BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pertumbuhan...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pertumbuhan...
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan
ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara
untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada
penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan
penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini
mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa
terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua,
teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang
menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka
macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas
dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan
idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat
manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57).
Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses,
output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu
“proses” bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat
aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu
perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya
pada perubahan atau perkembangan itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output
perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori
mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk.
Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan
output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah
pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama
jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan
kecenderungan yang meningkat (Boediono, 1992:1-2).
Sejak lama ahli-ahli ekonomi telah menganalisis faktor-faktor
penting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan kepada
pertumbuhan ekonomi yang berlaku diberbagai negara dapat disimpulkan
bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan
suatu negara adalah: kekayaan sumber daya alam dan tanahnya, jumlah dan
mutu tenaga kerja, barang-barang modal yang tersedia, tingkat teknologi yang
digunakan dan sistem sosial dan sikap masyarakat.
Beberapa teori yang menerangkan mengenai hubungan diantara
berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Pandangan-
pandangan teori tersebut antara lain :
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu : jumlah penduduk,
jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta
tingkat teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa
pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi
Universitas Sumatera Utara
klasik terutama menitikberatkan perhatiaannya kepada pengaruh
pertambahan penduduk pada pertumbuhan ekonomi.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik hukum hasil
tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi. Ini berarti pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus
berlangsung. Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan
alam relatif berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang
dibuat adalah tinggi. Maka pengusaha akan mendapat keuntungan yang
besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan pertumbuhan ekonomi
terwujud. Keadaan seperti ini tidak akan terus menerus berlangsung.
Apabila penduduk sudah terlalu banyak, pertambahannya akan
menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena produktivitas setiap
penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran masyarakat menurun
kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat kemakmuran yang sangat
rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi dikatakan telah mencapai
keadaan tidak berkembang (Stasionary State). Pada keadaan ini
pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup (subsistence).
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik setiap masyarakat tidak akan
mampu menghalangi terjadinya keadaan tidak berkembang tersebut.
Teori pertumbuhan ekonomi klasik melihat bahwa apabila terdapat
kekurangan penduduk, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada
pendapatan perkapita. Maka pertambahan penduduk akan menaikkan
pendapatan perkapita. Akan tetapi apabila pemduduk sudah semakin
banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marginal akan mulai
mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan
pendapatan perkapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan pada suatu
jumlah penduduk yang tertentu produksi marginal telah sama dengan
pendapatan perkapita. Pada keadaan ini pendapatan perkapita mencapai
nilai yang maksimum. Jumlah penduduk pada waktu itu dinamakan
penduduk optimum.
2. Teori Pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar ini dikembangkan oleh dua
ekonom sesudah Keynes yaitu Evsey Domar dan Sir Roy F. Harrod. Teori
Harrod-Domar ini mempunyai asumsi yaitu:
1. Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan
barang-barang modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara
penuh.
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor
perusahaan.
3. Besarnya tabungan proporsional dengan besarnya pendapatan nasional.
4. Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS)
besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output (Capital-Output
Ratio atau COR) dan rasio pertambahan modal-output (Incremental
Capital-Output Rratio atau ICOR).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan
suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk
mengganti barang-barang modal yang rusak. Namun demikian untuk
menumbuhkan perekonomian tersebut, diperlukan investasi-investasi baru
sebagai tambahan stok modal. Hubungan tersebut telah kita kenal dengan
istilah rasio modal-output (COR). Dalam teori ini disebutkan bahwa, jika ingin
tumbuh, perekonomian harus menabung dan menginvestasikan suatu proporsi
tertentu dari output totalnya. Semakin banyak tabungan dan kemudian di
investasikan, maka semakin cepat perekonomian itu akan tumbuh (Lincolyn,
2004:64-67).
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan
Menurut teori ini garis besar proses pertumbuhan mirip dengan teori
Harrod-Domar, dimana asumsi yang melandasi model ini yaitu:
1. Tenaga kerja (atau penduduk) tumbuh dengan laju tertentu, misalnya P per
tahun.
2. Adanya fungsi produksi Q = f (K, L) yang berlaku bagi setiap periode.
3. Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh masyarakat
yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output (Q). Tabungan
masyarakat S = sQ; bila Q naik S juga naik, dan sebaliknya.
4. Semua tabungan masyarakat di investasikan S = I = ΔK.
Sesuai dengan anggapan mengenai kecenderungan menabung, maka
dari output disisakan sejumlah proporsi untuk ditabung dan kemudian di
Universitas Sumatera Utara
investasikan. Dengan begitu, maka terjadi penambahan stok kapital
(Boediono, 1992: 81-82).
B. Pengertian Investasi
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran
penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Sukirno, 2006:121).
Dalam praktiknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman
modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai
investasi (atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi
pengeluaran-pengeluaran sebagai berikut :
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan.
2. Pengeluaran untuk mendirikan rumah tempat tinggal, bangunan kantor,
bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah
dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun
perhitungan pendapatan nasional.
Adapun ciri-ciri dari investasi antara lain:
a. Memiliki manfaat yang umumnya lebih dari satu tahun.
b. Nialinya relatif besar dibandingkan dengan nilai output yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
c. Manfaat dari penggunaan barang tersebut dapat dirasakan untuk jangka
waktu yang panjang.
1. Jenis-Jenis Investasi
Adapun jenis-jenis investasi antara lain :
Autonomous Investment.
Investasi ini dilakukan oleh pemerintah (public investment), karena di
samping biayanya sangat besar juga investasi ini tidak memberikan
keuntungan, maka swasta tidak akan sanggup melakukan investasi
jenis ini karena tidak memberikan keuntungan secara langsung.
Induced Investment.
Investasi ini timbul akibat adanya pertambahan permintaan efektif
yang terjadi di pasar, di mana kenaikan permintaan efektif ini
disebabkan adanya peningkatan pendapatan masyarakat.
Domestic Investment dan Foreign Investment.
Domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri,
sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing.
4. Gross Investment dan Net Investment.
Gross investment adalah total seluruh investasi yang diadakan atau
dilaksanakan pada suatu waktu. Net investment adalah selisih antara
investasi bruto dengan penyusutan.
Di Indonesia, investasi atau penanaman modal dapat diklasifikasikan
menjadi dua bagian, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
PMDN adalah bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk
hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun
swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disisihkan/
disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut
tidak diatur dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 1 Tahun
1967 tentang PMA yang mengatur mengenai pengertian modal asing
(Widjaya, 2005: 23). Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri
tersebut dapat secara perorangan dan ataupun merupakan badan hukum
yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. PMDN
adalah penggunaan kekayaan, baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk menjalankan usaha menurut ketentuan Undang-
Undang Penanaman Modal.
2. Penanaman Modal Asing (PMA).
PMA hanyalah meliputi PMA secara langsung yang dilakukan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 dan yang
digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik
modal secara langsung menanggung resiko dari pananaman modal
tersebut (Widjaya, 2005:25).
Pengertian modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak
merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan
persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Kesimpulannya, penanaman modal asing diperlukan untuk
mempercepat pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dan
menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Investasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi investasi, yaitu :
a. Tingkat bunga.
Tingkat bunga sangat berperan dalam menentukan tingkat investasi
yang terjadi dalam suatu negara. Kalau tingkat bunga rendah, maka
tingkat investasi yang terjadi akan tinggi, karena kredit dari bank
masih menguntungkan untuk mengadakan investasi. Begitu pula
sebaliknya bila tingkat bunga tinggi, maka investasi dari kredit bank
tidak menguntungkan.
b. Marginal Efficiency of Capital (MEC).
MEC merupakan salah satu konsep yang dikeluarkan Keynes untuk
menentukan tingkat investasi yang terjadi dalam suatu perekonomian.
MEC merupakan tingkat keuntugan yang diharapakan dari investasi
yang dilakukan (return of investment). Bila keuntungan yang
diharapakan (MEC) lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku
secara riel, maka investasi akan dilakukan. Bila MEC yang
diharapakan lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku secara
riel, maka investasi tidak akan dijalankan. Bila MEC yang diharapakan
sama dengan tingkat suku bunga secara riel, maka pertimbangan untuk
mengadakan investasi sudah dipengaruhi oleh faktor lain.
Universitas Sumatera Utara
c. Peningkatan aktivitas perekonomian.
Harapan akan peningkatan aktivitas perekonomian di masa datang,
merupakan salah satu faktor penentu untuk mengadakan investasi atau
tidak. Kalau ada perkiraan akan terjadi peningkatan aktivitas
perekonomian di masa mendatang, walaupun tingkat suku bunga lebih
besar dari MEC, investasi mungkin akan tetap dilakukan oleh investor
yang instingnya tajam melihat peluang meraih keuntungan yang lebih
besar di masa yang akan datang.
d. Kestabilan politik suatu negara.
Kestabilan politik suatu negara merupakan satu pertimbangan yang
sangat penting untuk mengadakan investasi. Bila keadaan politik suatu
negara stabil, maka investor akan menanamkan investasinya, dan
sebaliknya bila keadaan politik suatu negara tidak stabil, maka investor
tidak akan menanamkan investasinya.
e. Keamanan suatu daerah.
Faktor keamanan dibutuhkan untuk menjamin keamanan investasi.
Jika suatu daerah dianggap tidak aman, sering terjadi kerusuhan (yang
bersifat etnis, agama, separatisme, kecemburuan sosial), investor tidak
akan berani menanamkan investasinya di daerah tersebut.
f. Kebijakan pemerintah.
Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi investasi. Kebijakan
pemerintah yang bersifat kondusif akan berdampak positif bagi iklim
investasi. Kebijaksanaan moneter longgar (easy monetary policy) yang
merupakan kebijakan dari pemerintah akan ditandai dengan bunga
Universitas Sumatera Utara
yang rendah atau penyaluran kredit yang tinggi, dan kebijakan fiskal
yang kondusif seperti adanya tax holiday. Tingkat pajak (keuntungan
usaha, bea masuk, pertambahan nilai) yang rendah, dan biaya energi
(listrik dan BBM) yang murah, kemudian perizinan dan birokrasi
cenderung berdampak positif bagi kegiatan investasi. Sebaliknya yang
terjadi terhadap investasi adalah negatif jika kebijaksanaan pemerintah
bersifat ketat baik di sektor moneter, fiskal, dan sektor lainnya.
g. Infrastruktur.
Infrastruktur juga merupakan faktor yang ikut mendorong terciptanya
iklim investasi yang kondusif seperti keadaan jalan yang baik,
tersedianya pelabuhan yang memadai, tersedianya sumber energi yang
dibutuhkan oleh perusahaan, tersedianya fasilitas transportasi,
telekomunikasi akan membantu menigkatkan kegiatan investasi.
Pengeluaran pemerintah (pusat dan daerah) untuk infrastruktur ini akan
dapat meningkatkan kegiatan investasi.
C. Pengertian Pengeluaran Pemerintah
Di Indonesia sendiri pengeluaran pemerintah dapat digolongkan
kedalam beberapa bentuk pengeluaran pembiayaan, diantaranya ada
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Berikut ini akan
diterangkan pengertian dari dua pengeluaran pemerintah terssebut.
1. Pengeluaran Rutin
Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh
pemerintah untuk pemeliharaan dan penyelenggaran roda pemerintahan
Universitas Sumatera Utara
sehari-hari, meliputi belanja pegawai, belanja barang, berbagai macam subsidi
(subsidi Daerah dan subsidi Harga Barang), Angsuran dan Bunga Utang
Pemerintah serta jumlah pengeluaran yang lainnya. Anggaran Belanja Rutin
memegang peranan penting untuk menunjang kelancaran mekanisme sistem
pemerintah serta upaya peningkatan efisiensi dan produktivitas, yang pada
gilirannya akan tercapainya sasaran dan tujuan setiap tahap pembangunan.
Penghematan dan efisiensi tersebut antara lain di upayakan melalui pinjaman
alokasi pengeluaran rutin, pengendalian dan kordinasi pelaksanaan pembelian
barang dan jasa kebutuhan departemen/non departemen dan pengurangan
berbagai macam subsidi secara bertahap.
2. Pengeluaran Pembangunan
Pengeluaran Pembangunan merupakan pengeluaran yang bersifat
menambah modal masyarakat dalam bentuk pembangunan fisik dan non fisik.
Pengeluaran pembangunan ditujukan untuk membiayai program-program
pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan dengan dana yang
berhasil dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada berbagai bidang
sesuai dengan prioritas yang telah direncanakan.
Ada tiga pos utama pada sisi pengeluaran, yaitu:
a. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa
b. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai
c. Pengeluaran pemerintah untuk pembayaran transfer.
Pemerintah mampu mempengaruhi tingkat pendapatan
keseimbangan menurut dua cara terpisah. Pertama, pembelian pemerintah atas
Universitas Sumatera Utara
barang dan jasa. Kedua, pajak dan transfer mempengaruhi hubungan antara
output dan pendapatan, dan pendapatan dispossible (pendapatan bersih yang
siap untuk dikonsumsi dan ditabung) yang didapat oleh sektor swasta.
Pembayaran transfer adalah pembayaran pemerintah kepada individu
yang tidak dipakai untuk menghasilkan barang dan jasa sebagai imbalannya.
Pengeluaran pemerintah berupa pembayaran subsidi atau bantuan langsung
kepada berbagai golongan masyarakat. Perubahan dari pengeluaran
pemerintah dan pajak akan mempengaruhi tingkat pendapatan. Hal ini
menimbulkan kemungkinan bahwa kebijakan fiskal dapat keadaan resesi,
pajak harus dikurangi atau pengeluaran di tingkatkan untuk menaikan output.
Jika sedang berada dalam masa makmur (booming) pajak seharusnya
dinaikkan atau pengeluaran pemerintah dikurangi.
Ada beberapa pandangan yang menerangkan mengenai hubungan
diantara pengeluaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi, pandangan
teori tersebut antara lain:
1. Pandangan Adolp Wagner
Menurut hasil pengamatan empiris Adolp Wagner terhadap negara-
negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang pada abad ke-19 menunjukkan
bahwa aktivitas pemerintahan dalam perekonomian cenderung semakin
meningkat (law of ever increasing state activity). Wagner mengukurnya dari
perbandingan pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional.
Menurut Wagner, ada beberapa hal yang menyebabkan pengeluaran
pemerintah selalu meningkat yaitu, tuntutan peningkatan pelindungan
keamanan dan pertahanan, kenaikan tingkat pendapatan masyarakat,
Universitas Sumatera Utara
urbanisasi yang mengiringi pertumbuhan ekonomi, perkembangan demokrasi
dan ketidak efisienan birokrasi yang mengiringi perkembangan pemerintah.
Secara grafik rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional
(GpC/YpC) ditunjukkan oleh kurva eksponsial sebagaimana terlihat pada
gambar berikut :
GpC/Ypc
t
Gambar II.1 Rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan nasional,
berdasarkan hukum Wagner
Menurut hukum Wagner, pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan
hubungan antara industri-industri, industri-masyarakat, dan sebagainya akan
semakin rumit dan kompleks sehingga potensi terjadi kegagalan pasar dan
eksternalitas negatif semakin besar. Sejalan dengan itu sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar II.1. secara relatif peranan pemerintah akan
semakin meningkat (Mangkoesoebroto,1993:171).
Hukum Wagner tersebut dapat di rumuskan sebagai berikut :
GpC : pengeluaran pemerintah per kapita
YpC : pendapatan nasional per kapita
t : indeks waktu
Universitas Sumatera Utara
2. Pandangan W.W. Rostow dan Musgrave
W.W. Rostow dan Musgrave menghubungkan pengeluaran
pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi. Pada tahap awal
perkembangan ekonomi, rasio investasi pemerintah terhadap total invetasi,
atau dengan perkataan lain rasio pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan
nasional adalah relatif besar. Hal ini disebabkan karena pada tahap awal ini
pemerintah harus menyediakan prasarana.
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah
tetap diperlukan untuk memacu pertumbuhan ekonomi agar tetap dapat lepas
landas. Bersama dengan itu porsi pihak swasta juga menjadi meningkat.
Peranan pemerintah masih tetap besar disebabkan oleh pada tahap ini banyak
tejadi kegagalan pasar yang di timbulkan oleh perkembangan ekonomi itu
sendiri. Banyak terjadi kasus ekternalitas negatif, misalnya pencemaran
lingkungan yang menuntut pemerintah untuk turun tangan mengatasinya.
Dalam suatu proses pembangunan menurut Musgrave, rasio investasi
total terhadap pendapatan nasional semakin besar, tapi rasio investasi
pemerintah terhadap pendapatan nasional akan mengecil. Sementara itu
Rostow berpendapat bahwa pada tahap lanjut pembangunan, tejadi peralihan
aktivitas pemerintah, dan penyediaan prasarana ekonomi kepengeluaran-
pengeluaran untuk layanan sosial seperti kesehatan dan pendidikan. Rostow
dan Musgrave, seperti halnya Wagner, melandasi pendapatannya juga
berdasarkan pengamatan terhadap pengalaman pembangunan ekonomi di
banyak negara.
Universitas Sumatera Utara
3. Pandangan Peacock dan Wiseman
Menurut Peacock-Wiseman, perkembangan ekonomi menyebabkan
pungutan pajak meningkat, yaitu meskipun tarif pajak mungkin tidak berubah
pada gilirannya mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat pula. Jadi
dalam keadaan normal, kenaikan pendapatan nasional menaikkan pula baik
penerimaan maupun pengeluaran pemerintah, apabila keadaan normal tadi
terganggu, misalnya oleh karena perang dan eksternalitas lain, maka
pemerintah terpaksa harus memperbesar pengeluarannya untuk mengatasi
gangguan dimaksud. Konsekuensinya, timbul tuntutan untuk memperoleh
penerimaan pajak yang lebih besar. Pungutan pajak yang lebih besar
menyebabkan dana swasta untuk investasi dan modal kerja semakin
berkurang. Efek ini disebut efek penggantian (displaceman effect). Postulat
yang berkenaan dengan efek ini menyatakan, gangguan sosial dalam
perekonomian menyebabkan aktivitas swasta digantikan oleh aktivitas
pemeritah.
Pengatasan gangguan acap kali tidak cukup dibiayai semata-mata
dengan pajak sehingga pemerintah mungkin juga harus meminjam dana luar
negri. Setelah gangguan teratasi, muncul kewajiban melunasi utang dan
membayar bunga. Pengeluaran pemerintah pun kian membengkak karena
kewajiban baru tersebut. Akibat .lebih lanjut adalah pajak tidak turun kembali
ke tingkat semula, meskipun gangguan telah usai.
Jika pada saat terjadinya gangguan sosial dalam perekonomian
timbul efek penggantian, maka sesudah gangguan berakhir timbul pula sebuah
efek lain yang disebut efek inspeksi (inspection effect). Postulat efek ini
Universitas Sumatera Utara
menyatakan, gangguan sosial menumbuhkan kesadaran masyarakat akan
adanya hal-hal yang perlu ditangani pemerintah sesudah redanya gangguan
sosial tersebut. Kesadaran semacam ini menggugah kesediaan masyarakat
untuk membayar pajak lebih besar sehingga memungkinkan pemerintah
beroleh yang lebih besar pula. Inilah yang dimaksud dengan dialektika
penerimaan-pengeluaran pemerintah.
4. Pandangan Keynes
Identitas keseimbangan pendapatan nasional Y = C + I + G + X - M
merupakan sumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi
campur tangan pemerintah dalam perekonomian (Dumairy 1996:161).
Banyak pertimbangan yang mendasari pengambilan keputusan dalam
mengatur pengeluarannya. Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan ahir
dari setiap kebijakan pengeluarannya, tetapi harus juga memperhitungkan
sasaran antara yang akan menikmati atau yang terkena kebijakan tersebut.
Memperbesar pengeluaran dengan tujuan semata-semata untuk meningkatkan
pendapatan nasional atau memperluas kesempatan kerja adalah tidak
memadai, melainkan harus juga diperhitungkan siapa yang akan terpekerjakan
atau meningkat pendapatannya. Pemerintah pun perlu menghindari agar
peningkatan perannya dalam perekonomian tidak justru melemahkan kegiatan
pihak swasta.
Ahli ekonomi publik telah lama menaruh perhatian pada
penyelidikan hubungan antara pengeluaran pemerintah dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi semenjak mereka menyadari bahwa pengeluaran
Universitas Sumatera Utara
pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian
suatu negera baik pada negara berpendapatan rendah atau tinggi.
D. Pengertian Angkatan Kerja
1. Pengertian Angkatan Kerja
Berdasarkan publikasi BPS Sumatera Utara, pengelompokan
penduduk menurut jenis kegiatan (ketenagakerjaan) di Indonesia pada
dasarnya terdiri dari 2 kelompok yaitu:
a. Angkatan kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas dan selama
seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik ”bekerja”, sementara tidak
bekerja karena sesuatu sebab seperti yang sedang menunggu panen,
pegawai cuti dan sebagainya. Disamping itu mereka yang tidak mempuyai
pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan
juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja ini.
Yang digolongkan bekerja adalah:
i. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan
sesuatu pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau
keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara
kontiniu selama seminggu yang lalu.
ii. Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan
pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam, tetapi mereka adalah :
iii. Pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintah atau swasta yang sedang
tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok mangkir, perusahaan
Universitas Sumatera Utara
menghentikan kegiatannya sementara (misalnya kerusakan mesin) dan
sebagainya .
iv. Petani-petani yang mengusahakan sawah pertanian yang tidak bekerja
karena menunggu panen atau menunggu hujan untuk menggarap
sawah dan sebagainya.
v. Orang–orang yang bekerja atau tanggungan/resikonya sendiri dalam
suatu bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur, tukang pijat,
dalang dan sebagainya.
b. Yang digolongkan mencari pekerjaan adalah:
i. Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan.
ii. Mereka yang pernah bekerja, pada saat pencacahan sedang
menganggur (berhenti atau diberhentikan) dan sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan.
c. Bukan Angkatan Kerja adalah mereka yang berumur 15 tahun keatas dan
selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga,
dan melakukan kegiatan lainnya, dan melakukan sesuatu kegiatan yang
dapat dimasukkan kedalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau
mencari pekerjaan atau kegiatannya tidak aktif secara ekonomis.
i. Yang dimasukkan kedalam golongan sekolah adalah mereka yang
kegiatannya hanya bersekolah
ii. Yang dimasukkan kedalam golongan mengurus rumah tangga /
membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah.
Universitas Sumatera Utara
iii. Yang dimasukkan kedalam kategori lainnya adalah penduduk yang
tidak dapat melakukan kegiatan seperti yang termasuk dalam kategori
sebelumnya, seperti misalnya yang sudah lanjut usia, pensiunan, cacat
jasmani (buta, bisu dan sebagainya), cacat mental dan sebagainya.
d. Lapangan usaha, adalah bidang kegiatan dan pekerjaan/tempat
bekerja/perusahaan/kantor dimana seseorang bekerja.
e. Jenis Jabatan Pekerjaan adalah macam pekerjaan yang sedang atau pernah
dilakukan oleh orang–orang yang termasuk golongan bekerja atau orang-
orang yang sedang mencari pekerjaan dan pernah bekerja.
f. Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan.
g. Upah/gaji adalah penerimaan buruh berupa uang atau barang yang
dibayarkan perusahaan /kantor/majikan tersebut , penerimaan dalam
bentuk barang di nilai dengan harga setempat.
Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization),
penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.
Tenaga kerja dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia
15 tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar 9 tahun.
Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi angkatan kerja dan bukan
angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah bersekolah,
mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja). Angkatan kerja
dibedakan lagi ke dalam dua kelompok, yaitu penduduk yang bekerja (sering
disebut pekerja) dan penduduk yang tidak bekerja atau sedang mencari
pekerjaan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar II.2
Klasifikasi Penduduk Berdasarkan Ketenagakerjaan (ILO)
Dengan demikian, angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang
sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai
pekerja dan meru-pakan potensi penduduk yang akan masuk pasar kerja.
Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah
TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara
angkatan kerja dan tenaga kerja.
Secara umum, tenaga kerja (manpower) didefenisikan sebagai
penduduk yang berada pada usia kerja (15-64 tahun) atau jumlah seluruh
penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika
ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi
dalam aktivitas tersebut.
PENDUDUK
TENAGA KERJA BUKAN TENAGA KERJA
ANGKATAN KERJA
BUKAN ANGKATAN KERJA
BEKERJA TIDAK BEKERJA DAN MENCARI
PEKERJAAN
Universitas Sumatera Utara
Menurut UU No. 25 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Ketenagakerjaan disebutkan bahwa: “Tenaga kerja adalah setiap orang laki-
laki atau perempuan yang sedang mencari pekerjaan, baik di dalam maupun di
luar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat”.
Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja
adalah ketidakseimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor)
dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah
(Kusumosuwidho dalam Subri, 2006:56). Keseimbangan tersebut dapat
berupa lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja
(excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran
tenaga kerja (excess demand for labor).
W
We
0
Ne
N
D
E
Gambar II.3 Kurva Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja
S
Universitas Sumatera Utara
Keterangan gambar:
SL = Penawaran tenaga kerja (supply of labor)
DL = Permintaan tenaga kerja (demand for labor)
W = Upah (wage)
L = Jumlah tenaga kerja (labor)
Penjelasan gambar:
a. Jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama
dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Le
pada tingkat upah keseimbangan We. Dengan demikian, Titik
keseimbangan adalah titik E. Pada tingkat upah keseimbangan We, semua
orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja. Berarti tidak orang yang
menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut full employment pada
tingkat upah We.
W
W1
0
SL
DL
N1
N2
Excess Supply
N
W
W1
0
N1
N2
SL
DL
Excess Demand
Gambar II.4
Kurva Ketidak seimbangan Pasar Tenaga Kerja
N
Universitas Sumatera Utara
b. Pada gambar kedua, terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat
upah W1, penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintaan
tenaga kerja (DL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya untuk bekerja
adalah sebanyak N2, sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian,
ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1 sebanyak N1N2.
c. Pada gambar ketiga, terlihat adanya excess demand for labor. Pada tingkat
upah W1, permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada
penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya
untuk bekerja pada tingkat upah W1 adalah sebanyak N1, sedangkan yang
diminta adalah sebanyak N2.
Beberapa pandangan teori menerangkan mengenai hubungan
diantara berbagai faktor produksi dengan pertumbuhan ekonomi. Pandangan-
pandangan teori tersebut antara lain :
1. Pandangan Adam Smith (1729 – 1790)
Smith menganggap bahwa manusia merupakan faktor produksi
utama yang menetukan kemakmuran suatu bangsa. Alasannya, alam (tanah)
tidak ada artinya kalau tidak ada SDM yang mengolahnya, sehinngga
bermanfaat bagi kehidupan. Smith juga melihat bahwa alokasi SDM yang
efektif adalah awal pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh,
akumulasi modal baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tetap
tumbuh. Dengan kata lain, alokasi SDM yang efektif merupakan syarat perlu
(necessary condition) bagi pertumbuhan ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
2. Pandangan Lewis (1959)
Lewis menyebutkan bahwa kelebihan pekerja bukan merupakan
suatu masalah, melainkan suatu kesempatan. Kelebihan pekerja pada suatu
sektor akan memberi andil terhadap pertumbuhan produksi dan penyediaan
kerja di sektor lain. Ada dua struktur di dalam perekonomian, yaitu subsisten
terbelakang dan kapitalis modern. Pada sektor subsisten terbelakang, tidak
hanya terdiri dari sektor pertanian, tetapi juga sektor informal seperti
pedagang kaki lima dan pengecer koran. Pekerja di sektor subsisten
terbelakang mayoritas berada di wilayah pedesaan. Sektor subsisten
terbelakang memiliki kelebihan penawaran pekerja dan tingkat upah yang
relatif lebih rendah daripada sektor kapitalis modern. Lebih rendahnya upah
pekerja di pedesaan akan mendorong pengusaha di wilayah perkotaan untuk
merekrut pekerja dari pedesaan dalam pengembangan industri modern
perkotaan. Selama berlangsungnya proses industrialisasi, kelebihan penawaran
pekerja di sektor subsisten terbelakang akan diserap.
Bersamaan dengan terserapnya kelebihan pekerja di sektor industri
modern, maka pada suatu saat tingkat upah di pedesaan akan meningkat.
Selanjutnya peningkatan upah ini akan mengurangi ketimpangan tingkat
pendapatan antara perkotaan dan pedesaan. Dengan demikian menurut Lewis,
adanya kelebihan penawaran pekerja tidak memberikan masalah pada
pembangunan ekonomi. Sebaliknya kelebihan pekerja justru merupakan
modal untuk mengakumulasi pendapatan, dengan asumsi bahwa perpindahan
pekerja dari sektor subsisten terbelakang ke sektor kapitalis modern berjalan
lancar dan perpindahan tersebut tidak akan pernah menjadi “terlalu banyak”.
Universitas Sumatera Utara
3. Pandangan Fei-Ranis (1961)
Teori Fei-Ranis berkaitan dengan negara berkembang yang
mempunyai ciri-ciri kelebihan buruh, sumber daya alamnya belum dapat
diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak
pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Menurut Fei-Ranis, ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi
kelebihan buruh yakni:
1) Para penganggur semu (yang tidak menambah produksi pertanian)
dialihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama.
2) Tahap di mana pekerja pertanian menambah produksi, tetapi
memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh,
dialihkan pula ke sektor industri.
Tahap ini ditandai dengan awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh
pertanian menghasilkan produksi lebih besar daripada perolehan upah
institusional. Dan dalam hal ini, kelebihan pekerja terserap ke sektor jasa
dan industri yang terus-menerus sejalan dengan pertambahan produksi dan
perluasan usahanya.
Universitas Sumatera Utara