BAB II LANDASAN TEORI 1. Pembelajaran Ekonomi di SMP a...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 1. Pembelajaran Ekonomi di SMP a...
7
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran Ekonomi di SMP
a. Pembelajaran
Aktivitas yang dilakuakan oleh seseorang baik individu atau
kelompok, pada hakekaktnya adalah kegiatan belajar. Hal ini berarti
bahwa belajar tidak pernah ada batasannya baik usia, tempat maupun
waktu. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 Ayat 20 yang menyatakan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada lingkungan belajar. Menurut Miarso (2008:30),
definisi ini mengindikasikan bahwa ada lima interaksi yang dapat
berlangsung dalam proses pembelajaran, yaitu :
1. Interaksi antara pendidik dengan peserta didik
2. Interaksi antara sesama peserta didik
3. Interaksi peserta didik dengan nara sumber
4. Interaksi peserta dididk bersama pendidik dengan sumber belajar
yang sengaja dikembangkan
5. Interaksi peserta didik bersama pendidik dengan lingkungan
sossial dan alam.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan materi, serta pembentukan
sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.
8
b. Pembelajaran Ekonomi
Ekonomi ialah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
memilih dan menciptakan kemakmuran. Menurut Adam Smith, secara
sistematis ilmu ekonomi mempelajari tingkah laku manusia dalam
usahanya untuk mengalokasikan sumber-sumber daya yang terbatas guna
mencapai tujuan tertentu. Ini yang banyak dikenal sebagai teori ekonomi
klasik. Dalam analisisnya, Adam Smith banyak menggunakan istilah-
istilah normatif seperti: nilai (value), kekayaan (welfare), dan utilitas
(utility) berdasarkan asumsi berlakunya hukum alami. Menurut Prof. P.A.
Samuelson, seorang ahli Ekonomi mengemukakan definisi ilmu Ekonomi
secara rinci, yaitu: “Ilmu Ekonomi adalah suatu studi mengenai
bagaimana orang-orang dan masyarakat membuat pilihan, dengan cara
atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber daya yang
terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai cara untuk menghasilkan
berbagai jenis barang dan jasa dan mendistribusikannya untuk keperluan
konsumsi sekarang dan di masa mendatang, kepada berbagai orang dan
golongan masyarakat. Ilmu Ekonomi menganalisis biaya dan keuntungan
dan memperbaiki corak penggunaan sumber-sumber daya. Berdasarkan
uraian yang telah dikemukan, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran ekonomi adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar ilmu ekonomi pada suatu lingkungan
belajar.
9
c. Pembelajaran Ekonomi di SMP
Dalam pembelajaran IPS di SMP dengan menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sangat dianjurkan
menggunakan pendekatan terpadu. Hal ini tertera dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
yang menyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada
SMP/MTs merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”. Pembelajaran
terpadu dilandasi oleh landasan normatif dan praktis, landasan normatif
menghendaki bahwa pembelajaran terpadu hendaknya dilaksanakan
berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan-tujuan
pembelajaran. Sedangkan landasan praktis menghendaki bahwa
pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan
kondisi praktis yang berpengaruh terhadap kemungkinan pelaksanaannya
mencapai hasil yang optimal (Trianto, 2007: 21-22). Model pembelajaran
terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang
dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai
dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah
Atas (SMA). Pendekatan pembelajaran terpadu dalam IPS sering disebut
dengan pendekatan interdisipliner.
Model pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu
sistem pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan
konsep serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik (Depdiknas,
2006:6). Melalui pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh
pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk
menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal
yang dipelajarinya. Dengan demikian, peserta didik terlatih untuk dapat
menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari. Pada pendekatan
pembelajaran terpadu, program pembelajaran disusun dari berbagai
cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial.
10
Pengembangan pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat
mengambil suatu topik dari suatu cabang ilmu tertentu, kemudian
dilengkapi, dibahas, diperluas, dan diperdalam dengan cabang-cabang
ilmu yang lain. Topik/tema dapat dikembangkan dari isu, peristiwa, dan
permasalahan yang berkembang. Bisa membentuk permasalahan yang
dapat dilihat dan dipecahkan dari berbagai disiplin atau sudut pandang
yang dibahas dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial.
Pembelajaran IPS di SMP pada semester ganjil atau 1 dengan
standar kompetensi memahami usaha manusia memenuhi kebutuhan dan
kompetensi dasar untuk mengidentifikasi tindakan ekonomi berdasarkan
motif dan prinsip ekonomi dalam berbagai kegiatan sehari-hari.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah mengalami proses belajar. Sudjana (2008:5) menyatakan bahwa
hasil belajar ialah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam
pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Hasil belajar menurut Hamalik (2008:36) merupakan
perubahan tingkah laku subyek yang meliputi kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotorik dalam situasi tertentu berkat pengalaman
berulang-ulang. Menurut Nawani dalam Susanto (2013:5) menyatakan
bahwa hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari meteri pelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan skor
yang diperoleh dari hasil tes. Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa
hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang
ditentukan dalam bentuk angka, sedangkan menurut Mudjiono dan
Dimyati (2006:3-4), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan mengajar.
11
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam Hamalik (2013:36),
hasil belajar dalam rangka pembelajaran dicapai melalui 3 kategori ranah
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor, yaitu: a) Ranah Kognif
berkenaan dengan hasil belajar terdiri enam aspek yaitu: pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. b) Ranah Afektif
berkenaan dengan hasil belajar terdiri dari lima aspek-aspek kemampuan
yaitu : menerima, menjawab, menilai, mengorganisasi dan karakterisasi
suatu nilai dan kompleks nilai. c) Ranah Psikomotor berkenaan dengan
hasil belajar meliputi ketrampilan motorik, memanipulasi benda, dan
menghubungkan dan mengamati.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan mengenai
hasil belajar merupakan kemampuan siswa setelah melaksanakan proses
dan pengalaman belajar yang akan berakibat pada perubahan tingkah
laku secara berulang-ulang secara langsung maupun tidak langsung
dalam proses pembelajaran dalam bentuk angka atau huruf.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain faktor
internal dan faktor eksternal (Rusman, 2012:124) yaitu :
1) Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar antara lain :
a) Faktor Fisiologis
Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat
jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi siswa
dalam menerima materi pelajaran.
b) Faktor Psikologis
Setiap individu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki
kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut
mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis
meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi,
kognitif dan daya nalar peserta didik.
12
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar antara lain :
a) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar. Faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial
(keluarga, sekolah atau perguruan tinggi, dan masyarakat).
b) Faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.
Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru.
Terkait dengan hasil belajar, Djamarah (2001:45) menyatakan
hasil belajar adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjaan,
diciptakan, baik secara individu maupun tim. Menurut Bloom dan
ditulis kembali oleh Sudjana (2006:22-23), secara garis besar
membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu :
1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang
terdiri dari enam aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
aspek yaitu penerimaan, jawaban, penilaian, organisasi, dan
internalisasi.
3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar berupa
keteramilan dan kemampuan bertindak.
Ketiga ranah tersebutlah yang akan menjadikan objek
peneliaan hasil belajar, dan diantara ketiga ranah tersebut, ranah
kognitiflah yang mendapat perhatian paling besar bagi seorang guru,
karena pada ranah kognitif inilah siswa akan terlihat kemampuaannya
dalam menguasi bahan pelajaran atau tidak.
13
Berdasarkan teori-teori diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh seorang dalam proses kegiatan
belajar mengajar dikelas, dan hasil belajar tersebut dapat berbentuk
kognitif,efektif dan psikomotorik yang peniliaannya melalui tes.
3. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
a. Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Model pembelajaran Learning Cycle 5E merupakan
merupakan salah satu model pembelajaran berbasis pendekatan
kontruktivistik (Wena, 2009:170). Pembelajaran kontruktivistik yaitu
siswa harus berpikir kritis, menganalisis, membandingkan,
mengeneralisasi, menyusun hipotesis dan mengambil keputusan dari
masalah yang ada, aktif berpikir, dan aktif melakukan kegiatan,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator karena dalam proses
pembelajaran melibatkan siswa secara aktif untuk mendukung dan
membangun pengetahuannya sendiri, sehingga pembelajaran berpusat
pada siswa (Budiningsih, 2005:80-81).
Model pembelajaran Learning Cycle 5E adalah model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengoptimalkan cara belajar dan mengembangkan daya nalar siswa.
Learning Cycle 5E merupakan suatu model pembelajaran yang
memungkinkan siswa menemukan konsep sendiri atau memantapkan
konsep yang dipelajari, mencegah terjadinya kesalahan konsep, dan
memberikan peluang kepada siswa untuk menerapkan konsep-konsep
yang telah dipelajari pada situasi baru (Soebagio, 2001:50).
Pembelajaran Learning cycle 5E (siklus belajar) yaitu merupakan
rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga pembelajaran dapat menguasai kompetensi-kompetensi
yang harus dikuasai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif .
14
Piaget menyatakan bahwa dengan menggunakan model
pembelajaran Learning Cycle 5E juga berbasis kontruktivistik,
sehingga pembelajaran ini yang dilakukan oleh siswa diberikan
masalah yang harus dikerjakan sendiri maupun kelompok dengan
melalui kegiatan memahami, merencanakan, melaksanakan rencana
dan mengevaluasi hasil kerja. Hal ini juga didukung dengan teori
Vygotsky, berinteraksi individu dengan orang lain merupakan faktor
terpenting yang mendorong atau memicu perkembangan kognitif
seseorang. Hal ini sangat mendukung pembelajaran Learning Cycle
5E menggunakan kegiatan pembelajaran kerja kelompok (Trianto,
2007:99). Lauer (Djumariah, 2008:32) menuturkan bahwa Learning
Cycle 5E pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu: exploration,
concep introduction, dan consep aplikation, kemudian tahap itu
dikembangkan menjadi 5 tahap yaitu: engagement, exploration,
explanation, elaborationn, dan evaluation. menuturkan bahwa
Learning Cycle 5E pada mulanya terdiri dari tiga tahap yaitu:
exploration, concep introduction, dan consep aplikation, kemudian
tahap itu dikembangkan menjadi 5 tahap yaitu: engagement,
exploration, explanation, elaborationn, dan evaluation. Penelitian ini
menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 5E yang terdapat 5
Fase (Bybee, 2006:7-8), yaitu: a).Engagement (pembangkit minat),
b).Exploration (eksplorasi), c).Explanation (penjelasan),
d).Elaboration (elaborasi), dan e).Evaluation (Evaluasi).
Gambar 2.1 Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
15
b. Fase-Fase Model Pembelajaran Learning Cycle 5E
Beberapa fase model pembelajaran Learning Cycle 5E menurut
Wena (2010:171-172) adalah sebagai berikut:
1. Fase Engagement (Pembangkit minat) merupakan tahap awal pada
pembelajaran Learning Cycle 5E. Tahap ini guru berusaha
membangkitkan dan mengembangkan minat serta keingintahuan
siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara guru mengajukan pertanyaan sehingga siswa dapat
merespon dan mempunyai gambaran tentang apa yang akan di
pelajari.
2. Fase Exploration (Eksplorasi) merupakan tahap yang dibentuk
kelompok-kelompok kecil yang diberikan kesempatan untuk
bekerja sama (berdiskusi) pada kelompok kecil tanpa pembelajaran
langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk
membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahan dengan
teman sekelompok, serta melakukan dan mencatat pengamatan ide-
ide atau pendapat dalam berdiskusi. Tahap ini guru hanya berperan
sebagai fasilitator dan motivator. Hal ini bertujuan untuk mengecek
pengetahuan yang dimiliki siswa.
3. Fase Explanation (Penjelasan) yakni guru mendorong siswa untuk
menjelaskan suatu konsep dengan kalimat sendiri atau dengan
pemikiran siswa sendiri, guru meminta bukti dan klarifikasi atas
penjelasan siswa. Guru memberikan definisi dan penjelasan tentang
konsep yang dibahas, dengan menggunakan penjelasan siswa
sebagai dasar diskusi.
4. Fase Elaboration (Elaborasi), yaitu siswa menerapkan atau
mengaplikasikan konsep dan ketrampilan yang sudah dipelajari
dalam kelompok diskusi. Bertujuan untuk siswa lebih
mempelajarinya secara bermakna. Guru harus bisa merancang
motivasi belajar supaya siswa terdorong untuk giat belajar.
16
5. Fase Evaluation (Evaluasi) tahap ini guru dapat mengamati
pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menanamkan konsep
baru. Siswa melakukan evaluasi dengan cara melakukan pengajuan
pertanyaan dan mencari jawaban yang menggunakan observasi,
bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya.
c. Kelebihan dan Kekurangan Learning Cycle 5E
Menurut Wena (2010:172-173), model pembelajaran Learning Cycle
5E mempunyai kelebihan dan kekurangan dilihat dari pandangan
kontruktivisme antara lain:
1) Kelebihan Learning Cycle 5E
a) Siswa memperoleh kesempatan berpikir kritis dan mengungkapkan
pendapatnya.
b) Menumbuhkan partisipasi aktif dan sikap demokratif
c) Siswa lebih memahami dan mengembangkan sikap bertanggung
jawab.
d) Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan
menemukan jawabannya.
e) Membantu siswa mengembangkan pengertian atau pemahaman
konsep secara lengkap.
f) Membantu siswa mengembangkan kemampuan siswa menjadi pemikir
yang mandiri.
2) Kelemahan Learning Cycle 5E
a) Guru harus memiliki kemampuan atau sikap kreatif dan inofatif
dengan menerapkan strategi sampai mengevaluasi.
b) Sulit membuat kelompok homogen.
c) Diskusi terlampau menyerap waktu.
d) Pendekatan kontruktivis menuntut perubahan siswa, evaluasi, yang
mungkin belum bisa diterima dalam waktu dekat.
e) Guru konstruktivis dituntut lebih kreatif dalam merencanakan
pembelajaran yang menarik dan memilih menggunakan media dalam
pembelajaran sesuai dengan materi yang diajarkan .
17
4. Penelitian yang Relevan
Penelitian oleh Nina Agustyaningrum (2010) dalam penelitian
yang berjudul “Implementasi model pembelajaran Learning Cycle 5E
untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
IX B SMP Negeri 2 Sleman” menyimpulkan adanya pengaruh yang
baik terhadap kemampuan koneksi matematika siswa. Persentase
kemampuan komunikasi matematis yang berhasil dicapai siswa pada
akhir siklus II adalah sebesar 69,12% telah mencapai kategori tinggi
(menurut lembar observasi) dan 70,11% mencapai kategori baik
(menurut hasil tes).
Innarotul Ulya (2011) dengan judul, “Efektifitas model
pembelajaran Learning Cycle 5E dengan pemanfaatan alat peraga
pada materi pokok bidang datar terhadap hasil belajar peserta didik
kelas VII SMP Nurul Islam Semarang tahun pelajaran 2010/2011)”
menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
Learning Cycle 5E efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta
didik pada materi pokok bidang datar kelas VII. Hal ini terbukti
bahwa nilai kesamaan rata-rata setelah diberi perlakuan lebih besar
dari nilai sebelum diberi perlakuan. Nilai rata-rata kelas eksperimen
73.46, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 64.90, sehingga
dapat disimpulkan pada penggunaan model pembelajaran Learning
Cycle 5E dengan pemaanfaatan alat peraga efektif dalam
meningkatkan hasil belajar.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Eva M dan Harin Sundari
(2012), yang berjudul “Pengaruh model pembelajaran Learning Cycle
5E berbasis eksperimen terhadap hasil belajar siswa pada materi
pokok zat dan wujudya”. Menyatakan bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara kelompok belajar siswa yang diajarkan dengan
model learning cycle dapat meningkatkan hasil belajar sebesar 14,8%
dibandingkan kelas pembelajaran konvensional.
18
Menurut penelitian Ria Yuli, dkk (2013), penelitiannya yang
berjudul “Pengaruh penerapan model pembelajaran Learning Cycle
5E terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPA pada materi termokimia
di SMA Negeri 2 Malang”, menyataan bahwa pembelajaran
menggunakan model Learning Cycle 5E pada kelas eksperimen
dengan instrumen penelitian berupa tes menunjukan hasil rata-rata
hasil belajar kognitif sebesar 80,00, hasi belajar efektif 82,36 dan hasi
belajar psikomotorik 82,14. Sedangkan siswa yang menggunakan
model ekspositori memiliki nilai rata-rata hasil belajar kognitif sebesar
68,57, hasi belajar efektif 77,61, dan hasi belajar psikomotorik 80,71.
Disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cyle 5E
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Takarina (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
“Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar Siswa Dengan Penerapan
Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Matematika Bagi Siswa Kelas V
SD Negeri 3 Banjardowo Tahun Pelajaran 2009/2010” menyimpulkan
bahwa penggunaan metode diskusi dapat meningkatkan keaktifan dan
hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan presentase
keaktifan siswa pada pra siklus dan siklus 1 adalah 38% dan 83%
meningkat menjadi 100%. Hasil belajar siswa juga mengalami
kemajuan. Rata-rata hasil belajar pada pra siklus, siklus 1, dan siklus 2
berturut-turut 54, 63, 88.
19
5. Kerangka Berpikir
Berdasarkan permasalahan kondisi awal siswa Kelas VII SMP
Kristen Getasan, dalam berpartisipasi aktif mengikuti proses
pembelajaran cenderung masih kurang, masih banyak siswa yang
tidak fokus dalam pembelajaran siswa yang asyik dengan kegiatanya
sendiri. Hal lain pembelajaran dikelas masih berpusat pada guru,
dengan melihat kondisi yang seperti ini sangat berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa, sehingga diperlukanya suatu pembelajaran yang
berpusat pada siswa yaitu menggunakan model pembelajaran
Learning Cycle 5E yang merupakan pembelajaran yang berpusat pada
siswa sehingga guru hanya sebagai moderator. Model pembelajaran
ini menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam mengikuti serangkaian
kegiatan dalam proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan.
Pembelajaran di kelas tidak didominasi oleh guru sehingga siswa ikut
terlibat dalam pembelajaran. Penelitian ini menggunakan dua kelas
yaitu kelas eksperimen (VII B) dan kelas kontrol (VII A) yang
nantinya akan diberikan perlakuan dengan model pembelajaran
Learning Cycle 5E sedangkan kelas kontrol dilakukan proses
pembelajaran secara konvensional. Kemudian keaktifan belajar dan
hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol akan
dibandingkan. Penjelasan dapat dilihat dalam bagan berikut:
Gambar 2.2 Diagram kerangka berpikir
Keterangan:
X ( Variabel bebas ) = Model pembelajaran Learning Cycle 5E
Y (Variabel terikat ) = Hasil belajar
Model
pembelajaran
Learning Cycle
5E
(X)
Hasil belajar Siswa
(Y)
20
6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian dinyatakan dalam
pertanyaan (Sugiyono, 2008 : 96). Mengenai rumusan hipotesis
tentang perbedaan antara hasil belajar sebelum diberi perlakukan
model pembelajaran Learning Cycle 5E dan sesudah diberi perlakuan
model pembelajaran Learning Cycle 5E mata pelajaran IPS/Ekonomi
siswa kelas VII SMP Kristen Getasan semester ganjil tahun ajaran
2015-2016, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H0 : µ1 = µ2 ; Tidak ada pebedaan antara hasil uji sebelum diberi
perlakuan penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E
dan sesudah diberi perlakuaan model pembelajaran Learning
Cycle 5E mata pelajaran IPS/Ekonomi siswa kelas VII SMP
Kristen Getasan semester ganjil tahun ajaran 2015-2016
H1 : µ1 ≠ µ2 ; Ada pebedaan antara hasil uji sebelum diberi perlakuan
penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan sesudah
diberi perlakuaan model pembelajaran Learning Cycle 5E mata
pelajaran IPS/Ekonomi siswa kelas VII SMP Kristen Getasan
semester ganjil tahun ajaran 2015-2016