup strategis dalam ruang menumbuh kembangkan
keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta memberkati mereka dengan budi pekerti yang baik. Tanpa
pendidikan agama, kecil kemungkinannya untuk mewujudkan cita-cita
yang luhur. Oleh Karen itu, sudah selayaknya kalau pendidikan agama
11 Zakiah Daradjat¸ Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 86. 12 Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media,
1992), hlm. 20.
14
dijadikan sebagai mata pelajara wajib pada setiap jenis, jalur, dan
jenjang pendidikan, mulai dari TK sampai Perguruan Tinggi.
1) Dasar dan tujuan PAI
Pelaksanaan PAI bagi bangsa Indonesia mempunyai dasar
yang kuat tersebut adalah :
a) Dasar Yuridis
Dasar yuridis adalah dasar pelaksanaan PAI yang berasal
dari peraturan perundang-undangan di Indonesia, yang secara
langsung dapat dijadikan pegangan dalam pelaksanaan PAI.
Dasar-dasar tersebut adalah : 13
(1). Dasar ideal, yaitu filsafat negara Pancasila yang pada sila
pertamnya berbunyi : Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini
memberi pengertian bahwa bangsa Indonesia harus percaya
kepada Tuhan Yang Maha Esa atau harus beragama, maka
untuk merealisasikannya diperlukan pemahaman sejak dini,
yaitu dengan melalui Pendidikan Agama Islam.
(2). Dasar struktural
Dasar struktural adalah UUD 1945 pada Bab IX, pasal
29 ayat 1 dan 2 disebutkan :
• Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayannya itu.
(3). Dasar operasional
Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung
mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-
sekolah di Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam Bab
IV ketentuan umum dalam Undang-undang tentang
Sisdiknas bahwa pendidikan keagamaan berfungsi
13 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya : Usaha Nasional, 1981), hlm.
19-23.
15
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran
agamanya, dan atau menjadi ahli ilmu.14
b) Dasar religius
Dasar religius ini bersumber dari ajaran Islam yang
tercantum dalam surat at-Taubah ayat 122 :
وما كان المؤمنون لينفروا كافة فلولا نفر من كل فرقة منهم طائفة ليتفقهوا في الدين ولينذرواح قومهم إذا رجعوا إليهم لعلهم يحذرون
)122: التوبة (Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(at-Taubah : 122) 15
c) Dasar sosial psikologis
Setiap manusia memerlukan pegangan hidup yang disebut
agama. Manusia merasa bahwa di dalam jiwanya ada suatu
perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa.
Manusia akan merasa senang dan tentram hatinya kalau mereka
dapat mendekatkan diri dan mengabdi kepada-Nya. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam surat ar-Ra’d ayat 28 adalah
sebagai berikut :16
أال بذكر الله تطمئن القلوب الذين ءامنوا وتطمئن قلوبهم بذكر الله
)28: الرعد (
14 UU RI No. Tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Bandung : Citra Umbara, 2003) hlm. 20. 15 R.H.A Soenarjo, op.cit., hlm. 301-302. 16 Ibid., hlm. 373.
16
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”
Selanjutnya adalah tujuan pendidikan agama Islam.
Pendidikan agama Islam di SMP bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian
dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga
menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketaqwaannya kepada Allah serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.17
2) Fungsi dan Ruang lingkup PAI
Pendidikan Agama Islam di SMP berfungsi untuk :18
- Penanaman nilai ajaran agama Islam sebagai pedoman
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
- Pengembangan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWt
serta berahlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang
telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.
- Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan
sosial melalui PAI.
- Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta
didik dalam keyakinan, pengamalan ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
- Pencegahan peserta didik dari hal-hal negatif, budaya asing
yang akan dihadapinya sehari-hari.
- Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum
(alam nyata dan non nyata) sistem dan fungsinya.
17 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI di Sekolah Menengah Pertama
dan Madrasah Tsanawiyah, (Jakarta : Depdiknas, 2003), hlm. 340. 18 Ibid.
17
- Penyaluran siswa untuk mendalami pendidikan agama ke
lembaga pendidikan yang lebih tinggi.
Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi
keserasian, keselarasan, dan, keseimbangan antara : (a). Hubungan
manusia dengan Allah; (b). Hubungan manusia dengan sesama
manusia; (c) Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan
lingkungan. Sedangkan ruang lingkup bahan pelajaran SMP
berfokus pada aspek-aspek berikut yaitu : a) keimanan, b) Al
Qur’an / Hadits, c) Akhlak, d) Fikih / ibadah, e) tarikh.19
Berdasarkan pengertian pola belajardan PAI maka dapat
disimpulkan bahwa suatu langkah yang ditempuh oleh siswa untuk
memperoleh suatu kecakapan baru terutama dalam bidang studi
PAI
c. Prinsip-prinsip Belajar
Proses belajar dapat diperinci dalam beberapa prinsip dasar.
Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, maka
akan dapat memiliki arah dan pedoman yang jelas dalam belajar.
Adapun prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut : 20
1) Belajar harus berorientasi pada tujuan yang jelas
2) Proses belajar akan terjadi apabila seseorang dihadapkan pada
situasi
3) Belajar dengan pengertian akan lebih bermakna daripada belajar
dengan hafalan
4) Belajar merupakan proses yang kontinue
5) Belajar memerlukan kemauan yang kuat
6) Keberhasilan belajar ditentukan oleh banyak faktor
19 Ibid., hlm. 340-341. 20 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif , (Jakarta : Puspa Swara, 2000), Cet. 1, hlm. 2-
10.
18
7) Belajar keseluruhan akan lebih berhasil daripada belajar secara
terbagi-bagi
8) Proses belajar memerlukan metode yang tepat
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan terjadinya
suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan.
Jadi, berhasil tidaknya belajar tergantung kepada bermacam-macam
faktor. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua
golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern.21
1) Faktor intern yang terdiri dari :
a) Faktor Jasmaniah
• Faktor kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Dalam hal ni,
kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap
belajarnya.
• Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
sempurna mengenai tubuh. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar siswa yang cacat tubuhnya juga
terganggu. Apabila hal ini terjadi, hendaknya ia belajar
pada lembaga pendidikan khusus untuk mengurangi
pengaruh kecacatannya itu.
21 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta,
1995), hlm. 54.
19
b) Faktor Psikologis
• Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan
kemajuan belajar, dalam keadaan yang sama, siswa yang
mempunyai tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil
daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
• Perhatian
Seorang siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi
perhatian siswa, maka akan timbul suatu kebosanan
sehingga akan membuat siswa tidak lagi suka belajar, agar
siswa dapat belajar dengan baik, maka bahan pelajaran
harus selalu menarik perhatiannya
• Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat
besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bahan pelajaran
yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari, karena
dengan minat akan menambah kegiatan belajar.
• Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar, bakat sangat
mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari
siswa sesuai dengan bakatnya, maka siswa senang dalam
belajar dan akan lebih giat dalam belajar.
• Motif
Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai,
dalam belajar harus diperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik. Dengan
20
demikian, motif yang kuat sangat penting didalam belajar.
Sedangkan dalam membentuk motif yang kuat dapat
dilaksanakan dengan adanya latihan-latihan dan adanya
pengaruh lingkungan
• Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat dalam pertumbuhan
seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk
melaksanakan kecakapan baru. Seorang siswa belajarnya
akan berhasil jika sudah siap (matang). Jadi, kemajuan
seseorang untuk memiliki suatu kecakapan tergantung pada
kematangan dan belajar.
• Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons.
Kesediaan akan timbul dari dalam diri seseorang. Kesiapan
juga berhubungan dengan kematangan. Dalam hal ini,
kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan
kecakapan. Jadi, apabila seorang siswa akan belajar perlu
adanya kesiapan
c) Faktor Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan
jasmani yang dapat dilihat dengan adanya lemah lunglainya
tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.
Sedangkan yang kedua adalah kelelahan rokhani yang dapat
dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan
2) Faktor ekstern yang terdiri dari
a) Faktor keluarga
21
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota
keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan
gedung, metode belajar dan tugas rumah
c) Faktor masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar ini meliputi
kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul
dan bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada 2
macam yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Dalam hal ini, pola
belajar berdasarkan konsep KBK masuk dalam faktor intern.
Karena pola belajar merupakan suatu kegiatan atau cara belajar
yang timbul dari dalam diri siswa atau tergantung pada kemauan
siswa itu sendiri.
2. Konsep Kurikulum Berbasis Kompetensi
a. Pengertian kurikulum berbasis kompetensi
Dalam menjelaskan tentang KBK, terlebih dahulu
dikemukakan pengertian kurikulum dan kompetensi. Ada beberapa
macam pengertian kurikulum. Menurut Nana Sudjana, kurikulum
diartikan sebagai program belajar bagi siswa yang disusun secara
22
sistematik dan diberikan oleh lembaga tertentu untuk mencapai tujuan
pendidikan.22
Selanjutnya menurut Subandijah bahwa kurikulum merupakan
aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi
peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik di dalam maupun di
luar sekolah.23
Istilah kompetensi mempunyai banyak makna. Kompetensi
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan kata
lain, kompetensi adalah apa yang dapat dilakukan siswa. Jadi
kompetensi itu lebih menunjukkan kemampuan melaksanakan sesuatu
yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan
Dalam hubungannya dengan belajar, kompetensi merupakan
perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu
dalam proses belajar mengajar. Kompetensi dilandasi oleh rasionalitas
yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana”
perbuatan tersebut dilakukan. Dikatakan perbuatan karena berbentuk
perilaku yang dapat diamati.
Atas dasar uraian tersebut di atas maka pengertian KBK adalah
perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah.24
KBK merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada
lembaga pendidikan (sekolah) untuk menentukan kebijakan lembaga
dalam meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan yang dapat
22 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru
Algesindo, 1989), hlm. 2-3. 23 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
1996), hlm. 2. 24 Depdiknas., KBK, (Jakarta : Depdiknas, 2002), hlm. 2.
23
mengakomodasikan keinginan masyarakat setempat serta menjalin
kerjasama yang erat antara sekolah dan masyarakat dalam membentuk
pribadi peserta didik.25
Dari definisi tersebut, KBK diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, minat peserta
didik agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran,
ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab.
Dalam KBK dibutuhkan pola pengajaran yang lebih interaktif
dengan peran yang lebih besar pada siswa. Guru berperan sebagai
fasilitator dan bukan sebagai pengajar. Sebagai fasilitator, guru harus
lebih kreatif dalam mengelola proses mengajar di kelas dengan
menciptakan kondisi kelas yang hidup dan menarik, menciptakan
suasana belajar yang rileks, bervariasi, dan mengoptimalkan daya pikir
anak didik melalui dengar, lihat, dan rasakan, serta mampu secara
kreatif menemukan problem solving.
b. Karakteristik KBK
Karakteristik KBK antara lain mencakup seleksi kompetensi
yang sesuai dengan spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan kesuksesan pencapaian kompetensi dan pengembangan
sistem pembelajaran.26
Disamping itu, KBK memiliki sejumlah kompetensi yang harus
dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan berdasarkan standar
khusus sebagai hasil demontrasi kompetensi yang ditunjukkan oleh
peserta didik.
25 Jamroh Latief, “Profil Guru Agama dalam Konteks KBK,” Jurnal Pemikiran, Riset,
dan Pengembangan Pendidikan Islam, I, 1, Juli, (Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 2003), Vol.1, No. 1, hlm. 32.
26 E. Mulyasa, op.cit., hlm. 42.
24
Depdiknas mengemukakan bahwa kurikulum berbasis
kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :27
- Menekankan ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikan.
- Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
- Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
- Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar
lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
- Penilaian pendekatan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
c. Landasan dan Prinsip KBK
1) Landasan KBK
Landasan-landasan kurikulum akan menyediakan informasi
yang sangat berguna dalam pembuatan keputusan tentang
kurikulum yang disusun. Hal ini menekankan perlunya menetapkan
landasan sebelum memulai kegiatan pengembangan kurikulum.
Penyusunan model kurikulum berdasarkan kompetensi
akan mengacu kepada landasan sebagai berikut :28
a). Landasan Filosofis
Filsafat merupakan suatu sistem yang dapat menentukan arah
hidup serta menggambarkan nilai-nilai apa yang paling
dihargai dalam hidup seseorang. Proses pentingnya mendidik
anak agar menjadi manusia yang baik pada hakikatnya
27 Depdiknas, op.cit., hlm. 3. 28 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung, Rosdakarya, 2004), 56-62.
25
ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut
negara, juga guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia.
Kurikulum mempunyai hubungan yang erat dengan filsafat
bangsa dan negara terutama dalam menentukan manusia yang
dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui
pendidikan.
Di Indonesia landasan filosofinya adalah Pancasila. Pancasila
diakui dan diterima sebagai filsafat dan pandangan hidup
bangsa yang dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari
dan dijadikan pula sebagai filosofis pendidikan. Seperti yang
dinyatakan dalam ketetapan MPR No.II/MPR/1968, Pancasila
adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia dan negara, kesadaran dan
cita-cita moral Pancasila sudah berakar dalam kebudayaan
bangsa Indonesia yang mengajarkan bahwa hidup manusia
akan mencapai kebahagiaan jika dikembangkan keselarasan
dan keseimbangan.
Dengan demikian, landasan filosofis Pancasila yang dianut oleh
negara Indonesia dengan prinsip demokratis, mengandung
makna bahwa peserta didik diberi kebebasan untuk
berkembang dan mampu berfikir intelegen di kehidupan
masyarakat, melakukan aktivitas yang dapat memberikan
terhadap hasil akhir dan menekankan nilai-nilai manusiawi dan
kultural dalam pendidikan.
b). Landasan Psikologis
Kurikulum harus dipandang sebagai suatu sistem yang di
dalamnya merupakan reaksi terhadap proses yang ditentukan
oleh orang dewasa dengan memperhatikan kebutuhan dan
minat anak. Para ahli pengembangan kurikulum menjadikan
anak sebagai salah satu pokok pemikiran agar anak dapat
26
belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat
mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma dan dapat
menguasai sejumlah keterampilan.
Penelitian terus dilakukan untuk lebih mendalam memahami
proses belajar ini, diantaranya dengan melakukan eksperimen.
Ada berbagai macam teori yang masing-masing mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Walaupun teori belajar tersebut
berbeda, namun ada prinsip-prinsip yang pada umumnya dapat
diterima, diantaranya mengakui adanya perbedaan individual,
motivasi mempengaruhi hasil belajar, reward positif
terpengaruh besar pada peningkatan belajar.
Pada umumnya setiap teori mengandung kebenaran, akan tetapi
tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar
yang mencakup gejala belajar, dari yang sederhana sampai
yang pelik. Teori belajar inilah yang nantinya akan
berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum. Seperti teori
ilmu jiwa daya mengutamakan lantihan mental yang diperoleh
melalui bahan pelajaran, teori asosiasi mengutamakan
penguasaan bahan pelajaran sendiri, sedangkan teori Gestalf
mementingkan perkembangan pribadi anak.
Teori belajar dijadikan dasar bagi proses belajar mengajar.
Dengan demikian, ada hubungan erat antara kurikulum dan
psikologi belajar dan psikologi anak. Karena hubungan yang
sangat erat, maka psikologis menjadi salah satu landasan
pengembalian kurikulum.
c). Landasan sosial budaya
Landasan ini berhubungan dengan keadaan masyarakat
perkembangan dan perubahannya berupa pengetahuan dan lain-
lain. Setiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat
27
kebiasaan, berlainan corak nlai-nilai yang dianut. Perbedaan ini
harus dipertimbangkan dalam penyusunan kurrikulum. Oleh
sebab, itu, masyarakat merupakan suatu faktor yang penting
dalam pengembangan kurikulum sehingga aspek sosiologis
dijadikan salah satu asas.
Dengan dijadikannya sosiologis sebagai landasan
pengembangan kurikulum, maka peserta didik nantinya
diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
d). Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi
Landasan ini berkenaan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni. Salah satu ciri dari
masyarakat adalah selalu berkembang. Masyarakat yang
berkembang karena dipengaruhi perkembangan ilmu dan
teknologi yang memiliki pengaruh yang cukup kuat pada
pengembangan kurikulum. Perubahan ini akan mempengaruhi
pengetahuan, kecakapan, sikap, aspirasi, minat, semangat,
kebiasaan bahkan pola hidup mereka.
Karakteristik kurikulum teknologi menekankan isi berupa
kompetensi; kompetensi dirinci menjadi sasaran belajar; desain
belajar disusun secara sistematik; penyusunan kurikulum dan
perangkatnya oleh para ahli; dan terakhir bahan ajaran disusun
dalam media cetak dan elektronik, belajar individual
menggunakan modul dan pengajaran berprogram.
Dengan Iptek sebagai landasan, peserta didik diharapkan
mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan teknologi
dan kesenian sesuai dengan sistem nilai, kemanusiawian dan
budaya bangsa.
28
e). Landasan organisatoris
Landasan ini berkenaan dengan bentuk dan organisasi bahan
pelajaran yang disajikan. Bagaimana bahan pelajaran akan
disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-
pisah, atau diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang
diberikan. Atau diusahakan hubungan secara lebih mendalam
dalam bentuk kurikulum yang terpadu.
Dalam mengembangkan kurikulum harus diadakan pilihan, jadi
hasilnya selalu semacam kompromi antara anggota panitia
kurikulum. Dalam hal ini pilihan banyak bergantung pada
pendirian atau sikap seseorang tentang pendidikan. Pada
umumnya dapat dibedakan dua pendirian utama, yaitu yang
tradisional dan yang progresif.
Mengacu pada landasan pengembangan kurikulum di atas,
maka tujuan kegiatan siswa akan menekankan pada
pengembangan sikap dan perilaku agar berguna dalam suatu
kehidupan masyarakat yang demokratis.
2) Prinsip-prinsip Pengembangan KBK
Prinsip pengembangan KBK adalah sebagai berikut :29
a). Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur
Keimanan, nilai-nilai dan budi pekerti luhur yang dianut dan
dijunjung tinggi masyarakat sangat berpengaruh terhadap sikap
dan arti kehidupannya. Oleh karena itu, perlu diterapkan oleh
peserta didik dalam diri mereka supaya dapat direalisasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
29 Ibid., hlm. 63-65.
29
b). Penguatan integritas Nasional
Pengembangan KBK harus memperhatikan penguatan
integritas nasional melalui pendidikan aqidah akhlak. Dalam
hal ini, peserta didik diharapkan dapat menerapkan ahlak mulia
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pendidikan
aqidah ahlak, maka akan memberikan kontribusi pada
masyarakat untuk senantiasa memberikan bimbingan kepada
generasi muda supaya menjadi manusia yang beriman, berahlak
mulia, dan berguna bagi bangsa Indonesia.
c). Keseimbangan, etika, logika, estetika dan kinestika
Keseimbangan etika, logika estetika dan kinestika sangat
dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum dan hasil
belajar PAI. Oleh karena itu, dalam pengembangan KBK
peserta didik perlu mempersiapkannya dengan matang agar
antara etika, logika, estetika dan kinestika bisa seimbang.
d). Kesamaan memperoleh kesempatan
Dalam pengembangan KBK terutama dalam pendidikan ahlak
supaya dapat memperdayakan peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dalam hal ini, semua
peserta didik berhak memperoleh pendidikan yang tepat sesuai
dengan kapasitas kemampuan yang dimiliki dan kecepatannya
dalam proses belajar.
e). Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi
Dengan adanya perkembangan pengetahuan dan teknologi
maka peserta didik dapat belajar dengan mengakses, memilih
dan menilai ilmu pengetahuan untuk mengatasi situasi yang
cepat berubah dan ketidakpastian.
30
f). Pengembangan keterampilan hidup
Dalam pengembangan, KBK perlu adanya unsur keterampilan,
sikap dan perilaku adaptif, kooperatif dan kolaboratif dalam
menghadapi tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari
secara efektif. Dengan demikian, setiap peserta didik perlu
mengembangkan keterampilan atau skill yang dimiliki.
g). Belajar sepanjang hayat
Dalam belajar sepanjang hayat dapat dilakukan melalui
pendidikan formal dan non formal, serta pendidikan alternatif
yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun
masyarakat. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai
peluang untuk belajar sepanjang hayat sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
h). Berpusat pada ahlak
Pengembangan kurikulum sebaiknya mampu memandirikan
peserta didik untuk belajar dan menilai diri sendiri agar bisa
membangun pemahaman dan pengetahuannya. Dalam hal ini,
pengembangan kurikulum difokuskan pada pendidikan ahlak
supaya peserta didik mampu mengembangkan dan
merealisasikannya.
i). Pendekatan menyeluruh dan kemitraan
Dalam pengembangan kurikulum semua pengalaman belajar
dirancang secara berkesinambungan. Adapun pendekatan yang
digunakan adalah berfokus pada kebutuhan siswa yang
bervariasi dan keberhasilan pengalaman belajar menuntut
kemitraan dari siswa, guru, sekolah, orang tua dan masyarakat.
Dengan demikian, dalam pengembangan kurikulum perlu
adanya dukungan dan tanggung jawab dari berbagai pihak
terutama dalah masyarakat.
31
Dari berbagai prinsip-prinsip tersebut di atas maka secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan kurikulum
diperlukan prinsip-prinsip yang dapat mendukung kelancaran proses
belajar mengajar dan menghasilkan output secara optimal. Dalam
prinsip-prinsp tersebut berpusat pada pendidikan akhlak dan peserta
didik diharapkan dapat memahami dan merealisasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Pola Belajar PAI Berdasarakan Konsep KBK
Pola belajar merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
situasi belajar tertentu. Adapun macam-macam pola belajar adalah belajar
dengan modul, belajar dengan menggunakan keseluruhan sumber belajar,
strategi belajar individual personal dan belajar tuntas
a. Sistem belajar dengan modul
KBK menggunakan modul sebagai sistem pembelajaran.
Dalam hal ini modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi
serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang
secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
belajar.30
Modul merupakan suatu paket pengajaran yang memuat satu
unit konsep dari bahan pelajaran.31 Menurut Nana Sudjana modul
adalah suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk
tertentu untuk keperluan belajar.32 Selanjutnya Basyiruddin
menyatakan bahwa modul dirumuskan sebagai salah satu unit yang
lengkap yang berdiri sendiri, terdiri dari rangkaian kegiatan belajar
30 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik dan Implementasi,
(Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 43. 31 Vembriarto, Pengajaran Modul, (Yogyakarta : Paramita, 1985), hlm. 20. 32 Nana Sudjana, Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung : Sinar Baru, Algesindo,
2003), hlm. 132.
32
yang disusun untuk membantu para siswa dalam mencapai sejumlah
tujuan belajar yang telah dirumuskan secara spesifik dan operasional.33
Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dikemukakan
bahwa sebuah modul merupakan proses pembelajaran mengenai satuan
bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan
terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman
penggunaannya untuk para guru. belajar dengan sistem modul
memiliki karakteristik sebagai berikut:34
1) Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan
petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan
oleh seorang peserta didik, bagaimana melakukannya dan sumber
belajar apa yang digunakan.
2) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga
mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik
peserta didik. Dalam hal ini setiap modul harus :
• Memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar
sesuai dengan kemampuannya.
• Memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang
telah diperoleh.
• Memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang
spesifik dan dapat diukur.
3) Pengalaman belajar dengan modul disediakan untuk membantu
siswa mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien
mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan
pembelajaran secara efektif.
33 Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta : Ciputat Pers,
2002), hlm. 63. 34 E. Mulyasa, op.cit., hlm. 43-44.
33
4) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis sehingga
peserta didik dapat mengetahui kapan dia melalui dan kapan
mengakhiri sebuah modul, dan tidak menimbulkan pertanyaan
mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
5) Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian
tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan
balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.
Pengukuran ini juga merupakan suatu kriteria atau standart
kelengkapan modul.
Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas belajar siswa di sekolah, baik waktu, dana,
fasilitas, maupun tenaga untuk mencapai tujuan secara optimal.
S. Nasution menyebutkan, ada 4 tujuan pengajaran modul :35
Pertama, modul memberi kesempatan bagi siswa untuk
belajar menurut kecepatan masing-masing. Para ahli beranggapan
bahwa siswa mempunyai kesanggupan yang bebeda-beda dalam
mempelajari sesuatu dan berbeda-beda pula dalam penggunaan
waktu belajarnya.
Kedua, modul memberi kesempatan bagi siswa untuk belajar
menurut cara masing-masing. Sebab mereka memiliki teknik yang
berbeda satu dengan yang lainnya dalam memecahkan masalah
tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan
masing-masing.
Ketiga, dalam pengajaran modul terdapat pilihan dari
sejumlah topik bidang studi atau disiplin ilmu lainnya bila kita
anggap bahwa siswa tidak mempunyai minat yang sama untuk
mencapai tujuan yang sama.
35 S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, (Jakarta :
Bumi Aksara, 2000), hlm. 205-206.
34
Keempat, pengajaran modul memberikan kesempatan
terhadap siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan
memperbaiki kelemahan mereka melalui remidial, ulangan atau
variasi dalam belajar.
Dengan sistem belajar modul ini, peserta didik mendapat
kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian, dan
petunjuk didalam lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan serta
melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam setiap
tugas. Oleh karena itu, setiap siswa dalam batas-batas tertentu dapat
maju sesuai dengan irama kecepatan dan kemampuan masing-
masing.
Sebuah modul biasanya terfokus pada seperangkat
kompetensi yang harus dikuasai peserta didik sehingga mampu
melakukan aktivitas-aktivitas untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.
Peserta didik diharapkan mengerjakan sendiri tugas-tugas yang
tertulis dalam modul atau dalam kelompok kecil sesuai dengan
kemampuan dan kecepatannya masing-masing.
Penentuan kecepatan sendiri dalam mempelajari sebuah
modul membuat guru memiliki cukup waktu untuk berinteraksi
secara tatap muka dengan peserta didik untuk menjamin tingkat
pemahaman yang utuh terhadap suatu pengalaman belajar. Guru
mungkin juga membantu siswa untuk menemukan cara-cara khusus
dalam menerapkan keterampilan-keterampilan baru yang harus
dikuasainya, sehingga mendorong mereka untuk mencapai hasil
yang optimal.
b. Menggunakan Keseluruhan Sumber Belajar
Suatu faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas
pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya sumber belajar
secara maksimal, terutama bagi siswa. Dalam KBK guru tidak lagi
35
berperan sebagai aktor atau aktris utama dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang optimal siswa dituntut
tidak hanya mengandalkan diri dari pada apa yang terjadi di dalam
kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber
belajar yang diperlukan.
Dalam pengertian secara sederhana, sumber belajar adalah guru
dan bahan-bahan pelajaran atau bahan pengajaran baik buku-buku
bacaan atau semacamnya.36 Kemudian dalam arti luas, sumber belajar
adalah segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta
didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadi proses belajar.37 Jadi
sumber belajar merupakan salah satu hal yang akan menentukan
keberhasilan dalam proses belajar.
Dari berbagai sumber belajar yang ada dan mungkin
dikembangkan dalam pembelajaran pada garis besarnya dapat di
klasifikasikan menjadi 6 yaitu :38
1) Pesan (massages), yaitu informasi yang ditransmisikan oleh
komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Termasuk
dalam kelompok pesan adalah semua bidang studi atau mata kuliah
yang harus diajarkan pada peserta didik.
2) Orang (peoples), yaitu manusia yang bertindak sebagai penyimpan,
pengolah, penyaji pesan; seperti guru, dosen, tutor, siswa, tokoh
masyarakat atau orang lain yang mungkin berinteraksi dengan
siswa.
3) Bahan (materials), yaitu perangkat lunak yang mengandung pesan
pembelajaran untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun
oleh dirinya sendiri. Berbagai program media termasuk kategori
36 Ahmad Rohani, Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995),
hlm. 152. 37 Ahmad Rohani, Media Instruksional Edukatif, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), Cet I, hlm.
102. 38 Ibid., hlm. 108.
36
bahan, misalnya; transparansi, slide, film, film-strip, audio, video,
buku, modul, majalah, bahan instruksional terprogram dan lain-
lain.
4) Alat (devices), yaitu perangkat keras yang digunakan untuk
penyampaian pesan yang tersimpan dalam bahan. Misalnya ;
proyektor slide, over head, video tape, pesawat radio, pesawat
televisi dan lain-lain.
5) Teknik (techniques), yaitu prosedur yang disiapkan untuk
menggunakan bahan, peralatan, orang dan lingkungan untuk
menyampaian pesan. Contohnya instruksional terprogram, belajar
sendiri, belajar tentang permainan simulasi, demonstrasi, ceramah,
tanya-jawab, dan lain-lain.
6) Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar di mana pesan
disampaikan, lingkungan bisa bersifat fisik (gedung sekolah,
kampus, perpustakaan, laboratorium, studio, auditorium, musim,
taman) maupun lingkungan non fisik (suasana belajar, dan lain-
lain).
Pendayagunaan sumber belajar memiliki arti yang sangat
penting selain melengkapi, memelihara dan memperkaya khasanah
belajar, sumber belajar juga dapat meningkatkan aktivitas dan
kreativitas belajar yang sangat menguntungkan baik bagi guru
maupun peserta didik. Dengan didayagunakannya sumber-sumber
secara maksimal, dimungkinkan orang yang belajar menggali
berbagai jenis ilmu pengetahuan yang sesuai dengan budaya,
sehingga pengetahuannya senantiasa aktual, serta mampu mengikuti
akselerasi teknologi dan seni yang senantiasa berubah.
Tak ada satu sumber belajarpun yang dapat memenuhi
berbagai kebutuhan, maka dalam proses belajar diperlukan kesiapan
37
mental dan kemauan, serta kemampuan untuk menjelajahi aneka
ragam sumber belajar yang ada dan mungkin ada.
c. Strategi Belajar Individual-Personal
KBK mengusahakan strategi belajar individul-personal. Belajar
individual adalah belajar berdasarkan tempo belajar peserta didik,
sedangkan belajar personal adalah interaksi edukatif berdasarkan
keunikan peserta didik : bakat, minat dan kemampuan
(personalisasi).39
Pengajaran individual merupakan usaha untuk menyajikan
kondisi-kondisi belajar yang optimum bagi masing-masing individu.
Kalau pengajaran memperhatikan perbedaan individual anak maka
sekolah harus memberikan kesempatan pada anak untuk dapat belajar
sesuai dengan bakat, minat, tempo, dan cara yang efektif bagi
mereka.40
Adapun kesempatan yang harus diberikan oleh sekolah untuk
maksud itu tentu saja tidak cukup hanya dengan menambah fasilitas
pengajaran yang cukup seperti perpustakaan, laboratorium workshop
dan lain-lain, tetapi juga organisasi sekolah perlu menjamin dengan
adanya perbedaan individual tersebut.
Untuk merealisasikan pengakuan perbedaan individual itu asas
kurikulum sekolah harus continuous progress (maju berkelanjutan).
Continous progress adalah asas kurikulum yang memungkinkan anak
didik secara individual dan secara kontinue mengikuti program
pendidikan yang bertujuan tercapainya pertumbuhan dan
perkembangan pribadi secara optimal, sehingga anak didik yang cepat
atau cerdas tidak dihambat oleh kawan-kawan yang lebih rendah minat
atau daya intelektualnya dan anak didik yang lamban tidak harus
mengikuti kecepatan anak yang lebih berbakat dalam kemampuan dan
39 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 45. 40 Vembriarto, op. cit., hlm.10.
38
minatnya untuk sesuatu bidang kegiatan pendidikan.41 Jadi dalam
proses belajar-mengajar anak didik mengikuti irama perkembangan
masing-masing.
Selanjutnya strategi belajar personal berorientasi pada
pengembangan diri. Titik beratnya pada pembentukan pribadi individu.
Strategi ini tertuju pada kehidupan emosional perorangan yang
diharapkan membantu individu untuk mengembangkan hubungan yang
produktif dengan lingkungannya.
d. Belajar Tuntas
Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat
dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi
yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan
memperoleh hasil secara maksimal terhadap seluruh bahan yang
dipelajari.42
Oemar Hamalik menyatakan bahwa belajar tuntas adalah suatu
strategi pengajaran yang di individualisasikan dengan menggunakan
pendekatan kelompok.43 Pendekatan ini memungkinkan, para siswa
belajar bersama-sama berdasarkan pembatasan bahan pelajaran yang
harus dipelajari oeh siswa sampai tingkat tertentu, penyediaan waktu
belajar yang cukup, dan pemberian bantuan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Belajar dalam kelompok termasuk langkah mengevaluasi
belajar sendiri, sehingga dapat mengetahui kekurangan atau kelebihan
diri. Dalam belajar sendiri, penyimpulan pengertian dapat saja salah.
41 Ibid., hlm.11. 42 E. Mulyasa, op. cit., hlm. 53. 43 Oemar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar berdasarkan CBSA,
(Bandung : Sinar Baru Algesindo, 2001), hlm. 85.
39
Oleh karena itu, dalam belajar kelompok kesalahan semacam ini dapat
diketahui.44
Ada beberapa petunjuk yang bisa dipraktekkan untuk belajar
kelompok adalah sebagai berikut :45
• Jumlah kelompok belajar diadakan terdiri dari 3 – 5 orang, dan
memilih teman-teman yang kira-kira bisa diajak untuk bertukar
pikiran dan senang berdiskusi.
• Menentukan kapan akan belajar bersama dan topik apa yang akan
dibahas serta perlengkapan apa yang harus dipersiapkan.
Kemudian melakukan kegiatan belajar kelompok secara rutin
minimal satu minggu sekali dengan prioritas membahas kesulitan-
kesulitan pelajaran yang dihadapi. Dalam setiap pertemuan
kelompok perlu ditetapkan siapa ketua dan siapa penulis
• Sebelum berdiskusi, merumuskan dahulu persoalan yang akan di
bahas dan membatasi waktunya. Begitu juga untuk peran setiap
anggota perlu dibagi tugas-tugasnya untuk membahas sub-sub
topik. Setelah itu hasilnya dihimpun dan disimpulkan bersama,
kemudian ditulis oleh penulis.
• Apabila kelompok belajar menjumpai kesulitan dalam
memecahkan persoalan maka perlu ditangguhkan dulu
pemecahannya untuk ditanyakan kepada guru untuk mendapatkan
kepastian jawaban yang benar.
• Setelah kesimpulan ditulis oleh penulis, hasilnya di copy untuk
dibagikan kepada semua anggota kelompok supaya bisa dipelajari
lagi di rumah masing-masing.
44 Pinandoyo, Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi, (Semarang : Citra Almamater,
1991), hlm. 14. 45 Sofchah Sulistyowati, Cara Belajar yang Efektif dan Efisien, (Pekalongan : Cinta Ilmu,
2001), Cet. 1, hlm. 53-54.
40
Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara
maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis.
Kesistematisan akan tercermin dari pembelajaran yang dilaksanakan,
terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan
evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap siswa yang gagal
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Makin lama siswa menggunakan waktu secara sungguh-
sungguh untuk belajar, makin tinggi tingkat penguasaan terhadap
bahan yang dipelajarinya. Dalam kondisi belajar tertentu, waktu yang
digunakan untuk belajar dan wktu yang dibutuhkan untuk menguasai
bahan pelajaran tidak saja dipengaruhi oleh sifat dari individu tetapi
juga oleh karakteristik dari pengajaran.
Lamanya waktu belajar yang digunakan ditentukan oleh
lamanya siswa mau mempelajari suatu bahan dan waktu yang
disediakan. Sedangkan waktu yang dibutuhkan ditentukan oleh bakat
siswa, kualitas pengajaran dan kemampuan siswa untuk menangkap
bahan sajian ini dekat hubungannya dengan intelegensi umum siswa.46
Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas sebagai
upaya meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam level mikro,
yaitu mengembangkan individu dalam proses pembelajaran dikelas.
Hal ini dapat merubah strategi guru terutama berhubungan dengan
waktu. Perhatian guru terhadap waktu adalah waktu yang digunakan
peserta didik untuk belajar sampai taraf penguasaan bahan
sepenuhnya.
46 B. Suryosubroto, Proses Belajar-Mengajar di sekolah, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997),
hlm.100.
41
B. Hasil Belajar PAI
1. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajar. Berkaitan dengan hasil belajar, dimana hal ini akan tercapai
apabila diusahakan semaksimal mungkin, baik melalui latihan,
maupun pengalaman untuk mencapai apa yang telah dipelajari.47
Selanjutnya menurut Gagne dan Driscoll Selanjutnya menurut
Gagne dan Driscoll mendefinisikan hasil belajar sebagai berikut : “The
performance made possible by the act of learning serves the important
function of preparing the way for feedback”. 48 Adapun kesimpulannya
adalah “hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki siswa
sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan
siswa (the learner’s performance)”.
Sedangkan menurut Howard Kingsley yang dikutip Nana
Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yaitu : (a). Keterampilan
dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-
cita,49 menurut ahli lain yaitu Bloom dalam bukunya Nana Sudjana,
membuat klasifikasi hasil belajar menjadi 3 dimensi yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.50
Berkaitan dengan hasil belajar, dimana hal ini akan tercapai
apabila berusaha semaksimal mungkin, baik melalui latihan maupun
pengalaman untuk mencapai apa yang telah dipelajari. Dengan usaha
tersebut, Allah akan menjadikan seseorang menjadi yang baik dan
berhasil.
47 Nana Sudjana,Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2002), hlm. 22. 48 Robert M. Gagne, Marcy Perkins Driscoll, Essentials of Learning for Instruction,
(Englewood Cliffs, New Jersey : Prentice Hall, 1989), hlm. 36. 49 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, op.cit., hlm. 22. 50 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, op.cit., hlm. 46.
42
Berdasarkan beberapa keterangan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki
siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang bisa dilihat dari
berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam
hal ini untuk kurikulum lama, hasil belajar dalam aspek kognitif yang
paling banyak dinilai oleh para guru. Akan tetapi, dalam konsep KBK,
dalam mencapai hasil belajar yang maksimal memerlukan ketiga ranah
yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Jadi, dalam konsep
KBK diharapkan seorang siswa dapat memberikan kontribusi yang
lebih baik dalam menunjang keberhasilan belajarnya.
b. Faktor-faktor yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar
Faktor-faktor yang digunakan untuk memperoleh hasil belajar
adalah evaluasi. Evaluasi merupakan suatu proses yang sistematis
untuk membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan
pengajaran telah dicapai oleh siswa.
Jenis penilaian atau evaluasi dibagi menjadi 2 macam yaitu : 51
1. Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk
mencari umpan balik, yang selanjutnya hasil penilaian tersebut
dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang
sedang atau sudah dilaksanakan. Dengan demikian, penilaian
formatif berorientasi pada proses belajar mengajar.
2. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan untuk
memperoleh data sampai dimana pencapaian belajar siswa
terhadap bahan yang dipelajari selama jangka waktu tertentu,
yaitu setiap akhir semester atau akhir tahun ajaran. Penilaian
sumatif berorientasi kepada produk, adapun fungsi dan tujuannya
untuk menentukan nilai yang diperoleh siswa yang dinyatakan
lulus atau tidak.
51 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung : Remaja
Rosdakarya, 1997), Cet. 8, hlm. 26
43
Dalam evaluasi hasil belajar, alat evaluasi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tes dan non tes. Teknik tes digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah proses berpikir
(kognitif) sedangkan teknik non-tes digunakan untuk mengevaluasi
hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (afektif) dan
ranah keterampilan (psikomotorik)
Berdasarkan uraian di atas, maka penilaian hasil-hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai
siswa dengan kriteria tertentu. Hasil belajar siswa pada hakikatnya
merupakan perubahan tingkah laku pada diri siswa yang mencakup
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
C. Pengaruh Pola Belajar PAI Berdasarkan Konsep KBK terhadap Hasil
Belajar PAI
Pendidikan agama memiliki fungsi yang penting dalam pendidikan
nasional, yaitu sebagai sub sistem pendidikan nasional. Akan tetapi, belum
bisa menerapkan fungsinya secara optimal. Hal ini disebabkan karena adanya
beberapa kendala dalam pelaksanaannya diantaranya adalah kurangnya jam
pelajaran (yaitu yang hanya 2 jam pelajaran) dari satu sisi. Disisi lain dijumpai
banyaknya materi yang harus diajarkan tentu merupakan kendala yang sangat
luar biasa. Bagaimana mungkin dalam waktu dua jam pelajaran itu seseorang
siswa mampu menguasai dan memiliki hasil yang optimal. Meskipun hal ini
terjadi , mungkin hanya satu aspek hasil belajar yang dikuasai oleh peserta
didik. Sedangkan aspek lainnya hanya sebagian saja bahkan tidak sedikitpun.
Padahal tujuan PAI adalah untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia Muslim dan bertaqwa kepada Allah serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika
hanya satu ranah yang dikuasai oleh siswa sedangkan ranah yang lain tidak
dimiliki, maka tujuan ini tidak akan tercapai. Karena memang ada 3 ranah
hasil belajar yang seharusnya dimiliki siswa, yaitu ranah kognitif, afektif, dan
44
psikomatorik, dimana tujuan dari PAI tersebut merupakan cerminan dari
ketiga ranah tersebut.
Ditambah lagi kendala lain juga dihadapi oleh PAI diantaranya adalah
heterogenitas pengetahuan yang dimiliki peserta didik, hal ini akan menambah
kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara optimal.
Dari beberapa kendala tersebut diatas, maka dibutuhkan solusi yang
terbaik bagi kemajuan siswa dalam mencapai hasil yang diharapkan. Untuk
memecahkan masalah ini, ada beberapa pola belajar versi KBK yang dapat
mendorong siswa untuk mencapai hasil yang optimal. Pola belajar ini meliputi
belajar dengan modul, belajar dengan menggunakan keseluruhan sumber
belajar, belajar individual-personal dan belajar tuntas. Pola belajar ini
merupakan serangkaian langkah yang seharusnya diterapkan dan
direalisasikan sehingga siswa dapat mecapai hasil belajar yang optimal.
Yang pertama adalah belajar dengan modul. Modul merupakan suatu
unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan
belajar. Dengan adanya modul, peserta didik akan mendapatkan kesempatan
lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian dan petunjuk didalam
lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan serta melaksanakan tugas-tugas
yang harus diselesaikan dalam setiap tugas. Oleh karena itu, setiap siswa
dalam batas-batas tertentu dapat maju sesuai dengan kecepatan dan
kemampuan masing-masing, sehingga dapat mendorong siswa untuk
mencapai hasil belajar yang optimal.
Yang kedua adalah, belajar dengan menggunakan keseluruhan sumber
belajar. Dengan adanya sistem belajar ini, diharapkan siswa dapat
memanfaatkan semua sumber belajar yang ada. Karena dengan adanya sumber
belajar ini siswa dapat menambah wawasan berpikirnya dan juga dapat
memudahkan terjadinya proses belajar dan pendayagunaan sumber belajar ini
juga dapat meningkatkan aktivitaas dan kreativitas belajar yang sangat
menguntungkan baik bagi guru maupun peserta didik.
45
Selanjutnya adalah belajar individual-personal. Strategi belajar
individual-personal merupakan belajar berdasarkan tempo belajar, minat,
bakat, maupun kemampuan siswa. Dengan sistem belajar ini, sekolah harus
memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar sesuai dengan bakat,
minat, tempo dan cara yang efektif bagi mereka. Untuk menunjang
keberhasilan mereka tentu saja tidak cukup hanya menambah fasilitas
pengajaran saja tetapi juga perlu adanya realisasi dari pengakuan perbedaan
individual sehingga memungkinkan anak didik secara individual dapat
mengikuti program pendidikan yang bertujuan tercapainya pertumbuhan dan
perkembangan pribadi secara optimal.
Yang terakhir adalah sistem belajar tuntas. Belajar tuntas merupakan
strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan didalam kelas, dengan asumsi
bahwa didalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar
dengan baik dan mamperoleh hasil secara maksimal terhadap seluruh bahan
yang dipelajari. Jadi, dengan adanya sistem belajar tuntas, seorang siswa dapat
menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.
Berdasarkan beberapa konsep tentang pola belajar tersebut yang terdiri
dari belajar dengan modul, belajar dengan menggunakan keseluruhan sumber
belajar, strategi belajar individual-personal dan belajar tuntas. Maka dapat
disimpulkan bahwa keempat pola belajar tersebut sangat menentukan hasil
belajar yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, peserta didik harus
mempersiapkan sejak dini dalam belajar bidang studi teertentu. Dengan
adanya pola-pola belajar tersebut diatas, dapat memudahkan siswa untuk
meningkatkan efisiensi dan aktivitas belajarnya dan juga dapat mencapai hasil
yang optimal.
D. Kajian Penelitian yang Relevan
Untuk memperjelas posisi penulis dalam penelitian ini, perlu ditinjau
beberapa penelitian yang ada relevansinya dengan penelitian yang penulis
laksanakan, dari beberapa buku yang penulis jadikan sebagai acuan dalam
penelitian.
46
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Abdul Wahid yang berjudul
“Studi Komparasi Pola Belajar Mahasiswa yang Berindeks Prestasi Tinggi
dengan yang berindeks Prestasi Rendah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Angkatan 2000 dan 2001.”52 Dalam penelitian tersebut bertujuan untuk
mengetahui pola belajar yang ideal di perguruan tinggi dan perbedaan pola
belajar antara mahasiswa yang berindek prestasi tinggi dan rendah. Dengan
demikian hasil penelitiannya adalah bahwa mahasiswa yang berindeks prestasi
tinggi mempunyai pola belajar yang teratur dibandingkan dengan mahasiswa
yang berindeks prestasi rendah.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Manik Riana yang bejudul
”Upaya Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Kompetensi di SMP H.
Isriati Semarang”53 dalam penelitian tersebut berisi bahwa KBK ketika
diaplikasikan dilapangan ternyata hampir sama dengan kurikulum
sebelumnya. Namun, ada upaya untuk mengarah pada pengembangan KBK.
Adapun upaya yang terus dilaksanakan adalah penyediaan sarana dan
prasarana yang cukup memadai, penambahan kegiatan keagamaan,
memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar mandiri dalam
mengaplikasikan teori-teori yang didapat disekolah.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Luluk Baruroh yang
berjudul pengaruh motivasi dan Pola Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas II di SLTP I Brangsong Kendal 2003/2004.54 Dalam penelitian tersebut
mengupas tentang pengaruh motivasi dan pola belajar untuk mencapai hasil
belajar PAI. Adapun hasil dari penelitian tersebut adalah, bahwa pola belajar
dan motivasi sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan hasilnya
adalah signifikan.
52 Abdul Wahid, Studi Komparasi Pola Belajar Mahasiswa yang Berindeks Prestasi Tinggi dengan yang Berindeks Prestasi Rendah Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (Angkatan 2000 dan 2001), (Semarang : Puslit, 2003).
53 Mamik Riana, Upaya Pengembangan Kurikulum PAI Berbasis Kompetensi di SMP H. Isriati Semarang, (Semarang : Skripsi diajukan Guna Memenuhi Gelar S 1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2005).
54 Luluk Baruroh, Pengaruh Motivasi dan Pola Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas II SLTP 01 Brangsong Kendal Tahun 2003/2004, (Semarang : Skripsi diajukan Guna Memenuhi Gelar S1 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2004).
47
Sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan adalah untuk siswa
kelas I yang pola belajarnya berdasarkan konsep KBK. Hal ini tentu berbeda
dengan pola belajar pada kurikulum lama. karena dengan adanya kurikulum
baru yaitu KBK yang lebih menekankan pada kegiatan individual dan pola
yang digunakan adalah pola belajar mandiri. Maka diharapkan pola versi
KBK yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih baik dari pada pola belajar
kurikulum lama.
E. Pengajuan Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban sementara permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.55 Hipotesis yang peneliti ajukan
dalam penelitian ini adalah Ada pengaruh positif dari pola belajar berdasarkan
konsep KBK terhadap hasil belajar PAI siswa.
55 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Ed. Rev.) (Jakarta
: Rineka Cipta, 1998), Cet. 2, hlm, 67.