BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Penelitian...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Penelitian...
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah
penelitian yang telah dilakukan oleh Citra Monikasari pada tahun 2013 dengan
judul “Pelaksanaan Program Parenting Bagi Orang Tua Peserta Didik Di Paud
Permata Hati” penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses
pelaksanaan program parenting bagi orang tua peserta didik di SPS Permata
Hati dan penerapan hasil belajar program parenting oleh orang tua. Penelitian
ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan
metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Tekhnik yang digunakan
dalam analisis data adalah display data, reduksi data dan kesimpulan. Tekhnik
keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukan
bahwa: 1) Proses pelaksanaan program Parenting dimulai dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan program Parenting. 2)
penerapan hasil belajar program parenting dilaksanakan oleh orang tua peserta
didik sesuai dengan materi yang telah di sampaikan oleh narasumber program
Parenting.
B. Konsep Pola Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah sesuatu hal yang luhur dimana suatu pendidikan
tak hanya sebatas dalam lembaga formal saja tetapi pendidikan juga ada
dilingkungan informal, karena hakikatnya kitalah yang sampai akhir hayat.
7
Belajar adalah bagaimana kita berkembang untuk erus menjadi baik menjadi
pemimpin di bumu ini.
Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia dalam
seluruh aspek kepribadian dan kehidupan. Pendidikan memiliki kekuatan
yang dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal, yaitu
perkembangan potensi individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik,
intelektual, emosional, social dan spiritual, sesuai dengan tahap
perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan lingkungan sosial
budaya di mana dia hidup.
Konsep dasar pendidikan di Indonesia sendiri didefinisikan sebagai
berikut. Menurut Motoatmodjo (2012) pendidikan adalah semua usaha atau
upaya yang sudah direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik
kelompok, individu, maupun masyarakat sehingga mereka akan melakukan
apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan sedangkan menurut
Mudyaharjo pendidikan merupakan upaa dasar yang dilakukan oleh
keluarga, masyarakat, serta pemerintah, dengan melalui pengajaran atau
latihan, kegiatan bimbingan, yang berlangsung di dalam sekolah dan di luar
sekolah sepanjang hidupnya, yang bertujun untuk mempersiapkan anak
didik supaya mampu memainkan peranan pada berbagai kondisi lingkungan
hidup dengan tepat di waktu yang akan datang. Menurut kamus besar
Bahasa Indonesia (2010) pendidikan adalah suatu proses untuk mengubah
8
sikap dan tingkah laku seseorang maupun kelompok orang dengan tujuan
mendewasakan seseorang melalui usaha pengajaran dan pelatihan.
Menurut UU No.20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Dari beberapa definisi pendidikan di atas, dapat di simpulkan bahwa
konsep dasar pendidikan di Indoesia bertujuan untuk membentuk sikap yang
baik, sesuai nilai yang berlaku, juga menumbuhkan potensi-potensi yang
dimiliki peserta didik untuk dikembangkan lebih lanjut di masa yang akan
datang.
2. Pola Pendidikan
UU No.20 Tahun 2013 tentang sistem pendidikan nasional telah
dijelaskan bahwa pendidikan terdiri dari pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang
keseluruhanya merupakan keseluruhan yang sistematik. Pada pasal 13
dijelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal,
nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Pasal 14 dijelaskan bahwa jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pasal 15 pada jenis
pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi,
9
vokasi, keagamaan, dan khusus. Di dalam pasal 28 juga dijelaskan bahwa
pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui pendidikan formal,
non formal, dan informal. Pada pasal 28 ayat 4 menjelaskan bahwa jalur
pendidikan non formal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan
anak (TPA), dan bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada hakikatnya adalah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan
pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Jadi sejak dini
pertumbuhan dan perkembangan anak selalu di pantau agara terarah dan
nantunya akan membentuk karakter dan kepribadian anak yang baik. Proses
ini pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini diperlukan
peran dari orang tua. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
tahun 2013 pasal 27 ayat 1 mengenai pendidikan informal dijelaskan bahwa
kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan
berbentuk kegiatan secara mandiri.
C. Konsep Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
1. Pengertian
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
10
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun
2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan
sebelum jenjang. Pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan
yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan
pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6
tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian anak (Yuliani Nurani Sujiono, 2009:
7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age).
Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak
TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam
Masitoh dkk., 2005: 1.12 - 1.13) sebagai berikut.
a. Anak bersifat unik.
b. Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.
c. Anak bersifat aktif dan enerjik.
d. Anak itu egosentris.
11
e. Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak
hal.
f. Anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang.
g. Anak umumnya kaya dengan fantasi.
h. Anak masih mudah frustrasi.
i. Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
j. Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
k. Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
l. Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
2. Jalur penyelenggaraan PAUD
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU
Nomor 20 Tahun 2003 (Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional) Bab I
Pasal 1 Ayat 14). Dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudathul Athfal, atau bentuk
lain yang sederajat.
12
3. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan
anak usia dini yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir
sampai dengan 6 tahun. Di Indonesia ada beberapa lembaga pendidikan
anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu:
a. Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA)
TK merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak
usia 4 sampai 6 tahun, yang terbagi menjadi 2 kelompok : Kelompok A
untuk anak usia 4 – 5 tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5 – 6
tahun.
b. Kelompok Bermain (Play Group)
Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak
usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan
program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2
sampai dengan 4 tahun (Yuliani Nurani Sujiono, 2009:23)
c. Taman Penitipan Anak (TPA)
Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan
program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak
lahir sampai dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana pendidikan dan
pembainaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti
keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan
13
atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena
bekerja atau sebab lain (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 24).
4. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini
a. Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan
bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang
Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan
tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.
Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak
Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang
Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia
dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non
formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak
14
usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang
sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan
keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6)
Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.”
b. Landasan Filosofis Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan
manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-
manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar
masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah
yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu
bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan
pendidikan.
Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan
bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan
pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa
Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi
yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya
“berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga
sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang
tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang
sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan
15
kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan
diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya,
sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan. Bangsa
Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa
pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan
yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya Sehubungan dengan
pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam
mencapai tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan
pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.
c. Landasan Keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini
Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka
keilmuan PAUD dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan
gabungan dari beberapa displin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi,
sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan, dan
gizi serta neuro sains atau ilmu tentang perkembangan otak manusia
(Yulianai Nurani Sujiono, 2009: 10).
Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa
usia dini merupakan masa peletak dasar atau fondasi awal bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada
masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta stimulasi dari
lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada
pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan berpengaruh
besar pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
16
Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan
kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak
sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini
sangat penting, karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark
(dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009) kelengkapan organisasi otaknya
mencapai 100 – 200 milyard sel otak yang siap dikembangkan dan
diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal, tetapi
hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai
karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi
otak.
5. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah
mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk
hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Secara khusus
tujuan pendidikan anaka usia dini adalah (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 42
– 43):
a. Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta
mencintai sesamanya.
b. Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk gerakan
motorik kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan
sensorik.
17
c. Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan
dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk
berpikir dan belajar.
d. Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan
masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
e. Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social, peranan
masyarakat dan menghargai keragaman social dan budaya serta mampu
mngembangkan konsep diri yang positif dan control diri.
f. Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi, serta
menghargai karya kreatif.
6. Prinsip- Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini pelaksanaannya menggunakan prinsip-
prinsip (Forum PAUD, 2007) sebagai berikut.
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi
kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang
membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis,
yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosioemosional.
b. Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain
anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan
mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
18
c. Menggunakan lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik
dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan
yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep
pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun
harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat
kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai
konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah
dan bermakna bagi anak.
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui
berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar
untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta
memiliki disiplin diri.
f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan
alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik
/guru.
g. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara
bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak.
19
Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan
kegiatan–kegiatan yang berulang.
D. Konsep PAUD Berbasis Keluarga
1. Pengertian
PAUD berbasis keluarga merupakan suatu bentuk layanan
pendidikan anak usia dini yang dilaksanakan oleh keluarga. Layanan
pendidikan dilaksanakan secara tidak terstruktur meskipun interaksi yang
dilaksanakan tetap berbasis pada upaya untuk mengembangkan semua
potensi kecerdasan anak. Oleh karena itu PAUD berbasis keluarga
merupakan pendidikan informal.
2. Permasalahan PAUD dalam Keluarga
Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan
bagi anak usia dini sampai pada tatann keluarga dan sebagai upaya
melaksanakan amanat UUD 1945 ternyata tidak semudah membalikkan
telapak tangan dalam fase implmentasinya, karena saat ini akses serhadap
lembaga PAUD masih rendah, bahkan pada tahun 2009 saja baru
ditargetkan sebesar 35% saja dari anak usia2-4 tahun. Jumlah ini tentu
masih belum memuaskan, karena berdasarkan prosentase tersebut 65% anak
belum terakses oleh lembaga PAUD. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan adalah optimalisasi lembaga keluarga sebagai institusi terdekat
anak agar mampu menjalankan peranannya dalam mendidik anak, tapi hal
itu tentu saja tidak mudah karena berbagai permasalahan sebagai berikut:
20
a. Keterbatasan pengetahuan orang tua adalah permasalahan yang paling
banyak muncul dalam pendidikan anak di rumah, banyak orang tua baik
itu yang sudah lama atau yang baru menjadi orang tua tidak memiliki
pengetahuan tentang cara mendidik anak, mereka cenderung meneruskan
pola pendidikan yang sudah berlahun-tahun dilakukan dalam
keluarganya, tanpa pernah tahu kebenaran dan kesalahan yang telah
mereka lakukan selama ini.
b. Rendahnya pemahaman orang tua dalam meningkatkan fungsi keluarga.
Saat ini banyak orang tua tidak paham fungsi keluarga dalam tumbuh
kembang anak usia dini. Latar belakang pendidikan dan tingkat ekonomi
dirasa cukup berpengaruh terhadap kondisi ini.
c. Keluarga di indonesia sibuk dengan masalah pemenuhan kebutuhan
ekonomi. Dampak krisis ekonomi setelah sepuluh tahun berlangsung di
Indonesia temyata masih banyak dirasakan oleh masyarakat, pendapatan
perkapita yang rendah ditambah dengan sering naiknya harga kebutuhan
bahan-bahan pokok menyebabkan orang tua harus bekerja keras untuk
sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya bapak yang
menjadi tulang punggung ekonomi keluarga tapi ibu juga harus
membantu menari nafkah untuk keluarga. Kondisi seperti ini telah
menyita waktu berinterkasi orang tua terutama ibu dengan anaknya. Bagi
keluarga mampu mereka lebih suka menitipkan anaknya di play group
atau tempat penitipan anak, kesalahannya adalah para orang tua tersebut
cukup puas dengan hasil kerja sekolah atau play group tempat anaknya
21
dititipkan, padahal tanpa adanya kesinambungan antara pola pendidikan
yang dilakukan di sekolah atau play group dengan pola pendidikan di
rumah menyebabkan pola pendidikan tersebut menjadi sia-sia tidak
ada artinya.
d. Keluarga umumnya menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan
fisik dan pendidikan intelektual saja. Kecenderungan saat ini dengan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
orang tua beranggapan anak-anak mereka akan bahagia jika mereka
mampu memenuhi kebutuhan materi atau fisik. Sejak kecil anak-anak
dikenalkan dengan stratifikasi sosial melalui kepemilikan materi, anak-
anak mulai bangga dengan banyaknya harta yang dimiliki orang tuanya.
Anak-anak selalu mendapatkan apa yang mereka inginkan, bahkan tanpa
alasan yang jelaspun orang tua rela mengeluarkan uang cukup banyak
hanya untuk membelikan sebuah mainan agar anaknya tidak nangis
atau tidak diejek oleh temannya yang lain. Kondisi ini menyebabkan
anak tidak kreatif, lebih suka sesuatu yang instan dengan meminta tanpa
melakukan suatu usaha untuk mendapatkannya. Kelima; keluarga mampu
memanjakan anak dengan materi. Salah satu kesalahan dalam pendidikan
anak di keluarga adalah kepuasan orang tua jika mereka mampu
menyenangkan anak mereka dalam bentuk materi saja. Kondisi seperti
ini menyebabkan orang tua tidak lagi selektif memenuhi kebutuhan
materi anaknya. Anak tidak lagi diajarkan untuk menilai tingkat
kepentingan, dampak positif dan negatif apa yang menjadi keinginan
22
mereka. Kondisi seperti ini tentu saja tidak hanya berdampak ketika
mereka masih kecil, tetapi juga akan berdampak ketika mereka sudah
remaja dan dewasa.
e. Keluarga kurang harmonis. Kondisi keluarga yang kurang harmonis
akan membekas sampai anak-anak menjadi dewas4 perlakuan ayah yang
kasar terhadap ibu akan memberikan beban psikologis bagi sang anak,
anak akan cenderung menjadi pendiam, trauma psikologis dengan sosok
ayah dan lain sebagainya. Dari survey yang dilakukan oleh BKKBN pada
tahun 2006 menyebutkan bahwa: peran orang tua menstimulasi anak di
tingkat nasional 18,09%, peran orang tua menemani anak-anak mereka
bermain sebesar 38,61%, peran orang tua dalam menemani belajar
38,68%, peran orang tua sebagai tempat curhat anak sebesar 24,44%, dan
orang tua sebagai teladan oleh anak sebesar 41,85%. Dari hasil survey
di atas menuniukkan bahwa selama ini antara orang tua yang paham akan
pentingnya mendampingi anak dalam perekembangannya masih lebih
rendah prosentasenya dibandingkan dengan orang tua yang tidak paham
akan pentingnya pendampingan anak. Bahkan banyak orang tua yang
cenderung mempercayakan fungsi pendidikan hanya di sekolah saja,
orang tua puas jika anaknya telah pergi kesekolah ditambah
mengikuti les tambahan di lembaga bimbingan belajar.
3. Pentingnya PAUD berbasis Keluarga
Sudah menjadi keyakinan kita bahwa keluarga memiliki peran yang
sangat menentukan bagi perkembangan anak, terutama pada masa awal atau
23
usia dini dimana pada masa ini anak sangat mudah menerima pengaruh dari
lingkungan. Pada masa ini anak masih belum memiliki budi pekerti tertentu,
belum memiliki bentuk jiwa yang tetap dan masih bersifat global. Anak
masih mudah menerima pengaruh dari lingkungan. Interkasi antara pengaruh
dengan dasar pembawaan anak inilah yang akan membentuk dasar
perkembangan anak (Ki Hadjar Dewantara,2004)
Di dalam keluarga anak pertama kali mengenal lingkungan sosial, dan
oleh karena itu anak mendapat pendidikan yang pertama dan utama. Di dalam
keluarga, anak memperoleh pengalaman awal yang akan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangannya. Melalui pengalaman ini anak
memperoleh pengertian, perlengkapan emosional dan ikatan-ikatan moral
yang memungkinkannya bertindaksebagai orang dewasa di lingkungan
masyarakatnya.
Dalam penelitian yang dilakukart Bloom, dikemukakan bahwa
perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahuntahun awal
kehidupan anak. Sekitar 50% yariabilitas kecerdasan orang dewasa sudah
terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada
usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.
Ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi pada usia 0-4 tahun sama
besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada usia 4 tahun hingga 15-20
tahun. Perkembangan yang terjadi pada usia 4-8 tahun lebih besar dari pada
perkembangan yang terjadi pada usia 8 tahun hingga 15-20 tahun. Dalam
kaitan ini, Bloom mengatakan bahwa 4 tahun pertama merupakan kurun
24
waktu yang sangat peka terhadap kaya miskinnya lingkungan stimulasi.
Dalam kurun waktu tersebut perbedaan kecerdasan pada anak yang
lingkungannya kaya akan stimulasi dengan anak yang berada di lingkungan
yang miskin stimulasi mencapai sekitar 10 unit IQ. Selanjutnya, perbedaan
sekitar 6 unit IQ terjadi pada usia 4-8 tahun.
Berdasarkan aspek pedagogis, masa usia dini merupakan masa peietak
dasar atau pondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
Diyakini oleh Hurlock (2009) bahwa masa kanak-kanak yang bahagia
merupakan dasar bagi keberhasilan di masa datang, dan sebaliknya. Untuk
itu, agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka
dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memberikan stimulasi
dan upayaupaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Pola asuh orang tua atau keluarga di rumah merupakan kata kunci
mengatasi permasalahan tumbuh kembang anak. Anak lahir ke dunia
dikaruniai dengan berbagai potensi fisik (fasmani dengan semua alat
inderanya) maupun non fisik (akal, kalbu, dan lainnya). Untuk
mengembangkan potensi yang telah dimiliki anak ini peran orang tua
sangatlah penting, pengetahuan orang tua akan tumbuh kembang anak serta
tugas perkembangannya agar mereka mampu memberikan rangsangan untuk
menumbuhkan kecerdasan anak dan menyeimbangkan fungsi otak kiri dan
otak kanan. Disamping itu, rumah adalah lingkungan terdekat anak, dimana
anak dalam perekembangannya anak akan belajar dan berinteraksi dengan
orang dewasa maupun teman sebayanya.
25
Fungsi orang tua dalam keluarga adalah memfasilitasi, memberikan
dorongan dan membimbing proses belajar, disamping itu juga orang tua
berfungsi memfasilitasi anak untuk bermain dan memberikan peluang bagi
anak untuk melalarkan eksplorasi dan bereksperimen yang dibutuhkan oleh
anak untuk membangun pengetahuan dan pola pikir mereka. orang tua adalah
guru yang pertama dan utama anak tumbuh dan berkembang dalam budaya
dan nilai keluarga. Ungkapan ini mempertegas fungsi penting orang tua
dalam tumbuh kembang anak. Sebelum mereka dapat berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya, orangfua lah yang paling sering berinteraksi dengan
anak, tidak hanya setelah anak lahir, melainkan ketika mereka dalam
kandunganpun orang tua telah berperan dalam menentukan masa depan
anaknya.
Anak usia dini lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dari
pada di sekolah. Banyaknya waktu yang dihabiskan oleh anak dirumah
seharusnya mendapatkan dukungan penuh dari orang tua dengan memberikan
fasilitas belajar yang memadai, memberikan fasilitas dan akses bermain yang
mendidik dan memberikan perlakuan terhadap anak yang mendidik pula.
Tujuan jangka panjang pembentukan pusat studi PAUD berbasis keluarga ini
adalah:,
a. Memberikan orang tua pengetahuan dan keterampilan dalam perawatan
dan pengasuhan anak. Kajian-kajian penelitian maupun pengabdian pada
masyankat diarahkan untuk peningkatan pengetahuan dan keterampilan
orang tua dalam perawatan dan pengasuhan anak. Peningkatan kuantitas
26
dan kualitas penelitian dan pengabdian pada masyarakat untuk
memperkaya khasanah keilmuan dan kajian pendidikan anak usia dini
khususnya yang berbasis keluarga.
b. Menjadikan orang tua sebagai pendidik yang efektif bagi anak-anaknya.
Dengan sering dilakukannya program-program penelitian dan pengabdian
pada masyarakat, diharapkan dapat meningkatkan kualitas orang tua dalam
mendidik anak dan meminimalisir kekeliruan yang sering dilakukan orang
tua dalam pengasuhan anak.
c. Mendukung orang tua dalam peran-peran pengasuhan dan pendidikan.
Kegiatan seminar dan lokakarya akan dijadikan sebagai agenda rutin oleh
puast studi ini, tujuannya adalah sebagai sarana sosialisasi hasil kajian-
kajian penelitian dan pengabdian pada masyarakat terhadap masyarakat
luas terutama orang tua-orang tua baru atau orang tua yang sedang
memiliki anak usia dini (balita). Disamping kegiatan-kegiatan tersebut,
pusat studi ini diharapkan dapat menjadi inisiator maupun fasilitator
berbagai kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kapasitas orang
tua dalam pengasuhan dan pendidikan. Berbagai kegiatan yang dapat
dilakukan diantaranya: pelatihan bagi para orang tua maupun calon orang
tua kegiatan penyuluhan sampai ke daerah perdesaan, penyediaan panduan
pola asuh anak, pendampingan terhadap keluarga-keluarga yang
mengalami kesulitan akses di lembaga PAUD formal maupun non formal.