BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 1.1 ... II.pdf · 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 1.1 ... II.pdf · 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP...
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI
1.1 Kajian Pustaka
Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa
penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini yang kemudian dijadikan sebagai
pembanding. Adapun penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
Padmawati (2012) dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan
setsuzokushi Shikashidan Demo dalam novel Norwei no Mori karya Haruki
Murakami”. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian Padmawati
ialah pada tahap pengumpulan data menggunakan metode agih dibantu dengan
teknik sadap. Teknik dasar yang digunakan dalam penelitian Padmawati adalah
teknik bagi unsur langsung yang membagi satuan lingual datanya menjadi
beberapa bagian atau unsur. Untuk teknik lanjutan yang dipakai adalah teknik
baca markah yang digunakan untuk mengetahui makna setsuzokushi shikashi dan
demo setelah itu dilanjutkan dengan teknik baca markah yang digunakan untuk
mengetahui makna setsuzokushi shikashi dan demo.Metode yang digunakan pada
tahap penyajian hasil analisis data yaitu metode informal dan metode formal.
Teori yang digunakan oleh Padmawati ialah teori yang dikemukakan oleh Yuriko
(1998). Hasil dari penelitian Padmawati adalah setsuzokushi demo lebih banyak
digunakan untuk menyampaikan hal-hal atau pendapat yang bersifat pribadi yang
menyatakan perasaan pembicara itu sendiri. Sedangkan setsuzokushi shikashi
10
lebih sering digunakan pada saat menceritakan tokoh dan digunakan dalam bahasa
tulisan.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Padmawati ialah penelitian
padmawati hanya memfokuskan dua setsuzokushi yang menyatakan kalimat
berlawanan sedangkan penelitian ini mengangkat tujuh setsuzokushi yang
menyatakan kalimat berlawanan atau yang disebut dengan gyakusetsu no
setsuzokushi. Selain itu, penelitian dari Padmawati hanya menjelaskan perbedaan
penggunaan dari dua setsuzokushi yang menyatakan hal berlawanan yaitu
setsuzokushi shikashi dan demo, sedangkan penelitian ini membahas mengenai
struktur dari penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi yang terdiri dari tujuh
setsuzokushi, serta membahas mengenai makna dari masing-masing setsuzokushi
tersebut. Manfaat yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini yaitu dapat
mengetahui cara menganalisis setsuzokushi yang memiliki arti yang hampir sama
dengan menggunakan teori makna, sehingga dapat memberikan kontribusi
terhadap penelitian yang akan dilakukan.
Dwita (2011) dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis Penggunaan
Setsuzokushi Ga danKeredomo dalam Novelet Kappa karya Akutagawa
Ryuunosuke”. Dalam penelitian Dwita membahas mengenai fungsi dan makna
serta perbedaan penggunaan yang terkandung dalam setsuzokushi ga dan
keredomo. Penelitian Dwita, menggunakanmetode simak dan teknik catat dalam
pengumpulan datanya, kemudian dilanjutkan dengan penganalisisan data dengan
metode agih dan teknik lanjutan yaitu teknik baca markah, dalam penyajian
analisis penelitian Dwita menggunakan metode formal dan informal. Penelitian
11
Dwita mengambil teori dari beberapa ahli diantaranya teori gramatikal dari Abdul
Chaer dan teori setsuzokushi ga dan keredomo menggunakan teori yang
dikemukakan oleh Takayuki. Dalam penelitian Dwita dapat disimpulkan bahwa
fungsi dari setsuzokushi keredomo dan ga ada empat fungsi yang sama yaitu
menggabungkan dua peristiwa yang berlawanan, menggabungkan dan
menjajarkan dua peristiwa, menyatakan ekspresi, dan menunjukkan kalimat yang
belum selesai. Setsuzokushi keredomo memiliki fungsi yang tidak dimiliki oleh
setsuzokushi ga yaitu saat menyatakan dua hal yang berbeda. Setsuzokushi ga
lebih sering digunakan dalam bentuk tulisan. Setsuzokushi ga juga bisa digunakan
dalam bentuk biasa maupun bentuk hormat. Sedangkan setsuzokushi keredomo
tidak dapat digunakan dalam bentuk hormat. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian Dwita hanya mengangkat dua setsuzokushi yang menyatakan kalimat
berlawanan, sedangkan penelitian ini mengangkat tujuh setsuzokushi yang
menyatakan kalimat berlawanan. Selain itu penelitian ini juga membahas
mengenai struktur dan makna dari penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi
tersebut. Melalui penelitian yang telah dilakukan oleh Dwita dapat dipahami cara
menggunakan metode agih, cara membandingkan setsuzokushi yang memiliki
padanan kata yang sama dengan teori makna, sehingga dapat dijadikan referensi
dalam penelitian ini.
Shihhatul (2008) dalam skripsinya yang berjudul “ Analisis penggunaan
kata sambung (setsuzokushi) ~temo dan ~keredomo dalam wacana tulis bahasa
Jepang”. Teori yang digunakan dalam penelitian Shihhatul adalah teori yang
dikemukakan oleh Moleong tentang penelitian bahasa jenis kualitatif. Hasil
12
penelitian Shihhatul adalah kata sambung temo dan keredomo kedua-duanya
mempunyai fungsi yang menyatakan pertentangan. Perbedaan kata sambung temo
dan keredomo bahwa penggunaan keduanya bukan hanya pertentangan, tetapi ada
juga penggunaan yang lainnya. Temo berfungsi sebagai penekanan dan batas
jumlah, keredomo berfungsi sebagai penghalusan dan pengharapan. Kedua kata
sambung tersebut dapat disubstitusikan penggunaanya sesuai dengan konteks
kalimat dari setsuzokushi tersebut. Kelebihan penelitian ini dengan penelitian
Shihhatul pada jumlah objek penelitiannya. Penelitian Shihhatul hanya meneliti
dua kata sambung yang menyatakan kalimat berlawanan yaitu temo dan keredomo
sedangkan penelitian ini membahas tujuh setsuzokushi yang menyatakan kalimat
berlawanan. Melalui penelitian Shihhatul dapat diketahui cara membandingkan
dua buah setsuzokushi yang memiliki makna hampir sama sehingga dapat
dijadikan bahan referensi dalam penelitian kali ini.
1.2 Konsep
Dalam penelitian ini ada beberapa konsep yang digunakan diantaranya adalah
sebagai berikut :
2.2.1 Setsuzokushi
Menurut Nagayama Isami (dalam Sudjianto, 1996:100) setsuzokushi ialah
kelas kata yang dipakai untuk menghubungkan atau merangkaikan kalimat dengan
kalimat atau merangkaikan bagian-bagian kalimat. Setsuzokushi hanya berfungsi
menghubungkan beberapa kata, menghubungkan dua klausa atau lebih,
menggabungkan bagian-bagian kalimat, juga menggabungkan kalimat dengan
kalimat. Selain itu, setsuzokushi juga berfungsi mengantarkan makna pada kalimat
13
yang dihubungkan dan berfungsi untuk mengembangkan ungkapan berikutnya.
Pendapat ini didukung oleh Ogawa (dalam Soni,1985:272) yang menjelaskan
bahwa :
接続詞はひんしのいっしゅ、ようほじょうは二ついじょうの語か、ぶ
んせつ、く、文、文のれんさしたものなどの間にたて、りょうしゃを
むすびつけ、いみじょうはせんぎょうの表現をてんかんされる動きを
もつごである。
Setsuzokushi wa hinshi no isshu, youhojyou wa futatsu ijyou no goka,
bunsetsu, ku, bun, bun no rensashita mono nado no aida nitate, ryousha wo
musubitsuke, imijyou wa sengyou no hyougen wo tankan sareru ugoki wo
motsugo de aru.
„Setsuzokushi merupakan kelas kata dalam bahasa Jepang yang digunakan
untuk menggabungkan dua kata atau lebih, klausa dengan klausa, dimana
penggabungan tersebut untuk menunjukan hubungan antara isi ungkapan
kalimat pertama dengan kedua, juga berfungsi untuk mengembangkan
kalimat yang dirangkaikan oleh setsuzokushi tersebut‟.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa setsuzokushi ialah salah satu kelas
kata yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat sehingga
kalimat menjadi lebih luas.
2.2.2 Jenis – jenis Setsuzokushi
Masao dalam Sudjianto (1996:102) menyatakan bahwa setsuzokushi
dibagikan menjadi 7 jenis sesuai dengan fungsinya masing-masing. Di antaranya
ialah sebagai berikut :
1. Sentaku no setsuzokushi (Setsuzokushi ini merupakan setsuzokushi
yang menyatakan pilihan terhadap suatu hal).
14
Contoh :
お菓子がいいか、それとも果物がいいか。
Okashi ga ii ka, soretomo kudamono ga ii ka.
Apakah mau permen ,kalau buah bagaimana?
2. Heiritsu no setsuzokushi (Setsuzokushi yang menyatakan hubungan
yang setara).
Contoh :
字を書き、また本を読む。
Ji wo kaki, mata hon wo yomu.
Menulis huruf, dan juga membaca buku.
3. Tenka no setsuzokushi ( Setsuzokushi yang menyatakan hubungan
tambahan).
Contoh :
彼は英語ができて、しかも日本語もできる。
Kare wa eigo ga dekite, shikamo nihon mo dekiru.
Dia bisa bahasa Inggris, dan juga bisa bahasa Jepang.
4. Gyakusetsu no setsuzokushi (setsuzokushi yang menyatakan
hubungan berlawanan.
Contoh :
春が来た。だが、まだ風は冷たい。
Haru ga kita. Daga, mada kaze wa tsumetai.
Musim semi sudah datang. Akan tetapi angin masih dingin.
5. Jouken no setsuzokushi (setsuzokushi yang menyatakan hubungan
sebab akibat).
15
Contoh :
彼は体がよわい。それで、よくけっせきする。
Kare wa karada ga yowai. Sorede, yoku kesseki suru.
Dia tubuhnya lemah. Oleh karena itu, sering bolos sekolah.
6. Tenkan no setsuzokushi (setsuzokushi yang menyatakan suatu
perubahan atau peralihan).
Contoh :
ところで、このごろ映画をみますか。
Tokorode, kono goro eiga wo mimasuka.
Ngomong-ngomong saat ini mau menonton film kah?
7. Setsumei no setsuzokushi (setsuzokushi yang menyatakan hubungan
penjelasan).
Contoh :
日本はしき、すなわち春、夏、秋、冬、冬のへんかがある。
Nihon shiki,sunawachi haru,natsu,aki, fuyu no henka ga aru.
Di Jepang ada perubahan empat musim,diantaranya ialah musim
semi, panas,gugur dan dingin.
2.2.3 Gyakusetsu no setsuzokushi
Gyakusetsu no setsuzokushi ialah setsuzokushi yang menyatakan hubungan
yang berlawanan dari pernyataan sebelumnya. Berikut pendapat dari Takanashi
dkk (2000:230) yang menyatakan mengenai gyakusetsu no setsuzokushi sebagai
berikut :
逆接とは、広い意味で、前件から予想されるのとは反対ことがらが
後件に来るような関係のことを言います。
Gyakusetsu to wa, hiroi imi de,zenken kara yosou sareru no to wa hantai
koto gara ga kouken ni kuru youna kankei no koto o iimasu.
16
Kata sambung yang menyatakan hubungan yang berlawanan dari kalimat
sebelumnya atau tidak sesuai dengan suatu hal yang dikatakan
sebelumnya.
Selain itu, Masao dalam Sudjianto (1996:103) juga menyatakan mengenai
gyakusetsu no setsuzokushi yang dipakai untuk menyatakan hubungan yang
berlawanan diantaranya ialah: ga „tapi, tetapi, namun‟, keredo/keredomo „tapi,
tetapi, akan tetapi, meskipun, walaupun‟, shikashi „tetapi, walaupun demikian,
namun‟, tadashi„namun, tetapi‟, to wa ie„meskipun begitu, walaupun demikian,
tetapi‟, daga/desu ga „tetapi, akan tetapi, walaupun demikian‟, demo „walaupun
begitu, biarpun, tetapi, akan tetapi‟, mottomo„tetapi, sebaliknya, padahal,
melainkan‟,dan sebagainya. Setsuzokushi yang termasuk kelompok ini berfungsi
untuk merangkaikan beberapa kata atau kalimat dan menyatakan bahwa
pernyataan yang disebutkan pertama berlawanan dengan pernyataan yang
disebutkan kemudian.
1. Ga
Makino dan Tsutsui (1994:122) menjelaskan mengenai ga dengan
menyatakan bahwa :
Struktur dari setsuzokushi ga ialah sebgai berikut :
Kalimat1 Ga + kalimat 2
Contoh :
自動車の輸出は今のところ好調だ。が、これがいつまで続くか、少
し心配だ。
Jidousha no yushutsu wa ima no tokoro koushou da. Ga, kore ga itsu made
tsudukuka, sukoshi shinpai da.
„Ekspor mobil sekarang memuaskan. Namun sampai kapankah hal itu
terjadi saya sedikit cemas‟.
17
(SNT,1998:98)
Makino dan Tsutsui juga menyatakan mengenai setsuzokushi ga sebagai
berikut :
A disjunctive coordinate conjunction that combines two sentences
„Kata sambung yang mengkombinasikan dua kalimat yang menyatakan
hubungan berlawanan‟.
(ADBJG,1989:120)
Contoh :
ジョンさんは来たがメアリーさんは来なかった。
Jon san wa kita ga Meari san wa konakatta
„Saudara Jon datang tetapi saudara Meari tidak datang‟.
(ADBJG,1994:122)
Yuriko dkk (1998:69) menyatakan mengenai setsuzokushi gaadalah
sebagai berikut :
対立的な二つのことがらを結びつけるのに用いる。前半と後半の
内容が対立したり、前半のことから予想される結果と反対のこと
が後半に述べられたりする。
Tairitsu tekina futasu no koto gara wo musubitsukeru no ni mochiiru.
Zenhan to kouhan no naiyou ga tairitsu shitari,zenhan no koto kara yosou
sareru kekka to hantai no koto ga kouhan ni noberaretari suru.
„Digunakan untuk menghubungkan dua hal yang bertentangan. Kalimat
pertama dan kalimat kedua berlawanan,kalimat kedua merupakan
kebalikan dengan hasil yang diharapkan dari kalimat pertama‟.
(NBZ,1998:69)
Contoh :
朝から何も食べない。が、食べたいという気も起こらないんだ
Asa kara nani mo tabenai. Ga, tabetai to iu ki mo okoranainda.
Dari pagi tidak makan apapun. Namun, rasa ingin makanpun tidak ada.
(SNT,1998:98)
18
2. Demo
Yuriko dkk(1998:277) menyatakan mengenai demo ialah sebagai berikut :
Struktur dari setsuzokushi demo ini ialah sebagai berikut :
Kalimat1 + Kalimat2
文頭に用いて、それより前に述べられたことと相反することが続
くことを表す。
Buntou ni mochiite, sore yori mae ni noberareta koto to souhan suru koto ga
tsuduku koto o arawasu.
„Kalimat kedua menunjukkan bahwa kalimat tersebut bertentangan dengan
kalimat sebelumnya‟.
(NBZ,1998:277)
Contoh :
友達はプールへ泳ぎに行った。でも、私はアルバイトでいけなか
った。
Tomodachi wa puuru e oyogi ni itta. Demo, watashi wa arubaito de
ikenakatta.
„Teman pergi ke kolam renang untuk berenang. Akan tetapi, saya di
tempat kerja paruh waktu tidak bisa pergi‟.
(NBZ,1998:277)
3. Keredomo
Makino dan Tsutsui menyatakan mengenai keredomo sebagai berikut :
Struktur dari setsuzokushi keredomo ialah sebagai berikut :
a. Kata kerja+ keredomo
Contoh :
字を読めるけれども、書けない。
Ji wo yomeru keredomo, kakenai
Bisa membaca huruf, tetapi tidak bisa menulis.
(GBJM Seri A, 1996:108)
19
b. Kata sifat I + keredomo
Contoh :
この本は高いけれども、いい本ですよ。
Kono hon wa takai keredomo, ii hon desuyo.
Buku ini mahal, tetapi bagus lo.
(ADBJG, 1989:187
c. Kata sifat na + da keredomo
Contoh :
静かだけれども、頭が悪だと思います。
Shizuka da keredomo, atama ga waru da to omoimasu.
Cantik, tetapi saya pikir kurang pintar.
(ADBJG,1989:187)
d. Kata benda + da keredomo
Contoh :
大野さんは九十歳だけれどもとても元気だ。
Oono san wa kyuujussai da keredomo totemo genki da.
Saudara oono berumur 50 tahun. Tetapi sangat sehat.
(ADBJG,1989:187)
Katsumi dan Y. Shinichi (1998:52) mengungkapkan mengenai setsuzokushi
keredomo sebagai berikut :
二つの事柄を並べて、単に結びつける時使う。
Futatsu no kotogara wo narabete, tan ni musubi tsukeru toki ni tsukau.
„Digunakan untuk menghubungkan atau menjajarkan dua peristiwa‟.
Contoh :
彼はもともと声がいいかめしれない。けれども、練習もよくするから歌
がうまいんだな。
Kare wa moto moto koe ga ii kamoshirenai. Keredomo, renshuu mo yoku suru
kara uta ga umaindana.
„Pada dasarnya mungkin suara dia bagus. Namun karena sering berlatih maka
suaranya terdengar lebih bagus‟.
(SNT,1998:52)
20
Selain itu Yuriko dkk (1998: 109) menyatakan mengenai setsuzokushi
keredomo sebagai berikut :
文頭に用いて、その前に述べられたことから予想されるのとは異なっ
た展開で次に続くことを表す。「しかし」にくらべて、やや話しこと
ば的。ただし、くだけた文頭でも使う。
Buntou ni mochiite, sono mae ni noberareta koto kara yosou sareru no to wa
kotonatta tenkai de tsugi ni tsuzuku koto wo arawasu. “shikashi” ni kurabete,
yaya hanashi kotoba teki. Tadashi kudaketa buntou demo tsukau.
„Digunakan pada pokok kalimat, hal yang dipikirkan dan telah dijelaskan
sebelumnya berbeda, lalu berlanjut ke titik selanjutnya. Dibandingkan dengan
“shikashi” bersifat lebih pada bahasa percakapan. Akan tetapi, digunakan
dalam percakapan sehari-hari juga‟.
(NBZ,1998:108)
Contoh :
字を読める。けれども、かけない。
Ji wo yomeru. Keredomo, kakenai.
Bisa membaca huruf. Namun, tidak bisa menulisnya.
(GBJM Seri A, 1996:108)
4. Shikashi
Yuriko dkk (1998) menyatakan mengenai setsuzokushi shikashi sebagai berikut :
Struktur dari setsuzokushi shikashi ini ialah sebagai berikut :
1.Kalimat 1+ Kalimat 2
Contoh :
手紙を出した。しかし返事はこなかった。
Tegami wo dashita. Shikashi henji wa konaktta.
Suratnya sudah di kirim. Tetapi, balasannya tidak datang.
(NBZ,1998: 138)
21
2.~ , shikashi ~
Contoh :
顔にはずいぶんたくさんしわがあって、それがまず目につくのだけれど
、しかしそのせいで考えて見えるというわけでなく、かえって逆に年齢
を超越した草々しさのようなものがしわによって強調されていた。
Kao ni wa zuibun takusan shiwa ga ate, sore ga mazu me ni tsuku no dakeredo,
shikashi sono sei de kangaete mieru to iu wake de naku, kaette gyaku ni nenrei
wo chouetsu shita sousou shisa no youna mono ga shiwa ni yotte
kyouschousarete ita.
„Wajahnya penuh dengan keriput, dan sekilas pandang kita segera
mengetahuinya, tetapi tidak berarti ia terlihat tua, sebaliknya dengan keriput
tersebut keremajaan yang melampaui usianya muncul dengan jelas.‟
(Noruwei no Mori, 1987: 194)
Yuriko dkk (1998) menyatakan mengenai pemahaman setsuzokushi shikashi
sebagai berikut :
前半の文で予想されることと反対のことが後半に続くことを表す。書き
ことば的な表現。話し言葉ではうろんかい、講演などの改まった場面で
使われる。会話では相手の意に反論する時の前置き話題の転換にも使わ
れる。
Zenhan no bun de yosou sareru koto to hantai no koto ga kouhan ni tsudzuku
koto wo arawasu. Kaki kotoba tekina hyougen.hanashikotoba de wa
uronnkai,kouen nado no maratamatta bamen de tsukawareru. Kaiwa de wa aite
noi ni hanron suru toki no mae oki wadai notenkan ni mo tsukawareru.
„Menjelaskan bahwa kalimat sebelumnya berlawanan dengan kalimat
selanjutnya. Dalam bahasa tertulis. Juga bisa digunakan dalam situasi perdebatan
yang formal seperti ceramah dalam bentuk lisan. Dalam percakapan digunakan
ketika hendak menolak pembicaraan dari pihak lain‟.
(NBZ,1998:138)
Contoh :
彼は頭がいい.。しかし運度はだめです。
Kare wa atama ga ii. Shikashi undo wa dame desu.
Dia pintar. Namun, tidak di olahraga.
(Sudjianto, 1996:100)
22
5. Daga
Makino dan Tsutsui menyatakan mengenai setsuzokushi daga sebagai berikut :
Struktur dari setsuzokushi daga :
Kalimat 1 + Kalimat 2
Contoh :
あの人には才能がある。だが、その才能をつかっていない。
Ano hito ni wa sainou ga aru. Daga, sono sainou wo tsukatte inai.
Orang itu memiliki bakat. Akan tetapi, bakatnya tidak digunakan.
(ADIJG,1994:18)
Selain pendapat dari Makino dan Tsutsui, Yuriko dkk (1998:69) juga menyatakan
mengenai struktur gyakusetsu no setsuzokushi daga sebagai berikut :
Klausa pertama, klausa kedua
Contoh :
彼は学生だが、私は社会人だ。
Kare wa gakusei daga, watashi wa shakaijin da.
Dia adalah mahasiswa, tetapi saya pegawai perusahaan.
(NBZ,1998:69)
Selain itu Makino dan Tsutsui juga mengatakan mengenai pengertian dari
setsuzokushi daga sebagai berikut :
A conjunction that express something that is contrasted with what is expressed in
the previous sentences.
„Konjungsi yang mengekspresikan sesuatu yang kontras dengan apa yang
dinyatakan dalam kalimat sebelumnya‟.
(ADIJG,1994:18)
23
Contoh :
私は彼女とは始めて会った。だが、前から知っていたようなしたし
みを感じた。
Watashi wa kanojo to wa hajimete atta. Daga, mae kara shitte itayouna
shitashimi wo kanjita.
„Saya bertemu dengan dia untuk pertama kali. Akan tetapi, saya merasa
dekat dengannya seolah-olah sudah mengenalnya dalam waktu yang lama‟.
(ADIJG,1994:18)
6. Mottomo
Makino dan Tsutsui juga mengungkapkan mengenai setsuzokushi mottomo
sebagai berikut :
Struktur dari setsuzokushi mottomo ini ialah sebagai berikut :
Kalimat1 + Kalimat 2
Contoh :
息子はよく病気をする。もっとも大病をしたことはない。
Musuko wa yoku byouki wo suru. Mottomo taibyou wo shita koto wa nai.
Putra saya sering sakit. Tetapi sakit parah tidak pernah.
(ADAJG,2008:288)
Makino dan Tsutsui juga menyatakan mengenai setsuzokushi mottomo sebagai
berikut :
A conjunction used to add a comment indicating that what the speaker/writer has
just expressed is not sufficient.
„Sebuah kata sambung yang digunakan untuk menambahkan komentar yang
mengindikasikan tentang apa yang pembicara atau penulis telah ekpresikan adalah
tidak cukup‟.
(ADAJG,2008:288)
24
Selain itu untuk mendukung pendapat dari Makino dan Tsutsui, Yuriko dkk
(1998) juga menyatakan mengenai setsuzokushi mottomo sebagai berikut :
前の文の内容を部分的に訂正したり、その内容から聞き手が予想しそ
うなことを否定したりするのに用いる。
Mae no bun no naiyou o bubun teki ni teisei shitari, sono naiyou kara kikite ga
yosou shisouna koto o hitei shitari suru noni moshiiru.
„Digunakan untuk memperbaiki kalimat sebelumnya, atau menyangkal kalimat
sebelumnya yang tidak sesuai harapan‟.
(NBZ,1998:588)
Contoh :
彼は女性にとても親切だ。もっとも、それには下心がある場合が多い
ようだ。
Kare wa josei ni totemo shinsetsuda. Mottomo, soreni wa shitagokoro ga aru
baai ga ooiyouda.
Dia sangat baik kepada wanita. Namun, sepertinya ada banyak maksud
tersembunyi.
(ADAJG,2008:288)
7. To wa ie
Makino dan Tsutsui menyatakan mengenai to wa ie sebagai berikut :
Struktur dari setsuzokushi to wa ie adalah sebagai berikut :
1. Kata kerja + to wa ie , S2
Contoh :
退職したとはいえ、毎日やることがたくさんあるので忙しい。
Taishokushita to wa ie, mainichi yaru koto ga takusan aru node isogashii.
Walaupun telah melakukan pegundurkan diri, setiap harinya menyibukkan diri
dengan melakukan banyak kegiatan.
25
2. Kata sifat I + to wa ie S2
Contoh :
安いとはいえ、都会の高級マンションだ。普通の者が簡単に買える代物
ではない。
Yasui to wa ie, tokai no koukyuu mansion da. Futsu no mono ga kantan ni kaeru
shiromono dewa nai.
Meskipun saya mengatakan murah, itu adalah kota apartemen yang mewah.
Orang-orang biasa tidak bisa mendapatkan barang-barang dengan mudah.
3. Kata sifat na / Kata benda + to wa ie
Contoh :
夏とはいえ、ここはまだちょっと肌寒いくらいのすずしさだ。
Natsu to wa ie, koko wa mada chotto hadasamui kurai no suzushisa da.
Meskipun sekarang musim panas, tapi disini masih dingin, sampai batas
yang dapat dikatakan sedikit dingin.
4. Kalimat 1. To wa ie kalimat 2
Contoh :
今度の学会が楽しみだ。とはいえ、まだ発表準備は全然できてい
ない。
Kondo gakkai ga tanoshimida. To wa ie, mada happyou junbi wa zenzen
dekite inai.
Saat ini konferensi akademik sangat menyenangkan. Meskipun dikatakan
demikian, saya sama sekali belum siap presentasi.
Selain itu, Yuriko dkk (1998:356) juga menyatakan mengenai to wa ie
sebagai berikut :
前の文を受けて、「それはそうなのだが、しかし」といった意味を表
す。前のがらから予想。期待されることと結果が食い違うような場合
に用いられる。
Mae no bun wo ukete, [sore wa souna no daga,shikashi] to itta imi wo
arawasu. Mae no gara kara yosou. Kitai sareru koto to kekka ga kuichigau
youna baai ni mochai rareru.
„Menanggapi dari pernyataan sebelumnya [meskipun begitu, tetapi] maksud
dari artinya. Digunakan dalam situasi seperti apa yang diinginkan tidak sesuai
dengan harapan‟.
26
Contoh :
夏とはいえ、ここはまだちょっと肌寒いくらいのすずしさだ。
Natsu to wa ie, koko wa mada chotto hadasamui kurai no suzushisa da.
Meskipun sekarang musim panas, tapi disini masih dingin, sampai batas
yang dapat dikatakan sedikit dingin.
(ADAJG,2008:665)
8. Tokoro ga
Makino dan Tsutsui (1994:503) mengungkapkan mengenai gyakusetsu no
setsuzokushi tokoroga sebagai berikut :
Struktur dari setsuzokushi Tokoro ga ialah sebagai berikut :
Kalimat 1Tokoro gakalimat 2
Contoh :
私の娘はアメリカにいる時きれいな英語を話していた。ところが、日本
へ帰って一年もたたないうちにきれいに忘れてしまった。
Watashi no musume wa Amerika ni iru toki kirei na eigo wo hanashite ita.
Tokoroga, nihon e kaette ichi nen mo tatanai uchi ni kirei ni wasurete shimatta.
Anak perempuan saya pada saat ada di Amerika, bahasa Inggrisnya bagus.
Namun, ia benar-benar lupa dalam waktu setahun setelah kembali ke Jepang.
Selain iu Makino dan Tsutsui juga mengatakan mengenai setsuzokushi tokoroga
sebagai berikut :
A conjunction which is used to present what in fact happened or what is in fact
the case when something else was/is expected.
„Sebuah konjungsi yang digunakan untuk menjelaskan mengenai apa yang
sebenarnya terjadi atau apa yang terjadi ketika sesuatu hal lain yang
diharapkan‟.
(ADIJG,1994:503)
Contoh :
日本式の部屋に泊まりたいと思って旅館を予約した。ところが、通され
た部屋は洋式だった。
Nihon shiki no heya ni tomaritai to omotte ryokan wo yoyaku shita. Tokoroga,
toosareta heya wa youshiki data.
27
„Saya ingin menginap di sebuah penginapan bergaya Jepang. Tetapi setelah
diperlihatkan ternyata ruangan itu bergaya barat‟.
(ADIJG, 1994:503)
9. Tadashi
Makino dan Tsutsui mengungkapkan mengenai gyakusetsu no setsuzokushi
tadashi sebagai berikut :
Struktur dari setsuzokushi tadashi ialah sebagai berikut :
Kalimat 1Tadashi kalimat 2
Contoh :
この部屋にある雑誌や本はどれを見てもいいです。ただし、部屋からは
待ち出さないで下さい。
Kono heya ni aru zasshi ya hon wa dore wo mite mo iidesu. Tadashi, heya kara
wa machi desanai de kudasai.
Anda mungkin melihat salah satu majalah atau buku di ruangan ini. Namun,
jangan membawanya keluar dari ruangan ini.
(ADAJG:2008,573)
Selain itu Makino dan Tsutsui juga mengatakan pemahaman mengenai
setsuzokushi tadashi sebagai berikut :
A conjunction indicating that there is a condition, restriction, proviso,etc to the
preceding statement.
„Konjungsi atau kata sambung yang menunjukkan bahwa ada kondisi,
pembatasan, syarat dll dari pernyataan sebelumnya‟.
Contoh :
発表のトピックは何でもかまいません。ただし、発表時間は 20 分以内
です。
Happyou no topikku wa nan demo kamaimasen. Tadashi, happyou jikan wa 20
pun inai desu.
Anda bisa memilih apapun topik untuk presentasi anda. Namun, presentasi
dilakukan dalam waktu 20 menit.
(ADAJG:2008,573)
28
1.3 Kerangka teori
Dalam melakukan penelitian tentunya memerlukan sebuah teori. Dalam
penelitian analisis struktur dan makna serta perbedaan penggunaan gyakusetsu no
setsuzokushi pada novel Tobu ga Gotoku karya Ryoutaro Shiba digunakan teori
sebagai berikut :
1.3.1 Sintaksis
Dalam menganalisis struktur kalimat digunakan teori sintaksis. Teori
sintaksis ini menggunakan teori sintaksis dari Verhaar. Verhaar (2012:161)
mendefinisikan sintaksis sebagai ilmu yang membahas hubungan antar kata dalam
tuturan. Hubungan antar kata tersebut meliputi satuan gramatikal yang meliputi
frasa, klausa dan kalimat. Terdapat tiga poin penting dalam menganalisis klausa
secara sintaksis yaitu dengan menganalisis fungsi. Fungsi tersebut meliputi
subjek, predikat dan objek yang terkandung dalam sebuah kalimat, kemudian
menganalisis kategori-kategori. Kategori tersebut adalah nomina, verba dan
preposisi.
Contoh :
Ayah membeli beras ketan untuk saya
Fungsinya adalah Ayah sebagai (subjek), membeli (predikat) beras ketan
(objek), saya (keterangan). Kata keterangan bukan merupakan fungsi.
Kategorinya adalah Ayah dan beras ketan merupakan (nomina), membeli
(verba), untuk (preposisi), saya (pronomina) (Verhaar, 2012: 163). Fungsi-fungsi
dalam sebuah kalimat diisi dengan berbagai kelas kata, salah satunya yang paling
29
sering digunakan dalam sebuah kalimat adalah kata penghubung. Dalam bahasa
Jepang kata penghubung atau konjungsi disebut dengan istilah setsuzokushi.
Nagayama dalam Sudjianto (1996:100) menjelaskan bahwa setsuzokushi
adalah kelas kata yang digunakan untuk merangkaikan atau menghubungkan
kalimat dengan kalimat atau menghubungkan kalimat dengan bagian-bagian
kalimat. Teori sintaksis ini akan digunakan untuk menganalisis struktur dari
kalimat penggunaan gyakusetsu nosetsuzokushi yang terdapat pada novel Tobu ga
Gotoku karya Ryoutarou Shiba yang selain itu penelitian ini juga mengacu pada
pendapat Makino dan Tsutsui (1989).
1.3.2 Semantik
Dalam bahasa Jepang semantik disebut dengan imiron. Imiron ialah salah
satu cabang linguistik yang mengkaji mengenai makna yang terkandung dalam
sebuah kalimat. Semantik memegang peranan penting dalam bahasa karena
digunakan dalam berkomunikasi tiada lain untuk menyampaikan kalimat yang
memiliki makna.
Pada penelitian ini, untuk lebih jelasnya menganalisis mengenai makna
dalam penggunaan gyakusetsu no setsuzokushi mengacu pada teori yang
dikemukakan oleh Pateda (2001). Pateda membagi makna tersebut dalam 29 jenis
yaitu diantaranya ialah sebagai berikut makna afektif, makna denotatif, makna
deskripstif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter, makna gramatikal,
makna ideasional, makna intensi, makna, khusus, makna kiasan, makna kognitif,
makna kolokasi, makna konotatif, makna konseptual, makna konstruksi, makna
kontekstual, makna leksikal, makna lokusi, makna luas, makna pictorial, makna
30
proposisional, makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna stilistika,
makna tekstual, makna tematis dan makna umum.
Dari jenis-jenis makna yang dipaparkan, dalam penelitian ini hanya
memfokuskan pada makna gramatikal. Makna gramatikal adalah makna yang
muncul sebagai akibat berfungsinya kata dalam kalimat. Makna sebuah kata, baik
kata dasar maupun kata jadian, sering sangat bergantungan pada konteks kalimat
atau konteks situasi, maka makna gramatikal itu juga sering disebut dengan
makna struktural atau makna situasional.