BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

33
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bagian kajian teori akan disajikan kajian teori dari variabel X 1 yaitu penggunaan model Problem Based Learning berbantuan media video dan variabel X 2 yaitu model Problem Based Learning berbantuan media gambar sedangkan variabel Y yaitu hasil belajar IPA. Kajian teori akan dijabarkan pada sub bab yang terdapat pada bab II. 2.1.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam penelitian ini variabel X 1 yang digunakan adalah model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning akan dikaji pada sub bab berikut. 2.1.1.1 Pengertian Model Problem Based Learning Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman (2011:133) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas”. Model pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Arends dalam Trianto (2011:22) menyatakan istilah model pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya. Menurut Trianto (2011:23) model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut antara lain: 1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). 3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan. 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Pada bagian kajian teori akan disajikan kajian teori dari variabel X1 yaitu

penggunaan model Problem Based Learning berbantuan media video dan

variabel X2 yaitu model Problem Based Learning berbantuan media gambar

sedangkan variabel Y yaitu hasil belajar IPA. Kajian teori akan dijabarkan pada

sub bab yang terdapat pada bab II.

2.1.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning

Dalam penelitian ini variabel X1 yang digunakan adalah model

pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran Problem Based

Learning akan dikaji pada sub bab berikut.

2.1.1.1 Pengertian Model Problem Based Learning

Menurut Joyce dan Weil dalam Rusman (2011:133) “model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas”. Model

pembelajaran mengarahkan kita dalam mendesain pembelajaran untuk

membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Arends dalam Trianto (2011:22) menyatakan “istilah model

pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk

tujuannya, sintaksnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya”. Menurut

Trianto (2011:23) “model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas

daripada strategi, metode atau prosedur”. Model pengajaran mempunyai empat

ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri

tersebut antara lain: “1) Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta

atau pengembangnya. 2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa

belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). 3) Tingkah laku mengajar yang

diperlukan. 4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu

dapat tercapai”.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

8

Dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning sebagai model pembelajaran, harapannya model Problem Based

Learning dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah sehingga

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dan sesuai dengan tujuan pembelajaran

yang diharapkan. Model Problem Based Learning yang disingkat PBL, PBL

merupakan model pembelajaran saat masalah mengendalikan proses

pembelajaran. PBL pun tergolong model belajar yang sangat populer dalam

dunia kedokteran sejak tahun 1970-an dan mulai diperkenalkan di Universitas

Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi

dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada

Menurut Arends dalam Suprihatingrum (2013:66) “model PBL adalah

model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah

autentik, sehingga ia bisa menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh

kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa,

serta meningkatkan kepercayaan diri”. Suprihatinigrum (2013:65-66) memberi

pengertian “PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajat tentang cara berpikir

kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan

konsep yang esensial dari materi pelajaran”.

Menurut David Bound dan Grahame I. Feletti dalam Putra (2013:64)

bahwa “PBL merupakan gambaran dari ilmu pengetahuan, pemahaman dan

pembelajaran yang sangat berbeda dengan pembelajaran subject based

learning”. Sedangkan menurut Tan dalam Rusman (2011:229) berpendapat

bahwa:

PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran karena di

dalam PBL kemampuan siswa betul-betul dioptimalisaikan

melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga

siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji dan

mengembangkan kemampuan berpikirnya secara

berkesinambungan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

9

Ibrahim dan Nur dalam Trianto (2011:241) mengemukakan

“Pembelajaran Berbasis Masalah atau istilah asingnya Problem Based Learning

merupakan salah model pembelajaran yang digunakan untuk merangsang

berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia

nyata, termasuk di dalamnya belajar dan bagaimana belajar”.

Sanjaya (2011:92) berpendapat “PBL merupakan pendekatan yang

efektif untuk pengajaran proses berpikir tinggi”. Pembelajaran ini membantu

siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan

menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.

Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar

maupun kompleks. Dalam model pembelajaran ini guru memandu siswa

menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru

memberi contoh mengenai pengunaan keterampilan dan strategi yang

dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Guru menciptakan

suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh

siswa.

Dari beberapa pendapat mengenai definisi Problem Based Learning

menurut para ahli maka dapat disimpulkan bahwa model Problem Based

Learning menekankan pada keaktifan siswa dalam memecahkan suatu masalaha

yang bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang

harus dipelajari oleh siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan

berpikir kritis sekaligus pemecahan masalah, serta mendapatkan pengetahuan

konsep-konsep penting.

2.1.1.2 Ciri –Ciri dan Karakteristik Model Problem Based Learning

Proses belajar mengajar dengan model Problem Based Learning menurut

Arends dalam Trianto (2011:349) memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran

berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di

sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial

penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa.

b) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu. Masalah yang

akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

10

pemecahannya, siswa meninjau masalah dari banyak mata

pelajaran.

c) Penyeledikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah

mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk

mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.

d) Menghasilkan produk dan memamerkannya. PBL menuntut

siswa menghasilkan produk tertentu dalam bentu karya

nyata atau artefak (poster, puisi, laporan, gambar dan lain-

lain) guna menjelaskan tau mewakili peyelesaian masalah

yang ditemukan, kemudian memamerkan produk tersebut.

e) Kolaborasi PBL dicirikan oleh siswa yang bekerja sama

secara berpasangan maupun kelompok kecil guna

memberikan motivasi sekaligus mengembangkan

keterampilan berpikir melalui tukar pendapat serta berbagai

penemuan.

Ciri-ciri Problem Based Learning menurut juga dikemukakan oleh

Ibrahim dan Nur dalam Putra (2013:73) sebagai berikut: “1) pengajuan

pertanyaan atau masalah. 2) berfokus pada keterkaitan antardisiplin ilmu. 3)

penyelidikan autentik. 4) menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya.

5) kerjasama”.

Rizema Putra (2013:72) menjelaskan bahwa model Problem Based

Learning memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Belajar dimulai dari masalah. Memastikan bahwa masalah

tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa. 2.

Mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan disiplin

ilmu. 3. Memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa

dalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses

belajar. 4. Menggunakan kelompok kecil. 5. Menuntut siswa

untuk mendemostrasikan telah dipelajari dalam bentuk produk

atau kinerja.

Selain itu Rizema Putra (2013:75) juga mengemukakan secara umum

tujuan pembelajaran dengan model PBL adalah “membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah serta kemampuan

intelektual dan siswa dapat belajar berbagai peran orang dewasa melalui

keterlibatan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi”.

Trianto (2011:94-95) mengatakan bahwa “ciri-ciri utama model Problem

Based Learning adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

11

memusatkan keterkaitan antardisiplin”. Penyelidikan autentik, kerja sama dan

menghasilkan karya dan peragaan. Problem based learning tidak dirancang

untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada

siswa. Berdasarkan karakter tersebut Problem Based Learning tujuan membantu

siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan

masalah, belajar peranan orang dewasa secara yang autentik dan menjadi

pembelajar yang mandiri.

Menurut Rusman (2011:232) Karakteristik model Pembelajaran Berbasis

Masalah atau yang sering disebut PBL sebagai berikut:

1. Permasalahan menjadi starting point dalam pembelajaran. 2.

Permasalahan diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur. 3. Permasalahan menantang

pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi

yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan

bidang baru dalam belajar. 4. Pemanfaatan sumber pengetahuan

yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi

merupakan proses yang esensial dalam PBL. 5. Keterbukaan

proses dalam PBL meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah

proses belajar dan PBL melibatkan evaluasi dan review

pengalaman siswa dan proses belajar.

Berdasarkan uraian tersebut, tampak jelas bahwa pembelajaran dengan

model PBL dimulai oleh adanya masalah yang dapat dimunculkan oleh guru

maupun siswa, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang sesuatu

yang telah diketahuinya sekaligus yang perlu diketahuinya untuk memecahkan

masalah itu. Siswa juga dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk

dipecahkan, sehingga siswa terdorong untuk berperan aktif dalam belajar.

2.1.1.3 Kelebihan dan kekurangan Model Problem Based Learning

Dalam sebuah model pembelajaran tentu memiliki keunggulan dan

kelemahan, demikian juga dengan model Problem Based Learning. Menurut

Rizema Putra (2013:82-83) Model pembelajaran PBL ini memiliki beberapa

kelebihan, di antaranya ialah sebagai berikut :

a. siswa lebih memahami konsep yang diajarkan melibatkan siswa

secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut

keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; b. pengetahuan

tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki oleh siswa, sehingga

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

12

pembelajaran lebih bermakna; c. siswa dapat merasakan manfaat

pembelajaran, karena masalah-masalah yang diselesaikan

langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata; d. menjadikan siswa

lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan

menerima pendapat orang lain, pengkondisian siswa dalam

belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajaran

dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat

diharapkan; e. PBL diyakini dapat menumbuhkan kemapuan

kreativitas siswa, baik secara individual maupun kelompok,

karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa.

Menurut Trianto (2011:96-97) kelebihan Problem Based Learning

sebagai model pembelajaran adalah: “(1) nyata dengan kehidupan siswa; (2)

konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) memupuk sifat kreativitas siswa; (4)

meningkatkan pemahaman siswa; (5) memupuk kemampuan siswa dalam

pemecahan masalah”.

Selain beberapa kelebihan menurut Rizema Putra (2013:84) model

Problem Based Learning juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain: “1)

bagi siswa yang malas, tujuan dari model tersebut tidak dapat dicapai; 2)

membutuhkan banyak waktu dan dana; 3) tidak semua mata pelajaran bisa

diterapkan dengan model pembelajaran PBL”.

Kekurangan model Problem Based Learning juga dikemukakan oleh

Trianto (2011:98-99) antara lain: “1) persiapan pembelajaran seperti alat,

masalah, konsep yang kompleks; 2) sulitnya mencari problem yang relevan; 3)

sering terjadi pemahaman konsep; dan 4) konsumsi waktu, dimana model ini

memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan. Sehingga

terkadang banyak waktu yang tersita dalam proses pembelajaran”.

Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya model PBL, maka perlu

dilakukan proses evaluasi/penilaian yang meliputi: a) pengetahuan yang

diperoleh siswa (siswa diharapkan mendapatkan pengetahuan lebih setelah

melalui proses belajar). b) proses belajar yang dilakukan oleh siswa (siswa

diharapkan menggunakan pendekatan belajar yaitu melakukan proses belajar

yang aktif, mandiri dan bertanggung jawab). Guru bisa memberikan umpan balik

atau menggunakan prosedur penilaian formatif dan sumatif sesuai dengan aturan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

13

penilaiaan sekolah. Hal ini juga membantu dalam mempertimbangkan penilaian

kelompok secara keseluruhan.

Dari uraian mengenai kelebihan dan kelemahan model Problem Based

Learning, kelebihan yang paling utama adalah melibatakan siswa secara aktif

dalam memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang

lebih tinggi. Sedangkan kelemahan yang paling utama pada model Problem

Based learning adalah sulitnya mencari problem yang sesuai dengan materi

pembelajaran dan memerlukan waktu yang panjang.

2.1.1.4 Sintak Model Problem Based Learning

Sintak suatu suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang

harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Pada dasarnya model

Problem Based Learning memiliki langkah utama yang dimulai dengan guru

memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan

penyajian dan analisis hasil kerja.

Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011:97) ada beberapa sintak pada

pembelajaran PBL. Sintaks tersebut meliputi: “1) Tahap pertama orientasi siswa

pada masalah; 2) Tahap kedua mengorganisasi siswa untuk belajar; 3) Tahap

ketiga membimbing penyelidikan individual maupun kelompok; 4) Tahap

keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya: 5) Tahap kelima

menganilisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah”.

Hampir sama menurut Fogarty dalam Rusman (2011:243) langkah-

langkah yang akan dilalui siswa dalam proses Problem Based Learning adalah:

“(1) menemukan masalah; (2) mendefinisikan masalah; (3) mengumpulkan

fakta; (4) pembuatan hipotesis; (5) penelitian; (6) merumuskan masalah; (7)

meyusun alternatif; dan (8) mengusulkan solusi”.

Sedangkan menurut Ahmad (2013:79-81) ada beberapa langkah-langkah

utama model PBL yang meliputi: “a) mengorientasi siswa pada masalah; b)

mengorganisasikan siswa agar belajar; c) memandu menyelidiki secara mandiri

atau kelompok; d) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; serta e)

menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah”.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

14

Agar proses pembelajaran Problem Based Learning dapat berjalan

dengan baik dan berpusat pada siswa maka sebaiknya pembelajaran diawali

dengan masalah-masalah yang dikaitkan dengan kehidupan nyata dan

pengalaman belajar siswa kemudian siswa menyelediki masalah tersebut secara

mandiri atau kelompok dan siswa menganalisis dan mengevaluasi hasil

pemecahan masalah.

2.1.2 Media Pembelajaran

2.1.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Pengertian media dikemukakan oleh Anitah (2013:243) “kata media

berasal dari bahasa latin, yaitu medius yang secara harfiah berarti tengah,

perantara atau pengantar”. Selain itu, “kata media juga berasal dari bahasa latin

yang merupakan bentuk jamak dari medium, dan secara harfiah berarti perantara

atau pengantar, yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima

pesan”. Sedangkan menurut Webster Dictionary dalam Anitah (2013:7) “Media

atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang

atau alat apa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak

atau hal”. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu

yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima

pesan.

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (2013:7) mendefinisikan

“media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi”.

Smaldino (2013:6) mengatakan bahwa “media adalah suatu alat komunikasi dan

sumber informasi, berasal dari bahasa latin yang berarti “antara” menunjuk pada

segala sesuatu yang membawa informasi antara sumber dan penerima pesan”.

Menurut Gagne dalam Sanaky (2009:3) media adalah bebagai jenis

komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat

merangsang pembelajar untuk belajar. Sedangkan Briggs & Schramm dalam

Sanaky (2009:3-4) mengatakan “media adalah segala wahana atau alat fisik yang

dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar dan media

berperan sebagai teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional”.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

15

Suprihatiningrum (2013:319-320) mengemukakan dalam dunia pendidikan

dan pembelajaran, media diartikan “sebagai alat dan bahan yang membawa

informasi atau bahan pelajaran yang bertujuan mempermudah mencapai tujuan

pembelajaran”. Pengertian media juga dikemukakan oleh Munadi (2013:5)

“media menjadi sumber-sumber belajar, tidak hanya guru yang disebut sebagai

penyalur atau penghubung pesan, dapat juga sumber belajar diciptakan secara

terencana oleh para guru atau pendidik sehingga tercipta istilah “media

pembelajaran”.

Pengertian media pembelajaran juga disampaikan oleh Miarso dalam

Sanaky (2009:4) yang menyatakan bahwa “media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemajuan

pembelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri

pembelajarnya, maka secara umum media adalah “alat bantu” yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran”.

Dengan kata lain, Hamdani (2013:243) “media pembelajaran adalah

komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi

intruksional di lingkungan siswa, yang dapat merangsang siswa untuk belajar”.

Adapun media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau

informasi yang bertujuan instruksional atau maksud-maksud pengajaran.

Dari beberapa pendapat tentang pengertian media dan media dapat

disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga

tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan

proses belajar secara efisien dan efektif.

2.1.2.2 Jenis dan Karakteristik Media

Media pembelajaran dapat dikatakan sebagai alat yang bisa merangsang

siswa untuk terjadinya proses belajar. Sanjaya (2011:204) menyatakan bahwa

“media pembelajaran meliputi perangkat keras yang dapat mengantarkan pesan

dan perangkat lunak yang mengandung pesan”. Media tidak hanya berupa TV,

radio, komputer tetapi juga meliputi manusia sebagai sumber belajar atau

kegiatan, seperti diskusi, seminar simulasi dan sebagainya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

16

Setiap media memiliki jenis dan karakteristik tertentu, Menurut Hamdani

(2011:248) “media pembelajaran dikelompokkan menjadi tiga yaitu: media

visual, media audio dan media audiovisual”.

Selain itu, Anitah (2013:7-51) menjelaskan jenis-jenis media antara lain:

1. media visual seperti gambar mati atau gambar diam, ilustrasi,

karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, peta dalam, realia dan

model; 2. media visual yang diproyeksikan seperti overhead

projector (OHP), slide (film berangkai), filmstrip (film rangkai);

3. media audio seperti tape recorder, kaset audio, radio, CD,

MP3; 4. media audiovisual seperti slide suara, televisi.

Suprihatingrum (2013:323) mengemukakan “bahwa jenis-jenis media

pembelajaran terdiri dari: media grafis (simbol-simbol komunikasi visual

meliputi: gambar/foto, sketsa, diagram, bagan, grafik, kartun, poster, papan

flanel, papan buletin), media audio (dikaitakan dengan indera pendengaran

meliputi: radio, (alat perekam pita magnetik), multimedia (dibantu proyektor

LCD misalnya file program komputer multimedia)”.

Sedangkan menurut Sanaky (2009:42) pembagian jenis dan karakteristik

media pembelajaran sebagai berikut:

a) media pembelajaran, dilihat dari sisi aspek bentuk fisik, dengan

membagi jenis dan karakteristiknya meliputi: media elektronik

seperti televisi, film, radio, slide, video, VCD, DVD, LCD,

komputer, internet dan lain-lain, b) ada yang melihat dari aspek

panca indra dengan membagi menjadi tiga yaitu: media audio

(dengar), media visual (melihat), media audio-visual (dengar-

melihat), c) ada yang melihat dari aspek alat dan bahanyang

digunakan yaitu: alat pernagkat keras (hardware) sebagai sarana

yang menanpilkan pesan dan perangkat lunak (software) sebagai

pesan atau informasi.

Dari contoh pengelompokan yang diadakan oleh para ahli, dapat terlihat

pengelompokan media dari sisi aspek fisik, panca indera dan aspek alat lingkup.

Karakteristik media juga dapat dilihat menurut kemampuan menangkap suatu

objek atau peristiwa-peristiwa tertentu serta menambah motivasi belajar siswa.

Dalam hal ini, pengetahuan mengenai karakteristik media pembelajaran sangat

penting artinya untuk pengelompokan dan pemilihan media sebagai sumber

belajar. Pemilihan media disesuaikan dengan tujuan, materi, serta kemampuan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

17

dan karakteristik pebelajar, akan sangat meninjang efisiensi serta efektivitas

proses dan hasil pembelajaran.

2.1.2.3 Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Suprihatiningrum (2013: 320) mengemukakan media pembelajaran

mempunyai tiga ciri, sebagai berikut:

a. ciri fiksatif, berarti media harus memliki kemampuan untuk

merekam, meyimpan dan merekonstruksi objek atau kejadian.

Misalnya, video, tape, foto, audio, tape, foto,audio tape. b. ciri

manipulatif, berarti media harus memiliki kemampuan dalam

memanipulasi objek atau kejadian. c. ciri distributif, berarti

media harus memiliki kemampuan untuk diproduksi dalam

jumlah besar dan disebarluaskan.

Berdasarkan ciri media yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa media memiliki ciri-ciri sebagai berikut: media memiliki kemampuan

untuk merekam, meyimpan dan merekonstruksi objek atau kejadian, media

memiliki fungsi memanipulasi keadaan, peristiwa atau objek tertentu dan media

harus memiliki kemampuan untuk diproduksi dalam jumlah besar dan

disebarluaskan

2.1.2.4 Fungsi dan Manfaat media pembelajaran

Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, dimana

guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan

yang dikirimkan oleh guru berupa isi/materi pelajaran. Proses penerimaan pesan

ini dapat memanfaatkan media pembelajaran sebagai alat komunikasi dalam

pembelajaran. Supaya dapat memanfaatkan media pembelajaran dengan baik

sebaiknya guru mengetahui fungsi dan manfaat media pembelajaran.

Menurut Muhadi (2013:36-57) menjelaskan bahwa fungsi media

pembelajaran yaitu:

a. fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar, yakni

sebagai penyalur, penyampai, penghubung dan lain-lain, fungsi

sematik, media pembelajaran dapat menambah perbendaharaan

kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar

dipahami anak didik, b. fungsi manipulatif, media pembelajaran

memiliki dua kemampuan yaitu: mengatasi batas-batas ruang,

waktu dan mengatasi keterbatasan inderawi manusia, c. fungsi

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

18

psikologis, media dapat menggugah perasaan, emosi dan tingkat

penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu, d. fungsi

kognitif, siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan

memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang

mewakili objek-objek yang dihadapi, baik objek itu berupa orang,

benda atau peristiwa, e. fungsi imajinatif, media pembelajaran

dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinatif siswa, f.

fungsi motivasi, g. fungsi sosio-kultural yakni mengatasi

hambatan sosial-kultural antar peserta komunikasi pembelajaran.

h. fungsi evaluasi, mempu menilai kemampuan siswa dalam

merespons pembelajaran.

Sedangkan menurut Sanaky (2009:6) Media pembelajaran berfungsi

untuk merangsang pembelajaran dengan:

1) menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langka, 2)

membuat duplikasi dari obyek sebenarnya, 3) membuat konsep

abstrak ke konsep abstrak menjadi konsep yang konkrit, 4)

memberi kesamaan persepsi, 5) mengatasi hambatan waktu,

tempat, jumlah dan jarak, 6) menyajikan ulang informasi secara

konsisten, dan 7) memberi suasana belajar yang tidak tertekan,

santai dan menarik sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran.

Pendapat yang sama juga dikemukan oleh Livie dan Lentz dalam Sanaky

( 2009:6-7) bahwa media pembelajaran memiliki berbagai fungsi antara lain:

1. fungsi atensi berarti media visual merupakan inti, menarik

dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk berkonsentrasi

kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual

yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2. fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat

kenikmatan pembelajar ketika belajar membaca teks

bergambar.

3. fungsi kognitif bermakna medi visual mengungkapkan

bahwa lambang visual memperlancar pencapaian tujuan

untuk memahami dan mendengar informasi atau pesan yang

terkandung dalam gambar

4. fungsi kompensatoris media visual memberikan konteks

untuk memahami teks membantu pembelajar yang lemah

dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam

teks dan mengingatkannya kembali.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

19

Selain fungsi media menurut para ahli, media juga memiliki manfaat

dalam proses pembelajaran. Menurut Sanaky (2009:4) adapun manfaat media

pembelajaran yaitu: :

a) pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga

dapat menumbuhkan motivasi belajar,

b) pemilihan bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya,

sehingga dapat lebih dipahami pembelajar, serta

memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran

dengan baik,

c) metode atau model pembelajaran bervariasi, tidak semata-

mata hanya berkomunikasi verbal melalui penuturan kata-

kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar

tidak kehabisan tenaga,

d) pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab

tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja,

tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti:

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Dari pendapat beberapa ahli diatas tentang fungsi media, Dapat

disimpulkan beberapa fungsi dari media pembelajaran adalah: sebagai sumber

belajar, penyalur, penyampai dan penghubung dalam proses pembelajaran,

menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya

benar-benar dipahami anak didik, memiliki kemampuan menghadirkan objek

atau peristiwa, menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang telah terjadi dan

mengatasi keterbatasan inderawi manusia, meningkatkan perhatian siswa

terhadap materi pembelajaran, membangkitkan minat dan belajar siswa, mampu

menilai kemampuan siswa dalam merespons pembelajaran.

2.1.2.5 Media Video

Video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu

proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran masal, individual, maupun

berkelompok. Video juga merupakan bahan ajar noncetak yang kaya informasi

dan tuntas karena dapat sampai ke hadapan siswa secara langsung. Disamping

itu, video menambah suatu dimensi baru tehadap pembelajaran. Hal ini karena

katakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak dan suara

pada siswa. Dengan demikian, siswa merasa seperti berada disuatu tempat yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

20

sama dengan program yang ditayangkan video. Video merupakan salah satu

media audiovisual.

Menurut Munadi (2013:56) menjelaskan “bahwa media audiovisual

adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus

dalam satu proses”. Sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat

berupa pesan verbal dan non verbal yang terdengar layaknya media audio. Pesan

visual yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio

visual seperti film dokumenter, film docudokumenter, film drama dan lain-lain.

Semua program tersebut dapat disalurkan melalui peralatan yang seperti film,

video, dan televisi yang dapat disambungkan pada alat proyeksi (projectable

aids).

Anitah (2012:51) memberikan pengertian tentang media audiovisual

adalah “media yang menunjukkan unsur auditif (pendengaran) maupun visual

(penglihatan), jadi dapat dipandang maupun didengar suaranya”. Daryanto

(2012:87) mengemukakan “media video adalah segala sesuatu yang

memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak”.

Program video dapat dimanfaatkan dalam program pembelajaran karena dapat

memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada siswa. Selain itu, program

video dapat dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan untuk

mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu. Kemampuan video dalam

memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu guru menyampikan

materi yang bersifat dinamis. Jenis video ini bermacam-macam mulai dari kaset,

CD (compact disc) dan DVD (Digital Versatile Disc).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2006), “video diartikan sebagai

rekaman gambar hidup atau program televisi lewat tayangan pesawat televisi

atau dengan kata lain video merupakan tayangan gambar bergerak yang disertai

dengan suara”. Sedangkan menurut Sadiman dkk (2008:74) “video adalah media

audio-visual yang menampilkan gerak, media yang menyajikan pesan yang

berisi fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (seperti misalnya

cerita), bisa bersifat informatif edukatif maupun instruksional”.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

21

Prastowo (2013:301) menjelaskan “bahwa video termasuk dalam

kategori bahan ajar audiovisual”. Bahan ajar audiovisual merupakan bahan ajar

yang mengombinasikan dua materi, yaitu materi visual dan materi auditif.

Materi auditif ditujukan untuk merangsang indera pendengaran, sedangkan

materi visual untuk merangsang indra penglihatan. Dengan kombinasi dua

materi ini, pendidik dapat menciptakan proses pembeljaran yang lebih

berkualitas, karena komunikasi berlangsung secara lebih efektif.

Menurut Muhadi (2013:127) Karakteristik yang dimiliki video antara

lain:

1) mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, 2) video dapat

diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan, 3) pesan yang

disampaikan cepat dan mudah diingat, 4) mengembangkan

pikiran dan pendapat para siswa, 5) mengembangkan imajinasi

peserta didik, 6) memperjelas hal-hal yang abstrak dan

memberikan gambaran yang lebih realistik, 7) menumbuhkan

minat dan motivasi belajar siswa 8) dengan video penampilan

siswa dapat segera dilihat kembali untuk dievaluasi.

Prastowo (2013:302) mengemukakan sejumlah manfaat lain yang bisa

kita peroleh dari pemanfaatan program video dalam kegiatan pembelajaran,

diantaranya sebagai berikut:

(1) memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta

didik; (2) memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada

awalnya tidak mungkin bisa dilihat; (3) jika dikombinasikan

dengan animasi dan pengaturan kecepatan,dapat

mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu; (4)

menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan yang

sebenarnya yang dapat memicu diskusi peserta didik; (5)

menujukkan cara penggunaan alat perkakas; (6) memperagakan

keterampilan yang akan dipelajari; (7) menunjukkan tahapan

prosedur; (8) menghadirkan penampilan drama atau musik.

Selain itu menurut Sanaky (2009:109) kelebihan yang dimiliki media

video antara lain :

a) menyajikan objek belajar secara konkret atau pesan

pembelajaran secara realistik; b) sifatnya yang audivisual,

sehingga memiliki daya tarik tersendiri dan dapat menjadi

pemacu atau memotivasi pembelajar untuk belajar; c) sangat

baik untuk pencapaian tujuan belajar psikomotor; d) dapat

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

22

mengurangi kejenuhan belajar, terutama jika dikombinasikan

dengan teknik mengajar secara ceramah dan diskusi persoalan

yang ditayangkan; e) menambah daya tahan ingatan atau retensi

tentang obyek belajar yang dipelajari oleh pembelajar; f)

Portable dan mudah didistribusikan.

Kemampuan video dalam memvisualisasikan materi terutama efektif

untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu

media video juga memiliki kelemahan yaitu memerlukan biaya yang mahal dan

tergantung pada energi listrik, sehingga tidak dapat dihidupkan di segala tempat.

Dari hasil penelitian American Hospital Association (2013:303),

ditemukan bahwa bahan ajar video memiliki sejumlah kelebihan serta

keterbatasan tertentu. Adapun kelebihan-kelebihannya, antara lain bermanfaat

untuk menggambarkan gerakan, keterkaitan, dan memberikan dampak terhadap

topik yang dibahas, dapat diputar ulang. Selain itu, gerakan mulut dapat direkam

dengan video, dapat dimasukkan teknik film lain seperti animasi, dapat

dikombinaskan antara gambar diam dengan gerakan dan proyektor standar dapat

ditemukan dimana-mana.

Sedangkan keterbatasan-keterbatasannya yaitu: ongkos produksinya

mahal dan tidak kompatibel untuk beragam format video. Namun untuk kedua

keterbatasan ini sudah tidak relevan lagi. Sebab saat ini kita bisa menemukan

berbagai alat perekam video dengan harga murah, misalnya dengan

menggunakan peralatan telekomunikasi (terutama hand phone) atau peralatan

digital multimedia player (misalnya MP5, MP6 dan MP7). Dari sisi format

videonya, untuk saat ini juga lebih kompatibel, bahkan dengan peralatan dan

software yang tersedia di pasaran maupun di internet, kita bisa mengubah-ubah

formatnya ke berbagai jenis format video yang kita inginkan.

Pandangan yang serupa juga diungkapakan oleh Anderson dalam

Prastowo (2013:304). Anderson mengatakan bahwa video sebagai bahan ajar,

meskipun memiliki sejumlah keunggulan dibanding bahan ajar cetak ataupun

bahan ajar audio, ternyata juga masih memliki keterbatan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

23

Kelebihan yang dimiliki video antara lain:

a) Dengan video (disertai suara atau tidak), kita dapat

menunjukkan kembali gerakan tertentu. Gerakan yang

ditunjukkan tersebut dapat berupa rangsangan yang serasi atau

berupa respons yang diharapkan dari peserta didik.

b) Dengan video, penampilan peseta didik dapat segera dilihat

kembali untuk dikritik atau dievaluasi. Caranya dengan

merekam kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan

keterampilan interpersonal, seperti teknik mewawancarai,

memimpin sidang, memberi ceramah dan lain-lain.

c) Dengan menggunakan efek tertentu, dapat memperkokoh proses

belajar maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut.

d) Dengan video, kita akan mendapatkan isi dan susunan yang

masih utuh dari materi pelajaran atau latihan.

e) Dengan video, informasi dapat disajikan secara serentak pada

waktu yang sama di lokasi (kelas) yang berbeda dan dengan

jumlah penonton (peserta) yang tidak terbatas.

f) Pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan

pembelajaran mandiri, di mana siswa belajar sesuai dengan

kecepatan masing-masing dapat dirancang.

Sedangkan keterbatasan yang dimiliki oleh video antara lain :

a) Ketika akan digunakan, peralatan video tentu harus sudah

tersedia di tempat penggunaan serta harus cocok ukuran dan

formatnya dengan pita video atau piringan video (VCD/DVD)

yang akan digunakan.

b) Menyusuan maskah atau skenario video bukanlah pekerjaan

yang mudah, disamping menyita banyak waktu.

c) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang

yang mampu mengerjakannya

d) Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film hasilnya tidak

bagus.

e) Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton,

kecualai jaringan monitor dan sistem proyeksi video

diperbanyak.

f) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan

keterbatasan sistem video menjadi masalah yang berkelanjutan.

Sadiman dkk (2008:282) menyatakan beberapa kelebihan video antara

lain:

(1) dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat

dari rangasangan luar lainnya. (2) dengan alat perekam pita

video sejumlah besar penonton dapat memperoleh informasi dari

ahli-ahli/spesialis. (3) demonstrasi yang sulit bisa dipersiapkan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

24

dan direkam sebelumnya, sehinnga pada waktu mengajar guru

bisa memusatkan perhatian pada penyajiannya. (4) menghemat

waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang. (5) keras

lemah suara yang ada dapat diatur dan disesuaikan bila akan

disisipi komentar yang akan didengar. (6) ruangan tak perlu

digelapkan waktu menyajikannya.

Selain itu hal-hal negatif yang perlu diperhatikan sehubungan dengan

penggunaan alat perekam video dalam proses belajar-mengajar adalah: (a)

perhatian penonton sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikkan; (b)

sifat komunikasinya bersifat satu arah dan harus diimbangi dengan pencarian

bentuk umpan balik yang; (c) kurang mampu menampilkan detail dari objek

yang disajikan secara sempurna; (d) memerlukan peralatan yang mahal dan

kompleks.

Media Video sebagai bahan ajar noncetak yang dimanfaatkan dalam

proses pembelajaran, karena dapat sampai kehadapan peserta didik secara

langsung. Selain itu video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.

Peserta didik dapat melihat gambar dari bahan ajar cetak dan suara dari program

audio. Tetapi dalam video, peserta didik dapat memperoleh keduanya, yakni

gambar bergerak beserta suara yang menyertainya. Sehingga, peserta didik

seperti berada di suatu temapat yang sama dengan program yang ditayangkan

dalam video.

2.1.2.6 Media Gambar

Gambar merupakan media visual yang berfungsi menyalurkan pesan dari

sumber pesan ke penerima pesan mengunakan indera penglihatan (visual).

Gambar dapat membantu guru dalam mencapai tujuan intruksional, karena

gambar termasuk media yang mudah serta besar sehingga dapat mempertinggi

nilai pengajaran. Karena melalui media gambar pengalaman dan pengertian

peserta didik menjadi lebih luas, lebih jelas dan tidak mudah dilupakan, serta

legih konkret dalam ingatan dan asosiasi peserta didik. Sanaky (2009: 315)

“Media gambar yang paling umum digunakan orang, kerena media ini mudah

dimengerti, dapat dinikmati, mudah didapatkan dan dijumpai dimana-mana serta

banyak memberikan penjelasan bila dibandingan dengan verbal”.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

25

Anitah (2012:94) mengatakan “bahwa gambar atau fotografi dapat

memberikan gambaran tentang segala sesuatu seperti : bintang, orang, tempat

dan peristiwa”. Gambar diam yang pada umumnya digunakan dalam

pembelajaran yaitu : potret, kartupos, ilustrasi dari buku, katalog dan gambar

cetak. Melalui gambar dapat diterjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang

realistis.

Sadiman dkk (2008:29-32) mengemukakan beberapa kelebihan dan

kekurangan media gambar foto yaitu: “1) sifatnya konkret 2) gambar dapat

mengatasi batasan ruang dan waktu 3) media gambar dapat mengatasi

keterbatasan pengamatan kita 4) gambar dapat memperjelas suatu masalah

dalam bidang apa saja 5) gambar harganya sangat murah”.

Selain kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media gambar, media

gambar juga memiliki beberapa kelemahan antara lain: “1) gambar/foto hanya

menekankan persepsi indera mata 2) gambar/foto yang terlalu kompleks kurang

efektif untuk kegiatan pembelajaran 3) ukurannya sangat terbatas untuk

kelompok besar”.

Yudhi (2013:85) menjelaskan gambar secara garis besar dibagi menjadi

tiga jenis yaitu sketsa, lukisan, dan photo. “1) Sketsa atau bisa disebut juga

sebagai gambar garis (stick figture), yaitu gambar sederhana atau draft kasar

yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek dengan detail. 2) Lukisan

merupakan gambar hasil representasi simbolik dan artistik seseorang tentang

suatu objek atau situasi. 3) Photo, yakni gambar hasil pemotretan atau

photografi”.

Hamdani (2011:251) Ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi oleh

gambar atau foto yang baik sebagai media pembelajaran adalah :

1) auntentik, yaitu gambar tersebut harus secara jujur

melukiskan situasi seperti benda sebenarnya. 2) sederhana, yaitu

komposisi gambar hendaknya cukup jelas menunjukkan poin-

poin dalam gambar. 3) ukuran relatif, yaitu gambar atau foto

dapat membesarkan atau memperkecil objek atau benda

sebenarnya. 4) gambar dan foto dapat membesarkan atau

memperkecil objek benda sebenarnya. 5) gambar yang bagus

belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

26

Hamdani (2011:250) mengemukakan beberapa kelebihan media gambar

antara lain: “1) sifat konkret; 2) gambar dapat mengatasi ruang dan waktu; 3)

media gambar atau mengatasi keterbatasan kita; 4) gambar dapat memperjelas

suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja

sehingga dapat mencegah kesalahpahaman; 5) harga gambar murah dan dapat

digunakan tanpa alat khusus”. Selain itu, beberapa kelemahan media gambar

antara lain: “1) gambar dan foto hanya menekankan persepsi indra mata, (2)

gambar dan foto benda yang telalau kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran, (3) ukuran terbatas dalam jumlah yang sangat besar”.

Selain itu kelebihan dan kekurangan media gambar dikemukakan oleh

Anitah (2012:9) kelebihan yang dimiliki media gambar antara lain sebagai

berikut: “a) dapat menerjemahkan ide-ide abstrak kedalam bentuk yang lebih

nyata; b) banyak tersedia dalam buku-buku; c). sangat mudah dipakai; d. relatif

tidak mahal dan dapat dipakai untuk berbagai tingkat pelajaran dan bidang

studi”.

Selain itu media gambar juga memiliki kelemahan antara lain: “a)

kadang-kadang terlampau kecil untuk ditunjukkan di kelas yang besar; b) tidak

dapat menunjukkan gerak; c) pembelajar tidak selalu mengetahui bagaimana

membaca (menginterprestasi) gambar”.

2.1.3 Sintak Model Problem Based Learning Berbantuan Media Video

Dalam penelitian ini, media video digunakan sebagai variabel perlakuan

pada kelompok eksperimen. Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011:98)

Pembelajaran model Problem Based Learning berbantuan dengan media video

pada pembelajaran IPA materi susunan bumi, sintak pembelajarannya adalah

sebagai berikut:

a. Tahap 1 : Orientasi siswa pada masalah

Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas, tujuan

pembelajaran, melakukan apersepsi dan motivasi yang berupa masalah awal

yang dapat membangkitkan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah

kemudian guru menayangkan video pembelajaran yang sesuai dengan materi

pembelajaran.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

27

b. Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar dengan media video

Guru membagi siswa dalma kelompok-kelompok kecil (4-5 orang) secara

heterogen antara kelompok yang pandai dan kelompok yang kurang.

Kemudian guru menyampaikan permasalahan dan memutarkan video sesuai

dengan materi pembelajaran.

c. Tahap 3 : Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok

kemudian masing-masing kelompok diminta untuk memecahkan masalah

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman siswa. Dalam memecahkan

masalah, masing-masing kelompok mengumpulkan fakta-fakta dari

permasalahan serta mendorong siswa dalam kerjasama penyelesaiaan tugas-

tugas. Guru berkeliling untuk mengamati dan membantu siswa dalam

memberikan solusi.

d. Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Setelah masing-masing kelompok selesai mengerjakan tugas diskusinya,

setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas, kemudian

guru dan kelompok siswa lain menanggapi atau memberikan komentar untuk

kelompok yang sedang menyampaikan hasil diskusinya.

e. Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan

masalah

Guru dan siswa melakukan refleksi atau evaluasi dan membuat kesimpulan

terhadap kejadian, aktivitas, pengetahuan dan penyelidikan yang mereka yang

lakukan.

2.1.4 Sintak Model Problem Based Learning Berbantuan Media Gambar

Dalam penelitian ini, media gambar digunakan sebagai variabel perlakuan

pada kelompok kontol. Menurut Ibrahim dalam Trianto (2011:98) pembelajaran

model Problem Based Learning berbantuan dengan media gambar pada

pembelajaran IPA materi susunan bumi, sintak pembelajarannya adalah sebagai

berikut:

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

28

a. Orientasi siswa pada masalah

Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas, tujuan

pembelajaran, melakukan apersepsi dan motivasi yang berupa masalah awal

yang dapat membangkitkan keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah

kemudian guru menunjukkan gambar susunan bumi dan lapisan atmosfer

sesuai dengan materi pembelajaran.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar dengan media gambar

Guru membagi siswa dalma kelompok-kelompok kecil (4-5 orang) secara

heterogen antara kelompok yang pandai dan kelompok yang kurang.

Kemudian guru menyampaikan permasalahan dan siswa menyimak media

gambar yang sudah disediakan oleh guru sesuai dengan materi pembelajaran.

c. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru membagikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok

kemudian masing-masing kelompok diminta untuk memecahkan masalah

berdasarkan pengetahuan dan pengalaman siswa. Dalam memecahkan

masalah, masing-masing kelompok mengumpulkan fakta-fakta dari

permasalahan serta mendorong siswa dalam kerjasama penyelesaiaan tugas-

tugas. Guru berkeliling untuk mengamati dan membantu siswa dalam

memberikan solusi.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Setelah masing-masing kelompok selesai mengerjakan tugas diskusinya,

setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan kelas, kemudian

guru dan kelompok lain menanggapi atau memberikan komentar untuk

kelompok yang sedang menyampaikan hasil diskusinya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah

Guru dan siswa melakukan refleksi atau evaluasi dan membuat kesimpulan

terhadap kejadian, aktivitas, pengetahuan dan penyelidikan yang mereka yang

lakukan.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

29

2.1.5 Hasil Belajar IPA

2.1.5.1 Hakikat Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013:5) hasil belajar yaitu “perubahan-perubahan yang

terjadi pada diri siswa, baik menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor

sebagai hasil dari kegiatan hasil belajar”. Pengertian tentang hasil belajar

diuraikan oleh Nawawi dalam susanto (2007: 39) yang menyatakan bahwa “hasil

belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberasilan siswa dalam mempelajari

materi pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari

hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu”.

Abdurrahman (2003:37-38) menyebutkan “hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui proses kegiatan belajar. Belajar

itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memeperoleh sesuatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap.” Menurut

Keller dalam Abdurrahman (2003:39) “hasil belajar adalah prestasi aktual yang

ditampilkan oleh anak”. Sedangkan uasaha adalah perbuatan yang terarah pada

penyelesaiaan tugas-tugas belajar. Sedangkan A.J Romiszowski dalam

Abdurrahman (2003:38) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan

keluaran (outputs) dari suatu sistem proses masukan (inputs).

Reigeluth dalam Abdurrahman (2013:37) berpendapat bahwa “hasil

belajar atau pembelajaran dapat dipakai sebagai pengaruh yang memberikan

suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda”.

Ia juga mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja

(perfomance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang

telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus)

perilaku (unjuk kerja). Selain itu, Gagne dan Briggs dalam Suprihatiningrum

(2013:37) “hasil belajar adalah kemampuan-kemanpuan yang dimiliki siswa

sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa”.

Sardiman dalam Suprihatingrum (2013:38) menyatakan dengan

mengetahui hasil belajar, jika terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk

lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

30

maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan

hasilnya terus meningkat.

Dari pengertian hasil belajar dapat disimpulkan hasil belajar siswa adalah

kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar

itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam

kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan

tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil

mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

2.1.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut teori Gestal (2013:12) “belajar merupakan suatu proses

perkembangan”. Artinya bahwa secara kodrati jiwa raga anak mengalami

perkembangan. Berdasarkan teori ini hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua

hal, siswa itu sendiri dan lingkungannya.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Wasliman dan Baharuddin

(2013:12), hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil

interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal

maupun eksternal. Sebagai berikut:

1) Faktor internal: Faktor internal merupakan faktor yang

bersumber dari dalam diri peserta didik, yang mempengaruhi

kemampuan belajarnya. Faktor internal ini meliputi: kecerdasan,

minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,

kebiasaan belajar serta kondisi fisik dan kesehatan. 2) Faktor

eksternal: Faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah dan

masyarakat.

Ruseffendi dalam Susanto (2013:14) mengindentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu: “kecerdasaan, kesiapan anak, bakat anak,

kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi, pribadi dan sikap guru,

suasana belajar, kompetensi guru dan kondisi masyarakat”. Dari kesepuluh

faktor yang dapat mempengaruhi keberasilan siswa belajar, terdapat faktor yang

dapat dikatakan hampir sepenuhnya tergantung pada siswa. Faktor-faktor itu

adalah kecerdasan anak, kesiapan anak dan bakat anak. Faktor yang sebagian

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

31

penyebabnya hampir sepenuhnya tergantung pada guru, yaitu: kemampuan

(kompetensi), suasana belajar dan kepribadian guru.

Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Sudjana dalam

Suprihatiningrum (2013:15), bahwa “hasil belajar yang dicapai oleh siswa

dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dalam diri siswa dan faktor yang

datang dari luar siswa atau faktor lingkungan”. Faktor yang datang dari siswa

terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar

pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kegiatan dan hasil belajar siswa di sekolah itu sulit dipisahkan karena semua

unsur tersebut akan terintegrasi dalam pembelajaran. Jadi faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar pada dasarnya terwujud dalam bentuk perubahan

pengetahuan (knowledge), penguasaan perilaku yang ditentukan (kognitif,

afektif, psikomotorik) dan perbaikan kepribadian.

2.1.5.3 Ranah Hasil Belajar

Menurut Benjamian S. Bloom dalam Abdurrahman (2003:38)

menyatakan bahwa “hasil belajar memiliki tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor”. Ranah aspek kognitif adalah kemampuan yang berhubungan

dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan,

aplikatif, sintesis, analisis. Ranah kognitif adalah kawasan yang membahas

tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat

pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yaitu evaluasi. Ranah aspek

afektif adalah kemampuan yang berhubungan dengan sikap,nilai dan apresiasi.

Aspek afektif dinilai dari sikap, minat, nilai dan konsep diri. Sedangkan aspek

psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang

bersifat manual dan motorik. Selain itu Bloom membagi tingkat hasil belajar

aspek kognitif menjadi enam yaitu pengetahuan hafalan, pemahaman atau

komprehensi, penerapan aplikasi, analisis sintesis dan evaluasi.

2.1.5.4 Tes sebagai alat hasil belajar

Tes hasil belajar atau achievement test adalah tes yang digunakan untuk

menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada muridnya

dalam jangka waktu tertentu. Dalam pendidikan terdapat bermacam-macam alat

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

32

penelitian yang dapat dipergunakan untuk menilai proses dan hasil pendidikan

yang telah dilakukan terhadap peserta didik. Tes hasil belajar dibagi menjadi dua

golongan yaitu tes lisan dan tes tertulis. Tes tulis dapat dibagi menjadi atas tes

essay dan tes objektif. Menurut Purwanto (2004:34) Bentuk objektif tes antara

lain: “1) completion type test, (tes melengkapi) dan fill-in (mengisi titik-titik

dalam kalimat yang dikosongkan). 2) selection type test (tes yang menjawabnya

dengan mengadakan pilihan) yang meliputi: true-false (benar-salah), multiple-i

choice (pilihan berganda), matching (menjodohkan)”. Pada penelitian ini untuk

menggunakan tes objektif berbentuk pilhan ganda yang berjumlah 20 butir soal

untuk mengukur hasil belajar IPA dengan materi susunan bumi.

Menurut Purwanto (2008:41) Adapun syarat-syarat khusus yang harus

dipenuhi oleh soal-soal yang berbentuk multi choice (pilihan ganda) syarat

tersebut antara lain:

1) pernyataan atau kalimat dari tiap item harus merumuskan

suatu masalah, tentukan hanya ada satu jawaban yang paling

benar dan tepat. 2) baik pernyataan atau pilihan jawaban sedapat

mungkin jangan merupakan suatu yang panjang. 3) Hindarkan

pilihan jawaban yang tidak ada berhubungan satu sama lain,

pilihan jawaban hendaknya homogen. Selain itu tes juga harus

memenuhi kriteria yang disebut valid artinya tes harus benar-

benar mampu menilai apa yang harus dinilai.

Tes tersebut, jika digunakan dapat mencapai sasaran dengan tujuan yang

telah direncanakan. Suatu tes juga harus memenuhi kriteria keandalan

(reliability) jika tes tersebut menunjukkan ketelitian dalam pengukuran.

Ketelitian berlaku untuk setiap orang dengan diukur dengan tes yang sama.

Dengan kata lain, keadaan suatu tes dapat ditentukan dengan menggunakan tes

yang sama pada kelompok murid yang sama dalam kondisi yang sama. Ada

beberapa prinsip dasar tes hasil belajar meliputi : 1) tes hendaknya dapat

mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan

instruksional, 2) mencakup bermacam-macam bentuk soal yang benar-benar

cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan, 3)

didesain sesuai dengan kegunaannya dan digunakan untuk memperbaiki cara

belajar siswa dan cara mengajar guru.

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

33

2.1.5.5 Pembelajaran IPA di SD

Trianto (2013:137) mengatakan “hakikat IPA dibangun atas dasar

produk, ilmiah,proses ilmiah, sikap ilmiah dan nilai yang terdapat di dalamnya”.

IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui

serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar

sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga

komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara

universal.

Wahyana dalam Trianto (2013:136) mengemukakan “bahwa IPA adalah

suatu kumpulan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara

umun terbatas pada gejala-gejala alam”. Perkembangannya tidak hanya ditandai

oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat

langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,

pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan,serta penemuan

teori dan konsep. Selain itu Samatowa (2010:104) “tujuan utama pembelajaran

IPA SD adalah membantu siswa memperoleh ide, pemahaman, dan keterampilan

(life skills) sebagai warga negara”. IPA bertujuan mengembangkan kemampuan

siswa dalam mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan

mendengarkan dan kemampuan berkomunikasi serta memecahkan masalah

secara efektif.

Menurut PERMEN No 23 tahun 2006 tujuan pembelajaran IPA di SD

meliputi:

1). Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang

Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan

alam ciptaan-Nya 2). Mengembangkan pengetahuan dan

pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3). Mengembangkan

rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat 4). Mengembangkan keterampilan

proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah

dan membuat keputusan 5). Meningkatkan kesadaran untuk

berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam 6). Meningkatkan kesadaran untuk menghargai

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

34

alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7). Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan

IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD meliputi aspek-aspek

sebagai berikut:

1) Makhluk hidup dan proses hidup, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2) Benda/ materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat

dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi,

panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4) Bumi

dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-

benda langit lainnya.

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai dunia pendidikan

dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan

tertentu, yaitu: a) memberikan pengetahuan ilmiah kepada siswa tentang dunia

tempat hidup dan bagaimana bersikap. b) menanamkan sikap hidup ilmiah. c)

memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan dan menggunakan serta

menerapakan metode ilmiah dalam memecahkan masalah.

2.1.5.6 Hasil Belajar IPA

Hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA, Hasil

belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi IPA sebagai

produk, proses, dan sikap ilmiah. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA

meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Sebagai

proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan atau

menemukan ilmu pengetahuan yang baru. Selain itu IPA merupakan proses yang

digunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan

produk-produk sains, dan sebagai aplikasi karena teori-teori IPA akan

melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Sebagai

produk diartikan IPA sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan

dalam sekolah atau di luar sekolah. Sebagai sikap ilmiah, siswa diharapkan

mempunyai minat untuk mempelajari benda-benda di sekitarnya, bersikap ingin

tahu, tekun, kritis, mawas diri, bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan

mandiri, serta mengenal dan mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

35

Dengan demikian hasil belajar IPA yang dikembangkan di SD adalah hasil

belajar yang mencakup produk, proses, dan sikap ilmiah.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti, antara lain: Penelitian ini dilakukan I Kd. Marga Sastrawan dkk yang

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran PBL Berbantuan Visual Animasi

Terhadap Hasil Beljar IPA Siswa Kelas V SD GUGUS II TAMPAKSIRING

GIAYAR” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan

hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarakan melalui model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi dengan

siswa yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional Pada Kelas V SD

Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil uji hipotesis

diperoleh thitung sebesar 3,25, sedangkan nilai ttabel adalah 2,00. Dari

perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa thitung > ttabel (3,25>2,00).

Berdasarkan perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarakan melalui model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual

Animasi dengan siswa yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional

Pada Kelas V SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Linda

Rachmawati dengan judul “Penerapan model problem based learning (PBL)

untuk meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Pringapus 2

kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek”. Penelitian ini bertujuan untuk

mendiskripsikan (1) penerapan model PBL untuk meningkatkan pembelajaran

IPA, (2) aktivitas siswa selama pembelajaran dengan model PBL, (3) hasil

belajar siswa setelah diterapkan model PBL. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian ini menunjukkan dengan adanya skor

keberhasilan guru dalam penerapan model PBL, pada siklus I yaitu 76,65 dan

meningkat pada siklus II menjadi 93,3. Aktivitas siswa meningkat, siklus I

diperoleh 58,6 dan pada siklus II menjadi 71,4. Hasil belajar juga meningkat dari

rata-rata 63,4 pada siklus I menjadi rata-rata 80,94. Kesimpulan penelitian

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

36

menyatakan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar dan

aktivitas siswa di SDN Pringapus 2. Hasil penelitian ini memiliki saran agar

model PBL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru dalam

penilaian untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar khususnya pada mata

pelajaran IPA di SD.

Penelitian yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Eni

Wulandari dkk dari Universitas Negeri Sebelas Maret. Penelitian ini berjudul

“Penerapan Model PBL (Problem Based Learning) pada Pelajaran IPA Siswa

Kelas V SD.” Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses dan hasil

belajar mata pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri Mudal dengan menerapkan

model PBL. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, dengan tiap siklus terdiri atas

perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian

adalah siswa kelas V SD Negeri Mudal yang berjumlah 21 siswa. Hasil

penelitian menunjukkan siswa yang sudah menguasai ketrampilan prosesnya 46,

71 % pada siklus I, 76, 19 % pada siklus II, dan 92, 06 % pada siklus III.

Kesimpulan penelitian ini bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan

proses dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Mudal.

Penelitian yang kempat adalah penelitian yang dilakukan oleh Asrika

Maha Dewi dkk dari Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Penelitian ini

berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan

Media Video Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri Pergung. Data

yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik

inferensial uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar IPA

siswa yang mengikuti model pembelajaran PBL berbantuan media video berada

pada tingkat kategori tinggi (diatas rata-rata sebesar 30,56), (2) hasil belajar IPA

siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berada pada tingkat kategori

sedang (diatas rata-rata sebesar 21,97), (3) terdapat perbedaan yang signifikan

hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan

model pembelajaran PBL berbantuan media video dan kelompok siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional (thitung = 8,50 >

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

37

ttabel = 2,00). Berdasarkan hal tersebut ditarik kesimpulan bahwa model

pembelajaran PBL berbantuan media video lebih unggul dibandingkan dengan

model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA.

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan membuktikan bahwa

model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Selain itu proses pembelajaran dengan memanfaatkan media video dapat

meningkatkan pemahaman siswa pada penguasaan materi sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan pada penelitian-penelitian yang

sudah dilakukan dan pengaruhnya yang signifikan untuk hasil belajar siswa

maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh model

pembelajaran problem based learning berbantuan media video terhadap hasil

belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Ampel Kecamatan Ampel

Kabupaten Boyolali Semeter 2 Tahun Pelajaran 2012/2013”.

2.3 Kerangka Pikir

IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum

pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Salah satu

karakteristik dari mata pelajaran IPA adalah mengembangkan rasa ingin tahu

dan daya berpikir kritis terhadap suatu masalah. Tugas guru yang seharusnya

dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam

melibatkan siswa serta menggunakan berbagai pendekatan/startegi pembelajaran

yang sesuai dengan karakter siswa sehingga dapat mengembangkan rasa ingin

tahu dan berpikir kritis pada siswa.

Dewasa ini telah banyak dilakukan berbagai upaya perbaikan dan

peningkatan mutu pembelajaran IPA di sekolah. Salah satu pembelajaran yang

ditawarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA sekolah dasar adalah

dengan penggunaan model pembelajaran yang didasarkan pada karakteristik

pembelajaran IPA. Model pembelajaran IPA dipilih sesuai dengan sifat IPA

sebagai pengetahuan. Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri 01 Ampel

Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan

pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, siswa dipaksa hanya untuk

mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

38

informasi yang diperoleh untuk menghubungkan dengan situasi dalam

kehidupan sehari-hari sehingga siswa kurang menguasai materi pembelajaran

yang diajarkan oleh guru.

Berkembangnya zaman saat ini banyak ditemukan beberapa model atau

strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tujuan pembelajaran

IPA. Salah satunya dengan model Problem Based Learning yang bertujuan

mengembangkan dan menerapkan kecakapan penting, yakni pemecahan

masalah, belajar sendiri, kerja sama tim dan perolehan yan luas atas

pengetahuan.

Selain model pembelajaran, pemanfaatan media juga berpengaruh dalam

pembelajaran siswa di kelas. Media membantu siswa dalam pembelajaran di

kelas, media dapat membantu memperjelas penyampaian materi pelajaran.

Media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi

tercapainya tujuan pembelajaran. Jenis dan karakteristik media itu bermacam-

macam berupa media visual,media audiovisual, media elektronik dan lain-lain.

Setiap media pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangannya

masing-masing. Seperti media gambar yang memiliki kelebihan mengatasai

masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa

dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anak-anak dibawa ke objek

tersebut. Sedangkan media video pembelajaran memiliki kelebihan bergerak.

Sifat-sifat yang nyata pada video dalam proses pembelajaran, adalah

kemampuannya untuk memperlihatkan gerakan-gerakan. Hal ini membuat video

lebih menguntungkan dari media lain.

Berdasarkan paparan yang sudah dikemukakan, penelitian ini bertujuan

untuk melihat adakah perbedaan yang signifikan pembelajaran dengan

menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media video dan

menggunakan model Problem Based Learning dengan berbantuan media

gambar. Membandingkan hasil belajar IPA dengan penggunaan media video

pembelajaran dan media gambar merupakan cara untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh media video pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar

IPA khususnya kelas 5 Sekolah Dasar. Karena pembelajaran berbantuan media

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7842/3/T1_292010084_BAB II.pdf · pembalajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu

39

video pembelajaran lebih efektif dalam membantu menyampaikan materi yang

bersifat dinamis dan membantu siswa dalam mengembangkan pikiran, imajinasi

dan pendapat para siswa serta memperjelas hal-hal yang abstrak. Sehingga

penggunaan media yang memungkinkan dalam pembelajaran IPA dengan

menggunakan model Problem Based Learning adalah media video

pembelajaran. Dengan demikian media video pembelajaran dapat dimanfaatkan

sebagai media yang tepat dalam proses pembelajaran IPA.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang sudah dijelaskan maka dirumuskan

suatu hipotesis, hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran

dengan model Problem Based Learning berbantuan media video dan penerapan

pembelajaran dengan model Problem Based Learning berbantuan media gambar

terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SD Negeri 01 Ampel Kecamatan

Ampel Kabupaten Boyolali Semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.