BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ayam Broilereprints.umm.ac.id/40051/3/BAB II.pdf7 BAB II LANDASAN TEORI...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ayam Broilereprints.umm.ac.id/40051/3/BAB II.pdf7 BAB II LANDASAN TEORI...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Ayam Broiler
Ayam broiler adalah jenis unggas yang memiliki laju pertumbuhan yang
berbeda, pertambahan berat badan tiap minggu yang cepat serta memiliki besar
konsumsi pakan yang terus meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan.
Broiler merupakan ayam yang dikhususkan untuk produksi daging. Maka dari itu,
pertumbuhanya akan sangat cepat yakni dalam kurun waktu 6 – 7 minggu ayam
akan tumbuh 40 – 50 kali dari bobot awalnya dan pada minggu-minggu terakhir
tumbuh sebanyak 50 – 70 gram per hari. Ciri dari ayam broiler ini adalah ukuran
badan relatif besar, padat, kompak, dan berdaging penuh. Jumlah telur sedikit,
bergerak lambat, tenang, dan lebih lambat mengalami dewasa kelamin (Amrullah,
2004).
Tujuan pemeliharaan ayam broiler adalah bagaimana daging dapat
dihasilkan dengan waktu yang singkat tetapi dengan bobot yang maksimal. Sesuai
dengan tujuan produksi ayam broiler, maka nutrisi merupakan salah satu hal
terpenting yang harus diperhatikan. Intinya bagaimana agar nutrisi pada pakan
ternak ayam broiler terpenuhi.
2.2. Pakan Ternak
Dalam pemeliharaan ayam broiler biaya pemberian pakan ternak dapat
mencapai 70% -80% dari total biaya produksi. Pakan yang diberikan harus
memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu sumber energi,
protein dan mineral. Bahan-bahan makanan yang biasa dipergunakan dalam
ransum atau pakan unggas di Indonesia adalah (1) jagung kuning; (2) dedak halus;
(3) bungkil kelapa; (4) bungkil kacang tanah; (5) bungkil kacang kedelai; (6)
tepung ikan; (7) bahan-bahan makanan berupa butir-butiran atau kacang-
kacangan, hasil pertanian lainnya, dan daun-daunan sebangsa leguminosa (Asfar,
2014). Pada penelitian ini terdapat pilihan bahan pakan ayam broiler sebanyak 50
yang ditunjukkan pada Tabel 2.1.
8
Tabel 2.1. Daftar Bahan Pakan Dan Kandungan Nutrisi Ayam Broiler
No. Bahan Pakan Em PK SK Ca P
Kkal % % % %
1 Ampas Tahu 0 18.7 14.53 0.32 0.45
2 Bekatul 1630 12.2 10.1 0.3 0.21
3 Beras Pecah Kulit 2660 8 9 0.09 0.08
4 Biji Sorgum 3250 10 2 0.41 2.13
5 Bungkil Biji Karet 2159 24.2 9.8 0.11 0.23
6 Bungkil Kacang
Tanah 2200 42 17 0.21 0.25
7 Bungkil Kedele 2240 43.7 6 0.29 0.65
8 Bungkil Kelapa 2200 18.5 15 0.2 0.57
9 Bungkil Wijen 1910 45.1 5 2 0.3
10 Daun Bambu 0 4.24 27.2 2.31 3.42
11 Daun Kelapa 0 7.23 3.6 1.67 3.56
12 Daun Pisang 0 5.79 34.05 2.54 1.56
13 Daun Ubi Jalar 0 14.32 11.7 3.1 2.3
14 Dedek Jagung Halus 2950 7.54 0.58 0.51 0.15
15 Dedek Jagung Kasar 2850 10.82 4.3 0.58 0.15
16 Gandum 2980 10.7 2.1 0.43 0.23
17 Gaplek 2970 1.5 0.9 0.18 0.09
18 Garam 0 0 0 0 0
19 Gula 3350 0 0 0 0
20 Ikan Kering 0 44.38 6.4 3.74 2.43
21 Isi Rumen
Terhidrolisis 2000 16.2 25.4 0.38 0.55
22 Jagung Kuning 3370 8.6 2 0.09 0.37
23 Jerami Padi 0 6 34.2 0.21 0.08
24 Kacang Buncis 2330 23.5 4.5 0.13 0.2
25 Kacang Hijau 2220 21.3 4.5 0.17 0.08
9
No. Bahan Pakan Em PK SK Ca P
Kkal % % % %
26 Kacang Kapri 2200 22 6 0.15 0.12
27 Kangkung Kering 0 5 30 0 0
28 Konsentrat Broiler 2800 41 5 2.5 1.5
29 Konsentrat Layer 2500 32 6 3.4 2.1
30 Meat Bone Meal 2190 52 2.8 10 5.1
31 Menir 3390 8.9 3 0.14 0.4
32 Menir Kedelai 2100 38.76 2.32 0 0
33 Minyak Ikan 8450 0 0 0.04 0.23
34 Minyak Kelapa 8600 0 0 0.02 0.15
35 Minyak Tumbuhan 8950 0 0 0.02 0.15
36 Onggok 0 3.7 1.3 0.31 0.15
37 Pelepah Daun Pisang 0 4.37 17.07 2.45 1.54
38 Pollard 1300 16.5 10 0.14 0.32
39 Promix 0 23 23 1.56 0.3
40 Ragi Bir 1850 35 3 0.13 0.5
41 Ragi Torula 1850 48 2 0.57 0.5
42 Rumput Gajah 0 9.1 33.1 0.7 0.38
43 Tepung Bulu 2310 85 1.5 0.32 0.32
44 Tepung Daging 2957 57 2.1 0.3 0.1
45 Tepung Daun Alfafa 1630 20 22 1.7 0.27
46 Tepung Ikan Impor 2830 65 1 4 2.6
47 Tepung Ikan Lokal 2640 50 1 2 1.5
48 Tepung Tulang 818 12 0 26 13.5
49 Tetes Bit 1980 6.5 3.7 0.16 0.2
50 Tetes Tebu 1960 3 3.9 0.9 0.1
(Sumber by peternak lokal dan dinas peternakan jawa timur)
10
Istilah “ayam broiler” merupakan sebutan pada ayam potong yang
menghasilkan daging dalam jumlah banyak. Ayam boiler sepanjang hidupnya
memiliki masa hidup cukup singkat, pertumbuhannnya tergantung pada makanan.
Bila makanan yang diberikan baik (kualitas maupun kuantitas) maka akan
menghasilkan hasil yang baik. Perlakuan peternak dalam cara memelihara ayam
dan pemberian pakan (ransum) akan mencerminkan hasil akhir pada ayam boiler
(Amrullah, 2004).
Pertumbuhan ayam boiler hingga ukuran tertentu sejalan dengan jumlah
ransum yang dikomsumsinya. Ayam broiler merupakan ayam broiler yang
mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan
bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam
kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler
tersebut didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang meliputi
makanan, temperatur lingkungan, dan pemeliharaan. Pada umumnya di Indonasia
ayam broiler sudah dipasarkan pada umur 5- 6 minggu dengan berat 1,3 – 1,6 kg
walaupun laju pertumbuhannya belum maksimum, karena ayam broiler yang
sudah berat sulit dijual. Ayam boiler menghasilkan daging dengan jumlah banyak.
Bagian-bagian tubuh ayam boiler tidak sama rasanya satu dengan lain. Bagian
punggung memiliki lebih banyak tulang. Bagian betis lebih keras karena lebih
berotot. Sebaliknya, bagian dada lebih lunak dan sedikit mengandung lemak.
Daging ayam boiler yang dihasilkan ukurannya tergantung pada umur ayam saat
dipasarkan dan jumlah makanan yang diberikan kepada ayam boiler. Karkas yang
dipasarkan sekarang dijual dalam bentuk utuh maupun dalam bentuk potongan-
potongan komersial. Karkas yang berukuran 0,8 – 1,0 kg umumnya dipasarkan
utuh, sedangkan karkas berukuran lebih dari 1 kg lebih suka didapat dalam bentuk
irisan komersial.
2.3. Kebutuhan Nutrisi
Menurut Anggorodi (1985) nutrisi yang harus ada dalam ransum antara
lain (Asfar, 2014) :
a. Energi
Energi (EM) adalah sumber tenaga untuk aktivitas dan proses produksi dalam
tubuh ternak. Ayam tidak mampu mencerna selulosa, hemiselulosa atau lignin.
11
Suprijatna et al, menyatakan penentuan kebutuhan energi pada ternak unggas
menggunakan nilai energi metabolis. Nilai energi metabolis ini sudah memenuhi
kebutuhan energi untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi. Rasyaf
menyatakan standar energi ransum ayam broiler untuk periode starter adalah
2800-3200 kkal/kg dan untuk periode akhir atau finisher energi metabolisme
sebesar 2800-3300 kkal/kg. Apabila ternak kekurangan energi, maka cadangan
energi dalam tubuh akan digunakan.
b. Protein
Protein adalah persenyawaan organik yang mengandung unsur-unsur karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Siregar dan Sabrani menyatakan bahwa fungsi
dari protein adalah untuk memproduksi enzim-enzim tertentu, hormon, dan
antibodi. Rasyaf menyatakan bahwa standar protein untuk periode starter adalah
18-23 % dan periode finisher adalah 18-22%. Ayam yang lebih tua membutuhkan
protein yang lebih rendah dibandingkan dengan ayam yang muda.
c. Serat kasar
Sesuai dengan analisis proksimat, karbohidrat dibagi menjadi dua komponen
yaitu serat kasar (SK) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Siregar yang menyatakan
bahwa penggunaan serat kasar dalam ransum ayam adalah sebesar 5%. Anggorodi
menambahkan bahwa kesanggupan ternak dalam mencerna serat kasar tergantung
dari jenis alat pencernaan yang dimiliki oleh ternak tersebut dan tergantung pula
dari mikroorganisme yang terdapat dalam alat pencernaan.
d. Mineral
Ransum ternak unggas perlu mengandung kalsium (Ca) dan fosfor (P).
Menurut Wahju ransum ternak unggas perlu mengandung mineral dalam jumlah
yang cukup terutama kalsium dan fosfor, karena 70%-80% mineral tubuh terdiri
dari kalsium dan fosfor. Kalsium dan fosfor berfungsi di dalam pembentukan
tulang, komponen asam nukleat, keseimbangan asam-basa, koordinasi otot,
metabolisme jaringan syaraf, dan terlibat dalam metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein. Dijelaskan lebih lanjut bahwa kebutuhan anak ayam (starter) akan
kalsium (Ca) adalah 1% dan ayam sedang tumbuh adalah 0,6%, sedangkan
kebutuhan ayam akan fosfor (P) bervariasi dari 0,2-0,45%.
12
Pada penelitian ini nutrisi yang digunakan meliputi energi EM, Protein Kering
PK, Serat Kasar SK, Kalsium Ca dan fosfor P. Kebutuhan nutrisi ayam broiler
fase starter dan finisher.
2.4. Ransum
Menurut Rasyaf ransum adalah campuran bahan-bahan pakan untuk
memenuhi kebutuhan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat. Seimbang dan tepat
berarti zat makanan itu tidak berlebihan dan tidak kurang. Ransum yang
diberikan haruslah mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan
mineral. Tujuan utama pemberian ransum kepada ayam untuk menjamin
pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama pertumbuhan (Asfar,
2014).
Tabel 2.2. Kebutuhan Nutrisi Ayam Broiler
Kode
Unggas
Jenis
Unggas
Periode
Umur
EM PK SK Ca P
Kkal % % % %
1 Ayam
Broiler
Starter
(0 - 3 mg) 3000 23 5 1 0.5
2 Ayam
Broiler
Finisher
(3 – 6 mg) 3100 20 5 1 0.8
(Sumber by Peternakan UMM)
Tujuan pemberian ransum pada ayam adalah untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokok dan berproduksi. Untuk produksi maksimum dilakukan dalam
jumlah cukup, baik kualitas maupun kuantitas. Ransum broiler harus seimbang
antara kandungan protein dengan energi dalam ransum. Disamping itu kebutuhan
vitamin dan mineral juga harus diperhatikan. Fadilah menyatakan bahwa
pemberian ransum berbentuk tepung pada periode starter, butiran pecah pada
periode finisher dan terkadang diberikan ransum yang berbentuk pellet (Asfar,
2014).
Ransum untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua yaitu ransum untuk
periode starter dan ransum untuk periode finisher. Pemberian ransum bertujuan
menjamin pertambahan bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan
kandungan gizinya harus diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang
tepat. Menurut Alamsyah pemberian ransum pada ternak disesuaikan dengan
umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum (Asfar, 2014).
13
Tabel 2.3. Kemampuan Ayam Broiler Mengkonsumsi Pakan
NO. Fase Ayam Kemampuan / hari
1 Starter ( 0 - 3 mg ) 44 gr
2 Finisher ( 3 - 6 mg ) 162 gr
(Sumber by New Lohmann)
2.5. Algoritma Genetika
Algoritma Genetika merupakan metode pencarian yang dilakukan
sekaligus atas sejumlah solusi yang mungkin dan dikenal dengan istilah populasi.
Individu yang terdapat di dalam satu populasi disebut dengan istilah kromosom.
Kromosom ini merupakan suatu solusi yang masih berbentuk simbol.
Populasi awal dibangun secara acak, sedangkan populasi berikutnya merupakan
hasil evolusi kromosom-kromosom melalui iterasi yang disebut dengan istilah
generasi. Pada setiap generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan
menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu
kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut
(Kusumadewi, 2004).
Goldberg mengemukakan bahwa AG mempunyai karakteristik-
karakteristik yang perlu diketahui, sehingga dapat terbedakan dari prosedur
pencarian atau optimasi yang lain, yaitu (Indrianingsih, 2010) :
1) AG bekerja dengan pengkodekan dari set solusi permasalahan berdasarkan
parameter yang telah ditetapkan dan bukan parameter itu sendiri.
2) AG melakukan pencarian pada sebuah populasi dari sejumlah individu-
individu yang merupakan solusi permasalahan bukan hanya dari sebuah
individu.
3) AG merupakan informasi fungsi obyektif (fitnesss), sebagai cara untuk
mengevaluasi individu individu yang mempunyai solusi terbaik, bukan
turunan dari suatu fungsi.
4) AG menggunakan aturan-aturan transisi peluang, bukan aturan-aturan
deterministik.
14
Ya
Tidak
Bangkitkan
populasi awal
Evaluasi
fungsi
tujuan
Individu-
individu
terbaik
Seleksi
Rekombinasi
Mutasi
mulai
apakah kriteria
optimasi tercapai?
hasil
Variabel dan parameter yang digunakan pada AG adalah (Indrianingsih, 2010):
1) Fungsi fitness (fungsi tujuan) yang dimiliki oleh masing-masing individu
untuk menentukan tingkat kesesuaian individu tersebut dengan kriteria yang
ingin dicapai.
2) Populasi jumlah individu yang dilibatkan pada setiap generasi.
3) Probabilitas terjadinya persilangan (crossover) pada suatu generasi.
4) Probabilitas terjadinya mutasi pada setiap individu.
5) Jumlah generasi yang akan dibentuk yang menentukan lama penerapan AG.
Gambar 2.1. Diagram Alir Algoritma Genetika
2.6. Stuktur Algoritma Genetika
Dalam penerapan Algoritma Genetika solusi dari suatu masalah harus
dipetakan (encoding) menjadi string kromosom. String kromosom ini tersusun
atas sejumlah gen yang menggambarkan variabel-variabel keputusan yang
digunakan dalam solusi. Representasi string kromosom beserta fungsi fitness
untuk menilai seberapa bagus sebuah kromosom (untuk menjadi solusi yang
layak) dimasukkan ke algoritma genetika. Dalam banyak kasus, bagaimana
merepresentasikan sebuah solusi menjadi kromosom sangat menentukan kualitas
dari solusi yang dihasilkan (Firdaus, 2013).
Dengan menirukan proses genetika dan seleksi alami maka Algoritma
Genetika akan menghasilkan kromosom „terbaik‟ setelah melewati sekian
15
generasi. Kromosom „terbaik‟ ini harus diuraikan (decoding) menjadi sebuah
solusi yang diharapkan mendekati optimum (Firdaus, 2013).
Proses dalam GA diawali dengan inisialisasi, yaitu menciptakan individu-
individu secara acak yang memiliki susunan gen (kromosom) tertentu. Kromosom
ini mewakili solusi dari permasalahan yang akan dipecahkan. Reproduksi
dilakukan untuk menghasilkan keturunan (offspring) dari individu-individu yang
ada di populasi. Reproduksi dilakukan dengan cara crossover dan mutasi.
Banyaknya offspring hasil crossover ditentukan oleh besarnya crossover rate
(pc), dijelaskan pada Persamaan 2.1. (Firdaus, 2013).
Offspring crossover =pc × jumlah populasi (2.1)
Sedangkan jumlah offspring hasil mutasi ditentukan oleh besarnya mutation rate
(Pm), dijelaskan pada Persamaan 2.2.
Offspring mutasi = pm × jumlah populasi (2.2)
Evaluasi digunakan untuk menghitung kebugaran (fitness) setiap kromosom.
Semakin besar fitness maka semakin baik kromosom tersebut untuk dijadikan
calon solusi. Seleksi dilakukan untuk memilih individu dari himpunan populasi
dan offspring yang dipertahankan hidup pada generasi berikutnya. Fungsi
probabilistis digunakan untuk memilih individu yang dipertahankan hidup.
Individu yang lebih baik (mempunyai nilai kebugaran/fitness lebih besar)
mempunyai peluang lebih besar untuk terpilih (Firdaus, 2013).
Fitness (f(x)) ditentukan berdasarkan studi kasus yang sedang dikerjakan
dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada. Pada kasus dalam pencarian nilai
maksimum, nilai fitness bisa dihitung langsung dengan rumus fitness pencarian
nilai maksimum seperti pada persamaan 2-5 (Firdaus, 2013) :
Fitness = f(x) -5) (2.3)
Selain pencarian nilai maksimum, fitness juga digunakan dalam pencarian nilai
minimum. Pada kasus pencarian nilai minimum, nilai fitness bisa dihitung dengan
salah satu dari dua rumus fitness pencarian nilai minimum seperti pada persamaan
2-6 (Firdaus, 2013) :
Fitness = C - f(x)
Fitness = 1 / (f(x)) (2.4)
16
Setelah melewati sekian iterasi (generasi) akan didapatkan individu
terbaik. Individu terbaik ini mempunyai susunan kromosom yang bisa dikonversi
menjadi solusi yang terbaik (paling tidak mendekati optimum). Dari sini bisa
disimpulkan bahwa Algoritma Genetika menghasilkan suatu solusi optimum
dengan melakukan pencarian di antara sejumlah alternatif titik optimum
berdasarkan fungsi probabilitas (Firdaus, 2013).
2.7. Pengkodean
Pengkodean adalah suatu teknik untuk menyatakan populasi awal sebagai
calon solusi untuk masalah dalam kromosom sebagai kunci pokok persoalan AG.
Ada beberapa pengkodean yaitu (Indrianingsih, 2010) :
1. Pengkodean biner, memberikan banyak kemungkinan untuk kromosom
walaupun dengan jumlah nilai-nilai yang mungkin terjadi pada suatu gen.
Contoh 1000111, 1000101, 1000100 dan seterusnya.
2. Pengkodean bilangan riil, suatu pengkodean bilangan dalam bentuk riil.
masalah optimasi lebih tepat dengan pengkodean ini. Contoh 65.2, 25.8, 46.3
dan seterusnya.
3. Pengkodean bilangan bulat atau integer, sesuai untuk masalah optimasi
kombinasi. Contoh: 29, 18, 21, 9 dan seterusnya.
Pengkodean srtuktur data, menggunakan model struktur data. Biasanya untuk
perancangan robot.
2.8. Metode pindah silang (crossover) one-cut-point
Didalam Algoritma Genetika proses reproduksi terdiri dari crossover dan
mutasi. Proses crossover digunakan untuk membangkitkan solusi baru. Pada
crossover harus ditentukan crossover rate (Pc) untuk menyatakan rasio offspring
yang dihasilkan proses crossover terhadap ukuran populasi sehingga akan
dihasilkan offspring sebanyak Pc x popsize. Terdapat banyak metode yang dapat
digunakan dalam proses crossover, salah satunya yaitu metode one-cut-point
dimana yang secara acak memilih satu titik potong dan menukarkan bagian kanan
dari tiap induk untuk menghasilkan offspring. Misalkan yang terpilih sebagai
induk adalah P6 dan P2. Titik potong (cut point) adalah titik 2. Maka akan
dihasilkan dua offspring (C1 dan C2) seperti Gambar 2.2.(Firdaus, 2013) :
17
Gambar 2.2. Metode One-Cut Point
2.9. Metode Reciprocal Exchange Mutation
Proses reproduksi selanjutnya yaitu mutasi. Mutasi digunakan untuk
menjaga keragaman populasi. Pada proses mutasi juga harus menentukan nilai
mutation rate (Pm) untuk menyatakan rasio offspring yang dihasilkan dari proses
mutasi terhadap ukuran populasi sehingga akan dihasilkan offspring sebanyak Pm
x popsize. Salah satu metode yang dapat digunakan pada proses mutasi yaitu
reciprocal exchange mutation. Metode ini bekerja dengan memilih dua posisi
(exchange point / XP) secara random kemudian menukarkan nilai pada posisi
tersebut seperti pada Gambar 2.3 (Firdaus, 2013).
Gambar 2.3. Metode Reciprocal Exchange Mutation
2.10. Seleksi Roulette Wheel
Proses seleksi dilakukan untuk memilih individu dari himpunan populasi
dan offspring yang dipertahankan hidup pada generasi berikutnya. Semakin besar
nilai fitness sebuah chromosome maka semakin besar peluangnya untuk terpilih.
Hal ini dilakukan agar terbentuk generasi berikutnya yang lebih baik dari generasi
sekarang.
Metode seleksi yang sering digunakan adalah Roulette Wheel, pendekatan
ini dilakukan dengan menghitung nilai probabilitas seleksi (prob) tiap individu
berdasarkan nilai fitnessnya. Dari nilai prob ini bisa dihitung probabilitas
kumulatif (probCum) yang digunakan pada proses seleksi tiap individu. Langkah-
P6 [00 011100000100010101010110001011101]
P2 [10 011110111101111111110110100011111]
C1 [00 011110111101111111110110100011111]
C2 [10 011100000100010101010110001011101]
Titik Potong
Child
XP2 XP1
4 5 3 1 2 Parent
4 5 3 2 1
18
langkah membentuk Roulette wheel berdasarkan probabilitas kumulatif adalah
(Firdaus, 2013) :
1. Misalkan fitness (Pk) adalah nilai fitness individu ke-k. Persamaan 2.5
digunakan untuk menghitung total fitnes.
∑ (2.5)
2. Menghitung nilai probabilitas seleksi (prob) tiap individu, dengan
menggunakan Persamaan 2.6.
, k = 1, 2, 3, ... popsize (2.6)
3. Menghitung nilai probabilitas kumulatif (probCum) tiap individu, mengunakan
Persamaan 2.7.
∑ , k = 1, 2, 3, ... popsize (2.7)
4. Menghitung nilai fitness, mengunakan Persamaan 2.8
Fitness =
(2.8)
Keterangan :
- Harga : Total harga dari semua bahan pakan
- Kekurangan Nutrisi : Nilai nutrisi yang kurang dari yang dibutuhkan
- K : Nilai konstanta pengali untuk kekurangan nutrisi
5. Memutar Roulette wheel untuk memilih setiap individu dengan langkah-
langkah berikut:
Membangkitkan r bilangan random pada range [0,1].
Memilih / cek nilai k mulai dari 1 sampai popsize sehingga r ≤ probCumk.
Setelah didapatkan individu populasi baru, selanjutnya adalah menentukan
individu terbaik sebanyak jumlah populasi awal. Dengan mekanisme
Roulette wheel maka individu dengan fitness lebih besar akan mempunyai
peluang lebih besar untuk terpilih. Karena berupa peluang maka tidak
menjamin bahwa individu yang memiliki fitness lebih besar akan selalu
terpilih untuk masuk pada generasi berikutnya.
Iterasi berhenti setelah t satuan waktu tercapai.
19
TRANSKIP WAWANCARA
Waktu : Rabu, 31 Januari 2018
Tempat : Wonokoyo Batu Jawa Timur
Nama : Ido Prasetio, S.Pt
Jabatan : Kasubag Breeding
Perusahaan : Pt. Wonokoyo Jaya Corporindo,Tbk
P Apakah penting dalam peternakan diperlukan yang namanya komposisi
bahan pakan ?
N
Itu sangat penting karena dengan komposisi bahan pakan yang baik dan
tepat akan membuat kualitas ternak sendiri menjadi berkualitas yang jelas
agar ayam tumbuh dengan baik
P Apakah ada patokan berapa jumlah bahan pakan dalam komposisinya ?
N Pada dasarnya 2 bahanpun sudah cukup terpenuhi, bagaimana kalo lebih ?...
itupun tidak jadi masalah
P Jadi bagaimana komposisi itu dikatakan baik ?
N
Pertama dari segi bahan, berapapun bahan pakan yang dikomposisikan itu
tidaklah masalah dan berpengaruh yang jelas bahan itu harus memiliki
nutrisi yang dibutuhkan dan mudah didapat
Yang kedua dari segi harga, sebagai peternak yang berhasil itu harus pintar
dalam hal pemenuhan bahan pakan mencari bahan yang berharga rendah
dengan kandungan nutrisi yang baik itu merupakan stategi dalam hal
keuntungan dan kualitas.
Jadi kesimpulannya adalah Apapun bahan pakan dan berapapun jumlah
komposisinya tidaklah jadi patokkan yang jelas bagaimana komposisi itu
menjadi efisien, mudah didapat atau didapat dengan harga yang rendah dan
terpenuhinya nutrisi yang dibutuhkan.
Kuncinya Pakan yang baik adalah efisien, harga minimum dan nutrisi
terpenuhi
P Bagaiman dengan bahan pakan yang tercantum dalam web peternakan jawa
timur ?
N Ya, itu sudah banyak mencakup dan mudah didapat, saya rasa sudah cukup
baik
P
Sehubungan nutrisi pada ayam saya menggunakan 5 nutrisi yaitu energi
(Em), protein kasar (PK), serat kasar (SK), kalsium (Ca), pospor (P) apakah
nutrisi yang saya gunakan sudah benar dan cukup ?
N Untuk kategori ayam broiler itu sudah cukup dan layak dan kamipun kurang
lebih menggukan seperti itu