BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Vocabulary Bahasa Inggris tentang Healthy habits dan At the school
Kelas V SD
a. Karakteristik Siswa Kelas V SD
Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu (UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (4)). Piaget (Mulyani & Syaodih,
2011: 1.15) mengungkapkan bahwa perkembangan kognitif anak dibagi
menjadi empat tahap yaitu, (1) tahap sensori motorik (umur 0-2 tahun) ciri
pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah
demi langkah, (2) tahap praoperasional (umur 2-7 tahun) ciri
perkembangannya pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, (3) tahap
operasional konkret (umur 7-11 tahun) ciri perkembangannya anak sudah
mulai menggunakan aturan yang jelas dan logis yang ditandai adanya
reversible dan kekekalan, (4) tahap operasional formal (umur 11-15 tahun)
ciri perkembangannya anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis.
Perkembangan anak pada periode sekolah dasar menurut Buhler
(Sobur, 2013: 132) yaitu anak mencapai objektivitas tertinggi atau dapat
disebut sebagai masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen yang
distimulasi oleh dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar.
Masa ini merupakan masa pemusatan dan penimbunan tenaga untuk
berlatih, menjelajah, dan eksplorasi. Pada masa ini anak mulai menemukan
diri sendiri atau secara tidak sadar mulai berfikir tentang diri pribadi.
Anak SD juga memiliki karakteristik yang khas. Sumantri dan
Syaodih (2006: 6.3) menyatakan bahwa karakteristik anak sekolah dasar
yaitu senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok,
serta senang melakukan dan memperagakan secara langsung.
7
8
Berdasarkan dari ketiga pendapat, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan intelektual siswa kelas V pada usia 7-11 tahun, berada pada
tingkat perkembangan operasional konkret. Pada tahap ini, umumnya
siswa sudah bisa berpikir secara logis. Siswa berpikir atas dasar
pengalaman yang nyata, pernah dilihat atau dialaminya. Siswa hendaknya
diberi kesempatan untuk terlibat aktif dan mendapatkan pengalaman
langsung untuk menemukan sendiri pengetahuan mereka.
Perkembangan siswa kelas V SDN II Logandu sesuai dengan
perkembangan anak pada umumnya. Siswa kelas V SDN II Logandu
berada pada tingkat perkembangan operasional konkret yaitu dengan
kisaran umur 9-12 tahun. Dalam diri siswa sudah timbul keinginan untuk
mencoba hal-hal yang baru, yang distimulasi oleh dorongan-dorongan rasa
ingin tahu yang besar serta sudah dapat berpikir logis.
Karakteristik tersebut sangat cocok dengan metode Total Physical
Response yang mengajak siswa untuk mempunyai pengalaman yang nyata,
yaitu dengan mencoba hal-hal yang baru dan memperagakan hal-hal yang
dipelajari serta dilihatnya. Metode Total Physical Response mendorong
siswa untuk menjadi lebih aktif, percaya diri, dan termotivasi dalam
belajar. Dengan demikian, siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir
sendiri, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu mempertanggung jawabkan
pemikirannya secara rasional.
b. Konsep Bahasa Inggris
1) Hakikat Bahasa
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (2013: 1) berpendapat,
“Bahasa adalah sarana komunikasi antar anggota masyarakat dalam
menyampaikan ide dan perasaan secara lisan atau tulis.” Bahasa yang
baik dikembangkan oleh pemakainya berdasarkan kaidah-kaidahnya
yang tertata dalam suatu sistem.
Izzan (2010: 1) berpendapat, “Bahasa adalah perkataan-
perkataan yang diucapkan atau ditulis”, digunakan untuk berkomunikasi
bagi manusia. Nuswantoro (2013: 11) mengungkapkan bahwa bahasa
9
adalah salah satu alat komunikasi secara lisan dan tertulis. Departemen
Pendidikan Nasional (2014: 116) menyatakan bahwa bahasa /ba·ha·sa/
merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri, atau percakapan (perkataan) yang baik,
tingkah laku yang baik, dan sopan santun.
Jadi, berdasarkan keempat pendapat tentang pengertian bahasa
dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat komunikasi baik
disampaikan secara lisan (berbicara) maupun tertulis. Bahasa pada
dasarnya adalah bahasa lisan (berbicara), adapun menulis adalah bentuk
bahasa kedua. Dengan kata lain bahasa itu adalah ucapan dan tulisan
merupakan lambang bahasa.
2) Bahasa Inggris
Riyanto (2015: 6) menyatakan bahwa bahasa Inggris merupakan
bahasa asing pertama yang diajarkan di Indonesia yang dianggap
penting dengan tujuan menerapkan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, serta hubungan internasional.
Jodih Rusmajadi (Nuswantoro, 2013: 11) menyatakan bahwa bahasa
Inggris merupakan bahasa yang telah mendunia atau digunakan secara
internasional.
Dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
Pasal 37 (Ayat 1) menyatakan bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional yang sangat penting kegunaannya dalam pergaulan global.
Agustina (2012: 1) menyatakan bahwa bahasa Inggris merupakan
bahasa asing yang diajarkan di sekolah-sekolah atau madrasah mulai
dari tingkat sekolah dasar, ibtidaiyah, hingga tingkat perguruan tinggi.
Jadi, berdasarkan keempat pendapat tentang pengertian bahasa
Inggris dapat disimpulkan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa kedua
yang bertujuan menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, serta bahasa untuk berkomunikasi secara
10
internasional yang diajarkan di sekolah-sekolah dimulai dari tingkat
dasar sampai perguruan tinggi.
3) Tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Departemen Pendidikan Nasional (2008: 62) menyatakan bahwa
mata pelajaran bahasa Inggris pada Sekolah Dasar bertujuan agar siswa
mempunyai kemampuan sebagai berikut, (a) mengembangkan
kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan secara terbatas untuk
mengiringi tindakan (language accompanying action) dalam konteks
sekolah, (b) memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa
Inggris untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat
global.
Dalam kurikulum KTSP 2006 mata pelajaran bahasa Inggris
diarahkan untuk mengembangkan empat keterampilan berbahasa yaitu
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Departemen
Pendidikan Nasional (2008: 5) menyatakan bahwa ada empat
kemampuan penggunaan bahasa (literacy), yaitu performatif,
fungsional, informasional, dan epistemik.
a) Performatif yaitu pada tahap ini siswa mampu membaca, menulis,
dan berbicara dengan simbol-simbol yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks bahasa. Salah satu unsur bahasa yang
mempunyai tujuan performatif adalah unsur bahasa vocabulary.
b) Fungsional yaitu siswa diharapkan dapat menggunakan bahasa untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
c) Informasional yaitu siswa diharapkan dapat mengakses pengetahuan
dengan kemampuan bahasanya.
d) Epistemik yaitu siswa diharap dapat menstranformasikan
pengetahuan dalam bahasa tertentu.
Kurikulum bahasa Inggris SD ditargetkan untuk mencapai
tingkat kemampuan performatif yang artinya siswa mampu membaca
dan menulis, dengan kata lain siswa harus mempunyai kemampuan
vocabulary yang baik. Lulusan SD ditargetkan dapat berpartisipasi
11
dalam kegiatan kelas, sekolah, maupun lingkungan sekitar dengan cara
menggunakan bahasa yang biasa digunakan untuk menyertai tindakan
dalam proses belajar. Penekanan pendidikan bahasa Inggris di SD yaitu
penguasaan bahasa lisan untuk berinteaksi.
Dari uraian tentang tujuan bahasa Inggris dapat disimpulkan
bahwa tujuan Mata Pelajaran Bahasa Inggris adalah, (a) siswa mampu
membaca, menulis, dan berbicara dengan simbol-simbol yang
digunakan untuk berkomunikasi dalam konteks bahasa, (b) siswa dapat
menggunakan bahasa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, (c)
siswa dapat mengakses pengetahuan dengan kemampuan bahasanya, (d)
siswa dapat mentranformasikan pengetahuan dalam bahasa tertentu, (e)
dengan penguasaan bahasa Inggris maka siswa dapat menjadi generasi
intelektual, berwawasan luas, serta memiliki karakter bangsa Indonesia
yang kuat sehingga dapat berpartisipasi dalam memajukan bangsa
Indonesia.
4) Ruang Lingkup Bahasa Inggris Kelas V
Departemen Pendidikan Nasional (2008: 63) menyatakan
bahwa ruang lingkup bahasa Inggris di SD/MI mencakup kemampuan
berkomunikasi lisan secara terbatas dalam konteks sekolah, yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut, (a) mendengarkan, (b) berbicara,
(c) membaca, dan (d) menulis. Keterampilan menulis dan membaca
diarahkan untuk menunjang pembelajaran komunikasi lisan.
Vocabulary mencakup empat keterampilan tersebut, yang merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Berdasarkan peraturan Mendiknas nomor 23 tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan (Departemen Pendidikan
Nasional, 2008: 17) menyatakan bahwa cakupan bahasa Inggris ada
empat aspek yaitu sebagai berikut.
12
a) Mendengarkan
Memahami instruksi, informasi, dan cerita sangat sederhana yang
disampaikan secara lisan dalam konteks kelas, sekolah, dan
lingkungan sekitar.
b) Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana interpersonal dan
transaksional sangat sederhana dalam bentuk instruksi dan informasi
dalam konteks kelas, sekolah, dan lingkungan sekitar.
c) Membaca
Membaca nyaring dan memahami makna dalam instruksi informasi,
teks fungsional pendek, dan teks deskriptif bergambar sangat
sederhana yang disampaikan secara tertulis dalam konteks kelas,
sekolah, dan lingkungan sekitar.
d) Menulis
Menuliskan kata, ungkapan, dan teks fungsional pendek sangat
sederhana dengan ejaan dan tanda baca yang tepat.
Jadi, pembelajaran bahasa Inggris di SD merupakan mata
pelajaran muatan lokal yang berisikan empat keterampilan dasar bahasa
Inggris (mendengarkan, berbicara, membaca, menulis) dan bertujuan
mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan yang
menyertai tindakan siswa dan menyadari pentingnya bahasa Inggris
sebagai bahasa global.
5) Standar Isi Bahasa Inggris
Peraturan Mendiknas No 22 Tahun 2006 (Departemen
Pendidikan Nasional, 2008: 11) menyatakan bahwa standar isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah di dalamnya terlampir Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar bahasa Inggris untuk kelas V dalam
penelitian semester 2, yaitu sebagai berikut.
13
Tabel 2.1 Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Inggris Kelas V dalam
Penelitian Semester 2
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator vocabulary
6.2 Berbicara
Mengung-
kapkan
instruksi
dan
informasi
sangat
sederhana
dalam
konteks
sekolah
6.2 Bercakap-cakap
/mengungkapkan
perasaan yang
dialami seseorang
mengungkapkan
masalah
kesehatan dan
memberi
ungkapan simpati
6.2.1 Mengungkapkan
kegiatan olahraga
senam dalam bahasa
Inggris
6.2.2 Menjelaskan kegiatan
olahraga senam
6.2.3 Mengungkapkan
kegiatan merawat
tubuh dalam bahasa
Inggris
6.2.4 Menjelaskan kegiatan
merawat tubuh
6.2.5 Menyebutkan kosakata
perasaan yang dialami
seseorang
6.2.6 Menjelaskan arti
kosakata perasaan
yang dialami seseorang
6.2.7 Menuliskan kalimat
sederhana berdasarkan
kosakata yang
disediakan
6.3 Bercakap-cakap
untuk meminta
/memberi
jasa/barang
secara berterima
yang melibatkan
tindak tutur:
meminta bantuan,
memberi bantuan,
meminta barang,
dan memberi
barang
6.3.1 Mengungkapkan cara
meminta bantuan
kepada seseorang.
6.3.2 Memberikan contoh
cara meminta bantuan
kepada seseorang
6.3.3 Mengungkapkan cara
menerima bantuan
kepada seseorang
6.3.4 Menuliskan kalimat
berdasarkan kosakata
yang disediakan
6) Materi Bahasa Inggris
British Council (Perwitasari, 2014: 17) menyatakan bahwa
materi bahasa Inggris untuk usia SD dari terdiri dari berbagai benda dan
kegiatan yang dilakukan siswa usia SD, mulai dari nama hewan-hewan,
14
sayuran, tanda-tanda lalu lintas, hubungan keluarga, bulan, hari, dan
lain-lain.
Dalam penyajian materi, empat aspek bahasa Inggris yaitu
listening, speaking, reading, dan writing diajarkan pada setiap
pertemuan yang diajarkan secara terintegrasi. Materi yang dibahas yaitu
Helathy habits dan At the school. Mukarto dkk (2007: 62); Kurniawan
dkk (2010: 37) menyatakan bahwa materi Healthy habits dan At the
School tersebut diuraikan sebagai berikut:
a) Lesson 1 tentang Healthy habits
(1) Let’s listen and do
Indikator: 6.2.1 Mengungkapkan kegiatan olahraga senam
dalam bahasa Inggris.
- Close your eyes ('kləus your 'aiz)
- Wrinkle your face ('riŋkəl your 'feis)
- Lift your left foot ('lift your 'left 'fut)
- Bend your knees ('bend your 'ni:z)
- Touch your toes ('tətʃ your 'təuz)
Indikator: 6.2.2 Menjelaskan kegiatan olahraga senam
- Fold your arm, artinya lipat lenganmu
- Wiggle your hips, artinya goyangkan pinggulmu
- Nod your head, artinya anggukkan kepalamu
- Keep your bag straight, artinya luruskan punggungmu
(2) Let’s listen and mime
Indikator: 6.2.3 Mengungkapkan kegiatan merawat tubuh dalam
bahasa Inggris
Gambar 2.1 Healthy habits kegiatan olahraga senam dan
cara merawat tubuh
15
- Wash your face ('wɔʃ your 'feis)
- Comb your hair ('kəum your 'her)
- Brush your teeth ('brəʃ your 'ti:θ)
Indikator: 6.2.4 Menjelaskan kegiatan merawat tubuh
- Read the book in the bright place, artinya membaca buku di
tempat yang terang
- Eat healthy foods, artinya makanlah makanan yang sehat
- Cover your nose, artinya tutup hidungmu
b) Lesson 2 tentang Healthy habits
(1) What’s the matter
Indikator: 6.2.5 Menyebutkan kosakata perasaan yang dialami
seseorang
- My finger hurts (my 'fiŋgə: 'hə:ts)
- I close my eyes ('ai 'kləus my 'aiz)
- I have got a toothache ('ai have got ə toothache)
- I have got a stomachache('ai have got ə stomachache)
Indikator: 6.2.6 Menjelaskan arti kosakata perasaan yang
dialami seseorang
- He has got fever , artinya dia (laki-laki) menderita sakit
demam
- Budi has got influenza, artinya Budi menderita sakit flu
(2) Let’s write and practice
Indikator: 6.2.6 Menjelaskan arti kosakata perasaan yang
dialami seseorang
- My heads hurts, artinya kepalaku terasa sakiti
Gambar 2.2 Healthy habits perasaan yang dialami
seseorang
16
- I have got finger hurts, artinya jariku terluka
Indikator: 6.2.7 Menuliskan kalimat sederhana berdasarkan
kosakata yang disediakan
Make a sentences I, You, We, They, He, She + have/has/ got +
(disease). Subject + may not + alasan
Example: You have got a footsore. You may not walk around.
Artinya, kamu mendapatkan luka di kaki. Kamu tidak
boleh berjalan-jalan.
c) Lesson 3 tentang At the School
(1) At the school 1
Indikator: 6.3.1 Mengungkapkan cara meminta bantuan kepada
seseorang.
- Bring these books ('briŋ [th][=e]z 'buk)
- Open the window ('əupən the 'windəu)
- Lend me your pen ('lend me [=u]r 'pen)
- Clean the blackboard ('kli:n the 'blæ,kbɔ:rd)
- Move this table ('mu:v th][i^]s 'teibəl)
Indikator: 6.3.2 Memberikan contoh cara meminta bantuan
kepada seseorang
Example: Please, take the box to me.
Please, pass the eraser
(2) At the school 2 (cara meminta bantuan kepada seseorang)
Indikator: 6.3.3 Mengungkapkan cara menerima bantuan kepada
seseorang
Gambar 2.3 At the school cara meminta dan
menerima bantuan seseorang
17
Example 1: Anggi: Open the door please!
Lisa : Okay.
Anggi: Thank you.
Example 2: Lili : Risa trim your uniform
Risa : Okey Lili.
Indikator: 6.3.4 Menuliskan kalimat berdasarkan kosakata yang
disediakan
Example : Talk – line – turn around – write
- Please, write your name on your book.
- Please, make a line.
- Talk with her about your name.
c. Vocabulary
1) Pengertian Vocabulary
Agustina (2012: 5) berpendapat, “Kosakata (Inggris:
vocabulary) adalah himpunan kata yang diketahui maknanya dan dapat
digunakan oleh seseorang dalam suatu bahasa.” Kosakata seseorang
didefinisikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh
orang tersebut atau semua kata-kata yang kemungkinan akan digunakan
oleh orang tersebut untuk menyusun kalimat baru. Caroline T. Linse
(Nuswantoro, 2013: 13) menyatakan bahwa vocabulary is the collection
words that an individual knows. Penjelasan tersebut bermakna bahwa
vocabulary atau kosakata adalah kumpulan kata-kata yang memiliki arti
tertentu.
Departemen Pendidikan Nasional (2014: 736) menyatakan
bahwa kosakata merupakan perbendaharaan kata. Adiwinata (Rahman,
2014: 686) berpendapat, “Kosakata adalah alat penyalur gagasan yang
akan disampaikan kepada orang lain”. Menyadari bahwa kata
merupakan alat penyalur gagasan, maka semakin banyak kata dikuasai,
maka semakin banyak kata yang sanggup diungkapkan. Kasihani dan
Suyanto (Nuswantoro, 2013: 13) menyatakan bahwa kosakata atau
18
vocabulary merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh suatu bahasa
yang memberikan makna bila kita menggunakan bahasa tersebut.
Penguasaan kosakata merupakan hal yang paling mendasar yang
harus dikuasai seseorang dalam pembelajaran bahasa Inggris yang
merupakan bahasa asing. Bagaimana seseorang dapat mengungkapkan
suatu bahasa apabila ia tidak memahami kosakata dari bahasa tersebut.
Apalagi kalau yang dipelajari itu adalah bahasa asing, sehingga
penguasaan kosakata bahasa tersebut merupakan sesuatu yang mutlak
dimiliki oleh pembelajar bahasa.
Berdasarkan kelima pendapat tentang pengertian kosakata,
penulis simpulkan bahwa vocabulary (kosakata) adalah himpunan kata
dalam suatu bahasa yang diketahui maknanya dan dapat digunakan oleh
seseorang.
2) Aspek Vocabulary
Redman (Prabayanthi, 2013: 28) menyatakan bahwa aspek
vocabulary sebagai berikut, (1) batasan antara arti konseptual, yang
artinya tidak hanya mengetahui apa maksud dari suatu kata yang
dimaksud, tetapi juga mampu mengetahui di mana batasan tersebut
dibedakan dari suatu kata yang mempunyai makna yang mirip, (2)
polisemi yaitu membedakan antara beragam makna dari satu kata yang
memiliki makna serupa, (3) homonim yaitu membedakan antara banyak
makna dari sebuah bentuk kata yang memiliki beberapa makna yang
masih berhubungan, (4) homofon yaitu merupakan pemahaman suatu
kata yang memiliki pelafalan sama tetapi pengucapan dan makna yang
berbeda, (5) sinonim yaitu memberikan pengertian dari suatu kata yang
berbeda dengan makna kata yang sama, (6) arti afektif, membedakan
makna denotasi dan konotasi yang tergantung dari sikap pembicara atau
situasi, (7) style, register, dialek, mampu membedakan tingkatan yang
berbeda dari suatu bahasa resmi, akibat dari konteks dari topik yang
berbeda sama halnya dengan perbedaan dalam variasi geografik, (8)
terjemahan yaitu kesadaran antara perbedaan tertentu dan persamaan
19
antara bahasa asli dengan bahasa asing, (9) potongan bahasa, berbagai
kata kerja, idiom, kata sanding yang kuat maupun yang lemah, frasa
leksikal, (10) tata bahasa dari kosakata dengan mempelajari peraturan
yang ada dengan memberikan siswa kesempatan untuk membuat bentuk
lain dari suatu kata atau bahkan membuat kata yang berbeda dari satu
kata, (11) pelafalan, memiliki kemampuan untuk menyadari dan
mengatakan suatu kata dalam percakapan atau pidato.
d. Peningkatan Vocabulary Bahasa Inggris tentang Healthy habits
dan At the School Siswa Kelas V SD
Departemen Pendidikan Nasional (2014: 1470) menyatakan bahwa
peningkatan merupakan kata imbuhan yang berasal dari kata tingkat yang
mendapat awalan pe dan akhiran an. Tingkat, memiliki arti susunan yang
berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek seperti lenggek rumah, tumpuan
pada tangga (jenjang), sedangkan peningkatan merupakan suatu proses,
cara, perbuatan meningkatkan.
Vocabulary adalah himpunan kata dalam suatu bahasa yang
diketahui maknanya dan dapat digunakan oleh seseorang. Brewster
(Perwitasari, 2014: 26) menyatakan bahwa target penguasaan vocabulary
untuk siswa usia SD adalah 500 kata per tahun tergantung dengan banyak
faktor diantaranya, kondisi belajar, waktu yang disediakan, dan
kemampuan memahami kata. Roslaini (2007: 5) menyatakan bahwa
penguasaan vocabulary siswa SD yaitu dengan memberikan 30 kosakata
pada setiap siklus dengan 3 kali pertemuan, siswa diharapkan menguasai
30 kosakata baik makna maupun lafalnya pada akhir setiap siklus.
Penguasaan kosakata siswa meliputi banyak bagian. Brewster (Perwitasari,
2014: 27) menyatakan bahwa yang dipelajari dalam vocabulary adalah
form (bentuk kata), pronounciation (pelafalan), word meaning (arti kata)
dan usage (cara pemakaian kata). Dalam memahami vocabulary
penguasaan empat keterampilan saling berhubungan erat dan tidak bisa
berdiri sendiri yaitu, mendengarkan (listening), berbicara (speaking),
membaca (reading), dan menulis (writing).
20
Jadi, peningkatan vocabulary pada siswa kelas V SD adalah proses
meningkatnya pemahaman vocabulary yang diperoleh dari pengalaman
belajar, yang terjadi secara bertahap melalui proses interaksi antara guru,
siswa, dan sumber belajar pada lingkungan belajar yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan
dengan target 10 kosakata baru setiap pertemuan. Peningkatan yang terjadi
dapat berupa meningkatnya hasil belajar siswa yaitu 70 dan proses
pembelajaran yang berupa kemampuan listening, speaking, reading, dan
writing pada saat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
2. Metode Total Physical Response
a. Pengertian Metode Total Physical Response
James Asher (Madya, 2013: 41) menyatakan bahwa Total physical
response (TPR) atau Respon Raga Total (RRT) anak-anak dalam belajar
bahasa pertamanya, tampak banyak mendengarkan dengan diiringi oleh
respon fisik menggapai, merampas, bergerak, melihat, dan sebagainya.
Kegiatan motor sebagai fungsi otak kanan hendaknya mendahului
pemrosesan bahasa otak kiri. Kebutuhan untuk menurunkan filter afektif
dapat dipenuhi dengan mengatur tindakan fisik di kelas.
Tagliante (Puspitasari, 2016: 22) menyatakan bahwa Total Physical
Response is priorite a la comprehension orale d’ordres ou de
commandements , a l’activite motrice, a la production orale lorsque les
apprenants se sentient prets, a la comprehension ecrite des formes
apprises oralement, enfin a la productions ecrit. Artinya, Metode Total
Physical Response adalah suatu metode yang memprioritaskan
pemahaman secara lisan, dalam bentuk aktivitas motorik (gerakan),
menahan kemampuan berbicara pembelajar sampai mereka merasa sudah
siap, dan pembelajaran keterampilan membaca dalam bentuk lisan sampai
akhirnya mengasah keterampilan menulis.
Richards J (Widiputra, 2011: 8) berpendapat, “Total Physical
Response is a language teaching method built around the coordination of
21
speech and action; it attempts to teach language through physical (motor)
activity”. Artinya, metode Total Physical Response merupakan suatu
metode pembelajaran bahasa yang disusun pada koordinasi perintah
(command), ucapan (speech), dan gerak (action) jadi berusaha untuk
mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik (motor).
Larsen dan Diane (Widiputra, 2011: 8) menyatakan bahwa Total
Physical Response atau disebut juga ”the comprehension approach” yaitu
suatu metode pendekatan bahasa asing dengan instruksi atau perintah.
Kelas Total Physical Response merupakan kelas yang di dalamnya
siswanya banyak mendengarkan dan bertindak. Dalam kelas khas Total
Physical Response, nuansa perintah dimanfaatkan, bukan hanya pada
tingkat kemahiran dasar tetapi juga kemahiran lanjut. Perintah-perintah
digunakan untuk menggerakkan siswa misalnya buka jendela, tutup pintu,
berdiri, duduk, pejamkan mata dan sebagainya. Guru dapat mulai
memerintahkan dan siswa merespon dengan melakukannya. Ketika siswa
semuanya dapat merespon perintah dengan benar, salah satu dapat mulai
memberi perintah kepada teman-teman sekelasnya.
Mel Silberman (Rifa, 2012: 26) mengungkapkan bahwa berbagai
macam strategi pembelajaran aktif diantaranya menggunakan game. Hal
ini tentunya mendukung metode Total Physical Response dan tentunya
akan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Jadi, berdasarkan
keempat pendapat tentang pengertian Total Physical Respons, dapat
disimpulkan bahwa Total Physical Response adalah suatu metode yang
menjadikan siswa lebih aktif, dengan disusun pada koordinasi perintah,
ucapan, dan gerak serta berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui
aktivitas fisik (motor).
b. Aspek Metode Total Physical Response
Madya (2013: 42) mengungkapkan bahwa pendekatan yang
berpusat pada siswa dilandasi oleh pandangan humanistik tentang
pembelajaran yang mengakui pentingnya untuk mempertimbangkan lima
aspek berikut, (1) perasaan, termasuk emosi pribadi dan apresiasi estetis,
22
(2) hubungan sosial yang mendorong persahabatan dan kerjasama dan
menentang apapun yang cenderung melemahkannya, (3) tanggung jawab,
yang menerima kebutuhan bagi pencermatan kritikan dan koreksi publik
serta menolak siapapun atau apapun yang menihilkan pentingnya, (4)
intelek, yang di dalamnya termasuk pengetahuan penalaran dan
pemahaman, (5) aktualisasi diri yaitu tuntutan atas perwujudan penuh
kualitas hakiki terdalam.
c. Prinsip-prinsip Metode Total Physical Response
Asher (Masitoh, 2010: 4) menyatakan bahwa tedapat tiga prinsip
utama sistem Total Physical Response dalam makalahnya yang berjudul
“Children Learning Another Language: A Developmental Hypothesis”
yaitu, (1) kegiatan berbicara dimulai setelah siswa benar‐benar memahami
bahasa lisan yang diinstruksikan oleh guru, (2) pemahaman dicapai
melalui instruksi lisan yang diucapkan oleh guru dalam bentuk imperatif
atau kalimat perintah, (3) siswa diupayakan untuk menunjukkan kesiapan
berbicara.
Asher (Utami, 2011: 116) mengungkapkan bahwa ada tiga belas
prinsip yang mencakup penerapan Total Physical Response yaitu, (1)
disampaikan melalui peragaan dengan mengaktifkan memori melalui
respon pembelajar, bahasa sasaran harus disajikan dalam bentuk potongan-
potongan, bukan hanya kata demi kata, (2) pemahaman siswa tentang
bahasa target harus dikembangkan sebelum kemampuan berbicara, (3)
para siswa dapat belajar satu bagian dari bahasa dengan cepat dengan cara
menggerakkan tubuh mereka, (4) imperatif (kata-kata perintah) adalah
sebuah alat ilmu bahasa yang kuat yang dengan penggunaannya guru dapat
mengarahkan perilaku siswa, (5) siswa dapat belajar melalui pengamatan
peragaan dan melakukan tindakan sendiri, (6) siswa merasa berhasil, (7)
siswa tidak boleh dibuat untuk menghafal rutinitas, (8) koreksi harus
dilakukan dalam cara yang tidak mencolok, (9) siswa harus
mengembangkan sikap luwes dalam memahami bahasa target yang
disajikan dalam bentuk potongan, (10) belajar bahasa lebih efektif bila
23
dilakukan dengan cara yang menyenangkan, (11) bahasa lisan perlu
ditekankan di atas bahasa tertulis, (12) siswa akan mulai berbicara ketika
mereka sudah siap, (13) siswa diperbolehkan untuk membuat kesalahan
ketika mereka pertama kali mulai berbicara. Para guru harus toleran
terhadap mereka. Belajar bagian-bagian rinci bahasa harus ditunda sampai
siswa telah menjadi agak mahir.
Jadi, kesimpulannya yang mendasari prinsip dari Total Physical
Response yaitu menggunakan semua panca indera yaitu penglihatan,
pendengaran, berbicara, merasakan, menyentuh, penciuman, dan semua
aktivitas motor. Setiap individu menemukan cara belajar termudah
menggunakan satu dari panca indera atau kombinasi dari panca indera, jadi
metode Total Physical Response mampu merangsang anak untuk
menemukan sesuatu.
d. Langkah-langkah Penggunaan Metode Total Physical Response
Iskandarwassid dan Sunendar (Puspitasari, 2016: 24) menyatakan
bahwa fase proses pembelajaran dengan menggunakan metode TPR, yaitu
sebagai berikut.
1) Pengajar meminta peserta didik untuk menunjukkan gambar yang
sesuai dengan identitas diri yang diperdengarkan oleh guru.
2) Peserta didik mendemonstrasikan perintah tanpa pembelajaran.
3) Peserta didik belajar membaca dan menulis perintah.
4) Peserta didik belajar memberikan perintah.
Selanjutnya, Ulmi (2013: 279) menyatakan bahwa langkah-langkah
penggunaan metode Total Physical Response sebagai berikut.
1) Mengenalkan satu persatu benda kepada anak, dan menyebutkan.
Kemudian tuliskan bagaimana penulisan bahasa Inggris benda yang
telah disebutkan tadi. Setelah anak mengenal benda-benda tersebut
dalam bahasa Inggris maupun artinya anak diberi perintah dalam bentuk
kegiatan fisik.
2) Setelah anak mampu melakukan perintah-perintah tersebut, lanjutkan
pada tujuan pembelajaran yang pertama yaitu menunjukkan.
24
3) Lanjutkan ke tujuan pembelajaran berikutnya yaitu menyebutkan.
Peneliti memperlihatkan benda atau gambar kepada anak dan anak
diminta menyebutkan benda atau gambar yang ditunjukkan peneliti
tersebut dalam bahasa Inggris.
4) Berikutnya menuliskan dan mengartikan. Tujuan pembelajaran ini bisa
dilakukan sekaligus. Peneliti menunjukkan benda atau gambar dan
meminta anak menuliskan benda atau gambar tersebut dalam bahasa
Inggris dan kemudian menuliskan artinya atau sebaliknya.
Malone (Elisha, 2015: 5) menyatakan bahwa pelaksanaan
pengajaran kosakata melalui Total Physical Response yaitu, (1) guru
menampilkan daftar kosakata yang akan diajarkan, (2) guru menjelaskan
dan mengucapkan kosakata satu per satu untuk siswa dan meminta mereka
untuk mengucapkannya sebagai baik dengan mengulangi setelah guru, (3)
guru menunjukkan aksi kata kerja dari kosa kata yang telah diajarkan
kepada siswa, (4) siswa menonton demonstrasi aksi kata kerja (aktivitas
visual siswa), (5) guru memanggil salah satu siswa atau lebih dari satu
siswa ke datang ke depan kelas sebagai model untuk melakukan perintah
dari guru, siswa melakukan tindakan secara bersamaan (perintah langsung
dari tindakan praktis), (6) guru memberikan perintah kepada semua siswa
di kelas untuk mengulang demonstrasi TPR (aktivitas perintah langsung
semua siswa). Langkah menurut Malone di langkah ke 1 dan 2
digabungkan menjadi satu langkah karena langkah kesatu dan kedua mirip.
Langkah ketiga dan keempat merupakan langkah yang mempunyai satu
kesatuan sehingga digabungkan menjadi satu langkah. Langkah kelima
dan keenam juga merupakan satu kesatuan yang harusnya tidak
dipisahkan.
Sesuai dengan langkah-langkah metode Total Physical Response
dari ketiga pendapat, maka peneliti menyimpulkan langkah-langkah yang
diambil peneliti untuk penelitian di SD adalah sebagai berikut, (1) guru
menjelaskan materi kosakata yang akan dipelajari, setelah itu guru
mengucapkan kosakata kemudian meminta siswa untuk menirukan, (2)
25
guru menunjukkan aksi kata kerja dari kosa kata yang telah diajarkan
kepada siswa, (3) guru memberikan perintah kepada semua siswa di kelas
untuk mengulang demonstrasi TPR, dengan memanggil salah satu siswa
atau lebih sebagai model untuk melakukan perintah dari guru maupun
siswa, kemudian siswa melakukan tindakan secara bersamaan (4) setelah
mempraktikkannya siswa menuliskan dalam bahasa Inggris dan
menuliskan artinya.
e. Keunggulan dan Kelemahan Metode Total Physical Response
1) Keunggulan Metode Total Physical Response
Widodo (2005: 239) menyatakan bahwa keunggulan metode
Total Physical Response menurut sebagai berikut.
a) Sangat menyenangkan. Siswa dapat menikmati proses pembelajaran
dan tentunya meningkatkan kecepatan dan motivasi siswa.
b) Dapat mengesankan, karena membantu siswa untuk mengenali frasa
atau kata-kata.
c) Hal ini baik untuk peserta didik karena dapat menjadi aktif dalam
kelas.
d) Dapat digunakan baik dalam kelas besar atau kecil . Dalam hal ini,
tidak peduli untuk memiliki berapa banyak siswa asalkan siap untuk
mengambil memimpin, peserta didik akan mengikuti.
e) Dapat bekerja dengan baik dengan kelas yang siswanya heterogen.
Tindakan fisik dapat dipahami secara efektif sehingga semua peserta
didik mampu memahami dan menerapkan bahasa yang dipelajari.
f) Hal ini tidak perlu memiliki banyak persiapan atau bahan
menggunakan Total Physical Response.
g) Sangat efektif jika digunakan pada kalangan remaja dan pelajar
muda.
h) Metode ini melibatkan otak kiri dan kanan.
Izzan (Puspita, 2016: 25) menyatakan bahwa kelebihan metode
TPR sebagi berikut.
26
a) Metode ini memungkinkan kebermaknaan dalam belajar bahasa
asing.
b) Penundaan berbicara sampai peserta didik mengenal dan mengerti
bahasa sasaran atau siswa telah memiliki rasa percaya diri dalam
mempelajari bahasa sasaran.
c) Metode ini memberikan melatih keterampilan menyimak siswa yang
selama ini kurang diperhatikan atau diabaikan.
d) Metode ini dapat membantu untuk mempercepat tercapainya
“kemampuan membaca” yang menjadi tujuan pengajaran bahasa
sasaran di Indonesia.
e) Penekanan pada pengertian atau pemahaman dalam proses
pembelajaran dapat dengan mudah digabungkan dengan metode-
metode yang berdasarkan pendekatan komunikatif yang sedang
diperkenalkan dalam kurikulum di Indonesia.
Berdasarkan kedua pendapat tentang keunggulan metode Total
Physical Response dapat disimpulkan bahwa keunggulan metode Total
Physical Response sebagai berikut, (a) sangat menyenangkan dan
mengesankan, (b) menjadikan siswa aktif, (c) dapat digunakan baik
dalam kelas besar atau kecil, (d) dapat bekerja dengan baik dengan
kelas yang siswanya heterogen, (e) tidak perlu memiliki banyak
persiapan atau bahan menggunakan Total Physical Response, (f) sangat
efektif jika digunakan pada kalangan remaja dan pelajar muda (g)
kebermakanaan dalam belajar bahasa asing, (h) membantu
mempercepat tercapainya kemempuan membaca, (i) melatih
keterampilan menyimak siswa yang selama ini kurang diperhatikan atau
diabaikan, (j) penundaan berbicara sampai peserta didik mengenal dan
mengerti bahasa sasaran atau siswa telah memiliki rasa percaya diri
dalam mempelajari bahasa sasaran, (k) penekanan pada pengertian atau
pemahaman dalam proses pembelajaran dapat dengan mudah
digabungkan dengan metode-metode yang berdasarkan pendekatan
komunikatif.
27
2) Kelemahan Metode Total Physical Response
Widodo (240 : 2005) menyatakan bahwa kelemahan metode
Total Physical Response sebagai berikut.
a) Sebagian siswa malu melakukan tindakan dan siswa merasa lebih
bahagia hanya dengan menulis materi.
b) Metode ini cocok diterapkan hanya untuk tingkat pemula. Walaupun,
akan tetap berhasil jika diterapkan ditingkat lanjutan dan menengah.
c) Total Physical Response tidak dapat diterapkan pada semua materi
pelajaran.
d) Ketika seorang guru menggunakan Total Physical Response dalam
pelajaran mereka, mereka akan mengalami kesulitan mengajar
kosakata abstrak atau ekspresi. Sehingga guru harus menunjukkan
dengan kartu bergambar.
e) Total Physical Response dapat menjadi tidak efektif jika guru
menggunakannya dalam jangka waktu yang panjang tanpa beralih ke
kegiatan lain yang membantu siswa belajar bahasa.
Izzan (Puspitasari, 2016: 26) menyatakan bahwa terdapat
kelemahan dalam dalam penerapan metode Total Physical Response
yaitu sebagai berikut.
a) Metode ini memerlukan waktu yang cukup banyak.
b) Metode ini memerlukan atau menuntut guru-guru yang mampu
berbicara dalam bahasa sasaran dengan baik dan benar secara
bermakna.
c) Uraian di atas sebenarnya dapat dipenuhi dengan penggunaan video-
cassete recorder tetapi ini belum dapat diharapkan. Belum semua
sekolah memiliki video-cassete recorder. Kecuali program-program
video-cassete recorder itu harus dibuat dan ini pekerjaan yang tidak
mudah.
Berdasarkan kedua pendapat tentang kelemahan metode Total
Physical Response dapat disimpulkan sebagai berikut, (a) sebagian
besar siswa malu untuk melakukan tindakan dan lebih bahagia hanya
28
dengan menulis materi, (b) metode ini lebih cocok digunakan untuk
tingkat pemula, (c) metode Total Physical Response tidak dapat
diterapkan pada semua materi, (d) kesulitan mengajar kosakata abstrak
atau ekspresi, (e) metode menjadi tidak efektif jika menggunakan dalam
jangka waktu yang lama, (f) memerlukan waktu yang cukup banyak, (g)
menuntut guru-guru yang mampu berbicara dalam bahasa sasaran
dengan baik dan benar secara bermakna.
f. Penggunaan Metode Total Physical Response
Total Physical Response adalah suatu metode yang menjadikan
siswa lebih aktif, dengan disusun pada koordinasi perintah, ucapan, dan
gerak serta berusaha untuk mengajarkan bahasa melalui aktivitas fisik
(motor).
Adapun langkah-langkah penggunaan Metode Total Physical
Response pada pembelajaran bahasa Inggris tentang Healthy habits dan At
the school di SD, (1) guru menjelaskan materi kosakata yang akan
dipelajari, setelah itu guru mengucapkan kosakata kemudian meminta
siswa untuk menirukan, (2) guru menunjukkan aksi kata kerja dari kosa
kata yang telah diajarkan kepada siswa, (3) guru memberikan perintah
kepada semua siswa di kelas untuk mengulang demonstrasi TPR, dengan
memanggil salah satu siswa atau lebih sebagai model untuk melakukan
perintah dari guru maupun siswa, kemudian siswa melakukan tindakan
secara bersamaan (4) setelah mempraktikkannya siswa menuliskan dalam
bahasa Inggris dan menuliskan artinya.
3. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelitian terdahulu yang
digunakan sebagai acuan dan pembanding dengan penelitian yang akan
dilaksanakan. Terdapat 4 penelitian yang relevan pada penelitian ini sebagai
berikut.
a. Penelitian relevan yang pertama yaitu penelitian yang pernah dilakukan Dr
Mohd Zuri Ghani (2014: 1-13) yang berjudul “The Effectiveness of Total
Physical Response (TPR) Approach in Helping Slow Young Learners with
29
Low Achievement Acquire English As A Second Language”. Dari
penelitian tersebut disimpulkan bahwa penerapan metode Total Physical
Response menunjukkan pengaruh yang signifikan antara pendekatan Total
Physical Response dan akuisisi bahasa. Selain itu, juga menunjukkan
bahwa Total Physical Response membantu untuk menutup kesenjangan
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Persamaan penelitian
antara peneliti dan penelitian relevan ini adalah sama-sama menggunakan
metode Total Physical Response. Perbedaannya yaitu penelitian ini
digunakan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode Total
Physical Response, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti untuk
meningkatkan vocabulary siswa. Perbedaan lainnya terletak pada subjek
penelitian dan tempat penelitian yang digunakan. Pada penelitian yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya subjek penelitiannya yaitu siswa
lamban belajar, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti
subjeknya kelas V SD. Selanjutnya, tempat penelitian yang digunakan oleh
peneliti sebelumnya yaitu di Primary School (Sekolah Kebangsaan) yang
terletak di daerah pedesaan di Kabupaten Selatan-barat, Penang,
sedangkan tempat pada penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu di
SDN II Logandu.
b. Penelitian relevan yang kedua yaitu penelitian yang dilakukan Ice Sariyati
(2013: 50-64) yang berjudul “The Effectiveness of TPR (Total Physical
Response) Method in English Vocabulary Mastery of Elementary School
Children”. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa penerapan metode
Total Physical Response dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa
Inggris. Persamaan penelitian antara peneliti dan penelitian relevan ini
adalah sama-sama menggunakan metode Total Physical Response dan
sama-sama untuk meningkatkan vocabulary siswa. Perbedaannya terletak
pada subjek penelitian dan tempat penelitian yang digunakan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya subjek penelitiannya
yaitu kelas I SD, sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan oleh
peneliti subjeknya kelas V SD. Selanjutnya, tempat penelitian yang
30
digunakan oleh peneliti sebelumnya yaitu di SD Islam di Bandung,
sedangkan tempat pada penelitian yang akan dilakukan peneliti yaitu di
SDN II Logandu.
c. Penelitian relevan yang ketiga yaitu penelitian yang pernah dilakukan
Irene Trisisca Rusdiyanti (2013: 613-623) dalam penelitiannya yang
berjudul “Meningkatkan Kemampuan Kosakata dengan Menggunakan
Total Physical Response pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Santa Maria
III Malang”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metode Total Physical Response dalam pengajaran kosakata
dapat meningkatkan kemampuan berbahasa dengan benar baik secara lisan
maupun tertulis bahasa Inggris siswa kelas II. Persamaan penelitian antara
peneliti dan penelitian relevan ini adalah sama-sama menggunakan metode
Total Physical Response dan sama-sama bertujuan untuk meningkatkan
kosakata. Namun, ada yang berbeda yaitu pada subjek penelitian dan
tempat penelitian yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya subjek penelitiannya yaitu siswa kelas II SD
sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti subjeknya kelas
V SD. Selanjutnya, tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti
sebelumnya yaitu di Sekolah Dasar Santa Maria III Malang, sedangkan
tempat pada penelitian yang akan dilakukan yaitu di SDN II Logandu.
d. Penelitian relevan yang keempat yaitu penelitian yang pernah dilakukan
Aulia Rahman (2014:685-697) yang berjudul “Efektifitas Metode
Pembelajaran Total Physical Response (TPR) dalam Meningkatkan
Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Bagi Siswa Tunanetra Kelas VII di
SLB A Kota Payakumbuh”. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa
penerapan metode Total Physical Response meningkatkan otoritas
kosakata bahasa Inggris siswa. Persamaan penelitian antara peneliti dan
penelitian relevan ini adalah sama-sama menggunakan metode Total
Physical Response dan sama-sama untuk meningkatkan kosakata bahasa
Inggris siswa. Namun, ada yang berbeda yaitu pada subjek penelitian dan
tempat penelitian yang digunakan. Pada penelitian yang dilakukan oleh
31
peneliti sebelumnya subjek penelitiannya yaitu siswa tunanetra kelas VII,
sedangkan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti subjeknya kelas
V. Selanjutnya, tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti
sebelumnya yaitu di SLB A Kota Payakumbuh, sedangkan tempat pada
penelitian yang akan dilakukan yaitu di SDN II Logandu.
B. Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir yang disusun dalam penelitian ini akan menjadi
landasan untuk menjelaskan penggunaan metode Total Physical Response untuk
meningkatkan vocabulary bahasa Inggris khususnya materi Healthy habits dan At
the school di kelas V SDN II Logandu.
Terdapat beberapa masalah pada penelitian yaitu, siswa tidak suka dengan
pelajaran bahasa inggris, tidak antusias, tidak aktif, dan kurang memaknai materi
pelajaran. Selain itu, terdapat siswa yang mengantuk, bermain-main sendiri di
kelas, dan berbicara dengan temannya ketika guru menjelaskan. Hal ini juga
menyebabkan hasil belajar bahasa Inggris siswa kelas V masih rendah. Selama ini,
ketika evaluasi pelajaran bahasa Inggris di kelas V SDN II Logandu siswa masih
dibantu guru untuk mengartikan semua soalnya, sehingga kemampuan vocabulary
bahasa Inggris siswa masih sangat rendah.
Suatu metode pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat
memotivasi dan mengaktifkan siswa untuk mengatasi kondisi pembelajaran yang
belum maksimal. Salah satu metode yang membuat siswa termotivasi dan aktif
adalah Total Physical Response yang merupakan metode pembelajaran yang
dianggap tepat oleh peneliti untuk meningkatkan vocabulary siswa. Di dalam
metode ini siswa akan belajar berdasarkan apa yang didengar, dilihat, dan
dipraktikkannya. Dengan siswa mempraktikkan, siswa akan lebih cepat
memahami arti bahasa yang dipelajarinya sehingga vocabulary-nya bertambah.
Oleh sebab itu, siswa tidak saja harus menghafalkan arti bahasa yang
dipelajarinya tetapi juga memperoleh pengalaman belajar melalui praktik
langsung mengenai arti bahasa yang dipelajarinya. Total Physical Response akan
membuat siswa lebih bersemangat, lebih termotivasi, dan mudah dalam belajar.
32
Metode ini tentunya akan berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
vocabulary siswa sehingga hasil belajar siswa meningkat.
Penggunaan metode Total Physical Response sebagai solusi untuk
meningkatkan vocabulary bahasa Inggris tentang materi Healthy Habits dan At
the school pada siswa kelas V SDN II Logandu. Pemilihan metode ini selain
disesuaikan dengan materi pelajaran juga disesuaikan dengan karakteristik anak
SD kelas V yaitu siswa berumur 9-11 tahun yang berada pada taraf operasional
konkret. Pada tahap operasional konkret anak mencapai objektivitas tertinggi atau
dapat dikatakan masa menyelidik, mencoba, dan bereksperimen yang distimulasi
oleh dorongan menyelidik dan rasa ingin tahu yang besar. Siswa berpikir atas
dasar pengalaman yang nyata, pernah dilihat, atau dialaminya. Siswa hendaknya
diberi kesempatan untuk terlibat aktif dan mendapatkan pengalaman langsung
untuk menemukan sendiri pengetahuan mereka. Karakteristik tersebut sangat
cocok dengan metode Total Physical Response yang mengajak siswa untuk
mempunyai pengalaman yang nyata, mencoba hal-hal baru, mengalami sendiri
apa yang dipelajari dan dilihatnya.
Langkah-langkah penggunaan metode Total Physical Response pada
pembelajaran bahasa Inggris tentang Healthy habits dan At the school di SD
sebagai berikut, (1) guru menjelaskan materi kosakata yang akan dipelajari,
setelah itu guru mengucapkan kosakata kemudian meminta siswa untuk
menirukan, (2) guru menunjukkan aksi kata kerja dari kosakata yang telah
diajarkan kepada siswa, (3) guru memberikan perintah kepada semua siswa di
kelas untuk mengulang demonstrasi TPR, dengan memanggil salah satu siswa
atau lebih sebagai model untuk melakukan perintah dari guru maupun siswa,
kemudian siswa melakukan tindakan secara bersamaan (4) setelah
mempraktikkannya siswa menuliskan dalam bahasa Inggris dan menuliskan
artinya.
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklusnya
terdiri dari 2 pertemuan. Adapun materi pada siklus I yaitu Healthy habits tentang
olahraga senam dan cara merawat tubuh, siklus II yaitu materi Healthy habit
tentang perasaan yang dialami oleh seseorang, dan siklus III yaitu At the school.
33
Melalui penggunaan metode Total Physical Response diharapkan dapat
menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dapat memberikan
pengalaman nyata kepada siswa, menciptakan pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan, sehingga siswa tidak lagi pasif, tidak suka bahasa Inggris, tidak
memaknai materi pelajaran. Siswa menjadi lebih aktif, antusias, termotivasi,
percaya diri, semangat dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan vocabulary bahasa Inggris tentang Healthy habit dan At the school
siswa kelas V SDN II Logandu.
Berikut ini merupakan bagan kerangka berpikir penggunaan metode Total
Physical Response:
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berfikir
\
Penguasaan vocabulary
dan hasil belajar bahasa
Inggris rendah.
Guru menggunakan metode yang
kurang variatif dan kurang
menyenangkan dalam
pembelajaran.
Kondisi
Awal
Guru menggunakan metode Total
Physical Response (TPR) untuk
meningkatkan vocabulary bahasa
Inggris siswa
Guru melaksanakan
langkah penggunaan
metode Total Physical
Response (TPR)
Pembelajaran menjadi
menarik
Menyenangkan
Bermakna
Siswa aktif dan
antusias
Siswa termotivasi dan
semangat dalam
mengikuti
pembelajaran
Tindakan
(Siklus)
Vocabulary tentang Healthy
habits dan At the school dengan
menggunakan metode Total
Physical Response meningkat
yaitu hasil dan proses belajar
siswa diatas KKM 70
Kondisi
Akhir
34
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, penelitian yang relevan,
dan kerangka berpikir yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah “Jika penggunaan metode Total Physical Response
dilaksanakan dengan langkah-langkah yang tepat, maka dapat meningkatkan
vocabulary bahasa Inggris siswa kelas V SDN II Logandu tahun ajaran
2015/2016”.