BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI A. Pendapatan
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima oleh
perorangan, perusahaan, dan organisasi lain dalam bentuk upah, gaji, sewa,
bunga, komisi, ongkos, dan laba.1 Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan
balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor
rumah tangga dan sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa,
bunga serta keuntungan/profit. Pendapatan akan mempengaruhi banyaknya
barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan
bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsikan bukan saja
bertambah, tetapi juga kualitas barang tersebut akan ikut menjadi perhatian.2
Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu
daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa
kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari
konsumsi akan disishkan untuk saving yang tujuannya untuk berjaga-jaga.
Demikian pula hanya bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi,
maka tingkat kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula.Para
perintis ilmu ekonomi, membagi masyarakat atas tiga kategori, yaitu kaum
pekerja (dan petani), para pengusaha atau kapitalis (kelas menengah) dan para
tuan tanah.3
2. Sumber Pendapatan
Sumber pendapatan masyarakat merupakan hasil yang diperoleh oleh
masyarakat yang berasal dari profesi atau pekerjaan yang mereka jalani.
Sumber pendapatan berasal dari berbagai sektor, tergantung pekerjaan yang
dijalani oleh masyarakat itu sendiri. Menurut Sistem Neraca Sosial Ekonomi
(SNSE) Indonesia, pola pendapatan rumah tangga terdiri dari upah dan gaji,
1 BN. Marbun, Kamus Manajemen (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), 230
2 Soekartawi, faktor-faktor produksi (Jakarta: Salemba 3mpat, 2002), 135
3 T. Bilarso, Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Mikro, Jilid 2 (Yogyakarta: Kanisius,
1994), 78
7
keuntungan usaha rumah tangga yang tidak berbadan hukum dan penerimaan
transfer.4
Menurut biro pusat statistik, pendapatan terdiri dari sebagai berikut :
a. Pendapatan berupa uang
Yaitu segala penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan hanya
diterima biasanya sebagai balas jasa atau kontra pretasi. Pendapatan jenis
ini bersumber dari :
1) Gaji dan upah yang diperoleh dari :
a) Kerja pokok
b) Kerja sampingan
c) Kerja lembur
2) Usaha sendiri, yang meliputi :
a) Laba bersih usaha
b) Komisi
c) Penjualan hasil home industry
3) Hasil investasi, yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah
4) Keuntungan sosial, yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial.5
b. Pendapatan berupa barang
Yaitu segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi
tidak selalu berbentuk balas jasa dalam bentuk barang atau jasa. Akan
tetapi berupa :
1) Pengobatan
2) Beras
3) Transportasi
4) Perumahan
5) Gratis sewa rumah
c. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, berupa :
1) Pengambilan tabungan/deposito
2) Hasil penjualan barang-barang pribadi
4 Hg. Suseno Triyanto Widodo, Indikator Ekonomi Dasar Perekonomian Indonesia
(Yogyakarta: Kanisius, 1990), 32 5 Mulyanto Sumardi & Hans Dieter-Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok (Jakarta:
Rajawali, 1982), 92-93
8
3) Penagihan piutang
4) Hadiah
5) Warisan.6
3. Distribusi Pendapatan Dalam Islam
Distribusi pendapatan menurut ahli ekonomi adalah setiap kegiatan
menyalurkan barang dan jasa, dari produsen (pengahasil) ketangan konsumen
(pemakai) yang membutuhkannya. Pengertian distribusi pendapatan, tidak
terlepas dari pembahasan mengenai konsep moral ekonomi yang dianut.7
Dalam Islam kekayaan dan pendapatan harus didistribusikan secara merata
untuk mencapai keadilan distribusi dan sosioekonomi yang didasarkan pada
komitmennya yang pasti terhadap persaudaraan kemanusiaan. Berbeda dengan
kepedulian kapitalis kepada keadilan sosioekonomi dan distribusi yang
merata, ia tidak didasarkan pada komitmen spiritual terhadap persaudaraan
kemanusiaan. Ia lebih disebabkan karena tekanan kelompok.8
Dalam Islam, kebutuhan memang menjadi alasan untuk mencapai
pendapatan minimum. Sedangkan kecukupan dalam standar hidup yang baik
(nisab) adalah hal yang paling mendasari dalam sistem distribusi dan
redistribusi kekayaan, setelah itu baru dikaitkan dengan kerja dan kepemilikan
pribadi.9
Distribusi dalam konteks rumah tangga akan sangat terkait dengan
terminologi shadaqah. Shadaqah disini bukan berarti sedekah dalam bahasa
indonesia. Karena shadaqah dalam konteks terminologi Al-qur‟an dapat
dipahami dalam dua aspek yaitu : shadaqah wajibah dan shadaqah nafilah.10
a. Shadaqah wajibah
Shadaqah wajibah yang berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah
tangga yang berkaitan dengan instrumen distribusi pendapatan berbasis
6 Mulyanto Sumardi & Hans Dieter-Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, 94
7 Almizan, Distribusi Pendapatan: Kesejahteraan Menurut Konsep Ekonomi Islam (Jurnal
Maqdis Volume 1 No. 1 Januari-Juni 2016 Padang: IAIN Imam Bonjol Padang), 66-67 8 Umar Chapra, System Moneter Islam (Jakarta: Gema Insani, 2000), 3
9 Zuraidah, “Penerapan Konsep Moral dan Etika Dalam Distribusi Pendapatan Perspektif
Ekonomi Islam” (Jurnal Hukum Islam Vol. XIII No.1 Nopember 2013 Riau: Fakultas Syariah dan
Ilmu Hukum), 139 10
Monzer Kahf, Prinsip-prinsip Keuangan Islam (Jeddah: Islamic Research and Training
Institute,1991), 15
9
kewajiban yang khusus dikenakan bagi orang muslim.11
Adapun jenis-
jenis Shadaqah wajibah adalah :
1) Nafaqah
Kewajiban tanpa syarat dengan menyediakan segala kebutuhan
yang diperuntukkan bagi orang-orang atau keluarga terdekat, seperti
istri dan anak.
2) Zakat
Kewajiban seorang muslim untuk menyisihkan sebagian hartanya
untuk diberikan/didistribusikan kepada kelompok tertentu yang sudah
disebutkan dalam Al-qur‟an (delapan ashnaf).
3) Udhiyah
Kurban binatang ternak pada saat hari raya idul adha dan hari
tasyrik. Binatang ternak yang dikeluarkan minimalnya adalah seekor
kambing.
4) Warisan
Pembagian harta kempemilikan dari seseorang setelah ia
meninggal dunia kepada keluarga yang ditinggalkannya atau biasa
disebut ahli waris.
5) Musaadah
Pemberian bantuan kepada orang yang terkena musibah. Syaratnya
adalah bantuan yang diberikan merupakan sesuatu yang masih layak
dan masih bermanfaat (jika dalam betuk barang)
6) Jiwar
Pemberian bantuan kepada tetangga, atau bantuan yang berkaitan
dengan urusan ketetanggaan. Islam sangat mengatur urusan
bertetangga. Karena tetangga merupakan orang terdekat yang ada di
lingkungan kita.
7) Diyafah
Memberikan jamuan kepada tamu yang datang. Hal ini tidak
menentukan kondisi perekonomian tertentu dari rumah tangga
11
Monzer Kahf, Prinsip-prinsip Keuangan Islam, 15
10
seseorang. Dalam memberikan jamuan tidak diperkenankan membeda-
bedakan jamuan untuk tamu yang kaya dan yang miskin.12
b. Shadaqah nafilah
Shadaqah nafilahyaitu bentuk bentuk pengeluaran rumah tangga
yang berkaitan dengan instrumen distribusi pendapatan berbasis amal
kreatif. Yang termasuk kedalam Shadaqah nafilahadalah :
1) Infaq
Sedekah yang dapat diberikan kepada pihak lain jika kondisi
keuangan rumah tangga sudah berada diatas nisab.
2) Akikah
Yaitu memotong seekor kambing untuk anak perempuan dan dua
ekor kambing untuk anak laki-laki yang baru dilahirkan.
3) Wakaf
Memberikan bantuan kepemilikan untuk kesejahteraan masyarakat
umum. Harta wakaf boleh berbentuk tanah, gedung, barang ataupun
aset lainnya yang memiliki nilai manfaat.
4) Wasiat
Bentuk pemberian harta dari seseorang yang sudah meninggal
dunia yang diberikan kepada selain ahli waris yang besarnya tidak
boleh lebih dari 1/3 dari harta yang ditinggalkan.13
4. Pendapatan Nasional
a. Pengertian Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa
dalam satu tahun tertentu.14
Perhitungan pendapatan nasional berguna
untuk menerangkan kerangka kerja hubungan antara variabel makro
ekonomi yaitu output, pendapatan, dan pengeluaran.
12
Almizan, “Distribusi Pendapatan: Kesejahteraan Menurut Konsep Ekonomi Islam”, 69-
70 13
Almizan, “Distribusi Pendapatan: Kesejahteraan Menurut Konsep Ekonomi Islam”, 70 14
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2004), 36
11
Pendapatan nasional didasarkan pada harga berlaku dan harga tetap.
Pendapatan nasional pada harga berlaku adalah nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dan dinilai
menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. Data pendapatan dalam
berbagai tahun nilainya akan berbeda-beda dan menunjukan kecenderungan
yang semakin meningkat dari tahun ketahun. Bahkan terkadang
menunjukan penurunan meskipun tidak terlalu signifikan. Perubahan nilai
tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu perubahan secara fisik barang
dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dan kenaikan harga-harga
yang berlaku dari satu periode ke periode lainnya. Untuk dapat menghitung
kenaikan dari tahun ke tahun, barang dan jasa yang dihasilkan haruslah
dihitung pada harga yang tetap, yaitu harga yang berlaku pada saat tahun
tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang
dihasilkan pada tahun-tahun yang lain, nilai pendapatan nasional pada
harga tetap atau pendapatan nasional riil.
Barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian dapat dinilai
dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan harga pasar dan menggunakan
harga faktor. Barang dikatakan dinilai menurut harga pasar jika nilai barang
tersebut menggunakan harga yang dibayar oleh pembeli. Jika menggunakan
harga faktor maka sumbangan pendapatan nasional berasal dari jumlah
pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan
berang tersebut.15
b. Perhitungan Pendapatan Nasional
Untuk menghitung pendapatan dalam suatu perekonomian, dapat
dilakukan tiga cara, yaitu :
1) Pendekatan Pengeluaran
Data pendapatan nasional yang dihitung dengan cara
pengeluaran akan dapat memberikan gambaran mengenai ukuran
buruknya masalah ekonomi yang dihadapi atau sampai mana baiknya
tingkat pertumbuhan yang dicapai dan tingkat kemakmuran yang
sedang dinikmati. Selain itu dapat juga memberikan gambaran
15
Sadono sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 36
12
informasi dan data yang dibutuhkan dalam analisis makro ekonomi.
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran
memiliki empat agregat, yaitu konsumsi rumah tangga/Consumption
(C), pengeluaran pemerintah/goverment (G), pembentukan modal
sektor swasta (investasi/invesment) (I), dan ekspor neto (export-
import/X-M).16
Pendapatan nasional dengan pendekatan pengeluaran
dihasilkan dengan cara menjumlahkan empat komponen pengeluaran
agregat tersebut, sehingga persamaannya adalah :
Y = C + I (untuk perekonomian tertututp tanpa pemerintah)
Y = C + I + G (untuk perekonomian tertututp dengan peranan
pemerintah)
Y = C + I + G + ( X – M ) (unntuk perekonomian terbuka)
Pendapatan nasional tersebut dilihat dari indikator produk domestik
bruto (PDB), PDB tersebut setelah dikurangi dengan pendapatan neto
faktor luar negeri akan mengahsilkan produk nasional bruto (PNB).
Konsep pendapatan nasional perlu dibedakan antara pengertian
neto dan bruto. PNB harus dikurangi oleh depresiasi untuk
memperoleh pendapatan nasional neto atau Net Nasional Product atau
NNP. Selanjutnya NNP dapat dibedakan menurut harga pasar dan
menurut harga faktor. NNP menurut harga faktor adalah pendapatan
negara. Dibanyak negara hubungan antara produk nasional bruto
(PNB) dengan pendapatan negara (PN) dapat dinyatakan dengan
persamaan :
PN = PNB – Pajak tak langsung + subsidi – depresiasi
Akan tetapi di Indonesia sendiri subsisdi tidak dihitung. Oleh
sebab itu, diantara PNB dan PN terdapat hubungan sebagai berikut :
PN = PNB – Pajak tak langsung– depresiasi
Pendapatan nasional dihitung dengan menjumlahkan nilai
pembelanjaan dari berbagai golongan masyarakat ke atas barang-
barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam perekonomian
16
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 37
13
tersebut. Barang-barang atau jasa-jasa yang di impor tidak dimasukkan
kedalam perhitungan ini, begitupun barang-barang produksi dalam
negeri yang akan diproduksi kembali oleh perusahaan lain untuk
dijadikan barang-barang lain, tidak turut dihitung untuk menentukan
besarnya pendapatan nasional. Barang-barang yang masih akan
diproses kembali, nilainya tidak turut ditambah dalam perhitungan
pendapatan nasional dengan cara pengeluaran adalah untuk
menghindari berlakunya perhitungan ganda.17
2) Pendekatan cara produksi atau produk neto
Produk neto berarti nilai tambah yang diciptakan dalam suatu
proses produksi. Dengan demikian, cara kedua untuk menghitung
pendapatan nasional ini adalah cara menghitung dengan
menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh perusahaan-
perusahaan diberbagai lapangan usaha dalam perekonomian.
Penggunaan cara ini dalam menghitung pendapatan nasional
mempunyai tujuan penting untuk mengetahui besarnya sumbangan
berbagai sektor ekonomi didalam mewujudkan pendapatan nasional.
Salah satu cara untuk menghindari penghitungan dua kali yaitu dengan
hanya menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan pada berbagai
tahap proses produksi.18
3) Pendekatan Pendapatan
Faktor-faktor produksi dibedakan menjadi empat golongan,
yaitu tanah, tenaga kerja, modal dan keahlian wirausaha. Apabila
faktor-faktor produksi itu digunakan untuk mewujudkan barang dan
jasa akan diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta
gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan
memperoleh keuntungan. Dengan menjumlahkan pendapatan-
pendapatan tersebut akan diperoleh suatu nilai pendapatan nasional
lain, yang berbeda dengan yang diperoleh dalam penghitungan
pendapatan nasional dengan cara kedua. Pendapatan nasional itu
17
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 40 18
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 42
14
dinamakan produk nasional neto menurut harga faktor. Namun,
perhitungan pendapatan nasional tidak selalu mengikuti penggolongan
pendapatan faktor-faktor produksi yang dinyatakan diatas. Sebab,
dalam perekonomian terdapat banyak kegiatan dimana pendapatannya
merupakan gabungan dari gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan.
Dengan demikian, penghitungan pendapatan nasional dengan cara
pendapatan pada umumnya menggolongkan pendapatan yang diterima
faktor-faktor produksi sebagai berikut :
a) Pendapatan para pekerja, yaitu gaji dan upah
b) Pendapatan dari usaha perseorangan
c) Pendapatan dari sewa
d) Bunga neto, yaitu seluruh nilai pembayaran bunga yang dilakukan
dikurangi bunga keatas pinjaman konsumsi dan bunga keatas
pinjaman pemerintah
e) Keuntungan perusahaan.19
c. Pendapatan Nasional Perspektif Islam
Pendekatan ekonomi konvensional menyatakan GDP atau GNP riil
dapat dijadikan sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi atau
kesejahteraan pada suatu negara. Pada waktu GNP naik, maka
diasumsikan bahwa rakyat secara materi bertambah baik posisinya, begitu
pula sebaliknya. Kritik terhadap GNP sebagai ukiuran kesejahteraan
ekonomi muncul dan para pengkritik mengatakan bahwa GNP merupakan
ukuran kesejahteraan yang tidak sempurna. Sebagai contoh, jika nilai
output turun sebagai akibat orang-orang mengurangi jam kerja atau
menambah waktu istirahatnya tentunya hal itu bukan menggambarkan
keadaan orang itu menjadi lebih buruk. Secara sederhana formulasi konsep
MEW :
MEW : C – public expenditures – durable goods consumption – losss of
welfare du to pollution, urbanization dan congestion + value of durable
19
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori dan Pengantar, 42
15
actually consued during the year + value of non-market service + value of
leisure.20
Pada tahun 1972 para ahli mengajukan konsep MEW (Measure of
Economic Welfare), tetapi sayang konsep ini tidak berkembang dan
sampai saat ini cenderung masih menggunakan GDP riil sebagai ukuran
kesejahteraan suatu negara. Adapun keberatan atau kritik terhadap
penggunaan GDP riil sebagai indikator kesejahteraan suatu negara adalah
sebagai berikut :
1) Umumnya hanya produk yang masuk pasar yang dihitung dalam GNP.
Produk yang dihasilkan dan dikonsumsi sendiri tidak tercakup dalam
GNP.
2) GNP juga tidak menghitung waktu istirahat (leisure time), padahal ini
sangat besar pengaruhnya dalam kesejahteraan. Semakin kaya
seseorang maka ia akan semakin mengiginkan waktu istirahat.
3) Kejadian buruk seperti bencana alam tidak dihitung dalam GNP,
padahal kejadian tersebut sangat besar pengaruhnya dan jelas
mengurangi kesejahteraan masyarakat.
4) Masalah polusi juga sering tidak dihitung dalam GNP. Banyak sekali
pabrik-pabrik yang dalam kegiatan produksinya menghasilkan limbah
yang jelas akan merusak lingkungan sehingga dapat mengurangi
tingkat kesejahteraan masyarakat.21
Bagaimana ekonomi Islam mengkritisi perhitungan GDP riil yang
dijadikan sebagai indikator bagi kesejahteraan suatu negara ? satu hal yang
membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi konvensional
adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah kesejahteraan yang
hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, dimana komponen-
komponen rohaniah masuk kedalam pengertian falah ini. Kesejahteraan
yang seringnya diwujudkan dengan peningkatan GNP yang tinggi, yang
jika dibagi dengan jumlah penduduk maka akan menghasilkan pendapatan
perkapita yang tinggi pula. Jika hanya itu ukuranya maka kapitalis modern
20
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis (Jakarta: Kencana, 2008),
27 21
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 28
16
akan mendapat angka yang maksimal. Pendapatan perkapita yang tinggi
bukanlah satu-satunya komponen pokok dalam mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Ia hanya merupakan necessari condition dalam isu
kesejahteraan bukan sufficient condition. Al-falah dalam pengertian Islam
mengacu kepada konsep Islam tentang manusia itu sendiri. Dalam Islam,
esensi manusia ada pada ruhaniahnya. Karena itu seluruh kegiatan duniawi
termasuk dalam hal ini adalah aspek ekonomi diarahkan tidak saja untuk
memenuhi tuntutan fisik jasadiyah melainkan juga memenuhi kebutuhan
ruhani dimana roh merupakan esensi manusia.22
Maka dari itu, selain harus memasukkan unsur fallah dalam
menganalisis kesejahteraan, penghitungan pendapatana nasional
berdasarkan Islam juga harus mampu mengenali bagaimana interaksi
instrumen-instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dalam meningkatkan
kesejahteraan umat.23
Pada intinya, ekonomi Islam harus mampu menyediakan suatu cara
untuk mengukur kesejahteraan ekonomi dan kesejahteraan sosial
berdasarkan sistem moral dan sosial Islam. Setidaknya ada empat hal yang
semestinya bisa diukur dengan pendekatan pendapatan nasional
berdasarkan ekonomi Islam, sehingga tingkat kesejahteraan bisa dilihat
secara lebih jernih dan tidak bias.24
1) Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Penyebaran Pendapatan
Individu Rumah Tangga
Kendati GNP dikatakan dapat mengukur kinerja kegiatan
ekonomi yang terjadi dipasar, GNP tidak dapat menjelaskan komposisi
dan distribusi nyata dari output perkapita. Semestinya pengitungan
pendapatan nasional Islami harus dapat mengenali penyebaran alamiah
dari output perkapita tersebut, karena dari sinilah nilai-nilai sosial dan
ekonomi Islam bisa masuk. Jika penyebaran pendapatan isndividu
secara nasional bisa dideteksi secara akurat, maka akan dengan mudah
22
Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana Prenada Group,
2006), 44 23
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 28 24
Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, 45
17
dikenali seberapa besar rakyat yang masaih hidup dibawah garis
kemiskinan.
Hal ini terjadi saat pemerintah Indonesia saat itu memberikan
Bantuan Langsyng Tunai (BLT) kepada rakyat miskin. Namun
nyatanya banyak terjadi ketidakpuasan, karena daftar yang nyata dari
rakyat miskin sesungguhnya sangat tidak akurat.perhitungan dari BPS
didasarkan pada survei yang kurang mencerminkan kenyataan
sesungguhnya, sementara angka GNP memang tidak bisa digunakan
untuk mengetahui jumlah penduduk miskin. Demikian pula GNP tidak
mampu mendeteksi kegiatan produksi yang tidak ditransaksikan
dipasar. Itu artinya kegiatan produktif keluarga yang langsung
dikonsumsi dan tidak memasuki ke pasar tidak dicatat dalam GNP.
Padahal kenyataan ini sangat mempengaruhi kesejahteraan individu.25
Persoalan lainnya adalah, didalam penghitungan GNP
konvensional, produksi barang-barang mewah memiliki bobot yang
sama dengan produksi barang-barang kebutuhan pokok. Maka untuk
lebih mendekatkan pada ukuran kesejahteraan, ekonomi Islam
menyarankan agar produksi kebutuhan pokok memiliki bobot yang
lebih berat ketimbang produksi barang-barang mewah.26
2) Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Produksi di Sektor
Pedesaan
Sangat disadari bahwa bukan hal yang mudah untukmengukur
secara akurat produksi komoditas subsistem, namun bagaimanapun
juga perlu satu kesepakatan untuk memasukkan angka produksi
komoditas yang dikelola secara subsistem kedalam penghitungan
GNP. Komoditas subsiste mini khususnya pangan, sangatlah penting di
negara-negara muslim yang baru dalam beberapa dekade ini masuk
dalam percaturan ekonomi dunia. Sebagai satu contojh, betapa tidak
sempurnanya perkiraan produksi komoditas subsiste mini. Oleh
katrena itu, kita juga tidak mengetahui sekarang ini kondisinya apakah
25
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 29 26
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 30
18
sedang naik atau bahkan sedang turun. Padahal hal ini sangat
dibutuhkan oleh pembuat kebijakan untuk mengambil keputusan,
khususnya yang berkaitan dengan tingkat kesejahteraan rakyat lapisan
bawah yang secara masa memiliki jumlah terbesar.
Untuk mengetahui tingkat produksi komoditas subsisten ini,
harus diketahui terlebih dahulu tingkat harga yang digunakan. Pada
umunya ada dua jenis harga pasar, yakni harga yang secara nyata
diterima oleh petani atau diharapkan diterima oleh petani, dan satu set
harga lainnya adalah nilai yang dibayar konsumen dipasar eceran.
Peningkatan produksi ditingkat rakyat pedesaan, umumnya justru
mencerminkan penurunan produk-produk pangan ditingkat konsumen,
atau sekaligus mencerminkan peningkatan pendapatan para pedagang
perantara, yang posisinya ada diantara petani dan konsumen.
Ketidakmampuan mendeteksi secara aktual pendapatan dari sektor
subsisten ini jelas satu kelemahan yang harus diatasi. Karena disektor
ini bergantung nafkah rakyat dalam jumlah besar, dan dsinilah inti
masalah dari distribusi pendapatan.27
3) Pendapatan Nasional Harus Dapat Mengukur Kesejahteraan Ekonomi
Islami
Kita sudah melihat bahwa angka rata-rata perkapita tidak
menyediakan kepada kita informasi yang cukup untuk mengukur
kesejahteraan yang sesungguhnya. Adalah sangat penting untuk
mengekspresikan kebutuhan efektif atau kebutuhan dasar akan barang
dan jasa, sebagai prosentase total konsumsi. Hal itu perlu dilakukan
karena kemampuan untuk menyediakan kebutuhan dasar seperti
pangan, perumahan, pelayanan kesehatan, pendidikan, air bersih, dan
pelayanan publik lainnya sesungguhnya bisa menjadi ukuran
bagaimana tingkat kesejahteraan dari suatu negara atau bangsa.
Jika dikaitkan dengan konsep MEW (Measures for Economics
Welfare) yang dilakukan oleh Nordhaus dan Tobin dalam konteks
ekonomi barat. Kalau GNP mengukur hasil, maka MEW merupakan
27
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 31
19
ukuran dari konsumsi rumah tangga yang memberi kontribusi kepada
kesejahteraan manusia. Perkiraan MEW didasarkan pada asumsi
bahwa kesejahteraan rumah tangga yang merupakan ujung akhir dari
seluruh kegiatan ekonomi sesungguhnya sangat bergantung pada
tingkat konsumsinya. Kedua profesor tersebut membagi konsumsi
kedalam tiga kategori :
a) Belanja untuk keperluan publik, seperti membuat jalan, jembatan,
dan fasilitas umum lainnya.
b) Belanja berbagai keperluan rumah tangga
c) Memperkirakan berkurangnya kesejahteraan sebagai akibat
urbanisasi, polusi dan masalah kemacetan.
Meski MEW ini diukur dalam konteks barat, konsep ini
sebenarnya menyediakan petujuk-petunjuk yang berharga untuk
memperkirakan level kebutuhan hidup minimum secara Islami.28
4) Perhitungan Pendapatan Nasional Sebagai Ukuran dari Kesejahteraan
Sosial Islami Melalui Pendugaan Nilai Satuan Antar Saudara dan
Sedekah
Seperti kita ketahui bahwa GNP adalah ukuran moneter dan
tidak memasukkan transfer payment seperti sedekah. Namun harus
disadari, bahwa sedekah bukan memiliki peran signifikan didalam
masyarakat Islam. Dan ini bukan sekedar pemberian secara sukarela
kepada orang lain namun merupakan bagian dari kepatuhan dalam
menjalankan kehidupan beragama. Di dalam masyarakat Islam,
terdapat kewajiban untuk menyantuni kerabat yang mengalami
kesulitan ekonomi.29
28
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 32 29
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, 33
20
B. Minat
1. Pengertian Minat
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, minat diartikan sebagai sebuah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah atau keinginan.30
Minat
nerupakan kecenderungan sesesorang untuk menentukan pilihan aktivitas.
Pengaruh kondisi individual dapat merubah minat seseorang. Sehingga
dikatakan minat sifatnya tidak stabil. Sedangkan menurut istilah, minat ialah
suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,
harapan, pendirian, prasangka atau kecenderungan lain yang mengarahkan
individu kepada suatu pilihan tertentu.31
Semua minat memiliki dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek
afektif. Aspek kognitif didasarkan pada konsep yang dikembangkan seseorang
mengenai bidang yang berkaitan dengan manusia. Sedangkan aspek afektif
yang disebutjuga bakat emosional adalah aspek yang berkembang dari
pengalaman pribadi dan sikap seseorang yang dianggap penting, seperti orang
tua, dan guru terhadap kegiatan yang berkaitan dengan minat tersebut.32
Cukup banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya
minat terhadap sesuatu, secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua,
yaitu minat yang bersumber dari dalam individu bersangkutan, seperti bobot,
umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, dan kepribadian. Dan
juga minat yang bersumber dari luar individu tersebut, seperti lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Faktor lingkungan
ini justru mempunyai pengaruh lebih besar terhadap timbulnya minat
seseorang. Beberapa kondisi yang mempengaruhi minat seperti :
a. Status ekonomi
Apabila status ekonomi seseorang membaik, maka ia akan
cenderung memperluas minat mereka untuk menggapai hal yang semula
belum mampu mereka laksanakan sebelumnya. Namun sebaliknya, jika
30
Anto M. Moeliono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999),
225 31
Andi Mappiare, Psikologi Remaja (Surabaya: Usaha Nasional, 1997), 62 32
Andi Mappiare, Psikologi Remaja, 63
21
status ekonomi mengalami kemunduran karena sebab tertentu, maka ia
cenderung mempersempit minat mereka.
b. Pendidikan
Semakin tinggi dan semakin formal tingkat pendidikan yang
dimiliki seseorang maka semakin besar pula kegiatan yang bersifat intelek
yang dilakukan.
c. Tempat tinggal
Dimana orang tinggal banyak dipengaruhi oleh keinginann yang
bisa mereka penuhi pada kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan
atau tidak.
2. Macam-macam Minat
a. Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi minat primitif dan
minat kultural. Minat primitif adalah minat yang timbul karena kebutuhan
biologis atau jaringan-jaringan tubuh, seperti kebutuhan untuk makan.
Sedangkan minat kultural adalah minat yang timbul dikarenakan adanya
proses belajar.
b. Berdasarkan cara mengungkapkannya, minat dibedakan menjadi empat
bagian, yaitu :
1) Expressed Interest
Minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek
untuk menyatakan atau menuliskan sebuah kegiatan, baik yang disukai
maupun tidak disukai.
2) Manifest Interest
Minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasi atau
melakukan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas yang
dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya.
3) Tested Interest
Minat yang diungkapkan dengan cara menyimpulkan hasil
jawaban objektif yang ada.
22
4) Inventoried Interest
Minat yang diungkapkan dengan cara menggunakan alat-alat
yang sudah distandarkan, yang berisi pertanyaan-pertanyaan kepada
subjek.33
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya minat
seseorang adalah :
a. Dorongan dari dalam diri individu, seperti dorongan untuk melakukan
sesuatu dan rasa ingin tahu. Muzaki yang telah mengetahui tentang
kewajiban zakat dan memiliki komitmen untuk selalu melaksanakan
perintah agama, dan akan senantiasa berusaha untuk membayar zakat
atas harta yang ia miliki.
b. Motif sosial yang dapat menjadi faktor yang membangkitkan minat
untuk melakukan suatu aktivitas tertentu. Dorongan dari anggota
keluarga serta orang terdekat dan lingkungan sekitar. Selain itu juga
adanya rasa ingin membantu orang lain yang membutuhkan dengan
cara membayarkan zakat.
c. Faktor emosional, minat mempunyai hubungan yang erat dengan
emosi. Adanya rasa tuntutan dalam diri untuk mengeluarkan sejumlah
harta dan akan merasa berdosa jika hal tersebut tidak dilakukan.34
C. Zakat
1. Pengertian Zakat
Secara etimilogis, zakat berasal dari kata dasar bahasa Arab zakka yang
berarti berkah, tumbuh, baik, bersih, dan bertambah. Sedangkan menurut
terminologis didalam fikih, zakat adalah sebutan atau nama bagi sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah SWT supaya diserahkan kepada orang-orang
yang berhak (mustahiq) oleh orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat
(muzaki).35
Zakat menurut undang-undang No. 38 tahun 1998 tentang
pengelolaan zakat, pengertian zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh
33
Lestar D. crow & Alice Crow, Psikologi Pendidikan, terj. Abd Rachman Abror
(Yogyakarta: Nurcahaya, 1989), 301 34
Lestar D. crow & Alice Crow, Psikologi Pendidikan, 303-309 35
Hasan Muarif Ambary dkk, Ensiklopedi IslamJilid 5 (Jakarta: PT Ikhtiar baru Van
Hoeve, 1999), 224
23
seorang muslim atau badan yang dimiliki naroleh orang muslim sesuai
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.36
Selain kata zakat, Al-Qur‟an juga menggunakan kata sedekah
(shadaqah) untuk mengungkapkan maksud zakat sepeti dalam surat at-taubah
ayat 58,60, dan 103. Dalam hadis Nabi tentang penempatan Mu‟adz di Yaman,
Nabi bersabda : Terangkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan
sedekah, yang dikenakan pada kekayaan orang-orang kaya. Semua ayat dan
Hadis tersebut adalah tentang zakat, tetapi diungkapkan dengan menggunakan
kata sedekah (shadaqah).37
Dilihat dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat adalah ibadah
maaliyah ijtima‟iyah yang memiliki posisi sangat penting, strategis dan
menentukan. Sebagai suatu ibadah pokok, zakat sangat asasi dalam Islam dan
termasuk salah satu rukun Islam yakni rukun Islam ke tiga dari lima rukun
Islam. Seluruh ahli hukum Islam sependapat bahwa zakat ysng merupakan
rukun Islam ketiga adalah sejenis sedekah wajib hukumnya untuk dikumpulkan
dan didistribusikan sesuai dengan ketentuan tertentu untuk disampaikan pada
orang yang berhak menerima zakat (mustahik).38
Didalam Al-qur‟an terdapat dua puluh tujuh ayat yang memuji orang-
orang yang secara sungguh-sungguh menunaikan zakat, dan sebaliknya
memberikan ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya. Oleh karena
itu, Rasulullah SAW pernah melakukan isolasi sosial kepada seseorang yang
enggan membayar zakat.39
Abu Bakar Ash-Shiddiq memerangi dengan
menghunuskan pedang kepada orang yang mengerjakan shalat tapi secara sadar
dan sengaja tidak mau menunaikan zakat. Sedangkan Umar bin Khattab
memandang jabatan khalifah sebagai sebuah kepercayaan (amanah) dan
tanggungjawab atas segala keadaan rakyat, dan zakat adalah sumber
pemasukan kekayaan negara yang segenap manfaat dan maslahatnya harus
36
Undang-Undang Pengelolaan zakat No. 38 tahun 1998 pasal 1 ayat 3 37
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), 346 38
Umrotul Khasanah, Manajemen zakat modern (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 7 39
Umrotul Khasanah, Manajemen zakat modern, 8
24
dikembalikan kepada mereka dalam bentuk natura, jasa, maupun fasilitas
umum.40
2. Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur sosial
Islam. Zakat bukanlah sedekah biasa karena diperintahkan langsung oleh Allah
SWT dan harus dilaksanakan. Didalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang
menerangkan secara tegas tentang kewajiban untuk menunaikan zakat. Perintah
Allah tersebut seringkali beriringan dengan perintah atas shalat. Hal ini
menunjukan pentingna peranan zakat dalam kehidupan umat Islam.41
Maka dari itu hukum zakat adalah wajib dilaksanakan dan dasar
hukumnya sudah jelas dalam al-Qur‟an dan al-Hadis.
a. Al-Qur‟an
1) Al-Qur‟an Surat At-Taubah ayat 60
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Tafsir Ayat
Sesungguhnya zakat uang (naqd), binatang ternak, perniagaan, atau
tanaman hanyalah untuk orang-orang fakir yang memerlukan belas
kasihan orang-orang kaya, karena mereka tidak mempunyai harta
yang mencukupi mereka sesuai dengan keadaannya.
40
Ruway‟I ar-Ruhaily, Fikih Umar (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1994), 149 41
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, 34
25
Al-miskin: orang tidak punya sehingga dia perlu meminta-minta
untuk sandang pangannya.
Al-„amil „alaiha: orang yang diserahi tugas oleh sultan atau
wakilnya untuk mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya.
Al-mu‟allafah qulubuhum: orang-orang yang dikehendaki agar
hatinya cenderung atau tetap kepada Islam.
Fi „r-riqab: untuk berinfak dalam menolong budak-budak guna
membebaskan mereka dari perbudakan.
Fi sabilillah:dijalan untuk mencapai keridhaan dan pahala dari
Allah. Yang dimaksud ialah, setiap orang yang berjalan didalam
ketaatan kepada Allah dan dijalan kebaikan, seperti orang-orang
yang berperang, jama‟ah haji yang terputus perjalanannya, dan
mereka tidak mempunyai sumber harta lagi, dan para oenuntut ilmu
yang fakir.
Ibnu sabil:musafir yang jauh negerinya dan sulit baginya untuk
mendatangkan sebagian dari hartanya, sedangkan dia kaya di
negerinya tetapi fakir di dalam perjalanannya.
Faridhatan minallah: Allah mewajibkan hal itu secara mutlak,
tanpa seorangpun yang ikut serta dalam mewajibkannya.42
.
2) Al-Qur‟an Surat At-Taubah Ayat 103
Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan43
dan mensucikan44
mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
42
Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi (Semarang: CV Karya Toha Putera,
1987), 239 43
Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-
lebihan kepada harta benda
44Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
26
Tafsir ayat
Khudz min amwaalihim (ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka) dari dosa-dosa mereka. Maka Nabi SAW mengambil
sepetiga harta mereka dan menyedekahkannya. Disini Nabi
Muhammad SAW diperintah : ambillah atas nama Allah sedekah,
yakni harta yang berupa zakat dan sedekah yang hendaknya
mereka serahkan dengan penuh kesungguhan dan ketulusan hati,
dari sebagian harta mereka, bukan seluruhnya, bukan pula sebagian
besar, dan tidak juga yang terbaik ; dengannya yakni dengan harta
yang engkau ambil itu engkau membersihkan engkau,
membersihkan harta dan jiwa mereka lagi mengembangkan harta
mereka.45
Washalli „alaihim (dan berdoalah untuk mereka), maksudnya
berdoalah untuk mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka.
Guna menunjukkan restumu terhadap mereka dan memohonkan
keselamatan dan kesejahteraan bagi mereka.46
Inna shalataka sakana lahum (sesungguhnya doamu itu
ketentraman bagi mereka) yang selama ini gelisah dan takut akibat
dosa-dosa yang mereka lakukan. Menurut satu pendapat yang
dimaksud sakanun ialah ketenangan batin lantaran taubat mereka
diterima. Menurut ibnu abbas, menjadi rahmat buat mereka.
Sedangkan menurut Qatadah, menjadi ketentraman bagi jiwa
mereka.47
Wallahu samii‟un „aliim (dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui), yakni mendengar kepada doamu dan mengetahui
45
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 666 46
Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Volume 5, 666 47
Al-imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 11, terj. Bahrun Abu
Bakar (Bandung: Sinar Baru Igensindo, 2003), 24
27
orang yang berhak mendapatkan hal itu darimu dan orang-orang
yang pantas untuk memperolehnya.48
b. Hadis
ه وسلهن عي ابي عور رض عل صلهى الله عنهوا، أىه رسىل الله الله
ذا وأىه هحوه قال: أهرت أى أقاتل النهاس حتهى شهذوا أى لا إله إلاه الله
وىا ، وق كاة، فئ الصهلاة، وؤتىا رسىل الله را فعلىا رلك عصوىا الزه
دهاءهن وأهىالهن إلاه بحق الأسلام، وحسابهن على الله هن
رواحه البخاري هسلن(..(تعالى
Artinya: Dari Ibnu Umar -radhuyallahu „anhuma-, bahwa Rasulullah
shallallahu „alaihi wa sallam bersabda, “Aku diperintah untuk
memerangi manusia hingga mereka bersyahadat „aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah, dan (aku
bersaksi bahwa) Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka
melakukan hal itu, darah dan harta mereka telah terlindung dariku,
kecuali dengan hak Islam. Dan perhitungan (amalan) mereka di sisi
Allah”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)
3. Subjek dan Objek Zakat
Perintah zakat selalu beriringan dengan perintah shalat karena
kedua perintah tersebut memiliki tujuan yang hampir sama, yakni
perbaikan kualitas kehidupan masyarakat. Zakat bertujuan membersihkan
diri dari sifat kikir dan rakus, dan mendorong manusia untuk
mengembangkan sifat kedermawanan dan sensitivitas kesetiaan sosial.
Demikian pula halnya dengan shalat, shalat bertujuan menghindarkan
kehidupan manusia dari fakhsya (kejahatan) dan munkar (kerusakan).49
Kewajiban zakat melekat baik pada subjek maupun objek zakat.
Subjek yang wajib zakat (muzaki) adalah seorang muslim dewasa yang
waras, merdeka dan memeiliki kekayaan yang memenuhi syarat-syarat
tertentu. Dengan demikian zakat tidak wajib dan tidak sah bagi orang kafir
dan hamba sahaya. Zakat tidak wajib bagi orang kafir karena zakat adalah
pembeda antara orang muslim dan orang kafir. Zakat tidak wajib bagi
hamba sahaya karena hamba sahaya tidak memeiliki apapun, bahkan ia
48
Al-imam Abul Fida Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 11, terj. Bahrun Abu
Bakar, 24 49
Quraish Shihab, Panduan Zakat (Jakarta: Penerbit Republika, 2001), 88
28
tidak berhak atas dirinya sendiri.50
Adapun orang yang diwajibkan untuk
mengeluarkan zakat adalah muzaki. Muzaki menurut UU Zakat Nomor 23
Tahun 2011 adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban
menunaikan zakat.51
Para ulama bersepakat bahwa yang diwajibkan
berzakat adalah seorang muslim dewasa, berakal sehat, merdeka, serta
mempunya harta atau kekayaan yang cukup nisab (sejumlah harta yang
telah cukup jumlahnya untuk dikeluarkan zakatnya) dan sudah memenuhi
haul (telah cukup waktu untuk mengeluarkan zakat yang biasanya
kekayaan itu telah dimulikinya dalam waktu satu tahun).52
Adapun
kewajiban zakat bagi lembaga atau yayasan, perseroan, dan bentuk badan
usaha lainnya ada dua alternatif penyelesaian, yakni ada yang mengatakan
tetap wajib berzakat ada pula yang mengatakan tidak wajib berzakat.
Adapun yang paling kuat pendapatnya adalah yang pertama dengan
alasan:
a. Subjek semua perbuatan sdalam Islam adalah manusia, baik di dunia
maupun diakhirat. Karena lembaga terdiri dari manusia baik pengurus
maupun pemiliknya, maka pertanggungjawabannya akan kembali
kepada manusia-manusia didalamnya bukan entitas lembaga itu
sendiri.
b. Karena zakat diwajibkan kepada pengurus dan pemilik dari lembaga
tersebut, maka jika zakat juga dikenakan kepada lembaga tersebut akan
terjadi double counting (perhitungan ganda) atas suatu aktivitas
pengembangan harta yang sama. Untuk menghindari hal tersebut,
maka zakat tidak diwajibkan kepada lembaga.
c. Islam pada dasarnya sederhana dan mudah. Jika kita hendak
mewajibkan zakat kepada lembaga sedangkan kepemilikan lembaga
tersebut tersebar (bukan milik satu orang saja) maka perhitungannya
akan menjadi rumit dan tidak berkesesuaian dengan kemudahan dan
kesederhanaan dalam Islam.
50
Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101, Edisi Pertama (Bandung: PT Mobidelta
Indonesia, 2015), 330 51
Pasal 1 (5) UU Zakat Nomor 23 Tahun 2011 52
Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern, 37
29
Adapun menurut Thaha „Abdullah al-„Afifi ada sepuluh syarat
yang harus dipenuhi oleh seorang muzaki yang akan mengeluarkan zakat.
Syarat yang pertama adalah Islam. Seorang yang hendak mengeluarkan
zakat haruslah seorang yang beragama Islam (Muslim). Syarat kedua,
taklif atau baligh dan berakal (sehat jiwanya). Ulama hanafi mensyaratkan
taklif bagi muzaki. Oleh karena itu dalam pandangan mazhab ini, anak
kecil dan ornag gila tidak diwajibkan untuk mengeluarkan zakat, kecuali
zakat pertanian dan zakat fitrah.
Kewajiban zakat melekat juga pada objek harta yang memenuhi
syarat-syarat tertentu. Sekalipun harta tersebut adalah milik anak-anak
ataupun orang gila. Hal ini disebabkan oleh keumuman dalil perintah zakat
dan makna penyucian harta yang terkandung didalamnya. Harta yang
memenuhi syarat tetap wajib disucikan walaupun dimiliki oleh orang gila
dan anak-anak.53
Seluruh jumhur ulama sependapat, bahwa yang menjadi
objek zakat adalah segala harta yang mempunyai nilai ekonomi dan
potensial untuk berkembang. Pengumpulan zakat tidak bisa dilaksanakan
karena adanya kebutuhan negara serta maslahat komunitas. Zakat
merupakan jenis harta khusus yang wajib diserahkan kepada lembaga amil
zakat atau baitul mal setelah memenuhi nisab (masa tertentu), baik ada
kebutuhan atau tidak. Zakat tidak gugur dari seorang muslim selama
diwajibkan dalam hartanya.54
Adapun syarat-syarat kekayaan yang wajib dizakati adalah :
a. Milik penuh
Artinya zakat yang diberikan harus harta yang dimiliki secara
penuh. Bahwa kekayaan itu harus berada dibawah kontrol dan didalam
kekuasaannya, atau seperti yang dinyatakan ahli fikih bahwa kekayaan
itu harus berada ditangannya, tidak tersangkut didalamnya hak orang
lain, dapat ia pergunakan dan faedahnya dapat dinikmati.
b. Berkembang
53
Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101, 330 54
Taqyuddin an-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif Perspektif Islam, terj.
Mahfur Wahid (Surabaya: Risalah Gusti, 1999), 256
30
Pada umumnya harta memiliki sifat berkembang, artinya ia
dapat tumbuh bertambah jika dikelola dengan baik. Maksudnya
kekayaan itu dapat memberikan keuntungan atau pendapatan ketika
dikembangkan. Misalnya uang tunai yang dibelikan suatu barang yang
menjadi persediaan yang kemudia dijual kembali dan akan
menghasilkan keuntungan yang lebih dari nominal yang sebelumnya.
c. Cukup senisab
Nisab adalah batas minimal harta yang dimiliki. Nisab zakat
berbeda-beda tergantung jenis harta yang dimiliki. Secara umum, 85
gram emas adalah nisab untuk uang dan emas. Hikmah dari adanya
nisab adalah untuk memastikan bahwa hanya orang kaya yang
membayar zakat.55
Yaitu sejumlah harta tertentu yang sudah cukup
jumlahnya untuk dikeluarkan zakatnya.
d. Bebas dari hutang
Maksudnya adalah bila pemilik harta/kekayaan itu memiliki
hutang yang menghabiskan atau mengurangi jumlah kepemilikan
sehingga kekayaan itu tidak sampai senisab.
e. Berlalu setahun (mencapai haul)
Yaitu kekayaan yang berada ditangan pemiliknya sudah berlalu
masanya satu tahun. Persyaratan setahun ini hanya untuk ternak,
uangm dan harta benda dagang. Tetapi untuk hasil pertanian, buah-
buahan, madu, harta karun dan sejenisnya tidaklah dipersyaratkan
untuk menunggu dalam waktu satu tahun.56
Tahun yang dimaksud
adalah tahun dalam ukuran kalender Hijriyah (hitungan Qamariyah).57
4. Macam-Macam Zakat
Secara umum umat Islam mengetahui bahwa zakat terbagi menjadi
dua yakni :
a. Zakat Fitrah
55
Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101, 331 56
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis, terj. Salman Harun dkk (Bogor: Litera Antar Nusa, 2002), 122 57
Chandra Natadipurba, Ekonomi Islam 101, 331
31
Zakat fitrah atau biasa disebut dengan zakat nafs (untuk diri
sendiri) yaitu sejumlah harta yang wajib ditunaikam oleh setiap
mukallaf (orang Islam, baligh, dan berakal) dan setiap orang yang
nafkahnya ditanggung olehnya dengan syarat-syarat tertentu, dan
kewajiban menunaikannya ketika bulan ramadhan berakhir sebelum
dilaksanakannya shalat idul fitri.58
Kadar yang wajib bagi setiap
individu dalam zakat fitrah adalah satu sha‟ dari sesuatu yang biasa
dimakan oleh penduduk negeri tersebut, baik berupa biji-bnijian (padi
dan gandum), kurma, anggur, ataupun lainnya seperti keju dan susu.
Yang menjadi acuan dalam hal ini adalah makanan pokok orang yang
menzakati, sebab ia sejak awal sudah diwajibkan atasnya kemudian
ditanggung oleh si pemberi zakat.59
b. Zakat mal (harta)
Adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka
satu tahun sekali yang sudah memenuhi nisab mencakup hasil
perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta
temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing tipe
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.60
Adapun jenis-jenis zakat
mal menurut UU zakat Nomor 23 tahun 2011 terdiri dari:
1) Emas, perak dan logam mulia lainnya
Kewajiban menunaikan zakat emas, perak dan logam mulia
lainnya tertuang dalam surat at-taubah ayat 34.
Adapun nisab zakatnya adalah 20 dinar atau setara dengan
85 gram atau lebih untuk emas dan 200 dirham atau setara dengan
672 gram atau lebih untuk perak. Keduanya wajib dikeluarkan
zakatnya jika telah mencapai haul dan nisabnya, besaran zakat
yang wajib dikeluarkan adalah 2,5% dari totalnya.
2) Uang dan surat berharga lainnya
58
El Madani, Fiqih Zakat Lengkap (Yogyakarta: Diva Press, 2013), 139-140 59
Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 399 60
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba‟ly, Ekonomi Zakat : Sebuah Kajian Moneter dan
Keuangan Syariah (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), 3
32
Zakat uang dikeluarkan apabila kita mengetahui memiliki
uang kertas dan logam yang senilai dengan 20 mitsqal emas adtau
200 dirham perak. zakat yang harus dikeluarkan juga diqiyaskan
dengan emas dan perak, yakni 2,5%. Sedangkan surat berharga
adalah dokumen-dokumen yang setara dengan emas dan perak, dan
disebut oleh ahli ekonomi sebagai al-ghitha‟ adz-dzahabi. Apabila
seorang muslim memiliki lembar surat berharga yang nilainya
sama dengan 20 mitsqal emas, ia wajib mengeluarkan zakat
menurut ukuran nisab emas.61
3) Perniagaan
Zakat perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan dari
kekayaan yang di investasikan dan diperoleh dari kegiatan
perdagangan, baik yang dilakukan oleh perseorangan maupun
secara kelompok. Adapun haul dan nisab nya disamakan dengan
emas yakni 85 gram dan telah mencapai satu tahun sejak
dimulainya perniagaan tersebut. Besaran zkat yang harus
dikeluarkannya adalah 2,5%.62
4) Pertanian, perkebunan, dan kehutanan
Diantara nikmat Allah yang dianugrahkan kepada hamba-
Nya ialah dihamparkannya bumi yang dapat dimanfaatkan untuk
menanam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang menjadi sumber
rizki manusia sehingga sebagian ahli ekonomi dibarat menyerukan
satu-satunya wajib pajak pada hasil pertanian, karena mereka
menganggap ia merupakan sumber utama bagi kehidupan manusia.
Zakat hasil pertanian ini berbeda dengan zakat harta lainnya. Pada
zakat pertanian ini tidak disyaratkan terpenuhinya satu tahun
(haul), melainkan disyaratkan setelah panen, sebab ia merupakan
hasil bumi atau hasil pengolahan bumi.63
Adapun syarat dikeluarkannya zakat pertanian adalah :
61
Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah360 62
Fahrur Muis, Zakat A-Z: Panduan Mudah, Lengkap, Dan Praktis Tentang Zakat, Cet.
Ke-1 (Solo: Tinta Medina, 2011), 79 63
Yusuf qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis, terj. Salman Harun dkk, 241-242
33
Hasil petanian tersebut ditanam oleh manusia, bukan tanaman
yang tumbuh sendiri.
Hasil pertanian tersebut merupakan jenis makanan pokok
manusia yang dapat disimpan dan jika disimpan tidak akan
merubah fisiknya (tidak rusak).
Sudah mencapai nisab. Adapun kadarnya adalah 5 wasaq, 1
wasaq adalah 60 sha‟, sedangkan 1 sha‟ sama dengan 2,2 kg,
jadi 1 wasaq kurang lebih sama dengan 132,6 kg. Jandi kadar
nisabnya adalah 663 kg.64
Adapun zakat yang wajib dikeluarkan adalah 5% jika
pengairannya mengeluarkan biaya, 10% jika pengairannya melalui
irigasi, dan 7,5% jika menggunakan keduanya.
5) Perternakan dan perikanan
Hewan ternak dinamakan al-an‟am karena banyaknya
nikmat Allah yang dianugerahkan kepada hambanya melalui
hewan tersebut. Hewan ternak itu mencakup unta, sapi/kerbau,
kambing. Adapun syarat wajib zakat hewan ternak adalah :
Pertama, hewan tersebut digembalakan dipadang rumput terbuka
sepanjang tahun. Zakat hewan dikhususkan pada hewan ternak
karena makanannya dapat terpenuhi dengan menggembalakannya
dipadang rumput terbuka, baik rumput kering ataupun
basah.65
Kedua, hewan tersebut dimaksudkan untuk diperoleh
susunya, anaknya, dagingnya, dan tidak untuk dipekerjakan.
Hewan yang digunakan untuk membajak diladang atau
dipekerjakan tidak wajib zakat meskipun ia diternakkan. Ketiga,
telah dimiliki selama satu tahun penuh. Terpenuhinya satu tahun
(haul) merupakan syarat yang sangat adil. Karena jika ditetapkan
dalam waktu yang relatif singkat tentu akan memberatkan sang
pemilik harta dan bagi orang-orang yang membutuhkannya (orang
miskin). Keempat, mencapai nisab, sebagaimana berikut :
64
Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah370-372 65
Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah351-352
34
Nisab zakat unta
Tabel 2.1
Nisab Zakat Unta
Dari-Sampai
(Ekor unta) Zakat yang harus dikeluarkan
5-9 1 ekor domba
10-14 2 ekor domba
15-19 3 ekor domba
20-24 4 ekor domba
25-35 Seekor anak unta betina (1 tahun atau lebih)
36-45 Seekor anak unta betina (2 tahun atau lebih)
46-60 Seekor anak unta betina (3 tahun atau lebih)
61-75 Seekor anak unta betina (4 tahun atau lebih)
76-90 2 ekor anak unta betina (2 tahun atau lebih)
91-120 2 ekor anak unta betina (3 tahun atau lebih)
121-129 3 ekor anak unta betina (2 tahun atau lebih)
130-139 Seekor anak unta betina (3 tahun atau lebih)
ditambah 2 ekor anak unta betina (berumur 2
tahun lebih)
140-149 2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun
lebih) ditambah 2 ekor anak unta betina (2
tahun lebih)
Selanjutnya setiap bertambah 40 ekor unta zakatnya juga
ditambah seekor anak unta betina (berumur 2 tahun atau lebih),
35
dan setiap bertambah 5 ekor zakatnya juga ditambah seekor anak
unta betina (berumur 3 tahun atau lebih), demikian seterusnya.66
Nisab zakat sapi/kerbau
Tabel 2.2
Nisab Zakat Sapi/Kerbau
Dari-sampai
(ekor sapi) Zakat yang wajib dikeluarkan
5-9 1 ekor domba
30-39 Seekor anak sapi jantan atau betina (umur 1
tahun)
40-59 Seekor anak sapi betina (umur 2 tahun)
60-69 2 ekor anak sapi jantan (umur 1 tahun)
70-79 Seekor anak sapi betina (umur 2 tahun)
ditambah seekor anak sapi jantan (umur 1
tahun)
Selanjutnya setiap bertambah 30 ekor sapi zakatnya
ditambah pula seekor anak sapi jantan (umur 1 tahun), dan
setiap betambah 40 ekor, zakatnya ditambah seekor anak sapi
betina (umur 2 tahun).67
Nisab zakat kambing
Tabel 2.3
Nisab Zakat Kambing
Dari-sampai
(ekor kambing) Zakat yang wajib dikeluarkan
40-120 1 ekor kambing
66
Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 353-354
67 Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 355
36
121-200 2 ekor kambing
221-300 3 ekor kambing
Selanjutnya setiap bertambah 100 ekor, zakatnya juga
ditambag seekor kambing. Adapun zakat yang dikeluarkan
tidak boleh hewan yang cacat dan hewan jantan selama orang
tersebut memiliki hewan betina. Kecuali ia tidak memiliki
hewan betina, maka ia boleh mengeluarkan zakat hewan
jantan.68
Sedangkan untuk nisab pada ternak unggas dan perikanan
tidak ditetapkan berdasarkan jumlah (ekor) sebagaimana unta, sapi,
dan kambing, tetapi dihitung berdasarkan skala usaha. Ternak
unggas dan perikanan adalah setara dengan 20 dinar (1 dinar =
4,25 gram emas murni) atau sama dengan 85 gram emas murni (24
karat).
Apabila seseorang beternak ikan, dan pada akhir tahun
(tutup buku) ia memiliki kekayaan berupa modal kerja dan
keuntungan lebih besar, kira-kira setara dengan 85 gram emas
murni, ia terkena kewajiban zakat sebesar 2,5%. Dengan demikian,
usaha tersebut digolongan ke dalam zakat perniagaan.69
6) Pertambangan
Barang tambang adalah semua yang dikeluarkan dari bumi
dan memiliki nilai, seperti emas, perak, besi, kuningan, dan timah.
Apabila saat memperoleh barang tambang tersebut nilainya telah
mencapai nisab yakni sama dengan 85 gram emas, maka wajib
dikeluarkan zakat atas harta tersebut sebesar 2,5%.70
Selain itu, ada
juga pendapat sebagian fuqaha bahwa kadar zakat pertambangan
adalah sama dengan kadar zakat nya rikaz yakni 10%.71
68
Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 355 69 https://zakat.or.id/bab-iii-nisab-dan-kadar-zakat/ diakses pada tanggal 20 Februari 2017
pukul: 19.27 70
Fahrur Muis, Zakat A-Z: Panduan Mudah, Lengkap, Dan Praktis Tentang Zakat , 79 71
Hikmat Kurnia dan A. Hidayat, Panduan Pintar Zakat (Jakarta: Qultum Media, 2011),
268
37
7) Perindustrian
Zakat perusahaan/perindustrian adalah kewajiban zakat
bagi perusahaan dengan statusnya sebagai sebuah badan hukum
(syaksiyah i‟tibariyah), dan bukan kewajiban personal para pemilik
aset perusahaan. Syarat zakat perusahaan:
Kepemilikan dikuasai oleh muslim
Bidang Usaha Halal
Asset perusahaan dapat dinilai dan bisa berkembang (growing)
Asset perusahaan setara dengan 85 Gram Emas
Ukuran 85 gram emas tersebut adalah konversi yang
dipegang oleh mayoritas ulama dari ketentuan asal yaitu 20 dinar
(koin emas dengan kadar 4,25 gram/dinar). Nisab ini adalah nisab
tertinggi dalam perzakatan. Ketentuan perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Perhitungan zakat perusahaan dapat dilakukan dengan
mengumpulkan seluruh modal dari aktiva lancar dengan
keuntungan (dividen).
Setelah itu dikalikan dengan tarif zakatnya sebesar 2,5% jika
dihitung haul dengan menggunakan penanggalan hijriyah, atau
2,5775% jika dihitung dengan haul masehi.
Aktiva tetap tidak dikenakan kewajiban zakat, kecuali jika
aktiva tetap itu menghasilkan keuntungan dan pendapatan.72
8) Pendapatan dan jasa
Menurut Yusuf Qardhawi, pendapatan yang harus dizakati
dari suatu profesi adalah segala macam pendapatan yang didapat
bukan dari harta yang sudah dizakati, yang artinya bahwa zakat
profesi ini didapat dari hasil usaha manusia yang mendatangkan
pendapatan dan sudah mencapai nisab. Buakn dari harta kekayaan
yang zakatnya sudah ditetapkan dalam Al-qur‟an dan hadis Nabi,
72 http://www.zakatcenter.org/zakat-hasil-perusahaan-atau-industri/ diakses pada tanggal
20 Februari 2017 pukul: 19.39
38
seperti hasil pertanian, peternakan, harta simpanan, dan rikaz. Jadi
zakat profesi ini bisa dikatakan sebagai hasil ijtihad para ulama
yang belum ditetapkan sebelumnya melalui dalil Al-qur‟an ataupun
Hadis.73
Dari kadar zakat yang wajib dikeluarkan dianalogikan pada
zakat uang yang juga diqiyaskan dengan zakat emas dan perak
yakni 2,5%.74
9) Rikaz
Rikaz adalah harta terpendam pada masa jahiliyah yang
ditemukan pada masa Islam dan tidak diketahui siapa pemiliknya.
Zakat yang harus dikeluarkan adalah 20%, nisab nya disamakan
dengan emas dan perak. Sedangkan untuk haulnya, rikaz tidak di
syaratkan untuk menunggu sampai waktu satu tahun. Artinya
ketika menemukan rikaz, maka langsung dikeluarkan zakatnya
sebesar 1/5 atau 20%.75
D. Penelitian Terdahulu
Penulis mencari beberapa penelitian terdahulu sebagai bahan
perbandingan penelitian yang akan dilakukan. Berikut merupakan beberapa
penelitian terdahulu mengenai hal ini, diantaranya:
Menurut Nurul Tsani Muslihati (2014) dalam skripsi berjudul “Pengaruh
religiositas dan pendapatan terhadap minat bayar zakat melalui BAPELURZAM
(Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah) PCM Weleri Kendal”. Dengan
menggunakan sumber data primer dan sekunder, dengan sampel yang diteliti
sebanyak 100 orang muzaki BAPELURZAM PCM Weleri. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian tersebut adalah dengan menggunakan kuesioner,
wawancara, dan dokumentasi. Dari hasil penelitian tersebut religiositas dan
pendapatan secara bersama-sama atau simultan memiliki pengaruh yang positif
73
Yusuf qardawi, Hukum Zakat: Studi Komparatif Mengenai Status dan Filsafat Zakat
Berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis, terj. Salman Harun dkk, 497-498 74
Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah: Berbagai Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa
Kini (Jakarta: Kalam Mulia, 2003, cet. IV), 271 75
Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 355
39
dan signifikan terhadap minat membayar zakat melalui BAPELURZAM PCM
Weleri Kendal.76
Menurut Sidiq Hanwar Ahmad (2015) yang mengkaji tentang “Pengaruh
Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan, Religiusitas Dan Kepercayaan Kepada
Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada Lembaga
Amil Zakat :(Studi Kasus Terhadap Muzaki Di Fakultas Agama Islam Dan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta)”.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan
Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) pada signifikansi (α) sebesar 0,05.
Pengetahuan zakat (PZ) berpengaruh signifikan terhadap minat membayar zakat
pada lembaga amil zakat dengan koefisien sebesar 0,274670. Tingkat kepercayaan
(TK) juga berpengaruh signifikan terhadap minat membayar zakat pada lembaga
amil zakat dengan koefisien sebesar 0,199615. Sedangkan untuk variabel tingkat
pendapatan (TP) dan tingkat religiusitas (TR) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap minat membayar zakat pada lembaga amil zakat pada tingkat
α sampai dengan 95%.77
A. Mus‟ab, (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Religiusitas,
Tingkat Penghasilan, dan Layanan Terhadap Minat Muzaki Untuk Membayar
Zakat Maal Di Lazis NU”. Hasil penelitian yang diolah dengan program SPSS
Versi 16.0 for windows menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen
(religiusitas, pendapatan dan layanan) terhadap variabel dependen (minat
masyarakat) sebesar 71,9%, sedangkan yang 28,1% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Hal ini berarti sangat besar sekali
kemampuan variabel religiusitas, pendapatan dan layanan dalam menerangkan
variabel minat. Hasil uji empiris pengaruh antara religiusitas terhadap minat
masyarakat, menunjukkan nilai t hitung 3,914 dan p value (sig) sebesar 0,000
yang di bawah 5%. Artinya bahwa religiusitas berpengaruh terhadap minat
76
Nurul Tsani Muslihati.“Pengaruh religiositas dan pendapatan terhadap minat bayar
zakat melalui BAPELURZAM (Badan Pelaksana Urusan Zakat Muhammadiyah) PCM Weleri
Kendal.” (Skripsi, UIN Walisongo Semarang, 2014), 1 77
Sidiq Hanwar Ahmad. “Pengaruh Pengetahuan Zakat, Tingkat Pendapatan, Religiusitas
Dan Kepercayaan Kepada Organisasi Pengelola Zakat Terhadap Minat Membayar Zakat Pada
Lembaga Amil Zakat :(Studi Kasus Terhadap Muzaki Di Fakultas Agama Islam Dan Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta).” (Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2015), 1
40
masyarakat. Pengaruh antara pendapatan terhadap minat masyarakat menunjukkan
nilai t hitung 3,635 dan p value (sig) sebesar 0,001 yang di bawah 5%. Artinya
bahwa pendapatan berpengaruh terhadap minat masyarakat. Sedangkan pengaruh
antara layanan terhadap minat masyarakat menunjukkan nilai t hitung 2,084 dan p
value (sig) 0,042, dengan menggunakan tingkat alpha 5%, maka posisi nilai
probabilitasnya berada dibawah Alphanya. Hal ini berarti bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara layanan terhadap minat masyarakat.78
Menurut Sri Kurniati (2015) dalam skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-
faktor Yang Mempengaruhi Minat Muzaki Membayar Zakat, Infak dan Shadaqah
di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan (Studi Kasus Karyawan RSI
PKU Muhammadiyah Pekajangan)”. Undergraduate thesis, STAIN Pekalongan.
Hasil uji empiris lima variabel yang peneliti gunakan, tiga variabel yaitu
religiusitas, pendapatan dan tekhnik pengumpulan zakat memiliki pengaruh
terhadap mianat muzaki membayar zakat, infak dan shadaqah. Sedangkan dua
variabel yang lain yaitu kepercayaan dan layanan tidak memiliki pengaruh
terhadap minat muzaki membayar zakat, infak dan shadaqah. Hasil uji simultan
(F) semua variabel secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap minat
muzaki membayar zakat, infak dan shadaqah. Hasil penelitian ini diolah dengan
program SPSS Versi 2.2 for windows menunjukkan bahwa pengaruh variabel
religiusitas, pendapatan, kepercayaan, layanan dan tekhnik pengumpulan zakat
terhadap minat muzaki membayar zakat, infak dan shadaqah sebesar 40,7%
sedangkan 59,3% dipengaruhi oleh variabel yang tidak dimasukkan dalam
penelitian tersebut.79
Menurut Fakhruddin, Muhammad Setiawan, Achmad Hendra (2016)
dalam artikel yang berjudul “Analisis pengaruh tingkat pengetahuan zakat, tingkat
religiusitas, tingkat pendapatan, dan tingkat kepercayaan kepada baznas terhadap
minat membayar zakat profesi para pekerja (studi kasus pekerja di DKI
Jakarta)”.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan
78
A. Mus‟ab. “Pengaruh Religiusitas, Tingkat Penghasilan, Dan Layanan Terhadap Minat
Muzaki Untuk Membayar Zakat Maal Di Lazis NU.” (Skripsi, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2011), 1 79
Sri Kurniati.“Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Muzaki Membayar
Zakat, Infak dan Shadaqah di LAZIS RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan (Studi Kasus
Karyawan RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan).” (Skripsi, STAIN Pekalongan, 2015), 1
41
tingkat Zakat religiusitas, tingkat pendapatan, tingkat kepercayaan terhadap
BAZNAS terhadap kepentingan membayar zakat profesi pekerja di DKI Jakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda (Ordinary Least Square). Semua variabel yang digunakan diukur
menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan
variabel Zakat, tingkat pendapatan, dan tingkat kepercayaan di BAZNAS
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepentingan membayar zakat
profesi pekerja di DKI Jakarta pada tingkat signifikansi 5%. Pengetahuan yang
lebih tinggi dari zakat, tingkat pendapatan, dan tingkat kepercayaan di BAZNAS
maka bunga yang lebih tinggi dari pekerja untuk membayar profesi zakat. Tingkat
kepercayaan di BAZNAS menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap
kepentingan membayar zakat profesi di DKI Jakarta.80
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas, dapat
diketahui bahwa keseluruhan penelitian tersebut membahas mengenai pengaruh
tingkat pendapatan beserta variabel lainya terhadap minat mengeluarkan zakat
masyarakat. Namun, penelitian yang akan dilakukan oleh penulis sendiri disini
adalah hanya sebatas pengaruh tingkat pendapatan saja terhadap minat
mengeluarkan zakat. Karena menurut hemat penulis, yang paling berpengaruh
atas minat mengeluarkan zakat adalah pendapatan masyarakat itu sendiri
meskipun ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi, namun pengaruhnya sendiri
tidak terlalu signifikan, tidak seperti pendapatan.
E. Kerangka Pemikiran
Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggaota
masarakat dalam waktu tertentu sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi
yang mereka sumbangkan.81
Tingkat pendapatan merupakan satuan tingkatan
yang berasal dari pemasukan keuntungan yang dihasilkan dari imbalan atas
baranbg atau jasa yang diberikan.
80
Fakhruddin, Muhammad Setiawan, Achmad Hendra. “Analisis pengaruh tingkat
pengetahuan zakat, tingkat religiusitas, tingkat pendapatan, dan tingkat kepercayaan kepada
baznas terhadap minat membayar zakat profesi para pekerja (studi kasus pekerja di DKI Jakarta).”
(Ungraduated Thesis, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang, 2016), 1 81
Soediyono. Pengantar Analisis Pendapatan Nasional. (Yogyakarta: Liberty, 1992), 99
42
Zakat menurut bahasa artinya “berkembang” (an-nama) atau “pensucian”
(at-thahir). Adapun menurut syara‟, zakat adalah hak yang telah ditentukan
besarnya yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu.82
Zakat merupakan
kewajiban yang telah disepakati umat Islam. Kewajiban zakat telah ditetapkan dan
disebutkan dalam Al-Qur‟an dan Hadis baik secara umum maupun khusus
sehingga telah diketahui secara pasti sebagai salah satu dari kewajiban yang harus
dipenuhi bagi setiap orang Muslim.83
Kewajiban menunaikan zakat khususnya zakat mal (harta) memang
diwajibkan bagi harta atas kepemilikan penuh dan telah mencapai haul dan nisab.
Begitu pula berlaku pada pendapatan seseorang yang dihasilkan dariberbagai
aktivitas produksi. Adapun subjek zakat itu sendiri adalah seorang Muslim dan
seorang yang kaya. Menurut surat At-Taubah ayat 103, zakat harus dipungut oleh
pemerintah yang bertindak sebagai wakil fakir miskin untuk memperoleh haknya
yang ada pada harta orang kaya.84
Berdasarkan pengertian zakat diatas maka dapat diketahui bahwa minat
mengeluarkan zakatadalah kecenderungan atau keinginan dari hati sesorang untuk
mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki yang besarannya telah diatur dan
ditentukan oleh syariat Islam.
Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian yang diajukan, maka titik tolak untuk merumuskan hipotesis adalah
82
Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), 92 83
Abdul Aziz Muhammad Azzam & Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, 347 84
Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah, 95-96
Tingkat
Pendapatan
(X)
Minat
Mengeluarkan
Zakat (Y)
43
rumusan masalah dan kerangka berfikir.85
Adapun hipotesis dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
H1 : Tingkat pendapatan berpengaruh positif terhadap kesadaran
berzakat masyarakat
H2 : Tingkat Pendapatan tidak berpengaruh positif terhadap kesadaran
berzakat masyarakat.
85
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm
284