BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tilawah Al Qur’anrepository.ump.ac.id/1629/3/BAB II_TITIN...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tilawah Al Qur’anrepository.ump.ac.id/1629/3/BAB II_TITIN...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tilawah Al Qur’an
1. Pengertian Tilawah Al Qur’an
Tilawah Al Qur‟an adalah membaca ayat suci Al Qur‟an dengan
baik dan benar (tartil, menampakkan huruf-hurufnya dan berhati-hati
melafadzkannya) (Abdul Aziz, 2011: 11-12), biasanya dimulai dari surat
al Fatihah sampai dengan surat an Naas.
Membaca Al Qur‟an merupakan satu kemuliaan yang diberikan
Allah SWT kepada umat manusia, khususnya umat Islam. Karena itu,
sudah seharusnya seorang muslim mempunyai kewajiban-kewajiban
khusus untuk menjaga keutuhan Al Qur‟an. Salah satunya yaitu dengan
membacanya sesuai dengan tuntunan ilmu tajwid.
Al Qur‟an adalah kalam Allah SWT, yang merupakan mu‟jizat
yang diturunkan atau diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW dari
permulaan surat al Fatihah sampai akhir surat an Naas dan membacanya
adalah ibadah (Nata, 1998:54-55).
Menurut Al Qattan (2004:15-17), menjelaskan bahwa kata Al
Qur‟an berasal dari kata: Qara‟a mempunyai arti mengumpulkan atau
menghimpun, dan qira‟ah menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu
dengan yang lain dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Al Qur‟an dan
qira‟ah yaitu masdar dari kata qara‟a, qira‟atan, qur‟anan yang berarti
bacaan.
7
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
8
Qur‟anah disini berarti qira‟atuhu (bacaannya atau cara
membacanya). Jadi kata itu adalah masdar menurut wazan (tasrif,
konjugasi) “fu‟lan” dengan vokal “u” seperti “gufran” dan “syukran”. Kita
dapat mengatakan qara‟atuhu, qur‟an, qira‟atan wa qur‟anan, artinya
sama saja. Di sini maqru‟ (apa yang dibaca) diberi nama Al Qur‟an
(bacaan) yakni penamaan maf‟ul dengan masdar.
Al Qur‟an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, sehingga Al Qur‟an menjadi nama khas
kitab itu, sebagai nama diri. Sebagian ulama menyebutkan bahwa
penamaan kitab ini dengan nama Al Qur‟an diantara kitab-kitab Allah
SWT itu karena kitab ini mencakup inti dari kitab-kitab-NYA, bahkan
mencakup inti dari semua ilmu. Sebagian ulama juga berpendapat bahwa
kata Al Qur‟an itu pada mulanya tidak berhamzah sebagai kata jadian,
mungkin karena ia dijadikan suatu nama bagi kalam yang diturunkan
kepada Nabi saw dan bukan kata jadian dari qara‟a atau mungkin ia
berasal dari kata qarana-asy-syai‟a bisy-syai‟i yang berarti
memperhubungkan sesuatu dengan yang lain, atau juga berasal dari kata
qara‟in (saling berpasangan) karena ayat-ayatnya satu dengan yang lain
saling menyerupai. Dengan demikian huruf nun itu asli. Namun pendapat
ini masih diragukan, yang benar adalah pendapat pertama (Ilyas, 2013:15).
Al Qur‟an memang sukar diberi batasan dengan definisi-definisi
logika yang mengelompokan segala jenis, bagian-bagian serta ketentuan-
ketentuannya yang khusus, sehingga definisi Al Qur‟an mempunyai
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
9
batasan yang benar-benar konkrit. Definisi yang konkrit untuk Al Qur‟an
adalah menghadirkannya dalam pikiran atau dalam realita seperti misalnya
kita menunjuk sebagai Al Qur‟an kepada yang tertulis di dalam mushaf
atau terbaca dengan lisan. Untuk itu kita katakan juga, Al Qur‟an ialah
bismillahir rahmannir rahim, al-hamdulillahi rabbil „alamin ...... sampai
dengan minal jinnati wannas.
Para ulama menyebutkan definisi Al Qur‟an yang mendekati
maknanya dan membedakannya dari yang lain dengan menyebutkan
bahwa: “Al Qur‟an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad yang pembacaannya merupakan suatu ibadah”.
Dalam definisi, “kalam” merupakan kelompok jenis yang meliputi segala
kalam. Dan dengan menghubungkannya kepada Allah SWT (kalamullah)
berarti tidak termasuk semua kalam manusia, jin dan malaikat (Al Qattan,
2004:15-17).
Al Qur‟an mempunyai nama yang bermacam-macam. Ada yang
menyebutnya berjumlah 55 nama. Ada pula yang mengatakan 90 nama.
Namun dari sekian banyak nama tersebut yang termasyhur hanya empat,
yaitu Al Qur‟an itu sendiri, al Kitab, al Furqan dan al Dzikr. Disamping
nama-nama tersebut tercantum dalam Al Qur‟an sendiri, penamaan itu
juga didasarkan atas alasan tertentu. Al Qur‟an dinamai Al Qur‟an karena
ia dibaca, pembacaannya adalah ibadah, dan orang yang membacanya
mendapat pahala (Nata, 1998:58-59).
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
10
Oleh karena itu, hal terpenting dalam kegiatan membaca Al Qur‟an
adalah rutinitas atau keajegan (keistiqamahan), yakni membacanya secara
berkesinambungan dan terus menerus (estafet). Allah swt berfirman, akan
memberikan penghargaan kepada orang-orang yang giat dan rutin
membaca Al Qur‟an.
آب آبد اىي خ تي خ قآئ و اىنتبة أ أ ا سا س ى
سجد و اىي
Artinya: “Mereka itu tidak sama; di antara ahli Kitab itu ada golongan
yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada
beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud
(sembahyang)”. (QS. Ali Imran: 113)
Pada ayat lain disebutkan,
اىنتبة تي ب آت اىر ث ىئل ؤ أ ت حق تال
اىخبسس ىئل فؤ نفس ث
Artinya: “Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya,
mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84],
mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar
kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi. [84]
Maksudnya: tidak merobah dan mentakwilkan Al Kitab
sekehendak hatinya.”(QS Al Baqarah: 121)
Untuk mengungkapkan kata “membaca” dua buah ayat tersebut
menggunakan kata dalam bentuk mudhari‟ (present tense), yaitu kata
“yatluuna” menunjukan makna terus menerus dan kesinambungan.
Dengan demikian, kegiatan membaca Al Qur‟an hendaknya dilakukan
secara rutin, terus menerus dan berkesinambungan.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
11
Dengan membaca Al Qur‟an secara rutin, suatu saat orang akan
khatam (tamat) Kitab Suci yang terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan 6666
ayat tersebut. setelah khatam, berangkat memulai lagi dan seterusnya agar
tidak putus. Disaat khatam, orang yang rutin membaca Al Qur‟an memiliki
doa yang ampuh. Akhirnya membaca Al Qur‟an perlu dijadikan aktifitas
dan konsumsi sehari-hari. Membaca adalah jembatan menuju pemahaman,
pengalaman, dan penerapan Al Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kegiatan membaca Al Qur‟an terdapat syiar agama Islam
(Syarifuddin, 2005: 48-49).
Al Qur‟an hendaklah dibacakan dengan bacaan yang baik, dengan
penuh perhatian, dengan memperhatikan adab-adab pada waktu
membacanya. Hendaklah sedapat-dapatnya memperhatikan isi ayat yang
dibacanya. Oleh karena itu tilawah Al Qur‟an dinamakan seutama-
utamanya dzikir, doa yang lebih utama dari segala doa (Aceh, 1996: 295).
Indikator tilawah Al Qur‟an dalam penelitian ini adalah: 1)
memperhatikan ilmu tajwid dalam membaca Al Qur‟an, 2) fashohah dalam
membaca Al Qur‟an, 3) motivasi dalam membaca Al Qur‟an, 4)
pemahaman dalam membaca Al Qur‟an, 5) suara/lagu dalam membaca Al
Qur‟an (Bahrudin, 2012).
2. Keutamaan Tilawah Al Qur’an
Syarifuddin (2004:45), menjelaskan bahwa seorang ulama besar
Ibnu Shalah penulis kitab Al Muqaddimah karya terbesar dibidang ilmu
hadits, mengatakan, “Membaca Al Qur‟an merupakan suatu kemuliaan
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
12
yang diberikan Allah SWT kepada umat manusia. Sesungguhnya para
malaikat tidak diberikan kemuliaan itu. Mereka amat merindukan
diberikan kemuliaan tersebut agar dapat mendengarkannya.”
Ungkapan Imam Ibnu Shalah menunjukan keutamaan dan nilai
lebih membaca Kitab Suci Al Qur‟an, paham artinya atau tidak paham,
dalam shalat atau di luar shalat, sendirian atau bersama-sama, di rumah
atau di masjid dan sebagainya. Al Qur‟an bagi kaum muslimin adalah
bacaan nomor satu dikala susah maupun senang. Ia adalah ibadah yang
utama untuk dipersembahkan kepada Allah SWT.
Al Qur‟anul karim adalah buku undang-undang yang memuat
hukum-hukum islam. Dia (Al Qur‟an) merupakan sumber yang
melimpahkan kebaikan dan hikmah, pada hati yang beriman. Al Qur‟an
merupakan sarana paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT dengan membacanya. Dalam hadits Abdullah bin Mas‟ud,
diriwayatkan dari Nabi SAW beliau bersabda: “Sungguh Al Qur‟an ini
adalah jamuan Allah, maka kalian terimalah jamuanNYA itu semampu
kalian. Sungguh Al Qur‟an itu adalah tali Allah, cahaya terang dan obat
yang bermanfaat, merupakan penjaga bagi orang yang membacanya,
penyelamat bagi orang yang berpegang kepadanya, penyelamat bagi
orang yang mengikutinya, tidak menyimpang menyebabkan tercela, tidak
bengkok sehingga menghendaki pembetulan, tak pernah habis keajaiban-
keajaibannya, tidak akan lenyap keagungan dan keindahannya lantaran
banyak diulang-ulang. Bacalah dia (Al Qur‟an)! Sungguh Allah akan
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
13
membalas kalian atas pembacaannya, setiap huruf dibalas dengan
sepuluh kebaikan. Ingat !aku tidak mengatakan kepada kalian alif lam
mim sebagai satu huruf, melainkan alif satu huruf, lam satu huruf, mim
satu huruf” (HR Hakim) (Soenarto, 2001: 79).
Al Qur‟an adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan
pertama ajaran agama Islam, menjadi petunjuk kehidupan umat manusia
diturunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu
rahmat yang tak ada taranya bagi alam.
Di dalamnya terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk,
pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempercayainya serta
mengamalkannya. Al Qur‟an adalah kitab suci yang terakhir diturunkan
Allah SWT, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syari‟at yang
terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu
setiap orang yang mempercayai Al Qur‟an akan bertambah cinta
kepadanya, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan
memahaminya serta pula untuk mengamalkannya sampai merata
rahmatnya dirasai dan dikecap oleh penghuni alam semesta.
Keutamaan orang yang membaca Al Qur‟an berbeda-beda sesuai
dengan perbedaan pemahaman dan kemampuan mengambil manfaat
mereka dengan Al Qur‟an. Setiap mukmin yakin, bahwa membaca Al
Qur‟an saja, sudah termasuk amal yang sangat mulia dan akan
mendapatkan pahala yang berlipat ganda, sebab yang dibacanya itu adalah
kitab suci Al Qur‟an adalah sebaik-baik bacaan bagi seorang mukmin,
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
14
baik dikala senang maupun dikala susah, dikala gembira ataupun dikala
sedih. Membaca Al Qur‟an tidak hanya menjadi amal ibadah tetapi juga
obat dan penawar bagi yang gelisah jiwanya.
Tentang keutamaan dan kelebihan membaca Al Qur‟an, Allah swt
berfirman:
ب أفقا ا اىصيبح أقب متبة اىي تي اىر إ
ت خ سج عيب سسا ب جبزح ى تجززشق
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah
dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki
yang kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam
dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan
yang tidak akan merugi.”(QS Fathir: 29)
Dalam sebuah hadits Rasulullah juga menerangkan bagaimana
besarnya rahmat Allah SWT terhadap orang-orang yang membaca Al
Qur‟an di rumah-rumah ibadah (masjid, mushola, surau dan lain-lain). Hal
ini dikuatkan oleh sebuah hadits shahih yang artinya sebagai berikut:
“Kepada kaum yang suka berjama‟ah di rumah-rumah ibadah, membaca
Al Qur‟an secara bergiliran dan ajar mengajarkannya terhadap
sesamanya, akan turunlah kepadanya ketenangan dan ketenteraman, akan
berlimpah kepadanya rahmat dan mereka akan di jaga oleh malaikat, juga
Allah akan selalu mengingat mereka” (HR Muslim dan Abu Hurairah).
Dengan hadits di atas nyatalah, bahwa membaca Al Qur‟an baik
mengerti artinya atau tidak, akan termasuk ibadah, amal sholeh dan
memberi rahmat serta manfaat bagi yang melakukannya, memberi cahaya
kepada hati yang membacanya sehingga terang benderang, juga memberi
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
15
cahaya kepada keluarga rumah tangga tempat Al Qur‟an itu dibaca (Umar
As Sunaidi, 2010:216-218).
Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari
Annas, Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kamu beri nur (cahaya)
rumah tanggamu dengan sembahyang dan dengan membaca Al Qur‟an!. “
Di dalam hadits yang lain lagi, Rasulullah saw menyatakan tentang
memberi cahaya rumah tangga Al Qur‟an itu. Dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Darul Quthni dari Annas Rasulullah memerintahkan:
“Perbanyaklah membaca Al Qur‟an di rumahmu, sesungguhnya di rumah
yang tidak ada orang membaca Al Qur‟an, akan sedikit sekali dijumpai
kebaikan di rumah itu dan akan banyak sekali kejahatan, serta
penghuninya selalu merasa sempit dan susah”.
Karena keutamaan membaca Al Qur‟an Rasulullah SAW
memberikan apresiasi, motivasi, dan sugesti untuk giat membacanya
berikut ini nilai keuntungan yang akan didapatkan dengan kegiatan
membaca Kitab Suci itu:
a. Nilai pahala. Kegiatan membaca Al Qur‟an per satu hurufnya dinilai
satu kebaikan dan satu kebaikan ini dapat dilipat gandakan hingga
sepuluh kebaikan.
b. Obat (terapi) jiwa yang gundah. Membaca Al Qur‟an buka saja amal
ibadah, namun juga bisa menjadi obat dan penawar jiwa yang gelisah,
pikiran kacau, nurani tidak tenang dan sebagainya. Allah SWT
berfirman,
ال صد ؤ خ ىي زح شفب ب اىقسآ صه
إال خسبزا اىظبى
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
16
Artinya: “Dan kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran
itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.” (QS Al Israa:82).
Hal ini sesuai dengan pernyataan para ulama ahli terapi.
Mereka menyebutkan salah satu obat hati yang utama adalah membaca
Al Qur‟an dengan khusyu‟ seraya merenungkan makna kandungannya.
Dalam ilmu jiwa (psikologi) modern dinyatakan bahwa berkomunikasi
dengan orang lain sangat efektif untuk mengurangi beban berat yang
ditanggung jiwa. Para psikolog menyarankan orang-orang yang
jiwanya tengah menanggung beban berat untuk berkmunikasi dengan
orang lain, bicara dari hati kehati agar terkurangi bebannya.
Sementara membaca Al Qur‟an ibarat komunikasi dengan
Allah SWT, dengan komunikasi itu orang yang membaca Al Qur‟an
jiwanya akan menjadi tenang dan tenteram.
c. Memberikan syafa‟at. Disaat umat manusia diliputi kegelisahan pada
hari kiamat, Al Qur‟an bisa hadir memberikan pertolongan bagi orang-
orang yang senantiasa membacanya di dunia. Sabda Rasulullah SAW,
“Bacalah Al Qur‟an karena sesungguhnya ia pada hari kiamat akan
hadir memberikan pertolongan kepada orang-orang yang
membacanya” (HR Muslim).
d. Menjadi nur di dunia sekaligus menjadi simpanan di akhirat. Dengan
membaca Al Qur‟an, muka seorang muslim akan ceria dan berseri-seri.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
17
Ia tampak anggun dan bersahaja karena akrab bergaul dengan Kalam
Tuhannya. Lebih jauh ia akan dibimbing oleh Kitab Suci itu dalam
meniti jalan kehidupan yang lurus. Selain itu diakhirat, orang yang
membaca Al Qur‟an akan bisa menjadi deposito besar yang
membahagiakan.
e. Malaikat turun memberikan rahmat dan ketenangan. Jika Al Qur‟an
dibaca, malaikat akan turun memberikan si pembaca itu rahmat dan
ketenangan. Seperti diketahui, ada segolongan malaikat yang khusus
ditugaskan untuk mencari majelis atau forum zikir dan membaca Al
Qur‟an. Jika malaikat menurunkan rahmat otomatis orang yang
membaca Al Qur‟an hidupnya akan selalu tenang, tenteram dan lain
sebagainya (Syarifudin, 2004: 46-48).
3. Fashohah (Ilmu Tajwid) Dalam Tilawah Al Qur’an
Pada umumnya fashohah diartikan kesempurnaan membaca dari
seseorang akan cara melafaklan seluruh huruf hijaiyah yang ada di dalam
Al Qur‟an. Jika seseorang itu mampu membaca Al Qur‟an dengan benar
sesuai pelafalannya maka orang tersebut dapat dikatakan fasih membaca
Al Qur‟an.
Sedangkan pengertian secara lebih luas adalah fashohah juga
meliputi penguasaan di bidang Al Waqfu wal Ibtida‟ dalam hal ini yang
terpenting adalah ketelitian akan harakat dan penguasaan kalimat serta
ayat-ayat yang ada di dalam Al Qur‟an.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
18
Dalam membaca Al Qur‟an agar dapat mempelajari membaca
dengan baik dan benar serta mampu memahami isi dan makna dari tiap
ayat Al Qur‟an yang kita baca, tentunya kita perlu mengenal, mempelajari
ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf ayat Al Qur‟an. Guna
tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah mengetahui panjang
pendek, melafazkan dan hukum membaca Al Qur‟an.
Hukum mempelajari ilmu tajwid secara teori adalah fardhu
kifayah, sedangkan hukum membaca Al Qur‟an sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid adalah fardhu „ain. Tujuannya agar menjaga lidah terhindar dari
kesalahan dalam membaca Al Qur‟an (Abdur Rauf, 2011: 11-14).
Oleh karena itu agar fasih (menampakan yang jelas dan terang)
ketika membaca Al Qur‟an harus memperhatikan beberapa istilah yang
dikenal dalam ilmu tajwid, diantaranya:
a. Makhorijul huruf, yakni tempat-tempat keluar masuknya huruf.
Dengan mengetahui makhorijul huruf dan ditopang dengan latihan
secara terus-menerus dalam mengucapkannya, maka akan dapat
memperlancar lidah dalam mengucapkan huruf dengan baik dan benar.
b. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan huruf, agar
huruf yang keluar dari mulut semakin sesuai dengan keaslian huruf-
huruf Al Qur‟an itu sendiri.
c. Ahkamul huruf, yakni hubungan antar huruf diantaranya:
1) Hukum lam jalalah
2) Hukum lam ta‟rif
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
19
3) Hukum bacaan ro‟
4) Hukum nun sukun dan tanwin
5) Hukum nun dan mim bertasydid
6) Hukum mim sukun
7) Hukum lam kerja
8) Hukum lam untuk huruf
9) Hukum idgham
10) Hukum qalqalah
d. Ahkamul mad wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam
melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al Qur‟an.
e. Ahkamul waqaf wal ibtida‟, yakni mengetahui huruf yang harus mulai
dibaca dan berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid.
f. Istilah-istilah dalam Al Qur‟an, yakni istilah atau ayat-ayatyang hanya
ada di surat-surat tertentu yang harus dikuasai, dengan mengkaji secara
khusus dalam rangka lebih menyempurnakan tilawah Al Qur‟an
(Kurnaedi, 2015: 18-90).
4. Fungsi dan Peranan Al Qur’an
Banyak ayat yang menjelaskan tentang fungsi dan peranan dirinya
bagi kehidupan umat manusia di dunia ini. Untuk mengetahui fungsi dan
peranan tersebut, seorang muslim dan mukmin dituntut memahami isi
kandungan Al Qur‟an.
Ketika Allah SWT menghendaki sesuatu, pasti memiliki makna.
Begitu juga dengan diturunkannya Al Qur‟an kepada manusia juga
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
20
memiliki fungsi dan peranan. Al Qur‟an mempunyai beberapa nama yang
sekaligus menunjukan fungsinya, diantaranya ada empat hal (Khusnaeni
dkk, 2011):
a. Al Qur‟an sebagai pedoman hidup manusia
Firman Allah Ta‟ala:
تق د ىي ت ف ذىل اىنتبة ال ز
Artinya: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa”(QS Al Baqarah:2)
Al Kitab secara bahasa berarti al-jam‟u (mengumpulkan),
menurut as Suyuthi (Ilyas, 2013:4), dinamai Al Kitab karena Al
Qur‟an mengumpulkan berbagai macam ilmu, kisah dan berita. Al
Qur‟an di samping dipelihara melalui lisan, juga dipelihara dengan
tulisan. Penamaannya dengan Al Qur‟an dan Al Kitab, dua nama yang
paling populer mengisyaratkan bahwa kitab suci Al Qur‟an haruslah
dipelihara melalui dua cara secara bersama yaitu melalui hafalan dan
tulisan.
Oleh karena itu, dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Al Qur‟an
sebagai pedoman hidup manusia dan tidak ada keraguan padanya,
maka manusia tidak akan tersesat selamanya. Al Qur‟an merupakan
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa agar selamat di dunia
maupun di akhirat. Al Qur‟an sebagai penjelas, pembeda, sumber
inspirasi bagi manusia dan lain-lain sebagaimana disebutkan sendiri
oleh Al Qur‟an.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
21
b. Al Qur‟an adalah ruh bagi orang-orang yang beriman. Allah SWT
menjelaskan dalam QS Asy Syuro 52 yang artinya:
“Dan Demikianlah kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran)
dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah
Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi
kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang kami tunjuki dengan dia
siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan
Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan
yang lurus.”
Dari ayat tersebut bahwa orang yang di dalam hatinya tidak ada
Al Qur‟an maka hatinya akan kosong. Sebagaimana tubuh kita
membutuhkan nutrisi, jika tubuh tidak ada asupan nutrisi maka akan
sakit. Begitu juga dengan ruh kita yang membutuhkan asupan nutrisi,
yaitu Al Qur‟an. Jika ruh kita tidak di beri asupan nutrisi maka akan
sakit dan manusia yang ruhnya sakit akan sulit di ajak melakukan
kebaikan dan sulit menerima nasehat.
c. Al Qur‟an sebagai peringatan
Allah SWT menurunkan Al Qur‟an untuk memberi peringatan
kepada manusia agar manusia senantiasa berada pada jalan yang benar
dan lurus. Firman Allah Ta‟ala:
نس ى أفؤت ب جبزك أصى را ذمس
Artinya: “Dan Al Quran Ini adalah suatu Kitab (peringatan) yang
mempunyai berkah yang Telah kami turunkan. Maka
mengapakah kamu mengingkarinya?” (QS Al Anbiya:50)
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
22
d. Al Qur‟an sebagai mukjizat
Al Qur‟an merupakan mukjizat terbesar yang Allah SWT
turunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang berlaku untuk seluruh
zaman dan umat manusia. Dari zaman Nabi Muhammad SAW sampai
nanti hari kiamat. Mukjizat Al Qur‟an terletak pada fashahah dan
balaghahnya, keindahan susunan dan gaya bahasanya serta isinya yang
tiada tara bandingannya. Al Qur‟an merupakan kitab penyempurna
bagi kitab-kitab terdahulu, yaitu Taurat, Zabur dan Injil. Jadi Al
Qur‟an merupakan kitab yang paling lengkap dan sempurna.
Firman Allah Ta‟ala yang artinya: “Dan kami Telah turunkan
kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa
yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu,
kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi
Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu,
Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang
Telah kamu perselisihkan”(QS Al Maidah:48)
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
23
Menurut Nata (1998:58-59), menjelaskan bahwa adapun nama-
nama Al Qur‟an yang juga menujukan fungsinya ada lima macam, yaitu:
a. Al Qur‟an
د را اىقسآ إ اىر ؤ جشس اى أق ىيت
أجسا مجسا ى اىصبىحبد أ ي ع
Artinya: “Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira
kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh
bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS Al
Israa:9)
Dinamai Al Qur‟an, karena kitab suci terakhir yang diturunkan
Allah SWT ini berfungsi sebagai bacaan sesuai dengan arti kata
Qur‟an itu sendiri.
b. Al Kitab
ذىل تق د ىي ت ف اىنتبة ال ز
Artinya: “Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”(QS Al Baqarah: 2)
Al Kitab secara bahasa berarti al-jam‟u (mengumpulkan),
menurut as Suyuthi (Ilyas, 2013:4), dinamai Al Kitab karena Al
Qur‟an mengumpulkan berbagai macam ilmu, kisah dan berita. Al
Qur‟an di samping dipelihara melalui lisan, juga dipelihara dengan
tulisan. Penamaannya dengan Al Qur‟an dan Al Kitab, dua nama yang
paling populer mengisyaratkan bahwa kitab suci Al Qur‟an haruslah
dipelihara melalui dua cara secara bersama yaitu melalui hafalan dan
tulisan.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
24
c. Al Furqan
ر ىيعبى ن ى عي عجد ساتجبزك اىر صه اىفسقب
Artinya: “Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al
Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam” (QS Al Furqan:1)
Al Furqan mashdar dari kata faraqa, dalam wazan fu‟lan,
mengambil bentuk shifat musyabahah dengan arti „yang sangat
memisahkan‟. Dinamai demikian karena Al Qur‟an memisahkan
dengan tegas antara haq dan bathil, antara benar dan salah dan antara
baik dan buruk.
d. Adz Dzikr
ىحبفظ إب ى صىب اىرمس إب ح
Artinya:“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (QS Al
Hijr:9)
Adz Dzikr artinya ingat, mengingatkan. Dinamai Adz Dzikr
karena kitab suci ini terdapat pelajaran dan nasehat dan kisah umat
yang masa lalu.
e. At Tanzil
ىتصو زة اىعبى إ
Artinya: “Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan
oleh Tuhan semesta Alam”(QS Asy Syu‟ara: 192)
At Tanzil artinya yang benar-benar diturunkan. Dinamai
demikian karena Al Qur‟an adalah kitab suci yang diturunkan oleh
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
25
Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril
(Ilyas, 2013:20-22).
Nama-nama tersebut setelah dijelaskan di atas, ternyata
menggambarkan keluaran fungsi, kandungan dan kedudukan Al
Qur‟an, yaitu sebagai bacaan pemisah antara yang hak dan bathil,
tulisan dan peringatan bagi manusia. Nama-nama tersebut tidak
dijumpai sebagai mana pada kitab lainnya.
5. Adab Ketika Membaca Al Qur’an
Al Qur‟an sebagai kitab suci, wahyu Ilahi mempunyai adab
tersendiri bagi orang yang membacanya. Adab itu sudah diatur dengan
sangat baik, untuk penghormatan dan keagungan Al Qur‟an tiap-tiap orang
harus berpedoman kepadanya dalam mengerjakannya.
Siapa yang berkata dengan ayat-ayat Al Qur‟an berarti ia telah
berkata benar, siapa yang memutuskan hukum dengannya berarti ia telah
berlaku adil, serta yakin bahwa para pembaca Al Qur‟an adalah keluarga
Allah SWT dan orang-orang khusus-NYA. Iman seorang muslim akan
bertambah dengan keagungan, kesucian dan kemuliaan kitab Allah SWT
yang terdapat dalam keutamaanya. Oleh karena itu, seorang muslim harus
menghalalkan apa yang dihalalkan dan mengharamkan apa yang telah
diharamkan Al Qur‟an, serta berpegang terhadap adab-adabya dan
berakhlak dengan akhlaknya (Jabir, 2009:135). Dengan demikian, ketika
membacanya ia akan berpegang dengan adab-adab berikut:
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
26
a. Membacanya dalam keadaan yang paling sempurna, bersih setelah
berwudhu, menghadap kiblat, duduk dengan sopan dan tenang serta
berada di tempat yang bersih.
Rasulullah SAW ketika sedang memenuhi hajat dan seseorang
mengucapkan salam kepadanya, beliau tidak menjawab salam itu.
Beliau baru menjawab ketika keluar dari tempat memenuhi hajat itu.
Alasan beliau, salam adalah dzikir yang tidak sepatutnya dilakukan di
tempat yang tidak bersih. Sedangkan sebaik-baik dzikir adalah
membaca Al Qur‟an, otomatis tempatnya menuntut harus lebih bersih.
b. Membacanya dengan tartil, tidak terburu-buru
Membaca Al Qur‟an termasuk ibadah dan karenanya harus
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Sikap memperbaiki bacaan
Al Qur‟an dengan menata huruf sesuai dengan tempatnya merupakan
suatu ibadah, sama halnya meresapi, mamahami, dan mengamalkan isi
kandungan Al Qur‟an merupakan suatu ibadah. Tidak terburu-buru
ketika membacanya, karena Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang
membaca Al Qur‟an (sampai khatam) dalam waktu kurang dari tiga
malam ia tidak dapat memahaminya”(HR Tirmidzi) (Jabir, 2009:137).
c. Senantiasa khusyu‟ saat membacanya, menampakan rasa sedih,
menangis atau berusaha untuk menangis jika tidak bisa menangis.
d. Memperbagus suaranya. Sebagaimana sabda Nabi SAW: “Hiasilah Al
Qur‟an dengan suaramu” (HR Bukhari) (Jabir, 2009:137).
Agar rasa keagungan Al Qur‟an lebih dapat merasuk ke dalam
jiwa, ditekankan membaca Al Qur‟an dengan suara yang bagus, indah,
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
27
dan enak yang dimiliki masing-masing orang. Rasulullah bersabda:
“Hiasilah Al Qur‟an itu dengan suaramu” (HR Ibnu Hibban).
Melagukan Al Qur‟an dengan suara yang bagus hukumnya dianjurkan,
selama tidak melanggar ketentuan-ketentuan dan tatacara membaca
sebagaimana telah ditetapkan dalam ilmu qiraat dan tajwid, seperti
menjaga panjang pendeknya, harakatnya, dan sebagainya. Pola lagu
seperti inilah yang dikehendaki dalam kandungan hadits (Syarifuddin,
2004: 90).
e. Melirihkan bacaannya jika khawatir dirinya berbuat riya atau sum‟ah
atau mengganggu orang yang sedang sholat, karena telah diriwayatkan
dari Nabi: “Orang yang membaca Al Qur‟an dengan suara yang keras
itu seperti orang yang memberikan sedekah secara terang-terangan”
(Jabir, 2009: 138).
f. Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Qur‟an,
disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran
tentang ayat-ayat dibacanya serta tidak melalaikannya.
تسح أصتا ىعين عا ى فبست إذا قسئ اىقسآ
Artinya: “Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat
rahmat.”(QS Al A‟raf:204).
g. Bersungguh-sungguh dalam menerapkan sifat-sifat ahli Al Qur‟an
yang merupakan ahli Allah SWT dan orang-orang khusus-NYA,
berusaha untuk memiliki ciri-ciri mereka.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
28
Sebagaimana perkataan Abdullah bin Mas‟ud, “Sudah selayaknya
bagi pembaca Al Qur‟an untuk mengenal malam harinya ketika orang-
orang sedang tidur, dan siangnya ketika orang-orang sedang tidak
berpuasa, dan tangisannya ketika orang-orang tertawa, dn wara‟nya
ketika orang-orang mencampur adukkan antara kebaikan dan keburukan,
dan sikap diamnya ketika orang-orang berbicara panjang lebar, dan
kekhusyukannya ketika orang-orang bersikap pura-pura, serta perasaan
sedihnya ketika orang-orang merasa senang dan gembira” (Jabir, 2009:
136-139).
6. Pengaruh Al Qur’an Terhadap Jiwa Manusia
Shihab (2003:231-238), menjelaskan bahwa dalam literatur
keagamaan dan sejarah ditemukan riwayat-riwayat yang dapat menjadi
bukti adanya pengaruh tersebut, seperti kisahnya sahabat Umar bin
Khathab dan Al Walid bin Mughiroh, yang bergetar jiwanya ketika
dibacakan ayat suci Al Qur‟an.
Beberapa ulama menjadikan kasus dua sahabat tersebut dan yang
semacamnya sebagai bukti adanya pengaruh psikologis bagi pendengar
dan pembaca ayat-ayat Al Qur‟an, bahkan menjadikan hal tersebut sebagai
salah satu aspek kemukjizatannya. Memang, tidak disangkal bahwa ayat-
ayat Al Qur‟an mempunyai pengaruh psikologis terhadap orang yang
beriman.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
29
Banyak sekali faedah yang akan didapat ketika membaca Al
Qur‟an, salah satunya adalah Al Qur‟an dapat dijadikan sebagai obat (asy-
syifa). Banyak orang mencari ketenangan diluar sana untuk menenangkan
jiwanya. Gangguan kepribadian ini disebabkan adanya serangkaian
tingkah laku yang menyimpang dari fitrah manusia yang telah ditetapkan
Allah SWT. Penyimpangan tersebut yang menyebabkan penyakit dalam
jiwa seseorang, yang apabila mencapai puncaknya maka akan
mengakibatkan terkuncinya atau kematian hati (qalbu). Banyak orang
yang lupa akan adanya obat yang sangat mujarab bagi penyakitnya itu. Al
Qur‟an dapat dijadikan obat dengan cara membacanya dengan disertai
pemaknaan. Ia dapat memberi ketenangan terhadap jiwa.
Al Qur‟an sebagai mukjizat dapat memberikan ketenangan
tersendiri bagi jiwa yang dilanda kesedihan dan penyakit-penyakit lainnya.
Dengan membaca dan memaknai, ketenangan itu akan hadir di dalam jiwa.
Al Qur‟an dapat membawa manusia kepada jiwa yang terang, dan Al
Qur‟an juga merupakan cakupan makanan bagi hati dan jiwa. Segala
penyakit datangnya dari hati manusia. Dan penyakit hati dapat
disembuhkan melalui terapi Al Qur‟an. Dengan jalan menjadikan Al
Qur‟an sebagai bacaan ritun setiap hari, hati akan terasa lebih tenang.
Al Lahim (2015: 53-55), menjelaskan bahwa kondisi jiwa dan hati
seseorang yang telah tumbuh di dalamnya rasa cinta terhadap Al Qur‟an:
a. Tidak merasa jemu dan bosan apabila dekat dengan Al Qur‟an dengan
intensitas yang panjang.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
30
b. Rindu akan Al Qur‟an, terutama jika telah sekian waktu berpisah
dengannya.
c. Mentaati Al Qur‟an, baik itu perintah maupun larangannya.
d. Merasa tenang, karena Al Qur‟an dijadikan pedoman hidup dalam
kehidupan sehari-hari, senantiasa merujuk kepadanya tatkala
menghadapi berbagai persoalaan yang kecil maupun yang besar.
B. Kesiapan Belajar
1. Pengertian Kesiapan Belajar
Dalam aktivitas kegiatan manusia sehari-hari hampir tidak pernah
terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan
aktivitas sendiri, maupun di dalam suatu kelompok tertentu. Dipahami
ataupun tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam
kehidupan sehari-hari kita merupakan kegiatan belajar. Dengan demikian
dapat kita katakan, tidak ada ruang dan waktu dimana manusia dapat
melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, dan itu berarti pula bahwa
belajar tidak dibatasi usia, tempat maupun waktu, karena perubahan yang
menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah terhenti.
Kesiapan belajar atau readiness menurut Jamies Drever (Slameto,
2013:59) adalah: Preparedness to respond or react. Kesiapan adalah
kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul
dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,
karena kematangan berarti kesiapan untk melaksanakan kecakapan.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
31
Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa
belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih
baik.
Menurut Slameto (2013:113), kesiapan belajar adalah kondisi
seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di
dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu
saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi repons.
Kondisi mencakup setidak-tidaknya 3 aspek, yaitu:
a) Kondisi fisik, mental dan emosional
b) Kebutuhan-kebutuhan, motif dan tujuan
c) Keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah
dipelajari
Ketiga aspek tersebut (yang dimiliki seseorang) akan
mempengaruhinya untuk memenuhi/berbuat sesuatu atau jadi
kecenderungan untuk berbuat sesuatu. Dalam kondisi fisik tersebut tidak
termasuk kematangan, walau kematangan termasuk kondisi fisik. Kondisi
fisik yang dimaksud misal kondisi fisik yang temporer (lelah, keadaan, alat
indera daln lain-lain) dan yang permanen (cacat tubuh). Kondisi mental
mencakup kecerdasan. Anak yang berbakat (yang diatas normal)
mmungkinkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang lebih tinggi. Kondisi
emosional juga mempengaruhi kesiapan untuk berbuat sesuatu, hal ini
karena ada hubungannya dengan motif (insentif positif, insentif negatif,
hadiah, hukuman) dan itu akan berpengaruh terhadap kesiapan untuk
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
32
belajar. Hubungan antara kebutuhan, motif, tujuan dan readiness, adalah
sebagai berikut ini:
a) Kebutuhan ada yang disadari dan ada yang tidak disadari
b) Kebutuhan yang tidak disadari akan mengakibatkan tidak adanya
dorongan untuk berusaha
c) Kebutuhan mendorong usaha, dengan kata lain timbul motif
d) Motif tersebut diarahkan ke pencapaian tujuan
Kebutuhan yang disadari mendorong usaha/membuat seseorang
siap untuk berbuat, sehingga jelas ada hubungannya dengan kesiapan.
Kebutuhan akan sangat menentukan kesiapan belajar. Anak sebelum
mempelajari permulaan ia belum siap untuk belajar yang berikutnya,
sehingga ada prasyarat dan kosyarat dalam belajar.
2. Prinsip-Prinsip Kesiapan Belajar
Aunurrahman (2010:113), menjelaskan bahwa dalam proses
pembelajaran guru dituntut untuk untuk mampu mengembangkan potensi-
potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong terwujudnya
perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu
proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalagi
dalam waktu yang singkat. Meskipun demikian, indikator terjadinya
perubahan kearah perkembangan peserta didik dapat dicermati melalui
instrumen-instrumen pembelajaran yang dapat digunakan guru. Oleh
karena itu seluruh proses dan tahapan pembelajaran harus mengarah pada
upaya mencapai perkembangan potensi-potensi anak tersebut.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
33
Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran
terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka
pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang
benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar.
a. Semua aspek perkembangan berinteraksi saling pengaruh-
mempengaruhi.
b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh
manfaat dari pengalaman.
c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap
kesiapan.
d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode
tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan
(Slameto, 2010: 115).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Belajar
Kesiapan pada dasarnya merupakan kemampuan fisik maupun
mental untuk belajar disertai harapan keterampilan yang dimiliki dan latar
belakang untuk mengerjakan sesuatu, keberhasilan belajar siswa
ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ada dua faktor
yang mempengaruhi kesiapan belajar siswa, yaitu faktor fisik dan psikis.
Kesiapan fisik itu sama halnya dengan kesiapan secara jasmani, (Slameto
2013:54) faktor jasmaniah terdapat dua faktor yaitu:
a. Faktor Fisik
1) Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
34
berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan
terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia
akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah ataupun ada gangguan-gangguan lainnya.
Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah
mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara
selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar,
istirahat, makan, tidur, olahraga dan ibadah.
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik
atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Cacat itu dapat
berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah
tangan dan lain sebagainya. Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga
terganggu, jika hal ini terjadi hendaknya ia belajar pada lembaga
pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat
menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu.
Kesiapan fisik yang dimaksud dalam penelitian ini hanya
ditinjau dari sisi kesehatan karena diasumsikan semua siswa
memiliki tubuh atau badan yang normal.
b. Faktor Psikis
Kesiapan psikis sama halnya dengan kesiapan mental.
Sedangkan kesiapan mental dapat dilihat dari segi psikologi siswanya.
Menurut Slameto (2013:55-61), dalam faktor psikologi sekurang-
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
35
kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologi
yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan. Faktor-
faktornya adalah sebagai berikut:
1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis
yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam
situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,
mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Inteligensi
besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang
sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan
lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang
rendah.
2) Perhatian
Perhatian menurut Ghazali (dalam Slameto, 2013:56)
adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata
tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau sekumpulan
obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya,
jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah
kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
36
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang
diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai
dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena
perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan
belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat
selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh
kepuasan.
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa,
siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada
daya tarik baginya. Minat dalam penelitian ini ditinjau dari: 1)
keseriusan siswa dalam belajar, 2) ketertarikan siswa dalam
belajar, 3) keaktifan siswa dalam pembelajaran.
4) Bakat
Bakat atau aptitude menurut Hilgard (Slameto, 2013:57)
adalah:“the capacity to learn”. Dengan perkataan lain bakat adalah
kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Bahwa
bakat mempengaruhi belajar. Dalam penelitian ini bakat dilihat
dari: 1) kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran, 2)
kesiapan siswa ketika diuji mengerjakan soal setiap saat.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
37
5) Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak,
akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat sedangkan
yang menjadi sebab berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya
penggerak/pendorong.
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat
mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya
mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian,
merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang
berhubungan/menunjang belajar. Motif-motif diatas dapat juga
ditanamkan kepada diri siswa dengan cara memberikan latihan-
latihan, kebiasaan-kebiasaan yang kadang-kadang juga dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan. Motif bisa berasal dari luar maupun dari
dalam diri, namun motif dari dalam diri jauh lebih penting karena
mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Dalam penelitian
ini motif ditinjau dari: 1) kemampuan siswa untuk membangkitkan
semangat pada diri sendiri, 2) adanya dorongan dari luar berupa
lingkungan belajar yang mendukung.
6) Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan
tetapi dapat dibedakan menadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani
dan kelelahan rohani (bersifat psikis).
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
38
Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan
jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran
di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-
bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada
bagian kepala dengan pusing-pusing sehingga sulit untuk
berkosentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja.
Kelelahan rohani dapat terjadi terus-menerus memikirkan masalah
yang dianggap berat tanpa istirahat, mengerjakan sesuatu karena
terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya.
Kesiapan meteril pada dasarnya sama dengan sarana
pembelajaran. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:249) sarana
pembelajaran meliputi, buku pelajaran, buku bacaan, alat dan
fasilitas sekolah serta berbagai media pembelajaran yang lain.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesiapan belajar yaitu
saran yang diperlukan siswa sebelum memulai pembelajaran
meliputi alat tulis dan buku pelajaran.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, kesiapan
belajar adalah kondisi-kondisi yang membuat kesediaan siswa
untuk menghadapi segala sesuatu dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan tertentu. Adapun aspek yang ditinjau yaitu
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
39
kesiapan fisik (kesehatan dan cacat tubuh), kesiapan psikis
(kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motif dan kelelahan) dan
kesiapan materil (alat tulis dan buku pelajaran).
C. Penelitian Terdahulu
Skripsi karya Mey Abdullah (2010) dengan judul: Peningkatan
Kesiapan Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII B SMP
Gunungkati Purwokerto Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numeren Heads Together). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan dalam 3 siklus setiap siklus terdiri dari tiga kali
pertemuan. Berdasarkan hasil penelitian kesiapan belajarsiswa siklus I
diperoleh nilai rata-rata 57,77, pada siklus II diperoleh rata-rata 73,20, dan
pada siklus III diperoleh rata-rata 81,97. Sedangkan untuk prestasi belajar
matematika pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 62,05 dengan
presentase ketuntasan belajar sebesar 61,36% , pada siklus II diperoleh nilai
rata-rata sebesar 71,82 dengan presentase ketuntasan belajar sebesar 79,55%
dan pada siklus III diperoleh nilai rata-rata sebesar 79,32 dengan presentase
ketuntasan belajar sebesar 88,64%. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan kooperatif tipe NHT
dapat meningkatkan kesiapan belajar dan prestasi belajar matematika siswa
kelas VIII B SMP Gunungjati Purwokerto tahun pelajaran 2009/2010.
Skripsi karya Mardiyah (2012) dengan judul: Pengaruh Intensitas
Membaca Al Qur‟an Terhadap Pergaulan Siswa Kelas VII MTs Sudirman
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
40
Kopeng Kecamatan Getasang Kabupaten Semarang menyimpulkan bahwa
hasil penelitian menunjukan intensitas membaca Al Qur‟an siswa yang berada
pada kategori baik adalah 70,58%, kategori sedang 29,42% dan kategori
kurang adalah 0%. Pergaulan siswa yang berada pada kategori baik mencapai
61,76%, kategori sedang 38,24%dan kategori kurang adalah 0%. Dari data
kuantitatif tersebut dapat disimpulkan bahwa intensitas membaca Al Qur‟an
memiliki pengaruh terhadap pergaulan siswa dengan kategori tinggi yaitu nilai
“r” yang diperoleh adalah sebesar 0,788 berada pada batas signifikan 1% dan
5%. Analisis datanya menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan
rumus korelasi product moment.
Skripsi karya Ahmad Wahid Abdillah (2010) dengan judul: Pengaruh
Kesiapan Belajar Terhadap Hasil Pembelajaran Bahasa Arab Kajian Kitab Ibnu
Aqil Di Kelas Alfiyah II Pondok Pesantren Al Luqmaniyah Yogyakarta Tahun
Akademik 2014/2015.Skripsi tersebut menyimpulkan bahwa hasil penelitian
menunjukan bahwa besarnya nilai rata-rata pada variabel kesiapan belajar
santri adalah 49,29, sedangkan besarnya nilai rata-rata pada variabel hasil
belajar bahasa arab santri yang berupa ujian tertulis adalah 74,52 dan yang
berupa ujian lisan adalah 1791,45. Dari hasil analisis korelasi product moment
diperoleh nilai koefisienkesiapan belajar adalah 0,499 dengan nilai signifikan
0,004 berarti terdapat korelasi yang positif dan signifikan antara kesiapan
belajar terhadap hasil belajar bahasa arab kajian kitab Ibnu Aqil di kelas
Alfiyah II pondok pesantren Al Luqmaniyah Yogyakarta tahun akademik
2014/2015. Sedangkan dari hasil regresi linier dapat diketahui besarnya
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
41
koefisiensideterminasi yaitu 0,249, hal ini mengandung pengertian bahwa Pengaruh
Kesiapan Belajar Terhadap Hasil Pembelajaran Bahasa Arab Santri Kelas
Alfiyyah kelas II Pondok Pesantren Al Luqmaniyah Yogyakarta adalah
24,9%.
Kesimpulan dari tiga skripsi terdahulu dibandingkan dengan penelitian
ini adalah:
1. Pada skripsi karya Mey Abdullah (2010) dengan judul: Peningkatan
Kesiapan Belajar dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII B
SMP Gunungkati Purwokerto Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
(Numeren Heads Together).
a) Penelitian tersebut meneliti tentang peningkatan kesiapan belajar dan
prestasi belajar matematika siswa kelas VIII B SMP Gunungjati
melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numered Heads Together).
Sedangkan pada penelitian ini penulis meneliti tentang hubungan
antara rutinitas tilawah Al Qur‟an dengan kesiapan belajar siswa kelas
IX MTs Muhammadiyah Wangon tahun pelajaran 2016/2017
b) Penelitian tersebut merupakan penelitian tindakan kelas, sedangkan
pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif.
2. Skripsi karya Mardiyah (2012) dengan judul: Pengaruh Intensitas
Membaca Al Qur‟an Terhadap Pergaulan Siswa Kelas VII MTs Sudirman
Kopeng Kecamatan Getasang Kabupaten Semarang.
a) Penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh intensitas membaca Al
Qur‟an terhadap pergaulan siswa kelas vii mts sudirman kopeng
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017
42
kecamatan getasang kabupaten Semarang. Sedangkan pada penelitian
ini penulis meneliti tentang hubungan antara rutinitas tilawah Al
Qur‟an dengan kesiapan belajar siswa kelas IX MTs Muhammadiyah
Wangon tahun pelajaran 2016/2017.
b) Penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh intensitas membaca Al
Qur‟an, sedangkan pada penelitian ini penulis meneliti tentang
hubungan antara rutinitas tilawah Al Qur‟an.
3. Skripsi karya Ahmad Wahid Abdillah (2010) dengan judul: Pengaruh
Kesiapan Belajar Terhadap Hasil Pembelajaran Bahasa Arab Kajian
Kitab Ibnu Aqil Di Kelas Alfiyah II Pondok Pesantren Al Luqmaniyah
Yogyakarta Tahun Akademik 2014/2015.
Penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh kesiapan belajar terhadap
hasil pembelajaran bahasa arab kajian kitab ibnu aqil di kelas alfiyah ii
pondok pesantren al luqmaniyah Yogyakarta tahun akademik 2014/2015.
Sedangkan pada penelitian ini, penulis meneliti tentang hubungan antara
rutinitas tilawah Al Qur‟an dengan kesiapan belajar siswa kelas IX MTs
Muhammadiyah Wangon tahun pelajaran 2016/2017.
Hubungan Antara Tilawah…, Titin Setiyawati, Fakultas Agama Islam UMP, 2017