BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Salah sau masalah yang ada di dunia pendidikan saat ini adalah lemahnya pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru disekolah. Pembelajaran IPA yang terlaksana hanya terarah pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk menerima infomasi tanpa memahaminya untuk dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran yang terlaksana masih belum kreatif dan membuat siswa aktif. Dalam proses belajar mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks sebagai sumber belajar. Hal ini yang menyebabkan siswa harus menghafal semua materi yang telah diterima pada saat diadakan tes. Sedangkan menurut Marjono (1996), hal yang harus diutamakan untuk anak pada jenjang sekolah dasar adalah bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya pikir kritis siswa terhadap suatu masalah. Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yan tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Pada hakikatnya, pembelajaran IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang alam. Dalam Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam yang diklasifikasikan menjadi tiga bagian antara lain: Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, ialah kumpulan hasil penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang sudah dikaji sebagai kegiatan empiris dan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: a. Fakta dalam IPA, peryataan-peryataan tentang benda yang nyata, peristiwa yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok

dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar.

Salah sau masalah yang ada di dunia pendidikan saat ini adalah lemahnya

pelaksanaan proses pembelajaran yang diterapkan para guru disekolah.

Pembelajaran IPA yang terlaksana hanya terarah pada kemampuan siswa untuk

menghafal informasi, otak siswa dipaksa untuk menerima infomasi tanpa

memahaminya untuk dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu,

pembelajaran yang terlaksana masih belum kreatif dan membuat siswa aktif.

Dalam proses belajar mengajar, kebanyakan guru hanya terpaku pada buku teks

sebagai sumber belajar. Hal ini yang menyebabkan siswa harus menghafal semua

materi yang telah diterima pada saat diadakan tes. Sedangkan menurut Marjono

(1996), hal yang harus diutamakan untuk anak pada jenjang sekolah dasar adalah

bagaimana mengembangkan rasa ingin tahu dan daya pikir kritis siswa terhadap

suatu masalah.

Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta

melalui pengamatan yan tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan

dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Pada

hakikatnya, pembelajaran IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang alam. Dalam

Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam yang diklasifikasikan

menjadi tiga bagian antara lain:

Pertama, ilmu pengetahuan alam sebagai produk, ialah kumpulan hasil

penelitian yang telah ilmuwan lakukan dan sudah membentuk konsep yang sudah

dikaji sebagai kegiatan empiris dan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara

lain:

a. Fakta dalam IPA, peryataan-peryataan tentang benda yang nyata,

peristiwa yang benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif.

7

b. Konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA

yang saling berhubungan.

c. Prinsip IPA adlah generalisasi tentang hubungan di antara konsep.

d. Hukum-hukum alam, prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun

juga bersifat tentatif (bersifat sementara, akan tetapi karena mengalami

pengujian yang berulang-ulang maka hokum alam bersifat kekal

selama belum ada pembuktian yang lebih akurat dan logis).

e. Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta, konsep,

dan prinsip yang saling berhubungan.

Kedua, ilmu pengetahuan alam sebagai proses, adalah untuk menggali dan

memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta

dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori

yang akan digeneralisasikan oleh ilmuwan. Proses dalam memahami IPA disebut

dengan keterampilan proses sains, diantaranya adalah mengamati, mengukur,

mengklasifikasi dan menyimpulkan. Ketiga, ilmu pengetahuan alam sebagai

sikap. Menurut Sulistyorini (2006), ada sembilan aspek yang dikembangkan dari

sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, yaitu: sikap ingin tahu, ingin mendapat

sesuatu yang baru, sikap kerja keras, tidak putus asa, tidak berprasangka, mawas

diri, bertanggung jawab, berpikir bebas, dan kedisiplinan diri.

Menurut Jacobson dan Bergman (1980) terdapat beberapa karakteristik

untuk memahami IPA, diantaranya:

a. IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

b. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati fenomena

alam, termasuk juga penerapannya.

c. Sikap peneguhan hati keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkap

rahasia alam.

d. IPA dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau beberapa

saja.

e. Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan objektif.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam mempelajari IPA tidak

hanya dengan menghafal dari kumpulan materi yang telah diterima melainkan

8

harus melakukan uji coba untuk menambah pengalaman pada saat belajar dikelas

sehingga materi yang disampaikan guru mudah diterima oleh siswa.

2.1.1.1. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Konsep IPA dalam sekolah dasar merupakan konsep yang masih terpadu,

karena belum dipisah secara tersendiri, seperti: kimia, fisika dan biologi. Adapun

tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar dalam badan nasional standar

pendidikan (BNSP: 2006), dimaksudkan untuk:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebersamaan Tuhan Yang Maha Esa

berdasakan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi, dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

ketergantungannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

2.1.2. Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah alat saluran komunikasi. Kata media berasal dari Bahasa

latin medium yang berarti tengah. Secara harfiah, media berarti perantara, yaitu

perantara antara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver).

Beberapa hal yang termasuk dalam media adalah film, televisi, diagram, media

cetak, dan lain-lain. Media bisa dijadikan media pembelajaran jika dapat

membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan

demikian, harus ada keterkaitan antara media, metode, dan materi pembelajaran.

Menurut NEA (National Education Association/ Asosiasi Pendidikan Nasional)

9

menyatakan bahwa media merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak

maupun audiovisual, termasuk teknologi perangkat kerasnya. Sedangkan menurut

AECT (Association Education And Technology/ Asosiasi Teknologi Dan

Komunikasi Pendidikan) media ialah segala bentuk dan saluran yang

dipergunakan untuk proses penyaluran pesan.

Menurut Gagne media pembelajaran adalah wujud dari adanya berbagai

jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk

belajar. Lislie J. Brings (1979) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah

alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam bentuk buku, film,

rekaman video, dan lain-lain. Kemudian menurut Miarso, media yaitu segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang

pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sarana yang dapat menyampaikan pesan atau materi

pembelajaran kepada siswa dengan lebih menarik perhatian siswa untuk belajar.

Dalam menggunakan media pembelajaran kita perlu memperhatikan tujuan

menggunakannya. Berikut adalah tujuan menggunakan media pembelajaran :

a. Mempermudah proses belajar-mengajar.

b. Meningkatkan efisiensi belajar-mengajar.

c. Menjaga relevansi dengan tujuan belajar.

d. Membantu konsentrasi siswa.

Selain memperhatikan tujuan menggunakan media, menurut Gerlach dan

Ely (1971) mengemukakan ada tiga ciri menggunakan media pembelajaran,

diantaranya yaitu:

a. Ciri Fiksatif (fixative propertiy)

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,

melestarikan, dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek. Peristiwa yang

dapat diurutkan dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, video

tape, disket komputer, dan film.

b. Ciri manipulatif (manipulative property)

10

Transformasi suatu kejadian atau objek memungkinkan karena

media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-

hari dapat disajikan kepada siswa dalam dua atau tiga menit dengan teknik

penggambilan gambar time-lapse recording. Misalnya: bagaimana proses

larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat

dengan teknik merekam fotografi tersebut.

c. Ciri distributive (distributive property)

Media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditransformasikan

melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada

siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian

itu. Misalnya: rekaman video, audio, disket komputer dapat disebar

keseluruh penjuru tempat yang diinginkan.

Di samping ciri-ciri media pembelajaran di atas, terdapat pula peranan

media pembelajaran yang dipengaruhi oleh ruang, waktu, pendengaran, serta

sarana dan prasarana yang tersedia. Adapun peranan media pembelajaran menurut

Rohani (1997:7), antara lain:

a. Dapat mengatasi perbedaan pengalaman pribadi siswa.

b. Dapat mengatasi batas-batas ruang kelas.

c. Dapat mengatasi apabila suatu benda secara langsung tidak dapat

diamati karena terlalu kecil.

d. Dapat mengatasi gerak benda secara cepat atau terlalu lambat,

sedangkan proses gerakan itu menjadi pusat perhatian siswa.

e. Dapat mengatasi hal-hal yang terlalu kompleks dapat dipisahkan bagian

demi bagian untuk diamati secara terpisah.

f. Dapat mengatasi suara yang terlalu halus untuk didengar secara

langsung melalui telinga.

g. Dapat mengatasi peristiwa-peristiwa alam.

h. Memungkinkan terjadi kontak langsung dengan masyarakat atau

dengan keadaan alam sekitar.

i. Dapat memberikan kesamaan/kesatuan dalam pengamatan terhadap

suatu yang pada awal pengamatan siswa berbeda-beda.

11

j. Dapat membangkitkan minat belajar siswa yang baru dan dapat

membangitkan motivasi kegiatan belajar siswa.

Dalam model perencanaan penggunaan media yang efektif perlu

memperhatikan ASSURE. ASSURE adalah singakatan dari Analyze learner

characteristics, State objective, Select, or Modify media, Utilize, Require learner

response, and Evaluate. Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam

perencanaan pembelajaran sebagai berikut:

1. Menganalisis karakter umum dan khusus, karakter umum kelompok

sasaran, seperti: tingkatan belajar, usia, jenis kelamin, latar belakang

sasaran. Sedangkan karakter khusus sasaran, meliputi: pengetahuan,

keterampilan, sikap awal mereka.

2. Menyatakan atau merumuskan tujuan pembelajaran.

3. Merancang, memodifikasi, memilih dan mengembangkan media

pembelajaran yang telah tersedia agar dapat mencapai tujuan

pembelajaran dengan menghemat biaya, waktu, dan tenaga.

4. Menggunakan materi dan media.

5. Meminta tanggapan siswa tentang apa yang telah dipelajari bersama.

6. Mengevaluasi proses belajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat pencapaian siswa mengenai tujuan pembelajaran, keefektivan

media, pendekatan, dan guru sendiri.

Untuk menggunakan media seorang guru tidak hanya memperhatikan

tujuan penggunaan media, ciri-ciri media saja, namun seorang guru juga harus

memperhatikan kriteria pemilihan media. Kriteria pemilihan media bersumber

dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara

keseluruhan. Berikut adalah kriteria dalam memilih media pembelajaran:

a. Sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip

dan generalisasi.

c. Praktis, luwes, dan bertahan. Guru harus memilih media yang ada, mudah

diperoleh, atau mudah dibuat sendiri oleh guru, media yang digunakan

12

dapat digunakan dimana saja, kapan saja dengan peralatan yang ada

disekitarnya.

d. Guru terampil dalam menggunakannya. Apa pun media yang digunakan

seorang guru harus mampu menggunakannya dalam proses belajar

mengajar dikelas.

e. Pengelompokan sasaran.

f. Mutu teknis.

Sementara Gagne, Bringgs, and Wager (1992) merekomendasikan agar

para pendidik menerapkan kriteria pengeluaran (exclusions) dan pemasukan

(inclusion) dalam menyeleksi media sehingga mendapatkan berbagai hasil

pembelajaran. Kriteria tersebut antara lain:

Tabel 2.1. Penerapan pengeluaran dan pemasukan dalam menyeleksi media.

Hasil pembelajaran Pengeluaran Proses Pemilihan

Keterampilan

intelektual

Mengeluarakan media

yang tidak mempunyai

fitur interaktif.

Menyeleksi media

yang memberikan

umpan balik bagi

respon siswa.

Strategi kognitif Mengeluarkan media

yang tidak mempunyai

fitur interaktif.

Menyeleksi media

yang memberikan

umpan balik bagi

respon siswa.

Informasi verbal Mengeluarkan

peralatan atau

simulator yang tidak

memiliki penyertaan

verbal.

Menyeleksi media

yang mampu

menghadirkan pesan-

pesan verbal dan

elaborasinya.

Sikap Mengeluarkan

peralatan atau

simulator yang tidak

memiliki penyertaan

verbal.

Menyeleksi media

yang mampu

menghadirkan gambar

realistik dan pesan dari

model manusia.

Keterampilan motorik Mengeluarkan media

yang tidak mempunyai

ketentuan bagi respons

siswa dan umpan balik.

Menyeleksi media

yang membuat praktik

keterampilan langsung

yang memungkinkan

dengan impan balik

informatif.

13

Selain kriteria diatas terdapat beberapa kunci yang harus dipertimbangkan

pada saat memilih media pembelajaran. Hal tersebut disampaikan oleh Strauss

dan Frost (1999) yang diantaranya adalah: batasan sumber daya institusional,

kesesuaian media dengan mata pelajaran yang diajarkan, karakteristik siswa,

perilaku pendidik dan tingkat keterampilannya, sasaran pembelajaran dan mata

pelajaran, hubungan pembelajaran, lokasi pembelajaran, waktu, dan tingkat

keragaman media. Faktor-faktor tersebut dapat dibuat dalam gambar berikut:

Gambar 2.1.2. Faktor-faktor yang harus diperhatikan saat memilih media

2.1.3. Media Audio Visual

Media Audio yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media

yang hanya memiliki unsur suara. Pesan yang disampaikan hanya berupa kata-

kata, musik, sound effect. Contoh dari media ini, seperti radio dan rekaman suara

yang sebelumnya sudah direkam dan diputar dengan mesin pemutar suara, baik

melalui kaset ataupun pita perekam magnetik atau disk. Manfaat media audio

dalam pembelajaran biasanya digunakan dalam:

a. Pengajaran music literary (pembacaan sajak), dan kegiatan

dokumentasi.

b. Pengajaran bahasa asing, apakah secara audio maupun secara audio

visual.

Sasaran pembelajaran:

1. Kognitif: pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi.

2. Keterampilan: komunikasi oral dan

tertulis, pemecahan masalah, kreativitas,

komputer, tim, kepemimpinan.

3. Sikap: motivasi belajar dan senang

terhadap topik yang diajarakan.

Banyaknya

media: teks

biasa, melalui

multimedia.

Waktu:

kesinkronan,

ketidaksinkro

nan.

Lokasi:

bersama-

sama atau

terpisah.

Hubungan:

guru-murid,

murid-murid,

orang luar-

murid.

Guru:

filsafat

pengajaran,

keterampilan

teknologi.

Batasan Institusional:

ketersediaan

media/peralatan, ruang

kelas, konektivitas,

perangakt lunak, dan

ketersediaan bahan.

Pembelajaran:

saluran sensoris,

kemampuan

kognitif,

motivasi,

ukuran kelas.

Isi Mata Pelajaran:

keseluruhan pelajaran,

sesi individu

14

c. Pengajaran mengunakan radio atau radio pendidikan.

d. Paket-paket belajar untuk berbagai jenis materi yang memungkinkan

siswa dapat melatih daya penafsirannya dalam suatu bidang studi.

Pengembangan media audio sama halnya dengan pengembangan media

lainnya, yang secara garis besar meliputi: kegiatan perencanaan merupakan

kegiatan-kegiatan menentukan tujuan, menganalisis keadaan sasaran, penentuan

materi, format yang akan digunakan dan penulisan skrip. Produksi adalah kegiatan

perekaman bahan, sehingga seluruh program yang telah direncanakan dapat

direkam dalam pita suara atau piringan suara. Evaluasi dimaksudkan sebagai

kegiatan untuk menilai program, apakah program tersebut bisa dipakai atau perlu

revisi lagi. Berdasarkan pengambangan media audio ini terdapat beberapa

karakteristik yang dapat dicapai saat menggunakan media ini antara lain:

a. Pemusatan perhatian dan mempertahankan pemusatan perhatian siswa.

b. Mengikuti pengarahan pada saat mengikuti pelajaran.

c. Digunakan untuk melatih daya analisis siswa dari apa yang mereka

dengar.

d. Perolehan arti dari suatu konteks.

e. Memisahkan kata atau informasi yang relevan dengan yang tidak

relevan.

f. Mengingat dan mengemukakan kembali ide-ide atau bagian-bagian

cerita yang mereka dengar.

Media audio ini dapat digunakan pada saat pembelajaran dengan

menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Langkah persiapan

a. Persiapan dalam merencana, berkonsultasi tentang materi dan

perencanaan, mencatat beberapa hal yang bias membangkitkan

interes, bahan diskusi, dan cara-cara mengkaji pemahaman atau

apersepsi.

b. Berikan pengarahan khusus terhadap ide-ide yang sulit bagi siswa

yang akan dikemukakan dalam materi.

15

c. Kelompok sasaran harus diperhitungkan, apakah perorangan atau

kelompok kecil, atau besar.

d. Usahakan sasaran harus dalam keadaan siap.

e. Periksa peralatan yang akan digunakan.

2. Langkah penyajian

a. Sajikan dalam waktu yang tepat dengan kebiasaan atau cara

mereka mendengarkan.

b. Atur situasi ruangan.

c. Berikan semangat untuk memulai mendengarkan dan mulai

konsentrasi terhasap permasalahan yang akan dihadapi. Usahakan

agar mereka:

1. Mendengarkan dalam situasi tenang.

2. Memusatkan perhatian untuk mendengarkan materi dan apa

saja yangdikatakan serta apa artikan.

3. Mendengarkan dengan suatu kemauan yang kuat, meskipun

mereka akan bertemu dengan hal yang bertentangan dengan

kemauan dirinya.

4. Menggunakan apa yang mereka dengar saat itu dengan

pengarahan sebelumnya.

3. Langkah tindak lanjut

Dalam usaha tindak lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Apakah seluruh atau sebagian saja dari hal-hal yang pertanyakan

pada langkah persiapan sebelumnya, terjawab atau terpenuhi? Bila

tidak, apakah langkah yang harus diambil selanjutnya?

b. Apakah para siswa setuju dengan apa yang dikemukakan?

c. Apakah materi yang disajikan telah cocok dengan kemampuan

mereka? Apakah telalu sukar atau terlalu mudah?

d. Apakah masih terjadi kesalahpahaman antara maksud materi

dengan hasil pemangkapan mereka?

e. Tentukan bagian-bagian mana saja atau bahkan keseluruhannya,

yang harus diulang kembalu bila diperlukan.

16

f. Pada bagian materi mana, siswa memerlukan suatu pengayaan

melalui bantuan penyertaan media lainnya.

Media visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung

unsur suara. Yang termasuk ke dalam media ini adalah film slide, foto,

tranparansi, lukisan, gambar, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti

media grafis dan lain sebagainya. Ada beberapa prinsip dalam menggunakan

media visual antara lain:

a. Usahakan visual itu sesederhana mungkin dengan menggunakan

gambar garis, karton, bagan, dan diagram. Untuk gambar realistis

harus digunakan secara hati-hati karena gambar yang amat rinci

dengan realisme sulit diproses dan dipelajari bahkan seringkali

menganggu perhatian siswa untuk mengamati apa yang seharusnya

diperhatikan.

b. Visual digunakan untuk menekankan informasi sasaran (yang terdapat

teks) sehingga pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

c. Gunakan grafik untuk menggambar ikhtiar keseluruhan materi

sebelum menyajikan unit demi unit pelajaran untuk digunakan oleh

siswa mengorganisir informasi.

d. Ulangi sajian visual dan libatkan siswa untuk meningkatkan daya

ingat.

e. Gunakan gambar untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep.

f. Hindari visual yang tak berimbang.

g. Tekankan kejelasan dan ketepatan dalam semua visual.

h. Visual yang diproyeksikan harus mudah dibaca dan dapat terbaca.

i. Visual, khususnya diagram sangat membantu untuk mempelajari

materi yang agak kompleks.

j. Unsur-unsur pesan dalam visual harus ditonjolkan dan dengan mudah

dapat dibedakan dari unsur-unsur latar belakang untuk mempermudah

pengolahan informasi.

k. Warna harus digunakan secara realistic.

17

l. Warna dan pemberian bayangan digunakan untuk mengarahkan

perhatian dan membedakan komponen-komponen.

m. Keterangan gambar harus disiapkan terutama untuk:

1. Menambah informasi yang sulit dilukiskan secara visual, seperti:

kemiskinan, lumpur.

2. Memberi nama orang, tempat, objek.

3. Menghubungkan kejadian atau aksi dalam lukisan visual sebelum

atau sesudahnya.

4. Menyatakan apa yang orang dalam gambar itu sedang kerjakan,

pikirkan, dan katakan.

Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara

juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat, misalnya rekaman video,

berbagai ukuran film, slide suara, dan lain sebagainya. Kemampuan media ini

dianggap lebih baik dan lebih menarik, sebab mengandung kedua unsur jenis

media yang pertama dan kedua. Dengan menggunakan media ini dapat membuat

proses pembelajaran menjadi optimal. Selain itu, saat pembelajaran dikelas siswa

tidak hanya mendengar atau melihat gambar saja, tetapi siswa dapat melihat

sekaligus mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.

Dalam penggunaan media ini akan memberikan pengalaman langsung

untuk siswa selama belajar disekolah. Media audio visual yang biasa digunakan

oleh pihak sekolah berisi video pembelajaran yang berhubungan dengan materi-

materi yang baru disampaikan oleh guru pada waktu itu. Media ini mempunyai

kelebihan dan kelemahan diantaranya adalah:

1. Kelebihan media audio visual antara lain:

a. Memperjelas materi yang disampaikan oleh guru.

b. Membantu siswa agar mempunyai pengalaman secara langsung

selama belajar di sekolah.

2. Kelemahan dari media audio visual:

a) Sistem pembelajaran berpusat pada guru.

b) Partisipasi siswa saat mengikuti pembelajaran kurang dikuasai oleh

guru.

18

c) Sifat komunikasi saat pembelajaran hanya terjadi satu arah dan harus

diimbangi dengan bentuk umpan balik yang lain.

2.1.4. Pengertian Media Power point

Sanaky (2009) menyatakan bahwa microsoft Power point adalah program

aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi di bawah

microsoft office program komputer dan tampilan ke layar dengan menggunakan

bantuan LCD projector. Keuntungan dari program ini adalah tidak perlunya

pembelian piranti lunak karena sudah berada di dalam microsoft office salah satu

program komputer. Jadi pada waktu penginstalan program microsoft office dengan

sendirinya program ini akan terinstal. Hal ini akan mengurangi beban hambatan

pengembangan pembelajaran dengan komputer. Program yang digunakan dalam

penelitian ini adalah microsoft power point. Program ini adalah salah satu aplikasi

dalam paket microsoft office.

Media Power point adalah suatu alat atau program yang dapat

meningkatkan kualitas prestasi dengan menggunakan teks kualitas tinggi, grafik,

gambar. Presentasi biasanya disusun dengan hanya menampilkan point-point yang

relevan selama pembicaraan dan pembicara menggarisbawahi point-point ini

secara mendalam. Media ini biasanya disusun oleh dosen-dosen, guru, pembicara

dalam konferensi dan para pelaku bisnis. Dengan bantuan media Power point,

seorang guru dapat mempresentasikan materi ajar kepada siswa bisa lebih mudah

dalam mentransformasikan ilmunya melalui presentasi yang diberikan oleh

seorang guru kepada anak didiknya di kelas. Disamping memudahkan seorang

guru menguasai kelas dan membantu anak-anak didik untuk tetap fokus dengan

apa yang diterangkan oleh seorang guru. Selain itu, dengan menggunakan media

ini proses belajar mengajar akan lebih menarik perhatian siswa untuk belajar.

Tujuan dari penggunaan media ini adalah untuk melatih siswa mengembangkan

kemampuan menulis dan berbicara, serta cara berpikir kritis dan analitis.

Power point dapat digunakan melalui beberapa tipe penggunaan, berikut

tipe penggunaan Power point:

a. Personal presentation. Power point digunakan dalam pembelajaran

klasik, seperti: kuliah, pelatihan, seminar, workshop. Pada penyajian

19

ini Power point menjadi alat bantu bagi pengajar dalam menyajikan

materi, dan kontrol pengajaran dan pembelajaran terletak pada guru,

dosen, dan pembicara.

b. Stand alone. Power point disusun secara khusus untuk pembelajaran

individu secara interaktif. Walaupun tingkat interaktif siswa tidak

terlalu tinggi, namun Power point mampu menampilkan umpan balik

yang sudah diprogramkan.

c. Web based. Power point dapat diformat menjadi file web (html),

sehingga program yang muncul berupa browser dapat menampilkan

internet. Hal ini ditunjang dengan adanya fasilitas dari Power point

untuk mempublikasikan hasil pekerjaan kita ke dalam web.

Keunggulan Microsoft Power point antara lain: 1. praktis, dapat

dipergunakan untuk semua ukuran kelas; 2. memberikan kemungkinan tatap muka

dan mengamati respons siswa 3. memiliki variasi teknik penyajian yang menarik

dan tidak membosankan; 4. dapat menyajikan berbagai kombinasi clipart, picture,

warna, animasi dan suara, sehingga membuat siswa lebih tertarik. 5. dapat

dipergunakan berulang-ulang.

2.1.5. Hasil Belajar

2.1.5.1 Pengertian Belajar

Menurut Gagne (1989) belajar ialah proses dimana terjadi perubahan

perilakunya melalui sebuah pengalaman yang dibantu oleh motivasi dalam

pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku. Belajar dapat diartikan

sebagai perubahan tingkah laku dengan adanya interaksi antar individu dan reaksi

terhadap lingkungan (menurut E.R.Hilgard (1962) dalam Ahmad Susanto 2013:3).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan

perilaku yang terjadi karena interaksi antar individu dan lingkungan. Menurut

Gagne terdapat beberapa kategori dalam belajar, diantaranya:

1. Keterampilan motoris: keterampilan yamg diperlihatkan dari

berbagai gerakan badan. Contoh: menulis, berjalan, berlari,

bertepuk tangan.

20

2. Informasi verbal: informasi yang dipengaruhi oleh kemampuan

otak atau intelegensi seseorang. Sma seperti halnya seseorang

memahami sesuatu denan berbicara, menulis, menggambar, yang

berupa simbol yang tampak.

3. Kemampuan intelektual: selain menggunakan simbol verbal,

manusia juga mampu melakukan interaksi dengan dunia luar

melalui kemampuan intelektualnya, misalnya: mampu

membedakan warna, bentuk, dan ukuran.

4. Strategi kognitif: keterampilan ini diperlukan untuk belajar

mengingat dan berpikir.

5. Sikap: sikap saat belajar sangat mempengaruhi hasil yang

diperoleh. Sikap akn sangat tergantung pada pendirian,

kepribadian, dan keyakinan, tidak dapat dipelajari atau dipaksa,

tidak perlu kesadaran diri yang penuh.

2.1.5.2 Hakikat Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana

Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas

mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono

(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi

tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Secara sederhana hasil belajar

siswa adalah kemampuan yang diterima siswa setelah kegiatan belajar.

Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan

untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan

siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berikut adalah beberapa aspek dalam

hasil belajar:

21

1. Pemahaman konsep (aspek kognitif)

Menurut Bloom (1979: 89) pemahaman diartikan sebagai

kemampuan untuk menyerap arti dari materi yang dipelajari.

Pemahaman yang dimaksudkan adalah seberapa besar siswa mampu

menerima, meyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh

guru kepada siswa, serta mengerti apa yang ia baca, lihat, alami atau

yang dirasakan berupa hasil penelitian langsung yang ia lakukan.

Sementara Carin dan Sund menyatakan bahwa aspek belajar

mempunyai beberapa kriteria, diantaranya:

a. Pemahaman merupakan kemampuan untuk menerangkan dan

menginterpretasikan sesuatu. Secara sederhana dapat diarikan

bahwa pemahamn merupakan kemampuan untuk menjelaskan

kembali apa yang sudah ia terima.

b. Pemahaman bukan sekedar mengetahui melainkan ia mampu

memberikan ilustrasi yang lebih luas dan mendalam.

c. Pemahaman lebih dari sekedar mengetahui, karena pemahaman

melibatkan proses mental yan dinamis, sehingga siswa tersebut

mampu memahami apa yang ia dapat dan mampu menjelaskan

kepada orang lain dengan ilustrasi yang sesuai dengan kondisi

saat ini.

d. Pemahaman merupakan suatu proses bertahap yang masing-

masing tahap mempunyai kemampuan tersendiri, seperti:

menerjemahkan, menginterpretasikan, aplikasi, analisis,

sintesis, evaluasi.

Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman

konsep guru dapat mengevaluasi produk. W.S. Winkel (2007:540)

menyatakan bahwa melalui produk dapat diselidiki apakah dan sampai

berapa jauh suatu tujuan intruksional telah tercapai, semua tujuan itu

merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh siswa.

2. Keterampilan proses (aspek psikomotor)

22

Usman dan Setiawan (1993:77) menyatakan bahwa keterampilan

proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan

kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak

kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Dalam

melatih keterampilan ini, harus secara bersamaan dikembangkan pula

sikap-sikap yang dikehendaki, seperti: kerjasama, kreativitas,

bertanggungjawab sesuai dengan penekanan mata pelajaran yang

bersangkutan.

Sementara Indrawati (1993: 3) merumuskan bahwa keterampilan

proses merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik

kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk

menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori. Dalam keterampilan

ini terdapat enam aspek yang meliputi: observasi, klasifikasi,

pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan terhadap

suatu pengamatan, dan melakukan eksperimen. Keterampilan ini juga

mempunyai dua tingkatan yaitu: keterampilan proses tingkat dasar

(observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, prediksi, dan

inference), dan keterampilan proses terpadu (menentukan, variabel,

menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel,

memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis,

menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan

dan melakukan eksperimen).

3. Keterampilan sikap (aspek afektif)

Menurut Lange dalam Azwar (1998:3), sikap tidak hanya

merupakan aspek mental semata, melainkan mencakup aspek fisik

juga. Dalam keterampilan ini juga terdapat tiga komponen yang saling

menunjang diantarnya: komponen kogitif ialah respresentasi apa yang

dipercayai ole individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan

perasaan yang menyangkut emosional, dan komponen konatif adalah

aspek berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki

seseorang. Bany dan Johnson dalam Yousda dan Arifin (1993:68)

23

mengungkapkan berbagai model yang dapat mencakup tiga aspek

diatas, yaitu:

a. Teknik pelaporan diri sendiri (self-report technique). Teknik ini

merupakan bentuk respon seseorang terhadap sejumlah

pertanyaan.

b. Obsevasi terhadap perilaku yang tampak (observation of

behavior). Dengan model ini, sikap ditafsirkan dari perilaku

seseorang yang tampak dengan memperhatikan tiga dimensi,

yaitu: arah perilaku derajat yang memperlihatkan kontinuitas,

dan intensitas sikap tersebut untuk memunculkannya dalan

perilaku.

c. Sikap yang disimpulkan dari perilaku orang yang bersangkutan.

2.1.5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran

di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu

sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76-77), menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang

sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah, seperti:

kondisi yang prima, tidak dalam keadaan lelah, tidak cacat jasmani, dan

faktor psikologis, yang meliputi: intelegensi, minat, bakat, motivasi,

motif belajar, dan daya nalar siswa.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor

eksternal meliputi: faktor lingkungan (lingkungan fisik dan sosial), dan

faktor instrumenal adalah faktor yang dirancang sesuai dengan hasil

yang diharapkan. Faktor ini berupa: kurikulum, sarana, dan guru.

Menurut Dunkin dalam Wina Sanjaya (2006: 51), terdapat sejumlah aspek

yang dapat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru,

antara lain:

1. Teacher formative experience (latar belakang guru)

24

2. Teacher training experience (pengalaman yang berhubungan dengan

latar belakang guru)

3. Teacher properties (sifat yang dimiliki oleh guru)

Sedangkan menurut Ruseffendi (1991:7) terdapat sejumlah faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, diantaranya adalah:

1. Kecerdasan Anak

Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi terhadap

cepat lambatnya penerimaan informasi serta terpecahkan atau tidaknya

suatu pemasalahan. Kemampuan merupakan potensi dasar bagi pencapaian

hasil belajar yang dibawa sejak lahir. Alfred Binnet membagi intelegensi

dalam tiga aspek: direction, artinya: kemampuan untuk memusatkan

kepada suatu masalah yang dipecahkan. Adaptation, ialah kemampuan

untuk mengadakan adaptasi terhadap suatu masalah yang dihadapi secara

fleksiel di dala menghadapi masalah. Criticism, adalah kemampuan untuk

mengadakan kritik, baik terhadap masalah yang dihadapi maupun terhadap

dirinya sendiri.

2. Kesiapan atau kematangan

Kesiapan adalah tingkat perkembangan dimana individu atau

organ-organ sudah berfungsi sebagaimana mestinya. Aspek ini erat

hubungannya dengan masalah minat dan kebutuhan anak.

3.Bakat anak

Menurut Chaplin bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

4. Kemauan belajar

Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab

yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang

diraihnya. Karena kemauan belajar menjadi salah satu penentu dalam

mencapai keberhasilan belajar.

5.Minat

Minat berarti kecendurungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Seorang siswa yang menaruh

25

minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan perhatiannya lebih

banyak daripada siswa lainnya.

6. Model penyajian materi pembelajaran

Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak membosankan,

menarik, dan mudah mengeri sangat membantu keberhasilan hasil belajar

siswa.

7. Pribadi dan sikap guru

Siswa pada umumnya dalam melakukan belajar tidak hanya

melalui bacaan atau melalui guru saja, tetapi juga mencontoh yang baik

dari sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang dilakukan oleh guru.

8. Suasana pengajaran

Suasana yang tenang, terjadinya dialog yang kritis antara siswa dan

guru, serta menumbuhkan suasana yang aktif antara siswa dan guru dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

9. Kompetensi guru

Guru yang profesional memiliki kemampuan-kemampuan tertentu

yang dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.

10. Masyarakat

Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkah laku dan

berbagai macam latar belakang pendidikan, sehingga mempengaruhi hasil

belajar siswa.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningsih dengan judul Efektivitas

Penggunaan Pendekatan Keterampilan Proses dengan Media Power point pada

Pembelajaran IPA Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SDN 01 Bringin

Semester 2 Tahun Ajaran 2012/2013, dengan hasil penelitian rata-rata posttest

kelompok kontrol 81,9130 dan kelompok eksperimen 88,8846. Hasil perhitungan

ini didapat signifikansi sebesar 0,003 dan 0,004 dan thitung sebesar 3,110 dan

3,077> ttabel 2,011. Signifikan kurang dari 0,05 sehingga hipotesis diterima.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan keterampilan

26

proses dengan media Power point pada pembelajaran IPA efektif terhadap hasil

belajar siswa.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Supriadi dengan judul Pengaruh

Penggunaan Media Pembelajaran Power point Terhadap Keaktifan dan Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Bugel 02 Kecamatan Sidorejo Kabupaten

Semarang Semester Genap Tahun 2011/2012 dinyatakan berhasil mempengaruhi

dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan hasil penelitian rata-rata nilai

posttest siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai posttest siswa

kelas kontrol, yaitu 81,53 > 70,50. Perbedaan rata-rata (mean difference) dari rata-

rata nilai posttest antara kedua kelas tersebut sebesar 11,038, dengan t hitung > t

tabel (4,852 > 4,637) dan angka probabilitas di bawah atau kurang dari (< 0,05),

yaitu sebesar 0,000. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa media

pembelajaran Power point dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar

matematika siswa kelas V SD Negeri Bugel 02.

2.3. Kerangka Berpikir

Dengan menggunakan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan

hasil belajar siswa. Caranya adalah dengan melatih guru IPA, kemudian

mengaplikasikannya secara kolaboratif dengan peneliti. Hasilnya, diharapkan

proses pembelajaran di kelas tidak lagi kurang menarik dan menggunakan metode

pembelajaran kurang bervariasi, serta prestasi belajar IPA siswa juga akan

meningkat, pembelajaran yang berlangsung dikelas juga akan optimal.

Dalam materi pelajaran ada yang tidak dapat dipelajari dengan melakukan

percobaan. Materi tersebut akan lebih menarik dan tepat sasaran apabila

disampaikan dengan menggunakan media yang tepat. Media Power point dapat

menghasilkan gambar yang bersumber dari komputer untuk mengvisualisasikan

ide-ide sehingga informasi yang disajikan lebih jelas dan menarik. Selain itu dapat

juga disajikan dengan menggunakan video, karena video tidak hanya

menghasilkan gambar namun juga suara sehingga dapat membantu memperjelas

materi yang disajikan oleh guru pada saat pembelajaran.

27

Gambar 2.3.1. Kerangka Berpikir

2.4. Hipotesis Penelitian

Diduga terdapat pengaruh yang efektivitas penerapan media audiovisual

dan powerpoint terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Kemitir 02

dan SDN 2 Kalimanggis tahun ajaran 2014/2015.

Ho : tidak ada perbedaan hasil belajar antara penerapan media audiovisual

dan powerpoint terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN

Kemitir 02 dan SDN 2 Kalimanggis tahun ajaran 2014/2015.

Ha : ada perbedaan hasil belajar antara penerapan media audiovisual dan

powerpoint terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN

Kemitir 02 dan SDN 2 Kalimanggis

Dapat digunakan

untuk berulang kali

Lebih praktis Lebih menarik

perhatian siswa

Media audio visual

dan powerpoint

Hasil

belajar

Gambar terlihat

lebih nyata