BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian -...
-
Upload
phungquynh -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
Transcript of BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian -...
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Carsinoma adalah pertumbuhan yang ganas terdiri dari sel-sel epitel
yang cenderung mempengaruhi jaringan sekitar dan menimbulkan metastasis
(Kamus Saku Kedokteran Dorland, 1998).
Carsinoma cervik adalah adanya pertumbuhan jaringan abnormal pada
servik, dimana jaringan itu tumbuh meluas dan ganas, kanker servik
merupakan karsinoma gynekologi yang masih menduduki urutan pertama di
Indonesia (Wiknjasastro, Hanifa 1999, 380).
Kanker servik adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)
(Riono, Yohanes, 2005).
Kanker servik adalah kondisi yang jarang terjadi dibanding
sebelumnya akibat deteksi dini dengan pap smear (Smeltzer, Suzanne C. :
2001).
B. Anatomi Fisiologi
Anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu genetalia ekterna
dan genetalia interna.
(Sobotta, 2006)
1. Genitalia Eksterna
a. Monsveneris
Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari
jaringan lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.
b. Vulva
Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva
dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi
satu dan membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah
kulitnya terdapat jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.
c. Labio mayora
Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi
vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat
pubertas tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.
d. Labio minora
Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio
mayora, dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora
adalah vestibulum.
e. Vestibulum
Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio
minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam
vestibulum terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus
vagina uretra, kelenjar bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan).
f. Himen (selaput dara)
Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama
ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir
keluar, letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda
ada yang seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang
lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu
jari.
g. Perineum
Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul
yang ditutupi oleh kulit perineum.
(Sobotta, 2006)
2. Genetalia Interna
a. Vagina
Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris,
khusus dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya
dari vestibulum sampai uterus 7½ cm. Merupakan penghubung antara
introitus vagina dan uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9
cm, lebih pendek dari dinding belakang. Pada puncak vagina sebelah
dalam berlipat-lipat disebut rugae.
b. Uterus
Organ yang tebal, berotot berbentuk buah pir, terletak di dalam pelvis
antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya
disebut miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan
ikat dan ligament. Panjang uterus 7½ cm, lebar ± 5 cm, tebal ± 2 cm.
Berat 50 gr, dan berat 30-60 gr.
Uterus terdiri dari :
1) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan.
2) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
3) Servix uteri
Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan
antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri
internum.
Lapisan-lapisan uterus, meliputi :
1) Endometrium
2) Myometrium
3) Parametium
c. Ovarium
Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di
bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum
latum uterus.
d. Tuba Fallopi
Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak
lipatan sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus.
Sebagian sel tuba mensekresikan cairan serosa yang memberikan
nutrisi pada ovum.
Tuba fallopi disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan
kanan. Panjang kira-kira 12 cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada
ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk memeluk ovum saat ovulasi
agar masuk ke dalam tuba (Tambayong, 2002).
C. Etiologi
1. Endogen (berasal dari dalam tubuh)
a. Hormon penunda kehamilan
Sering disebut estrogen, salah satu faktor yang biasa mempermudah
terjadi kanker adalah wanita yang terpapar dengan hormon estrogen.
Jadi semakin lama wanita terpapar estrogen semakin tinggi risiko
terjadi kanker.
b. Faktor genetik
Di dalam keluarga yang pernah menderita kanker serviks ataupun jenis
kanker yang lain lebih berpengaruh untuk terjadi kanker pada anggota
keluarga yang lain atau turun temurunnya sangat besar.
2. Eksogen (berasal dari luar tubuh)
a. Karsinoma kimiawi
Contohnya : alkohol, obat (pil KB)
b. Fisika
Contohnya : radiasi ionisasi, sinar X
c. Makanan yang mengandung bahan pengawet, formalin, termasuk
bahan karsinogenik
Contohnya : bakso, makanan kaleng dan sebagainya.
(Bagus, Ida, 2002)
3. Gaya hidup
a. Kehidupan seksual dengan ganti-ganti pasangan
Dengan seringnya berganti-ganti pasangan, virus herpes tipe 2 yang
merupakan salah satu faktor penyebab kanker serviks dapat ditularkan
melalui hubungan kelamin, jadi kehidupan dengan ganti-ganti
pasangan sangat berisiko terjadi kanker serviks.
b. Tidak Sirkumsisi
Hubungan seksual dengan pria belum sunat berisiko terkena kanker
serviks. Hal ini disebabkan smegma pada laki-laki yang belum disunat
akan menumpuk yang mengkibatkan tempat kuman bersarang.
c. Kawin/senggama pada usia kurang dari 17 tahun
Uterus perempuan usia kurang 20 tahun belum sempurna, sehingga
sperma yang pertama kali mengenai leher rahim pada usia kurang dari
20 tahun mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadi kanker
rahim.
d. Persalinan yang berulang/banyak anak
Semakin sering melahirkan, semakin sering terjadi disstres, tekanan,
menimbulkan luka pada organ reproduksi terutama uterus, servik, dan
vagina. Hal tersebut yang menyebabkan karsinoma serviks.
4. Penyakit
Peradangan Ca. Servix yang menahun dan hygiene yang kurang baik.
Contoh peradangan disebabkan oleh :
a. Streptococcus
b. Neisseria Genorhoe
c. Virus herpes simpleks tipe 2
d. Human Pappiloma Virus/HPV
5. Lingkungan
Adanya pencemaran lingkungan yang mengandung karsinoma. Contoh :
pembangkit tenaga nuklir dan lingkungan bahan kimia tertentu.
D. Pathofisiologi
Faktor penyebab radang pada serviks adalah infeksi dari virus yang
diakibatkan karena hygiene yang kurang baik. Hubungan seksual pada usia
dini, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status
sosioekonomi yang rendah, dan merokok dengan frekuensi sering. Dapat juga
dikarenakan jumlah kelahiran yang banyak.
Karsinoma servik inpasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding
vagina, dan ke dalam jaringan paraservikal. Dan invasi ke kelenjar getah
bening dan pembuluh darah menyebabkan metastasis ke bagian tubuh yang
jauh.
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker serviks.
Namun pada karsinoma invasive dapat menyebabkan secret vagina atau
perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan,
perdarahan tidak selalu muncul saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam
keadaan lanjut pada saat diagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling
sering adalah pascacoitus atau bercak antara menstruasi.
Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan
saraf lumbalsakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak,
hematuria dan perdarahan rectum (Sylvia A, 2005).
Pembagian tingkat keganasan menurut klasifikasi IFGO (International
Federation of Obsetrics and Ginecology), 1978 (Wiknjosastro, 1999).
Tingkat Kriteria
0
I
Ia
:
:
:
Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intra epitel
membran basalis masih utuh.
Proses terbatas pada cervix walaupun ada perluasan ke
korpus uteri
Karsinoma mikro invasive bila membran basalis sudah
rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma tetapi sel
tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfa atau
pembuluh darah.
Ib
II
II a
II b
III
III a
III b
IV
IV a
IV b
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang
menunjukkan invasi ke dalam stome serviks uteri.
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar
ke 2/3 bagian atas vagina, tetapi tidak sampai ke dinding
panggul
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas
dari infiltrat tumor
Penyebararn ke parametrium, tetapi belum sampai ke
dinding panggul
Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau
ke parametrium sampai ke dinding panggul
Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina tetapi tidak
sampai ke dinding panggul
Penyebaran sampai ke dinding panggul, tidak ditemukan
infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul
Proses keganasan telah keluar dari panggul dan telah
melibatkan kandung kemih/rectum & terjadi metastasis ke
tempat yang jauh
Proses keganasan keluar dari panggul dan menginfiltrasi
mukosa rectum dan kandung kemih
Proses keganasan sampai penyebaran ke tempat jauh
Sedangkan pembagian tingkat keganasan menurut sistem Tumor Nodule
Metastase
T
T1
T1S
T1a
:
:
:
:
tak ditemukan tumor primer
karsinoma pra-invasif, ialah KIS (karsinoma insitu)
karsinoma terbatas pada serviks (walaupun adanya
perluasan ke korpus uteri)
pra-klinik adalah karsinoma yang invasive dibuktikan
dengan pemeriksaan histologik
T1b
T2
T2a
T2b
T3
T4
T4a
T4b
Nx
N0
N1
N2
M0
M1
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
secara klinis jelas karsinoma yang invasive
karsinoma telah meluas sampai di luar serviks, tetapi
belum sampai dinding panggul, atau karsinoma telah men
jalar ke vagina, tetapi belum sampai 1/3 bagian distal
karsinoma belum menginfiltrasi parametrium
karsinoma telah menginfiltrasi parametrium
karsinoma telah melibatkan 1/3 bagian distal vagina atau
telah mencapai dinding panggul
karsinoma telah menginfiltrasi mukosa rectum atau
kandung kemih atau meluas sampai di luar panggul
karsinoma melibatkan kandung kemih atau rektum saja
dan dibuktikan secara histologik
karsinoma telah meluas sampai di luar panggul
bila tidak memungkinkan untuk menilai kelenjar limfe
regional. Tanda -/+ ditambahkan untuk ada/tidaknya
informasi mengenai pemeriksaan histologik, jadi : NZ+
atau NX-
tidak ada deformite kelenjar limfe pada limfografi
kelenjar limfe regional berubah bentuk sebagaimana
ditunjukkan oleh cara-cara diagnostik yang tersedia (misal
: limfografi, CT-Scan panggul)
teron massa padat dan melekat pada dinding panggul
dengan celah bebas infiltrat dan diantara masa ini dengan
tumor.
tidak ada metastase berjarak jauh
terdapat metastase berjarak jauh, termasuk kelenjar limfe
di atas biforkasia arteri iliaka komunis.
E. Manifestasi Klinis
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang
keluar dari vagina makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis
jaringan. Perdarahan yang dialami setelah senggama (perdarahan kontak)
merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%).
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin
lama akan sering terjadi, juga di luar senggama (perdarahan kontak), pada usia
wanita lanjut atau sudah menopause sering terlambat memeriksakan diri ke
dokter. Perdarahan spontan saat defekasi perlu dicurigai adanya karsinoma
serviks tingkat lanjut. Adanya bau busuk yang khas memperkuat adanya
karsinoma.
Anemia akan menyertai sebagai akibat perdarahan per vagina yang
yang berulang. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf. Gejala
lain yang timbul adalah gejala yang disebabkan oleh metastasis jauh. Sebelum
tingkat akhir, penderita meninggal akibat perdarahan yang eksesif, kegagalan
faal ginjal akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum masuk kandung kemih,
yang menyebabkan obstruksi total.
(Wiknjosastro, 1999)
F. Penatalaksanaan
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosa telah
dipastikan secara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh tim kanker / tim onkologi.
1. Pada Tingkat Klinis (KIS) tidak dibenarkan dilakukan elektrokoagulasi,
elektrofugeresi, bedah krio atau dengan sinar laser, kecuali bila yang
menangani seorang ahli dalam kolkoskopi dan penderita masih muda atau
belum mempunyai anak. Jika penderitanya telah punya anak dan cukup
tua dilakukan histerektomi sederhana. Jika operasi merupakan suatu
kontraindikasi aplikasi radium dengan dosis 6500 – 7000 rads/c by di titik
A tanpa penambahan penyinaran luar.
2. Pada tingkat klinik Ia penanganannya seperti pada KIS
3. Pada tingkat klinik Ib, Ib GCC dan IIa dilakukan histerektomi medical
dengan limfatenektomi panggul, pasca bedah biasanya dilanjutkan dengan
penyinaran, tergantung ada/tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfe
regional yang diangkat.
4. Pada tingkat IIb, III dan IV tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah,
tindakan primer adalah radioterapi.
5. Pada tingkat klinik IVa dan IVb penyinaran hanya bersifat paliatif,
pemberian kemoterapi dapat dipertimbangkan.
(Wiknjosastro, 1999)
G. Pengkajian Fokus
1. Demografi
a. Usia
Paling sering terjadi pada usia 45 – 50 tahun, tetapi juga dapat terjadi
pada usia dini yaitu 18 tahun.
b. Lingkungan
Lingkungan bahan kimia tertentu, sosial ekonomi rendah (hygiene
seksual yang jelek), hubungan seksual pada usia dini. Kebiasaan
seseorang yang sering ganti-ganti pasangan berisiko terkena kanker
serviks.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
Apakah klien mengeluh nyeri, perdarahan yang berlebihan dan apakah
mengeluarkan cairan putih dari vagina (keputihan).
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Wanita dengan kehamilan dini, pemberian DES/estrogen stefoid
lainnya dapat menimbulkan berkembangnya masalah fungsional
genital pada keturunan.
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang pernah menderita kanker servik atau tidak.
d. Riwayat Obstetri
Gravida Partus Abortus (GPA), infeksi masa nifas, operasi kandungan
tumor.
e. Pemeriksaan Fisik
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Kemotherapi (sitostatika) pada karsinoma serviks
2) Radiotherapi pada karsinoma serviks
3) Enzim test
4) Biopsy pada serviks
5) MRI/CT scan abdomen atau pelvis
H. Pathways
Higiene kurang
Laki-laki ↓
Tidak sifkumsisi
Perempuan ↓
Infeksi virus
Sosial ekonomi rendah ↓
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
↓ Imunitas kurang
atau lemah
Hubungan seksual ↓
Usia dini frekuensi sering ↓
Perubahan sel servik ↓
Radang ↓
Perubahan parsio ↓
Perubahan servik ↓
Jaringan paraservikal ↓
Ca. Cervik ↓
Jumlah partus
Pembesaran masa
Penipisan sel ↓
Pemb. Darah terbuka ↓
Perdarahan
Anemia Syok hipovolemik
MetastaseTerapi ↓
Histerektomi ↓
Gastio intestinal ↓
Peristaltik usus ↑ ↓
Diare
Radiologi ↓
Efek radioterapi ↓
Integumen ↓
Puritus ↓
Gg. integritas kulit
Kemoterapi ↓
Alopesia ↓
Gg. body image
Supresi syaraf ↓
Nyeri ↓
Gg. rasa nyaman nyeri
Invasiv ke sel saraf
Ginjal Pielo nefritis
↓ Laju filtrasi
glumerulus (GFR) ↓
Hidro nefrosia ↓
Gg. keseimbangan cairan dari elektrolit
Peningkatn tekanintra abdomen
↓ Nusea vomitus
↓ Gg. pemenuha
kebutuhan nutrikurang dari kebut
an
n si: uhan
Paru ↓
Sekresi jar. Paru ↓
Colap paru ↓
Gg. Pertukaran gas Penurunan suplai O2
↓ Intotoleransi aktivitas
Penurunan imunitas ↓
Rentan infeksi ↓
Risiko tinggi infeksi
Krisis situasi ↓
Cemas
Papioima
Herpes simplek
Kandioma
Sumber : Boebak, 2004 Carpenito, 2000. Doenges, 2001. Sarwono, 1999
20
I. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan krisis ancaman kematian.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan kecacatan, penghinaan oleh orang
lain dan ansietas.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan hipermetaholik berkenaan dengan kanker.
5. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan perforasi terhadap kanker.
6. Risiko tinggi integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan radiasi dan
kemoterapi.
7. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan colaps paru
sekunder terhadap kanker.
8. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
penurunan Glumerulus Filtrasi Rate sekunder terhadap kanker.
9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksia, keletihan, malnutrisi.
10. Diare berhubungan dengan peristaltik usus meningkat akibat kemoterapi,
histerektomi.
J. Intervensi
1. Ansietas berhubungan dengan krisis ancaman kematian
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien memiliki koping positif.
Kriteria Hasil, pasien akan :
a. Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai tingkat dapat diatasi
b. Menunggu keterampilan pemecah masalah
c. Menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tibatiba dan
pengetahuan kondisi saat ini
Rasional : Faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri,
potensial siklus ansietas.
b. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengobatan dapat mencegah keganasan kanker dan
diskusikan persepsi diri pasien sehubungan dengan antisipasi perubahan dan
pola hidup khusus.
Rasional : Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan
yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat
pilihan informasi tentang pengobatan serta memberikan
kesempatan untuk memperbaiki konsep kesalahan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri berkurang.
Kriteria Hasil, pasien akan :
a. Mengekspresikan penurunan nyeri/ketidaknyamanan
b. Tampak rileks, mampu tidur/istirahat dengan tepat
Intervensi :
a. Kaji keluh nyeri, perhatikan lokasi, lamanya intensitas (skala 0-10) perhatikan
petunjuk verbal dan non verbal.
Rasional : Membantu dalam mengindikasi derajat ketidaknyamanan dan
kebutuhan untuk menaikkan keefektifan analgetik.
b. Bantu pasien menemukan posisi nyaman
Rasional : Untuk menghilangkan ketidaknyamanan akibat distensi abdomen,
dapat dipasang gelang NGT (Naso Gastro Tube).
c. Berikan tindakan kenyamanan dasar (contoh, perubahan posisi pada
punggung, atau sisi yang tidak sakit, pijatan punggung dan aktivitas
terapeutik)
Rasional : Menaikkan relaksasi, membantu untuk memfokuskan perhatian
dan dapat menaikkan kemampuan koping.
d. Kolaborasi pemberian obat analgetik berisi indikasi
Rasional : Memberikan penghilangan ketidaknyamanan / nyeri dan
memfasilitasi tidur, partisipasi pada terapi pasca operasi.
3. Harga diri rendah berhubungan dengan kecacatan, penghinaan oleh orang lain dan
ansietas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak timbul harga diri rendah.
Kriteria Hasil, pasien akan :
a. Mengabaikan masalah dan menunjukkan cara sehat untuk menghadapinya
b. Menyatakan penerimaan diri pada situasi dan adaptasi terhadap perubahan
pada citra tubuh.
Lntervensi :
a. Berikan waktu untuk mendengar masalah dan ketakutan pasien dan orang
terdekat
Rasional : Memberikan nasihat dan perhatian
b. Kaji stress emosi pasien identifikasi kehilangan pada pasien atau orang
terdekat, dorong pasien untuk mengekspresikan dengan tepat.
Rasional : Perawat perlu menyadari apakah tindakan kurang hati-hati atau
menyendiri tergantung pada alasan pembedahan.
c. Berikan info akurat, kuatkan informasi yang diberikan sebelumnya.
Rasional : Memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya dan
mengasimilasi informasi.
d. Berikan lingkungan terbuka pada pasien untuk mendiskusikan masalah
sexsualitas
Rasional : Meningkatkan saling berbagi keyakinan atau nilai tentang subyek
sensitif dan mengidentifikasi kesalahan konsep/mitos yang dapat
mempengaruhi penilaian situasi.
e. Rujuk ke konseling profesional berisi kebutuhan
Rasional : Mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk mengatasi
perasaan kehilangan.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Mendemontrasikan berat badan ideal, penambahan berat badan secara
progresif.
b. Pengungkapan pemahaman pengaruh individual.
c. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk meransang nafsu makan.
Intervensi:
a. Pantau masukan makanan setiap hari
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi
b. Ukur tinggi badan, berat badan dan tebal kelipatan kulit trisep
Rasional : Membantu dalam identifikasi saat nutrisi, protein-kalori khususnya
bila BB dan pengukuran antropometrik kurang dari normal.
c. Dorong klien untuk makan diit tinggi kalori kaya nutrient dengan masukan
cairan adekuat
Rasional : Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan.
d. Kontrol faktor lingkungan hindari terlalu manis, berlemak atau makanan
pedas
Rasional : Dapat merespon mual muntah
e. Berikan antimetik sesuai indikasi
Rasional : Mual / muntah paling menurunkan kemampuan dan efek samping
psikologis kemoterapi dengan menimbulkan stress.
5. Resti infeksi (peritonitis) berhubungan dengan perforasi terhadap kanker
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi infeksi.
Kriteria Hasil, klien akan :
a. Mengidentitikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi
b. Tidak mengalami tanda/gejaia infeksi
Intervensi :
a. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung.
Batasi pengunjung yang mengalami infeksi. Tempatkan pada isolasi sesuai
indikator
Rasional : Lindungi pasien dari sumber-sumber infeksi
b. Tekankan hygiene personal
Rasional : Membantu potensi sumber infeksi dan atau pertumbuhan sekunder
c. Pantau suhu
Rasional : Peningkatan suhu terjadi karena berbagai faktor. Misal efek
samping kemoterapi, proses penyakit atau infeksi identifikasi dini
proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai
dengan segera.
d. Hindari/batasi prosedur invasif. Taati tekhnik aseptic
Rasional : Menurunkan risiko kontaminasi, membatasi entri portal terhadap
agen infeksius.
e. Kolaborasi dapatkan kultur sesuai indikasi
Rasional : Mengidentifikasi organisme penyebab dan terapi yang tepat
f. Berikan antibiotik sesuai indikasi
Rasional : Mungkin digunakan untuk mengidentitikasi infeksi atau diberikan
secara protilaktik pada pasien imunisupresi.
g. Dikompresi kandung kemih dengan perlahan.
Rasional : Bila jumlah besar urine terakumulasi, dekompresi kandung kemih
cepat menghilangkan tekanan pembuluh pelvis.
h. Periksa residu volume urine setelah berkemih bila diindikasikan.
Rasional : Tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara lengkap, retensi
urine meningkatkan kemampuan untuk infeksi dan
ketidaknyamanan atau nyeri.
6. Risiko tinggi integritas kulit atau jaringan berhubungan dengan efek radiasi dan
kemoterapi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadinya iritasi.
Kriteria hasil :
a. Mengidentifiksi intervensi yang tepat untuk kondisi khusus.
b. Berpartisipasi dalam teknik untuk mencegah komplikasi.
Intervensi :
a. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping terapi kanker.
Rasional : Efek kemerahan dan atau kulit samak dapat terjadi pada area
radiasi
b. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
Rasional : Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
c. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk
Rasional : Membantu mencegah truma kulit.
d. Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun
Rasional : Dapat meningkatkan iritasi/reaksi yang nyata.
e. Anjurkan memakai pakaian yang lembut dan longgar
Rasional : Kulit sangat sensitive selama pengobatan dan setelahnya, dan
semua iritasi harus dihindari untuk mencegah cidera dermal.
f. Kolaborasi pemberian salep topical
Rasional : Mungkin digunakan untuk mencegah infeksi atau memudahkan
penyembuhan bila terjadi luka bakar kimia.
7. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan colaps paru sekunder
terhadap kanker.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, jalan nafas menjadi efektif.
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dan bebas
gejala distress pernapasan.
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan, cabut penggunaan otot aksesori, napas
bibir, ketidakmampuan bicara / berbincang.
Rasonal : Berguna dalam evaluasi derajat pernapasan dan atau proses
penyakit
b. Tinggikan kepala bila tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah
bernapas. Dorong dengan perlahan atau napas bibir sesuai toleransi individu.
Rasional : Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan
latihan naeas, dispnea dan kerja napas.
c. Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan.
Rasional : Kental, tebal dan banyak sekresi adalah sumber utama gangguan
pertukaran gas pada jalan nafas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila
batuk efektif.
d. Awasi tanda vital dan irama jantung.
Rasional : Takikardi, disritmia dan perubahan tidak dapat menunjukan efek
hipoksemia sistemik pada pemeriksaan jantung.
e. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
Rasional : Dapat memperbaiki / mencegah hipoksia.
f. Berikan penakan SSP (Sistem Saraf Pusat), misal, antiarsietus, sedatif dengan
hati-hati sesuai dengan indikasi.
Rasional : digunakan untuk mengontrol ansietas/gelisah yang menaikkan
konsumsi O2/kebutuhan. Eksaserbi dispnea dipantau kebutuhan
karena dapat terjadi gagal napas.
8. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan penurunan
Glumerulus Filtrasi Rate sekunder terhadap kanker.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, volume cairan adekuat.
Kriteria hasil :
Pasien akan menunjukan haluan urin tepat dengan berat jenis/hasil laboratorium.
Mendekati normal, berat badan stabil, tidak ada odema.
Intervensi :
1) Awasi tekanan darah dan Cardiac Ventral Pulse
Rasional : Pengawasan invasif diperlukan untuk mengkaji volume
intravaskuler.
2) Catat pemasukan dan pengeluaran akurat. Teknik cairan tersembunyi saeoerti
aditif anti biotik, dan perkiraan kehilangan tekanan kasat mata, contoh
berkeringat
Rasional : Perlu menentukan fungsi ginjal, kebutuhan pengganti cairan dan
penurunan risiko kelebihan cairan.
3) Awasi berat jenis urin
Rasional : Mengukur kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan urine.
4) Timbang berat badan tiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
Rasional : Penimbangan berat badan harian adalah pengawasan status cairan
terbaik, peningkatan berat badan lebih dari 0,5 kg/hari diduga ada
retansi cairan.
5) Auskultasi paru dan bunyi jantung
Rasional : Kelebihan cairan dapat menimbulkan edema paru dibuktikan oleh
terjadinya bunyi napas tambahan, bunyi jantung ekstra
6) Awasi pemeriksaan laboratorium misalnya Natrium dan kreatinin urine, Na
serum, Hemoglobin/Hematokrit
7) Berikan/batasi cairan sesuai indikasi.
9. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan hipoksia, keletihan, malnutrisi
Tujuan : Klien dapat beraktivitas secara bertahap
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi hipoksia
2) Aktivitas klien terpenuhi
Intervensi :
1) Observasi keadaan umum klien
Rasional : Untuk mengetahui tingkat aktivitas klien.
2) Ukur tanda-tanda vital, kaji tanda hipoksia (vertigo)
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda hipoksia atau vertigo.
3) Anjurkan klien untuk istirahat
Rasional : Untuk memberikan rasa segar setelah bangun tidur.
4) Ajarkan aktivitas secara bertahap
Rasional : Untuk mengembalikan aktivitas klien.
5) Anjurkan keluarga untuk menemani klien
Rasional : untuk memberikan rasa aman saat klien beraktivitas.
10. Diare berhubungan dengan peristaltik usus meningkat akibat kemoterapi,
histerektomi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, tidak terjadi diare
Kriteria hasil : Klien diare berkurang.
Intervensi :
1) Kaji penyebab diare
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi.
2) Hindari produk susu, lemak, serat tinggi
Rasional : Untuk mengurangi absorbsi secara berlebih.
3) Secara bertahap makanan semi padat dan padat (krakers, pisang, apel, nasi)
Rasional : Untuk meningkatkan nafsu makan klien secara bertahap.
4) Tingkatkan masukan oral untuk mempertahanan berat jenis normal urine
Rasional : Untuk mengembalikan cairan yang hilang.
5) Konsultasikan dengan dokter, efek obat.
Rasional : Untuk mengetahui efek obat yang diminum klien.