BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... ·...

12
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuh Orang tua merupakan tokoh sentral dalam proses pendewasaan anak, karena seorang anak lahir dalam lingkungan keluarga dan orang tua merupakan pemimpin dalam keluarga. Tugas utama orang tua adalah mendidik, memberi kasih sayang serta memberi perlindungan bagi anak. Keluarga sebagai lingkungan yang sangat berpengaruh bagi anak akan memberi dampak yang besar bagi anak. Keluarga itu memberi pengaruh baik atau buruk bagi anak akan berpengaruh juga terhadap tumbuh kembang dan kepribadian anak. Orang tua berperan peting dalam proses penerapan nilai-nilai, norma dan kasih sayang yang berkaitan dengan kepribadian anak melalui suatu interaksi dalam keluarga. Menurut Singgih D. Gunarsa (2000: 55) pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh yang diterapkan. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik anak, hal ini berhubungan erat dari latar belakang keluarga, pendidikan serta lingkungan keluarga yang berbeda-beda yang didapat orang tua. Berdasarkan pengalaman serta pendidikan yang didapat oleh orang tua, membuat orang tua memiliki cara mengasuh anak yang berbeda- beda. 1. Pengertian Pola Asuh Singgih (dalam Kristina 2012) menyatakan pola asuh orang tua merupakan perilaku orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginannya. Kekuasaan yang dimaksud adalah otoritas orang tua sebagai tokoh sentral dalam keluarga yang mengatur dan membina dalam mendidik anak untuk menjadi mandiri. Menurut Habibi (2006) pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberi aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Pola asuh orang tua yang

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... ·...

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pola Asuh

Orang tua merupakan tokoh sentral dalam proses pendewasaan anak,

karena seorang anak lahir dalam lingkungan keluarga dan orang tua

merupakan pemimpin dalam keluarga. Tugas utama orang tua adalah

mendidik, memberi kasih sayang serta memberi perlindungan bagi anak.

Keluarga sebagai lingkungan yang sangat berpengaruh bagi anak akan

memberi dampak yang besar bagi anak. Keluarga itu memberi pengaruh

baik atau buruk bagi anak akan berpengaruh juga terhadap tumbuh

kembang dan kepribadian anak. Orang tua berperan peting dalam proses

penerapan nilai-nilai, norma dan kasih sayang yang berkaitan dengan

kepribadian anak melalui suatu interaksi dalam keluarga.

Menurut Singgih D. Gunarsa (2000: 55) pola asuh orang tua merupakan

perlakuan orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua menunjukkan

kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan keinginan anak. Kekuasaan

atau cara yang digunakan orang tua cenderung mengarah pada pola asuh

yang diterapkan. Setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam

mendidik anak, hal ini berhubungan erat dari latar belakang keluarga,

pendidikan serta lingkungan keluarga yang berbeda-beda yang didapat

orang tua. Berdasarkan pengalaman serta pendidikan yang didapat oleh

orang tua, membuat orang tua memiliki cara mengasuh anak yang berbeda-

beda.

1. Pengertian Pola Asuh

Singgih (dalam Kristina 2012) menyatakan pola asuh orang tua

merupakan perilaku orang tua dalam interaksi yang meliputi orang tua

menunjukan kekuasaan dan cara orang tua memperhatikan

keinginannya. Kekuasaan yang dimaksud adalah otoritas orang tua

sebagai tokoh sentral dalam keluarga yang mengatur dan membina

dalam mendidik anak untuk menjadi mandiri.

Menurut Habibi (2006) pola asuh merupakan sikap orang tua dalam

berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara

orang tua memberi aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang

tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan

perhatian serta tanggapan terhadap anaknya. Pola asuh orang tua yang

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

6

diterapkan pada anak yang mencerminkan hubungan keluarga yang

sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak

(Shochib, 2001).

Sejalan dengan pendapat para ahli di atas bahwa pola asuh

berhubungan dengan interaksi anak dengan orang tua, Gunarsa (2002)

menggungkapkan pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak

dengan orang tua yang meliputi bukan hanya pemenuh kebutuhan fisik

(makan, pakaian, dan lain sebagainya) dan kebutuhan psikologis (afeksi

atau perasaan) tetapi juga norma-norma yang berlaku di masyarakat

agar anak dapa hidup selaras dengan lingkungan.

Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh

orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi antara orang tua dengan

anak, dimana orang tua bermaksud menstimulasi anak dengan

mengubah tingkah laku, memberi pengetahuan serta nilai-nilai yang

dianggap paling tepat oleh orang tua, agar anak dapat mandiri, tumbuh

dan berkembang secara sehat dan optimal.

2. Macam - Macam Pola Asuh

Pola atau cara pemahaman nilai dan aturan dalam masyarakat

dituangkan oleh orang tua dengan berbagai cara yang berbeda-beda.

Kebiasaan dan tingkah laku orang tua dalam mendidik anak akan

mempengaruhi perkembangan anak nantinya. Macam-macam pola asuh

yang diterapkan orang tua terhadap anak yang dampaknya nantinya

dapat juga dilihat dalam proses perkembangan dan pertumbuhan anak

dalam masyarakat.

Menurut Hurlock (dalam Kristina, 2012) jenis -jenis pola asuh orang

tua meliputi: pola asuh otoriter, pola asuh demokratis dan pola asuh

permisif.

a. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh secara umum dapat diartikan kepatuhan yang mutlak,

hal ini berarti seseorang akan dapat dan tunduk terhadap

kehendaknya dan keinginanya orang tua. Powell dan Hospon

berpendapat orang tua yang otoriter selalu mengontrol dan

biasanya percaya pada pepatah yang tidak menghukum berarti

memanjakan anak (dalam Kristina, 2012).

Pola asuh otoriter menurut Baumrind (dalam Kharisma, 2011)

adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum yang

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

7

mendesak individu untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk

menghormati pekerjaan dan usaha. Pola asuh yang menetapkan

standar mutlak yang harus dituruti. Kadang disertai dengan

ancaman. Orang tua seperti itu akan membuat anak tidak percaya

diri, penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar

menentang, suka melanggar norma, kepribadian lemah dan sering

menarik diri dari lingkungan sosial.

Kekurangan dari pola asuh ini menurut Adek, bawa pola asuh

otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut,

pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka

melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas, dan menarik diri.

Pola asuh ini akan menghasilkan anak dengan tingkah laku pasif dan

cenderung menarik diri. Sikap orangtua yang keras akan

menghambat inisiatif anak. Sementara itu Dewi menjelaskan bahwa,

di sisi lain anak yang diasuh dengan pola asuh otoriter cenderung

memiliki kompetensi dan tanggungjawab seperti orang dewasa

(dalam Joko dkk, 2009).

b. Pola Asuh Demokratis

Prasetya (2003) pola asuh demokratis merupakan pola asuh

dimana orang tua lebih memprioritaskan kepentingan anak

dibandingkan dirinya, tetapi mereka tidak ragu-ragu mengendalikan

anaknya. Sedangkan menurut Hurlock (2006) menyatakan metode

demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk

membentuk anak mengerti perilaku tertentu yang diharapkan.

Mereka berani menegur anak agar memiliki sikap, pengetahuan dan

keterampilan-kererampilan yang mendasar kehidupan anaknya

dimasa mendatang.

Suherman (dalam Kristina, 2012) menyatakan bahwa orang tua

yang mempunyai karakteristik sikap demokratis memerlukan

pendapat anak dan memperlihatkan serta mempertimbangkan

keingina-keinginan anak.

Menurut Hurlock (2006) bahwa orang tua yang menerapkan

pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya kesempatan

anak untuk berpendapat mengapa anak melanggar peraturan

sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku

salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

8

benar. Pola asuh demokrati ditandai dengan ciri-ciri; 1) aturan

dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga (anak dan orang tua),

2) orang tua memperhatikan keinginan dan pendapat anaknya, 3)

anak diajak mendiskusikan untuk mengambil keputusan, 4) ada

bimbingan dan kontrol dari orang tua, 5) anak mendapat

kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, 6) anak diberi

kepercayaan dan tanggungjawab.

Kelebihan dari pola asuh menurut Dewi (dalam Joko dkk, 2009),

anak yang diasuh secara demokratis cenderung aktif, berinisiatif,

tidak takut gagal karena anak diberi kesempatan untuk berdiskusi

dalam pengambilan keputusan di keluarga. Orang tua memberikan

pengawasan terhadap anak dan kontrol yang kuat serta dorongan

yang positif. Namun kekurangan dari pola asuh ini adalah tidak

menutup kemungkinan akan berkembang pada sifat membangkang

dan tidak mampu menyesuaikan diri.

c. Pola Asuh Permisif

Bee & Boyd menyatakan pola asuh permisif yaitu pola asuh yang

di dalamnya ada kehangatan dan toleran terhadap anak, orang tua

tidak memberikan batasan, tidak menuntut, tidak terlalu

mengontrol dan cenderung kurang komunikasi. Sedangkan Hurlock

menyatakan pola asuh permisif tidak memiliki konsekuensi,

peraturan dan hukuman bagi anak atas perbuatannya serta pola

komunikasi yang terjadi hanya satu arah saja yaitu dari anak karena

orang tua hanya mengikuti saja (dalam Rahmawan, 2012). Coloroso

(2006) menyatakan pola asuh permisif adalah sebuah keluarga yang

tidak memiliki aturan yang kuat dan tidak konsisten, seperti ada

ketegasan, namun beberapa waktu memperlihatkan perasaan dan

emosi yang sehat padahal tidak konsisten diterapkan.

Menurut Lutvita (dalam Joko dkk, 2009), anak yang diasuh

secara permisif mempunyai kecenderungan kurang berorientasi

pada prestasi, egois, suka memaksakan keinginannya, kemandirian

yang rendah, serta kurang bertanggungjawab. Anak juga akan

berperilaku agresif dan antisosial, karena sejak awal tidak diajarkan

untuk mematuhi peraturan sosial, tidak pernah diberi hukuman

ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan orangtua.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

9

Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas dapat

kita lihat bahwa pola asuh permisif sangat minim kontrolnya, dan

anak sangat dibebaskan bahkan anak terkesan dimanjakan oleh

orang tua. Orang tua tidak banyak memberi bimbingan kepada

anak, sehingga arahan untuk menjadikan anak yang mandiri

terkesan tidak ada.

Sementara itu macam-macam pola asuh menurut Shochib (2001)

menyatakan bahwa, pola asuh yang paling efektif diterapkan pada anak

adalah pola asuh demokratis. Orang tua memberikan kontrol terhadap

anaknya dalam batas-batas tertentu, aturan untuk hal-hal yang esensial

saja, dengan tetap menunjukkan dukungan, cinta dan kehangatan

kepada anaknya.

3. Aspek – Aspek dalam Pola Asuh

Menurut Hurlock (1999) mengunakan empat aspek pola asuh orang

tua, yaitu kontrol orang tua, hukuman dan hadiah, komunikasi dan

disiplin.

a. kontrol orang tua, yaitu usaha yang dilakukan orang tua untuk

membatasi pola asuh anak yang didasarkan pada sasaran yang

bertujuan memodifikasi perilaku anak

b. hukuman dan hadiah, yaitu usaha orang tua dalam memberikan

hukuman dan hadiah yang didasarkan pada perilaku anak

c. komunikasi, yaitu usaha pencapaian informasi antara orang tua dan

anak yang didalamnya bersifat mendidik, menghibur dan

pemecahan masalah

d. disiplin, yaitu usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk

mendisiplinkan anak dan mengajarkan nilai agar anak bisa

menghargai dan menaati peraturan yang berlaku.

Sedangkan menurut Baumrind (dalam Nia, 2006) aspek-aspek pola

asuh orang tua adalah strictness, supervision, acceptance, dan

involment.

a. Strictness, yaitu tingkat keketatan orang tua dalam membuat banyak

peraturan untuk mengatur perilaku anak.

b. Supervision, yaitu tingkat pengawasan orang tua terhadap perilaku

dan aktivitas anak.

c. Acceptance, yaitu tingkat penerimaan orang tua terhadap perilaku

anak.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

10

d. Involment yaitu tingkat keterlibatan orang tua dalam kehidupan

anak.

Aspek-aspek pola asuh orang tua yang diungkapkan menurut para

ahli dapat menjadi tolak ukur atau indikator dalam menganalisis jenis

pola asuh itu sendiri. Penelitian yang dilakukan kali ini menggunakan

aspek pola asuh menurut Hurlock (1999) yaitu kontrol hukuman dan

hadiah, komunikasi dan disiplin. Aspek aspek ini kemudian dikorelasikan

dengan ciri-ciri pola asuh demokratis menurut Hurlock yaitu :

a. Ada bimbingangan dan kontrol dari orang tua serta kepercayaan

yang bertanggung jawab.

b. Terjalinnya komunikasi yang baik, keputusan dilakukan bersama dan

memperhatikan pendapat dari anak.

c. Aturan dibuat bersama oleh seluruh anggota keluarga (anak dan

orang tua).

B. Prestasi Belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 895) menyatakan bahwa “prestasi

belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Slameto (2003) berpendapat

prestasi belajar merupakan performance dan kopetensinya dalam mata

pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran

dalam satu satuan waktu yang bisa berupa semester atau tahun pelajaran.

Performance dan kopetensi tersebut meliputi: ranah kognitif seperti

informasi dan pengetahuan /knowledge, konsep diri dan prinsip

(understanding), pemecahan masalah dalam kreatifitas; ranah

psikomotorik/skill; dan ranah efektif seperti perasaan, sikap, nilai dan

intergritas pribadi.Prestasi belajar juga tidak dapat dipisahkan dengan yang

namanya belajar.

Prestasi belajar adalah capaian dari suatu proses belajar. Belajar

merupakan suatu aktifitas mental maupun psikis, yang berlangsung dalam

interaksi aktif dangan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan

(bersifat relative konstan dan berbekas) dalam pengetahuan pemahaman,

keterampilan dan nilai sikap. Belajar dapar menghasilkan perubahan, namun

terdapat perubahan yang bukan akibat dari belajar, sehingga tidak semua

perubahan adalah akibat dari belajar (Winkel, 2004). Belajar ditandai

dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

11

proses belajar dapat ditunjukan dalam bentuk seperti perubahan

pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,

keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

perimannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana, 2008).

Belajar dapat disimpulkan merupakan hasil pengalaman yang diterima dari

interaksi dengan sekelilingnya.

Penilaian dalam melihat seorang anak dapat menerima pembelajaran

adalah dengan melihat prestasi belajarnya. Suryabrata (dalam Kristina,

2012) mengemukakan prestasi belajar merupakan penilaian hasil usaha

kegiatan hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf,

maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

pelajar atau prestasi belajar diartikan sebagai tingkatan penguasaan yang

dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar dengan

tujuan pendidikan yang ditetapkan. Simbol, angka, huruf maupun kalimat

bisa kita jumpai dalam raport yang melaporkan hasil setelah proses belajar

dalam kurun waktu tertentu. Nilai-nilai yang tertera tersebut merupakan

penjumlahan nilai dari seluruh mata pelajaran yang diperoleh siswa dalam

satu semester. Dengan demikian besar kecilnya nilai yang diperoleh

menunjukkan besar kecilnya prestasi yang dicapai.

Indikator dari belajar dapat dilihat dari prestasi belajar seorang anak.

Terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong dan mempengaruhi suatu

keberhasilan dalam prestasi belajar. Slameto (2003) mengungkapkan bahwa

faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi

prestasi belajar siswa. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah(kesehatan,

cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, kesiapan) dan kelelahan. Faktor eksternal meliputi faktor

keluarga (cara orang tua mendidik, latar belakang kebudayaan), faktor

sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin

sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, standar pengajaran di atas ukuran,

keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah) dan faktor masyarakat

(teman bergaul serta bentuk kehidupan masyarakat).

Hal yang sama dinyatakan menurut Sumadi Suryabrata (2002 : 233)

mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

adalah:

a. Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) terdiri dari :

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

12

1) Faktor non sosial seperti udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-

alat yang dipakai belajar

2) Faktor sosial seperti faktor manusia

b. Faktor yang berasal dari dalam diri (internal) terdiri dari :

1) Faktor Fisiologis seperti jasmani

2) Faktor psikologis seperti perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi,

ingatan, berpikir, dan motif, minat.

C. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar siswa pada pelajaran matematika adalah usaha belajar

yang dicapai seorang anak didik yang ingin meraih cita-cita serta memiliki

tujuan berupa kecakapan pengetahuan pasti dan eksak dalam materi yang

dipelajari melalui proses belajar di sekolah dengan melakukan evaluasi atau

pemberian tes (Susanti, 2005).

Syair (Dalam Dimas, 2012) mengungkapkan bahwa prestasi belajar

matematika adalah tingkat penguasan yang dicapai siswa dalam mengikuti

proses belajar matematika sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan Surybrata mengungkapkan, prestasi belajar adalah kemampuan

siswa yang didapat dari proses belajar, biasanya dinyatakan atau

diwujudkan dalam bentuk nilai rapor yang diperoleh dari hasil pengukuran.

Berdasarkan pendapat Suryabrata mengenai prestasi belajar matematika

Hardina (2008) mengungkapkan bahwa prestasi belajar matematika adalah

suatu kemapuan siswa yang didapat setelah mengikuti kegiatan belajar

matematika di sekolah, biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai rapor.

Berdasarkan pernyataan di atas mengenai prestasi belajar matematika

yang dikemukakan, maka tolak ukur prestasi belajar matematika dalam

penelitian ini menggunakan nilai raport sebagai inikator pencapaian prestasi

belajar matematika.

D. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Penelitian yang diungkapkan oleh Kristina (2012) mengungkapkan

bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa ditinjau dari pola asuh

orang tua pada mata pelajaran PKn kelas VIII SMP Negeri 2 Kecamatan

Susukan Kabupaten semarang semester II Tahun 2011/2012. Hal

tersebut diketahui dari signifikasinya 0,002 dan 0,001. Dimana p atau

signifikasinya tersebut lebih kecil dari 0,005 hal ini berarti bahwa

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

13

terdapat perbedaan yang signifikan antara perbedaan tersebut berlaku

pada populasinya. Dari hasil Ttes dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar siswa berdasar pola

asuh orang tua, dimana pola asuh Authoritarian dan Authoritative

menghasilkan prestasi belajar yang paling tinggi.

2. Berdasarkan hasil penelitian Yusniyah (2008) yang dilakukan di MTS AL-

FALAH Jakarta Timur , diperoleh angka indeks korelasi sebesar 0,605,

kemudian angka ini di interpretasikan pada interpretasi secara

sederhana angka indeks korelasi yang diperoleh ternyata terletak antara

0,40 - 0,70 dengan ini berarti terdapat korelasi yang positif yang

signifikan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa.

Sedangkan dalam interpretasi dengan menggunakan Table Nilai “r”

Product Moment, ternyata “r” hitung lebih besar dari pada “r” table,

baik pada taraf signifikansi 5 % maupun 1 %. Dengan demikian Hipotesa

Alternatif (Ha) diterima atau disetujui, sedangkan Hipotesa Nol (Ho)

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar

siswa sangat bergantung pada pola asuh yang diterapkan oleh orang tua

di rumah. Semakin demokratis pola asuh yang diterapkan oleh orang

tua, maka akan semakin tinggi prestasi belajar siswa.

Berdasarkan penelitaian tersebut menjadikan dasar atau alasan adanya

pengaruh yang signifikan antara pola asuh dengan prestasi belajar yang

dapat menguatkan penelitan yang akan dilakukan.

E. Hubungan Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dan Prestasi Belajar

Matematika

Tugas orang tua adalah membantu anak dalam menyiapkan masa

depannya. Orang tua sebagai pemimpin keluarga berperan aktif membantu

mendampingi anak untuk dapat mengawasi dalam proses belajar di sekolah

maupun di rumah. Perhatian dan komunikasi orang tua dalam mendidik

anak diharapkan dapat membangun hubungan serta motivasi anak untuk

belajar lebih giat untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Pola asuh

demokratis orang tua yang mengedepankan kepentingan anak membawa

rasa nyaman anak terhadap lingkungan di keluarga, dengan lingkungan

keluarga yang baik akan membawa suasana belajar anak menjadi kondusif

dan nyaman dalam proses pendidikan anak.

Yusniyah (2008) mengungkapkan bahwa pola asuh demokratis orangtua

memberi kebebasan dan kesempatan luas dalam mendiskusikan segala

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

14

permasalahan, memberi hak yang sama serta kepercayaan, akan membuat

anak nyaman dalam keluarganya sehingga dapat belajar dengan baik

sehinga anak dapat berprestasi di sekolah.

F. Kerangka Berfikir

Prestasi belajar matematika dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor interal adalah faktor yang berasal dari

diri siswa yang mencangkup fisiologis dan psikologis. Faktor eksternal adalah

faktor dari luar siswa yang mencangup lingkungan. Lingkungan mencangkup

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Lingkungan keluarga mencangkup cara orang tua mengasuh dan

mendidik anak, dengan menerapkan pola asuh tertentu. Pola asuh

demokratis salah satu bentuk dari berbagai macam bentuk pola asuh,

metode ini menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk

membentuk anak mengerti perilaku tertentu yang diharapkan (Hurlock,

2006). Dengan metode pola asuh demokratis seperti itu, maka suasana

dalam keluarga terjalin, hubungan, komunikasi dan perhatian orang tua

yang akan membuat suasana dalam lingkungan kondusif dan baik.

Pola asuh demokratis menunjukan bahwa anak diutamakan oleh orang

tua, hal ini membuat anak akan merasa nyaman, keberadaan anak

disamakan dan anak memiliki kepribadian yang baik. Ketika anak nyaman

dalam keluarganya dan memiliki kepribadian baik dalam lingkungan sekolah

dan masyarakat juga akan diterapkan. Anak akan menerapkan hasil didik

orang tua ke dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Orang tua yang

menerapkan pola asuh demokratis tidak akan membiarkan anak begitu saja

diluar lingkungan keluarga, orang tua akan memberikan kontol dan

hubungan yang bertangung jawab agar anak tidak lepas dari perhatian

orang tua. Orang tua juga memberikan anak kebebasan dalam bersosialisasi

dengan orang lain dengan penuh tanggungjawab. Dengan demikian anak

akan merasa bebas namun dengan batasan-batasn tertentu yang penuh

tanggungjawab dan perhatian dan kontrol dari orang tua

Pola pengasuhan demokratis yang menimbulkan suasana yang kondusif

dalam keluarga akan mempengaruhi faktor internal yang ada dalam diri

anak. Dalam fisiologis atau jasmani anak orang tua memperhatikan

kesehatan dan kebugaran anak. Orang tua juga membing anak dalam

mencapi prestasi belajar.

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

15

Pemaparan tersebut menunjukan bahwa pola asuh demokratis orang

tua mempengaruhi faktor dalam berprestasi. Pola asuh demokratis orang

tua mempengaruhi dalam lingkungan keluarga sehinga mempengaruhi juga

lingkungan-lingkungan yang lain melalui pola asuh tersebut. Pola asuh

demokratis orang tua juga mempengaruhi faktor internal anak dengan

memperhatikan tumbuh kembang dan kebugaran anak serta member

dukungan anak dalam berprestasi di sekola. Hubungan tersebut di

gambarkan dalam diagram Gambar 2.1 dibawah ini:

Gambar 2.1

Keterangan :

PB : Prestasi Belajar

FE : Faktor Eksternal

FI : Faktor Internal

NS : Non Sosial

S : Sosial

J : Jasmani

P : Psikologis

LK : Lingkungan Keluarga

LS : Lingkungan Sekolah

LM : Lingkungan Masyarakat

PD : Pola Asuh Demokratis

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Pola Asuhrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7512/2/T1... · 2016-06-27 · sehat dan bahagia menimbulkan dorongan berprestasi pada anak (Shochib ...

16

G. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas, penelitian ini merumuskan hipotesis

penelitian yang akan diteliti sebagai berikut:

Hipotesa Alternatif (H1) :Ada pengaruh positif yang signifikan

antara pola asuh demokratis orang tua

dengan prestasi belajar matematika.

Hipotesa Nihil (Ho) :Tidak ada pengaruh positif yang

signifikan antara pola asuh demokratis

orang tua dengan prestasi belajar

matematika.