BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian...
-
Upload
duongtuong -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian...
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Belajar
Keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai
anak didik. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-
tindakan yang berhubungan dengan belajar, dan setiap orang mempunyai
pandangan yang berbeda tentang belajar.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan. Tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003:2). Menurut Winkel (dalam Darsono, dkk : 2000) belajar adalah aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan
nilai sikap.
Secara etimologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu” yang memliki definisi bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk
mencapai kepandaian atau ilmu (Baharuddin , 2008:13). Menurut teori dalam
belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa
respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedang
respon berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadapa stimulus yang diberikan
7
oleh guru. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Kemampuan manusia untuk belajar
merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk
lain, merupakan aktivitas yang selalu dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan
tiada hari tanpa belajar.
2.2 Prestasi Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono prestasi belajar merupakan hal yang dapat
dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Sisi siswa, hasil belajar
merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada
saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajaran. ( Dimyati, Mudjiono, 2006, 250:251)
Prestasi belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Proses penilaian terhadap prestasi belajar dapat
memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya
mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari
informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa
lebih lanjut baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Prestasi belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a).
Ketrampilan dan kebiasaan; (b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-
cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada
kurikulum sekolah (Nana Sudjana, 2002:22).
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu :
1. Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada
faktor dari dalam individu yang belajar. Adapun faktor yang
mempengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain
yaitu : motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.
2. Faktor eksternal (dari luar individu yang belajar)
Pencapaian tujuan belajara perlu diciptakan adanya sistem lingkungan
belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar
siswa. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah mendapatkan
pengetahuan, penanaman konsep dan ketrampilan, dan pembentukan
sikap.
Prestasi belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses
belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang
diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai
siswa.
2.3 Metode Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha menciptakan interaksi
dengan siswa. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa dapat belajar yang pada
akhirnya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Upaya guru
untuk berinteraksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, berbagai cara inilah
yang disebut metode pembelajaran. Karena interaksi ini bertujuan siswa dapat
mencapai tujuan pembelajaran, maka metode ini dapat diartikan juga sebagi suatu
9
cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode
mengajar adalah suatu jalan/cara yang harus dilalui didalam mengajar (Slameto ,
2003:65).
Metode pembelajaran yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan
kegiatan belajar siswa (Nana Sudjana, 2002 :76), karena itu penggunaan metode
tidak sembarangan. Ketetapan metode sangat bergantung pada aspek berikut ini :
a. Anak didik
Anak didik mempunyai perbedaan-perbedaan dari segi biologis, individual
dan psikologis. Dari segi biologis terdiri dari laki-laki dan perempuan, postur
tubuh mereka ada yang tinggi, sedang dan ada pula yang pendek. Dari segi
intelektual ada yang cerdas, sedang, kurang dan ada yang mempunyai
kepribadian tertutup dan ada yang terbuka. Perbedaan-perbedaan tersebut
mempengaruhi guru dalam pemilihan dan penggunaan metode yang mana
sebaiknya guru ambil untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
b. Tujuan
Tujuan pembelajaran sangat beragam, hal itu mempengaruhi metode yang
digunakan. Penggunaan metode harus sejalan dengan isi atau kemampuanapa
yang harus dikuasai anak didik sebagaiman tertuang dalam tujuan.
c. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama
dari hari ke hari. Hal ini disesuaikan dengan sifat bahan dan kemampuan
siswa. Dengan demikian guru harus menyesuaikan metode dengan situasi
kegiatan belajar mengajar.
10
d. Fasilitas
Fasilitas sangat mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar,
misalnya kurangnya fasilitas pengadaan buku referensi akan menghambat
guru menerapkan metode latihan.
e. Guru
Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda, ada guru yang suka bicara
dan ada guru yang kurang suka bicara. Latar belakang guru pun berbeda, ada
yang berlatar pendidikan guru dan ada yang bukan, hal ini mempengaruhi
kompetensi. Guru yang berlatar belakang pendidikan guru mempunyai
berbagai metode, karena memang suda dibekali. Selain itu pengalaman
mengajar juga mempengaruhi. Ketiga aspek tersebut yaitu kepribadian, latar
belakang pendidikan dan pengalaman mengajar dapat mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode (Bahri, 2002 :89-92).
Jadi metode mengajar merupakan cara-cara yang digunakan guru dalam
mengajar iswa untuk mencapai tujuan belajar dimana mentode mengajar ini
sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode belajar diantaranya adalah metode
konvensional dalam hal ini adalah metode ceramah, latihan dan penugasan dan
untuk kelas eksperimen menggunakan metode kontekstual.
2.4 Metode Pembelajaran Konvensional
Metode pembelajaran konvensional merupakan metode pembelajaran yang
berpusat pada guru dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan
oleh guru. Jadi guru memegang peranan utama dalam menentukan isi dan proses
belajar termasuk dalam menilai kemajuan siswa. Metode konvensional terlihat
11
pada proses siswa penerima informasi secara pasif, siswa belajar secara
individual, hadiah/penghargaan untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai
angka/rapor saja, pembelajaran tidak memperhatikan pengalaan siswa, dan hasil
belajar diukur hanya dengan tes.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran konvensional adalah metode
ceramah, tugas dan latihan. Metode ceramah dikatakan metode tradisional,
karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan
antara guru dengan anak didik dalam proses belajar mengajar. Penyampaian
materi pelajaran secara lisan sangat berbeda dengan penyampaian secara tertulis,
karena dalam cara ini siswa sangat tergantung pada cara guru mengajar.
Sementara tugas atau penugasan adalah metode penyajian bahan dimana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Aswan
Zain, 2002 : 96). Dan metode latihan adalah suatu cara mengajar yang baik untuk
menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu (Aswan Zai, 2002 : 108).
Sedangkan menurut Slameto (1990 : 100) keunggulan dari metode
konvensional adalah :
1. Dapat dipakai pada siswa yang sudah dewasa.
2. Menghabiskan waktu dengan baik.
3. Dapat dipakai dalam kelompok yang besar.
4. Tidak melibatkan banyak alat pembantu.
5. Dapat dipakai untuk mengatur pada pelajaran aktivitas.
12
Kelemahan metode ceramah menurut Slameto (1990 : 101)
1. Menghalangi respon dari siswa belajar.
2. Menuntut pengajar harus dapat menjadi pembicara yang baik,
3. Pembicaraan harus menguasai pokok pembicaraannya.
4. Dapat menjadi kurang menarik.
5. Pelajar hanya dapat memanfaatkan pendengarannya.
6. Sulit dipakai untuk anak-anak.
7. Membatasi daya ingat.
8. Biasanya hanya satu indera yang dipakai.
9. Pembicara tidak selalu dapat menilai reaksi siswa yang belajar.
Sumber belajar dalam pendekatan pembelajaran konvensional lebih
banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru
atau ahli. Dalam proses pembelajaran tidak pernah jauh dari upaya untuk
terjadinya pemahaman. Siswa dituntut untuk menunjukan kemampuan menghafal
dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai prasyarat untuk mempelajari
ketrampilan-ketrampilan yang lebih kompleks. Artinya, bahwa siswa yang telah
mempelajarai pengatahuan dasar tertentu maka siswa diharapkan akan dapat
menggabungkan sub-sub pengetahuan tersebut untuk menampilkan perilaku
(hasil) belajar yang kompleks.
Hal-hal yang harus disiapkan dalam menggunakan metode ceramah, perlu
diperhatikan juga langkah-langkah dalam menggunakan metode ceramah (Nana
Sudjana, 2002 : 77-78), sebagai berikut :
13
1. Tahap persiapan, artinya tahap guru untuk menyiapkan kondisi belajar yang
baik sebelum mengajar dimulai.
2. Tahap penyajian, tiap guru menyampaikan bahan pelajaran.
3. Tahap asosiasi, artinya memberi kesempatan kepada siswa untuk
menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterimanya.
Untuk itu pada tahap ini diberikan waktu untuk tanya jawab atau diskusi.
4. Tahap generalisasi atau kesimpulan. Pada tahap ini kelas menyimpulkan hasil
ceramah, umumnya siswa mencatat bahan yang telah diajarkan.
5. Tahap aplikasi/evaluasi, tahap ini diadakan penilaian terhadap pemahaman
siswa mengenai bahan yang telah diberikan guru. Evaluasi dapat berbentuk
lisan, tulisan, tugas dan lain-lain.
2.5 Metode Pembelajaran Kontekstual
Menurut Elaine B. Johnson (Riwayat, 2008) dalam Rusman mengatakan
pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Elaine mengatakan
bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok
dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akdemis
dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi pembelajarn kontekstual
adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa
merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus
menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata (Rusman , 2010:187).
Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pemberian
pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, akan tetapi
14
bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan
permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya. Dengan
demikian, inti dari pendekatan kontekstual, adalah keterkaitan setiap materi atau
topik pembelajaran denagn kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa
dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara
langsung terkait denagn kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian
ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lain sebagainya, yang memang
baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan
pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain akan lebih
menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa
yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.
Menurut Nurhadi (dalam Rusman, 2010 : 189), pembelajaran kontekstual
merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Oleh sebab
itu, melalui metode pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi
pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghapal sejumlah konsep-konsep
yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada
upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan bisa hidup (life skill) dari
apa yang dipelajarinya.
15
Ciri khas pembelajaran kontekstual ditandai oleh tujuh komponen utama,
yaitu 1) constructivism; 2) Inquiry; 3) Questioning; 4) Learning Community; 5)
Modelling; 6) Reflection; 7) Authentic Assessment.
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang oleh guru, yaitu dalam bentuk skenario
tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran (Rusman, 2010:200). Dalam program
tersebut harus tercermin penerapan dari ketujuh komponen pembelajaran
kontekstual dengan jelas, sehingga setiap guru memiliki persiapan utuh mengenai
rencana yang akan dilaksanakan dalam membimbing kegiatan belajar mengajar
dikelas.
Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar antara format program
pembelajaran konvensional seperti yang biasa dilakukan oleh guru-guru selama
ini. Adapun yang membedakannya, terletak pada penekannya, tujuan yang akan
dicapai (jelas dan operasional), sementara program pembelajaran kontekstual
lebih menekankan pada skenario pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap demi
tahap yang dilakukan guru dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan.
Oleh karena itu dalam program pembelajaran kontekstual hendaknya :
a. Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan
siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi pokok, dan
indikator pencapaian hasil belajar.
b. Rumuskan dengan jelas tujuan umum pembelajarannya.
16
c. Uraikan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan
digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
d. Rumuskan tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam
melakukan proses pembelajarannya.
e. Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada
kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat
berlangsungnya (proses) maupun setelah siswa tersebut selesai belajar.
2.6 Produktif Akuntansi
Produktif Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dalam
program keahlian akuntansi di SMK Negeri 1 Salatiga. Program keahlian
akuntansi bertujuan untuk membekali siswa dengan ketrampilan, pengetahuan
dan sikap agar kompeten dalam :
1. Mempersiapkan tamatan yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia
sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang berkompeten sesuai dengan
program keahlian akuntansi.
2. Membekali siswa untuk berkarir , mandiri yang mampu beradaptasi di
lingkungan kerja sesuai bidangnya dan mapu menghadapi perubahan yang
terjadidi masyarakat.
3. Membekali siswa dengan ketrampilan, pengatahuan dan sikap agar kompeten
dalam :
a. Memproses Dokumen Dana Kas Kecil
b. Memproses Dokumen Dana Kas Di Bank
c. Memproses Entry Jurnal
17
d. Memproses Buku Besar
e. Mengelola Kartu Piutang
f. Mengelola Kartu Utang
g. Mengelola Kartu Persediaan
h. Mengelola Kartu Aktiva Tetap
i. Menyelesaikan Siklus Akuntansi
j. Mengoperasikan Paket Program Pengolah Angka/spreadshhet
k. Mengoperasikan Aplikasi Komputer Akuntansi. (SKKNI Teknisi
Akuntansi, 2008)
2.7 MYOB (Mind Your Own Bussines)
MYOB atau Mind your Own Bussines adalah manajemen bisnis terpadu
yang dijalankan pada sistem operasi windows yang tidak lain merupakan
produksi dari sebuah perusahaan software di Australia dengan nama MYOB
Australia Pty.Ltd. MYOB accoumting merupakan program aplikasi akuntansi
terpadu yang saat ini banyak digunakan di Indonesia. Program ini memiliki fitur
yang lengkap, fleksibel, jumlah digit yang cocok dengan kondisi bisnis skala
kecil dan menegah Indonesia.
MYOB accounting software adalah software akuntansi yang juga sangat
powerfull dan mudah digunakan oleh siapa saja. Jika kita mengelola transaksi
keuangan dengan MYOB accounting software akan membantu kita dalam hal :
a. Menghemat waktu dalam mengelola dan menjalankan pembukuan
b. Mengelola barang dagang
c. Bisa digunakan untuk perusahaan jasa, dagang, maupun manufaktur.
18
MYOB accounting software sangat cocok untuk membantu dalam proses
penjualan dan pembelian, penghitungan piutang dagang (receivable), hutang
dagang (payabels), pajak dan masih banyak hal lainnya yang semuanya itu hanya
dengan menekan beberapa tombol saja.
2.7.1 Materi Membuat Bagan Akun
Dalam kompetensi dasar kedua dari standar kompetensi di silabus SMK
Negeri 1 Salatiga terdapat beberapa indikator yang ingin dicapai. salah satunya
kompetensi dasar kedua yaitu materi membuat bagan akun. MYOB membagi
klasifikasi account menjadi 8 kelompok. Masing-masing klasifikasi telah diberi
nomor default seperti berikut ini :
Asset Aktiva/Harta diawali dengan nomor 1-xxxx
Liabilitiy Hutang/Kewajiban diawali dengan nomor 2-xxxx
Equity Modal/Ekuitas diawali dengan nomor 3-xxxx
Income Pendapatan diawali dengan nomor 4-xxxx
Cost of Sales Harga pokok penjualan diawali dengan nomor 5-xxxx
Expense Beban Usaha diawali dengan nomor 6-xxxx
Other Income Pendapatan Lain diawali dengan nomor 7-xxxx
Other Expense Beban Lain diawali dengan nomor 8-xxxx
Account di dalam MYOB dapat disusun secara hierarkis, yaitu setiap
account dapat dirinci lagi menjadi subaccount dibawahnya. Nomor account dapat
diisi maksimal lima digit. Sedangkan untuk setiap account ada dua kemungkinan
hierarkinya, yaitu sebagai account induk (Header) atau sebagai account anak
(Detail).
19
Level satu harus selalu header, sedangkan level empat harus selalu detail.
Sedangkan untuk level dua dan tiga bisa berubah-ubah dari Heading menjadi
Detail; begitu pula sebaliknya (Ali Mahmudi, 2003:56)
2.8 Penelitian Terdahulu
Berikut ini merupakan penelitian yang relevan penelitian yang dilakukan
oleh Luluk Edi Prasetyo, 2011 yang berjudul “studi komparasi hasil belajar ipa
antara pembelajajaran konvensional dan pembelajaran 5E siswa kelas IV SDN 08
dan SDN 12 Salatiga semester 2 tahun ajatran 2010/2011”.
2.9 Kerangka Pikir
Berdasarkan kajian teoritis di atas pembelajaran kontekstual adalah
landasan berpikir bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit
yang hasilnya diperluas sehingga pengetahuan dapat berkembang dalam konteks
tertentu jadi pengetahuan bukan seperangkat fakta, konsep-konsep atau teori-teori
yang dapat ditransfer begitu saja dari seseorang ke orang lain jadi menurut paham
ini adalah upaya mengkonstrusi pengetahuan oleh karena itu dalam proses belajar
mengajar siswa yang berperan aktif dalam penciptaan gagasan-gagasan
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator yang mampu
memberikan bimbingan dan memilih merancang model yang sesuai sehingga
tercipta proses belajar dalam diri siswa.
Namun dalam pembelajaran pada saat ini guru masih dominan memilih
cara konvensional yang cenderung bersifat memusatkan perhatian siswa
sepenuhnya kepada guru (teacher centerd) sehingga yang aktif disini hanya guru,
sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan yang diberikan guru. Metode
20
mengajar adalah salah satu cara yang digunakan dalam mengadakan hubungan
antara guru dengan siswa pada saat kegiatan belajar mengajar. Penggunaan
metode pembelajaran diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Salah satunya adalah dengan menggunakan metode pembelajaraan
kontekstual diharapakan dapat memberikan cara atau suasana baru dalam
pembelajaran MYOB. Dari uraian diatas untuk mempermudah pemikiran tersebut
dapat digunakan ilustrasi kerangka berpikir sebagai berikut :
Gambar 1. Kerangka Pikir
Siswa kelas XI SMK NEGERI 1 SALATIGA
XI AK 3 XI AK 2
Konvensional Kontekstual
Tes pembelajaran materi bagan akun
Skor hasil konvensional
Skor hasil kontekstual
21
2.10 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatau pernyataan yang pada waktu diungkapkan
belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam
kenyataan empiris (W. Gulo, 2002 :57).
Sesuai dengan penelitian perbedaan prestasi belajar aplikasi MYOB
materi membuat bagan akun menggunakan metode konvensional dengan
metode kontekstual pada siswa jurusan produktif akuntansi kelas XI AK 2
dan XI AK 3 SMK Negeri 1 Salatiga tahun ajaran 2011/2012, adapun
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Hipotesis Kerja :
H0 ; Tidak terdapat perbedaan secara signifikan hasil belajar antara siswa
kelas XI AK 2 dengan siswa kelas XI AK 3 dengan penggunaan metode
konvensional dan metode kontekstual dalam pembelajaran aplikasi MYOB
materi membuat bagan akun.
Ha ; Terdapat perbedaan yang signifikan antar hasil belajar antara siswa XI
AK 2 dan XI AK 3 dengan penggunaan metode konvensional dan metode
kontekstual dalam pembelajaran aplikasi MYOB materi membuat bagan
akun.
Hipotesis Statistik :
H0 ; µ1 = µ2
Ha ; µ1 ≠ µ2