BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. · Pengertian belajar menurut beberapa pakar Dimyati ......
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. · Pengertian belajar menurut beberapa pakar Dimyati ......
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Dalam kehiduapan manusia sehari-hari tidak akan lepas dari
kegiatan belajar, baik dalam melaksanakan kegiatan individu maupun saat
melaksanakan aktivitas kelompok. Semua yang dilakukan dalam kegiatan
dan aktivitas yang dilakukan sehari-hari tanpa disadari adalah merupakan
kegiatan belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak ada ruang
dan waktu manusia dapat melepaskan dirinya dari kegiatan belajar, itulah
alasan belajar tidak mengenal batasan usia, tempat, maupun waktu, karena
perubahan yang menuntut terjadinya aktivitas belajar itu juga tidak pernah
behenti.
Pengertian belajar dapat kita temukan dalam beberapa sumber
atau literatur. Meskipun kita dapat menemukan perbedaan di dalam
rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun
secara prinsip akan kita temukan persamaanya. Berikut ini pengertian
belajar menurut para ahli yang di kutip Aunurrahman (2012: 35) antara
lain:
(1) Menurut Borton, pengertian belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkunganya.
(2) Menurut H.C. Witherington, mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian.
(3) Menurut James O. Whittaker mengemukakan bahwa bejar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
(4) Menurut Abdillah (2002), belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melelui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengertian belajar menurut beberapa pakar Dimyati dan Mudjiono
(2009: 9) yaitu:
(1) Menurut Skinner berpandangan bahwa, belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
(2) Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
(3) Belajar menurut pandangan Piaget, bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan tersebut mengalami perubahan.
(4) Belajar menurut Rogers berpendapat praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafal pelajaran.
Banyak sekali pengertian belajar, karena belajar sangat luas ruang
lingkupnya tidak dibatasi ruang maupun waktu dapat terjadi dimanapun
dan kapanpun. Sehingga dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku, belajar merupakan proses
karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai, belajar
merupakan pengalaman, belajar juga merupaan aktivitas pada diri
seseorang yang disadari dan disengaja, dan belajar merupakan interaksi
individu dengan lingkunganya.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip dasar belajar yang dilakukan oleh seorang guru agar
terjadi proses belajar bagi siswa, sehingga proses pembelajaran yang
dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip belajar juga
memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan guru agar
para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
sesuai dengan pernyataan Aunurrahman (2012: 113), (mengutip simpulan
Davies, 1991) bahwa beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar
bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1) Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri, tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
(2) Setiap murid belajar menurut tempo (kecepatanya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecapatan belajar.
(3) Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).
(4) Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
(5) Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
c. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut makna berarti proses, cara, perbuatan
mempelajari. Pembelajaran berpusat pada peserta didik dan pembelajaran
adalah dialog interaktif. Proses pembelajaran mempunyai tujuan agar
siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan, dan untuk
mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran perlu dirancang secara
sistematik. Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 30) mengemukakan
proses mencari kebenaran, menggunakan
kebenaran dan mengembangkannya untuk kepentingan pemenuhan
kebutuhan hidup manusia, khususnya yang berhubungan dengan upaya
merubah perilaku, sikap, pengetahuan, dan pemaknaan terhadap tugas-
tugas selama hidupnya : 34) bahwa :
Pembelajaran berupaya mengubah masukan berupa siswa yang belum terdidik, menjadi siswa yang terdidik, siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu, menjadi siswa yang memiliki pengetahuan. Demikian pula siswa yang memiliki sikap , kebiasaan atau tingkah laku yang belum mencerminkan eksistensi dirinya sebagai pribadi yang baik dan positif menjadi siswa yang memiliki sikap, kebiasaan dan tingkah laku yang baik.
Berdasarkan pernyataan diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah proses yang sengaja direncanakan dan
dilakukan untuk memungkinkan terjadinya aktivitas belajar individu untuk
mencapai tujuan belajar, yang dari semula tidak memiliki pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjadi memiliki pengetahuan, yang semula belum terdidik menjadi
terdidik.
d. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran, terutama dalam tahap perencanaan,
prinsip-prinsip pembelajaran dapat memberikan batas-batas yang
memungkinkan bagi guru dalam proses pelaksanaannya. Pengetahuan
tentang teori dan prinsip-prinsip pembelajaran dapat memberikan
kemudahan bagi guru dalam memilih tindakan pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Dengan mengetahui prinsip-prinsip
pembelajaran, guru memiliki sikap dan mampu mengembangkannya
dalam rangka peningkatan kualitas belajar siswa.
Menurut Daryanto dan Muljo Rahardjo (2012: 30) ada beberapa
prinsip yang perlu dikuasai dan dikembangkan guru dalam upaya
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran, yaitu:
1) Perhatian dan Motivasi
Perhatian adalah memusatkan pikiran dan perasaan emosional
secara fisik dan psikis terhadap seseautu yang menjadi pusat
perhatian. Perhatian akan muncul dari diri siswa apabila pelajaran
yang diberikan merupakan bahan pelajaran yang menarik dan
dibutuhka oleh siswa. Siswa yang memiliki minat terhadap materi
pelajaran tertentu, biasanya akan lebih intensif memperhatikan dan
selanjutnya timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari
materi tersebut. Motivasi berhubungan erat dengan minat, siswa
yang memiliki minat lebih tinggi pada suatu mata pelajaran
cenderung memiliki lebih perhatian yang lebih terhadap mata
pelajaran tersebut akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi
dalam belajar.
2) Keaktifan
Kecenderungan psikologi saat ini menyatakan bahwa anak adalah
makluk yang aktif. Anak memiliki dorongan untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sesuatu, memiliki kemauan dan keinginan. Seseorang yang belajar
tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya aknan mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
3) Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Prinsip ini berhubungan dengan prinsip aktivitas, bahwa setiap
individu harus terlibat secara langsung untuk mengalaminya.
Pendekatan pembelajaran yang mampu melibatkan siswa secara
langsung akan menghasilkan pembelajaran yang lebih efektif
sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran.
4) Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan barangkali
yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh psikologi daya.
Menurut teori ini belajar adalah melatih daya daya yang ada pada
manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingati,
mengkhayal, merasakan, berfikir, dan sebagainya. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya daya tersebut berkembang.
Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka
daya daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan
pengulangan akan menjadi senpurna.
5) Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang harus
dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut siswa dhadapkan kepada
sejumlah hambatan/tantangan, yaitu mempelajari materi/bahan
belajar. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga
memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar lebih giat dan
sugguh sungguh. Penguatan positif atau negatif juga akan
menantang siswa dan dapat menimbulkan motif belajar untuk
memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukuman yang tidak
diharapkan.
6) Balikan dan Penguatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siswa akan lebih semangat belajar, apabila mengetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Apalagi hasil yang baik merupakan
balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha
belajar selanjutnya.
7) Perbedaan Individual
Perbedaan individual dalam belajar, yaitu bahwa proses belajar
yang terjadi pada setiap individu berbeda satu dengan yang lain
baik secara fisik maupun psikis, untuk itu dalam proses
pembelajaran mengandung implikasi bahwa setiap siswa harus
dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan
selanjutnya mendapat pelakuan dan pelayanan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan siswa itu sendiri.
e. Hasil belajar
Hasil belajar akan dicapai apabila terjadi perubahan yang lebih
baik dari tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotor. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3) dikemukakan
dan ti
proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Sebagai guru penjas
hendaknya penilaian dalam proses pembelajaran juga patut diperhitungkan
disamping hasil akhir. Sedangkan Nana Sudjana (2005 : 39) menyatakan,
diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan yang dipengaruhi
oleh dua faktor dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa atau faktor
lingkungan, dimana siswa sebagai objek penilaian baik itu penilaian proses
maupun hasil akhir semua akan dibagi menjadi tiga ranah, yakni kognitif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
afektif dan psikomotor dan setiap ranah memiliki karakteristiknya masing
masing.
2. Senam Ketangkasan Lompat Kangkang
a. Pengertian Senam
Istilah senam merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu
gymnastic atau dalam bahasa Yunani yaitu gymnos dan dalam bahasa
Belanda yaitu gymnastiek yang artinya telanjang. Karena pada waktu
zaman kuno melakukan senam dengan badan telanjang. Seperti
dikemukakan Imam Hidayat (1995) yang dikutip Agus Mahendra (2000:8)
bahwa gymnastic tersebut dipakai untuk menunjukkan kegiatan
kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu
dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang.
Di dalam senam terkandung makna yang luas sesuai dengan
perkembangan berbagai aliran dan jenis senam yang berkembang, untuk
itu perlu diberikan batasan senam. Batasan senam menurut Agus Margono
dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan
Pendapat lain dikemukan Peter H. Werner (1994) yang dikutip
Gymnastic may be globally defined as any
physical exercises on the floor or apparatus that is designed to promote
endurance,stengght,flexibility,agility,coordinastion and body control
yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan,
kelincahan,
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa,
senam merupakan latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan
berencana dan disusun secara sistematis untuk membentuk dan
mengembangkan pribadi yang harmonis. Dalam latihan senam dapat
dilakukan pada lantai dan alat yang dirancang untuk meningkatkan daya
tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini artinya, senam bertujuan untuk koordinasi seta kontrol tubuh. Hal
ini artinya, senam bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tubuh bukan
alatnya atau pola gerakannya. Oleh karena itu, suatu gerakan dikatakan
senam atau bukan harus memiliki ciri ciri kaidah tertentu.
Untuk memberi batasan senam yang sangat sukar, oleh karena
semua pengertian dan bidang yang terkandung di dalamnya harus
tercakup, namun demikian perlu adanya batasan senam agar jelas batas
dan ruang lingkupnya. Menurut Suyati dan Agus Margono (1992:6) untuk
memberikan batasan senam harus memiliki ciri-ciri dan kaidahnya-
kaidahnya sebagai berikut:
(1) Gerakan-gerakannya harus selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja.
(2) Gerakan-gerakannya selalu harus berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak/keindahan tubuh, menambah ketrampilan, meningkatkan keindahan gerak, meningkatkan kesehatan tubuh).
(3) Gerakannya harus selalu tersusun dan sistematis.
Berdasarkan ciri-ciri dan kaidah-kaidah senam tersebut, lebih
lanjut Suyati dan Agus Margono (1992: 6) memberi batasan senam yaitu,
an tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun
secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi
b. Jenis Senam
Banyaknya jenis kegiatan yang bisa dikategorikan ke dalam senam,
seperti senam jantung sehat, senam ayo bergerak, senam pramuka, senam
bayi, senam ibu hamil, senam kebugaran jasmani dan lain-lain membuat
kesulitan dalam memahami definisi dan arti senam, kesulitannya adalah
manakala membagi senam ke dalam jenis-jenisnya. Menurut FIG
(Federation Internationale de Gymnastique) dalam Agus Mahendra
(2000:11-12) dibagi menjadi enam kelompok yaitu:
1) Senam artistik (artistic gymnastics).
2) Senam ritmik sportif (sportive rhymic gymnastics).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3) Senam akrobatik (acrobatic gymnastics).
4) Senam aerobic sport (sports aerobics).
5) Senam trampolin (trampolinning).
6) Senam umum (general gymnastics).
c. Manfaat Senam
Senam adalah kegiatan utama yang paling bermanfaat dalam
mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak (motor ability).
Menurut Agus Margono (2009:21) nilai-nilai kegunaan senam
ialah:
(1) Untuk dapat memberikan rangsang yang diperlukan bagi pertumbuhan badan.
(2) Untuk mengembangkan cara bersikap dan bergerak dengan sewajarnya.
(3) Untuk memperbaiki dan mencegah pengaruh buruk di sekolah misalnya duduk di bangku terlalu lama.
(4) Untuk mempertebal perasaan kebanggan (dalam perlombaan-perlombaan antar bangsa).
(5) Untuk memupuk keberanian dan kepercayaan diri sendiri. (6) Untuk memupuk rasa tanggungjawab terhadap kesehatan diri
sendiri dan masyarakat. (7) Memupuk kesanggupan untuk bekerjasama, misalnya dalam
melakukan latihan-latihan harus saling membantu.
d. Metodik Mengajar Senam
Latihan senam pada umumnya mengikuti ketentuan yang sudah
diterima secara umum, yaitu tidak lepas dari sistematika olahraga.
Menurut Agus Margono (2009: 25) Dalam menyusun pelajaran senam
selain ketentuan-ketentuan umum yang telah diuraikan terdahulu, maka
harus diperhatikan pula hal-hal seperti berikut:
1) Keadaan-keadaan seperti: a. Ruang / bangsal / lapangan. b. Jumlah anak / murid. c. Waktu pelajaran diberikan. d. Suhu.
2) Apa yang telah diberikan pada pelajaran yang lalu. 3) Keinginan / hasrat bergerak anak-anak. 4) Jenis kelamin dan umur anak-anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Dalam pelajaran senam anak-anak harus melakukan kerja fisik yang cukup berat.
6) Harus memperhatikan faktor-faktor normalisasi, pembentukan, dan prestasi.
Susunan pelajaran biasanya menggunakan sistem Austria yang
diciptakan oleh Goulhover dan Straicher. Adapun susunan pelajaran yang
lengkap itu sendiri dari:
Latihan A: pendahuluan (Pemanasan)
Latihan B: inti, terdiri dari:
B.1. Latihan Tubuh
B.2. Latihan Keseimbangan
B.3. Latihan Kekuatan dan Ketangkasan
B.4. Latihan berjalan dan berlari
B.5. Latihan Melompat dan Meloncat
Latihan C: Penutup
e. Senam Ketangkasan Lompat Kangkang
Senam ketangkasan adalah salah satu cabang olahraga senam yang
banyak dilombakan dalam event olahraga. Salah satu bentuk senam
katangkasan yaitu lompat kangkang, lompat jongkok , dan berguling di
atas peti.
Dalam nomor perlombaan ini diperlukan kuda-kuda, matras, papan
tolak (beat board) alas untuk awalan (loper). Untuk putra tinggi punggung
kuda-kuda 1,35 meter dari lantai. Pada waktu melakukan lompatan tangan
harus menumpu pada sepertiga bagian pangkal atau ujung kuda-kuda yang
dipasang membujur. Sedangkan untuk putri dipasang melintang tinggi
punggung kuda-kuda 1,10 meter dari lantai, tumpuan tangan dibagian
tengah. Menurut Soeharto dkk, yang dikutip Arma Abdoellah (1981 :337)
Jenis-jenis lompat kangkang yaitu :
(1) Lompat kangkang dengan tumpuan pada pangkal :
a. Awalan lari cepat badan condong ke depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Kedua kaki menolak pada papan tolak sekuat-kuatnya
disertai ayanan lengan dari belakang bawah ke depan.
Badan lurus tungkai diceraikan.
c. Saat tangan menyentuh pada bagian pangkal kuda-kuda
segera menolak sekuat-kuatnya. Badan melayang di atas
kuda-kuda dalam sikap lurus lengan direntangkan, tungkai
lurus diceraikan pandangan ke depan.
d. Mendarat dengan ujung kaki mengepit lengan direntangkan
ke atas.
Gambar 2.1 Lompat kangkang dengan tumpuan pada pangkal
(2) Lompat kangkang dengan tumpuan pada ujung :
a. Awalan lari cepat badan condong ke depan.
b. Kedua kaki menolak pada papan tolak disertai ayunan
lengan ke atas badan melayang ke atas depan kedua lengan
lurus pandangan dipusatkan pada ujung kuda-kuda.
c. Segera setelah tangan menyentuh pada bagian ujung kuda-
kuda, tangan menolak sekuat-kuatnya, tungkai diceraikan
diayun ke arah perut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Ayankan lengan melingkar ke belakang atas, badan
membusur, melayang. Tungkai rapat. Pandangan ke depan.
e. Mendarat dengan ujung kaki, mengepir lengan direntangkan
ke atas.
Gambar 2.2 Lompat kangkang dengan tumpuan pada ujung
Kesalahan-kesalahan yang terjadi saat melaksanakan lompat kangkang,
yaitu:
a. Panggul kurang diangkat (tinggi) sehingga tidak berhasil membuat
sikap kangkang diatas kuda lompat.
b. Lututnya bengkok.
c. Kepala dan dada tidak terangkat pada saat tangan menyentuh kuda-
kuda lompat.
d. Lengan tidak lurus.
3. Pendekatan Bermain
a. Hakikat bermain
Belajar merupakan suatu aktifitas yang disukai oleh anak anak.
Dengan bermain anak akan merasa senang dan gembira. Jika diamati di
sekolah sekolah pada waktu luang, waktu sebelum masuk atau waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebelum atau waktu istirahat, para siswa bermain di halaman sekolah,
mereka berlari, berkejar kejaran, main bola dan masih banyak aktifitas
bermain lainnya. Menurut Agus Mukholid dan Budhi Satyawan (2009 :
10) me
mengekspresikan dirinya dengan berupaya membuat dirinya mendapatkan
. Sedangkan M. Furqon H. ( 2006 : 2 )
berpendapat, Bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan
bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga menemukan sesuatu dari
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukan, bermain
merupakan suatu luapan ekspresi anak tanpa paksaan dan sungguhan yang
dilakukan dalam waktun luang tanpa terikat pada peraturan. Bermain dapat
diartikan sebagai dorongan naluri, fitrah manusia, dan pada anak
merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat
mendasar yakni kegiatan itu dilaksanakan secara sukarela, tanpa paksaan,
dalam waktu luang. Banyak hal yang didapat dari bermain yaitu dapat
memberikan pengalaman belajar misalnya membina hubungan sesama
teman, menjalin kerjasama, saling menghargai, dan lain sebagainya. Salah
satu sifat dari bermain yaitu : bermain untuk memperoleh kesenangan,
menimbulkan kesadaran agar bermaindengan baik perlu berlatih, kadang
kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan,
mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui
kemampuan diri sendiri .
Bermain merupakan kebutuhan atau dorongan dari dalam diri anak.
Dorongan dari dalam ini harus disalurkan untuk mengembangkan potensi
potensi yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, pada masa anak anak
kesempatan harus diberi seluas luasnya. Banyak manfaat yang diperoleh
dari bermain baik fisik, mental maupun sosial. Menurut M. Furqon H. (
2006 : 4 5 ) menyatakan pengaruh bermain terhadap perkembangan anak
kesegaran jasmani, (3) dorongan berkomunikasi, (4) penyaluran energi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
emosiaonal yang terpendam, (5) penyaluran bagi kebutuhan dan
keinginan, (6) sumber belajar, (7) rangsangan bagi kreatifitas, (8)
perkembangan wawasan diri, (9) belajar bermasyarakat, (10)
b. Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain merupakan suatu cara yang ditetapkan seorang
guru dalam kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk bermain
atau permainan. Pengajaran melalui pendekatan bermain dapat
meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan
teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan
sesungguhnya. Dikutip dari http://mari-
berkawand.blogspot.com/2011/08/pengertian-pendekatan-bermain.html,
yang di unduh pada tanggal 08 maret 2014, pukul 21:00, bahwa
Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang
mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup
kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan
kurang menarik . Sedangkan Benny A. Pribadi ( 2009 : 43 44 )
berpendapat :
Metode pembelajaran bermain bersifat kompetetif dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai prestasi atau hasil belajar tertentu. Permainan harus menyenangkan dan memberi pengalaman belajar baru bagi siswa. Pada umumnya dalam metode pembelajaran bermain ada pihak yang menang ada pihak yang kalah. Pihak yang menang akan mendapat reward, sedangkan pihak yang kalah perlu berlatih lebih keras untuk memenangkan permainan.
Berdasarkan pengertian pendekatan bermain yang dikemukakan
oleh dua ahli tersebut dapat disimpulkan, pendekatan bermain merupakan
bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu
permainan atau belajar teknik suatu cabang olahraga yang dikemas dalam
bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pendekatan bermain siswa belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
teknik suatu cabang olahraga yang dikemas dalam bentuk permainan. Dari
permainan yang dilaksanakan ada pihak yang menang dan ada pihak yang
kalah.
4. Pembelajaran Senam Ketangkasan Lompat Kangkang Melalui
Pendekatan Bermain
a. Pendekatan Bermain Melompati Teman
Ket : : Siswa
: Arah lompatan
: Arah lari
Siswa dibagi menjadi 4-5 kelompok. Tiap regu berbanjar
memanjang lapangan dengan jarak antara 2 meter. Setelah ada tanda peluit
dari guru, anak terbelakang melompati temannya yang berdiri
membongkokkan badan.Setelah sampai di depan ia lari kembali ketempat
dan menyentuh teman di depannya.
Melakukan seperti yang pertama, setelah selesai samapi yang
terdepan, ia kembali ke belakang, melompati yang terbelakang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menyentuh teman yang di depannya, dan seterusnya sampai semua anak
mendapatkan kesempatan melompat.Cara melompat adalah menumpukkan
kedua tangan di punggung teman yang dilompati, dengan lompat
kangkang.
b. Pendekatan bermain melompati kardus
X
X
Ket : : Kardus
: bilah
: arah lari dan lompat
X : siswa
Siswa dibagi 3-5 kelompok. Setiap kelompok berada dibelakang
bilah. Siswa paling depan melompat kedepan kembali keposisi semula,
melompat kesamping kiri kembili kesemula, kebelakang kembali keposisi
semula dan kekanan kembali keposisi semula. Lalu siswa berlari kedepan
mencoba melompati kardus tanpa tangan menumpu pada kardus. Untuk
urutan selanjutnya sama seperti yang dilakukan pelari pertama. Jika semua
siswa sudah selesai mencoba maka akan dilakukan permainan. Setiap
kelompok berusaha melompat dengan merasakan tolakan yang benar dan
supaya terbiasa, siswa yang berada didepan melakukan terlebih dahulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
setelah sudah melompati semua kardus baru siswa yang berada dibarisan
selanjutnya boleh melakukan. Sambil membawa bola tenis untuk diulurkan
keteman setim yang melakukan permaianan (estafet bola tenis). Bagi
kelompok yang kalah mendapat hukuman jumping 10X.
5. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang
berasal dari bahasa latin medius
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media
dapat berupa sesuatu bahan, atau alat. Menurut Gerlach & Ely (1971) yang
dikutip Azhar Arsyad menyatakan bahwa,
garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun
kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan,
ketram Sedangkan menurut Webster Dictonary
sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat apa saja
yang digunakan sebagaimperantara atau penghubung dua pihak atau dua
Berdasarkan dua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang
dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar untuk
menerima pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
b. Manfaat Media Pembelajaran
Penggunaan media dimaksudkan agar peserta didik yang terlihat
dalam kegiatan belajar dapat mengetahui kata-kata yang disampaikan oleh
guru dan memahami arti atau maknanya.
Menurut Sudjana dan Rivai (1992) yang dikutip Azhar Arsyad
(2011: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses
belajar siswa, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
(2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.
(3) Metode mengajar akan lebihbervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran.
(4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
c. Jenis Media Pembelajaran
Media sebagai sumber belajar merupakan komponen dari sistem
pembelajaran, di samping pesan, personel, teknik/ metode, dan alat.
Pengertian media sendiri masih seringkali ditafsirkan sebagai murni
peralatan. Dan dilihat dari jenisnya media pembelajaran menurut Budhi
satyawan, Heru Suranto, Sunardi (2010:26-27) dikelompokan menjadi :
1. Media auditif, adalah media yang hanya mengandalkan
kemampuan suara, seperti: radio, cassette recorder, piringan hitam,
dan sebagainya.
2. Media visual, adalah media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau
simbol yang tidak bergerak, seperti: film strip (film rangkai), foto,
gambar, atau lukisan, cetakan, dan ada juga media visual yang
menampilkan gambar atau simbol yang bergerak, seperti: film bisu,
film kartun.
3. Media audio visual, adalah media yang mempunyai unsur suara
dan sekaligus unsur gambar. Jenis media ini mempunyai
kemampuan yang lebih baik, karena ada penggabungan sifat dari
kedua media auditif dan media visual. Media audio visual ini
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Media audio visual diam, yaitu media yang
menampilkan suara dan gambar diam, seperti: film
bingkai suara (sound slide) dan film rangkai suara.
b) Media audio visual gerak, yaitu media yang dapat
menampilkan unsur suara dalam gambar yang
bergerak, seperti: film suara dan video cassette. Media
audio visual ini, baik yang diam maupun bergerak
masih dapat dikasifikasikan menjadi beberapa
kelompok.
d. Media Audio Visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan
pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Dengan karakteristik yang
lebih lengkap, media audio visual memiliki kemampuan untuk mengatasi
kekurangan dari media audio atau media visual semata. Media audio
visual ini lebih efektif penggunaanya bila dibandingkan dengan media
pesan visual saja (seperti gambar cetak yang disusun berurutan). Media
audio visual ini tidak saja menyampaikan pesan-pesan yang rumit, tetapi
juga lebih realistis. Salah satu pekerjaan penting yang diperlukan dalam
media audio visual adalah penulisan naskah dan storyboard yang
memerlukan persiapan yang banyak, rancangan, dan penelitian. Pada awal
pelajaran media harus mempertunjukkan sesuatu yang dapat menarik
perhatian semua siswa. Hal ini diikuti dengan jalinan logis keseluruhan
program yang dapat membangun rasa berkelanjutan-sambung-
menyambung dan kemudian menuntun kepada kesimpulan dan saran.
Menurut Basuki Wibana dan Farida Mukti (2001:67) menyatakan bahwa:
Dengan karakteristik yang lebih lengkap, media audio visual memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi kekurangan dari media audio atau media visual semata. Misalnya film bingkai dan film rangkaian yang dilengkapi dengan suara. Media ini menjadi lebih efektif penggunannya bila dibandingkan dengan media pesan visual saja (seperti gambar cetak yang disusun berurutan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Salah satu contoh media audio visual yang dapat digunakan dalam
pembelajaran adalah dengan menggunakan video. Sama halnya dengan
film, video dapat menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-
sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video
melukiskan gambar hidup dan suaranya memberi daya tarik tersendiri.
Menurut Azhar Arsyad (2011: 49) Mengemukakan bahwa, media ini juga
mempunyai keuntungan dan kekurangan diantaranya:
1) Keuntungan film dan video
a) Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman
dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi,
berpraktik, dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam
sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara
normal tidak dapat dilihat seperti kerja jantung ketika
berdenyut.
b) Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara
tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika
dipandang perlu.
c) Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan
video menanamkan sikap dan segi-segi efektif lainnya.
d) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dalam
mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok
siswa.
e) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya
bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi dan
perilaku binatang buas.
f) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau
kelompok kecil, kelompok yang heterogen, maupun
perorangan.
g) Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame
demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua
menit.
2) Kekurangan film dan video
a) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal
dan waktunya yang banyak.
b) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus
sehingga tidak semua mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui film tersebut.
c) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan, kecuali film dan
video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan
sendiri.
e. Kegunaan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Penjasorkes
Berdasarkan kegunaannya media audio visual dalam pembelajaran
penjasorkes. Menurut Pupuh Fathurrohman (2009) yang dikutip Budhi
Satyawan, Heru Suranto, Sunardi (2010:22) diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Menarik perhatian siswa.
2. Mmenbantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses
pembelajaran.
3. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam
bentuk kata kata tertulis atau lisan).
4. Mengatasi keterbatasan ruang.
5. Pembelajaran lebih komunukatif dan produktif.
6. Waktu pembelajaran lebih bisa dikondisikan.
7. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar.
8. Meningkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu/
menimbulkan gairah belajar.
9. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10. Meningkatkan kadar keaktifan/ keterlibatan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
6. Pembelajaran Senam Ketangkasan Lompat Kangkang Melalui Media
Bantu Audio Visual
Pada siswa SMK pembelajaran senam ketangkasan lompat kangkang
akan lebih efektif apabila menggunakan media. Salah satu media yang dapat
digunakan untuk membantu adalah media bantu pembelajaran. Media bantu
yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Siswa
terkadang kurang memperhatikan guru dalam pelajaran apabila pelajaran
yang disampaikan kurang menarik bagi siswa. Maka dari itu alat bantu yang
digunakan harus efektif. Media bantu yang digunakan adalah dengan
menggunakan media bantu pembelajaran audio visual yang berupa video
pembelajaran.
Pembelajaran senam ketangkasan lompat kangkang menggunakan
media bantu pembelajaran audio visual dimaksudkan untuk membantu proses
menentukan ketepatan langkah pada saat proses melakukan teknik senam
ketangkasan lompat kangkang. Adapun pelaksanaannya yaitu menyediakan
perangkat audio visual berupa LCD, laptop, speaker dan video pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran senam ketangkasan lompat
kangkang dengan media bantu pembelajaran audio visual:
1) Siswa melihat tayangan video pembelajaran senam ketangkasan
lompat kangkang.
2) Siswa mempraktekkan apa yang sudah diajarkan dalam tayangan video
pembelajaran senam ketangkasan lompat kangkang secara bertahap
7. Metode Saintifik
a. Konsep Dasar Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara
aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan
untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan
keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan
proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya
siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Dikutip dari
http://ruangkreasikita.blogspot.com/2014/03/kurikulum-2013-konsep-dasar-
pendekatan.html, yang di unduh pada tanggal 05 agustus 2014, pada pukul
11:30, bahwa Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1) Berpusat pada siswa. 2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip. 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4) Dapat mengembangkan karakter siswa.
b. Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-
langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan,
kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi,
dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan
mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat
mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus
tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-
nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Dikutip dari
http://ruangkreasikita.blogspot.com/2014/03/kurikulum-2013-langkah-
langkah-umum.html, yang di unduh pada tanggal 05 agustus 2014, pada
pukul 12:00, bahwa Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan
sebagai berikut:
a. Mengamati (observasi) Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81A/2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Mengumpulkan Informasi merupakan tindak lanjut
dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
e. Menarik kesimpulan Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.
f. Mengkomunikasikan Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan
am kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
B. Kerangka Pemikiran
Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di tingkat
SD maupun tingkatan di atasnya (SMP, SMA/SMK). Dimana melibatkan
gerak tubuh para siswa dalam berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar.
Selain aktivitas psikomotornya yang digunakan dalam pendidikan jasmani,
kognitif dan afektifnya juga diutamakan, sehingga pendidikan jasmani tidak
kalah pentingnya dengan mata pelajaran lainnya seperti; Matematika, Bahasa
Indonesia, Seni Rupa, IPS, IPA, dan sebagainya. Maka dari itu pendidikan
jasmani mempunyai tujuan pendidikan secara keseluruhan yang
mengutamakan kesegaran jasmani para siswa.
Dalam pendidikan jasmani salah satu materi yang diajarkan adalah
Senam Ketangkasan Lompat Kangkang. Dimana pembelajaran senam
ketangkasan Lompat Kangkang selama ini masih berpusat pada guru
pendidikan jasmani sehingga pembelajaran seperti itu masih bersifat monoton
dan siswa kurang aktif. Sehingga semua gerakan lompat kangkang yang
dilakukan siswa kelas X RPL B kurang maksimal dan tujuan pendidikan
jasmani khususnya untuk meningkatkan kebugaran jasmani pun belum
tercapai.
Dengan melihat kenyataan seperti itu maka diterapkan pembelajaran
senam ketangkasan Lompat Kangkang melalui pendekatan bermain dan
media video sebagai alat pembelajaran untuk menyampaikan gambar gerak
dengan menampilkan gerakan-gerakan yang benar dan melakukan latihan
dengan bermain yang mengandung unsur materi yang diajarkan, maka siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dapat dengan cepat menganalisis gerakan tersebut karena memfungsikan
indranya dan saat melakukan latihan akan merasa senang. Pemanfaatan media
dan pendekatan pembelajran ini akan membantu guru dalam memberikan
materi khusunya senam ketangkasan Lompat Kangkang yang memiliki
panduan gerak diwujudkan dalam bentuk audio visual dan pendekatan
bermain sebagai bentuk pengarahan latihan.
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.3 Kerangka berpikir
Siswa: Siswa kurang tertarik dan cepat bosan dengan pembelajaran senam ketangkasan lompat kangkang
Guru: Kurang kreatif dan inovatif dalam proses
Kondisi awal
Menerapkan media pembelajaran dengan menggunakan pendekatan bermain dan
Siklus I: Guru dan peneliti menyusun bentuk pengajaran dengan menggunakan pendekatan bermain dan media audio visual untuk meningkatkan hasil belajar
Tindakan
Melalui penggunaan pendekatan bermain dan media bantu pembelajaran audio visual dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran Senam ketangkasan lompat kangkang serta
Siklus II: Upaya perbaikan dari siklus I sehingga melalui pendekatan bermain dan media bantu pembelajaran audio visual dapat berhasil
Kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user