BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0212034_bab2.pdf ·...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustakaabstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/R0212034_bab2.pdf ·...
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kelelahan Kerja
a. Definisi Kelelahan
1) Kelelahan Umum
Kelelahan diakibatkan oleh penumpukan asam laktat di
otot-otot dan di dalam aliran darah. Akibat dari penumpukan asam
laktat salah satunya adalah terjadinya penurunan kerja otot-otot,
kemungkinan syaraf tepi dan sentral sehingga tubuh mudah merasa
lemas dan lelah. (Setyawati,2010).
Kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga
untuk melakukan suatu kegiatan. Gejala seseorang yang
mengalami kelelahan ditandai dengan kondisi yang cenderung
untuk mengantuk, 4L (letih, lelah, lesu dan lemah), tidak
bersemangat untuk melakukan kegiatan. Penyebab kelelahan selain
dari penumpukan asam laktat yaitu kurangnya asupan yang
diperlukan oleh tubuh seperti karbohidrat dan oksigen (Budiono
dkk, 2003).
7
2) Kelelahan Kerja
Lelah (fatigue) merupakan suatu keadaan fisik dan
mental yang mengakibatkan terjadinya penurunan daya kerja dan
berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan ini
mengakibatkan seseorang kehilangan kemauan untuk bekerja
dikarenakan kondisi psikologisnya. Lelah yang berat
mengakibatkan seseorang berhenti untuk bekerja dikarenakan
seseorang tersebut tidak mampu lagi meneruskan pekerjaannya.
Pekerja yang mengalami lelah dan tetap meneruskan pekerjaannya
dapat mempengaruhi kelancaran pekerjaan dan berdampak buruk
terhadap kesehatan tubuhnya. (Suma’mur 2013).
Kelelahan kerja dapat dialami oleh tenaga kerja pada
semua jenis pekerjaan, baik jenis pekerjaan yang ringan maupun
berat. Kelelahan kerja dapat mengakibatkan menurunnya kinerja
seseorang dan menambah tingkat kesalahan pekerja dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Kelelahan kerja akan meningkat
seiring dengan semakin lamanya seseorang melakukan pekerjaan
dan dapat menurun apabila beristirahat dengan cukup (Nurmianto,
2004).
b. Jenis dan Gejala Kelelahan
1) Jenis kelelahan
8
a) Kelelahan Otot
Kelelahan otot yaitu terjadinya penurunan kinerja otot-
otot dikarenakan tekanan melalui fisik pada waktu tertentu.
Gejala kelelahan otot ditandai dengan tremor atau rasa nyeri
yang terjadi di otot dan menyebabkan melemahnya kemampuan
tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dan
meningkatkan kemungkinan terjadi kesalahan dalam
melakukan tugasnya sehigga terjadi kecelakaan kerja (Budiono
dkk, 2003).
Kelelahan fisiologis atau kelelahan otot yaitu kelelahan
pada susunan saraf pusat atau perifer (otot yang sedang
bekerja).Kelelahan ini disebabkan oleh otot atau fisik karena
beban yang berat yang dapat menimbulkan rasa nyeri atau
tremor pada otot (Suma’mur, 2013).
b) Kelelahan Umum
Kelelahan umum yaitu suatu keadaan dimana seseorang
mengalami penurunan gairah, susah berkonsentrasi dan lesu
untuk melakukan aktivitas. Kelelahan umum disebabkan oleh
keadaan persarafan sentral atau kondisi psikis-psikologis
(Suma’mur, 2013).
2) Gejala Kelelahan Kerja
Gambaran mengenai gejala kelelahan (fatigue) secara
subjektif dan objektif antara lain menurut Budiono dkk (2003) :
9
a) Perasaan lesu, ngantuk dan pusing
b) Tidak/kurang mampu berkonsentrasi
c) Berkurangnya tingkat kewaspadaan
d) Presepsi yang buruk dan lambat
e) Tidak ada/ berkurangnya gairah untuk bekerja
f) Menurunnya kinerja jasmani dan rohani
Semua gejala di atas terutama ditunjukan dalam wujud
keluhan psikosomatis, dimana terjadi gangguan fungsional organ
dalam tubuh atau sirkulasi yang merupakan wujud eksternal, akibat
konflik psikologis dan kesulitan-kesulitan lainnya. Bentuk umum
dari gejala ini adalah sebagai berikut :
a) Sakit kepala
b) Perasaan pusing/mabuk
c) Sulit tidur
d) Detak jatung tidak normal
e) Keluar keringat secara berlebih
f) Masalah pencernaan
Sama halnya dengan kelelahan umum munculnya tanda-
tanda kelelahan psikosomatis diatas berpengaruh pula pada waktu-
waktu absen dari pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa penyebab
ketidakhadiran di tempat kerja karena yang bersangkutan
membutuhkan waktu istirahat yang lebih banyak.
10
c. Penyebab dan Faktor yang mempengaruhi Kelelahan Kerja :
1) Penyebab Kelelahan Kerja
Penyabab terjadinya kelelahan kerja menurut sutalaksana
dkk (1995):
a) Faktor fisiologis yaitu akumulasi dasi substansi toksin (asam
laktat) dalam darah, penurunan waktu reaksi.
b) Faktor psikologi yaitu konflik yang mengakibatkan stress yang
berkepanjangan ditandai dengan menurunnya prestasi kerja,
rasa lelah.
Kontraksi otot rangka yang lama dan kuat, dimana
proses metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supply energi
yang dibutuhkan serta membuang sisa metabolisme, khususnya
asam laktat. Jika asam laktat yang banyak terkumpul, otot akan
kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada otot
(ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa
oksigen sehingga menyebabkan terjadinya kelelahan (Budiono dkk,
2003).
2) Faktor yang mampengaruhi Kelelahan Keja
a) Faktor dari dalam Individu ( Faktor Internal )
(1) Usia
Usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas
kerja seseorang yang berakibat pada kelelahan. Salah satu
indikator dari kapasitas kerja adalah kekuatan otot
11
seseorang. Semakin tua umur seseorang, maka semakin
menurun kekuatan ototnya. Kekuatan otot yang dipengaruhi
oleh umur akan berakibat pada kemampuan fisik tenaga
kerja untuk melakukan pekerjaannya. Laki-laki maupun
wanita pada umur sekitar 20 tahun merupakan puncak dari
kekuatan otot seseorang, dan pada umur sekitar 50 – 60
tahun kekuatan otot mulai menurun sekitar 15 – 25%
(Setyowati dkk,2013).
(2) Jenis Kelamin
Perbedaan secara fisik antara jenis kelamin wanita
dan laki-laki terletak pada ukuran tubuh dan kekuatan
ototnya. Kekuatan otot wanita relatif kurang jika
dibandingkan dengan kekuatan otot laki-laki. Kekuatan otot
ini akan mempengaruhi kemampuan kerja seseorang yang
merupakan penentu dari terjadinya kelelahan. Permasalahan
wanita lebih kompleks dibandingkan laki-laki, salah
satunya adalah haid. Wanita yang sedang mengalami haid
cenderung cepat lelah dibandingkan wanita yang tidak
mengalami haid (Suma’mur, 2013).
(3) Status Gizi
Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri
kesehatan yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif
terwujud. Status gizi merupakan salah satu penyebab
12
kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang
baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh
yang lebih baik, begitu juga sebaliknya(Budiono, dkk,
2003). Pada keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat
akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan
ketahanan tubuhsehingga mudah terjangkit penyakit
sehingga mempercepat timbulnya kelelahan. Status gizi
seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa
Tubuh). IMT merupakan alat yang sederhana untuk
memantau status gizi seseorang khususnya yang berkaitan
dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT
dihitung dengan rumus berat badan dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (Supariasa, 2012)
(4) Kondisi Psikologis
Kelelahan psikologis timbul dalam perasaan orang
yang bersangkutan dan terlihat dengan tingkah lakunya atau
pendapat-pendapatnya yang tidak konsekuen lagi serta
jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun
sendiri dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya.
(5) Status Kesehatan
Status kesehatan mempengaruhi kelelahan
dikarenakan kondisi tenaga kerja yang tidak dalam keadaan
sehat dapat mempengaruhi terjadi kelelahan kerja. hal ini
13
juga dapat dilihat dari riwayat penyakit yang diderita oleh
seseoorang. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan
kelelahan:
(a) Penyakit jantung
Kerja fisik yang sangat berat merupakan kondisi yang
sangat menegangkan yang harus dihadapi oleh sistem
sirkulasi normal. Hal ini karena pada beberapa kondisi,
aliran darah yang melalui otot dapat meningkat lebih
dari 20 kali lipat. Kenaikan dari aliran darah ini juga
dapat meningkatkan aktivitas jantung lebih dari
normal. Kenaikan aliran darah ini salah satunya adalah
dikarenakan berkurangnya O2 dalam jaringan otot
(Guyton, 1997). Kekurangan O2 yang berkurang
secara cepat memungkinkan terjadi metabolisme
anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat yang
mempercepat kelelahan (Santoso, 2004).
(b) Hipertensi.
Hipertensi adalah suatu penyakit dimana salah satu
penyebabnya adalah karena tekanan tinggi pada arteri
sehingga arteri kehilangan kelenturannya untuk
mengembang dan menyempit sehingga terjadi
penyumbatan dan mengganggu peredaran darah
(Gunawan,2001). Terbatasnya aliran darah pada otot
14
(ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah
dan membawa O2 memungkinkan terjadinya kelelahan
( Gunawan, 2001).
(c) Penyakit ginjal
Pengaruh kerja terhadap faal ginjal terutama
dihubungkan dengan pekerjaan yang perlu
mengerahkan tenaga dan yang dilakukan dalam cuaca
kerja panas. Kedua-duanya mengurangi peredaran
darah ke ginjal dengan akibat gangguan penyediaan
zat–zat yang diperlukan oleh ginjal (Suma’mur, 2009).
b) Faktor dari luar Individu ( Faktor Eksternal )
(1) Kondisi Lingkungan tempat kerja
Lingkungan kerja yang buruk dapat
mempengaruhi kelelahan seseorang. Lingkungan kerja yang
panas (> 26,7○C) dan kebisingan (> 85 dB) merupakan
beban tambahan tenaga kerja yang dapat mempengaruhi
tingkat ketelitian atau konsentrasi seseorang dalam
melakukan aktivitasnya dan dapat menyebabkan gangguan
psikis seseorang misalnya susah tidur atau kurang istitiraha
sehingga berdampak pada peningkatan kelelahan
(Setyowati dkk, 2014).
Menurut Santosa (2012) faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja dibagi menjadi 3 :
15
(a) Faktor fisik yaitu faktor fisik yang ada di lingkungan
kerja seperti : bising, getaran, pencahayaan, radiasi, dan
tekanan panas.
(b) Faktor kimia, yaitu bahan baku atau pembantu yang
prosesnya menggunkan bahan kimia seperti gas-gas
berbahaya, larutan kimia, limbah, dal lain-lain.
(c) Faktor Biologi, yaitu faktor-faktor yang menjadi
penyebab masalah kesehatan atau penyakit akibat kerja,
faktor-faktor tersebut dapa berada sendiri atau bersama-
sama dengan faktor-faktor bahaya lainnya seperti :
bakteri, virus, jamur, parasit, binatang, dan tanaman.
(2) Beban Kerja fisik
Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan
tersendiri dalam hubungan dengan beban kerja. Mungkin
diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, atau mental,
atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka
hanya mampu memikul beban pada suatu berat tertentu.
Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang.
Inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat
padapekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan
meliputi kecocokan, pengalaman, ketrampilan, motivasi
dan lain sebagainya (Suma’mur, 2009).
16
Begitu juga dengan oksigen, bahwa setiap individu
mempunyai keterbatasan maksimum untuk oksigen yang
dikonsumsi. Semakin meningkatnya beban kerja, maka
konsumsi oksigen akan meningkat secara proporsional
sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang
lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi
aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak
mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah
manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatrnya
kandungan asam laktat (Eko Nurmianto, 2004).
d. Pengukuran Kelelahan
Menurut setyawati (2010) ada beberapa pengukuran
kelelahan kerja antara lain:
1) Reaction Timer L77 Lakassidaya
Uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih
signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena
stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli
cahaya.
Hasil penelitian yang dilakukan Setyawati (2010) tingkat
kelelahan diklasifikasikan berdasarkan waktu reaksi yang diukur
dengan reaction timeryaitu:
(a) Normal dengan waktu reaksi 150,0 - 240,0 milidetik.
17
(b) Kelelahan kerja ringan dengan waktu reaksi 240,0< x < 410,0
milidetik.
(c) Kelelahan kerja sedang dengan waktu reaksi 410,0< x < 580,0
milidetik.
(d) Kelelahan kerja berat dengan waktu reaksi > 580,0 milidetik.
2) Uji Finger-tanpping (uji ketuk jari)
Mengukur kecepatan maksimal mengetukkan jari tangan
dalam suatu periode waktu tertentu.
3) Uji Flicker-fusion
Pengukuran terhadap kecepatan berkelipnya cahaya
(lampu) yang secara bertahap ditingkatkan sampai kecepatan
tertentu sehingga cahaya tampak berbaur sebagai cahaya yang
kontinyu.
4) Skala Kelelahan Industrial Fatigue Research Committee (IFRC)
Skala IFRC yang didesain untuk pekerja dengan budaya
Jepang ini merupakan ngket yang mengandung tiga puluh macam
perasaan kelelahan.
e. Pengendalian Kelelahan Kerja
Menurut Setyawati (2010) kelelahan dapat dikurangi
melalui program penanggulangan kelelahan kerja dengan kegiatan
promosi kesehatan, pencegahan kelelahan kerja, pengobatan kelelahan
kerja dan rehabilitasi kelelahan kerja.
1) Promosi Kesehatan
18
Promosi kesehatan dalam pelaksanaannya dapat
bekerjasama dengan berbagai pihak misalnya departemen tenaga
kerja, deprtemen kesehatan, departemen perindustrian dan pihak-
pihak lain baik dalam pemerintahan maupun pihak swasta seperti
media masa dan organisasi pekerja. Promosi kesehatan dalam
program penanggulangan kelelahan ini dapat dilakukan dengan
penyuluhan kepada tenga kerja atau pedagang. Materi penyuluhan
tentang kelelahan kerja, faktor-faktor penyebabnya, dampak dan
cara pencegahan terjadinya kelelahan (Setyawati, 2010).
2) Pencegahan Kelelahan Kerja
Pencegahan kelelahan dapat dilakukan dengan cara
menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman dan
nyaman bagi tenaga kerja, tidak menciptakan dan menghindarkan
stres buatan manusia (Budiono dkk, 2003).
3) Pengobatan Kelelahan Kerja
Pengobatan kelelahan kerja dapat dilakukan dengan
meminum vitamin atau obat-obatan yang berfungsi untuk
memulihkan tenaga seseorang, perbaikan lingkungan kerja,
mengupayakan sikap kerja dan menggunakan alat kerja yang
ergonomis, penyuluhan mental dan bimbingan mental (Setyawati,
2010).
19
4) Rehabilitasi Kelelahan kerja
Upaya rehabilitasi kelelahan dilakukan dengan
melanjutkan tindakan dan pengobatan kelelahan kerja serta
membangun semangat tenaga kerja (Setyawati, 2010).
2. Kebisingan
a. Definisi dan sumber Kesbisingan
Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel
saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang
ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang
tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainya, dan
manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena
mengganggu atau timbul diluar kemauan orang yang bersangkutan,
maka bunyi-bunyian atau suara yang keberadaanya tidak dikehendaki
(noise is unwanted sound). Dalam rangka perlindungan kesehatan
tenaga kerja kebisingan diartikan sebagai semua suara/bunyi yang
tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan
atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan pendengaran (Suma’mur, 2009).
Menurut Dirjen PPM dan PL., DEPKES & KESSOS
RI.Tahun (2000) sumber kebisingan dibedakan menjadi:
20
1) Bising Industri
Industri besar termasuk didalamnya pabrik, bengkel dan
sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun
masyarakat disekitar industri.
2) Bising Rumah Tangga
Umumnya disebabkan oleh alat-alat rumah tangga dan
tidak terlalu tinggi tingkat kebisingannya.
3) Bising Spesifik
Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus,
misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.
b. Jenis Kebisingan
Macam-macam Kebisingan yang sering dijumpai, yaitu
(Suma’mur, 2009):
1) Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan
spektrum frekuensi yang lebar (steady state, wide band noise),
misalnya bising mesin, kipas angin, dapur pijar, dan lain-lain.
2) Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi
tipis (steady state, narrow band noise), misalnya: bising gergaji
sirkuler, katup gas, dan lain-lain.
3) Kebisingan terputus-putus (intermittent noise), misalnya bising
lalu-lintas, suara kapal terbang.
21
4) Kebisingan impulsive (impact or impulsive noise), misalnya
seperti bising pukulan palu, tembakan bedil atau meriam, dan
ledakan.
5) Kebisingan impulsive berulang, misalnya bising mesin tempa di
perusahaan atau tempaan tiang pancang bangunan.
c. Dampak Kebisingan
1) Audiometi yaitu system atau alat yang digunakan untuk mengukur
tingkat pendengaran manusia.
a) Trauma Accoustic
Adalah kerusakan pendengaran akibat suara yang sangat
keras dalam waktu yang sangat singkat yang dapat
megakibatkan patahnya tulang pendengaran dan sobeknya
membran tymphani.
(1) Temporary Threshold shift ( TTS)/ tuli sementara.
Adalah tuli sementara akibat seseorang memasuki
tempat yang bising. Seseorang dapat pulih kembali apabila
tidak berada di tempat bising ± 16 jam.
(2) Permanent Therhold Shift (PTS)/ Tuli Permanen.
Penurunan tajam pendengaran akibat seseorang
memasuki tempat bising yang melebihi NAB (terpapar)
selama ± 5 jam.
22
2) Non Audiometri
a) Kelelahan kerja
Lingkungan kerja yang buruk dapat mempengaruhi
kelelahan seseorang. Lingkungan kerjayang bising (> 85 dB)
merupakan beban tambahan tenaga kerja yang dapat
mempengaruhi tingkat ketelitian atau konsentrasi seseorang
dalam melakukan aktivitasnya dan dapat menyebabkan
gangguan psikis seseorang misalnya susah tidur atau kurang
istitiraha sehingga berdampak pada peningkatan kelelahan
(Setyowati dkk, 2014).
Kebisingan menganggu perhatian yang perlu terus-
menerus dicurahkan kepada kepada pelaksanaan pekerjaan dan
juga pencapian hasil kerja yang sebaik-baiknya. Maka dari itu
tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan
terhadap suatu proses produksi atau hasilnya dapat membuat
kesalahan-kesalahan akibat dari terganggunya konsentrasi dan
kurang fokusnya perhatian.
b) Meningkatkan tekanan darah
Kebisingan dapat menyebabkan detak jantung semakin
cepat, meningkatkan tekanan darah dan penyempitan nadi yang
menunjukkan adanya perubahan fungsi faal (Triyunita,2013)
23
d. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan
Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standart faktor tempat
kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit
atau gangguan kesehatan dalam pekerjaannya sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu. Menurut
Permenakertrans RI No. PER.13/MEN/2011 tentang Nilai Ambang
Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja, NAB
kebisingan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.Nilai Ambang Batas Kebisingan
Waktu Pemaparan Per Hari Intensitas Kebisingan (dB)
8
4
2
1
30
15
7,5
3,75
1,88
0,94
Jam
Menit
85
88
91
94
97
100
103
106
109
112
Bersambung
24
28,12
14,06
7,03
3,52
1,76
0,88
0,44
0,22
0,11
Detik
115
118
121
124
127
130
133
136
139
Sumber: Permenakertrans RI No. PER.13/MEN/2011
e. Pengukuran Kebisingan
Alat utama pengukuran kebisingan adalah sound level meter.
Alat ini mengukur kebisingan diantara 30-130 dB dan frekuensi 20-
20.000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam suatu alat itu sendiri,
kecuali untuk kalibrasi mikrofon diperlukan pengcheckan dengan
kalibrasi tersendiri. Sebagai alat kalibrasi dapat dipakai pengeras suara
yang kekuatan suaranya diatur oleh amplifier. Atau suatu piston phone
dibuat untuk maksud kalibrasi tersebut, yang tergantung dari tekanan
udara, sehingga perlu koreksi berdasarkan atas perbedaan barometer.
Kalibrator dengan intensitas tinggi 125 dB lebih disukai, oleh karena
alat pengukur intensitas kebisingan demikian mungkin dipakai untuk
mengukur kebisingan yang intensitasnya tinggi.
Sambungan
25
Analisa frekuensi terhadap suatu kebisingan biasanya
diperlukan dan hal ini dilakukan dengan meggunakan alat octave band
analyzer, yang memiliki sejumlah saringan (filter) berdasar oktaf. Jika
spektrumnya sangat curam dan kandungan frekuensinya berbeda
banyak, dapat dipakai skala 1/3 oktaf.
Untuk analisis kebisingan lebih lanjut dapat dipakai narrow
band analyzer ( alat analisis spektrum tipis )baik latar spektrumnya
tetap misalnya 2-200 Hz atau melebar dengan lebih banyaknya
frekuensi. Yang terakhir ini lebih disenangi di lapangan, mengingat
komponen frekuensi kebisingan mungkin berbeda tergantung dari
frekuensi sumber kebisingan antara lain bisingnya suara beraneka
mesin yang dioperasikan dalam proses produksi.
Sound Level Meter digunakan untuk mengukur intensitas
kebisingan yang ada di tempat kerja. Cara penggunaan alat adalah :
1) Hidupkan alat dengan menekan tombol power
2) Pilih frequency weighting dengan menekan tombol A/ C
a) Weighting net work A
Respon manusia untuk tingkat suara yang rendah
(human response for low levels), untuk kebisingan lingkungan,
tempat kerja.
b) Weighting net work C
26
c) Respon manusia untuk tingkat suara yang tinggi (human
response for high sound levels),untuk diagnosis kerusakan pada
perangkat listrik, elektronik dan mekanik.
3) Pilih fast atau slow dengan menekan tombol F/ S
4) Tekan tombol “rec” untuk merekam hasil pengukuran. Tekan
tombol “rec’ lagi untuk melihat nilai “max” atau nilai tetrtinggi
saat pengukuran dilakukan. Tekan tombol “rec” lagi untuk ”min”
atau nilai terendah saat pengukuran dilakukan. Untuk
menghentikan perekaman,tekan tombol “rec” sampai indikator
“rec” di layar hilang.
5) Mencatat hasil pengukuran.
f. Pengendalian Kebisingan
Menurut Budiono dkk (2003) Pengendalian kebisingan dapat
dilakukan dengan :
1) Pengendalian primer
a) Pengendalian secara Teknis
(1) Mengubah cara kerja dari yang menimbulkan bising
menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.
(2) Menggunkan penyekat dinding dan langit-langit yang
kedap suara.
(3) Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber
kebisingan. Meisn/alat didesain sedemikian hingga suara
27
bising tidak seluruhnya mengenai pekerja. Pemasangan
kaca membuat pekerja dapat tetap bekerja.
(4) Subtitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang
bising.
(5) Menggunkan fondasi mesin yang baik agar tidak ada
sambungan yang goyang, dan mengganti bagian-bagian
logam dengan karet.
(6) Modifikasi mesin atau proses.
(7) Merawat mesin dengan alat secara teratur dan periodik
sehingga dapat mengurangi suara bising.
b) Pengendalian secara Administratif
(1) Pengadaan ruang control pada bagian tertentu misalnya :
bagian diesel. Tenaga kerja di bagian tersebut hanya
melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali
memasuki ruang yang bising dalam waktu yang telah
ditentukan dan menggunakan APD.
(2) Pengaturan jam Kerja disesuaikan NAB yang ada.
c) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Merupakan alternatif terakhir bila pengendalian yang lain tela
dilakukan. tenaga kerja dilengkapi dengan sumbat telinga (ear
plug) atau tutup telinga (ear muff) disesuaikan dengan jenis
pekerjaan, kondisi dan penurunan intensitas kebisingan yang
diharapkan.
28
2) Pengendalian Sekunder
a) Pengendalian secara Medis
Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal
masuk kerja secara periodik, secara khusus pada akhir masa
kerja.
b) Pengendalian Tersier
Dirujuk langsung ke rumah sakit untuk mendapat penanganan
medis secara langsung.
3. Status Gizi
a. Definisi Status Gizi
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai konsidi tubuh
seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan
penggunaan zat-zat di dalam tubuh. Status gizi dibagi menjadi 3
kategori yaitu status gizi kurang, normal dan gizi lebih
(Almatsier,2009).
Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan
mengkonsumsi berbagai macam bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat
yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi tadi, mempunyai
nilai yang sangat penting ( tergantung dari macam-macam bahan
makanannya). Manfaat zat makanan yaitu untuk :
1) Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan,
terutama bagi mereka yang masih dalam masa pertumbuhan.
2) Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik.
29
Termasuk dalam memelihara proses tubuh dalam
pertumbuhan yaitu sebagai pengganti sel-sel yang rusak sebagai zat
pelindung dalam tubuh (dengan cara menajda keseimbangan cairan
dalam tubuh ). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan
yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan
yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya
pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi.
Nilai yang sangat penting dari bahan makanan atau zat
makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta perolehan
energi guna melakukan kegiatan sehari-hari seperti yang dikemukakan
di atas tergantung dari keadaan dan macam-macam bahan makananya.
Kadar zat makanan (gizi) pada setiap bahan makanan memang
tidak sama, ada yang rendah adapula yang tinggi, karena itu dengan
memperhatikan empat sehat lima sepurna yang selalu dianjurkan,
setiap bahan makanan akan saling melengkapi zat makanan/gizinya
yang selalu dibutuhkan tubuh manusia guna menjamin pertumbuhan
dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan
kegiatan-kegiatannya. Zat makanan (gizi) yang diperlukan tubuh
manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan adapula yang berasal
dari hewan.
30
Tabel 2.1 Kebutuhan Kalori tenaga kerja dalam 1 hari
Jenis pekerjaan Tenaga kerja
Laki-laki Perempuan
Ringan 2400 kal 2000 kal
Sedang 2600 kal 2400 kal
Berat 3000 kal 2600 kal
Sumber : Budiono (2003)
b. Faktor yang mempengaruhi status gizi
Kebutuhan gizi setiap orang berbeda satu sama lainya dan
sangat bergantung pada beberapa faktor yaitu:
1) Ukuran tubuh
Semakin besar ukuran tubuh seseorang , semakin besar
pula kalori yang dibutuhkan meskipun jenis kelamin, usia dan
aktivitas yang dilakukan sama.
2) Usia
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang
dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan msalah penting, karena
selain mempunyai resiko-resiko penyakit tertentu, juga dapat
mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu pemantauan
keadaan tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan. Salah
satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal.
3) Jenis kelamin
Laki-laki umumnya membutuhkan relatif lebih banyak
kalori dibanding dengan wanita. Hal ini karena secara fisiologis
laki-laki mempunyai lebih banyak otot dan juga lebih aktif,
sehingga secara kodrati pria diciptakan untuk tampil lebih aktif
31
dan kuat dari pada wanita. Pria lebih sanggup melaksanakan
pekerjaan yang lebih berat lainya seperti mengangkat karung
beras di pasar atau pelabuhan. Sedangkan kegiatan wanita pada
umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan tangan.
4) Aktivitas pekerjaan yang dilakukan
Pekerjaan berat akan membutuhkan kalori dan protein
lebih besar dari pada mereka yang bekerja sedang dan ringan.
Besarnya kebutuhan kalori tergantung banyaknya otot yang
dipergunakan untuk bekerja serta lamanya penggunaan otot
tersebut. Disamping itu protein yang digunakan juga lebih tinggi
dari normal. Karena harus mengganti jaringan baru yang lebih
banyak dari pada keadaan biasa untuk mempertahankan agar
tubuh dapat bekerja secara normal
5) Kondisi tubuh tertentu
Pada orang yang baru sembuh dari sakit akan
membutuhkan lebih banyak kalori dan zat gizi lainya dari pada
sebelum sakit. Penambahan zat gizi tersebut diperlukan untuk
rehabilitas kembali sel tubuh yang rusak selam sakit.
6) Kondisi lingkungan
Pada musim hujan membutuhkan lebih banyak kalori
dibanding dengan musim panas. Demikian pula pada tempat yang
dingin lebih tinggi dari pada tempat 20 pada suhu panas. Dimana
32
tambahan kalori pada tempat dingin diperlukan untuk
mempertahan suhu tubuh.
c. Dampak kekurangan gizi bagi tubuh
Konsumsi makan berpengaruh terhadap status gizi
seseorang.Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi
mungkin.Status gizi kurang terjadi apabila tubuh mengalami
kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial.Status gizi lebih terjadi bila
tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga
menimbulkan efek toksik atau membahayakan. Akibat gizi kurang
pada proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan
kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses seperti
pertumbuhan tidak optimal, produksi tenaga kurang untuk bergerak,
bekerja dan melakukan aktivitas, pertahanan tubuh menurun,
terganggunya fungsi otak dan perilaku yang tidak tenang. (Almatsier,
2009)
Gizi lebih dapat menyebabkam kegemukan atau obesitas.
Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam jaringan dalam
bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu fsktor resiko dalam
terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti hipertensi atau tekanan
33
darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung koroner, hati dan
kantung empedu (Almatsier,2009)
d. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi
tujuh penilaian yaitu:
1) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh
manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
berhubungan dengan barbagai macam pengukuran dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan
tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Menurut Depkes RI (2009), antropometri merupakan
metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status gizi.
Cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa berumur >18
tahun serta tidak dapat diterapkan pada wanita hamil.Metode ini
menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB).Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan
penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT). Penilaian berdasarkan
IMT adalah untuk mengetahui status gizi orang dewasa berusia 18
tahun atau lebih yaitu dengan pengukuran berat dan tinggi badan.
34
Dari perhitungan IMT, dilakukan penilaian status gizi dengan
klasifikasi sebagai berikut :
Tabel 2.2. status gizi berdasarkan perhitungan indeks masa
tubuh
IMT Status gizi Kategori
< 17.0 Gizi Kurang Kurus
18.5 – 24.9 Gizi Baik Normal
>25 Gizi Lebih Gemuk
Sumber : Depkes Depkes RI. Pedoman Kecukupan Gizi Pekerja Selama
Bekerja. Direktorat Bina Kesehatan Kerja (2009).
2) Pemeriksaan Klinis
Metode ini sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat, metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang
terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini
dapat dilihat pada jarinagn epitel seperti: kulit, rambut, mata dan
mukosa oral.
3) Pemerikasaan Biokimia
Pemeriksaan laboratorium (biokimia), dilakaukan
melalui pemeriksaan spesimen jaringan tubuh (darah, urin, tinja,
hati dan otot) yang diuji secara 21 laboratoris terutama untuk
mengetahui kadar hemoglobin, feritin, glukosa, dan kolesterol.
Pemerikaan biokimia bertujuan mengetahui kekurangan gizi
spesifik (Irianto, 2007)
4) Pemeriksaan Biofisik
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat kemampuan
fungsi serta perubahan struktur jaringan. Pemerikasaan biofisik
35
bertujuan mengetahui situasi tertentu, misalnya pada orang yang
buta senta (Irianto, 2007)
5) Survei konsusmsi makanan
Survei konsusmsi makanan adalah metode penentuan
status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis
zat gizi yang dikonsumsi oleh individu. Pengumpilan data survai
konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai makanan yang mengandung zat gizi pada masyarakat,
keluarga dan individu. Survai konsumsi makanan dapat
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.
6) Statistik vital
Pemerikasaan dilakukan dengan menganalisis data
kesehatan seperti angka kematian, angka kesakitan dan kematian
akibat hal yang berhubungan dengan gizi. Pemeriksaan ini
bertujuan menemukan indikator tidak langsung status gizi
masyarakat
4. Hubungan Kebisingan dan Kelelahan Kerja
Suara dari lingkungan akan diterima daun telinga dan liang
telinga yang merupakan bagian telinga luar. Semua bunyi yang mencapai
telinga kita sebenarnya merupakan tenaga suatu gelombang suara.
Selanjutnya gelombang suara akan menggetarkan gendang telinga
(membrane tympani) yang merupakan selaput tipis dan transparan.
Selanjutnya getaran-tersebut mulai sampai ke telinga tengah yang berisi
36
tulang-tulang pendengaran. Tulang tersebut antara lain tulang-tulang
malleus, incus dan stapes.Sebagian tulang malleus melekat pada sisi dalam
gendang telinga dan akan bergetar bila membran tympani bergetar. Tulang
stapes berhubugan dengan selaput oval window (tingkat oval) yaitu telinga
bagian dalam. Karena ketiga tulang pendengaran saling bersendi satu sama
lain maka akan menjembatani getaran dari gendang telinga, memperkeras
dan menyampaikan ke telinga dalam(Watson, 2002).
Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat
menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan pendengaran
primer yang akan menyebabkan sensasi suara gemuruh dan berdenging
(suma’mur,2009)
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan
pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan efek
pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidur dan sesak napas disebabkan
oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ dan
keseimbangan elektrolit. Melalui makanisme hormonal adrenalin, yang
dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan tekanan darah.
Suara yang terlalu bising dan berlangsung lama dapat
menimbulkan stimulasi daerah di dekat area penerimaan pendengaran
primer yang akan menyebabkan sensasi suara gemuruh dan berdenging.
Timbulnya sensasi suara ini akan menyebabkan pula stimulasi nucleus
ventralateralis thalamus yang akan menimbulkan inhibisi implus dari
37
umparan otot (musclespindle) dengan kata lain akan menggerakkan atau
menguatkan system inhibisi atau penghambat yang berada pada thalamus
(Chusid, J. G, 1992).
Konsep kelelahan merupakan hasil penelitian terhadap
manusia. Konsep tersebut menyatakan bahwa keadaan dan perasaan lelah
adalah reaksi fungsional pusat kesadaran yaitu otak (cortex cerebri), yang
dipengaruhi oleh dua sistem antagonisis yaitu sistem penghambat
(inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi). Sistem penghambat bekerja
terhadap thalamus yang mampu menurunkan kemampuan manusia
bereaksi dan menyebabkan kecenderungan untuk tidur. Adapun sistem
penggerak terdapat dalam formasio retikularis (formatio reticularis) yang
dapat merangsang pusat vegetatif untuk konversi ergrotopis dari organ
dalam tubuh ke arah kegiatan bekerja. Maka berdasarkan konsep tersebut,
keadaan seseorang pada suatu saat sangat tergantung kepada hasil kerja
antara dua sistem antagonistis yang dimaksud. Apabila sistem penghambat
berada pada posisi lebih kuat daripada system penggerak, berarti seseorang
berada dalam kondisi lelah. Sebaliknya, jika sistem penggerak lebih kuat
dari sistem penghambat, maka seseorang berada dalam keadaan bugar
untuk aktif dalam kegiatan termasuk bekerja. Konsep ini dapat dipakai
untuk menerangkan peristiwa yang sebelumnya tidak dapat dijelaskan.
Misalnya pada peristiwa dimana seseorang yang lelah kemudian secara
tiba-tiba kelelahannya hilang karena terjadi suatu peristiwa yang tidak
diduga atau terjadi tegangan emosi. Dalam hal itu, sistem penggerak tiba-
38
tiba terangsang dan dapat menghilangkan pengaruh dari sistem
penghambat. Demikian pula pada peristiwa monotoni, kelelahan terjadi
karena kuatnya hambatan dari sistem penghambat, walaupun sebenarnya
beban kerja tidak terlalu berat (Suma’mur, 2009).
5. Hubungan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja
Manusia yang sehat dan mendapatkan makanan yang cukup,
baik kualitas maupun kuantitasnya maka akan memiliki kemampuan yang
maksimal dalam menjalani hidupnya. Kemampuan maksimal ini
disebutkan kapasitas kerja orang dewasa. Namun apabila energi yang
diperoleh dari makanan tidak cukup, maka orang akan bekerja dibawah
kapasitas kerja seharusnya. Secara keseluruhan kandungan energi yang
rendah dalam makanan akan membawa dampak berupa penurunan
kegiatan otot, efisiensi kerja otot rendah dan lama waktu bekerja
berkurang. Dengan adanya gangguan ini maka kapasitas kerja secara
keseluruhan menjadi berkurang dan keadaan ini tentunya akan
menyebabkan penurunan produktivitas kerja (Moehji, 2003).
Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh
melalui peredaran darah. Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti reaksi
kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga,
panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan
yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali
dengan adanya oksigen dari pernafasan sehingga memungkinkan otot-otot
bisa bergerak secara kontinu dan keseimbangan kerja bisa dicapai dengan
39
baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan
terjadi karena terakumulasinya produk sisa dalam otot atau peredaran
darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses
pemulihan.
Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi dari gizi
dan makanan yang didapat, dengan semua itu akan memberikan semangat
kerja tiap karyawan untuk memacu prestasi sehingga produktivitas kerja
karyawan akan tercapai. Kesehatan tenaga kerja dan produktivitas kerja
erat kaitannya dengan tingkat atau keadaan gizi. Seseorang tenaga kerja
dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja yang lebih
baik, begitu pula sebaliknya. Tenaga kerja memerlukan makanan yang
bergizi untuk pemeliharaan tubuh, untuk perbaikan dari sel-sel dan
jaringan, untuk pertumbuhan sampai masa tertentu dan untuk melakukan
kegiatan termasuk pekerjaan. Seseorang tenaga kerja dengan keadaan gizi
yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih
baik, begitu pula sebaliknya pada tenaga kerja dengan keadaan gizi yang
buruk dan dengan beban kerja yang berat akan mengganggu kerja dan
mempercepat kelelahan (Budiono, dkk., 2003).
40
B. Kerangka Berpikir
Keteranangan :
= Diteliti
= Tidak Diteliti
C. Hipotetis
“Adanya pengaruh kebisingan dan status gizi terhadap kelelahan kerja”.
Faktor eksternal :
1. Beban Kerja
2. Kondisi
lingkungan
kerja
3. Sikap kerja
4. Shift kerja
Faktor Internal :
1. Usia
2. Jenis
kelamin
3. Masa kerja
4. Kondisi
psikologis
5. Stress kerja
6.
1. Frekuensi
makan
2. Jenis
makanan
Kelelahan kerja
Status gizi
Kecukupan energi
Aktivitas fisik
Penimbunan asam laktat
Kebisingan
Stimulasi di area
pendengaran
Reaksi fungsional dari
pusat kesadaran
Sistem penghambat
meningkat Penurunan kemampuan otot