BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian...
![Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/1.jpg)
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Pilihan Rasionalitas
Teori pilihan rasional sebagaimana teori sosiologi mikroskopik
lain berpusat pada aktor sebagai salah elemen kunci teori. Elemen lainnya
adalah sumber daya. Seorang aktor dalam teori pilihan rasional
diasumsikan memiliki maksud atau tujuan (intensional) dalam setiap
tindakannya. Tidak ada tindakan yang tidak bertujuan. Selain itu aktor juga
diasumsikan selalu mempunyai kerangka preferensi (kerangka pilihan)
yang bersifat relatif tetap atau stabil. Pilihan yang dibuat buat aktor
berdasarkan kerangka preferensi tersebut. Dalam teori pilihan rasional,
individu dilihat sebagai sangat rasional, mampu melakukan yang terbaik
untuk memuaskan keinginannya. (Sindung,2012:202)
Masing-masing aktor dalam melakukan tindakan memiliki modal
berupa sumber daya yang berbeda dan juga aksesnya terhadap sumber
daya tersebut. Sumber daya adalah hal-hal yang dikehendaki aktor dan
yang diinginkannya. Perbedaan penguasaan sumber daya ini
mengakibatkan ketimpangan dalam struktur hubungan dengan segala
akibat yang ditimbulkan. Dengan demikian, perbedaan penguasaan
sumber daya mengakibatkan perbedaan kekuasaan dalam struktur
hubungan antar aktor. Hal ini juga diperhatikan oleh teori pertukaran
terutama Blau dan Emereson. Dalam pandangan Coleman syarat minimal
terjadinya tindakan sosial adalah adanya interaksi dua orang aktor yang
masing-masing memiliki kontrol sumber daya yang berbeda. Masing-
![Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/2.jpg)
19
masing aktor yang saling berinteraksi tersebut mempunyai tujuan
memaksimalkan terpenuhinya kepentingannya. (Sindung,2012:203)
Aktor dalam melakukan tindakan terlebih dahulu melakukan
seleksi terhadap pilihan yang tersedia atau yang memungkinkan dengan
memerhatikan segala aspek seperti tujuan apa yang menjadi prioritasnya,
sumber daya yang dimiliki dan juga kemungkinan keberhasilan dari
tindakan yang dilakukannya. Seorang aktor dapat saja memilih untuk tidak
mengejar tujuan yang paling bernilai oleh karena mungkin sumber daya
yang dimilikinya tidak mencukupi, kemungkinan keberhasilannya kecil,
atau mungkin justru akan membahayakan tujuan-tujuan lain yang
diinginkannya. Dengan demikian, aktor dipandang selalu berusaha
memaksimalkan keuntungan mereka.
Teori pilihan rasional menyatakan bahwa perilaku sosial dapat
dijelaskan dalam istilah perhitungan rasional yang dilakukan individu
dalam berbagai pilihan yang tersedia bagi mereka. Ini adalah logika dasar
teori ekonomi kapitalis, yang menjabarkan apa yang terjadi ketika dengan
sumber daya terbatas ditempatkan dalam suatu pasar ekonomi. Ekonom
meneorikan bahwa individu berusaha untuk memaksimalkan keuntungan
melalui strategi investasi dan konsumen. (Ben,2008:101)
2.1.2 Bea Cukai
Kantor Inspeksi Direktorat Bea dan Cukai memiliki tugas pokok
memungut pajak-pajak yang tidak langsung , seperti bea masuk, bea keluar,
cukai, serta mencegah adanya penyelundupan pajak-pajak tersebut.
![Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/3.jpg)
20
Secara spesifik, bidang kegiatan Bea dan Cukai meliputi :
1. Pelaksanaan intelijen, patroli dan operasi pencegahan pelanggaran
peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai, serta
pelayanan kepabeanan atas sarana pengangkut dan pemberitahuan
pengangkutan barang.
2. Penyidikan dibidang kepabeanan dan cukai.
3. Pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi,
dan senjata api.
4. Pelaksanaan pemungutan bea masuk, cukai, dan pungutan negara
lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai serta
pelaksanaan perbendaharaan penerimaan, penangguhan, penagihan,
pengembalian bea masuk dan cukai.
5. Pemberian pelayanan teknis dan kemudahan dibidang kepabeanan
dan cukai.
6. Penelitian dokumen pemberitahuan impor ekspor barang, nilai
pabean dan fasilitas impor, pemeriksaan barang dan pemeriksaan
badan.
7. Penetapan klasifikasi barangm tarif bea masuk, nilai pabean, sanksi
administrasi berupa denda.
8. Pelayanan atas pemasukan, pemuatan, pembongkaran, penimbunan
barang, serta pengawasan pelaksanaan pengeluaran barang ke dan
dari kawasan pabean.
9. Pembukuan dokumen kepabeanan dan cukai serta dokumen lainnya.
![Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/4.jpg)
21
10. Pengendalian dan pelaksanaan urusan perizinan kepabeanan dan
cukai.
11. Pemeriksaan pabean dan pengawasan pelaksanaan penimbunan dan
pengeluaran barang ditempat penimbunan pabean dan pelaksanaan
penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.
Didalam Kepegawaian telah dijelaskan dan diatur yang
berbunyi sebagai berikut. (Abdullah,1996:15)
(1) Sekalian orang yang dipilih dalam pemilihan yang didasarkan
atas aturan-aturan umum, juga orang-orang yang bukan karena
pemilihan menjadi anggota badan pembentuk undang-undang,
Badan Pemerintah atau Badan Perwakilan Rakyat yang dibentuk
pemerintah atau atas nama pemerintah, juga Dewan Daerah serta
semua kepala rakyat indonesia asli dan kepala golongan timur
asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.
(2) Yang disebutpejabat dan hakim termasuk juga ahli pemutus
perselisihan, yang disebut hakim termasuk orang yang
menjalankan peradilan administrasi, serta anggota dan ketua
peradilan agama.
(3) Semua anggota angkatan perang juga termasuk pegawai
(pejabat).
Sedangkan didalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi pengertian pegawai negeri dirumuskan sebagai :
“Pegawai negeri yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi
juga orang-orang yang menerima gaji atau upah dari suatu badan / badan
![Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/5.jpg)
22
hukum yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah atau
badan hukum lain yang menggunakan modal dan kelonggaran-kelonggaran
dari negara atau masyarakat”
Pengertian pegawai negeri tersebut di atas cukup luas, sehingga
dapat juga menjangkau orang-orang lain yang menurut pengertian biasa
mereka itu bukan pegawai negeri. Pokok-pokok Kepegawaian merumuskan
pegawai negeri sebagai :
“Setiap warga negara Replubik Indonesia yang telah memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejawabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara laiinya,
dan digaji berdasarkan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Dari rumusan diatas kita tarik kesimpulan, unsur unsur yang harus
dipenuhi agar seseorang dapat disebut pegawai negeri adalah :
1. Seseorang yang memenuhi syarat-syarat sebagaimana ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Diangkat oleh pejabat yang berwenang.
3. Diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau tugas negara
lainnya.
4. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.1.3 Paraller Impor (Black Market)
Pasar gelap atau Black Market merupakan pasar yang barang-
barangnya merupakan barang-barang ilegal yang di datangkan dari
negara-negara di luar Indonesia maupun dari Indonesia sendiri. (Alsa,
http://Black Market Rugikan Perekonomian Dunia.com). Yang di maksudkan
![Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/6.jpg)
23
ilegal bahwa barang-barang itu masuk tanpa ada pemeriksaan dan tidak
membayar bea cukai sesuai prosedur yang ada. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pasar gelap memiliki pengertian tempat terjadinya jual
beli dengan transaksi tanpa pengendalian harga dan kadang-kadang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Dipaparkan juga
dalam buku Belajar Hidup Bertanggung Jawab, Menangkal Narkoba dan
Kekerasan yang ditulis oleh Lydia Herlina Martono, suatu perdagangan
yang dilakukan di pasar gelap, artinya dilakukan di luar jalur resmi sebab
melanggar hukum.
Mahkamah Agung dalam Putusan No. 527 K/Pdt/2006 juga
menggunakan istilah Black Market untuk menyebut suatu perdagangan
yang tidak resmi. Cakupan istilah pasar gelap ini cukup luas, selama
perdagangan tersebut melanggar hukum dan dilakukan di luar jalur
resmi, maka dapat disebut sebagai suatu pasar gelap. Misalnya, barang
yang diperdagangkan tersebut merupakan hasil pencurian,
penyelundupan, atau tidak dilengkapi perizinan untuk dapat
diperdagangkan, sehingga melanggar suatu ketentuan peraturan
perundang-undangan. Terkait dengan pasar gelap dimana segala proses
hingga terjadinya transaksi jual beli dilakukan dibawah tangan dan
bertentangan dengan undang-undang, pelaku pasar gelap juga dapat
dipandang sebagai pelanggaran hukum perdata dan hukum pidana
sekaligus.
Adanya larangan-larangan serta batasan-batasan yang dilakukan
pemerintah terhadap barang-barang tertentulah yang menimbulkan
![Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/7.jpg)
24
penyelundupan telepon seluler replika tersebut, karena telepon seluler
replika tersebut dianggap melanggar lisensi atau Hak Kekayaan
Intelektual perusahaan yang dapat menjadikan dasar hukum pemerintah
untuk melarang telepon seluler replika tersebut masuk kedalam wilayah
Indonesia. Pada kenyataannya memang sudah adanya pengawasan secara
langsung oleh Departmen Perdagangan, tetapi tetap saja barang
blackmarket atau telepon seluler replika tersebut lolos dari pengawasan
Departmen Perdagangan, padahal itu semua mempunyai suatu tujuan
yaitu untuk untuk melindungi dan menguntungkan konsumen.
(Yodo,1998:68)
2.1.4 Pasar Gelap Di Indonesia
Barang-barang yang diimpor dari luar negri biasanya dikenai
pajak yang lumayan besar. Untuk menjual kembali pun harus
menutup biaya yang dikeluarkan, sehingga barang-barang impor
lebih mahal daripada barang- barang sejenis yang berasal dari luar
negri. Baru-baru ini, imporir alat komunikasi telah dikenakan Pajak
Penghasilan (PPh) pasal 22 yang tarifnya baru saja dinaikkan dari
2,5 persen menjadi 7,5 persen. (Mohmaad,http://
www.merdeka.com) Kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif
pajak ponsel, tablet dan alat komunikasi sejenis sebagai pajak barang
mewah disinyalir bakal menjadi pemicu bertambahnya praktik pasar
gelap. Hal ini dikarenakan para pelaku bisnis menghindari
pembayaran pajak yang besar untuk mendapatkan keuntungan yang
lebih dari penjualan produknya.
![Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/8.jpg)
25
Dari faktor-faktor pendorong terjadinya praktik pasar gelap
diatas, faktor yang paling mendukung terjadinya pasar gelap adalah
kegagalan sistem bea cukai, aparat yang korup dan kebijakan
pemerintah yang menuntun terciptanya perbedaan harga domestik
dengan harga di luar negeri. Ketiga hal tersebut sangat berkaitan satu
sama lain. Niat para pelaku bisnis untuk bermain lewat jalan
belakang didukung oleh kegagalan sistem bea cukai dipandang
sebagai kesempatan bagi orang-orang dalam yang justru mengetahui
kelemahan sistem bea cukai itu sendiri sehingga dimanfaatkan
sebagai lahan suap.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang penulis lakukan ada kesamaan pada pembahasan
dengan merujuk penggunaan barang elektronik paraller impor (Black Market)
yang mana penelitian itu terdiri dari, Gde Manik Yogiartha dan I Ketut Wirta
Griadhi, pada tahun 2013 dengan judul Perlindungan hukum terhadap
konsumen dalam jual-beli telepon seluler tanpa garansi di pasar gelap (Black
Market). Dimana hasil penelitian mencangkup tentang Telepon seluler
termasuk produk telematika sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor: 19/M-DAG/PER/5/2009, dan dilihat pada ketentuan
UUPK, Pasal 8 ayat (1) huruf j UUPK menyatakan bahwa “seorang pelaku
usaha produksi dan atau memperdagangkan barang yang tidak mencantumkan
informasi dan atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
![Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/9.jpg)
26
Terhadap pelanggaran Pasal 8 UUPK, pelaku usaha dapat dikenakan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp. 2 miliar. Relevasi terhadap peneliti ada kesamaan dan perbedaan antara
lain, Persamaan : penelitian ini sama-sama membahas tentang perundang-
undangan perlindungan dalam jual-beli telepon seluler tanpa garansi dipasar
gelap.
Perbedaan : dipenelitian ini membahas tentang konsumen yang
menggunakan barang Black Market.
Peneliti kedua Ahmad Ade Saputra pada tahun 2017 dengan judul
Perlindungan hukum terhadap konsumen akibat beredarnya penjualan
elektronik Handphone jenis replika dan paraller impor (Black Market) di kota
Pekanbaru”. Dimana hasil penelitian mencangkup tentang Tanggung jawab
pelaku usaha yang menjual elektronik Handphone replika dan paraller impor
(Black Market) di kota Pekanbaru belum dilaksanakan sebagaimana mestinya
karena tidak semua gugatan ganti rugi berdasarkan wanprestasi yang diajukan
oleh konsumen kepada pelaku usaha dipenuhi oleh pelaku usaha dan faktor
yang menjadi penghambat perlindungan konsumen dalam jual beli elektronik
Handphone replika dan blackmarket di kota Pekanbaru, yaitu pertama
lemahnya posisi konsumen bila berhadapan dengan pelaku usaha, kedua
kurangnya pengetahuan konsumen tentang hukum perlindungan konsumen.
Adapun kesamaan : Sama-sama membahas tentang elektronik Handphone
paraller impor Black Market Perbedaan : lokasi penelitian, pelaku penelitian
dan hasil dari wawancara terhadap bea cukai yang ditekankan.
![Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/10.jpg)
27
Penelitian yang ketiga adalah Faillasuf Septanu Adivon pada tahun
2015 dengan judul Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Penjualan
Telepon Seluler Replika.” Dimana hasil penelitian mencangkup tentang
Permasalahan mengenai penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum kepolisian terhadap tindak pidana penjualan telepon seluler
replika. Adapun kesamaan sama-sama membahas tentang tindak hukum
terhadap barang Black Market Perbedaan : penegak hukum yang menangani
adalah kepolisian.
Dari kesamaan tersebut dapat dijelaskan mengenai hasil penelitian
terdahulu yang lebih detail yaitu pada tabel dibawah ini :
Tabel.2 Penelitian Terdahulu.
No Nama
Pengarang
Tahun dan
Judul
Hasil Penelitian Relevasi
Terhadap
Penelitian
1. Gde Manik
Yogiartha dan I
Ketut Wirta
Griadhi (2013)
“Perlindungan
hukum terhadap
konsumen
dalam jual-beli
telepon seluler
tanpa garansi di
pasar gelap
(Black Market).
Telepon seluler termasuk produk
telematika sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor: 19/M-DAG/PER/5/2009,
dan dilihat pada ketentuan UUPK,
Pasal 8 ayat (1) huruf j UUPK
menyatakan bahwa “seorang pelaku
usaha produksi dan atau
memperdagangkan barang yang tidak
mencantumkan informasi dan atau
petunjuk penggunaan barang dalam
bahasa Indonesia sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang
berlaku. Terhadap pelanggaran Pasal
8 UUPK, pelaku usaha dapat
dikenakan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp. 2 miliar.
Persamaan :
penelitian ini
sama-sama
membahas
tentang
perundang-
undangan
perlindungan
dalam jual-beli
telepon seluler
tanpa garansi
dipasar gelap
Perbedaan :
dipenelitian ini
membahas
tentang
konsumen yang
menggunakan
barang Black
Market.
![Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/11.jpg)
28
2. Ahmad Ade
Saputra (2017)
“Perlindungan
hukum terhadap
konsumen
akibat
beredarnya
penjualan
elektronik
Handphone
jenis replika dan
paraller impor
(Black Market)
di kota
Pekanbaru”.
Tanggung jawab pelaku usaha yang
menjual elektronik Handphone
replika dan paraller impor (Black
Market) di kota Pekanbaru belum
dilaksanakan sebagaimana mestinya
karena tidak semua gugatan ganti
rugi berdasarkan wanprestasi yang
diajukan oleh konsumen kepada
pelaku usaha dipenuhi oleh pelaku
usaha dan faktor yang menjadi
penghambat perlindungan konsumen
dalam jual beli elektronik
Handphone replika dan blackmarket
di kota Pekanbaru, yaitu pertama
lemahnya posisi konsumen bila
berhadapan dengan pelaku usaha,
kedua kurangnya pengetahuan
konsumen tentang hukum
perlindungan konsumen.
Persamaan :
Sama-sama
membahas
tentang
elektronik
Handphone
paraller impor
Black Market
Perbedaan :
lokasi
penelitian,
pelaku
penelitian dan
hasil dari
wawancara
terhadap bea
cukai yang
ditekankan.
3. Faillasuf
Septanu Adivon
(2015)
“Penegakan
Hukum
Terhadap
Tindak Pidana
Penjualan
Telepon Seluler
Replika”
Permasalahan mengenai penegakan
hukum yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum kepolisian terhadap
tindak pidana penjualan telepon
seluler replika.
Persamaan :
sama-sama
membahas
tentang tindak
hukum terhadap
barang Black
Market
Perbedaan :
penegak hukum
yang menangani
adalah
kepolisian Sumber : Data Diolah
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Pilihan Rasionalitas Menurut James S.Coleman
Teori pilihan rasional, merupakan teori sosiologi mikroskopik yang
tumbuh mulai akhir dekade 1960.an. teori ini dipelopori oleh James S.
Coleman ketika ia menulis esainya yang berjudul “Purposive Action
Framework”. Ia mengusulkan sebuah analisis tindakan kolektif yang bahkan
dapat diperluas kedalam analisis, seperti norma sosial, marriage markets,
sistem status, dan pencapaian tingkat pendidikan. Melalui karyanya tersebut,
![Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/12.jpg)
29
Coleman mempertahankan tema bahwa untuk merumuskan definisi pilihan
rasional dalam sosiologi, fokus studi diarahkan pada penjelasan fenomena
sosial makro berdasarkan pilihan yang dibuat aktor sosial pada tingkat mikro.
Pemusatan perhatiannya pada tindakan rasional individu ini dilanjutkab
dengan memusatkan perhatian pada masalah hubungan mikro-makro atau
bagaimana cara gabungan tindakan individual menimbulkan perilaku sistem
sosial. Selanjutnya, Coleman juga memerhatikan hubungan sebaliknya, yakni
hubungan makro-mikro atau bagaimana cara sistem memaksa orientasi aktor.
(Sindung, 2012:193)
Meskipun mempengaruhi perkembangan teori pertukaran, teori pilihan
rasional secara umum berada pada posisi marginal dalam arus utama teori
sosiologi. Upaya yang dilakukan oleh seseorang yang bernama James S.
Coleman lah teori pilihan rasional menjadi salah satu teori “panas” dalam
sosiologi kontemporer. (Goodman, 2008:576) Inti dari prospektif Coleman
adalah gagasan bahwa teori sosial bukan sekedar latihan akademis namun
seharusnya memengaruhi dunia sosial melalui “ intervensi”. Berdasarkan
fokus yang diarahkan pada individu ini, Coleman mengaku bahwa ia adalah
seorang metodolog individualis, meskipun ia melihat prospektif yang
dikemukakanya sebagai “varian spesial” orientasi tersebut.
Orientasi pilihan rasional Coleman jelas pada gagasan dasarnya bahwa
“orang bertindak secara sengaja untuk mencapai suatu tujuan, dengan tujuan
(dan tindakan) yang dibangun oleh nilai atau preferensi. Namun kemudian
Coleman beragumen bahwa untuk sebagian besar tujuan teoretis, ia akan
memerlukan konseptualisasi yang lebih tepat tentang aktor rasional yang
![Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/13.jpg)
30
berasal dari ilmu ekonomi, konsep yang melihat aktor memilih tindakan-
tindakan yang akan memaksimalkan keuntungan, memuaskan kebutuhan dan
keinginannya.
Coleman mengakui bahwa didunia nyata orang tidak selalu bertindak
rasional, namun ia merasa bahwa hal ini tidak banyak membawa perbedaan
dalam teorinya : “asumsi implisit saya adalah bahwa prediksi teoritis yang
dikemukakan disini pada dasarnya tidak membedakan apakah aktor bertindak
menurut rasionalitas sebagai mana yang umum dipahami atau menyimpang
dari yang telah diamati”. Menggunakan pendekatan pilihan rasional, Coleman
menjelaskan serangkaian fenomena level makro. Pandangan dasarnya adalah
bahwa teoritisi perlu menjaga agar konsepsi mereka tentang aktor tetap
konstan dan dari konsepsi mikro konstan tersebut membangun berbagai
gambaran tentang fenomena level makro.
Teori pilihan rasional telah menjadi salah satu teori “panas” di dalam
sosiologi kontemporer, sebagian besar melalui usaha satu orang, yakni James
S.Colm. Karena kami telah menguraikan ajaran-ajaran dasar teori pilihan
rasional, akan bermanfaatlah memulai dengan komentar-komentar pengantar
yang diberikan oleh Coleman kepada terbitan pertama jurnal Rationality and
Siciety. Jurnal itu bersifat interdisipliner karena tori pilihan rasional
“Paradigma Tindakan Rasional” adalah satu-satunya teori dengan
kemungkinan menghasilkan integrasi paradigmatic. Coleman tidak ragu-ragu
untuk berargumen bahwa pendekatan itu beroperasi dari suatu dasar di dalam
individualism metodologis dan menggunakan teori pilihan rasional sebagai
dasar level mikro untuk penjelasan fenomena level makro.
![Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/14.jpg)
31
Suatu proporsi besar karya di dalam sosiologi disisihkan dari halaman-
halaman Rationality and Siciety. Akan tetapi, yang tidak disisihkan adalah
perhatian-perhatian level makro dan pertautannya dengan tindakan rasional.
Di luar perhatian-perhatian akademik seperti itu, Coleman menginginkan
pekerjaan yang dilakukan dari perspektif pilihan rasional mempunyai
relevansi praktis kepada dunia sosial kita yang sedang berubah.
Fokusnya pada individu, Coleman mengakui bahwa dia adalah seorang
individualis metodis, meskipun dia melihat perspektif khususnya sebagai
suatu “varian istimewa” dari orientasi itu. Pandangannnya istimewa di dalam
arti bahwa pandangan itu menerima ide kemunculan dan sambil berfokus pada
faktor-faktor internal bagi system itu, faktor-faktor itu tidak pasti sebagai
tindakan-tindakan dan orientasi-orientasi individual. Yakni, fenomena level
mikro selain individu-individu dapat menjadi focus analisisnya.
Orientasi pilihan rasional Coleman jelas di dalam ide dasarnya bahwa
“orang-orang bertindak secara sengaja kearah suatu tujuan, dengan tujuan itu
(dan dengan tindakan-tindakan itu) dibentuk oleh nilai-nilai atau pilihan-
pilihan”. Tetapi kemudian Coleman melanjutkan berargumen bahwa untuk
sebagian besar maksud teoritis, akan membutuhkan suatu konseptualisasi yang
seksama mengenai actor rasional yang berasal dari ekonomi, konseptualisasi
yang melihat para actor memilih tindakan-tindakan yang akan
memaksimalkan manfaat, atau pemuasan kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan-keinginan mereka.
![Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/15.jpg)
32
Terdapat dua unsur utama di dalam teori pilihan rasional, para actor
dan sumber-sumber daya. Sumber-sumber daya adalah hal-hal yang
dikendalikan oleh para actor dan mereka berkepentingan padanya. Karena
kedua unsur itu, Coleman memerinci bagaimana interaksi mereka mendorong
kearah level system : suatu dasar minimal untuk system tindakan sosial ialah
dua actor, yang masing-masing mempunyai kendali atas sumber-sumber daya
yang diminati orang lain. Minat masing-masing kepada sumber-sumber daya
yang ada dibawah kendali orang lain itulah yang membuat kedua orang itu,
sebagai actor bertujuan, terlibat di dalam tindakan-tindakan yang melibatkan
satu sama lain, suatu system tindakan, struktur itulah bersama fakta bahwa
para actor bertujuan, masing-masing mempunyai tujuan untuk
memaksimalkan perwujudan kepentingan-kepentingannya, yang memberi
karakter saling tergantung, atau sistematik, bagi tindakan-tindakan mereka.
Coleman mengakui bahwa di dalam dunia nyata orang tidak selalu
berperilaku secara rasional, tetapi dia merasa bahwa hal tersebut tidak begitu
berpengaruh di dalam teorinya : “ Asumsi tersirat saya ialah bahwa rediksi-
prediksi teoritis yang dibuat disini akan sama secara substansif entah para actor
bertindak secara saksama menurut rasionalitas seperti yang lazim dipahami
atau menyimpang dengan cara-cara yang telah diamati”.
Menggunakan pendekatan pilihan rasionalnya, Coleman menjelaskan
serangkaian fenomena level makro. Pendirian dasarnya ialah bahwa teoritisi
perlu menjaga konsepsi mereka mengenai actor konstan dan menghasilkan
berbagai gambaran fenomena level makro dari konstanta mikro itu. Dengan
cara itu, perbedaan-perbedaan di dalam fenomena makro dapat dilacak kepada
![Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/16.jpg)
33
struktur-struktur relasi yang berbeda pada level makro dan bukan kepada
variasi-variasi pada level mikro.
Teori pilihan rasional mempunyai keterkaitan yang sangat dekat
dengan teori pertukaran sosial yang berkembang dalam waktu yang hampir
bersamaan. Beberapa kritik dan pertanyaan yang diajukan sejumlah teori
terhadap kerangka pemikiran Homans dan kawan-kawan mendorong Coleman
dan sejumlah teori lain mengembangkan teori pilihan rasional yang kemudian
menjadi lebih populer. Keterkaitan teori pilihan rasional dengan teori
pertukaran terletak pada pandangannya mengenai beberapa tema instrumental.
Perbedaan penting antara keduanya menurut Lawler dan Thye adalah
bahwa dalam kerangka teori reinforcement, aktor diasumsikan selalu “melihat
kebelakang” (orientasi pelakunya bersadarkan pengalaman masa lampau)
sementara teori pilihan rasional mengasumsikan individu selalu “melihat
kedepan” (orientasi perilakunya didasarkan pada pencapaian tujuan atau
kondisi yang diinginkan).
Teori pilihan rasional sering dilihat sebagai teori yang berbeda dari
pendekatan teoritis lain dalam sosiologi dalam dua hal, yakni komitmennya
pada metodologi individualisme dan pandangannya tentang pilihan sebagai
sebuah proses optimalisasi. Metode individualisme digunakan sosiolog
termasuk teori pilihan rasional untuk menjelaskan tindakan intensional
(bertujuan). Metode tersebut digunakan dalam penelitian-penelitian yang
difokuskan pada bagaimana tindakan individual bertujuan tidak saja
![Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian …eprints.umm.ac.id/44351/3/jiptummpp-gdl-danariyana-50751... · 2019. 2. 18. · penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai.](https://reader033.fdocument.pub/reader033/viewer/2022053115/6092bbd6b317153f761b9915/html5/thumbnails/17.jpg)
34
berdampak sesuai yang diharapkan, tetapi juga yang berdampak tidak
diinginkan atau tidak diantisipasi sebelumnya.
Teori pilihan rasional sebagaimana teori sosiologi mikroskopik lain
berpusat pada aktor sebagai salah elemen kunci teori. Elemen lainnya adalah
sumber daya. Seorang aktor dalam teori pilihan rasional diasumsikan memiliki
maksud atau tujuan (intensional) dalam setiap tindakannya. Tidak ada
tindakan yang tidak bertujuan. Selain itu aktor juga diasumsikan selalu
mempunyai kerangka preferensi (kerangka pilihan) yang bersifat relatif tetap
atau stabil. Pilihan yang dibuat buat aktor berdasarkan kerangka preferensi
tersebut. Dalam teori pilihan rasional, individu dilihat sebagai sangat rasional,
mampu melakukan yang terbaik untuk memuaskan keinginannya. (Sindung,
2012:202)